1
HUBUNGAN ANTARA EKSPRESI CINTA DENGAN PERILAKU
PACARAN REMAJA MADRASAH TSANAWIYAH
NASKAH PUBLIKASI
Diajukan pada Program Studi Magister Sains Psikologi,
Universitas Muhammadiyah Surakarta
Untuk Memenuhi Salah satu Syarat Guna Memperoleh gelar dalam
Magister Sains Psikologi
Oleh :
Siti Muslimah
S 300 080 022
PROGRAM STUDI MAGISTER SAINS PSIKOLOGI
PROGRAM PASCA SARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
3
HUBUNGAN ANTARA EKSPRESI CINTA DENGAN PERILAKU
PACARAN REMAJA MADRASAH TSANAW1YAH
Siti Muslimah
Nisa Rachmah Nur Anganthi
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji secara empirik hubungan antara ekspresi cinta dengan perilaku pacaran pada remaja MTS, mengetahui sumbangan ekspresi cinta terhadap perilaku pacaran. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa MTsN Gondangrejo kelas IX yang berjumlah 184 siswa. Alat ukur dalam penelitian ini menggunakan skala ekspresi cinta dan skala perilaku pacaran. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis product moment. Berdasar analisis data diperoleh koefisien korelasi (r) = 0,38 1, p 0,000 (p < 0.01). Hasil ini menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara ekspresi cinta dengan perilaku pacaran. Perilaku pacaran pada remaja MTS tergolong tinggi, sedangkan ekspresi cinta pada remaja MTS tergolong sedang. Sumbangan efektif ekspresi cinta terhadap perilaku pacaran pada remaja MTS sebesar 14,5 % ditunjukkan dari hasil koefisien determinan (r2) sebesar 0,145, ini berarti masih terdapat 85,5% faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku pacaran selain variabel ekspresi cinta, diantaranya jenis kelamin, perubahan hormonal, hubungan dengan orangtua, interaksi teman sebaya dan pergaulan bebas. Berdasar hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang sangat signifikan antara ekspresi cinta.
Kata kunci: ekspresi cinta, perilaku pacaran
4
THE RELATIONSHIP BED WEEN THE EXPRESSION OF LOVE WITH COURTSHIP BEHAVIOR IN ADOLESCENTS MADRASAH
TSANAWIYAH
Siti Muslimah
Nisa Rachmah Nur Anganthi
ABSTRACT
The aim of this study is to examine the relationship between the expression of love with courtship behavior in adolescents Madrasah Tsanawiyah. Knowing the influence of expression of love with courtship behavior in adolescents Madrasah Tsanawiyah. The sample of this study was a class IX the students of MTS Negeri Gondangrejo which amounts to 184 students. The measurement that was used in this study is expression of love’s scale and courtship behavior’s. The technique of analysis data that was used is product moment. Based on the data analysis the product moment obtained results (r) is 0.381 where p = 0,000 (p<0,01). There is a significant relationship between the expression of love with courtship behavior in adolescents Madrasah Tsanawiyah. The subject of courtship behavior is in high category. The expression of love is in the average rate. The effective influence of the expression of love with courtship behavior in adolescents Madrasah Tsanawiyah is 14,5 % it is shown by the coefficient of determinant, where is (r2) 0, 145, it means that there is 85,5 % of the other factors that influence of the inclination of he expression of love, including gender, hormonal changes, relationships with parent, peer interaction and promiscuity. Based on this study it can be concluded that there is a significant relationship between the expression of love with courtship behavior in adolescents Madrasah Tsanawiyah.
Keywords: the expression of love, courtship behavior
5 Latar Belakang Masalah
Data dokumentasi di populasi menunjukkan bahwa model perilaku berpacaran menunjukkan perbedaan dari tahun ke tahun. Tahun pelajaran 2007/2008, data berpacaran yang terjadi dari kartu kasus ditemukan bahwa perilaku pacaran masih merupakan fenomena yang tabu dan merupakan pelanggaran norma sosial madrasah yang cukup menjadi tiotik berat bagi para siswa. Jumlah siswa yang berpacaran dengan sesama atau dengan siswa lain sekolah tidak sebanyak saat ini. Beberapa kasus berpacaran adalah dengan pulang bersama, mengobrol berdua di ruang kelas saat istirahat atau setelah habis jam pelajaran. Perilaku pacaran yang dilakukan meliputi berpegangan tangan mencium dan merangkul. Beberapa siswa yang berpacaran tersebut sebagian masih menggunakan media surat yang diselipkan dalam buku pelajaran.
Kasus pacaran tahun 2009/2010 didominasi oleh kasus 8 orang yang menjadi konseli ketika data kehadiran di madrasah bcrmasalah. Mereka senang tidak masuk dengan atau tanpa
keterangan. Setelah dilakukan kunjungan rumah atau pemanggilan orang tua siswa ternyata setiap hari mereka berangkat dengan berseragam. Pada saat konseling yang inensif barulah diketahui bahwa mereka tidak masuk untuk bertemu pacarnya dan mereka melakukan aksi berpacaran di tempat wisata Sangiran, atau di rumah teman yang kebetulan orang tuanya sedang tidak di rumah, di rumahnya sendiri yang kebetulan kosong atau di rumah sang pacar.
Awal tahun pelajaran 2010/2011 data kasus berpacaran ada tiga kasus yang cukup mencengangkan yakni ditemukannya kasus siswa kelas 9 yang berpacaran dan bertunangan hingga akhirnya memutuskan untuk keluar dari madrasah. Pada beberapa ketidakhadirannya tersebut dia menyatakan menginap beberapa kali di rumah pacarnya yang kebetulan orang tuanya sedang tidak berada di rumah.
Pada dua kasus lainnya menyatakan bahwa mereka berpacaran hingga pasangan laki-lakinya mengajak “ML” atau berhubungan intim. Sebagaimana yang lain mereka melakukan komunikasi yang intensif dengan SMS. Intensifikasi konseling
6 pada masalah perilaku pacaran di bulan Februari 2011 menunjukkan data yang amat manprihatinkan. Yakni terjadinya kasus melarikan diri bersama pacar pada seorang siswi kelas 8, dan pernyataan dua siswa yang teridentifikasi berperilaku pacaran beresiko berhasil mengungkap bahwa mereka telah melakukan hubungan intim dengan pacarnya sejak kelas 8. Remaja melakukan perilaku pacaran diawali oleh adanya ketertarikan antar lawan jenis atau sesama jenis.
Bentuk dari perilaku seksual ini bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, sampai tingkah laku berkencan,bercumbu dan bersenggama, (Sarwono,200 1).
Pada masa remaja, rasa ingin tahu mcngenai seksualitas sangat penting dalam pembentukan hubungan baru dengan lawan jenisnya. Hal ini sesuai dengan perkembangan fisiologis remaja mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas. Banyaknya informasi mengenai seksualitas yang benar berkaitan dengan perkembangannya dapat mencegah perilaku seksual yang tidak sehat. Bersamaan dengan itu pula berkembang aspek psikoseksual
dengan lawan jenis dan remaja akan berusaha untuk bereksplorasi dengan kehidupan seksual, (Amrillah dkk, 2006).
Menjadi sangat mengejutkan ketika terungkap banyaknya siswa yang memiliki pacar yang diiringi tindakan mojok sepulang sekolah, pergi berdua, dan bercumbu atau lebih jauh lagi hingga intercourse. Ekses buruk yang mengiringi periiaku pacaran ini membawa perilaku negative yang mengikuti. Menurut data dokumentasi BK di lokasi penelitian perilaku negative tersebut meliputi (1). kehilangan konsentrasi dan kepedulian pada mata pelajaran, (2). membolos dengan mengaku sakit pada saat pelajaran untuk pergi dengan pacarnya, (3). pergi dengan pacar saat jam pelajaran dengan dalih pergi sekolah, (4). melakukan aksi bcrpacaran di sekolah sehingga menimbulkan ketidaknyaman pada siswa lain dan menjadi preseden buruk yang memungkinkan akan ditiru oleh siswa lain.
Mengenai ekses buruk perilaku seksual (pacaran) ini Sonna (2007) menyatakan bahwa para siswa yang mulai berkencan pada waktu mereka
7 masih duduk di sekolah lanjutan pertama beresiko untuk terjerumus dalam hubungan seksual pranikah, hamil, dan tertular penyakit menular seksual. Sebagian besar remaja yang terjerumus dalam hubungan seksual pranikah dibawah usia enambelas tahun secara terlambat menyadari bahwa mereka secara emosional tidak siap untuk melakukan hubungan seks dan mcnyesali keterlibatan mereka yang terlalu dini itu.
Tujuan Penelitian
Untuk menguji hubungan antara ekspresi cinta dengan perilaku pacaran bagi remaja MTs.
Hubungan antara Ekspresi Cinta
dengan Perilaku Pacaran
Perilaku pacaran juga memungkinkan terjadinya perilaku seks pranikah, pengalaman berpacaran dapat menyebabkan seorang permisif terhadap perilaku seks pranikah (Sari. 2008)
Peristiwa yang melibatkan kontak fisik yang intim antara pria dan wanita, hubungan seks pranikah membutuhkan waktu sekitar enam bulan berpacaran,
hal ini cukup sulit terutama bagi wan ita yang mengutamakan hubungan emosional namun lebih mudah bagi pria yang lebih mementingkan keintiman fisik. Namun apabila dirayu dengan tekun dan sabar disertai perasaan cinta, perasaan percaya menyerah niscaya hubungan seks pranikah yang pertama akan mudah dilakukan (Wirawan, 2008).
Tubbs dan Moss (2005). hubungan antara dua orang yang berpacaran termasuk komunikasi diadik yang diliputi keintiman, keeratan, kedekatan, kedalaman dan bersifat pribadi, sebagai suatu masa yang berkarakteristik berbeda dengan masa kanak-kanak maka terdapat ciri- ciri psikologis pada masa ini yang salah satunya adalah pemekaran diri sendiri (extension of the self). Yaitu kemampuan seseorang untuk menganggap orang atauu hal lain sebagai bagian dari dirinya sendiri juga. Perasaan egoisme (mementingkan diri sendiri) berkurang, sebaliknya tum buh perasaan ikut memiliki. Salah satu tanda yang khas adalah tumbuhnya kemampuan untuk mencintai orang lain yang sekaligus menunjukkan tanda-tanda kepribadian dewasa. Kaitan
8 antara hubungan seks (perilaku pacaran) dengan persepsi tentang cinta, menurut berbagai penelitian lebih cenderung pada remaja putri.
Hurlock (1992) menyatakan bahwa manifestasi dorongan seksual dalam perilaku seksual dipengaruhi oleh, (a). Faktor internal, yaitu stimulus yang berasal dari dalam dan individu yang berupa bekerjanya hormon-hormon alat reproduksi sehingga menimbulkan dorongan seksual pada individu bersangkutan dan hal ini menuntut untuk segera dipuaskan. (b). Faktor eksternal yaitu stimulus yang berasal dari luar individu yang menimbulkan dorongan seksual sehingga memunculkan perilaku seksual stimulus eksternal tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman kencan, informasi mengenai seksualitas diskusi dengan teman pengalaman masturbasi, pengaruh orang diskusi dewasa serta pengaruh buku-buku bacaan dan tontonan.
Wirawan (2008) mengatakan bahwa masalah seksualitas pada remaja timbul diantaranya adalah karena faktor-faktor perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja penundaan usia
perkawinan. tidak dapat menahan diri untuk melanggar norma yang melarang penyaluran hasrat seksual, adanya penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui media massa yang dengan adanya tekhnologi canggih, orang tua kurang terbuka kepada anak mengenai seksualitas dan pergaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat.
Metode Penelitian
Variabel dalam penelitian ini adalah perilaku pacaran dan ekspresi cinta. Perilaku pacaran adalah tanggapan atau reaksi yang dilakukan dalanim rangka hubungan percintaan atau berkasih - kasihan. Ekspresi cinta adalah pengungkapan atau proses menyatakan kondisi perasaan emosi, kasih sayang yang kuat dan ketertarikan antar pribadi.
Populasi, Sampel dan Teknik
Pengambilan Sampel
Pada penelitian ini yang menjadi populasi penelitian adalah siswa MTsN Gondangrejo kelas IX yang berjumlah 285 siswa. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 184 siswa. Teknik Sampling yang
9 digunakan teknik cluster random sampling.
Metode Pengumpulan Data Metode datam penelitian ini menggunakan skala perilaku pacaran dan skala ekspresi cinta. Metode analisis data yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini adalah product moment.
Hasil
Setelah dilakukan uji asumsi, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik analisis product moment. Berdasarkan hasih perhitungan diperoleh koefisien korelasi (r) 0,381, p = 0,000 (p < 0,01). Hasih ini menunjukkan ada hubungan positif yang sangat signifikan antara ekspresi cinta dengan perilaku pacaran. Artinya semakin tinggi ekspresi cinta maka semakin tinggi pula perilaku pacaran
Koefesien determinan atau sumbangan efektif menunjukkan seberapa besar peran atau kontribusi variabel bebas terhadap variabel tergantung yang ditunjukkan oleh r2. Hasih koefisien determinan (r2) sebesar 0,145. Hal ini berarti sumbangan ekspresi cinta terhadap perilaku pacaran sebesar 14,5%, maka masih terdapat 85,5% faktor-faktor lain
yang mempengaruhi perilaku pacaran selain variabel ekspresi cinta, diantaranya jenis kelamin, perubahan hormonal, hubungan dengan orangtua, interaksi teman sebaya dan pergaulan bebas.
Pembahasan
Berdasarkan hasil analisis data diketahui ada hubungan positif yang sangat signifikan antara ekspresi cinta dengan peri laku pacaran. Semakin tinggi ekspresi cinta maka akan semakin tinggi pula perilaku pacaran remaja Madrasah Tsanawiyah. Sarwono (2001) mengemukakan remaja melakukan perilaku pacaran diawali oleh adanya ketertarikan antar lawan jenis atau scsama jenis. Bentuk dari perilaku seksual mlini bermacam-macam, mulai dari perasaan tertarik, sampai tingkah laku berkencan, bercumbu dan bersenggama.
Nugraha (2008) beberapa bentuk perilaku pacaran dengan berbagai perilaku seksual seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada ciuman dan sentuhan - sentuhan seks yang pada dasarnya adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan dorongan seksual. Ditambahkan oleh Pease (2003) cinta memiliki bentuk perilaku (aspek-aspek) yang mengarah ke ekspresi seksual sebagai isyarat
10 percumbuan. antara lain: 1) gerak isyarat percumbuan laki-laki antara lain, (a). memperlihatkan perilaku bersolek selama ada wanita yang mendekatinya. (b). menjulurkan batang leher dan merapikan pakaiannya., (c). merapikan rambutnya. (d). ibu jari yang menyorotkan alat kelamin. (e). menghadapkan tubuhnya ke wanita, (f). tatapan intim, (g). menunjukkan kesiapan fisik untuk mendekati wanita. 2). Gerak isyarat dan sinyal percumbuan wanita. (a). menyentuh rambut, (b). merapikan pakaian, (c). satu atau kedua tangannya diletakkan di pinggangnya, (d). kaki dan tubuhnya diarahkan ke laki-laki. (e). memperpanjang tatapan intimnya dan menaikkan kontak matanya. (f). gerak isyarat ibu jari di ikat pinggang. (g). perhatian yang menggairahkan juga menyebabkan pembesaran bola mata dan rupa yang menggelorakan akan tampak pada pipinya.
Ekspresi cinta selama berpacaran berpotensi menyebabkan timbulnya perilaku berpacaran. Sebagai contoh pcnelitian Mahfiana dkk (2009) yang menyatakan bahwa perilaku pacaran remaja Yogyakarta semakin mengarah kepada pergaulan bebas,
semakin banyak remaja yang mengaku hamil pranikah. Awal mulanya pacaran hanya sckedar bergandengan tangan, tetapi semakin lama perilaku pacaran dapat menjurus pada perilaku seks pranikah. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh PKBI (2005) tentang perilaku seksual remaja di Semarang mengungkap bahwa aktivitas berpacaran yang dilakukan oleh para remaja tersebut adalah 91,3 % responden merangkul dan memeluk, 95 % responden mencium pipi dan kening, 99 % mencium bibir, 72,4 % mencium leher, 48,03 % meraba daerabh sensitive yaitu payudara dan kelamin, 28,3% melakukan peeting, dan 20,4% responden melakukan seks dengan pasangannya.
Remaja mengemban suatu tugas perkembangan yang harus dan dijalani yaitu menjalin hubungan baru dan lebih matang dengan lawan jenis. Pada masa ini remaja mulai mengembangkan minat terhadap lawan jenisnya. Remaja mulai melakukan pendekatan yang diawali dengan berteman, bersahabat dan kemudian berpacaran dengan lawan jenisnya. Pacaran yang merupakan salah satu manifestasi dari hubungan heteroksuaI pada remaja,
11 merupakan hal yang wajar dialami oleh para remaja. Hal ini senada dengan ungkapan Hurlock (2002) bahwa pacaran merupakan fenomena yang khas pada remaja, selain karena adanya perubahan hormonal semenjak organ reproduksi berfungsi, hubungan heteroseksual yang diwujudkan dalam bentuk pacaran merupakan salah satu tugas perkembangan sosialisasi pada remaja.
Sumbangan ekspresi cinta terhadap perilaku pacaran sebesar 14,5%, maka masih terdapat 85,5% faktor-faktor lain yang mempengaruhi perilaku pacaran selain variabel ekspresi cinta, diantaranya jenis kelamin, perubahan hormonal, hubungan dengan orangtua, interaksi teman sebaya dan pergaulan bebas. Sesuai dengan pendapat yang dikemukakan Wirawan (2008), masalah seksualitas pada remaja timbul diantaranya adalah karena faktor-faktor, perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual (libido seksualitas) remaja. penundaan usia perkawinan, tidak dapat menahan diri untuk melanggar norma yang melarang penyaluran hasrat seksual, adanya penyebaran informasi dan rangsangan
seksual melalui media massa yang dengan adanya tekhnologi canggih, orang tua kurang terbuka kepada anak mengenai seksualitas dan pcrgaulan yang makin bebas antara pria dan wanita dalam masyarakat.
Hurlock (1992) menyatakan bahwa manifestasi dorongan scksual dalam perilaku seksual dipengaruhi oleh. (a). Faktor internal. yaitu stimulus yang berasal dari dalam dan individu yang berupa bekerjanya hormon-hormon alat reproduksi sehingga menimbulkan dorongan seksual pada individu bersangkutan dan hal ini menuntut untuk segera dipuaskan. (b). Faktor eksternal yaitu stimulus yang berasal dari luar individu yang menimbulkan dorongan seksual sehingga memunculkan perilaku seksual stimulus eksternal tersebut dapat diperoleh melalui pengalaman kencan, informasi mengenai seksualitas diskusi dengan teman pengalaman masturbasi, pengaruh orang diskusi dewasa serta pengaruh buku-buku bacaan dan tontonan.
Hasil analisis kategorisasi variabel perilaku pacaran diketahui responden dengan tingkat kecenderungan kategori tinggi
12 sebanyak 106 orang atau 61,0 %; kategori sedang sebanyak 36 orang (19.25) sedangkan responden dengan tingkat kecenderungan rendah sebanyak 42 orang atau 22,8%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tingkat kecenderungan perilaku pacaran siswa MTSN Gondangrejo secara umum adalah tinggi.
Adapun variabel ekspresi cinta diketahui distribusi responden memiliki kecenderugan ekspresi cinta kategori tinggi sebanyak 30 orang atau 16%, kecenderungan sedang sebanyak 110 orang atau 61,1% dan kecenderungan rendah sebanyak 44 orang atau 23,9%. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa secara umum responden penelitian memiliki kecenderungan ekspresi cinta sedang.
Kesimpulan
Perilaku pacaran pada remaja MTS dipengaruhi oleh ekspresi cinta pada remaja MTS Negeri Gondangrejo. Perilaku pacaran pada MTS Negeri Gondangrejo tergolong tinggi, sedangkan ekspresi cinta pada remaja MTS Negeri Gondangrejo. Ekspresi cinta mempunyai peran sebesar 14,5 % terhadap perilaku pacaran pada remaja
MTS Negeri Gondangrejo, jadi masih ada 85,5 % faktor lain yang mempengaruhi perilaku pacaran pada remaja MTS Negeri Gondangrejo.
Saran
Bagi Subjek Penelitian (remaja MTs), perlu dilakukan cara untuk membatasi perwujudan ekspresi cinta dalam bentuk perilaku pacaran.
Bagi Pihak Sekolah, diharapkan dapat mengkondisikan pembatasan siswa-siswi MTs dalam hal pengkondisian agar siswa-siswi untuk tidak leluasa mengekspresikan cinta romantik kepada lawan jenisnya selama di sekolah.
Bagi Peneliti Selanjutnya, mengingat masih ada 85,5% faktor lain di luar ekspresi cinta yang mempengaruhi perilaku pacaran remaja Madrasah Tsanawiyah, maka perlu dilakukan penelitian yang mengupas masalah perilaku pacaran. Mengingat kekurangan yang ada pada penelitian ini, semoga penelitian lebih lanjut dapat menyempurnakannya.
13 Daftar Pustaka
Athar Shahid. 2004. Bimbingan Seks Bagi Kaum Muda Muslim. Jakarta, Pustaka Zahra.
Azwar Saifuddin. 2007. Dasar-Dascar Psikometri. Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Yogaka Pelajar.
Beehe Steven A, Beebe Susan J, Ivy Diana K. 2010. Communicagtion (PriiiplIes For. A lifetime). Data, 2010. Person Education, Boston. Publishing.
Bungin Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif: Jakarta. Prenada Media.
Darwanto. 2007. Televisi sebagai Media Pendidikan. Jakarta. Pustaka Pelajar.
Dulai Iskandar Putra. 2007. Pendidikan Islam. Jakarta. Kencana.
Garseme Burton. 2008. Media dan Budaya Populer. Yogyakarta, Jalasutra.
Hadi Sutrisno. 2006. Metodologi Research. Jilid III. Yogyakarta, Andi.
Hadjam N. R .M dan Mayasari F. 2000. Perilaku Seksual Remaja Dalam Berpacaran Ditinjau Dari Harga Diri Berdasarkan Jenis Kelamin. Jurnal Psikologi 2. hal 120-127.
Hurlock, E.B. 1992. Psikologi Perkembangan “Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan”. Terjemahan
istiwidaryanti. Soedjarwo. Jakarta: Erlangga.
Indigenous. 2008. Hubungan antara Pengetahuan Seksualitas dan Kualitas Komunikasi Orang Tua — Anak dengan Perilaku Seksual Pranikah. Annadharah Amilia Amrillah dkk, Vo. 8. No. 1, Universitas Muhammadiyah Surakarta, Surakarta. 206 Indonesia Psycological Journal, Seri Lestari, Pengasuh Orang Tua dan Harga Diri Remaja. Anima.
Indigenous. 2008. Sikap Remaja terhadap Perilaku Seks Bebas Lebih Dipengaruhi Orang Tua atau Teman Sebaya. Agustini Kadarwati. dkk. Surakarta, Fakultas Psikologi UMS.
Kallat James W. Shiota Michelle N. 2007, Emotion Thompson Higaher Education 10 Davis Drive Belmon, USA. CA 94002.3098.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005. Jakarta. Balai Pustaka.
Mahfiana, L. Rohmah. E. Y. dan Widyaningrum, R. 2009. Remaja dan Kesehatan Reproduksi. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press.
Makodian Nuraksa dan Wardhana Kingga. 2010. Teknologi Wireless Communication dan Broadband. Yogyakarta. Andi.
14 Mansa. 2007. Perilaku Konsumsi
Telepon Seluler Di Kalangan Mahasiswa UNIKA Atma Jaya Jakarta. Rayini Dahasihsari. Bol. I. No. 3, Unika Tama Jaya.
Maretinus Surawan. 2007. Kamus Serapan. Jakarta. Gramedia.
Newman-newman. 2009. Development Through Life Wadeworth Cencage Learning 10 Davis Belmon. USA. CA 94002-3098
Nugraha. B.D. 2008. Problema Seks dan Cinta Remaja. Jakarta : Bumi Aksara.
Otto Soekatno Cr. 2008. Psikologi Seks. Jogjakarta. Garasi.
Papalia. dkk. 2009. Perkembangan Manusia. Jakarta. Salemba Humanika.
Pease Alan. 2003. Bahasa Tubuh. Jakarta. Prestasi Pustaka
PKBI. 2005. Laporan Hasil Line Servey: Perilaku Seksual Mahasiswa di Semarang. Semarang: PKBI.
Santrock John W. 2003. Adolescena. Jakarta, Erlangga.
Santrock J. W. 2003. Life Span Development (Perkembangan Masa Hidup). Edisi Kelima. (Terjemahan). Jakarta: Penerbit Erlangga.
Setiady Tolib. Latifasari. 2008. Hukum Adat Indonesia. Bandung. Alfabeta.
Severin Weerneer J dan Trakared James W. 2005. Teori Komunikasi Sejarah dan Terapan dalam Media Massa. Yogyakarta. Kencana.
Solopos. 28 Juli 2010. Surat Kabar Harian “0”.
Sonna Linda. 2007. The Everything Parenting Teenager Book Membimbing Anak Remaju Alish Bahasa Drs. Elly Wiriawan Balam. Karsima Publishing Group.
Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, Bandung. Alfabeta.
Umo Hamzah B. dan Lamatenggo Nina, 2010. Teknologi Komunikasi dan informasi Pembelajaran. Jakarta, Bumi Aksara.