STUDI PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT PETAI (Parkia speciosa) SEBAGAI ANTIOKSIDAN ALAMI
Oleh:
Tetty VWL. Tobing NIM 408231047 Program Studi Kimia
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sain
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur pada Tuhan Yesus Kristus atas keajaiban-Nya sehingga
penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Skripsi “Studi Pemanfaatan Ekstrak
Kulit Petai (Parkia speciosa) Sebagai Antioksidan Alami” ini disusun untuk
memperoleh Sarjana Sain, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Negeri Medan.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Albinus
Silalahi, M.S sebagai dosen pembimbing yang telah banyak memberi bimbingan
pada penulis hingga penelitian berakhir. Ucapan terima kasih juga disampaikan
pada Bapak Prof. Dr. Ramlan Silaban, M.Si, Bapak Dr. Marham Sitorus, M.Si,
Bapak Agus Kembaren, S.Si, M.Si, selaku dosen-dosen penguji yang telah
memberi masukan dalam penelitian ini dan kepada ibu Dra. Tita Juwitaningsih,
M.Si selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberi bimbingan selama
diperkuliahan. Teristimewa untuk ayah dan ibu penulis, R. L. Tobing, S.E dan D.
Sitompul, yang selalu mendukung dan memberi semangat serta doa kepada
penulis. Terima kasih untuk ketiga adik penulis Windy L. Tobing, Krisna L.
Tobing dan Gieni L. Tobing atas dukungan dan semangatnya. Ucapan terima
kasih juga penulis sampaikan kepada teman-teman seperjuangan untuk kenangan
terindah di NK’08 khususnya untuk partner Sintong Sihombing atas kerja
samanya selama penelitian, Astuti Sinambela untuk lemari pendingin, Betharia
Simanungkalit sebagai operator Perkin Elmer, Reza Zulmi dan terima kasih untuk
Bapak penjual petai dan teristimewa untuk F5 (Debora, Ema, Ribka, Ririn).
Terima kasih juga penulis sampaikan pada Kak Minda dan Bang Nizam atas
STUDI PEMANFAATAN EKSTRAK KULIT PETAI (Parkia speciosa) SEBAGAI ANTIOKSIDAN ALAMI
Tetty VWL. Tobing (NIM. 408231047) ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak kulit petai sebagai antioksidan alami terhadap perubahan bilangan peroksida minyak goreng, dengan variasi konsentrasi (0 ppm, 800 ppm, dan 1000 ppm), dan variasi lama pemanasan (1 jam, 3 jam, dan 5 jam). Ekstrak direfluks dengan menggunakan pelarut metanol 62,5%. Dari 100 gram serbuk kulit petai diperoleh ekstrak sebanyak 85 gram. Uji kualitatif menunjukkan adanya kandungan flavonoid dalam ekstrak. Bilangan peroksida tertinggi terdapat pada pemanasan minyak goreng 5 jam dengan 0 ppm ekstrak kulit petai yakni sebesar 7,6324 Meq/kg. Aktivitas antioksidan ekstrak kulit petai ditentukan dengan metode DPPH. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penambahan ekstrak kulit petai mampu menurunkan bilangan peroksida karena flavonoid berpotensi sebagai antioksidan; semakin besar konsentrasi ekstrak kulit petai yang ditambahkan sebagai antioksidan ke dalam minyak goreng maka bilangan peroksida akan semakin kecil; perubahan intensitas warna pada campuran ekstrak+DPPH dan BHT+DPPH adalah sama, hal ini menunjukkan penambahan ektstrak kulit petai pada minyak goreng efektif sebagai antioksidan bagi minyak goreng itu sendiri.
DAFTAR ISI
Halaman
Lembar Pengesahan i
Riwayat Hidup ii
Abstrak iii
Kata Pengantar iv
Daftar Isi v
Daftar Gambar vi
Daftar Tabel vii
Daftar Grafik viii
Daftar Lampiran ix
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Batasan Masalah 3
1.3. Rumusan Masalah 3
1.4. Tujuan Penelitian 3
1.5.Manfaat Penelitian 4
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tanaman Petai 5
2.1.1. Klasifikasi Tanaman Petai 6
2.1.2. Manfaat Petai 7
2.2. Ekstraksi 8
2.3. Antioksidan 9
2.4. Flavonoid 14
2.5. Minyak Goreng 16
2.5.1. Bilangan Peroksida 17
BAB III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian 20
3.2. Alat dan Bahan Penelitian 20
3.3. Rancangan Percobaan 20
3.4. Prosedur Penelitian 22
3.5. Diagram Alir Penelitian 27
BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Hasil Penelitian 33
4.2. Reaksi-Reaksi yang Terjadi 38
4.3. Pembahasan 40
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan 44
5.2. Saran 44
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1. Standart Mutu Minyak Goreng 17
Tabel 3.1. Metode Pengamatan 21
Tabel 4.1. Bilangan Peroksida Minyak Goreng Menggunakan Ekstrak
Kulit Petai Sebagai Antioksidan Untuk Setiap Perlakuan 34
Tabel 4.2. Daftar Analisis Ragram Ekstrak Kulit Petai 35
Tabel 4.3. Bilangan Peroksida Minyak yang Ditambahkan BHT
Untuk Setiap Perlakuan 36
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1. Petai 6
Gambar 2.2. Reaksi DPPH dengan Antioksidan 13
Ganbar 2.3. Struktur Senyawa Flavonoid 14
Gambar 2.4. Reaksi Flavonoid dan Radikal Bebas 15
Gambar 4.1. Uji kualitatif Kandungan Flavonoid Dalam Ekstrak
Kulit Petai 34
Gambar 4.2. Campuran DPPH + Ekstrak Kulit Petai dan
DPPH + BHT 37
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 4.1. Bilangan Peroksida Terhadap Konsentrasi Ekstrak Kulit
Petai dengan Variasi Lama Pemanasan 41
Grafik 4.2. Bilangan Peroksida Terhadap Konsentrasi BHT dengan
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Minyak goreng merupakan kebutuhan pokok manusia. Penggunaan
minyak goreng tidak lepas dari kehidupan masyarakat. Kebanyakan masyarakat
menggunakan minyak goreng secara berulang-ulang. Masyarakat biasanya banyak
mengkonsumsi minyak goreng yang berasal dari kelapa sawit. Minyak goreng
kelapa sawit dapat berupa minyak goreng kelapa sawit yang bermerek dan yang
tidak bermerek atau curah. Minyak goreng kelapa sawit yang tidak bermerek
paling banyak dikonsumsi oleh masyarakat, terutama masyarakat menengah ke
bawah (Elmatris, 2003).
Minyak goreng kelapa sawit yang bermerek relatif lebih mahal harganya
dibandingkan dengan minyak goreng kelapa sawit yang tidak bermerek. Suatu
penelitian menunjukkan bahwa minyak goreng kelapa sawit yang bermerek dan
tidak bermerek dengan peningkatan suhu dan lama waktu pemanasan akan
menyebabkan peningkatan kejenuhan asam lemak minyak goreng tersebut
(Elmatris, 2003). Pemanasan minyak goreng yang berulang akan rentan terhadap
kerusakan oksidasi. Perubahan ini dapat berupa penurunan kualitas minyak
goreng . Pemanasan minyak goreng yang berulang sering dijumpai pada penjualan
gorengan dipinggir jalan dan ibu-ibu rumah tangga. Penggunaan minyak goreng
berulang bila dikonsumsi untuk jangka waktu yang lama akan membahayakan
kesehatan.
Pemanasan pada suhu tinggi dan pemakaian minyak goreng yang berulang
akan menyebabkan terbentuknya ikatan rangkap pada asam lemak sehingga
mengalami kerusakan dan membentuk senyawa yang bersifat racun dan sebagai
radikal bebas atau yang dikenal sebagai “Spesies Oksigen Reaktif (SOR)” yang
pada akhirnya akan menimbulkan kerusakan DNA sel jaringan protein dan lemak
Reaksi oksidasi pada minyak goreng dimulai dengan adanya pembentukan
radikal bebas yang dipercepat oleh cahaya, panas, logam (besi dan tembaga), dan
senyawa oksidator pada bahan pangan yang digoreng (seperti klorofil,
hemoglobin, dan pewarna sintetik tertentu). Faktor lain yang mempengaruhi laju
oksidasi adalah jumlah oksigen, derajat ketidakjenuhan asam lemak dalam
minyak, dan adanya antioksidan. Untuk itu tubuh memerlukan substansi penting
yakni antioksidan yang dapat melindungi tubuh dari serangan radikal bebas
dengan meredam dampak negatif senyawa ini (Anonim, 2011). Sebenarnya tubuh
mempunyai sistem antioksidan termasuk superoksid dismutase (SOD), katalase,
dan glutation, akan tetapi jika terjadi paparan oksidan berlebihan, antioksidan
tubuh ini tidak akan mampu mengatasinya, sehingga tubuh memerlukan pasokan
antioksidan dari luar (flavonoid, vitamin A, vitamin C, vitamin E, selenium, seng,
dan L-sistein) (Nordmann, 1993 dalam Zakky, 2008).
Indonesia merupakan negara yang kaya akan tumbuh-tumbuhan baik
sebagai sumber obat ataupun makanan. Dari beberapa tumbuh-tumbuhan ini,
terutama yang digunakan sebagai sumber makanan sehari-hari, mengandung
senyawa kimia yang mempunyai aktivitas sebagai antioksidan. Tumbuhan bahan
pangan yang terbukti kaya antioksidan adalah takokak (Solanum tarvum), petai
(Parkia speciosa), dan daun muda jambu mete (Anacardium occidentale). Ketiga
bahan pangan itu memiliki aktivitas pembersih superoksida yang tinggi, yakni di
atas 70% (Vimala, 1999). Biji petai mengandung saponin, flavonoida dan
polifenol. Kandungan suatu tanaman dalam satu familia biasanya tidak berbeda
jauh, petai salah satu jenis biji-bijian berbau tak sedap yang terbukti mempunyai
aktifitas antioksidan yang tinggi berada dalam satu familia (Leguminosae) dengan
jengkol.
Petai (Parkia speciosa), banyak ditemukan di hampir seluruh wilayah
Indonesia, tanaman ini biasanya digunakan bijinya untuk dimasak maupun
dimakan segar, akan tetapi mendapatkan nama (stigma) yang negatif karena
baunya. Sementara kulit dari petai tidak digunakan atau dikonsumsi oleh
masyarakat. Selama ini kulit petai hanya menjadi limbah yang terbuang percuma,
dalam tubuh kita. Atas dasar ini, penelitian tentang“Studi Pemanfaatan Ekstrak Kulit Petai (Parkia speciosa) Sebagai Antioksidan Alami” perlu dilakukan sehingga akhirnya diharapkan nilai ekonomi dari kulit petai akan meningkat.
Laporan hasil penelitian ini akan ditulis sebagai skripsi peneliti dalam rangka
memenuhi syarat dalam memperoleh gelar Sarjana Sains.
1.2. Batasan Masalah
Masalah dalam penelitian ini dibatasi pada efektivitas pemanfaatan ekstrak
kulit petai sebagai antioksidan dengan beberapa variasi konsentrasi ekstrak
dan lama pemanasan. Efektivitas tersebut diperlihatkan pada minyak goreng
dengan parameter bilangan peroksida.
1.3. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah-masalah yang akan diteliti
dirumuskan sebagai berikut :
Apakah ekstrak kulit petai dapat digunakan sebagai antioksidan alami terhadap minyak goreng?
Apakah ada pengaruh lama pemanasan minyak goreng dengan
campuran ekstrak kulit petai terhadap aktivitas antioksidan kulit petai? Apakah ada pengaruh interaksi konsentrasi ekstrak kulit petai dan lama
pemanasan terhadap perubahan bilangan peroksida minyak goreng?
1.4. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menunjukkan apakah :
Ekstrak kulit petai dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan. Lama pemanasan berpengaruh terhadap aktivitas antioksidannya. Antioksidan kulit petai memiliki aktivitas yang baik sebagai
1.5. Manfaat Penelitian
Khusus pada peneliti sendiri, pelaksanaan penelitian ini sangat bermanfaat
menambah wawasan/pemahaman/keterampilan dalam melakukan penelitian.
Disamping itu, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk :
Menambah khasanah informasi ilmiah/data ilmiah, khususnya yang
berkaitan dengan antioksidan.
Sebagai masukan kepada para peneliti lanjutan yang terkait dengan antioksidan.
Sebagai masukan kepada masyarakat bahwa terdapat peluang untuk
memanfaatkan berbagai bahan yang selama ini tidak berguna menjadi
berguna sekaligus bernilai ekonomis, khususnya yang terkait dengan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
berikut :
1. Semakin besar konsentrasi ekstrak kulit petai maka bilangan peroksida
minyak goreng akan semakin kecil karena antioksidan yang terdapat
dalam ekstrak kulit petai mampu meredam terjadinya oksidasi.
2. Ada pengaruh lama pemanasan minyak goreng terhadap bilangan
peroksida minyak goreng yaitu semakin lama dipanaskan maka bilangan
peroksida minyak goreng semakin meningkat.
3. Antioksidan kulit petai memiliki aktifitas yang baik. Berdasarkan
perubahan intensitas warna pada campuran ekstrak+DPPH dan
BHT+DPPH memperlihatkan perubahan warna yang sama sehingga dapat
dikatakan bahwa daya antioksidan kulit petai sama baiknya dengan
antioksidan sintetik BHT.
5.2. Saran
1. Untuk penelitian selanjutnya agar melakukan metode ekstraksi yang lebih
spesifik untuk mendapatkan senyawa murni sehingga daya antioksidan
yang dihasilkan lebih tinggi.
2. Perlu dilakukan analisis untuk mengetahui kadar dari flavonoid yang
terkandung dalam kulit petai.
3. Perlu dilakukan metode pengujian untuk mengetahui antioksidan apa yang