STUDI DIVERSITAS DAN KEPADATAN KEPITING
(BRACHYURA) MANGROVE SEBAGAI BAHAN AJAR
BIOLOGI SMA BERBASIS LINGKUNGAN LOKAL
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
NANI INDRIANI RANGKUTI NIM. 8106173008
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN
i
ABSTRAK
Nani Indriani Rangkuti. Studi Diversitas dan Kepadatan Kepiting (Brachyura) Mangrove sebagai Bahan Ajar Biologi SMA Berbasis Lingkungan Lokal. Tesis. Medan: Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan, Agustus 2012.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui diversitas dan kepadatan kepiting (Brachyura) mangrove, jenis mangrove, deskripsi faktor lingkungan mangrove (pH, suhu, dan substrat) serta menghasilkan buku ajar biologi mengenai kepiting (Brachyura) mangrove bagi siswa SMA berdasarkan standar BSNP. Penelitian ini dilakukan di ekosistem mangrove yang ada di Kampung Nelayan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan yang terletak pada posisi 03045’15,63”LU - 098042’07 83”BT dan Kabupaten Deli Serdang yang terletak pada posisi 03045’46,8”LU-098042’46,4”BT pada bulan Maret – Juni 2012. Pengambilan sampel kepiting dan parameter lingkungan dilakukan pada 3 stasiun pengamatan berdasarkan rona lingkungan. Analisis data yang dilakukan terhadap sampel kepiting adalah kekayaan spesies (R), indeks keanekaragaman (H’), keseragaman (E), dan dominansi (D). Kepiting yang ditemukan di habitat mangrove Kecamatan Medan Labuhan dan Kabupaten Deli Serdang terdiri dari 7 spesies yang tersusun dalam 3 famili yaitu Uca annulipes, Uca tetragon, Uca urvillei, Uca vocans, Uca dussumieri, Metapograpsus sp. dan Sesarma sp. Indeks
keanekaragaman (H’) berkisar 0,99 - 1,75 (kategori rendah), Indeks keseragaman berkisar 0,63 – 0,68 (kategori tinggi) dan indeks dominansi berkisar antara 0,18 – 0,40 (kategori rendah). Terdapat 7 jenis mangrove sejati yaitu : Rhizophora apiculata Blume, Rhizophora mucronata L., Avicennia alba, Avicennia officinalis, Bruguiera Sexangula, Excoecaria agallocha, Nypa fructicans dan 6 jenis mangrove ikutan yaitu :Acanthus ilicifolius, Acrostichum aureum, Acacia auriculiformis, Morinda citrifolia, Hibiscus tiiaceus, Pluchea indica L. Hasil analisis tekstur tanah yaitu tipe liat berlempung, lempung berpasir dan lempung berdebu. Hasil penilaian draft buku ajar biologi oleh dosen ahli pertama dengan nilai rata-rata 2,96 atau 73,96 % (kategori cukup valid) setelah direvisi dinilai oleh dosen ahli kedua dengan nilai rata-rata 3,73 atau 93,23% (kategori valid), penilaian dari dua orang guru biologi dengan nilai rata-rata 3,23 atau 81% dan 3,43 atau 85,93% (kategori valid). Sebanyak 30 orang siswa SMAN 20 Medan dengan menggunakan lembar angket yang telah divalidasi menilai buku ajar biologi yang disusun menarik.
i
ABSTRACT
Nani Indriani Rangkuti. Study of Diversity and Mangrove Crab’s Density (Brachyura) as Biology textbook for Senior High School Based Local Environment. Thesis. Medan: Graduate Program in State University of Medan, August 2012.
This study aims to determine the diversity and density of crabs (Brachyura) mangrove, types of mangrove, description of mangrove environmental factors (pH, temperature, and substrate) and produce a biology textbook of mangrove crabs (Brachyura) for senior high school students based on standard of BSNP. The study was conducted in the mangrove ecosystem which in Kampung Nelayan Kecamatan Medan Labuhan Kota Medan located at position 03045’15,63”LU - 098042’07 83”BT and Kabupaten Deli Serdang located at position 03045’46,8”LU-098042’46,4”BT in March - June 2012. Sampling and environmental parameters crab done in 3 observation stations based on the environment colors. The data analysis that conducted on samples of crab are the species richness (R), diversity index (H'), uniformity (E), and dominance (D). The crabs that found in mangrove habitat Kecamatan Medan Labuhan and Kabupaten Deli Serdang consists of 7 species in 3 families namely Uca annulipes, Uca tetragon, Uca urvillei, Uca vocans, Uca dussumieri, Metapograpsus sp. dan Sesarma sp. Diversity index (H') ranged from 0.99 to 1.75 (low category), uniformity index ranged from 0.63 to 0.68 (high category) and dominance index ranged from 0.18 to 0.40 (low category). There are 7 types of genuine mangrove namely : Rhizophora apiculata Blume, Rhizophora mucronata L., Avicennia alba, Avicennia officinalis, Bruguiera Sexangula, Excoecaria agallocha, Nypa fructicans and 6 types of derived mangrove namely : Acanthus ilicifolius, Acrostichum aureum, Acacia auriculiformis, Morinda citrifolia, Hibiscus tiiaceus, Pluchea indica L. The analysis result of soil texture is clay-loam types, sandy loam and dusty loam. The assessment results of biology textbook draft by the first expert lecturers with an average value of 2.96 or 73.96% (quite valid category) after revision assessed by the second expert lecturers, with an average value of 3.73 or 93.23% (valid category), assessment of the two teachers of biology with an average value of 3.23 or 81% and 3.43 or 85.93% (valid category). As many of 30 students in SMAN 20 Kecamatan Medan Belawan that use the validated questionnaire sheet assess this attractive biology textbook.
Keywords: Diversity and Crab’s Density Brachyura, Biology textbook for Senior
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas segala rahmat
dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul : “Studi
Diversitas dan Kepadatan Kepiting (Brachyura) Mangrove sebagai Bahan Ajar
Biologi SMA Berbasis Lingkungan Lokal”.
Dalam penyusunan tesis ini penulis memperoleh arahan, bimbingan dan
masukan dari berbagai pihak, untuk itu dalam kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Bapak Syarifuddin, M.Sc., Ph.D dan Ibu Dr. Ely Djulia, M.Pd selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan pengetahuan dan
bimbingannya yang sangat bermanfaat bagi penyusunan tesis ini.
2. Bapak Dr.rer.nat. Binari Manurung, M.Si., Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd.
dan Ibu Dr. Fauziah Harahap, M.Si., selaku tim narasumber yang telah
memberikan masukan dan saran-saran sejak awal penelitian sampai
dengan selesainya tesis ini dan Bapak Prof. Dr. M. Badiran, M.Pd, Bapak
Drs Zulkifli Simatupang, M.Pd dan Bapak Drs. Puji Prastowo, M.Si yang
telah menjadi validator dan reviewer dalam penelitian ini.
3. Bapak Prof. Dr. Belferik Manullang selaku Direktur Program Pascasarjana
UNIMED, Bapak Dr. Hasruddin, M.Pd selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Biologi dan Ibu Dr. Fauziah Harahap, M.Si selaku Sekretaris
Program Studi Pendidikan Biologi pada Program Pascasarjana Universitas
Negeri Medan
4. Kepala sekolah, guru biologi dan siswa SMA Negeri 20 Medan atas
5. Ayahanda (Alm) Narudin Ibrahim Rangkuti dan Ibunda Nurwani Nasution
yang tercinta beserta keluarga besar yang selalu memberikan dukungan
moril dan materil sehingga penyusunan tesis ini terlaksana dengan baik.
6. Bapak Kepala Sekolah dan rekan-rekan kerja dii SMK Negeri 4
Tanjungbalai yang telah memberi motivasi kepada penulis selama
perkuliahan di Pascasarjana Program Studi Pendidikan Biologi.
7. Sahabat dan teman-teman saya, Silvi Puspa wdya Lubis, Natalia Rosa
Keliat, Tri Mustika sarjani, Novo Anjar wiguna, Retnita E. Lubis, Sri
Wahyuni Lbs, Afifah, Juniar dan Rakan JIC (Japan Itazura Club) serta
semua teman Program Studi Pendidikan Biologi Pascasarjana yang telah
membantu penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini masih memiliki kekurangan,
oleh sebab itu penulis mengharapkan masukan dan saran guna menyempurnakan
penulisan ini.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih dan semoga tesis ini
bermanfaat bagi orang yang membacanya terutama bagi mahasiswa/i Program
Pascasarjana Universitas Negeri Medan.
Medan, Agustus 2012
iii
1.1Latar Belakang Masalah 1
1.2Identifikasi Masalah 6
1.3Pembatasan Masalah 7
2.1.1 Ekobiologi Kepiting 10
2.1.1.1 Morfologi Kepiting 13
2.1.1.2 Pertumbuhan Kepiting Bakau 17 2.1.1.3 Kepiting Sebagai Keystone Species 18
2.1.2 Kepadatan dan Keanekaragaman 19
2.1.3 Parameter Lingkungan 20
2.1.3.1 Suhu 20
2.1.3.2 Derajat Keasaman (pH) 21
2.1.3.5 Substrat 22
2.1.4 Kepiting yang Berasosiasi dengan
Hutan Mangrove 22
2.2 Kerangka Konseptual 31
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 33
3.2 Defenisi Operasional 34
3.3.Teknik Pengumpulan Data 35
iii
3.3.1.1 Pencuplikan Sampel 35
3.3.1.2 Pengukuran Faktor Lingkungan 35
3.3.2 Pengumpulan Data Buku Ajar 36
3.4 Prosedur Penelitian 39
3.5 Analisis Data 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian 46
4.2 Jenis Kepiting 47
4.3 Kepadatan Kepiting Brachyura 48
4.4 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman
dan Dominansi 51
4.5 Komunitas Mangrove 53
4.6 Parameter Lingkungan 54
4.7Analisis Penilaian Draft Buku Ajar Biologi SMA
Berbasis Lingkungan Lokal 55
4.8 Pembahasan 60
4.8.1 Kepadatan Kepiting Brachyura 60
4.8.2 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman
dan Dominansi 61
4.8.3 Komunitas Mangrove 63
4.8.4 Parameter Lingkungan 64
4.8.5 Penilaian Buku Ajar Biologi SMA Berbasis
Lingkungan Lokal 67
4.9 Keterbatasan Penelitian 70
BAB V SIMPULAN DAB SARAN
5.1 Simpulan 72
5.2 Saran 73
viii
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 3.1 Kisi-Kisi Instrumen Angket Uji Coba Buku Ajar
Biologi SMA Berbasis Lingkungan Lokal 37
Tabel 3.2 Kriteria Validasi Buku Ajar 45
Tabel 4.1 Jenis Kepiting Brachyura yang Tercuplik pada Habitat Pemukiman penduduk, Habitat Wilayah Terbuka dan sekitar Vegetasi Mangrove di Kecamatan Medan Labuhan
dan Deli Serdang pada bulan Maret 2012 47
Tabel 4.2 Jenis dan Kepadatan Kepiting (ind/m2) di Kecamatan Medan Labuhan dan Deli Serdang pada Habitat sekitar
Pemukiman Penduduk (Stasiun1), Wilayah Terbuka (Stasiun 2)
dan Vegetasi Mangrove (stasiun 3). 48
Tabel 4.3 Indeks Keanekaragaman, Keseragaman, Dominansi dan Jumlah Jenis Kepiting di Kecamatan Medan Labuhan dan Deli Serdang pada Pemukiman Penduduk (Stasiun 1), Wilayah Terbuka
(Stasiun 2) dan Vegetasi Mangrove (Stasiun 3) 52
Tabel 4.4 Komposisi Jenis Mangrove yang diidentifikasi pada Di Kecamatan Medan Labuhan dan Deli Serdang
pada Bulan Maret Tahun 2012. 54
Tabel 4.5 Komposisi dan Tekstur Substrat Mangrove di Habitat
Pemukiman Penduduk (Stasiun1), Wilayah Terbuka (Stasiun 2) dan Vegetasi Mangrove (Stasiun 3) di Kecamatan Medan
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Tubuh Bagian Dorsal Kepiting Dewasa 14
Gambar 2.2 Perbedaan Morfologi Kepiting Jantan dan Betina 15
Gambar 2.3 Skema Kerangka Konseptual Penelitian 32
Gambar 3.1 Segitiga Miller 36
Gambar 3.2 Bagan Alur Prosedur Penelitian 39
Gambar 4.1 Peta Lokasi Penelitian 46
Gambar 4.2 Kepadatan kepiting (ind/m2) di Kecamatan Medan Labuhan dan Deli Serdang pada Pemukiman Penduduk (Stasiun1), Tempat Terbuka (Stasiun 2) dan Habitat
Vegetasi Mangrove (stasiun 3). 49
Gambar 4.3 Kepadatan Jenis Kepiting (Ind/m2) pada Daerah Pemukiman Penduduk dengan Tipe Substrat Liat
Berlempung (Stasiun 1) Kecamatan Medan Labuhan 50.
Gambar 4.4 Kepadatan Jenis Kepiting (Ind/m2) pada Daerah Terbuka dengan Tipe Substrat Lempung Berpasir (Stasiun 2)
Deli Serdang. 51
Gambar 4.5 Kepadatan Jenis Kepiting (Ind/m2) pada Daerah
Vegetasi Mangrove dengan Tipe Substrat Lempung Berdebu
(Stasiun 3) Deli Serdang. 51
Gambar 4.6 Persentase Penilaian Buku Ajar Biologi SMA Mengenal Kehidupan Kepiting Brachyura pada Habitat Mangrove
Menurut Penilaian dua orang Dosen Ahli 57
Gambar 4.7 Persentase hasil penilaian buku ajar biologi SMA Mengenal Kehidupan Kepiting Brachyura pada Habitat
Mangrove oleh Dua Orang Guru Biologi SMA 58
Gambar 4.8 Hasil Penilaian Buku Ajar Biologi SMA Mengenal Kehidupan Kepiting Brachyura pada Habitat Mangrove Berdasarkan 30 Orang Siswa SMAN 20 Kecamatan Medan
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove
terluas di dunia sekitar 3.735.250 ha (Ditjen INTAG, 1993). Luas hutan mangrove
Indonesia hampir 50% dari luas mangrove Asia dan hampir 25% dari luas hutan
mangrove dunia.
Ekosistem mangrove terutama hutan mangrove merupakan komponen
penting di wilayah pesisir. Ekosistem ini sangat dipengaruhi oleh pasang surut air
laut dan masukan air dari sungai. Hutan mangrove merupakan wilayah yang subur
karena adanya transportasi nutrient dari aliran sungai dan pasang surut air laut
(Gunarto, 2004).
Menurut Robertson, (1991) komunitas mangrove merupakan ekosistem
pantai di wilayah pesisir yang unsur-unsur penting di dalamnya dipertimbangkan,
karena mereka dikenal sebagai sistem penghasil yang tinggi, yang mana
kegunaannya sebagai pemelihara bagi berbagai spesies laut yang penting secara
komersial. Begitu juga dengan flora yang terdapat pada hutan mangrove seperti
bakau (Rhizophora sp), api-api (Avicenna sp). Pedada (Sonneratia sp), tanjang
(Bruguiera sp), nyirih (Xylocarous sp), tengar (Ceriops sp) yang umummya
dijumpai di pesisir Indonesia dapat memberi perlidungan dan dukungan bagi
kehidupan fauna di dalamnya. Detritus dari mangrove merupakan dasar
2
Menurut Kasry (1996), hutan mangrove merupakan tempat berpijah
(spawning ground), mencari makan (feeding ground), pembesaran (nursery
ground) dan tempat perlindungan. Kepiting mangrove merupakan spesies yang
mendominasi di kawasan hutan mangrove (Smith et al,1991). Menurut Macnae
(1968) dalam Sulaeman et al. (1993), kepiting mangrove hidup di daerah muara
sungai dan rawa pasang surut yang banyak ditumbuhi vegetasi mangrove.
Sehingga kehidupan beberapa jenis/spesies fauna salah satunya kepiting
mangrove sangat bergantung pada wilayah ini.
Kawasan pantai timur Sumatera Utara dulunya merupakan hutan
mangrove yang sangat luas sebagai habitat flora dan fauna yang ada. Namun Luas
hutan mangrove di pesisir timur Sumatera Utara terus menurun berdasarkan data
dari 4 kali pengukuran berbeda (1977, 1988/1989, 1997 dan 2006), yakni sebesar
14,01% (tersisa menjadi 88.931 ha), 48,56% (tersisa menjadi 53.198 ha) dan
59,68% (hanya tersisa 41.700 ha) dari luas awal sebesar 103.415 ha pada tahun
1977 (Onrizal, 2010).
Menurut Ginting (2006) menyatakan bahwa, kerusakan ekosistem hutan
mangrove Sumatera Utara yang paling tinggi berada di wilayah Pantai Timur
Sumatera Utara, yaitu Kota Tanjung Balai (Kabupaten Asahan) yang
mencapai 12.900 Ha (89,6%) dari 14.400 Ha. Kemudian Kecamatan Medan
Labuhan (Kota Medan) sebesar 150 Ha (71,8%) dari 250 Ha, Kabupaten Deli
Serdang dan Kabupaten Serdang Bedagai 12.400 Ha (62%) dari 20.000 Ha,
dan Kabupaten Langkat 25.300 Ha (60%) dari 35.300 Ha, sedangkan
kerusakan hutan mangrove di Kabupaten Labuhan Batu hanya 500 Ha
3
mangrove dikawasan tersebut yang sudah berubah fungsi menjadi areal
pemukiman penduduk dan aktivitas perekonomian diantaranya kegiatan perikanan
(tambak dan budidaya), pertanian dan pariwisata.
Dengan adanya kegiatan perekonomian pada wilayah pesisir tersebut maka
tekanan ekologi berupa pembuangan limbah dan pencemaran dari berbagai
aktivitas manusia merupakan ancaman yang serius bagi kelestarian perikanan laut.
Menurut Dahuri (2004) pencemaran dapat berasal dari limbah yang di buang oleh
berbagai kegiatan seperti tambak dan pemukiman. Dengan adanya kegiatan
tersebut diversitas dan kepadatan flora dan fauna di hutan mangrove ikut juga
berpengaruh dan yang paling berpengaruh habitatnya adalah kepiting mangrove,
yang merupakan salah satu bentos di hutan mangrove tersebut. Menurut Alongi
(1990) diversitas bentos memiliki habitat yang paling tinggi pada hutan
mangrove.
Ditinjau dari sudut pandang ekologi, kawasan pesisir merupakan sebuah
ekosistem alami yang terbentuk puluhan tahun yang silam. Seluruh fauna yang
hidup di dalam kawasan pesisir mempunyai peranan yang penting dalam menjaga
keseimbangan ekologi. Sekian banyak fauna yang hidup terdapat beberapa spesies
kunci (keystone species) yang memegang peranan yang sangat penting. Salah satu
spesies tersebut adalah kepiting yang hidup di dalam ekosistem.
Power & Mills (1995) dalam Prianto (2007) pernah mengusulkan kepiting
sebagai keystone species di kawasan pesisir karena setiap aktivitasnya mempunyai
pengaruh utama pada berbagai proses paras ekosistem. Spesies kunci adalah
spesies yang keberadaannya menyumbangkan suatu keragaman hidup dan
4
Peran kepiting di dalam ekosistem diantaranya mengkonversi nutrien dan
mempertinggi mineralisasi, meningkatkan distribusi oksigen di dalam tanah,
membantu daur hidup karbon, serta tempat penyedia makanan alami bagi berbagai
jenis biota perairan (Prianto, 2007). Baik secara langsung maupun tidak langsung
diversitas dan kepadatan kepiting bakau sangat memengaruhi ekosistem perairan.
Siswa yang tempat tinggal dan lingkungan sekolahnya berada di wilayah
pesisir sangat dekat dengan keanekaragaman hayati ekosistem mangrove sebagai
lingkungan lokal, mereka mengenal kondisi lingkungannya tetapi tidak
memahami secara ilmiah dan belum diterapkan secara optimal dalam
pembelajaran biologi.
Pemberlakuan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) telah
memberikan dorongan bagi terwujudnya desentralisasi pendidikan, khususnya
dalam aspek kurikulum. KTSP memberikan rambu-rambu ke arah perlunya
pengkajian terhadap strategi pembelajaran yang akrab dengan realitas sekitar
siswa. Dalam hal ini peranan buku ajar yang mengaitkan realitas lokal akan sangat
membantu keberhasilan implementasi KTSP di lapangan.
Dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2005 pasal 2 (dua) jenis buku ajar pelajaran sebagai berikut : (1) buku
ajar pelajaran yang digunakan sebagai acuan wajib oleh guru dan peserta didik
dalam proses pembelajaran; (2) buku pengayaan dan buku referensi yang
berfungsi untuk menambah pengetahuan dan wawasan peserta didik (Depdiknas,
2005).
Buku ajar memiliki dua misi utama, yaitu buku ajar harus dapat menjadi
5
mengoptimalkan proses pembelajaran. Telah disadari oleh para penulis bahwa
buku ajar perlu mengacu pada tuntutan kurikulum. Kurikulum itu tidak hanya
menuntut para siswa SMA lulus Ujian Nasional dengan nilai baik, melainkan
lebih dari itu diharapkan siswa dapat menggunakan hasil belajar biologi untuk
memecahkan masalah sehari-hari. Belajar biologi diharapkan bermanfaat bagi
siswa untuk meningkatkan kualitas manusia dan lingkungan, karena belajar
biologi berarti berupaya untuk mengenali proses kehidupan nyata di
lingkungannya.
Ketersedian buku ajar biologi berwawasan lingkungan lokal yang
bertujuan meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan hidup masih
sangat kurang. Kekurangan buku ajar tersebut sebenarnya bisa diatasi bila guru
memiliki keterampilan menulis buku ajar dan mau melepaskan ketergantungan
yang begitu besar terhadap penerbit buku. Bahkan buku yang disusun oleh guru
bisa lebih sesuai dengan standar kompetensi dan kompetensi dasar siswa serta
lingkungan sekitar siswa. Permasalahannya terletak pada adanya keterbatasan
pengetahuan dan keterampilan menulis buku ajar yang dimiliki guru.
Penelitian mengenai diversitas dan kepadatan kepiting (Brachyura)
mangrove dapat dijadikan sebagai bahan pembelajaran dan penelitian, yang dapat
menambah pengetahuan bagi siswa dan membantu guru dalam proses
pembelajaran. Dari penelitian tentang diversitas dan kepadatan kepiting
(Brachyura) mangrove akan dihasilkan buku ajar pengayaan berbasis lingkungan
lokal yang nantinya dapat digunakan sebagai bahan ajar bagi siswa SMA dalam
6
Penelitian mengenai diversitas dan kepadatan kepiting (Brachyura)
mangrove ini masih sedikit dilakukan oleh peneliti atau mahasiswa, apa lagi
mahasiswa biologi. Melihat keberadaan hutan mangrove yang semakin hari
semakin tinggi kerusakan habitatnya dan ekosistem dari kepiting (Brachyura)
mangrove sebagai salah satu spesies kunci pada habitat hutan mangrove tersebut,
dikaitkan dengan minimnya bahan ajar yang mendukung pembelajaran biologi
maka penulis merasa perlu untuk melakukan studi mengenai diversitas dan
kepadatan kepiting (Brachyura) mangrove.
1.2 Identifikasi Masalah
Adapun yang menjadi permasalahan dalam tulisan ini adalah :
1. Masih sangat terbatasnya penelitian tentang ekosistem dari hewan-hewan
yang berpengaruh terhadap lingkungan.
2. Adanya peralihan fungsi lahan di pesisir pantai timur Sumatera Utara,
menyebabkan lahan mangrove berubah fungsi menjadi tambak udang, ikan
dan kepiting, yang konsekuensinya habitat kepiting mangrove menjadi
terdesak dan hilang.
3. Belum banyak penelitian mengenai ekosistem kepiting (Brachyura)
mangrove di Sumatera Utara.
4. Belum adanya media pembelajaran mengenai kepiting (Brachyura)
mangrove bagi mahasiswa calon guru Biologi sebagai bahan pengayaan
pembelajaran.
5. Belum adanya buku pengayaan bagi siswa SMA sebagai bahan ajar pada
7
6. Belum dikhususkannya pembelajaran ekosistem dari kepiting (Brachyura)
mangrove pada mata kuliah Taksonomi Hewan Rendah bagi mahasiswa
calon guru biologi.
1.3 Pembatasan Masalah
Bertitik tolak dari identifikasi di atas, maka peneliti membatasi permasalahan
dalam penelitian ini. Adapun batasan masalah yang dimaksud adalah sebagai
berikut :
1. Tulisan ini dibatasi pada kegiatan penelitian mengenai diversitas dan
kepadatan kepiting (Brachyura) mangrove.
2. Lokasi penelitian dibatasi pada wilayah pesisir pantai timur Sumatera
Utara tepatnya di daerah Kecamatan Medan Labuhan kota Medan dan Deli
Serdang.
3. Bahan pembelajaran yang akan disajikan sebagai hasil penelitian ini
adalah bahan ajar cetak berupa buku Ajar Biologi Berbasis Lingkungan
Lokal bagi siswa SMA.
1.4 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Bagaimana diversitas dan kepadatan kepiting (Brachyura) mangrove pada
daerah Kecamatan Medan Labuhan dan Deli Serdang?
2. Apa saja jenis mangrove di Kecamatan Medan Labuhan dan Deli Serdang?
3. Bagaimana deskripsi faktor lingkungan ( pH, suhu dan substrat) terhadap
kepiting Brachyura pada habitat mangrove yang ada di Kecamatan Medan
8
4. Apakah buku ajar biologi mengenai kepiting (Brachyura) mangrove yang
disusun telah memenuhi standar penilaian BSNP dari segi aspek kelayakan
isi, kelayakan penyajian dan kelayakan kebahasaan/keterbacaan?
1.5 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui :
1. Diversitas dan kepadatan kepiting (Brachyura) mangrove pada daerah
Kecamatan Medan Labuhan dan Deli Serdang.
2. Jenis mangrove yang terdapat di Kecamatan Medan Labuhan dan Deli
Serdang.
3. Deskripsi faktor lingkungan (pH, suhu dan substrat) terhadap kepiting
(Brachyura) pada habitat mangrove yang ada di Kecamatan Medan
Labuhan dan Deli Serdang.
4. Buku ajar biologi mengenai kepiting (Brachyura) mangrove yang disusun
telah memenuhi standar penilaian BSNP dari segi aspek kelayakan isi,
kelayakan penyajian dan kelayakan kebahasaan/keterbacaan
1.6 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
a Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk memperoleh
gambaran mengenai diversitas dan kepadatan kepiting (Brachyura)
9
b Sebagai bahan pertimbangan, landasan empiris maupun kerangka
acuan bagi peneliti yang akan melakukan studi lanjut mengenai
diversitas dan kepadatan kepiting (Brachyura) mangrove di
wilayah pesisir timur Sumatera Utara.
c Memperkaya dan menambah khazanah ilmu pengetahuan untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran khususnya yang berkaitan
dengan pembuatan buku ajar.
2. Manfaat Praktis
a Bagi pemerintah Kota Medan dapat dijadikan sebagai bahan
pertimbangan dalam membuat kebijakan-kebijakan.
b Sebagai bahan pertimbangan bagi guru untuk melakukan inovasi
dalam pembelajaran biologi khususnya pada tingkat SMA
74
DAFTAR PUSTAKA
Ariola, F.J. 1990. A. Preliminare Study of Life Histori Larvae Story of Scylla serrata (Forskalk). Phil.J.Sci. 73:43-456.
Ajmal Khan, S dan Ravichandran. 2012. Brachyuran Crabs. http://ocw.unu.edu.
Diakses 5 Mei 2012.
Barnes, D.K.A. 1997. Ecology of Tropical Hermit Crabs at Quirimba Island,
Mozambique: Distribution, Abundance and Activity. Marine Ecology
Progress Series 154: 133-142.
Barus, T.A.2001. Pengantar Limnologi.Studi tentang ekosistem sungai dan Danau, Departement Biologi FMIPA USU. Medan.
Basmi, J. 2000. Plankton Sebagai Bioindikator Kualitas Perairan. Institut Pertanian Bogor.
Bengen, D. G. 2000. Pedoman Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove. PKSPL IPB. Bogor. Hal 1-9
Bobby DePorter dan Mike Hernacki, terjemah Alwiyah Abdurrahman. 2005. Quantum Learning membiasakan belajar nyaman dan menyenangkan. Kaifa. Bandung.
Brower, J.E. and J.H.Zar. 1977. Field and Laboratory Methods for General Ecology. W.M. Brown Company Publ. Dubuqe. Lowa. 194 p
BSNP. (2006). Model Silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran: Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jakarta: Depdiknas.
Chakraborty, S. K. dan Choudhury, A. 1992. Population Ecology of Fiddler Crabs (Uca spp.) of the Mangrove Estuarine Complex of Sunderbans, India. Tropical Ecology 33 (1): 78-88.
Crane, J. 1975. Fiddler crabs of the world (Ocypodidae: genus Uca)1-736. Princeton University Press, Princeton, New Jersey
Dahdouh, G. F., Verneirt, M., Tack, J. F. dan Koedam, N. 1997. Food Preferences of Neosarmatium meinerti de Man (Decapoda: Sesarminae) and Its Possible
Effect on The Regeneration of Mangroves. Hydrobiologia 347 (1) : 83-89.
Dahuri. R. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu: Cetakan Ketiga Penerbit Pradaya Pramita. Jakarta.
75 Leaf Litter Production in Mgazana, a Warm-temperature Southern African Mangroves Swamp. Journal of Experimental Marine Biology and Ecology 157 : 41-53.
Emirina. 2009. Gaya Belajar pada Anak( http://emirina.wordpress.com )
Eshky, A. A., Atkinson, R. J. A. dan Taylor, A. C. 1995. Physiological Ecology of
Crabs from Saudi Arabian Mangrove. Marine Ecology Progress Series 126
(1): 83-95.
Fujaya, Y. dan Sulistiono. 2002. Crabs in Mangrove Area of Bawana Marana River, South Sulawesi. Proced. JSPS-DGHE International Seminar Crustacean Fisheries. 75-77p.
Giesen, W., S. Wulffraat., M. Zieren. dan L. Scholten. 2006. Mangrove Guidebook for Southeast Asia. Dharmasarn Co., Ltd. Bangkok.
Hamalik, O. 2003. Kurikulum dan Pembelajaran. Bumi Aksara. Bandung.
Hogarth, P. J. 2007. The Biology of Mangroves and Seagrasses. Oxford University
Press Inc. New York.
INTAG. 1993. Hasil Penafsiran Luas Areal Hutan dari Citra Landsat MSS Liputan Tahun 1986 – 1991. Direktorat Jenderal Inventarisasi dan Tata Guna Hutan, Departemen Kehutanan Republik Indonesia, jakarta. Tidak dipublikasikan.
Irwanto. 2008. Irwantoshut.com. Hutan Mangrove dan Manfaatnya, (Online), (http://www.irwantoshut.com/penelitian/hutan_mangrove/, diakses 7 Mei 2012).
Jones, D.A. 1984. Crabs of the Mangal Ecosystem. Hydrobiology of the Mangal. 89-109p.
Kasry, A. 1996. Budidaya Kepiting Bakau dan Biologi Ringkas. Penerbit Bharata. Jakarta.
76
Krebs, C.J. 1989. Ecological Methodology. Harper and Row Publisher. New York. 694 p.
Kristensen, E., Holmer, M., Banta, G.T., Jensen, M. H. dan Hansen, K. 1995. Carbon, Nitrogen and Sulphur Cycling in Sediments of the Ao Nam Bor Mangrove Forest, Phuket, Thailand: A review. Phuket Marine Biological Centre Research Bulletin 60: 37-64.
Lee, S.Y. 1998. Ecological role of grapsid crabs in mangrove ecosystems: a review. Marine and Freswater Research 49: 335-343.
Legendre, L. dan P. Legendre. 1983. Numerical Ecology. Elsevier Scientific Publishing Company. New York. 417 p.
Lim, S.S.L., 2006. Fiddler crab burrow morphology: how do burrow dimensions and bioturbative activities compare in sympatric populations of Uca vocans (Linnaeus, 1758) and U.annulipes (H. Milne Edwards,1873). Crustaceana 79, 525-540.
Lim, S. S. L. 2007. Mangrove Micro-habitat Influence on Bioturbative Actiities and Borrow Morphology of The Fiddler Crab Uca annulipes. BRILL. 80 : 31-45
Machintos, D.J. 1988. The Ecology dan Physiology of decapods of Mangrove Swamps. Symp.Zool.Soc.Lond. No.59.315-341p.
Machiwa, J. F. dan Hallberg, R. O. 1995. Flora and Crabs in a Mangrove Forest Partly Distorted by Human Activities, Zanzibar. Ambio 24 (7): 492-496.
Macnae. 1968. A General Account of Fauna of The Mangrove Swamps of Inhaca Island, Mocambique. J. Ecol. 50 : 93 – 128.
Michael, P. 1994. Metode Ekologi untuk Penyelidikan Lapangan dan Laboratorium. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 616 h.
Micheli, F., Gherardi, F. dan Vannini, M. 1991. Feeding and Burrowing Ecology of Two East African Mangrove Crabs. Marine Biology 111 (2): 247-254.
Nadia, Y. 2002. Analisa Komunitas Krustasea Berukuran Kecil (Famili Ocypodidae dan Grapsidae) di Habitat Mangrove Muara Sungai Bengawan Solo, Desa Pangkah Wetan Ujung Pangkah, Gresik, Jawa Timur. Skripsi. Program Studi Ilmu Kelautan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut Pertanian Bogor.
Natsir, M. 2003. Metode Penelitian. Penerbit Ghallia Indonesia, Jakarta.
77
Odum, E.P.1993. Dasar-Dasar Ekologi. Diterjemahkan oleh Samingan Tjahjono dan B. Srigandono. UGM. Yogyakarta. 697h.
Onrizal. 2010. Perubahan Tutupan Hutan Mangrove di Pantai Timur Sumatera Utara Periode 1977-2006. Jurnal Biologi Indonesia. Bogor: DIPA Puslit Biologi-LIPI Bogor (2): hlm 163-170.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 22, 23 dan 24. 2006.Tentang Standar Isi, Kompetensi Lulusan, dan Pelaksanaannya.
Poovachiranon, S. dan Tantichodok, P. 1991. The Role of Sesarmid Crabs in The Mineralization of Leaf Litter of Rhizophora apiculata in a Mangrove, Southern Thailand. Research Bulletin of Phuket Marine Biological Centre 56 : 63-74.
Pratiwi R. 2007. Jenis dan Sebaran Uca spp. (Crustacea: Decapoda: Ocypodidae) di Daerah Mangrove Delta Mahakam, Kalimantan Timur. Jurnal Perikanan 9 (2), 322-328.
Pratiwi R. 2009. Komposisi Keberadaan Krustasea di Mangrove Delta Mahakam Kalimantan Timur. Pusat Penelitian Oseanografi. LIPI. Jakarta.
Prianto, E. 2007. Peran Kepiting Sebagai Species Kunci (Keystone Spesies) pada Ekosistem Mangrove. Prosiding Forum Perairan Umum Indonesia IV. Balai Riset Perikanan Perairan Umum. Banyuasin.
Priyanto, S,H. 2012. Kriteria Buku Ajar. Disampaikan dalam Workshop Penulisan Buku Ajar Dosen Kopertis VI 31 Mei - 1 Juni 2012. UKSW.
Rahayu.D.L. dan P.J.F.Davie. 2002. Two new species and a new record of Perisesarma (Decapoda, Brancyhura, Grapsidae, Sesaminae) from Indonesia. Crustaceana.75 (3-4): 597-607.
Rachmawati W.S. (2004). Anatomi Buku Ajar. Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.
Ridd, P. V. 1996. Flow Through Animal Burrows in Mangrove Creeks. Estuarine,
Coastal and Shelf Science 43 (5): 617-625.
Robertson, A. I., Daniel, P. A. dan Dixon, P. 1991. Mangrove forest structure and productivity in the Fly River estuary, Papua New Guinea. Marine Biology 111: 147 - 155.
78
Rusila Noor, Y., M. Khazali, dan I N.N. Suryadiputra. 1999. Panduan Pengenalan Mangrove di Indonesia. PHKA/WI-IP, Bogor.
Ruwa, R. K. 1990. The Effects of Habitat Complexities Created by Mangroves on Macrofaunal Composition in Brackish Water Intertidal Zones at The Kenya Coast. Discovery and Innovation 2: 49-55.
Smith, J.D. 2003. Marine biodiversity and ecology of the Wakatobi Marine National Park, Southeast Sulawesi. www.opwell.com
Soegianto, A. 1994. Ekologi Kuantitatif. Usaha Nasional. Surabaya.
Soetjipta, 1993. Dasar-dasar Ekologi Hewan. Depdikbud. Jakarta.
Soim, A. 1999. Budidaya Kepiting Bakau. Penebar Swadaya. Jakarta.
Steinke, T. D., Rajh, A. dan Holland, A. J. 1993. The Feeding Behaviour of the Red Mangrove Crab Sesarma meinertii De Man, 1887 (Crustacea: Decapoda: Grapsidae) and Its Effect on the Degradation of Mangrove Leaf Litter.
African Journal of Marine Science 13: 151-160.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan Research and Development. Bandung: Alfabeta.
Sulaiman, Hanafi. 1992. Pengaruh Padat Penebaran Terhadap Pertumbuhan, Kelangsungan Hidup dan kematangan Gonad Kepiting Bakau (Scylla serrata) pada Kegiatan Produksi Kepiting Bertelur dengan Sistem Kurungan Tancap.Buletin Penelitian Perikanan 1 (2) : 43-49
Warner, G.F. 1997. The Biologi of Crab. Elek Science London, England.