• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Efek Laksatif Daun Senna (Cassia angustifolia, Vahl Caesap) dan Daun Ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff) serta Kombinasinya pada Mencit Swiss Webster Jantan.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Efek Laksatif Daun Senna (Cassia angustifolia, Vahl Caesap) dan Daun Ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff) serta Kombinasinya pada Mencit Swiss Webster Jantan."

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

i

ABSTRAK

UJI EFEK LAKSATIF DAUN SENNA (Cassia angustifolia, Vahl Caesap) DAN DAUN UNGU (Graptophyllum pictum (L.) Griff.) SERTA

KOMBINASINYA PADA MENCIT Swiss Webster JANTAN

Aprilia Puspitasari, 2015; Pembimbing I : Dra. Endang E., Apt. MS. AFK. Pembimbing II : Dr. Diana K. Jasaputra, dr., M.Kes. Latar Belakang. Makanan tinggi lemak dan protein serta miskin serat dapat menyebabkan konstipasi. Tidak jarang laksansia herbal, seperti Daun Senna dan Daun Ungu digunakan sebagai terapi pilihan. Daun Senna mengandung bahan aktif

senosida A dan senosida B sementara Daun Ungu mengandung alkaloid, glikosida, saponin, dan tanin; yang akan mempengaruhi frekuensi defekasi, berat feses, dan konsistensi feses.

Tujuan. Untuk membandingkan efek laksatif Daun Senna dan Daun Ungu serta kombinasinya terhadap bentuk tunggalnya.

Metode Penelitian. Penelitian eksperimental laboratoris sungguhan dengan metode pengamatan pola defekasi. Data yang diukur adalah berat feses, frekuensi defekasi, serta konsistensi feses setelah pengamatan selama 5 jam setiap 30 menit. Analisis data menggunakan uji ANAVA satu arah dilanjutkan dengan uji Tukey HSD dengan p = 0,05.

Hasil Penelitian. Ekstrak Daun Senna memiliki perbedaan bermakna dalam meningkatkan frekuensi defekasi (p = 0,002), berat feses (p = 0,002), konsistensi feses (p = 0,002). Ekstrak kombinasi memiliki perbedaan bermakna dalam meningkatkan frekuensi defekasi (p = 0,002), berat feses (p = 0,005), konsistensi feses (p = 0,002). Ekstrak Daun Ungu tidak memiliki perbedaan bermakna dalam meningkatkan frekuensi defekasi (p = 0,065), berat feses (p = 0,975), konsistensi feses (p = 0,093).

Simpulan. Ekstrak Daun Senna dan kombinasinya dengan Daun Ungu berefek laksatif sementara Daun Ungu tidak berefek laksatif.

Kata kunci: Cassia angustifolia, Vahl Caesap; Graptophyllum pictum (L.) Griff.; laksatif; kombinasi

(2)

ii

ABSTRACT

TEST LAXATIVE EFFECT SENNA LEAVES (Cassia angustifolia, Vahl Caesap) AND PURPLE LEAVES (Graptophyllum pictum (L.) Griff.) AND ITS

COMBINATIONS IN MALE Swiss Webster MICE

Aprilia Puspitasari, 2015; Tutor I : Dra. Endang E., Apt. MS. AFK., Tutor II : Dr. Diana K. Jasaputra, dr., M.Kes.

Background. Foods high in fat and protein as well as poor fiber can cause constipation. Laxative from herbs, such as the Senna leaves and Purple leaves is not uncommon used as a therapeutic option. Senna leaves contain active ingredient sennoside A and sennoside B while the Purple Leaves contain alkaloids, glycosides, saponins, and tannins; that will affect the frequency of defecation, the weight of stool, and the consistency of the stool.

Aim. To compare the effects of laxative Senna Leaves and Purple leaves and its combination.

Methods This study was a comparative experimental laboratry with complete randomized design., with the method of the observation of the defecation pattern. The data measured is weight of stool (mg), the frequency of defecation, as well as the consistency of the stool after observation for 5 hours every 30 minutes. Data analysis using the test of one way ANOVA followed by the Tukey HSD test with p = 0.05.

Results. Senna leaves extract has a significant difference in increasing the frequency of defecation (p = 0.002), stool weight (p = 0.002), consistency of stool (p = 0.002). Extract the combination has significant difference in improving the frequency of defecation (p = 0.002), stool weight (p = 0.005), consistency of stool (p = 0.002). Purple leaves extract has no significant difference in increasing the frequency of defecation (p = 0,065), stool weight (p = 0,975), consistency of stool (p = 0,093).

Summary. Senna leaves extract and the combination extract have laxative effect while the Purple leaves has no laxative effect.

Key words: Cassia angustifolia Vahl, Caesap; Graptophyllum pictum (l.) Griff.; laxative; combination

(3)

iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

SURAT PERNYATAAN ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ... iv

ABSTRAK ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR DIAGRAM ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 LATAR BELAKANG ... 1

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH ... 2

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN ... 3

1.4 MANFAAT KARYA TULIS ILMIAH ... 3

1.5 KERANGKA PEMIKIRAN ... 4

1.6 HIPOTESIS PENELITIAN ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

2.1 Anatomi ... 6

2.1.1 Esofagus ... 7

(4)

iv

2.1.2 Gaster ... 7

2.1.3 Duodenum ... 7

2.1.4 Intestinum tenue ... 8

2.1.5 Intestinum crassum ... 8

2.2 Histologi Kolon ... 11

2.2.1 Mukosa... 12

2.2.2 Submukosa ... 13

2.2.3 Muskularis Eksterna ... 13

2.2.4 Serosa ... 14

2.3 Fisiologi ... 15

2.3.1 Motilitas dan sekresi kolon ... 15

2.3.2 Penyerapan dalam kolon ... 16

2.3.3 Feses ... 17

2.5.1 Laksatif rangsang/stimulan ... 21

2.5.2 Laksatif garam dan laksatif osmotik ... 22

2.5.3 Laksatif pembentuk massa ... 22

2.5.4 Laksatif emolien/pelunak feses ... 23

2.6 Cassia angustifolia, Vahl Caesap ... 23

2.6.1 Taksonomi ... 23

(5)

v

2.6.2 Morfologi ... 24

2.6.3 Kandungan Kimia ... 24

2.7 Graptophyllum pictum [L.] Griff. ... 25

2.7.1 Taksonomi ... 25

2.7.2 Nama ... 26

2.7.3 Morfologi ... 26

2.7.4 Kandungan Kimia ... 27

2.8 Oleum ricini ... 27

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Alat dan Bahan ... 28

3.2 Hewan Coba ... 28

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ... 28

3.4 Metode Penelitian ... 29

3.4.1 Desain Penelitian ... 29

3.4.2 Penentuan Besar Sampel ... 29

3.4.3 Variabel Penelitian ... 30

3.5 Prosedur Kerja ... 32

3.5.1 Persiapan Sebelum Tes ... 32

3.5.2 Persiapan Bahan Penelitian ... 32

3.5.3 Prosedur Penelitian... 32

3.5.4 Cara Pemeriksaan ... 33

3.6 Metode Analisis ... 33

3.7 Hipotesis statistik ... 33

3.8 Kriteria Uji ... 34

(6)

vi

3.9 Aspek Etik Penelitian ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

4.1 Hasil Penelitian ... 36

4.1.1 Frekuensi Defekasi ... 36

4.1.2 Berat feses ... 37

4.1.3 Konsistensi Feses ... 40

4.2 Pembahasan ... 42

4.3 Uji Hipotesis ... 43

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 48

5.1 Simpulan ... 48

5.2 Saran ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49

RIWAYAT HIDUP ... 76

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Frekuensi Defekasi Mencit ... 36

Tabel 4.2 Hasil Uji Mann-Whitney Frekuensi Defekasi Mencit ... 37

Tabel 4.3 Berat Feses Mencit ... 38

Tabel 4.4 Hasil Uji Tukey HSD Berat Feses Mencit ... 39

Tabel 4.5 Konsistensi Feses Mencit ... 40

Tabel 4.6 Hasil Uji Mann-Whitney Konsistensi Feses Mencit ... 41

(8)

viii

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Diagram Batang Frekuensi Defekasi Mencit ... 36 Diagram 4.2 Diagram Batang Berat Feses Mencit... 38 Diagram 4.3 Diagram Batang Konsistensi Feses Mencit... 40

(9)

ix

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Anatomi sistem digestorium... 6

Gambar 2.2 Anatomi intestinum crassum ... 10

Gambar 2.3 Aliran getah bening dan persarafan usus besar ... 11

Gambar 2.4 Histologi kolon ... 12

Gambar 2.5 Potongan melintang kolon ... 14

Gambar 2.6 Sel goblet pada tunika serosa ... 14

Gambar 2.7 Volume absorpsi kolon ... 17

Gambar 2.8 Daun Senna ... 24

Gambar 2.9 Struktur Kimia Sennosida ... 25

Gambar 2.10 Daun Ungu ... 26

Gambar 2.11 Struktur Kimia Asam Risinoleat ... 27

Gambar 3.1 Karakteristik konsistensi feses ... 31

(10)

x

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 SURAT KEPUTUSAN ETIK PENELITIAN... 51 Lampiran 2 PERHITUNGAN DOSIS... 52 Lampiran 3 PROSEDUR EKSTRAKSI TANAMAN... 53 Lampiran 4 HASIL PENELITIAN & ANALISIS DATA FREKUENSI

DEFEKASI... 54 Lampiran 5 HASIL PENELITIAN & ANALISIS DATA BERAT FESES... 61 Lampiran 6 HASIL PENELITIAN & ANALISIS DATA KONSISTENSI

FESES... 65 Lampiran 7 DOKUMENTASI... 74

(11)
(12)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Makanan merupakan kebutuhan pokok manusia, sebagai sumber energi vital manusia agar dapat melaksanakan kegiatan sehari-hari dengan baik. Kandungan dalam

makanan yang berguna bagi kesehatan tubuh dikenal sebagai zat gizi meliputi

karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, air dan juga serat. Di masyarakat golongan menengah ke atas, terjadi pergeseran pola makan dari tinggi karbohidrat, tinggi serat dan rendah lemak ke konsumsi rendah karbohidrat, tinggi lemak dan protein serta miskin serat (Santoso, 2011). Pola makan yang buruk tersebut dapat menyebabkan konstipasi. Konstipasi merupakan masalah kesehatan yang mempengaruhi 20% populasi di dunia. Penelitian epidemiologi telah melaporkan adanya korelasi antara konsumsi serat dengan kejadian konstipasi. Diet yang mengandung serat dalam jumlah yang besar akan menghasilkan feses yang lunak dan akan cepat melalui usus. Sebaliknya diet rendah serat akan menghasilkan feses yang kecil dan melewati usus secara perlahan (Clark & Godfrey, 1981).

Konstipasi merupakan perubahan dalam frekuensi dan konsistensi dibandingkan dengan pola defekasi individu yang bersangkutan, yaitu frekuensi defekasi kurang dari tiga kali per minggu dan konsistensi tinja lebih keras dari biasanya . Definisi konstipasi menurut North American Society for Pediatric Gastroenterology Hepatology and Nutrition (NASPGHAN) yaitu ketidakmampuan atau kesulitan

defekasi yang terjadi selama 2 minggu atau lebih sehingga menyebabkan penderitaan yang signifikan terhadap pasien. Konstipasi sendiri dibedakan dalam dua jenis yaitu konstipasi fungsional dan konstipasi organik. Konstipasi fungsional bila tidak dijumpai kelainan patologis terkait dengan kurangnya asupan serat, kurangnya minum, kurang aktivitas fisik, stress dan perubahan aktivitas rutin, ketersediaan toilet dan masalah psikososial sedangkan pada konstipasi organik bila dijumpai kelainan patologis.

(13)

2

Individu tertentu dalam mengatasi konstipasi tidak jarang melakukan pengobatan sendiri tanpa didiskusikan dengan dokter, misalnya saja dengan menambah konsumsi air, meningkatkan aktivitas fisik, dan mengonsumsi obat pencahar (laksan). Bahkan tidak sedikit pula individu yang memanfaatkan obat pencahar herbal. Pengobatan herbal sendiri menurut Undang-undang No. 36/2009 tentang Kesehatan pasal 100 ayat (1) dan (2), sumber obat tradisional yang sudah terbukti berkhasiat dan aman digunakan akan tetap dijaga kelestariannya dan dijamin pemerintah untuk pengembangan serta pemeliharaan bahan bakunya. Laksansia atau pencahar bekerja dengan cara menstimulasi gerakan peristaltik dinding usus sehingga mempermudah buang air besar (defekasi) dan meredakan sembelit. Tujuannya adalah untuk menjaga agar tinja (feses) tidak mengeras dan defekasi menjadi normal. Makanan yang masuk ke dalam tubuh akan melalui lambung, usus halus, dan akhirnya menuju usus besar (kolon). Di dalam kolon inilah terjadi penyerapan cairan dan pembentukan massa feses. Bila massa feses berada terlalu lama dalam kolon, jumlah cairan yang diserap juga banyak, akibatnya konsistensi feses menjadi keras dan kering sehingga dapat menyulitkan pada saat pengeluaran feses.

Daun Senna memiliki kandungan aktif utama glikosida diantron yang aglikonnya terdiri dari aloe-emodin dan atau rhein. Kadar yang paling besar adalah senosida A dan senosida B, merupakan sepasang isomer yang aglikonnya adalah rein-diantron. Daun Ungu mengandung alkaloid dan saponin yang berkhasiat sebagai diuretik, laksatif ringan, dan emoliens (Dalimartha, 2008).

1.2 IDENTIFIKASI MASALAH

1) Apakah ekstrak daun Senna berefek laksatif dengan meningkatkan berat feses, frekuensi defekasi, dan mengubah konsistensi feses.

2) Apakah ekstrak daun Ungu berefek laksatif dengan meningkatkan berat feses, frekuensi defekasi, dan mengubah konsistensi feses.

(14)

3

3) Apakah kombinasi ekstrak daun Senna dan daun Ungu berefek laksatif dengan meningkatkan berat feses, frekuensi defekasi, dan mengubah konsistensi feses.

4) Apakah kombinasi daun Senna dan daun Ungu berefek laksatif yang lebih baik dibandingkan bentuk tunggal daun Senna.

5) Apakah kombinasi daun Senna dan daun Ungu berefek laksatif yang lebih baik dibandingkan bentuk tunggal daun Ungu.

1.3 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud penelitian ini untuk mengembangkan potensi obat herbal sebagai pengobatan alternatif pelancar BAB.

Penelitian ini bertujuan untuk menilai:

1) Efek laksatif ekstrak daun Senna dengan meningkatkan berat feses, frekuensi defekasi, dan mengubah konsistensi feses.

2) Efek laksatif ekstrak daun Ungu dengan meningkatkan berat feses, frekuensi defekasi, dan mengubah konsistensi feses.

3) Efek laksatif kombinasi ekstrak daun Senna dan daun Ungu dengan meningkatkan berat feses, frekuensi defekasi dan mengubah konsistensi feses.

4) Efek laksatif kombinasi daun Senna dan daun Ungu lebih baik dibandingkan bentuk tunggal daun Senna.

5) Efek laksatif kombinasi daun Senna dan daun Ungu lebih baik dibandingkan bentuk tunggal daun Ungu.

1.4 MANFAAT KARYA TULIS ILMIAH

1) Kegunaan Akademis

Menambah wawasan dan pengetahuan mengenai manfaat dari daun Senna, daun Ungu serta kombinasinya.

(15)

4 2) Kegunaan Praktis

Untuk memberikan informasi masyarakat dalam penggunaan daun Senna dan daun Ungu sebagai terapi alternatif dalam pengobatan konstipasi.

1.5 KERANGKA PEMIKIRAN

Laksansia atau pencahar bekerja dengan cara menstimulasi gerakan peristaltik dinding usus sehingga mempermudah buang air besar (defekasi) dan meredakan sembelit. Tujuannya adalah untuk menjaga agar feses tidak mengeras dan defekasi menjadi normal. Mekanisme pencahar sesungguhnya masih belum dapat dijelaskan karena kompleksnya faktor-faktor yang mempengaruhi fungsi kolon, transportasi air dan elektrolit. Secara umum dapat dijelaskan sebagai berikut: (1) sifat hidrofilik atau osmotiknya sehingga terjadi penarikan air dengan akibat massa, konsistensi, dan transit tinja bertambah; (2) pencahar bekerja langsung ataupun tidak langsung terhadap mukosa kolon dalam menurunkan absorbsi air dan NaCl; (3) pencahar dapat meningkatkan motilitas usus dengan akibat menurunnya absorbsi garam dan air dan selanjutnya mengurangi waktu transit. Sesuai dengan mekanisme kerjanya, pencahar diklasifikasikan menjadi; (1) pencahar rangsang, yang akan merangsang mukosa, saraf intramural atau otot polos usus sehingga meningkatkan peristaltik dan sekresi lendir usus; (2) pencahar garam dan pencahar osmotik, akan meningkatkan peristaltik usus karena pengaruh tidak langsung daya osmotiknya. Air ditarik ke dalam lumen usus sehingga tinja menjadi lembek setelah 3-6 jam; (3) pencahar pembentuk massa; (4) pencahar emolien (Estuningtyas & Arif, 2007). Daun Senna memiliki kandungan aktif utama glikosida diantron yang aglikonnya terdiri dari aloe-emodin dan atau rhein. Kadar yang paling besar adalah senosida A dan senosida B, merupakan sepasang isomer yang aglikonnya adalah rein-diantron. Glikosida diantron mulanya diurai menjadi aglikon aktif yang akan menstimulasi pleksus saraf intramural otot polos usus sehingga kontraksi otot polos meningkat disertai dengan peningkatan sekresi lendir (Neal, 2006). Kandungan mucilago dalam daun Senna akan menyebabkan menurunnya absorpsi air dalam lumen usus akibatnya konsistensi feses akan tetap lembek.

(16)

5

Daun Ungu mengandung alkaloid yang tidak beracun, glikosida, flavonoid, steroid, saponin, tanin, klorofil, dan lendir. Alkaloid dapat meningkatkan sintesis prostaglandin. Saponin bekerja dengan cara meningkatkan kelarutan dari molekul lipofilik melalui pembentukan micel. Penggabungan saponin dengan membran sel mungkin membuat struktur yang lebih permeabel dibandingkan dengan membran saja (Mills & Bone, 2000). Kandungan kimia tersebut juga sudah dibuktikan kandungannya pada Daun Ungu melalui penelitian Achmad H. dan Soedigdo S., Litbang PT Kimia Farma dan Departemen Kimia ITB.

Dengan adanya kandungan aktif pada kedua daun tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian uji efek defekasi dengan pengamatan terhadap frekuensi defekasi dan berat feses mencit, sertaperubahan konsistensi feses mencit.

1.6 HIPOTESIS PENELITIAN

1) Ekstrak daun Senna berefek laksatif dengan meningkatkan berat feses, frekuensi defekasi, dan mengubah konsistensi feses.

2) Ekstrak daun Ungu berefek laksatif dengan meningkatkan berat feses, frekuensi defekasi dan mengubah konsistensi feses.

3) Kombinasi ekstrak daun Senna dan daun Ungu dengan meningkatkan berat feses, frekuensi defekasi dan mengubah konsistensi feses.

4) Efek laksatif kombinasi daun Senna dan daun Ungu lebih baik dibandingkan bentuk tunggal Daun Senna.

5) Efek laksatif kombinasi daun Senna dan daun Ungu lebih baik dibandingkan bentuk tunggal Daun Ungu.

(17)

48

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan pembahasan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1) Ekstrak daun Senna berefek laksatif dengan meningkatkan berat feses, frekuensi defekasi, dan mengubah konsistensi feses.

2) Ekstrak daun Ungu tidak berefek laksatif dengan meningkatkan berat feses, frekuensi defekasi, dan mengubah konsistensi feses.

3) Kombinasi ekstrak daun Senna dan daun Ungu berefek laksatif dengan meningkatkan berat feses, frekuensi defekasi dan mengubah konsistensi feses.

4) Kombinasi daun Senna dan daun Ungu berefek laksatif dengan meningkatkan berat feses, frekuensi defekasi, dan mengubah konsistensi feses yang setara dibandingkan dengan bentuk tunggal Daun Senna.

5) Kombinasi daun Senna dan daun Ungu berefek laksatif dengan meningkatkan berat feses, frekuensi defekasi, dan mengubah konsistensi feses, lebih baik dibandingkan dengan bentuk tunggal Daun Ungu.

5.2 Saran

Penelitian efek laksatif Daun Senna dan Daun Ungu serta kombinasinya perlu diteliti lebih lanjut dengan:

 Menggunakan metode lain  Menggunakan hewan coba lain

 Uji toksisitas bentuk tunggal dan kombinasi

(18)

49

DAFTAR PUSTAKA

Alice S. Pakurar, P., & John W. Bigbee, P. (2004). Digital Histology, An Interactive CD Atlas With Review Text. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Clark, C. G., & Godfrey, J. (1981). Constipation—a simple approach to treatment. British Journal of General Practice, 31(222), 38-40.

Dalimartha, d. S. (2008). Atlas Tumbuhan Obat Indonesia Jilid I. Jakarta: Trubus Agriwidya.

Ellis, H. (2006). Clinical Anatomy Eleventh Edition. victoria, Australia: Blackwell Publishing.

Estuningtyas, A., & Arif, A. (2007). Farmakologi dan Terapi Edisi 5. Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

Francesco Capasso, T. S. (1997). Laxatives, a practical guide. Springer Science & Business Media.

Gartner, L. P., & Hiatt, J. L. (2007). Color Textbook of Histology Third Edition. Saunders.

Guyton, A. & Hall, J. E. (2007). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran Edisi 11. Jakarta: EGC.

Heinrich, Michael; Barnes, Joanne; Gibbons, Simon; Williamson, Elizabeth M.;. (2009). Farmakognosi dan Fitoterapi. Jakarta: EGC.

Isnawati, A. (2003). Pemeriksaan Senyawa-senyawa Turunan Fenol Daun Handeuluem (Graptophyllum picyum (L.) Griff).

Kokate, D. C., Purohit, A. P., & Gokhale, S. B. (2008). Pharmacognosy Forty Second Edition. Mumbai: Nirali Prakashan.

Mardiyaningsih, A. (2012). PURIFIKASI ANTRAKINON DAN MUSILAGO EKSTRAK DAUN SENNA (Cassia angustifolia Vahl) SERTA UJI EFEK KOMBINASINYA PADA AKTIVITAS LAKSATIF. Diambil kembali dari https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1 Herbal Medicine. Churchil Livingstone.

(19)

50

Moore, K. L., & Agur, A. M. (2007). Essential Clinical Anatomy, Third Edition. Canada: Lippincott Williams & Wilkins.

Neal, M. (2006). At a Glance Farmakologi Medis Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Pakurar, A. S., & Bigbee, J. W. (2004). Digital Histology, AnInteractive CD Atlas

With Review Text. New Jersey: John Wiley & Sons, Inc.

Santoso, I. A. (2011). Serat pangan (dietary fiber) dan manfaatnya bagi kesehatan. MAGISTRA, 23(75), 35.

Sherwood, L. (2009). Fisiologi Manusia (Dari Sel ke Sistem). Jakarta: EGC. Utami, D. P. (2008). Buku Pintar Tanaman Obat. Jakarta Selatan: Agro Media

Pustaka.

Wibowo, D. S., & Paryana, W. (2009). Anatomi Tubuh Manusia. Bandung: Graha Ilmu.

Wolfgang Kuehnel, M. (2003). Color Atlas of Cytology, Histology, and Microscopic Anatomy. New York: Thieme.

Gambar

Tabel 4.6 Hasil Uji Mann-Whitney Konsistensi Feses Mencit ............................

Referensi

Dokumen terkait

Skripsi dengan judul: Efek Ekstrak Etanol Daun Ungu (Graptophyllum pictum [L.] Griff.) terhadap Mortalitas Larva Nyamuk Anopheles aconitus [L.].. Stefanus Erdana Putra, NIM:

Kesimpulan : Infusa daun salam (Syzygium polyanthum [Wight.] Walp.) memiliki efek sebagai antidiare terhadap mencit, yang menurunkan frekuensi defekasi, berat feses, dan menambah

Penelitian Wahyuningtyas (2005), ekstrak daun ungu yang diperoleh dengan metode sokletasi menggunakan pelarut etanol 70% terbukti bahwa ekstrak etanol daun ungu

Uji pendahuluan pada ekstrak metanol daun ungu bertujuan untuk mengetahui golongan senyawa metabolit sekunder yang terkandung di dalam ekstrak daun Pengujian

Skripsi berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Ungu (Graptophyllum pictum (L) Griff) Terhadap Waktu Perdarahan (Bleeding Time) Pada Tikus Wistar Jantan, telah diuji dan

Uji daya hambat ekstrak etanol daun ungu dilakukan dengan menggunakan konsentrasi sebesar 100%, 80%, 60%, 40% dan 20%.Hasil dari penelitian ini didapat bahwa ekstrak etanol daun

Terapi non-farmakologi yang dapat digunakan dalam penyembuhan hemoroid salah satunya dengan memanfaatkan ekstrak daun ungu (graptophylum pictum griff) dimana sebagian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya efek antifungi ekstrak etanol daun ungu (Graptophyllum pictum [L.] Griff.) terhadap pertumbuhan Candida