• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Attachment to God dan Loneliness pada Remaja Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Kristen di Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Attachment to God dan Loneliness pada Remaja Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Kristen di Kota Bandung."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

iii

Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara attachment to God dan loneliness pada remaja Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Kristen di kota Bandung. Populasi dalam penelitian ini adalah semua remaja LKSA Kristen di kota Bandung yang berjumlah 58 orang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian korelasional.

Alat ukur yang digunakan untuk mengukur attachment to God adalah Attachment to God Inventory (AGI) yang dikembangkan oleh Brennan, Clark, dan Shaver (1998) yang kemudian disusun oleh Beck & McDonald (2004), dan telah dimodifikasi oleh peneliti. Sedangkan alat ukur yang digunakan untuk mengukur loneliness adalah kuesioner Ucla Loneliness Scale (ULS) yang dikembangkan oleh Peplau (1978), dan telah dimodifikasi oleh peneliti. Data yang diperoleh diolah menggunakan uji korelasi Spearman dengan program SPSS 22.0 for windows.

Berdasarkan pengolahan data secara statistik, hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan negatif yang signifikan antara attachment to God dan loneliness pada remaja LKSA Kristen di kota Bandung dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,255 dan nilai signifikansi 0,027. Faktor yang paling berpengaruh terhadap hubungan antara attachment to God dan loneliness adalah karakteristik individu.

(2)

Universitas Kristen Maranatha ABSTRACT

The purpose of this research is to discover the correlation between attachment to God and loneliness among teenagers at Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak Kristen (LKSAK) in Bandung. The population of this research is 58 teenagers of LKSAK in Bandung. The design of this research is correlational research design.

The instrument of this research is the modification of Attachment to God Inventory (AGI) developed by Brennan, Clark, and Shaver (1998) which was designed by Beck & McDonald (2004) and later modified by the researcher. The instrument to evaluate the Loneliness is the questionnaire of UCLA Loneliness Scale (ULS) constructed by Peplau (1978) and later modified by the researcher. The data is analyzed with a measure of Spearman’s correlation using SPSS Statistics 22.0 for Windows.

Based on statistical analysis of the data, the results of the research is that there is a significant negative correlation between attachment to God and loneliness among teenagers of LKSAK in Bandung with correlation coefficient value of -0,255 and significant value of 0.027. The most influential factor for correlation between attachment to God and loneliness is the individual characteristics.

(3)

vii

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

ABSTRAK ... iii

ABSTRACT ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Maksud Penelitian ... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 8

1.4.1 Kegunaan Teoretis ... 9

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 9

1.5 Kerangka Pemikiran ... 9

1.6 Asumsi Penelitian ... 16

(4)

Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 17

2.1 Loneliness ... 17

2.1.1 Proses Terjadinya Experience ofLoneliness ... 17

2.1.2 Indikator Loneliness ... 21

2.1.3 Faktor Demografis yang Mempengaruhi Loneliness ... 22

2.2 Attachment ...... 24

2.2.1 Correspondence & Compensation Hypothesis ... 26

2.2.2 Attachmentto God ... 28

2.2.3 Dimensi Attachmentto God ... 29

2.3 Remaja ... 31

2.3.1 Karakteristik Remaja ... 31

2.3.2 Perubahan-Perubahan Pada Masa Remaja ... 32

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 36

3.1 Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 36

3.1.1 Rancangan Penelitian ... 36

3.1.2 Prosedur Penelitian ... 36

3.2 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 37

3.2.1 Variabel Penelitian ... 37

3.2.2 Definisi Konseptual ... 37

3.2.3 Definisi Operasional ... 37

3.3 Alat Ukur ... 38

(5)

ix

Universitas Kristen Maranatha

3.3.2 Prosedur Pengisian Kuesioner ... 39

3.3.3 Sistem Penilaian ... 39

3.3.4 Kuesioner Loneliness ... 40

3.3.5 Prosedur Pengisian Kuesioner ... 40

3.3.6 Sistem Penilaian ... 40

3.3.7 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 41

3.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 41

3.4.1 Validitas Alat Ukur ... 41

3.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 42

3.5 Populasi Sasaran dan Karakteristik Populasi ... 43

3.5.1 Populasi Sasaran ... 43

3.5.2 Karakteristik Populasi ... 43

3.6 Teknik Analisis Data ... 44

3.7 Hipotesis Statistik ... 44

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 45

4.1 Gambaran Responden Penelitian ... 45

4.1.1 Berdasarkan Usia ... 45

4.1.2 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

4.1.3 Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 46

4.1.4 Berdasarkan Suku Bangsa ... 47

(6)

Universitas Kristen Maranatha

4.2 Hasil Penelitian ... 48

4.2.1 Hasil Korelasi ATG & Loneliness ... 48

4.2.2 Tabulasi Silang ATG & Loneliness ... 49

4.2.3 Gambaran Attachment to God ... 50

4.2.4 Gambaran Loneliness ... 50

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 51

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 57

5.1 Simpulan ... 57

5.2 Saran ... 58

5.2.1 Saran Teoritis ...... 58

5.2.2 Saran Praktis ... 58

DAFTAR PUSTAKA ... 60

DAFTAR RUJUKAN ... 62

(7)

xi

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Pembagian Kategori Remaja ... 32

Tabel 3.1 Pembagian Item dalam Kuesioner Attachment to God ... 38

Tabel 3.2 Bobot Penilaian Kuesioner ATG ... 39

Tabel 3.3 Pembagian Item dalam Kuesioner Loneliness ... 40

Tabel 3.4 Bobot Penilaian Kuesioner Loneliness ... 41

Tabel 4.1 Gambaran Responden Penelitian Berdasarkan Usia ... 45

Tabel 4.2 Gambaran Responden Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin ... 46

Tabel 4.3 Gambaran Responden Penelitian Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 46

Tabel 4.4 Gambaran Responden Penelitian Berdasarkan Suku Bangsa ... 47

Tabel 4.5 Gambaran Responden Penelitian Berdasarkan Mulai Tinggal di Panti ... 48

Tabel 4.6 Tabel Korelasi Antara Attachment to God dan Loneliness ... 48

Tabel 4.7 Tabulasi Silang Attachment to God dan Loneliness ... 49

Tabel 4.8 Gambaran Attachment to God ... 50

(8)

Universitas Kristen Maranatha

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran ... 15

Bagan 2.1 A model of the experience of loneliness ...... 18

Bagan 2.2 Continuity of attachment IWMs across time ...... 27

Bagan 3.1 Rancangan Penelitian ... 36

(9)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Orang tua berperan sebagai figur pemberi kasih sayang dan melakukan asuhan, sebagai figur identifikasi, agen sosialisasi, menyediakan pengalaman dan berperan serta dalam perkembangan konsep diri anak, sehingga pengalaman kedekatan dengan orang tua merupakan faktor signifikan yang akan mempengaruhi tumbuh kembang anak (Hoffman, 1994). Orang tua juga menjadi sandaran bagi anak ketika anak sedang mengalami masalah, anak akan mencari orang tuanya ketika mereka sedang sakit, dalam kondisi kelelahan, maupun ketika mereka sedang berada dalam situasi yang membahayakan. Orang tua dipercaya dapat memberi rasa aman dan perlindungan, serta kasih sayang dan perhatian, oleh sebab itu orang tua memegang peran yang penting dalam pembentukan

attachment dengan anak.

Attachment adalah suatu relasi kelekatan yang terbentuk antara anak dan pengasuh, dalam relasi ini anak menjadikan pengasuh utama sebagai dasar yang aman ketika bereksplorasi, sebagai tempat perlindungan dan memberi rasa nyaman (Bowlby, 1979 dalam Ju-Ping Chiao Yeo, 2010). Orang tua memainkan peran yang penting bagi kehidupan anak-anak mereka sebagai figur attachment

(10)

Universitas Kristen Maranatha ekonomi sehingga terpaksa dititipkan dalam Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak (LKSA). Menurut Weiss (1982 dalam Kirkpatrick, 2005), kehilangan orangtua yang adalah figur attachment utama memiliki sejumlah implikasi penting bagi individu, salah satunya mencakup kerentanan untuk mengalami kesepian (loneliness).

Kesepian (loneliness) merupakan suatu pengalaman tidak menyenangkan yang terjadi ketika jejaring relasi sosial seseorang kurang terpenuhi dalam beberapa cara yang penting, baik secara kualitas maupun kuantitas (Peplau, 1981). Kesepian berbeda dengan sepi meskipun kata dasar dari kesepian adalah sepi, karena sepi merujuk pada keadaan yang sunyi, sedangkan kesepian berarti perasaan yang sunyi (KBBI, 2014). Kesepian tidak hanya muncul dalam situasi lingkungan yang sepi, karena seseorang bisa merasa kesepian di tengah suasana yang hiruk pikuk dan hingar bingar, kesepian dapat muncul di tengah keramaian dan perkumpulan orang banyak. Hal ini sejalan dengan pendapat yang dikemukakan oleh Rubenstein, Shaver, dan Peplau (1979) bahwa hampir semua orang pernah mengalami kesepian, namun perasaan ini muncul bukan karena kondisi atau situasi yang dialami individu melainkan dari bagaimana individu memaknakan situasi yang dialaminya.

(11)

3

Universitas Kristen Maranatha terutama dari orang dewasa, masalah penyesuaian diri, kegagalan dalam relasi lawan jenis, tekanan sosial, perasaan tidak yakin diri, maupun gagal memenuhi kebutuhan juga dapat memperkuat kemunculan loneliness pada diri remaja. Survei yang dilakukan oleh Parlee (1979 dalam Perlman & Peplau, 1984) juga menunjukkan bahwa sebanyak 79 % responden yang sering merasa kesepian adalah responden yang berusia di bawah 18 tahun.

Kehilangan orang tua atau ketidakhadiran figur orang tua juga dialami oleh para remaja LKSA Kristen di kota Bandung. Remaja LKSA Kristen di kota Bandung dititipkan di panti dengan alasan yang beragam, ada yang karena orang tuanya tidak dapat menafkahi atau menyekolahkan sehingga terpaksa dititipkan, ada yang orang tuanya bercerai, ada pula yang orang tuanya meninggal sejak masih kecil sehingga oleh keluarga dimasukkan ke panti karena tidak ada yang merawat. Remaja LKSA Kristen di kota Bandung ada yang sejak kecil sudah dititipkan di panti, ada pula yang saat menginjak usia remaja baru masuk ke panti. Remaja yang sejak kecil sudah masuk ke panti menjalin relasi yang lebih lama dengan pengasuh, sementara remaja yang baru masuk pada saat usia remaja sudah mengenal dan ingat siapa orang tua kandungnya sehingga cukup sulit untuk menjalin relasi yang dekat dengan pengasuh.

(12)

Universitas Kristen Maranatha cukup bagi mereka sehingga mereka tidak merasa kesepian meskipun jauh dari orang tua atau tidak lagi memiliki orang tua. Sedangkan 60 % remaja lainnya menyatakan bahwa mereka merasa kesepian. Alasan yang diungkapkan beragam, seperti diantaranya remaja merasa sendiri karena tidak ada orang tua yang bisa mendengarkan curahan hati mereka atau mengajak bermain pada saat liburan, ketika sakit tidak ada orang tua yang menemani di sisi mereka, ketika melihat orang lain bisa berkumpul bersama keluarga ada perasaan sedih di hati para remaja tersebut karena tidak bisa merasakan dan mengalami hal yang sama. Remaja juga mengaku cukup sulit untuk berelasi dengan pengasuh karena sering berbeda pendapat, mereka juga merasa segan dan sungkan ketika ingin meminta sesuatu atau menceritakan sesuatu karena menyadari bahwa pengasuh bukan orang tua kandung mereka.

(13)

5

Universitas Kristen Maranatha individu yang kurang memiliki ikatan dengan orang tua atau pengasuh karena Tuhan dipandang mampu mengisi kekosongan/ kehampaan akibat tidak adanya

attachment dengan orang tua atau pengasuh (Kirkpatrick, 2005). Attachment to God merujuk pada situasi ketika seseorang membentuk suatu relasi kedekatan dengan Tuhan dan menganggap Tuhan sebagai figur pemberi kasih sayang atau

attachment figure (Kirkpatrick, 2005).

Peneliti kemudian mewawancarai empat orang pengasuh dari beberapa LKSA Kristen di kota Bandung, dari hasil perbincangan tersebut para pengasuh mengungkapkan keterbatasan mereka dalam memenuhi kebutuhan kasih sayang dan perhatian bagi para remaja di LKSA. Pengasuh berupaya agar kebutuhan remaja akan perhatian dan kasih sayang tetap dapat terpenuhi, yakni dengan mengarahkan remaja untuk membangun kedekatan dengan Tuhan dan menjadikan Tuhan sebagai figur pengganti orang tua. LKSA Kristen di kota Bandung memfasilitasi anak asuh mereka dengan berbagai kegiatan kerohanian, seperti persekutuan doa, pendalaman Alkitab, saat teduh, dan ibadah di gereja setiap hari minggu, dengan tujuan agar remaja semakin mengenal Tuhan sehingga mampu menjalin hubungan yang dekat dengan Tuhan dan tidak ragu untuk menjadikan Tuhan sebagai sandaran di kala suka maupun duka. Berbagai kegiatan kerohanian yang diberikan tersebut diharapkan dapat membantu remaja meningkatkan

attachment dengan Tuhan.

(14)

Universitas Kristen Maranatha menunjukkan toleransi emosional yang sesuai, seperti secara efektif mengatasi dan menoleransi saat-saat ketika Tuhan seolah terasa jauh dan sedang tidak menunjukkan kasih sayang. Remaja tersebut juga tidak cemburu dengan hubungan yang Tuhan bangun dengan orang lain, mereka merasa dikasihi oleh Tuhan dan tidak terpaku atau cemas terhadap hubungannya dengan Tuhan. Di sisi lain, remaja dengan attachment to God yang rendah dapat mengarah pada dua kecenderungan yakni merasa sulit untuk bergantung pada Tuhan, dan enggan untuk terikat secara emosional dengan Tuhan, atau mereka justru merasa takut ditinggalkan oleh Tuhan dan menjadi cemburu ketika Tuhan nampaknya lebih mengasihi dan dekat dengan orang lain. Penelitian yang dilakukan Kirkpatrick & Shaver (1992 dalam Kirkpatrick, 2005) menunjukkan bahwa responden dengan

attachment to God yang tinggi memiliki skor yang rendah pada pengukuran mengenai kesepian (loneliness), sebaliknya pada individu dengan attachment to God yang rendah menunjukkan derajat kesepian (loneliness) yang lebih tinggi.

Peneliti selanjutnya melakukan wawancara terhadap 10 remaja yang sama di LKSA Kristen kota Bandung untuk mengetahui bagaimana taraf kedekatan yang terbentuk antara mereka dengan Tuhan. Dari perbincangan tersebut diperoleh data bahwa 70 % remaja memiliki attachment to God yang cenderung tinggi, mereka meyakini bahwa Tuhan peduli pada mereka dan selalu melindungi, mereka percaya bahwa Tuhan selalu ada menolong mereka pada saat mengalami kesulitan, Tuhan menjadi teman “curhat” ketika mereka mengalami pergumulan,

(15)

7

Universitas Kristen Maranatha percaya Tuhan juga mengasihi dan dekat dengan mereka. Remaja membangun komunikasi dengan Tuhan melalui doa, pembacaan Firman Tuhan (Alkitab), dan kebaktian di gereja. Bagi mereka figur Tuhan selalu dapat diandalkan dalam segala situasi dan selalu menemani mereka kapanpun dan dimanapun. Sedangkan 30 % remaja lainnya memiliki attachment to God yang cenderung rendah, mereka merasa sulit untuk mengungkapkan perasaannya kepada Tuhan karena mengganggap Tuhan tidak peduli, mereka seringkali merasa ragu apakah Tuhan benar-benar menyayangi mereka atau tidak, mereka takut Tuhan akan meninggalkan mereka, mereka sering dibayang-bayangi oleh kecemasan bahwa Tuhan tidak benar-benar mengasihi mereka.

Dari hasil survei awal terlihat bahwa 70 % remaja LKSA Kristen di kota Bandung memiliki attachment to God yang cenderung tinggi. Sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Kirkpatrick & Shaver (1992 dalam Kirkpatrick, 2005), sejatinya pada remaja yang memiliki attachment to God yang tinggi maka derajat kesepian di dalam dirinya akan berkurang karena Tuhan telah menjadi figur pengganti orang tua, namun berdasarkan survei masih terlihat bahwa 60 % remaja menunjukkan penghayatan bahwa dirinya merasa kesepian. Oleh sebab itu peneliti merasa tertarik untuk menggali lebih jauh bagaimana sebenarnya keterkaitan antara rasa kesepian yang dialami para remaja LKSA Kristen di kota Bandung dengan adanya Tuhan sebagai figur pengganti

(16)

Universitas Kristen Maranatha 1.2 Identifikasi Masalah

Dari penelitian ini peneliti ingin mengetahui apakah terdapat hubungan negatif antara attachment to God dan loneliness pada remaja LKSA Kristen di kota Bandung.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian

Adapun maksud dan tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud dari penelitian ini adalah:

1) Mendapatkan gambaran mengenai attachment to God pada remaja di LKSA Kristen kota Bandung.

2) Mendapatkan gambaran mengenai loneliness pada remaja di LKSA Kristen kota Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai hubungan antara attachment to God dan loneliness beserta faktor-faktor yang mempengaruhi pada remaja LKSA Kristen di kota Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian

(17)

9

Universitas Kristen Maranatha 1.4.1 Kegunaan Teoretis

1) Memberi tambahan informasi mengenai hubungan attachment to God dan

loneliness terhadap bidang ilmu Psikologi Perkembangan.

2) Memberikan masukan atau tambahan informasi bagi peneliti lain yang tertarik untuk melakukan penelitian lanjutan mengenai attachment to God

dan loneliness.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1) Memberikan informasi kepada remaja LKSA Kristen di kota Bandung mengenai hubungan kedekatan mereka dengan Tuhan dan kaitannya dengan perasaan kesepian yang mereka alami.

2) Memberikan informasi kepada para pengasuh LKSA Kristen di kota Bandung mengenai hubungan kedekatan remaja dengan Tuhan dan kaitannya dengan perasaan kesepian yang dialami para remaja di LKSA.

3) Memberikan informasi kepada pihak yayasan LKSA Kristen di kota Bandung mengenai hubungan kedekatan para remaja dengan Tuhan dan kaitannya dengan perasaan kesepian yang dialami para remaja LKSA.

1.5 Kerangka Pemikiran

(18)

Universitas Kristen Maranatha tidak menyenangkan yang terjadi ketika jejaring relasi sosial seseorang kurang terpenuhi dalam beberapa cara yang penting, baik secara kualitas maupun kuantitas (Peplau, 1981). Remaja LKSA Kristen di kota Bandung yang masih memiliki satu atau kedua orang tua mengaku jarang sekali berkomunikasi dengan orang tuanya, baik itu melalui telepon maupun dengan mendapat kunjungan di panti, hal ini dikarenakan keterbatasan sarana dan ketiadaan biaya dari pihak keluarga. Terlebih lagi pada remaja yang sejak kecil sudah tidak memiliki kedua orang tua, keinginan untuk menjalin komunikasi tampaknya hanyalah sebuah angan-angan karena hal tersebut tidak mungkin terwujud. Kondisi yang demikan dapat menjadi suatu pengalaman yang tidak menyenangkan bagi para remaja LKSA Kristen di kota Bandung karena relasi dengan orang tua yang mereka harapkan tidak terpenuhi, baik secara kualitas maupun kuantitas.

Perlman dan Peplau (1982) mengungkapkan ada faktor-faktor yang menyebabkan remaja rentan mengalami loneliness, yang pertama adalah karakteristik individu (characteristics of the person). Sejumlah besar penelitian telah menyelidiki bahwa loneliness diasosiasikan dengan karakteristik individu yang pemalu (shyness) dan self-esteem rendah. Remaja yang mengalami

(19)

11

Universitas Kristen Maranatha Self-esteem yang rendah juga dapat menimbulkan loneliness. Remaja LKSA yang memiliki self-steem yang rendah akan menyalahkan diri mereka atas kegagalannya dalam melakukan hubungan sosial dengan orang lain sehingga dapat memperkuat kemunculan loneliness. Selain itu, remaja dengan keterampilan sosial yang kurang memadai (gaya interaksi yang self-focused dan non-responsif), cenderung memiliki hubungan sosial yang kurang memuaskan sehingga berkontribusi terhadap loneliness. Faktor situasional juga dapat menyebabkan remaja rentan mengalami loneliness, beberapa hal diantaranya berkaitan dengan waktu, jarak, dan uang. Remaja LKSA Kristen di kota Bandung yang memiliki jadwal harian yang padat akan memiliki sedikit waktu untuk tidur dan menjalin pertemanan, selain itu karena keterbatasan jarak mereka tidak dapat bertemu dengan keluarga mereka, remaja tersebut juga tidak bisa membeli apa yang mereka inginkan atau mencari kesenangan yang mereka mau karena tidak memiliki cukup uang, akibatnya mereka menjadi semakin kesepian karena situasi dan kondisi di sekitar mereka yang tidak menguntungkan.

(20)

Universitas Kristen Maranatha figur attachment dan relasi yang terjalin antara individu dengan Tuhan merupakan ikatan attachment yang oleh Kirkpatrick (2005) disebut sebagai attachment to God. Attachment to God merujuk pada situasi ketika seseorang membentuk suatu relasi kelekatan dengan Tuhan dan menganggap Tuhan sebagai figur pemberi kasih sayang (Kirkpatrick, 2005).

Menurut Brennan, Clark, dan Shaver (1998 dalam Beck & McDonald, 2004), attachment to God dibentuk oleh dua dimensi utama yakni: (1) avoidance of intimacy, dan (2) anxiety about abandonment. Secara spesifik avoidance of intimacy with God melibatkan tema-tema hubungan seperti kebutuhan untuk bebas (mandiri), merasa sulit untuk bergantung pada Tuhan, dan ketidakmauan untuk dekat secara emosional dengan Tuhan. Sebaliknya, anxiety about abandonment melibatkan tema-tema hubungan seperti ketakutan akan ditinggalkan oleh Tuhan, protes kemarahan (kebencian atau frustrasi atas kurangnya perhatian yang diberikan Tuhan), cemburu ketika melihat Tuhan nampaknya lebih dekat dengan orang lain, merasa cemas tentang keberhargaan diri di mata Tuhan, dan terakhir individu merasa terpaku atau khawatir mengenai relasinya dengan Tuhan. Kombinasi kedua dimensi tersebut akan menentukan derajat kedekatan yang terbentuk antara remaja dengan Tuhan, yakni attachment to God yang tergolong tinggi atau attachment to God yang tergolong rendah.

(21)

13

Universitas Kristen Maranatha melibatkan Tuhan dalam perjalanan hidupnya, menyadari bahwa Tuhan selalu ada dalam situasi di mana dukungan, rasa nyaman, pertolongan dan perlindungan dibutuhkan. Remaja berani menjelajah masuk ke dalam dunia, meskipun di dalamnya terdapat banyak tantangan sekaligus menawarkan berbagai kesempatan untuk bertumbuh. Remaja dengan attachment to God yang tergolong tinggi, secara umum memandang Tuhan dalam istilah yang positif, seperti peduli, melindungi, penuh kasih, selalu ada saat dibutuhkan, siap sedia menolong kapan pun dan dimana pun, dan selalu dapat diandalkan. Mereka juga memahami bahwa dirinya dicintai dan dikasihi Tuhan sehingga mereka merasa bersemangat untuk menjalani hidup.

(22)

Universitas Kristen Maranatha tidak. Remaja dengan attachment to God yang tergolong rendah cenderung melihat Tuhan dalam gambaran yang negatif sebagai sosok yang tidak peduli, mengabaikan, dan tidak hadir saat individu merasa terancam dan membutuhkan pertolongan.

Kedekatan dengan Tuhan sebagai figur pengganti orang tua (attachment figure) akan membantu mengatasi rasa kesepian yang dialami oleh remaja LKSA Kristen di kota Bandung. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Weiss (1982 dalam Kirkpatrick, 2005) bahwa attachment to God merupakan alternatif yang baik guna mengatasi kerentanan remaja mengalami kesepian (loneliness) akibat ketidakhadiran figur attachment dalam dunia internal remaja. Remaja dengan attachment to God yang tinggi idealnya mampu mengatasi rasa kesepian di dalam dirinya karena mereka memiliki relasi yang dekat dengan Tuhan sebagai figur pengganti orang tua. Sebaliknya pada remaja dengan

attachment to God yang rendah kerentanan untuk merasa kesepian masih mungkin didapati dalam diri para remaja tersebut karena mereka belum mampu membentuk relasi yang erat dengan Tuhan sebagai figur attachment yang ideal untuk menggantikan orang tua.

(23)

15

Universitas Kristen Maranatha Dimensi attachment to God:

Avoidance of intimacy Anxiety about abandonment

Experience of loneliness

Indikator loneliness:

Feeling of loneliness &

social isolation

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran Remaja LKSA

Kristen di kota Bandung

Attachment to God

Faktor-faktor yang mempengaruhi kemunculan loneliness:

 Karakteristik individu

(24)

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi Penelitian

1) Remaja LKSA Kristen di kota Bandung merasa kesepian (loneliness) karena mengalami keterpisahan dengan figur orang tua.

2) Pengasuh LKSA Kristen di kota Bandung belum mampu menjalankan peran sebagai figur attachment pengganti yang ideal bagi remaja LKSA. 3) Remaja LKSA Kristen di kota Bandung mengganggap Tuhan sebagai

figur attachment pengganti yang ideal dan mulai membentuk attachment to God.

4) Pada remaja LKSA Kristen di kota Bandung yang memiliki attachment to God yang tinggi, derajat loneliness akan berkurang/ menurun.

5) Pada remaja LKSA Kristen di kota Bandung yang memiliki attachment to God yang rendah, derajat loneliness cenderung meningkat.

1.7 Hipotesis Penelitian

(25)

57 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, peneliti akan memaparkan kesimpulan dari hasil pembahasan yang telah dilakukan pada bab sebelumnya beserta saran yang sesuai dengan hasil penelitian.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data mengenai hubungan antara attachment to God dan loneliness pada remaja LKSA Kristen di kota Bandung, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan negatif yang signifikan antara attachment to God dan loneliness pada remaja LKSA Kristen di kota Bandung.

2. Pada remaja LKSA Kristen di kota Bandung yang memiliki attachment to God yang tinggi dan loneliness yang rendah, atau sebaliknya yang memiliki attachment to God yang rendahdan loneliness yang tinggi, faktor yang mempengaruhi adalah karakteristik individu.

3. Pada remaja LKSA Kristen di kota Bandung yang memiliki attachment to God yang tinggi dan loneliness yang tinggi faktor yang mempengaruhi adalah karakteristik individu, sedangkan pada remaja yang memiliki

(26)

Universitas Kristen Maranatha 4. Faktor yang paling berpengaruh terhadap hubungan attachment to God dan

loneliness pada remaja LKSA Kristen di kota Bandung adalah karakteristik individu yang mencakup shyness, self-esteem, dan social skill.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

Berikut ini merupakan saran teoritis bagi perkembangan penelitian ini selanjutnya:

1. Bagi peneliti yang tertarik dengan topik ini selanjutnya disarankan untuk melakukan penelitian mengenai pengaruh karakteristik individu terhadap

loneliness pada remaja LKSA Kristen di kota Bandung.

5.2.2 Saran Praktis

Berikut ini merupakan saran praktis bagi pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini:

(27)

59

Universitas Kristen Maranatha 2. Memberikan informasi kepada para pengasuh LKSA Kristen di kota

Bandung bahwa karakteristik individu memiliki kaitan dengan derajat kesepian yang dialami remaja. Melalui informasi ini, pengasuh diharapkan dapat memberikan pendampingan intensif terhadap remaja LKSA melalui konseling dan pelatihan, serta mengadakan berbagai kegiatan pengembangan karakter yang dapat membantu mengembangkan karakteristik individu yang positif dalam diri remaja.

(28)

60 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Beck & McDonald. 2004. Attachment to God Inventory (AGI): Assessment Scoring and Interpretation Packet.

Beck, Richard & McDonald, Angie. 2004. Attachment To God: The Attachment To God Inventory, Tests Of Working Model Correspondence, And An Explanation Of Faith Group Differences. Journal of Psychology and Theology, Vol. 32, No. 2, 92-103. Biola University: Rosemead School of Psycology.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing: Design, Analysis, and Use.

Boston: Allyn & Bacon.

Guilford, J. P. 1995. Fundamental Statistics in Psychology and Education, 3rd edition. New York: McGraw Hill.

Hoffman, Lois, Scott Paris & Elizabeth Hall. 1994. Developmental Psychology Today: Sixth Edition. New York: McGraw-Hill, Inc.

Kirkpatrick, Lee A. 2005. Attachment, Evolution, and the Psychology of Religion. New York: The Guilford Press.

Santrock, John W. 2014. Adolescence: Fifteenth Edition. New York: McGraw-Hill Companies, Inc.

Peplau, L. A. 1988. Loneliness: New Directions in Research. In: Participate in the Challenge of Mental Health and Psychiatric Nursing. Montreal: Proceedings of the 3rd National Conference on Psychiatric Nursing.

(29)

61

Universitas Kristen Maranatha Perlman, D. & Peplau, L. A. (Eds). 1984. Preventing the Harmful Consequences

of Severe and Persistent Loneliness. In: L. A. Peplau & S. Goldston.

Loneliness Research: A Survey of Empirical Findings (pp. 13-46). U.S.: Government Printing Office.

______________. 1981. Toward a Social Psychology of Loneliness. In: S. Duak & R. Gihour. Personal Relationships in Disorder. London: Academic Press.

Rubenstein, C. & Shaver, P. R. 1982. The Experience of Loneliness. In: L. A. Peplau & D. Perlman (Eds.). Loneliness: A Sourcebook of Current Theory, Research, and Therapy (pp. 206-223). New York: A Wiley-Interscience Publication John Wiley & Sons.

Rubenstein, Carin, Shaver, P. & Peplau, L. A. 1979. Loneliness. Human Nature.

Russell, D., Peplau, L.A. & Ferguson, M.L. 1978. Developing a measure of loneliness. Journal of Personality Assessment, 42, 290-294.

(30)

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Referensi

Dokumen terkait

HUBUNGAN ANTARA GAYA KELEKATAN (ATTACHMENT STYLE) DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA :Studi Korelasi pada siswa SMA Pasundan 1 Bandung Universitas Pendidikan Indonesia

yang signifikan antara tingkat kesepian dengan attachment..

Sedangkan seseorang yang memiliki attachment style dismissing atau fearful (attachment yang cenderung negatif) akan lebih banyak menghindari atau menyangkal dengan

penghayatan akan sosok Tuhan yang tidak responsif, penyebab kehilangan, dan tidak melindungi memungkinkan terbentuknya insecure attachment to God pada peserta Bina Iman

Terdapat kemungkinan faktor lain yang membuat pola parental attachment tidak berhubungan dengan kualitas persahabatan remaja awal, diantaranya pengahayatan yang

Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara kualitas attachment pada Ayah-anak dan Ibu-anak dengan kualitas persahabatan yang dimiliki remaja dilihat dari dua

Terdapat beberapa studi yang telah meneliti hubungan antara otonomi dan kualitas attachment pada remaja di luar negeri, salah satu contohnya ialah penelitian yang dilakukan oleh

Hubungan antara remaja dan ibu bapa merupakan perkara yang sangat penting kerana kajian lepas membuktikan bahawa gaya ikatan ( Attachment ) kanak-kanak terhadap ibu bapa adalah