• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Adult Attachment Styles pada Mahasiswa yang Menjalani Hubungan Pacaran di Universitas "X" Kota Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Adult Attachment Styles pada Mahasiswa yang Menjalani Hubungan Pacaran di Universitas "X" Kota Bandung."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

ii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK

Penelitian ini dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai Adult Attachment Styles pada mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran di

Universitas “X” di Kota Bandung. Ukuran sampel sebesar 100 mahasiswa yang sedang menjalani hubungan pacaran selama minimal 1 tahun dan rentang usia 20-23 tahun. Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel pada penelitian ini adalah accidental sampling.

Alat ukur yang digunakan adalah Kuesioner RSQ (Relationship Scale Questionnaire) yang dibuat oleh Griffin dan Bartholomew (1991) yang terdiri dari 30 item. Setelah dilakukan pengujian validitas, terdapat 16 item yang valid dengan rentang validitas antara 0,379 sampai 0,739. Setelah itu dilakukan uji reabilitas pada tipe Secure sebesar 0,722, Anxious sebesar 0,772, Avoidant sebesar 0,761 dan Fearful sebesar 0,753.

Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh hasil, yaitu 38% mahasiswa menunjukkan Adult Attachment tipe Avoidant, 31% mahasiswa menunjukkan tipe Secure, 6% mahasiswa menunjukkan tipe Anxious, dan 1% mahasiswa menunjukkan tipe Fearful. Faktor yang terkait adalah jenis kelamin, usia, lama berpacaran, pengalaman berpacaran sebelumnya, penghayatan hubungan dengan pasangan, penghayatan hubungan dengan orang tua, kedekatan dengan orang tua, kedekatan dengan figur signifikan lain dan pengalaman signifikan dengan orang tua.

(2)

iii Universitas Kristen Maranatha

ABSTRACT

This research was conducted to get picture about Adult Attachment Styles

among Student’s relationship in University “X” in Bandung city. The number of

samples taken are 100 students who have been in relationship at least for 1 year and aged range 20 – 23 years old. The methods in collecting samples in this research is accidental sampling.

Measuring instruments used in this research is RSQ questionnaire (Relationship Scale Questionnaire) that made by Griffin and Bartholomew (1991) consisted of 30 items. After doing validity testing, there are 16 valid items with the range between 0,379-0,739. Reability testing of measuring instruments into Secure type 0,722, Anxious 0,772, Avoidant 0,761 and Fearful 0,753.

Based on the data that has been processed, the result comes with 38% students shows Avoidant Adult Attachment Styles, 31% students shows Secure type, 6% students shows Anxious type, and 1% students shows Fearful type. The related factors are gender, age, relationship age,the experience of relationship before, the comprehensions with partners and parents, closeness with parents, closeness to other significant figures and significant experiences with parents.

(3)

vi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN...i

ABSTRAK...ii

ABSTRACT...iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL... x

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 7

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1 Maksud Penelitian ... 7

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Kegunaan Penelitian... 8

1.4.1 Kegunaan Teoritis ... 8

1.4.2 Kegunaan Praktis ... 8

1.5 Kerangka Pemikiran ... 9

1.5.1 Bagan Kerangka Pemikiran ... 18

(4)

vii Universitas Kristen Maranatha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 20

2.1 Attachment Style ... 20

2.1.1 Definisi Attachment Style ... 20

2.1.2 Behavioral System ... 22

2.1.3 Affectional Bonds ... 22

2.1.4 Internal Working Model of Attachment ... 23

2.1.4.1 Dimensi Model of Self ... 25

2.1.4.2 Dimensi Model of Others ... 26

2.1.5 Romantic Love dan Attachment pada Masa Dewasa Awal... 27

2.1.6 Adult Attachment Styles ... 29

2.1.6.1. Definisi ... 29

2.1.6.2 Tipe-tipe Adult Attachment Styles ... 32

2.1.6.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adult Attachment Styles ... 35

2.2 Dewasa Awal ... 36

2.2.1 Pengertian Dewasa Awal ... 36

2.2.2 Perkembangan Biologis ... 37

2.2.3 Perkembangan Kognitif ... 37

2.2.4 Perkembangan Sosio-Emosional ... 38

2.3 Romantic Relationship ... 40

2.3.1 Definisi Romantic Relationship ... 40

2.3.2 Romantic Relationship pada Dewasa Awal ... 41

2.3.3 Tipe Romantic Relationship ... 43

2.5 Mahasiswa ... 44

(5)

viii Universitas Kristen Maranatha

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 46

3.1 Rancangan Penelitian ... 46

3.2 Bagan Prosedur Penelitian ... 46

3.3 Variabel Penelitian, Definisi Konseptual, dan Definisi Operasional ... 47

3.3.1 Variabel Penelitian ... 47

3.3.2 Definisi Konseptual ... 47

3.3.3 Definisi Operasional ... 47

3.4 Alat Ukur ... 48

3.4.1 Kuesioner Adult Attachment Styles ... 48

3.4.2 Sistem Penilaian ... 50

3.4.3 Data Sosiodemografis ... 51

3.4.4 Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 51

3.4.4.1 Validitas Alat Ukur ... 51

3.4.4.2 Reliabilitas Alat Ukur ... 52

3.5 Populasi dan Teknik Penarikan Sampel ... 53

3.5.1 Populasi Sasaran ... 53

3.5.2 Karakteristik Sampel ... .53

3.5.3 Teknik Penarikan Sampel ... 54

3.6 Teknik Analisis Data ... 54

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 56

4.1 Gambaran Umum Responden ... 56

4.1.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

4.1.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 57

(6)

ix Universitas Kristen Maranatha 4.1.4 Gambaran Responden Berdasarkan Pengalaman Berpacaran

Sebelumnya ... 59

4.2 Hasil Penelitian ... 60

4.2.1 Gambaran Responden Berdasarkan tipe Adult Attachment Styles ... 60

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 61

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 73

5.1 Simpulan ... 73

5.2 Saran ... 74

5.2.1 Saran Teoritis ... 74

5.2.2 Saran Praktis ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 75

(7)

x Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Empat Kategori Attachment Style Kim Bartholomew ... 31

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur ... 49

Tabel 3.2 Kriteria Penilaian ... 50

Tabel 3.3 Reliabilitas RSQ ... 53

Tabel 4.1 Gambaran Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 56

Tabel 4.2 Gambaran Responden Berdasarkan Usia ... 57

Tabel 4.3 Gambaran Responden Berdasarkan Lama Berpacaran ... 58

Tabel 4.4 Gambaran Responden Berdasarkan Pengalaman Berpacaran Sebelumnya ... 59

(8)

xi Universitas Kristen Maranatha DAFTAR BAGAN

Bagan 1.5.1 Kerangka Pemikiran ... 18 Bagan 3.1 Bagan Rancangan Penelitian... 46

(9)

xii Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Kisi - kisi Alat Ukur Lampiran 2 : Informed Consent

Lampiran 3 : Kuesioner Penelitian Lampiran 4 : Karakteristik Responden

Lampiran 5 : Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur RSQ Lampiran 6 : Hasil Data RSQ

Lampiran 7 : Tabulasi Silang

(10)

1 Universitas Kristen Maranatha BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan

kehadiran manusia lain karena mereka dapat saling melengkapi untuk memenuhi kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi sendiri. Pada masa awal kelahirannya, manusia merasakan lingkungan merupakan ancaman bagi dirinya karena keadaan lingkungan

berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, manusia yang baru dilahirkan mendapatkan perasaan aman dari interaksi dengan ibu

yang melahirkannya atau figur pengasuh lain yang merawatnya. Manusia akan membentuk ikatan emosional yang mendalam dengan orangtua / figur pengasuh lain yang merawatnya dan ikatan emosional ini di lingkup Psikologi dikenal dengan

istilah attachment (Santrock, 2006).

Anak yang memiliki attachment dengan orangtua dapat diketahui dari

perilakunya yang selalu ingin dekat dengan orangtuanya (Bowlby, 1969). Attachment ini tidak hanya terjadi pada masa anak dan remaja, melainkan akan terus berjalan sepanjang rentang kehidupan individu hingga terjadinya relasi pada usia dewasa awal

(Hazan dan Shaver, 1987).

Masa dewasa awal sebagian besar berada pada usia 18 – 24 tahun yang

(11)

2

Universitas Kristen Maranatha sosial baru. Secara sosial, perkembangan ini ditandai dengan semakin berkurangnya ketergantungan terhadap orangtua. Individu biasanya akan semakin mengenal

komunitas luar melalui interaksi sosial yang dilakukan di perguruan tinggi, pergaulan teman sebaya ataupun masyarakat luas. Pada masa ini pula ketertarikan pada lawan

jenis sudah mulai muncul dan berkembang. Mereka akan mengalami berbagai fase dalam menjalin hubungan dan berinteraksi dengan orang lain. Relasi tersebut dimulai

dari berkenalan, menjadi teman, bersahabat sampai akhirnya menjalin hubungan romantis dengan lawan jenisnya atau yang dikenal dengan pacaran.

Menurut Duval dan Miller (1985), pacaran merupakan tugas penting dalam

perkembangan dewasa awal. Hubungan pacaran banyak ditemui pada individu di usia dewasa awal khususnya mahasiswa di Universitas “X”. Ketika menjalani hubungan

pacaran, mahasiswa berada pada tahap steady dating dimana pasangan mahasiswa lebih rutin berpacaran dan dapat lebih mengenal serta menilai pribadi pasangannya untuk sebagai proses pencarian pasangan hidupnya. Mereka dapat membangun

persahabatan dan aktivitas bersama dengan pasangannya di sekitar kampus maupun di luar kampus sehingga masing-masing dapat mengenal kebiasaan, karakter atau

sifat dari pasangannya. Berbeda dengan hubungan pacaran pada masa remaja, hubungan pacaran mahasiswa pada masa dewasa awal lebih serius dan bukan sekedar untuk kesenangan saja

(http://m.kompasiana.com/mahasiswa-tingkat-akhir-cari-pasangan-hidup diakses pada tanggal 10 Oktober 2014).

Mahasiswa yang berada pada masa dewasa awal menjalani hubungan pacaran

(12)

3

Universitas Kristen Maranatha mendalam. Tidak sedikit mahasiswa yang menonjolkan unsur seksual di dalamnya seperti berpelukan, berciuman, bercumbu (petting), dan sampai melakukan hubungan

seksual pranikah. Sehubungan dengan hal-hal tersebut, mahasiswa beranggapan bahwa unsur seksual dalam berpacaran dapat menjadi cara untuk mengungkapkan

rasa cinta dalam bentuk kedekatan fisik dan semakin mempererat perasaan cinta mahasiswa dengan pasangannya.

Hubungan pacaran yang dijalani mahasiswa tentu saja tidak terlepas dari konflik yang dapat terjadi dalam hubungan tersebut. Cara mahasiswa memperlakukan pasangannya dan komunikasi satu sama lain dapat memengaruhi ikatan yang

dibentuk mahasiswa dengan pasangannya. Adanya ketidakcocokan antara sikap individu dengan pasangannya dapat menyebabkan pertengkaran dan menghambat

hubungan pacaran tersebut. Mahasiswa juga terkadang dihadapkan dengan perlakuan buruk yang dilakukan oleh pasangannya, baik secara fisik maupun mental. Perlakuan buruk ini dapat muncul dari sikap posesif dan rasa tidak percaya terhadap pasangan

(http://www.psikoterapis.com/?en-konflik-dalam-cinta,164 diakses pada tanggal 20 December 2014).

Mahasiswa yang menjalin hubungan pacaran memiliki ikatan emosional yang kuat serta rasa cinta kepada pasangannya. Dalam masa dewasa awal, ikatan emosional tersebut dikenal dengan istilah Adult Attachment. Menurut Bartholomew

(1991), Adult Attachment merupakan kecenderungan manusia yang berupaya menciptakan ikatan afeksi yang kuat dengan orang tertentu. Adult attachment terdiri

(13)

4

Universitas Kristen Maranatha pasangan, yaitu model of self dan model of others yang masing-masing dapat bervalensi positif atau negatif (Bartholomew, 1991). Model of self merupakan

kecenderungan seberapa positif atau negatif penghayatan individu mengenai dirinya sendiri, yaitu penghayatan kelayakan dirinya untuk dicintai, memperoleh dukungan,

kenyamanan dan kasih sayang dari figur attachment-nya. Model of others merupakan kecenderungan seberapa positif atau negatif penghayatan individu terhadap figur

attachment-nya, yaitu penghayatan seberapa siap figur attachment dalam memberikan

dukungan, perhatian, responsif, dan dapat diandalkan pada saat dibutuhkan.

Kombinasi dari kedua dimensi tersebut memunculkan empat variasi tipe Adult

Attachment Styles, yaitu Secure (positif model of self dan model of others), Anxious

(negatif model of self dan positif model of others) ,Avoidant (positif model of self dan

negatif model of others) dan Fearful (negatif model of self dan model of others). Pada studi Hazan & Shaver terhadap 620 pria dan wanita, ditemukan bahwa hubungan pasangan yang memiliki Adult Attachment tipe Secure berhubungan positif dengan

kepuasan dan kelanggengan suatu hubungan romantis. Secure attachment cenderung dapat bertahan dalam jangka waktu yang lebih lama dibandingkan dengan tipe

attachment lainnya.

Menurut survei awal yang dilakukan peneliti terhadap sepuluh mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran, didapatkan informasi bahwa terdapat lima

responden (50%) yang berpacaran lebih dari satu tahun merasa cemas dengan hubungan pacaran yang dijalaninya. Responden merasa takut kehilangan dan

(14)

5

Universitas Kristen Maranatha dan kasih sayang kepada dirinya. Salah satu responden mengaku bahwa hubungan pacaran tersebut adalah yang pertama kali dijalaninya dan ia merasa kurang percaya

terhadap pasangannya karena merasa pasangannya adalah orang yang tertutup sehingga menimbulkan rasa curiga dan cemburu yang berlebihan terhadap

pasangannya. Salah satu responden mengaku sering melarang pasangannya untuk berteman dengan lawan jenisnya dan ia mengontrol hampir semua aktivitas yang

dijalani oleh pasangannya. Salah satu responden mengaku sudah melakukan hubungan seks pranikah dengan pasangannya sehingga hal tersebut menjadi salah satu pertimbangan untuk tetap mempertahankan hubungan pacaran mereka dan

membuat ia khawatir jika pasangannya meninggalkannya. Hubungan pacaran kelima responden diatas memiliki ciri-ciri yang mengarah pada Anxious Adult Attachment

Styles.

Pada tiga responden (30%) yang sudah menjalani hubungan pacaran selama lebih dari tiga tahun mengungkapkan bahwa mereka menghayati dirinya layak

dicintai oleh pasangannya dan yakin bahwa pasangannya juga mencintai dirinya. Seluruh responden menghayati bahwa hubungan pacaran mereka adalah hubungan

yang bahagia dan akan bertahan lama walaupun tidak terlepas dari konflik dalam berpacaran. Mereka memiliki rasa saling percaya, saling mendukung, merasa cocok dan mengerti satu sama lain. Ketika sedang mengalami masalah, mereka selalu

membicarakan masalah tersebut secara baik-baik dan selama menjalani hubungan pacaran, belum pernah ada masalah besar yang menjadi penghambat dalam hubungan

(15)

6

Universitas Kristen Maranatha dan setia satu sama lain walaupun menjalani hubungan pacaran jarak jauh yang berbeda kota. Ketiga responden diatas memiliki ciri-ciri yang mengarah pada Secure

Adult Attachment Styles.

Berbeda lagi dengan dua responden (20%) yang masing-masing sudah

menjalani hubungan pacaran selama dua tahun mengaku bahwa mereka menghayati dirinya layak untuk dicintai dan mendapatkan kasih sayang dari pasangannya namun

responden juga merasa hubungan pacaran yang dijalani sebagai hubungan yang kurang bahagia karena merasa lebih nyaman untuk tidak dekat dan bergantung dengan pasangannya. Salah satu responden mengaku bahwa ada beberapa hal yang

menjadi masalah dalam hubungan tersebut, yaitu ia merasa pasangannya kurang layak untuknya karena memiliki status sosial-ekonomi yang berbeda dan hubungan mereka

tidak disetujui oleh orangtuanya sehingga hal tersebut membuat responden menjadi menghindar dari pasangannya. Responden lainnya jarang berkomunikasi dengan pasangannya walaupun tinggal dilokasi yang berdekatan. Ia lebih sering

menghabiskan waktu dengan teman-temannya dibandingkan dengan pasangannya karena ia menganggap bahwa hubungan dengan pasangannya hanya sekedar status.

Responden memilih untuk tetap menjalani hubungan pacaran karena faktor lama pacaran yang sudah terhitung cukup lama dan masing-masing keluarga pasangan sudah saling kenal. Hubungan berpacaran responden ini memiliki ciri-ciri yang

mengarah pada Avoidant Adult Attachment Styles.

Jadi, dapat disimpulkan bahwa terdapat lima responden (50%) yang memiliki

(16)

7

Universitas Kristen Maranatha dan dua responden (20%) lainnya memiliki Avoidant Adult Attachment. Tipe Adult

Attachment yang dimiliki tiap-tiap responden memegang peranan penting terhadap

keberhasilan dan kegagalan dalam suatu hubungan romantis.

Berdasarkan tipe Adult Attachment yang berbeda-beda dalam hubungan

berpacaran yang dibangun mahasiswa inilah yang menjadi daya tarik bagi peneliti untuk mengkaji Adult Attachment Styles pada mahasiswa yang menjalani hubungan

pacaran di Universitas “X”.

1.2 Identifikasi Masalah

Melalui penelitian ini peneliti ingin memeroleh gambaran mengenai Adult

Attachment Styles pada mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran di Universitas

“X” kota Bandung

1.3.1 Maksud Penelitian

Maksud penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran mengenai Adult

Attachment Styles pada mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran di Universitas

“X” kota Bandung

1.3.2 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk memeroleh gambaran mengenai Adult

Attachment Styles dan faktor-faktor yang memengaruhi Adult Attachment Styles pada

(17)

8

Universitas Kristen Maranatha 1.4 Kegunaan Penelitian

Kegunaan penelitian ini terdiri atas kegunaan teoretis dan kegunaan praktis, yaitu

1.4.1 Kegunaan Teoretis

Kegunaan teoretis dari penelitian ini adalah :

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, khususnya di bidang Psikologi Perkembangan mengenai Adult Attachment Styles mahasiswa yang

berpacaran.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi peneliti lain yang

ingin melakukan penelitian dalam topik yang serupa mengenai bagaimana gambaran Adult Attachment Styles.

1.4.2 Kegunaan Praktis

Kegunaan praktis penelitian ini adalah :

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi mahasiswa yang sedang menjalani hubungan pacaran mengenai Adult Attachment Styles sebagai bahan evaluasi dan pemahaman tipe attachment untuk meningkatkan

(18)

9

Universitas Kristen Maranatha 2. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan informasi bagi

konselor untuk dapat lebih memahami permasalahan yang berhubungan

dengan Adult Attachment dan intervensi dalam proses konseling.

1.5 Kerangka Pemikiran

Mahasiswa berada dalam masa dewasa awal yang berada pada rentang usia

18 - 40 tahun (Santrock, 2006). Pada masa ini, mahasiswa dihadapkan pada tugas perkembangan yakni mencapai kemandirian dalam berbagai hal, salah satunya dalam hal ekonomi dan mengambil keputusan, mendapatkan pendidikan dan pekerjaan yang

baik, serta menjalin hubungan dengan lawan jenis (Santrock, 2006). Ketika berinteraksi dengan lawan jenis, mahasiswa akan mengalami ketertarikan satu sama

lain dan dari ketertarikan inilah mahasiswa akan lebih saling mengenal dan memiliki hubungan yang dekat. Mahasiswa memiliki kebutuhan untuk membuat komitmen untuk terikat dalam suatu hubungan interpersonal dengan lawan jenisnya yang

dikenal dengan pacaran. Pacaran merupakan suatu hubungan antara dua orang yang berbeda jenis kelamin dan saling memiliki keterikatan emosi dimana hubungan ini

didasarkan karena adanya perasaan-perasaan tertentu dalam hati masing-masing serta diwarnai dengan keintiman (Duval dan Miller, 1987).

Mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran memiliki keterikatan emosional

dan hubungan yang intim dengan pasangannya. Ikatan emosional ini akan membentuk suatu attachment antara mahasiswa dan pasangannya selama masa

(19)

10

Universitas Kristen Maranatha berinteraksi dengan figur tertentu yang dikarakteristikkan dengan saling mengasihi dan adanya keinginan untuk menjaga kedekatan fisik terutama ketika sedang berada

dalam situasi tertekan (Bowlby dalam Mikulincer & Shaver, 2007).

Attachment pertama kali terbentuk pada saat anak berumur 6 atau 7 bulan dan

pada masa kanak-kanak attachment yang terbentuk adalah pada figur orangtua.

Attachment pada masa kanak-kanak cenderung menunjukkan perilaku untuk selalu

dekat dengan orangtua. Anak-anak membutuhkan kehadiran serta kontak fisik dengan orangtuanya agar anak merasa aman. Melalui pengalaman interaksi individu dengan orangtuanya, anak akan membentuk suatu internal working model yang merupakan

pola pikir individu mengenai penilaian akan dirinya sendiri dan orang lain yang digunakan untuk membangun hubungan dalam kehidupan sehari-hari.

Seiring bertambahnya usia, figur attachment pada individu turut mengalami pergeseran. Pada masa kanak-kanak, figur attachment berpusat pada caregiver. Ketika memasuki masa remaja, figur attachment beralih pada teman, demikian pula

pada masa dewasa awal, figur attachment mahasiswa tertuju pada pasangan dalam menjalin hubungan romantis dan dan dikenal dengan istilah Adult Attachment.

Mahasiswa akan menjadikan pasangannya sebagai dasar rasa aman ketika mahasiswa mengalami kesulitan atau tekanan. Perkembangan attachment pada mahasiswa di masa dewasa bersifat timbal balik dengan pasangannya dan lebih mampu bertoleransi

terhadap perpisahan dengan pasangannya. Adult attachment yang berkembang pada hubungan berpacaran mahasiswa memiliki fungsi yang sama dengan ikatan

(20)

11

Universitas Kristen Maranatha Dalam menjalin hubungan pacaran, mahasiswa akan mengembangkan

internal working model yang memiliki dua dimensi yaitu model of self dan model of

others (Bartholomew dan Horowitz, 1991). Dimensi model of self berkaitan dengan

bagaimana mahasiswa menilai dirinya sendiri dalam hubungan dengan pasangannya.

Semakin positif model of self, semakin tinggi rasa keberhargaan diri (self-worth) mahasiswa dalam hubungan dengan pasangannya. Sebaliknya, semakin negatif model

of self, mahasiswa akan merasa cemas dan merasa bahwa ia tidak layak diterima dan

dicintai oleh pasangannya. Dimensi model of others berkaitan dengan bagaimana mahasiswa menilai respons pasangannya untuk mendukung dan melindunginya

ketika dibutuhkan. Semakin positif model of others, mahasiswa akan menilai bahwa pasangannya selalu siap untuk mendukungnya dan dapat diandalkan. Semakin negatif

model of others, mahasiswa menilai pasangannya tidak responsif dan tidak

mendukung dalam hubungan pacaran tersebut. Model of others berkaitan dengan kecenderungan mahasiswa untuk mencari atau menghindari kedekatan dalam relasi

dengan pasangannya.

Berdasarkan dimensi model of self dan model of others, Adult Attachment

Styles terbagi menjadi empat tipe yaitu secure (positif model of self dan others),

anxious / ambivalent (negatif model of self dan positif model of others), avoidant

(positif model of self dan negatif model of others) dan fearful (negatif model of self

dan model of others. Mahasiswa yang berpacaran akan mengembangkan tipe

attachment yang berbeda-beda antara pasangan satu dengan yang lainnya karena

(21)

12

Universitas Kristen Maranatha mereka dan tipe attachment inilah yang akhirnya menentukan keberhasilan atau kegagalan suatu hubungan romantis.

Mahasiswa dengan dimensi positif model of self dan model of others akan merasa bahwa dirinya berharga dan memiliki kekhawatiran yang rendah bahwa ia

akan ditolak oleh pasangannya. Mahasiswa merasa nyaman dalam menjalin keintiman dengan pasangannya dan memiliki keyakinan bahwa dirinya dicintai

pasangannya. Pasangan mahasiswa akan memberikan kenyamanan serta perlindungan di saat mereka membutuhkan. Mahasiswa memiliki rasa saling percaya dan mahasiswa tidak akan merasakan kekhawatiran yang berlebihan apabila pasangannya

meninggalkannya. Kedua dimensi ini akan menghasilkan tipe Secure Adult

Attachment pada hubungan berpacaran. Dalam hubungan romantisnya, ketika

mengalami konflik dengan pasangannya, permasalahan akan diselesaikan dengan membicarakan kesalahan serta kekurangan masing-masing pasangan dan mahasiswa yang secure lebih mudah untuk memaafkan pasangannya. Hubungan romantis

mahasiswa yang secure cenderung dapat bertahan lebih lama dan memiliki tingkat kepuasan yang lebih besar dibandingkan dengan tipe Adult Attachment Styles lainnya

karena adanya rasa saling percaya, saling menerima dan saling mendukung satu sama lain (Hazan & Shaver, 1987).

Mahasiswa dengan dimensi negatif model of self dan positif model of others

memiliki kebutuhan yang kuat untuk dekat dan bergantung kepada pasangannya namun seringkali merasa khawatir / cemas bahwa pasangannya sebenarnya tidak

(22)

13

Universitas Kristen Maranatha pasangannya akan meninggalkannya. Mahasiswa kurang memiliki kepercayaan diri serta memiliki pandangan bahwa pasangannya tidak ingin berkomitmen terhadap

hubungan jangka panjang. Kecemasan yang dialami mahasiswa yang berpacaran menyebabkan mereka menuntut banyak hal dari pasangannya dan munculnya

perasaan cemburu yang cenderung berlebihan sehingga mahasiswa dapat menunjukkan sikap posesif terhadap pasangan dan membatasi aktivitas pasangannya.

Mahasiswa akan menuntut pasangannya untuk selalu meminta izin ketika pasangannya ingin mengikuti suatu kegiatan di kampus / di luar kampus. Mahasiswa memperlihatkan perilaku ‘manja’, bergantung kepada pasangannya dan memiliki

emosi yang kurang stabil yang dapat memicu konflik / pertengkaran dalam hubungan pacaran. Mahasiswa yang memiliki kedua dimensi tersebut menghasilkan tipe

Anxious Adult Attachment Styles.

Mahasiswa yang memiliki dimensi positif model of self dan negatif model of

others akan merasa tidak nyaman dengan kedekatan / keintiman dengan pasangannya.

Mahasiswa ingin melindungi dirinya dari perlakuan buruk dari pasangannya, rasa kecewa / sakit hati dengan menghindari kedekatan dengan pasangan, mengandalkan

dirinya sendiri dan lebih memilih untuk tidak bergantung kepada pasangannya. Mahasiswa memiliki pandangan negatif kepada pasangannya yakni bahwa pasangannya tidak dapat diandalkan dan tidak responsif ketika dibutuhkan.

Mahasiswa akan cenderung menghindari pasangannya dan jarang menghabiskan waktu untuk bersama-sama. Mahasiswa juga memiliki stabilitas emosi yang rendah

(23)

14

Universitas Kristen Maranatha mahasiwa tidak memiliki kehangatan satu sama lain dan tidak dapat memberikan dukungan emosional yang tinggi kepada pasangannya. Mahasiswa yang memiliki

kedua dimensi tersebut menghasilkan tipe Avoidant Adult Attachment.

Mahasiswa yang memiliki dimensi negatif model of self dan model of others

akan merasa tidak nyaman bila dekat secara emosional dengan pasangannya. Secara umum mahasiswa menginginkan relasi yang dekat dengan pasangannya, namun

mahasiswa merasa sulit untuk mempercayai pasangannya secara utuh atau bergantung kepada pasangannya. Bila berdekatan dengan pasangannya, mahasiswa merasa khawatir bahwa pasangannya akan menyakitinya kelak. Seringkali mahasiswa merasa

tidak layak untuk mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari pasangannya. Selain itu, mahasiswa juga sering merasa curiga terhadap pasangannya. Mereka kurang

mencari intimacy dengan pasangannya dan seringkali menyimpan ataupun menyembunyikan perasaan mereka ketika sedang ada masalah. Mahasiswa yang memiliki kedua dimensi tersebut menghasilkan tipe Fearful Adult Attachment.

Menurut Bartholomew dan Ainsworth, Adult Attachment Styles dipengaruhi oleh beberapa faktor, yang pertama adalah pengalaman pada masa lalu. Pengalaman

masa lalu berkaitan dengan kehidupan mahasiswa sebelum memasuki usia dewasa terutama pengalaman dengan figur attachment / orangtua. Attachment mahasiswa yang berkembang pada hubungan romantis di masa dewasa dipengaruhi oleh

attachment dengan orangtua ketika masa kecilnya (Hazan dan Shaver, 1987).

Apabila di masa kecilnya mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran di

(24)

15

Universitas Kristen Maranatha hubungan yang akrab dengan orangtuanya, mahasiswa akan mengembangkan tipe Secure Attachment dengan orangtuanya. Ketika masa dewasa, pengalaman tersebut

akan membuat mahasiswa memiliki penghayatan positif terhadap dirinya sendiri sehingga mahasiswa merasa bahwa dirinya berharga dan layak dicintai oleh orang

lain serta cenderung dapat menjadi pribadi yang mudah bergaul dan percaya diri. Dalam menjalani relasi, pasangan dipandang sebagai seseorang yang mengerti dan

menyayanginya. Hal ini membuat mahasiswa memiliki hubungan romantis dan penuh kasih dengan pasangannya yang menunjukkan Secure Adult Attachment Styles. Apabila mahasiswa memiliki orangtua yang kurang konsisten dalam

mengasuh mereka, orangtua yang menunjukkan sikap penolakan dan sering memaksakan keinginan kepada anaknya serta seringkali memberikan ancaman

perpisahan untuk mengontrol tingkah laku anak, mahasiswa dengan pengalaman masa lalu seperti itu akan mengembangkan perasaan ketidakberhargaan diri dan merasa kuatir bahwa orangtuanya tidak menyayanginya. Hal tersebut membuat

mahasiswa mengembangkan tipe Avoidant Attachment dengan orangtuanya. Dalam berelasi dengan pasangan di masa dewasa maka mahasiswa memandang diri sendiri

kurang layak dicintai dan akan cenderung menjadi individu yang kurang percaya diri, mudah jatuh cinta tetapi sulit untuk menemukan cinta sejati, penuh rasa ingin memiliki pasangan, posesif terhadap pasangan, penuh dengan rasa cemburu dan

(25)

16

Universitas Kristen Maranatha Mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran di Universitas “X” yang pada masa kecilnya sering mendapat perlakuan yang dingin, tidak diperhatikan oleh

orangtua, dan bahkan penolakan dari orangtuanya, mahasiswa akan merasa orangtuanya tidak menyayangi dan tidak mau menerima dirinya. Mahasiswa

menghayati dirinya berharga dan layak untuk dicintai namun memandang orangtuanya tidak dapat diandalkan dan akan menyakiti dirinya. Hal tersebut

membuat mahasiswa mengembangkan tipe Avoidant Attachment dengan orangtuanya. Dalam berelasi dengan pasangannya di masa dewasa, mahasiswa cenderung akan menghindari keintiman dengan pasangannya, tidak mau bergantung dengan

pasangannya serta sulit untuk menerima kekurangan pasangan dan Hal tersebut merupakan ciri dari tipe Avoidant Adult Attachment Styles.

Apabila mahasiswa pada masa kecilnya memiliki orangtua yang sering menolak secara konsisten dan tidak responsif dalam berkomunikasi, mahasiswa akan merasa dirinya tidak berharga dan memandang orangtuanya tidak menyayangi dan

tidak mau menerima dirinya. Mahasiswa Akan mengembangkan tipe Fearful

Attachment dengan orangtuanya. Berbeda dengan pola Avoidant, mahasiswa dengan

tipe Fearful tidak berusaha memenuhi sendiri kebutuhan dirinya, melainkan mencari penghargaan diri dari penilaian positif orang lain terhadap dirinya. Mahasiswa menganggap dirinya tidak layak dicintai karena selalu ditinggal dan ditolak

(26)

17

Universitas Kristen Maranatha untuk menjalin hubungan yang terlalu dekat dengannya. Hal tersebut merupakan ciri dari tipe Fearful Adult Attachment Styles.

Faktor yang kedua yang memengaruhi Adult Attachment Styles adalah jenis kelamin. Feeney dan Nooler (1996) menyatakan bahwa perempuan memiliki tingkat

kecemasan yang lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Dalam hubungan pacaran, tingkat kecemasan ini akan membuat mahasiswa merasa kuatir dan cemas dengan

hubungan pacaran yang di jalaninya. Kecemasan tersebut berdampak pada rasa curiga, kecemburuan, tidak yakin bahwa pasangannya mencintai dirinya dan merasa kuatir bahwa pasangannya akan meninggalkannya. Hal tersebut akan memengaruhi

kualitas hubungan mahasiswa dengan pasangannya.

Faktor yang ketiga adalah penghayatan terhadap relasi dengan pasangannya.

Memiliki penghayatan yang positif atau negatif tentang relasi dengan pasangan akan berpengaruh terhadap Adult Attachment Styles. Penghayatan yang positif akan membuat mahasiswa lebih memiliki hubungan relasi yang sehat dengan pasangannya.

Mahasiswa akan merasa akrab dan nyaman ketika sedang berelasi dengan pasangannya, mahasiswa juga merasa dihargai dan merasa puas dengan hubungan

pacaran yang dijalaninya. Sebaliknya penghayatan yang negatif akan membuat mahasiswa merasa kesulitan untuk melakukan interaksi yang sehat dengan pasangannya, mahasiswa merasa bahwa pasangannya tidak responsif dan merasa

(27)

18

Universitas Kristen Maranatha 1.5.1 Bagan Kerangka Pemikiran

Bagan 1.1 Kerangka Pemikiran

1.6 Asumsi

1. Pada umumnya, masa dewasa awal merupakan masa untuk menjalin relasi

yang matang dengan lawan jenis dalam bentuk pacaran.

2. Terdapat dua dimensi internal working model yang berkembang pada diri mahasiswa, yaitu model of self dan model of others. Kedua dimensi ini dapat

bernilai positif dan negatif dan kombinasi tersebut akan membentuk variasi tipe dari Adult Attachment Styles.

- Pengalaman masa lalu - Jenis kelamin

- Penghayatan dalam relasi dengan pasangan

Mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran

Adult Attachment Styles

Internal working model:

- Model of self

- Model of others

Secure

Anxious / Preoccupied

Avoidant / Dismissive

(28)

19

Universitas Kristen Maranatha 3. Berdasarkan variasi dari kedua dimensi tersebut, Adult Attachment dibagi

menjadi empat tipe yaitu Secure, Anxious, Avoidant dan Fearful.

4. Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi Adult Attachment Styles yang dimiliki mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran, yaitu pengalaman

(29)

73 Universitas Kristen Maranatha BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai Adult Attachment Styles pada mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran di Universitas “X” Kota Bandung,

dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Mahasiswa yang sedang menjalani hubungan pacaran di Universitas “X” Kota

Bandung menunjukkan Adult Attachment Styles yang berbeda-beda. Sebagian

besar mahasiswa menunjukkan tipe Avoidant, kemudian tipe Secure, tipe

Anxious dan tipe Fearful.

2. Mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran di Universitas “X” Kota Bandung dengan tipe Avoidant cenderung terkait dengan faktor jenis kelamin, lama berpacaran, pengalaman berpacaran sebelumnya, penghayatan hubungan

dengan pasangan, penghayatan hubungan dengan orang tua, kedekatan dengan orang tua, kedekatan dengan figur signifikan lain dan pengalaman signifikan

dengan orang tua.

3. Mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran di Universitas “X” Kota Bandung dengan tipe Secure cenderung terkait dengan faktor jenis kelamin,

lama berpacaran, pengalaman berpacaran sebelumnya, penghayatan hubungan dengan pasangan, penghayatan hubungan dengan orang tua, kedekatan dengan

(30)

74

Universitas Kristen Maranatha

dengan orang tua dan dampak pengalaman signifikan tersebut pada hubungan

dengan pasangan.

4. Mahasiswa yang menjalani hubungan pacaran di Universitas “X” Kota Bandung dengan tipe Anxious cenderung terkait dengan faktor jenis kelamin,

lama berpacaran, pengalaman berpacaran sebelumnya, penghayatan hubungan dengan pasangan, penghayatan hubungan dengan orang tua, kedekatan dengan

orang tua, kedekatan dengan figur signifikan lain dan pengalaman signifikan dengan orang tua.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoretis

1. Bagi peneliti lain agar melakukan penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh hubungan relasi dengan orang tua dan tipe Adult Attachment Styles.

2. Bagi peneliti lain agar menggunakan alat ukur lain atau menyusun alat ukur

baru yang dapat mengukur Adult Attachment Styles berdasarkan dimensi.

5.2.2 Saran Praktis

1. Pada mahasiswa yang sedang menjalani hubungan pacaran dapat menggunakan Adult Attachment Styles yang dimiliki mahasiswa sebagai

(31)

75

Universitas Kristen Maranatha

2. Konseling mahasiswa khususnya di Universitas “X” kota Bandung dapat

mengadakan pertemuan, diskusi atau seminar mengenai Adult Attachment

(32)

75 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Bartholomew, K. 1991. A Test of Four Category Model of Attachment of Young Adults, Journal of Personality and Social Psychology Vol. 61. American Psychological Association

Bowlby, J. 1969. Attachment and Loss Vol 1: Attachment. New York : Basic Books Inc.

Duval, E.M., & Miller, B.C. 1985. Married and Family Development, 6th ed,. Cambridge: Harper & Row Publishers.

Feeney, Judith.A & Nooler Patricia. 1996. Adult Attachment, Family and

Relationship. New York : Sage Publication.

Friedenberg, Lisa. 1995. Psychological Testing : Design, Analysis, and Use. Boston : Allyn & Bacon.

Graziano, Anthony M. 2000. Research Methods : A Process of Inquiry 4th edition. Boston: Allyn and Bacon Publ.

Hazan, Cindy dan Shaver, Philip.1987. Romantic Love Conseptualized as an

Attachment Process. Journal of Personality and Social Psychology vol 52. American Psychologival Association, 511-525.

Kurdek, Lawrence. A. 2002. On Being Insecure About the Assessment of

Attachment Styles. Journal of Social and Personal Relationship Vol. 19.

London : Thousand Oaks, ca an New Delhi.

Nazir, M. 2005. Metode Penelitian. Bogor : Ghalia Indonesia.

Santrock, John. W. 2006. Perkembangan Masa Hidup. Jakarta : Erlangga.

Siegel, Sidney. 1997. Statistik Non Parametrik untuk Ilmu-ilmu Sosial. Jakarta : PT Gramedia.

.1998. Methods of Assesing Adult Attachment: Do they Converge?, dalam Simpson, J.A. dan Rholes, W.S. Attachment Theory and Close

Relationship. New York: Guildford Press.

(33)

75 Universitas Kristen Maranatha DAFTAR RUJUKAN

Debora, Amelia. 2009. Studi Deskriptif Mengenai Adult Attachment Style pada

Pasangan Mahasiswa yang Menjalani Hubungan Pacaran di Universitas

“X” Kota Bandung. Skripsi. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

http://journal.unair.ac.id/filerPDF/110810022_4v.pdf diakses pada tanggal 6 Juli 2013

http://m.kompasiana.com/mahasiswa-tingkat-akhir-cari-pasangan-hidup diakses pada tanggal 10 Oktober 2014

http://www.psikoterapis.com/?en-konflik-dalam-cinta,164 diakses pada tanggal 20 December 2014

http://www.sfu.ca/psyc/faculty/bartholomew/selfreports.htm diakses pada tanggal 15 November 2013

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengujii pengaruh secara simultan dan parsial antara Rasio Likuiditas, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Return Saham pada perusahaan

Peneliti hanya melihat hubungan status imunisasi, status gizi, dan ASI eksklusif sedangkan faktor – faktor risiko lain yang berhubungan dengan kejadian ISPA pada bayi

Scanned by CamScanner... Scanned

FniDMrlar Fmlerrtrf. dd tuor

[r]

Dari 32 UPBJJ, 26 diantaranya menyelenggarakan program D-2 PGSD. Sebagaimana diuraikan di muka, salah satu sumber tenaga edukatif program D-2 PGSD adalah guru-guru yang

Sebelum mengajar atau sebelum melaksanakan proses pembelajaran dikelas ada beberapa hal yang harus di persiapkan antara lain menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

(a) Dengan uji crosstab kedatangan konsumen dengan mutu pelayanan penanggapan hasilnya tidak signifikan (0,4920), (b) Uji crosstab kedatangan konsumen dengan mutu jaminan