• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Attachment Style Terhadap Ibu dan Terhadap Pasangan pada Mahasiswa yang Menjalani Long Distance Relationship di Universitas "X" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Attachment Style Terhadap Ibu dan Terhadap Pasangan pada Mahasiswa yang Menjalani Long Distance Relationship di Universitas "X" Bandung."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan attachment style terhadap ibu dan terhadap pasangan pada Mahasiswa Universitas “X” Bandung yang menjalani long-distance relationship. Penelitian dilakukan kepada 200 orang mahasiswa Universitas “X” Bandung, sudah menjalani long-distance relationship minimal 6 bulan, dan berusia 18-25 tahun.

Metode yang digunakan adalah metode komparatif. Teknik penarikan sampel menggunakan snowball sampling. Alat ukur yang digunakan adalah modifikasi dari Experiences in Close Relationship-Revised (ECR-R) dari Fraley, Waller, & Brennan (2000). Pada alat ukur ECR-R terhadap Ibu didapatkan 33 item yang valid dengan kisaran 0,304-0,849, sementara pada ECR-R terhadap pasangan terdapat 32 item yang valid dengan kisaran 0,352-0,873. Reliabilitas ECR-R terhadap ibu dimensi avoidance 0,909 dan dimensi anxiety 0,828, reliabilitas ECR-R terhadap pasangan dimensi avoidance sebesar 0,920 dan dimensi anxiety sebesar 0,830. Attachment style terhadap ibu dan terhadap pasangan kemudian dibandingkan menggunakan McNemar Test dengan program SPSS 20.0.

Berdasarkan pengolahan data didapatkan nilai signifikansi = 0,027 dengan p ≤ 0,05 yang berarti terdapat perbedaan yang signifikan antara attachment style terhadap ibu dan terhadap pasangan pada mahasiswa yang menjalani long-distance relationship di Universitas “X” Bandung, artinya attachment style tidak stabil. Dalam penelitian ini juga terdapat kecenderungan keterkaitan antara faktor-faktor yang memengaruhi attachment style orang dewasa dengan attachment style terhadap pasangan yaitu faktor situasi dan faktor kepribadian mahasiswa. Bagi yang ingin meneliti lebih lanjut disarankan untuk melakukan penelitian korelasional terhadap faktor-faktor yang memengaruhi attachment style terhadap pasangan. Bagi mahasiswa yang menjalani long-distance relationship dapat menggunakan informasi dari penelitian ini untuk memertahankan atau mengembangkan attachment style mereka ke arah secure.

(2)

ABSTRACT

The research was conducted to see the difference between Attachment Style to mother and long-distance relationship partner on College Student in ‘X’ University Bandung. Sample of 200 college students who currently being in a long-distance relationship for at least 6 months and age between 18-25 was asked to join this research.

The method used in this research is comparative method. Snowball sampling technique was used. The measuring tool used is modification of Experiences in Close Relationships Revised (ECR-R) from Fraley, Waller, and Brennan (2000). After validity testing obtained 33 valid items for the ECR-R to mother ranged from 0,304-0,849 and 32 valid items for the ECR-R to partner ranged from 0,352-0,873. The reliability is 0,909 for ECR-R avoidance dimension to mother, 0,828 for ECR-R anxiety dimension to mother, 0,920 for ECR-R avoidance dimension to partner, and 0,830 for ECR-R anxiety dimension to partner. The data of student’s attachment style to mother and partner was compared using using McNemar test in SPSS 20.0.

Based on data processing, the significant value = 0,027 with p ≤ 0.05 which means there are differences between student’s attachment style to mother and long-distance relationship partner. There’re relation between factors that influence student’s attachment style with attachment style to partner which is situational factors and personality factors. Researcher proposes suggestion for further research to pursuing a correlational reserach on factors affecting attachment style to partner such as situational factor and personalit factor. Researcher also suggests that students who is in long-distance relationship use the information about their attachment style to maintain or develop the secure attachment style.

(3)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ... i

LEMBAR ORISINALITAS ... ii

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... i

DAFTAR BAGAN ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1. Maksud Penelitian ... 7

1.3.2. Tujuan Penelitian ... 7

1.4. Kegunaan Penelitian ... 7

1.4.1. Kegunaan Ilmiah ... 7

1.4.2. Kegunaan Praktis ... 8

1.5. Kerangka Pikir ... 8

1.6. Asumsi ... 16

(4)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 18

2.1. Attachment ... 18

2.1.1. Definisi Attachment ... 18

2.1.2. Attachment pada anak-anak ... 19

2.1.2.1. Proses attachment pada anak-anak ... 20

2.1.2.2. Attachment Style pada Anak-anak ... 22

2.1.3. Adult Attachment ... 24

2.1.3.1. Definisi Adult Attachment ... 24

2.1.3.2. Dimensi adult attachment ... 25

2.1.3.3. Adult Attachment Style ... 26

2.1.3.4. Faktor-faktor yang memengaruhi Adult Attachment ... 28

2.1.3.5. Stabilitas and Kontinuitas Attachment ... 29

2.2. Masa dewasa awal ... 34

2.2.1. Definisi Masa dewasa awal ... 34

2.2.2. Perkembangan Psikososial pada Masa Dewasa Awal ... 35

2.3. Long-distance relationship ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 37

3.1. Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 37

3.2. Kerangkan Rancangan Penelitian ... 38

3.3. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 38

3.3.1. Variabel Penelitian ... 38

3.3.2. Definisi Konseptual ... 38

3.3.3. Definisi Operasional ... 38

(5)

3.4.1. Jenis Alat Ukur ... 40

3.4.2. Cara Penilaian ... 42

3.4.3. Data demografis dan Data Penunjang ... 43

3.4.4. Validitas ... 43

3.4.5. Reliabilitas ... 44

3.5. Teknik Penarikan Sampel Penelitian ... 45

3.5.1. Teknik Penarikan Sampel ... 45

3.5.2. Karakteristik Sampel ... 46

3.6. Teknik Analisis Data ... 46

3.7. Hipotesis Statistika ... 47

BAB IV HASIL PENELITIAN & PEMBAHASAN ... 48

4.1. Hasil Penelitian ... 48

4.2. Gambaran Sampel Penelitian ... 52

4.3. Pembahasan ... 54

4.4. Diskusi ... 62

BAB V KESIMPULAN & SARAN ... 63

5.1. Simpulan ... 63

(6)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Rancangan Kuesioner 1 ... 41

Tabel 3.2. Rancangan Kuesioner 2 ... 41

Tabel 3.3. Kategori Skor Dimensi Attachment ... 42

Tabel 3.4. Dimensi Attachment – Attachment Style ... 43

Tabel 3.5. Kriteria Validitas ... 44

Tabel 3.6. Kriteria Reliabilitas ... 45

Tabel 4.1. Gambaran Sampel Penelitian Berdasarkan Usia ... 48

Tabel 4.2. Gambaran Sampel Penelitian Jenis Kelamin ... 48

Tabel 4.3. Gambaran Sampel Penelitian Tempat Pacar Tinggal ... 49

Tabel 4.4. Gambaran Sampel Penelitian berdasarkan Lamanya LDR ... 49

Tabel 4.5. Gambaran Sampel Penelitian Berdasarkan Frekuensi Pertemuan ... 50

Tabel 4.6. Hasil Uji Statistik McNemar ... 50

Tabel 4.7. Gambaran Attachment style terhadap Ibu ... 51

Tabel 4.8. Gambaran Attachment style terhadap Pasangan ... 51

Tabel 4.9 Perbedaan Attachment style terhadap Ibu dan terhadap Pasangan ... 52

Tabel 4.10. Penghayatan Pada Situasi LDR dengan Attachment style terhadap Pasangan ... 53

Tabel 4.11. Pengalaman Semasa Anak-anak dengan Attachment style Mahasiswa terhadap Pasangan ... 54

(7)

DAFTAR BAGAN

(8)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Individu pada masa dewasa awal menjadikan masa kuliah sebagai salah satu jalur penting menuju kedewasaan. Masa kuliah akan menyediakan pengalaman akademis dan sosial yang penting bagi mahasiswa. Salah satu aspek kunci dari pengalaman sosial itu adalah mengembangkan suatu hubungan romantis. Hal ini berperan sangat penting bagi kehidupan banyak mahasiswa. Maka dari itu mahasiswa pada masa dewasa awal memprioritaskan upaya menemukan dan mengembangkan hubungan dengan pasangan secara intim. Proses menemukan dan mengembangkan hubungan dengan pasangan secara intim ini dapat diwujudkan melalui hubungan pacaran (Roscoe, 1987 dalam Skinner, 2005).

Saat menjalani hubungan pacaran terdapat kondisi tertentu yang tidak memungkinkan mahasiswa dan pasangannya untuk selalu dapat berdekatan, misalnya karena harus berkuliah di dua kota bahkan dua negara yang berbeda. Sebuah penelitian menyatakan bahwa sepertiga dari hubungan berpasangan di universitas yang dijalani oleh mahasiswa merupakan long-distance relationship (Kauffman, 2008). Long-distance relationship menurut Knys (1989, dalam El-Hakim, 2014) adalah suatu hubungan antara dua pihak yang saling berkomitmen di mana individu tidak dapat selalu berdekatan satu sama lain dan tidak dapat bertemu ketika mereka saling membutuhkan.

(9)

“X” Bandung menunjukkan bahwa kondisi long-distance relationship memunculkan perubahan dalam interaksi dengan pasangan seperti timbulnya rasa curiga dan rasa cemburu jika pacar terlalu banyak menghabiskan waktu dengan teman-temannya khususnya pada teman lawan jenis pacarnya. Upaya menjaga komunikasi yang sebagian besar berupa komunikasi tidak langsung sering terhambat karena terjadi salah paham akibat salah menafsirkan bahasa pesan singkat atau terputus-putusnya komunikasi akibat kesibukan sehari-hari. Rasa kesepian muncul akibat kehadiran pacar secara fisik sedang sangat dibutuhkan namun kesempatan untuk bertemu sangat terbatas. Muncul pula kekhawatiran bahwa hubungan akan berakhir jika pacar tidak mampu menunggu hingga mahasiswa tersebut kembali berada di kota yang sama lalu meninggalkannya untuk perempuan / laki-laki lain.

Jimenez (2010) mengkarakteristikkan long-distance relationship sebagai suatu situasi di mana pasangan tidak berdekatan atau tidak hadir secara fisik saat itu. Berdasarkan penelitian Freitas (2004), perpisahan secara fisik maupun emosional dipandang sebagai jenis-jenis

stressor dalam hubungan. Keterpisahan dari pasangan dirasakan sebagai ancaman yang membuat mahasiswa tertekan dan memicu upaya mencari kedekatan fisik dengan pasangannya. Hal serupa didapati dari hasil survei pada mahasiswa Universitas “X” Bandung di mana keterpisahan dengan pasangan memunculkan rasa rindu sekaligus khawatir yang terus-menerus sehingga mendorong mahasiswa yang menjalani long-distance relationship

(10)

Kecenderungan untuk mencari kedekatan dengan pasangan adalah strategi yang alami dan mendasar dalam sistem perilaku attachment (Bowlby, 1969/1982, dalam Mikulincer & Shaver, 2007). Adultattachment adalah ikatan emosional serta kecenderungan untuk menjaga kedekatan dengan orang yang istimewa, misalnya, pasangan dalam hubungan romantis, yang dapat menyediakan “safe haven” untuk memberikan rasa tenang, “secure base” untuk memberikan arahan dan perlindungan yang menghasilkan rasa aman (Bowlby, 1969/1982 dalam Lee & Pistole, 2012). Rasa aman berikaitan dengan harapan seseorang akan ketersediaan (availability) dan kepekaan (responsivity) pasangan. Pola dari ekspektasi, kebutuhan, emosi dan perilaku sosial yang dihasilkan dari riwayat pengalaman attachment

tertentu akan membentuk attachment style seseorang (Fraley & Shaver, 2000 dalam Mikulincer & Shaver, 2007).

Menurut Whitebourne (2012) saat individu menghayati dirinya securely attached

terhadap pasangannya, individu tersebut tidak tidak keberatan jika harus berpisah. Secure attachment style dapat membantu mahasiswa menjalani kondisi long-distance relationship

karena ia mempercayai pasangannya, nyaman untuk mendekatkan diri maupun bergantung pada pasangan dan mengatasi ancaman atau stressor yang muncul dari kondisi long-distance relationship secara konstruktif. Sebaliknya, saat mahasiswa merasa insecure maka akan rentan terhadap dampak negatif long-distance relationship: ia akan sangat membutuhkan pasangan di sekitarnya namun kondisi keterpisahan akan menjadikannya sangat cemas dan tertekan sehingga tidak bisa berfungsi secara adekuat dalam kehidupan sehari-hari. Masalah juga tidak luput dari mahasiswa yang merasa nyaman berjauhan dari pasangan karena memiliki kecenderungan avoidance, kondisi keterpisahan membuatnya semakin enggan melibatkan pasangan dalam keseharian sehingga dapat meregangkan hubungan mereka.

(11)

emosional bayi dengan pengasuh utamanya. Keduanya serupa dalam bentuk pengekspresian kasih sayang yaitu melalui kontak mata, berpegangan, sentuhan, usapan, senyuman, tangisan, dan keinginan untuk ditenangkan ketika mengalami distress. Adanya rasa marah, cemas, sedih saat berpisah atau kehilangan serta adanya kebahagiaan saat bertemu kembali.

Menurut Bowlby (1973, dalam Mikulincer & Shaver, 2007) pengalaman masa anak-anak dengan ibu memiliki efek yang penting pada berfungsinya sistem attachment pada masa dewasa karena memengaruhi pandangannya mengenai diri dan orang lain. Pengalaman-pengalaman ini membentuk bagaimana seseorang berpikir, merasa dan bertindak dan membentuk caranya meregulasi diri dan berelasi sebagai orang dewasa. Oleh karena itu, jika mahasiswa yang sewaktu kecilnya menghayati ibunya selalu ada dan responsif sehingga merasakan attachment dengan ibunya secure, saat dewasa akan mendasari hubungannya dengan pasangan sebagai attachment yang secure juga, begitupun sebaliknya.

Bowlby (1973, dalam Mikulincer & Shaver, 2007) berpandangan bahwa attachment style cukup stabil sejak bayi hingga seseorang dewasa, namun tidak menutup kemungkinan

attachment style dapat berubah. Hal ini mendorong sejumlah ahli di bidang attachment untuk membuktikan hal tersebut, Baldwin & Fehr (1995) menguji data penelitian longitudinal mengenai stabilitas attachment dan mendapatkan hasil sekitar 30% orang mengubah

attachment stylenya dari waktu ke waktu dalam rentang waktu beberapa bulan. Secara teoritis perubahan dalam attachment style dapat terjadi karena terdapat suatu akomodasi adaptif dan pembaruan working model untuk merespon pengalaman-pengalaman baru yang terjadi pada individu.

(12)

dengan pola ekspektasi, emosi dan perilakunya terhadap ibu. Ketidak hadiran pacar saat menjalani long-distance relationship membuat mahasiswa merasa pacar sulit untuk dimintai tolong, tidak dapat menemani kegiatan, dan kurang memahami kebutuhan dirinya dirasa sangat berbeda dengan bagaimana seorang ibu selalu berupaya menolong anaknya, selalu menemani dan memahami kebutuhan mahasiswa tersebut.

Untuk itu peneliti melakukan survei awal yang dilakukan terhadap 20 orang mahasiswa yang sedang menjalani long-distance relationship di Universitas “X” Bandung. Terdapat responden yang menghayati hubungan dengan ibunya tidak terlalu dekat karena sejak kecil mereka tidak diasuh langsung oleh ibunya atau terbiasa tinggal terpisah sehingga meragukan bahwa ibu akan selalu ada untuknya, tidak merasa perlu membuka diri kepada ibu, tidak begitu nyaman untuk berdekatan, dan merasa cemas akan kasih saya ibu. Saat menjalani long-distance relationship, terdapat mahasiswa yang merasa pasangan tidak peka terhadap kebutuhannya, memilih untuk mengandalkan dirinya sendiri, dan menjaga jarak sehingga meregangkan hubungan mereka. Hal ini menggambarkan bahwa 20% responden menghayati

insecureattachment style dengan ibu dan pasangan long-distance relationshipnya.

Namun, terdapat responden yang menyatakan bahwa mereka yakin bahwa saat mereka membutuhkan pertolongan maka mereka dapat mengandalkan ibu dan pasangannya, merasa nyaman, membuka diri dan percaya bahwa ibu dan pasangan menyayangi mereka. Mereka dapat menyeimbangkan antara keinginan untuk berdekatan dengan keharusan untuk mandiri. Hal ini menunjukkan bahwa 25% dari 20 responden menghayati secure attachment dengan ibu dan pasangan pasangan long-distance relationshipnya.

(13)

kebutuhannya, sehingga mereka mau membuka diri dan yakin bahwa pasangan mencintainya. Hal ini menunjukkan sebanyak 25% responden lainnya dari 20 orang mahasiswa yang menjalani long-distance relationship menghayati insecure attachment dengan ibunya namun menghayati secureattachment dengan pasangan long-distance relationshipnya.

Terdapat pula responden yang menyatakan bahwa ibu adalah sosok yang tidak diragukan lagi akan akan selalu ada dan memperhatikannya, sehingga ibu akan menerimanya ketika mereka membua diri kepada ibu, merasa nyaman saat bersama ibu, dan kasih sayang ibu tidak diragukan lagi saat berdekatan maupun berjauhan, sebaliknya mereka menyimpan kekhawatiran jika pasangan tidak sanggup bertahan dalam hubungan jarak jauh dan meninggalkan mereka karena perhatiannya menurun saat berjauhan, tidak dapat menerima dan memahami kebutuhan mahasiswa tersebut akan kasih sayang yang seharusnya diberikan seorang pacar, dan membuat mereka tidak nyaman karena sering bertengkar. Hal ini menunjukkan bahwa 30% responden yang tersisa menghayati secure attachment dengan ibunya namun menghayati insecure attachment dengan pasangan long-distance relationshipnya.

(14)

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan attachment style terhadap ibu dan terhadap pasangan pada mahasiswa yang sedang menjalin long-distance relationship dengan pasangannya di Universitas “X” Bandung.

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

1.3.1.Maksud penelitian

Maksud penelitian ini adalah memeroleh gambaran mengenai perbandingan antara

attachment style terhadap ibu dan terhadap pasangan pada mahasiswa yang sedang menjalani

long-distance relationship dengan pasangannya di Universitas “X”. 1.3.2.Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan antara attachment style terhadap ibu dan terhadap pasangan pada mahasiswa yang sedang menjalani long-distance relationship serta faktor-faktor yang memengaruhi adult attachment pada mahasiswa di Universitas “X” Bandung.

1.4. Kegunaan Penelitian

1.4.1. Kegunaan Ilmiah

‐ Memberikan informasi khususnya di bidang Psikologi Perkembangan mengenai perbandingan antara attachment style terhadap ibu dan terhadap pasangan yang sedang menjalani long-distance relationship

(15)

1.4.2. Kegunaan Praktis

- Bagi pasangan yang sedang menjalani long-distance relationship dapat menjadi bahan evaluasi mengenai hubungan mereka agar lebih mengenal karakter diri dan pasangan berdasarkan attachment style yang dimilikinya.

- Bagi mahasiswa yang akan menjalani long-distance relationship dapat menjadi informasi untuk mengevaluasi attachment style yang dimilikinya dan mempersiapkan diri menghadapi long-distance relationship

- Bagi dosen wali, psikolog / konselor di Universitas “X” Bandung dapat menjadi masukan untuk konseling pada mahasiswa yang menghadapi masalah dalam menjalani long-distance relationship.

- Bagi psikolog / praktisi di bidang psikologi perkembangan, dapat menjadi bahan ketika mengadakan seminar mengenai long-distance relationship yang ditinjau melalui

attachment style.

1.5.Kerangka Pikir

(16)

Mahasiswa membangun ikatan emosional yang dapat membangun keintiman dengan orang lain melalui hubungan pacaran. Karakteristik dari hubungan pacaran adalah adanya keintiman fisik hingga derajat tertentu, bergantung budaya di mana orang tersebut berada (Baron & Bryne, 2005). Selain keintiman fisik, seseorang akan mengembangkan ikatan emosional dengan pasangannya. Ikatan emosional dan kecenderungan untuk menjaga kedekatan dengan pasangan, yang dapat menyediakan “safe haven” untuk memberikan rasa tenang, “secure base” untuk memberikan arahan dan perlindungan yang menghasilkan rasa aman merupakan konsep dari attachment (Bowlby, 1969/1982 dalam Lee & Pistole, 2012).

Teori attachment berawal dari gagasan yang diajukan Bowlby (1982, dalam Mikulincer & Shaver, 2012) bahwa bayi dilahirkan dengan sistem psiko-biologis bawaan yang mendorongnya untuk mencari kedekatan dengan orang lain yang dapat mendukung (figur attachment), untuk melindungi mereka dari ancaman fisik maupun psikis dan meregulasi emosi, kesejahteraan dan keyakinan diri. Attachment didefinisikan sebagai ikatan emosional yang dialami anak ketika berinteraksi dengan figur tertentu, anak mengingingkan kedekatan dengan figur tersebut dalam situasi tertentu misalnya ketika merasa ketakutan dan kelelahan (Mikulincer & Shaver, 2007). Figur tersebut adalah pengasuh utamanya (primary caregiver) yang dalam hal ini adalah ibu. Menurut Bowlby (1979), attachment adalah suatu kebutuhan yang aktif sejak lahir hingga mati (from the cradle to the grave).

Terdapat empat komponen yang menandai adanya attachment antara individu dengan

figure yang spesifik baginya (Ainsworth, 1991; Hazan & Shaver, 1995; Hazan & Zeifman, 1994 dalam Mikulincer & Shaver, 2007) yaitu proximity seeking, di mana individu memiliki keinginan untuk ada dan menjaga kedekatan dengan figure attachment-nya; safe haven, di mana individu menjadikan figure attachment sebagai tempat untuk kembali dan berlindung untuk mendapatkan kenyamanan dan keamanan saat menghadapi situasi yang mengancam;

(17)

untuk menjelahi lingkungan sekelilingnya; dan separationdistress, timbulnya rasa sedih yang berlebihan akibat ketidak hadiran figureattachment.

Bowlby (1973, dalam Mikulincer & Shaver, 2012) mendeskripsikan perbedaan anak dalam keberfungsian sistem attachment. Jika figur attachment secara umum ada pada saat dibutuhkan, peka dan merespons permintaan akan kedekatan dan dukungan, akan mendorong pembentukan mental yang positif dalam menggambarkan diri dan orang lain serta menciptkan rasa aman (attachment security) pada diri anak. Sebaliknya, saat figur attachment tidak dapat diandalkan untuk memberikan dukungan, tidak hadir, upaya mencari kedekatan gagal meredakan distress, maka hal ini akan menggorogoti rasa aman dan membentuk model yang negatif dari diri dan orang lain, serta menciptakan rasa tidak aman (insecureattachment).

Saat beranjak dewasa, attachment melekat dalam diri mahasiswa namun figur

attachment-nya tidak selalu orang tuanya. Pada mahasiswa yang terlibat hubungan romantis yang serius pada masa dewasa awal, yang dapat menjadi figur attachment mereka adalah pacar mereka (Trinke & Bartholomew, 1997). Hazan dan Zeifman (1994, dalam Mikulincer & Shaver, 2012) menyimpulkan bahwa mahasiswa pada masa dewasa awal akan menjadikan pasangan sebagai figur attachment daripada orang tua mereka karena merasa pasangannya paling sering menghabiskan waktu bersamanya, mencari rasa nyaman dari pasangan ketika merasa sedih, dan merasa selalu dapat mengandalkan pasangan.

(18)

berdekatan satu sama lain dan tidak dapat bertemu ketika mereka saling membutuhkan, karena bersekolah atau bekerja di kota yang berbeda, pulau yang berbeda bahkan Negara ataupun benua yang berbeda.

Jimenez (2010) mengatakan bahwa ciri yang paling membedakan long-distance relationship dengan hubungan berpacaran jarak dekat adalah jarak fisik antar pasangan yang menyebabkan hubungan ini dikarakteristikkan dengan habitual absence dari pasangan. Jimenez (2010) berpendapat semakin sering ketidakhadiran pacar akibat jarak spasial maka individu akan merasakan adanya jarak psikis (psychological distance) dengan pasangannya. Liberman & Trope (2007 dalam Jimenez, 2010) menjelaskan bahwa psychological distant

terjadi ketika seseorang atau suatu kejadian tidak menjadi bagian dari pengalaman langsung seseorang, pada saat ini dan di tempat ini. Hal ini berimplikasi pada adanya perasaan berjarak secara psikis (psychologically distant) pada diri mahasiswa yang menjalani long-distance relationship karena seringnya ketidakhadiran pasangan akibat jarak yang memisahkan.

Penelitian Cafferty, Davis, Medway, O’Hear & Chappell (1994, dalam Jimenez, 2010) serta Feeney dan Kirkpatrick (1996, dalam Jimenez, 2010) menunjukkan bahwa keterpisahan dengan pasangan menyebabkan distress dan membuat individu berusaha membangun kembali kedekatan fisik dengan pasangannya sementara hal itu menjadi tidak mungkin bagi pasangan yang menjalani long-distance relationship. Menurut Mikulincer & Shaver (2012) adanya jarak fisik sampai titik tertentu dapat meningkatkan intensitas usaha mencari kedekatan, namun dapat juga menimbulkan perilaku mempertahankan jarak dari pasangan untuk menghindari rasa sakit dan distress berulang akibat rasa frustrasi. Pada mahasiswa Universitas “X” Bandung yang menjalani long-distance relationship, frustrasi disebabkan upaya mencari kedekatan menjadi tidak mungkin bagi dirinya dan pasangannya. Perilaku mencari kedekatan maupun mempertahankan jarak menggambarkan perilaku yang membentuk attachment

(19)

Dimensi avoidance menggambarkan ketidaknyamanan mahasiswa yang menjalani long-distance relationship akan kedekatan dan kebergantungan pada pasangan, lebih memilih menjaga jarak emosional dan mengandalkan diri sendiri serta menggunakan strategi deactivating—penolakan terhadap kebutuhan akan kedekatan—untuk mengatasi kecemasan, rasa tidak aman dan distress. Sedangkan dimensi anxiety mengarah pada keinginan yang kuat dari mahasiswa yang menjalani long-distance relationship akan kedekatan dan perlindungan dari pasangannya, khawatir akan keberadaan pasangan dan nilainya bagi pasangan, nyaman dengan kedekatan dan kesalingbergantungan serta menggunakan hyperactivating strategies—

memonitor pasangan dan berupaya keras menjaga kedekatan—untuk mengatasi rasa tidak aman dan distress (Mikulincer & Shaver, 2007).

Menurut Mikulincer dan Shaver (2007), attachment style terhadap pasangan dapat dibagi menjadi secure attachment dan insecure attachment. Pola secure attachment dibentuk ketika dimensi avoidance dan dimensi anxiety menunjukkan skor yang rendah. Sedangkan

insecure style dibentuk jika salah satu atau kedua dimensi menunjukkan skor yang tinggi. Mahasiswa dengan secure attachment style percaya pada pasangannya, mengharapkan ketersediaan dan kepekaan pasangannya, merasa nyaman dengan hubungan yang dekat, interdependen, dan mampu mengatasi ancaman dengan cara yang membangun. Sementara mahasiswa yang insecure tidak memercayai pasangannya dan merasa sulit untuk dekat dan memercayai pasangan, atau mereka sangat menginginkan hubungan yang dekat tapi merasa curiga bahwa pasangan tidak benar-benar mencintainya dan khawatir perilakunya akan membuat pasangan pergi.

(20)

sejarah akan pengalaman hubungan antarindividu dan serangkaian kenangan, kepercayaan dan ekspektasi yang membentuk cara mereka berpikir dan merasa mengenai hubungannya atau bagaimana cara mereka berperilaku dalam hubungan tersebut (Colins et al, 2006). Oleh karena itu, jika mahasiswa yang sewaktu kecilnya menghayati ibunya peka dan responsif sehingga merasakan attachment style dengan ibunya secure, saat dewasa ia akan mendasari hubungannya dengan figur attachment baru sebagai attachment style yang secure juga. Hazan dan Shaver (1987) berdasarkan penelitiannya menyimpulkan bahwa individu yang termasuk

secure pada hubungan romantis memiliki ikatan kasih sayang yang lebih hangat dengan orang tuanya dibandingkan dengan individu yang insecure. Sedangkan individu yang insecure

memandang orang tuanya dingin dan menolak kehadirannya serta merasa orang tuanya tidak adil kepadanya.

Terdapat empat komponen yang menandai adanya attachment antara individu dengan

figure yang spesifik baginya (Ainsworth, 1991; Hazan & Shaver, 1995; Hazan & Zeifman, 1994 dalam Mikulincer & Shaver, 2007) yaitu proximity seeking, di mana individu memiliki keinginan untuk ada dan menjaga kedekatan dengan figure attachment-nya; safe haven, di mana individu menjadikan figure attachment sebagai tempat untuk kembali dan berlindung untuk mendapatkan kenyamanan dan keamanan saat menghadapi situasi yang mengancam;

secure base, di mana figure attachment adalah sosok yang peka dan responsif terhadap kebutuhannya; dan separation distress, timbulnya rasa sedih yang berlebihan akibat ketidak hadiran figureattachment.

Adanya jarak fisik yang menjadi ciri khas ketika menjalani long-distance relationship

(21)

dukungan atau bantuan mereka mengharapkan responsivitas ketika pacarnya yang sering tidak dirasakan melalui komunikasi tidak langsung. Selain itu, timbulnya rasa sedih yang berlebihan karena pada kesehariannya pacar tidak dapat hadir menemani.

Bowlby (1973, dalam Mikulincer & Shaver 2007) menyatakan dua buah proposisi kunci yaitu attachment style merupakan fungsi dari pengalaman hidup, khususnya pengalaman aktual dalam keluarga mula-mula pada masa anak-anak dan attachment style cukup stabil sejak bayi hingga seseorang dewasa, namun tidak menutup kemungkinan terbuka untuk perubahan. Hal ini disebabkan attachment style pada orang dewasa “didesak” oleh dua kekuatan, yaitu “homeothetic forces” yang menahan perubahan dalam attachment style dari bayi hingga dewasa sehingga kecil kemungkinan untuk menyimpang dari pola awal dan “destabilizing forces” yang memungkinkan penyimpangan dari pola awal dan memberikan pengalaman yang kuat yang menuntut perubahan dan penyesuaian attachment style. Jadi,

attachment style berakar pada interaksi awal dengan pengasuh utama dan pengalaman

attachment berikutnya yang menantang validitas dari working model (Mikulincer & Shaver, 2007).

Mikulincer & Shaver (2007) berpandangan bahwa attachment style orang dewasa cenderung membentuk struktur kepribadian yang bertahan relatif stabil sepanjang waktu dan antar hubungan yang berbeda namun terjadi akomodasi adaptif dan pembaharuan working models sebagai respon dari pengalaman baru terkait attachment yang terus berlanjut sepanjang masa dewasa agar individu dapat membuat penilaian akurat mengenai perubahan dirinya dan perubahan lingkungannya. Oleh karena itu attachment style mahasiswa pada masa dewasa tidak selalu mencerminkan attachment style yang dimilikinya pada sosok ibu. Hal serupa juga dinyatakan oleh Davila, Karney & Bradburry (1999) yang berpendapat bahwa

(22)

sehingga attachment style mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Termasuk ketika mengakomodasi pengalaman yang didapat dari hubungan long-distance relationship.

Attachment style yang dimiliki mahasiswa sejak kecil sebagai pola yang dimilikinya dalam upaya menjaga kedekatan dengan figur attachment utamanya yaitu ibu, mengalami revisi atau pembaharuan sebagai akibat dari perubahan lingkungan sosial dan faktor lainnya sepanjang perkembangan serta pengalaman masa kini yang terkait dengan attachment. Faktor-faktor yang dapat memengaruhi attachment style orang dewasa, yaitu adanya situasi yang kurang menyenangkan atau perubahan dari situasi yang nyaman menjadi tidak nyaman secara terus menerus, terdapat perubahan dalam skema relasional seperti kehilangan figur

attachment, dan kepribadian setiap individu yang berbeda sehingga memengaruhi attachment stylenya (1999, Davila, Karney & Bradburry).

Faktor situasi dan perubahan dapat memengaruhi attachment style mahasiswa yang menjalani long-distance relationship karena setiap mahasiswa memiliki penghayatan yang berbeda-beda akan situasi dimana ia harus tinggal bejauhan dalam jangka waktu tertentu dengan pasangannya. Perpisahan serta pertemuan kembali secara berkala merupakan fase yang harus dilalui pasangan long-distance relationship. Ada yang merasa nyaman dengan kondisi berjauhan namun adapula yang kurang nyaman dengan kondisi tersebut. Hal ini dapat menyebabkan perubahan dari situasi yang nyaman menjadi tidak nyaman secara terus menerus yang dapat mengubah attachmentstyle seseorang.

Faktor perubahan dalam skema relasional terjadi akibat pengalaman kehilangan figur

(23)

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir 

Selain itu adanya pengaruh dari faktor kepribadian setiap mahasiswa yang berbeda menyebabkan kecenderungan yang berbeda dalam caranya membina hubungan sehingga akan memengaruhi attachment style-nya (Mikulincer & Shaver, 2007). Faktor kepribadian dibahas menggunakan teori Big Five Personality (Extraversion, Agreeableness, Conscientiousness, Neuroticism dan Opennes to Experience). Misalnya saja mahasiswa yang memiliki

attachment style insecure karena mahasiswa tersebut memiliki derajat anxiety yang tinggi akan terganggu pada trait agreeableness-nya akibat menurunnya rasa tidak percaya diri dan tingginya kewaspadaan dalam diri saat melihat tanda-tanda ketidak hadiran pasangan atau sikap dingin pasangan.

 

1.6. Asumsi

a. Attachment style mula-mula pada diri mahasiswa terbentuk dari ikatan emosional dan upaya menjaga kedekatan dengan ibu sebagai figur attachment utama

b. Ketika memasuki hubungan romantis, mahasiswa berupaya menjaga kedekatan dengan pasangan agar dirinya merasa aman dan nyaman dalam menjalani hubungan

Mahasiswa Universitas“X” Bandung Attachment style terhadap ibu Dimensi: Avoidance anxiety

Menjalin long distance relationship Attachment style terhadap pasangan Dimensi: Avoidance anxiety

Faktor-faktor yang memengaruhi: ‐ Situasi yang kurang nyaman ‐ Perubahan dalam skema

(24)

c. Kondisi long-distance relationship dapat memengaruhi ketersediaan dan kepekaan pasangan serta memengaruhi attachmentstyle mahasiswa

d. Attachment style mahasiswa terhadap ibu menjadi landasan dari attachment style

terhadap pasangan long-distance relationshipnya, namun tidak tertutup kemungkinan bahwa attachment style tersebut mengalami ketidak sinambungan karena kondisi hubungan.

e. Attachment style yang dimiliki mahasiswa sejak kecil dapat mengalami perubahan karena adanya pengaruh situasi yang kurang menyenangkan, terdapat perubahan dalam skema relasional dan kepribadian yang berbeda pada tiap mahasiswa.

1.7. Hipotesis Penelitian

(25)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini, akan dipaparkan hasil interpretasi dan analisis yang telah dilakukan pada

bab sebelumnya beserta saran sesuai dengan hasil penelitian

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat ditarik suatu gambaran umum

mengenai perbandingan attachment style terhadap ibu dan terhadap pasangan pada mahasiswa

yang menjalani long-distance relationship di Universitas “X” Bandung.

1. Terdapat perbedaan antara attachment style mahasiswa yang menjalani long-distance

relationship di Universitas “X” Bandung dengan attachment terhadap ibunya, artinya

attachment style mahasiswa terhadap ibu dan terhadap pasangan long-distance

relationship tidak stabil.

2. Sebagian besar mahasiswa memiliki secure attachment style terhadap ibu maupun

terhadap pasangannya, namun terdapat peningkatan jumlah mahasiswa yang menghayati

insecure attachment style terhadap pasangannya saat menjalani long-distance

relationship. Hal ini mengingat strategi yang alami dan mendasar dalam sistem perilaku

attachment adalah kecenderungan untuk mencari kedekatan dengan pasangan untuk

mendapatkan rasa aman yang sulit dipenuhi saat tinggal terpisah.

3. Terdapat keterkaitan antara attachment style mahasiswa terhadap pasangannya dengan

faktor situasional yaitu kondisi yang dirasa nyaman berkaitan dengan secure attachment

style terhadap pasangan dan kondisi tidak nyaman berkaitan dengan insecure attachment

(26)

4. Terdapat keterkaitan antara attachment style terhadap pasangan dengan faktor kepribadian

mahasiswa yaitu trait extraversion dan trait agreeableness yang tinggi serta trait

neuroticisim yang rendah berkaitan dengan secure attachment style terhadap pasangan

sedangkan trait neuroticism yang tinggi serta trait extraversion dan trait agreeableness

yang rendah berkaitan dengan insecure attachment style terhadap pasangan.

5.2. Saran

5.2.1. Saran Teoritis

- Dapat dijadikan masukan bila ingin melakukan penelitian komparatif mengenai

attachment style pada masa dewasa dengan menggunakan alat ukur lain dalam

mengukur attachment dengan pengasuh utama

- Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai attachment

style pada orang dewasa, dapat meneliti sejauh mana kontribusi dari faktor-faktor

situasi, perubahan skema relasional dan kepribadian dalam memengaruhi attachment

style terhadap pasangan.

5.2.2. Saran Praktis

- Bagi mahasiswa yang menjalani long-distance relationship dan merasa tidak nyaman

dengan situasi long-distane relationship agar dapat menggunakan informasi mengenai

gambaran attachment style sebagai bahan evaluasi diri dan hubungannya dengan

pasangan. Bagi mahasiswa yang memiliki secure attachment style diharapkan dapat

mempertahankan secure attahment style yang dimilikinya karena dapat membantunya

untuk beradaptasi dengan situasi long-distance relationship. Bagi yang memiliki

insecure attachment style diharapkan dapat mengembangkan attachment style-nya ke

(27)

attachment style atau mengikuti psikoterapi untuk belajar menghadapi insecure

attachment style, menyesuaikan diri dengan kondisi long-distance relationship, dan

mengembangkan rasa percaya pada diri dan pasangan.

- Bagi mahasiswa yang hendak menjalani long-distance relationship, hasil penelitian ini

dapat dijadikan informasi untuk mengevaluasi attachment style terhadap ibu dan

terhadap pasangan, agar tidak khawatir jika harus tinggal berjauhan dengan pasangan

dan dapat mempersiapkan diri dari sekarang untuk memasuki long-distance relationship

- Bagi dosen wali, psikolog / konselor di Universitas “X” Bandung, hasil penelitian ini

dapat dijadikan informasi untuk memfasilitasi kegiatan konseling dengan mahasiswa

yang menjalani long-distance relationship dan yang mengalami kendala tertentu dalam

hubungannya.

- Bagi psikolog / praktisi di bidang psikologi perkembangan, hasil penelitian ini dapat

menjadi bahan ketika mengadakan seminar mengenai tips menjalani long-distance

relationship melalui tinjauan teori attachment style. Hal ini dapat menjawab

kekhawatiran mahasiswa dan dapat menjadi sarana untuk meningkatkan kesadaran agar

(28)

TERHADAP IBU DAN TERHADAP PASANGAN

PADA MAHASISWA YANG MENJALANI LONG-DISTANCE RELATIONSHIP

DI UNIVERSITAS “X” BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk menempuh Sidang Skripsi pada Fakultas Psikologi

Universitas Kristen Maranatha

Oleh:

RINELLA CHIRILDA ELGI

NRP : 1230030

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

BANDUNG

(29)
(30)
(31)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus karena atas

pertolongan-Nya peneliti mampu menyelesaikan penulisan skripsi di Semester VIII Fakultas

Psikologi Universitas Kristen Maranatha. Judul penelitian ini adalah “Studi Komparatif

Mengenai Attachment Style terhadap Ibu dan terhadap Pasangan pada Mahasiswa yang

Menjalani Long-distance Relationship di Universitas “X” Bandung.”

Peneliti menyadari bahwa dalam penelitian ini masih terdapat banyak kekurangan.

Oleh karena itu, besar harapan peneliti agar pembaca memberikan kritik dan saran yang dapat

membangun demi perbaikan skripsi ini.

Dalam melakukan penyusunan tugas akhir ini juga penulis mendapatkan bantuan,

bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak. Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih

kepada pihak-pihak yang terlibat dalam penyusunan tugas akhir ini. Ucapan terima kasih

penulis sampaikan kepada :

1. Dr. Irene P. Edwina, M.Si., Psikolog selaku Dekan Fakultas Psikologi Univeristas

Kristen Maranatha sekaligus dosen penguji Ujian Sidang Skripsi yang telah memberikan

banyak masukan yang berarti bagi skripsi ini.

2. Dr. Yuspendi, M.Psi., M.Pd., Psikolog selaku dosen pembimbing utama atas kesediannya

meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk memberikan masukan, feedback, dan

dukungan untuk menyelesaikan penelitian ini.

3. Heliany Kiswantomo, M.Si., Psikolog selaku dosen pembimbing pendamping yang

dengan sabar telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk berdiskusi, memberikan

(32)

4. Sianiwati S. Hidayat, M. Si., Psikolog dan Cakrangadinata, M. Psi., Psikolog selaku

dosen pembahas pada seminar usulan penelitian yang telah memberikan arahan dan

masukan pada penelitian ini.

5. Dr. Irene Tarakanita, Psikolog selaku dosen wali yang selalu memberikan dukungan dan

arahan bagi studi peneliti di program S1 Fakultas Psikologi.

6. Teman-teman Mahasiswa yang Menjalani Long-distance Relationship di Universitas X

Bandung yang sudah menyediakan waktu dan tenaga untuk diwawancarai pada saat

survei awal dan mengisi kuesioner.

7. Keluarga peneliti yaitu Bapak, Mama, dan Nini atas dukungan dan perhatiannya selama

proses studi selama ini

8. Dwi Rendrahadi Putera yang telah menjadi partner berbagi suka dan duka dalam

keseharian maupun selama perkuliahan.

9. Teman-teman yang sudah mendukung penulis : Nurkristianti N. K., Gea Kersaning G.,

Elisa Carolina, Stephanie S., Esa Kristantia S., Vina Violeta S., Anastasia K., Brigitta

Louise B., Rheina V., Seizhar Hadi P., Daratimmotya, yang telah berbagi suka dan duka

selama perkuliahan.

10. Putu Ngurah Asita yang menjadi teman diskusi dan berkonsultasi.

Akhir kata penulis berharap bahwa penelitian ini dapat bermanfaat bagi seluruh

pembaca dan pihak-pihak yang terlibat dan juga memerlukan.

Bandung, Mei 2016

Penulis

(33)

66

DAFTAR PUSTAKA

Ainsworth, M. D. S., Bell, S. M. (1970). Attachment, Exploration, and Separation Illustrated

by the Behaviour of One-Year-Olds in a Strange Sitation, John Hopkins University. The Society for Research in Development

Arnett, J. J. (2000). Emerging Adulthood: A Theory of Development from the Late Teens

Through the Twenties. American Psychologist

Bartholomew, K., Shaver, P. R. (1998). Methods of Assesing Adult Attachment: Do They

Converge? dalam Simpson, J.A., Rholes, W. S. Attachment Theory and Close Relationships 25-34 New York : Guilford Press

Collins, Nancy, Ford, Maire B., Guichard, AnaMarie, Allard, Lisa. (2006) Working Models of

Attachment and Attribution Processes in Intimate Relationship. Personality and Social Psychology Bulletin. Sage Publication.

Davila, J., Karney, B. R., Bradbury, T.N. (1999). Attachment Change Process in the Early

Years of Marriage. Journal of Personality and Social Psychology Vol 76, 281-291.

The American Psychological Association.

Feeney, J. A., Noller, P. (1990), Attahcment Styles as a Predictor of Adult Romantic

Relationship, Journal of Personality and Social Psychology Vol 58, 281-291. The American Psychological Association

Fernandi, V. P. (2014). Studi Komparatif Mengenai Pola Attachment pada Pasangan Dewasa

Muda Sebelum dan Setelah Berpacaran di Universitas X Bandung. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Fraley, R. C., Shaver, P.R. (2000). Adult Romantic Attachment: Theoretical Developments,

Emerging Controversies, and Unanswered Questions. Review of General, Psychology, Vol. 4, No. 2, 132-154

Freitas, G. J. (2004). Romantic Attachment Styles And Coping Behaviors In Long-Distance

(34)

 

Graziano, A. M., Raulin, M. L. (2000). Methods Research : a Process of Inquiry 4th Edition.

MA : Allyn & Bacon.

Hakim, Luqman-El. (2014). Fenomena Pacaran Dunia Remaja. Riau : Zafana Publishing.

Hazan, C. And Shaver, P. (1987). Romantic Love Conceptualized as an Attachment Process.

Journal of Personality and Social Psychology, 52, 511-524

Jimenez, F. V. (2010). The Regulation of Psychological Distance in Long-distance

Relationships. Humboldt-Universität: Berlin

Kaplan, R. M. & Saccuzzo, D. P. (2005). Psychological testing principles, application, and issues sixth edition. California: Brooks/ Cole Publishing Company

Kauffman, M. (2008). Relational Maintenance In Long-Distance Dating Relationship:

Staying Close, Virginia

Lee, Ji-Yeon, Pistole, M. C. (2012). Predictors of Satisfaction in Geographically Close and

Long-Distance Relationships. Journal of Counseling Psychology 2012, Vol. 59, No. 2, 303–313

Lemme, B. H. 2001. Development in Adulthood. USA : Allyn & Bacon.

Lin, H. L., Knee, C. R. (2006). So Far and Yet So Close: Predictors of Closeness in Local

and Long-Distance Relationships, Psi Chi Journal of Undergraduate Research.

Mikulincer, M., Shaver, P. R. (2007). Attachment in Adulthood : Structure, Dynamics, and

Change. New York : The Guilford Press.

Nazir, Moh. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia

Noftle, E. E. & Shaver, P. R. (2005). Attachment dimensions and the big five personality

traits: Associations and comparative ability to predict relationship quality. Journal of Research in Personality, 40, 179-208.

 

Papalia D. E., Olds, S. W., Feldman, R. D. (2008). Human Development 10th Edition

(35)

 

Pistole, M. C., Roberts, A. (2011). Measuring Long Distance Romantic Relationship: A

Validty Study. SAGE.

_____, M. C., Roberts A., Chapman M.L. (2010). Attachment, Relationship Maintanance, and

Stress in Long Distance and Geographically Close Romantic Relationships. Journal of Social and Personal Relationships Vol 27(4): 535-552

Santrock, J. W. (2010). Life-span Development 13th Edition. New York: McGraw Hill.

Sibley, C. G., Liu, J. H. (2004). Short-term Temporal Stability and Factor Structure od the

Revised Experiences in Close Relationships (ECR-R) Measure of Adult Attachment,

Personality and Individual Differences 36, 969 – 975

Skinner, B. (2005). Perception of College Students in Long Distance Relationship, Journal of

Undergraduate Research VII.

Sperling, M. B., Berman, W. H. (1994). Attachment in Adults: Clinical and Developmental

Perspectives. New York : The Guilford Press.

Subiyanto, I. (1987). Metodologi Penelitian. Yogyakarta : Unit Penerbit dan Percetakan

Akademi Manajemen Perusahaan YPKN.

Sugiarto, E. D. S. Studi Deskriptif Mengenai Uncertainty Interpersonnal Relationship pada

Mahasiswa yang Menjalani Pacaran Jarak Jauh di Universitas “X” Bandung. Skripsi. Bandung: Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Sugiyono, (2012). Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & R&D. Bandung: Alfabeta.

(36)

 

DAFTAR RUJUKAN

Baldwin, M. W. & Fehr, B. (1995). On the instability of attachment style ratings. Personal

Relationships. (Online). 2, 247-261.

(http://selfesteemgames.mcgill.ca/research/baldwinfehr.pdf, diakses pada tanggal 10 Mei 2016)

Lancer, Darlene. (2014). How to Change Your Attachment Style.

(http://www.whatiscodependency.com/change-your-attachment-style/, diakses pada 30 April 2016)

Firestone, Lisa. (2014). Change Your Attachment Style to Have a Better Life.

(http://www.huffingtonpost.com/lisa-firestone/attachment-style_b_5248510.html, diakses pada 15 April 2016)

Mikulincer, M. , Shaver, P. R. (2012). Attachment Bond in Romantic Relationship (online)

( http://portal.idc.ac.il/en/symposium/hspsp/2012/documents/cshaver-mikulincer12.pdf, diakses 8 April 2015)

Whitebourne, S. K. (2012). Love from Afar: Staying Close While You Live Apart. 2 October

Gambar

Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pikir 

Referensi

Dokumen terkait

This strategy combined the frequency domain analysis with disturbance rejection control technology to the coordinated system in thermal power units, is a new boiler-turbine

Adapun objek penelitian yaitu aktivitas inovasi produk yang dilakukan di pisang.. aroma Mahkota Temanggung, serta mengimplementasikan inovasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengujii pengaruh secara simultan dan parsial antara Rasio Likuiditas, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Return Saham pada perusahaan

Selanjutnya alkohol yang terbentuk difermentasi lebih lanjut dengan menambahkan starter Acetobacter aceti (10% v/v) dengan perlakuan aerasi (dengan dan tanpa

FniDMrlar Fmlerrtrf. dd tuor

Skripsi ini dilatar belakangi oleh pengamatan penulis terhadap beberapa faktor yang mendukung terhadap keberhasilan sebuah tim bola tangan. Penulis beranggapan

Hasil penelitian terhadap kemampuan servis pendek forehand peserta ekstrakurikuler bulutangkis siswa putra peserta ekstrakurikuler SMP Negeri 32 Purworejo

Pada siklus ketiga peneliti tidak lagi melakukan reflksi akan tetapi peneliti menganalisis data yang telah didapat serta membuat kesimpulan atas penerapan media