• Tidak ada hasil yang ditemukan

Studi Deskriptif Mengenai Attachment to God pada Mahasiswa Anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen "X" di Universitas "Y" Bandung.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Studi Deskriptif Mengenai Attachment to God pada Mahasiswa Anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen "X" di Universitas "Y" Bandung."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

vii

Universitas Kristen Maranatha Abstrak

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui gambaran attachment to God pada mahasiswa anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen “X” di Universitas “Y” Bandung. Pemilihan sampel menggunakan purposive sampling dan sampel dalam penelitian ini berjumlah 30 orang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian deskriptif.

Alat ukur yang digunakan merupakan alat ukur baku dari Attachment to God Inventory (AGI) yang dikembangkan oleh Beck dan Mcdonald (2004) dan memiliki hasil validitas r ≥ 0.4 serta realibilitas avoidance = 0.86 dan anxiety = 0.87. Alat ukur ini terdiri dari 28 item yang terbagi menjadi 14 item dimensi anxiety of abandonment pada setiap nomor urut ganjil dan 14 item dimensi avoidance of intimacy pada setiap nomor genap. Dua dimensi tersebut menghasilkan skor tinggi atau rendah untuk menentukan salah satu dari empat tipe attachment to God, yaitu secure attachment, dissmissive attachment, preoccupied attachment dan fearful attachment. Faktor-faktor penunjang attachment to God meliputi relasi dengan orangtua, respons saat kehilangan orang yang sangat berarti dan komunitas.

Berdasarkan pengolahan data, maka didapatkan hasil dua tipe attachment to God, yaitu secure attachment dan preoccupied attachment. Secure attachment sebanyak 66,7% dan preoccupied attachment sebanyak 33,7%. Hasil tabulasi silang juga menunjukkan adanya kecenderungan keterkaitan antara tipe attachment to God dengan ketiga faktornya.

Kesimpulan yang diperoleh adalah tipe secure attachment lebih banyak daripada tipe preoccupied attachment pada mahasiswa anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen “X”.

(2)

Abstract

This research was conducted to describe the student attachment to God in Christian Student Fellowship " X " at the "Y" Bandung University. The selection of samples using purposive sampling and samples in this study amounted to 30 people. The used design in this study is a descriptive research design .

The using of measuring instrument is the standard measuring tool of Attachment to God Inventory developed by Beck and Mcdonald (2004) and have the results validity r ≥ 0.4 with the results reliability of avoidance = 0,86 and anxiety = 0,87. This instrument consists of 28 items divided into 14 items anxiety dimension of abandonment in every odd sequence number and dimensions of 14 items avoidance of intimacy in every even number. The two- dimensional produce high or low scores to determine which one of the four types of attachment to God, those are secure attachment, dissmissive attachment, preoccupied attachment and fearful attachment. Factors that support attachment to God include a relationship with the parents, response for the loss of very significant others and community.

Based on data processing, it showed two types of attachment to God, namely secure attachment and preoccupied attachment. Secure attachment as much as 66.7 % and 33.7 % as much preoccupied attachment. Cross-tabulation results also showed an association between the type of attachment to God and all three factors that support it.

The conclusion is the type of secure attachment more than preoccupied attachment types on Christian Student Fellowship " X ".

(3)

ix

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL ... i

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS LAPORAN PENELITIAN ... v

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI LAPORAN PENELITIAN ... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR BAGAN ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 11

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11

1.3.1 Maksud Penelitian ... 12

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 12

1.4 Kegunaan Penelitian ... 12

1.4.1 Kegunaan Ilmiah ... 12

(4)

1.5 Kerangka Pikir ... 13

1.6 Asumsi ... 24

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Definisi Attachment to God ... 25

2.2 Dimensi Attachment to God ... 25

2.2.1 Anxiety of Abandonment ... 26

2.2.2 Avoidance of Intimacy ... 26

2.3 Attachment to God Styles Attachment ... 27

2.3.1 Tipe Secure Attachment ... 26

2.3.2 Tipe Preoccupied Attachment ... 26

2.3.4 Tipe Dissmissive Attachment ... 28

2.3.5 Tipe Fearful Attachment ... 28

2.4 Karakteristik Attachment to God ... 29

2.4.1 Mencari dan Mempertahankan Hubungan dengan Tuhan ... 29

2.4.2 Menjadikan Tuhan sebagai Tempat Berlindung untuk Memperoleh Rasa Aman ... 32

2.4.3 Menjadikan Tuhan sebagai Dasar Rasa Aman ... 35

2.5 Perbedaan Individual dalam Attachment dan Religi (Hipotesis Korespondensi) ... 37

2.5.1 Model Mental dan Hipotesis Korespondensi... 38

2.6 Pengantar Attachment ... 39

(5)

xi

Universitas Kristen Maranatha

2.8 Attachment Styles ... 41

2.9 Religiusity and Spirituality During The Transition to Adulthood ... 42

BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan dan Prosedur Penelitian ... 46

3.2 Prosedural Penelitian ... 47

3.3 Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 47

3.3.1 Variabel Penelitian ... 47

3.3.2 Definisi Konseptual ... 47

3.3.3 Definisi Operasional ... 48

3.4 Alat Ukur ... 48

3.4.1 Kisi-kisi Alat Ukur ... 48

3.4.2 Cara Pengerjaan ... 49

3.4.3 Sistem Penelitian ... 49

3.5 Uji Coba Alat Ukur... 50

3.5.1 Validitas Alat Ukur Attachment to God ... 50

3.5.2 Reliabilitas Alat Ukur Attachment to God ... 51

3.6 Data Pribadi dan Data Penunjang ... 51

3.7 Populasi Sasaran dan Teknik Penarikan Sampel ... 52

3.7.1 Populasi Sasaran ... 52

3.7.2 Karakteristik Sampel ... 52

3.7.3 Teknik Penarikan Sampel ... 52

(6)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran sampel Penelitian ... 54

4.1.1 Jenis Kelamin Responden ... 54

4.1.2 Usia Responden ... 55

4.1.3 Lama Responden Mengikuti PMK ... 55

4.1.4 Penghayatan Kedekatan Responden dengan Tuhan Sebelum Mengikuti PMK ... 56

4.1.5 Motivasi Responden Mengikuti PMK ... 56

4.2 Hasil Penelitian ... 57

4.2.1 Tipe Attachment to God Responden ... 57

4.2.2 Tabulasi Silang antara Tipe Attachment to God dengan Relasi Orang Tua ... 57

4.2.3 Tabulasi Silang antara Tipe Attachment to God dengan Respons Kehilangan Orang yang Sangat Berarti ... 58

4.2.4 Tabulasi Silang antara Tipe Secure Attachment dengan Penghayatan Responden Sebelum dan Saat mengikuti PMK “X” 59 4.2.5 Tabulasi Silang antara Tipe Preoccupied Attachment dengan Penghayatan Responden Sebelum dan Saat mengikuti PMK “X” ... 60

4.2.6 Tabulasi Silang antara Tipe Attachment to God dengan Motivasi Responden Mengikuti PMK ... 61

(7)

xiii

Universitas Kristen Maranatha BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran ... 70

5.2.1 Saran Teoritis ... 70

5.2.2 Saran Praktis ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

DAFTAR RUJUKAN... 73

(8)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Skema Kerangka Pikir Attachment to God ... 23

Bagan 2.1 Skema Attachment to God Styles ... 26

Bagan 2.2 Skema Attachment Styles ... 41

(9)

xv

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kisi-kisi Alat Ukur Attachment to God Inventory ... 49

Tabel 3.2 Sistem Penilaian Setiap Dimensi Attachment to God ... 49

Tabel 4.1 Jenis Kelamin Responden ... 54

Tabel 4.2 Usia Responden ... 55

Tabel 4.3 Lama Responden Mengikuti PMK ... 55

Tabel 4.4 Penghayatan Kedekatan Responden dengan Tuhan Sebelum Mengikuti PMK ... 56

Tabel 4.5 Motivasi Responden Mengikuti PMK ... 56

Tabel 4.6 Tipe Attachment to God Responden ... 57

Tabel 4.7 Tabulasi Silang antara Tipe Attachment to God dengan Relasi Orang Tua ... 57

Tabel 4.8 Tabulasi Silang antara Tipe Attachment to God dengan Respons terhadap Kehilangan orang yang sangat berarti ... 58

Tabel 4.9 Tabulasi Silang antara Tipe Secure Attachment dengan Penghayatan Responden Sebelum Mengikuti PMK dan Saat mengikuti PMK ... 59

(10)
(11)

xvii

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Kesediaan

Lampiran 2 : Kuesioner Attachment to God

Lampiran 3 : Hasil data Attachment to God

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Setiap universitas memiliki visi dan misi, nilai, standar akademik yang

berbeda-beda. Salah satu universitas swasta, yaitu Universitas “Y”, merupakan

perguruan tinggi yang berlandaskan pada ajaran agama Kristen. Universitas “Y”

memiliki Visi untuk menjadi Perguruan Tinggi yang mandiri dan berdaya cipta,

serta mampu mengisi dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni

abad ke-21 berdasarkan kasih dan keteladanan Yesus Kristus dan Misi untuk

mengembangkan cendekiawan yang handal, suasana yang kondusif, dan nilai-nilai

hidup yang Kristiani sebagai upaya pengembangan ilmu pengetahuan, teknologi,

dan seni dalam penyelenggaraan Tridharma Perguruan Tinggi Kristen “Y”.

Universitas “Y” juga memiliki nilai-nilai yang berlandaskan pada ajaran

agama Kristen dengan mengaplikasikan visi dan misi yang ada yaitu Nilai

Integritas yaitu kejujuran, Nilai Kepedulian yaitu menolong orang lain, dan Nilai

Keprimaan yaitu memiliki hasil pribadi yang sesuai dengan teladan Yesus Kristus.

Mahasiswa diharapkan dapat memahami ketiga nilai tersebut dengan

mengaplikasikannya lewat kegiatan-kegiatan yang disediakan. Salah satu kegiatan

yang disediakan dan menunjang nilai-nilai kristiani tersebut adalah kegiatan

kerohanian. Universitas “Y” memiliki Badan Pelayanan Kerohanian (BPK). BPK

(13)

2

Universitas Kristen Maranatha y(Voice of Maranatha) yang berarti pelayanan lewat talenta yang dimiliki seperti main musik, menari, menyanyi dan perlengkapan, dan PMK (Persekutuan

Mahasiswa Kristen). PMK merupakan salah satu kegiatan kerohanian yang secara

umum dimiliki oleh beberapa universitas untuk meningkatkan nilai-nilai kristiani

pada mahasiswa.

PMK merupakan kegiatan kerohanian yang dibentuk atas kerjasama dan

koordinasi antara Badan Pelayanan Kerohanian (BPK) dan Tim Pelayanan

Mahasiswa (TPM) yang terdiri dari perwakilan setiap PMK yang berbeda

fakultas. TPM merumuskan tema umum dalam setahun dan setiap pengurus PMK

mengaplikasikan tema umum tersebut ke dalam tema-tema yang lebih spesifik

melalui program-program yang akan diadakan selama setahun.

PMK “X” adalah salah satu persekutuan mahasiswa yang menggambarkan

persekutuan salah satu fakultas dan mendukung visi serta misi dari Universitas

“Y”. PMK “X” memiliki visi untuk melahirkan alumni yang menjadi garam dan

terang di tengah-tengah keluarga, gereja, masyarakat, bangsa dan negara. Pada

Alkitab di dalam Matius 5 ayat 13 yang mengatakan bahwa “Kamu adalah garam

dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi

gunanya selain dibuang dan diinjak orang”, dan ayat 14 berkata juga demikian

bahwa “Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak

mungkin tersembunyi.” Misinya adalah penginjilan, pemuridan, pelipatgandaan

dan pengutusan. Pada Alkitab di dalam Matius 28 ayat 19-20 yang mengatakan

demikian “ Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridku dan baptislah

(14)

3

melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah,

Aku menyertai kamu senantiasa sampai akhir zaman.” Visi dan misi tersebut

diaplikasikan kedalam setiap program kegiatan yang diadakan selama setahun.

Program kegiatan yang diadakan PMK ”X” bervariasi sesuai dengan

kebutuhan mahasiswa yang mengikutinya, seperti mengadakan pembinaan dengan

ibadah yang dilakukan seminggu sekali, berupa ibadah, seminar, talkshow, menonton film bersama atau praise and worship. Selain itu, kegiatan persekutuan

doa yang diadakan seminggu sekali, dilakukan secara bergantian dengan kegiatan

ibadah . Program utama juga diadakan sekali dalam setahun, yaitu penyambutan

mahasiswa baru, retreat, paskah, natal dan kebersamaan kelompok kecil.

PMK “X” memiliki program pemuridan yaitu Kelompok Kecil (KK). KK

merupakan persekutuan kecil yang diadakan secara berkelompok dalam 2-4 orang

yang disebut Anggota Kelompok Kecil (AKK) dan seorang pemimpin yang

disebut Pemimpin Kelompok Kecil (PKK). Pertemuan KK dilakukan seminggu

sekali dengan waktu pertemuan yang ditentukan oleh kelompoknya

masing-masing. Kegiatan yang dilakukan dalam pertemuan KK adalah doa, menyanyikan

pujian, berbagi pengalaman keseharian (sharing), serta membahas dan

mendiskusikan suatu bagian dari Alkitab dengan menggunakan buku-buku

panduan tertentu. Buku-buku panduannya adalah Pemahaman Injil melalui

Pendalaman Alkitab (PIPA), terdiri dari 3 bab yang membahas mengenai dosa,

pengampunan dosa dan keselamatan; dan Memulai Hidup Baru (MHB) yang

(15)

4

Universitas Kristen Maranatha pernikahan dalam memilih pasangan hidup, harta, benda, waktu dan bakat serta

bangsa dan negara.

PMK “X” terdiri dari mahasiswa/mahasiswi yang berada pada periode

masa remaja akhir dan dewasa awal dari usia 18-25 tahun. Menurut Husni (2012,

dalam Mcnarra, 2010), mahasiswa mengalami peralihan dari remaja akhir menuju

dewasa awal, sehingga saat menyusun gambaran mengenai kepercayaannya, lebih

banyak meniru pandangan orang lain lalu menuju pada keyakinan yang tidak

bergantung pada orang lain serta sadar akan tanggung jawab dan komitmennya.

Peralihan ini mengakibatkan adanya perubahan pada mahasiswa melalui

pengalaman saat menjalani keyakinannya. Pengalaman pada mahasiswa semakin

bertambah seiring dengan meningkatnya eksplorasi pengalaman mengenai jati

diri, yang terdapat pula religiousitas mengenai keagamaan yang dianutnya dan

spiritualitas mengenai kedalaman keyakinan akan keagamaannya dalam masa

remaja akhir dan dewasa awal.

Menurut Erikson (1968, dalam Mcnarra, 2010) proses perkembangan

identitas diri terjadi selama masa remaja, namun pencarian identitas diri tentang

nilai dan kepercayaan termasuk yang berhubungan dengan agama terjadi pada

akhir belasan tahun dan pada awal dua puluhan. Individu cenderung untuk

mempertanyakan religiousitas, kemudian mereka memulai eksplorasi yang lebih

mendalam pada hal spiritualitas dan pada akhirnya mengembangkan sendiri

sehingga memperoleh kepercayaan yang sifatnya lebih kompleks (Erikson, 1968,

(16)

5

Mahasiswa membentuk dirinya dalam kepercayaan, nilai-nilai dan

komitmen sendiri dengan menunjukkan pola attachment, atau kedekatan kepada Tuhan, yang disebut sebagai attachment to God. Attachment to God adalah ikatan

afeksional yang terjadi antara seseorang dan Tuhan, sebagai figur attachment (Kirkpatrick, 2005). Karakteristik dari attachment to God menggambarkan bagaimana individu mencari dan mempertahankan hubungan dengan Tuhan,

menjadikan Tuhan sebagai tempat berlindung untuk memperoleh rasa aman,

menjadikan Tuhan sebagai dasar aman, dan respons akan perpisahan dan

kehilangan Tuhan yang akan menyebabkan dukacita. Karakteristik ini

memberikan gambaran bagaimana Tuhan berfungsi secara psikologis sebagai

figur attachment dalam keadaan apa pun, baik sukacita maupun dukacita dan melibatkan Tuhan di setiap hal yang terjadi dalam kehidupan.

Rangkuman Ibadah Besar dalam Persekutuan Mahasiswa Kristen

Universitas Indonesia juga memberikan pernyataan bahwa penyerahan diri

mahasiswa dapat dilihat dari kedekatan mahasiswa dengan Tuhan. Kegiatan yang

dapat dilakukan untuk dapat menjalin hubungan lebih dekat dengan Tuhan adalah

memiliki waktu teduh dengan merenungkan firman Tuhan, berdoa, pendalaman

Alkitab dan mengikuti ibadah rutin di gereja maupun mengikuti Persekutuan

Mahasiswa Kristen dalam kegiatan pelayanan di kampus.www.pmka-ui.com

Karakteristik tersebut menggambarkan perilaku kedekatan setiap

mahasiswa dengan Tuhan melalui kegiatan PMK “X”. Menurut Kirkpatrick

(17)

6

Universitas Kristen Maranatha to God, yaitu secure attachment, dismissive attachment, preoccupied attachment dan fearful attachment.

Mahasiswa yang merasa bahwa dirinya layak dicintai dan berharga untuk

mendapat kasih Tuhan. Mahasiswa ini cenderung akan menjaga kedekatannya

dengan Tuhan sekalipun di luar kegiatan PMK “X” dengan tetap berdoa,

merenungkan firman Tuhan (saat teduh) dan ibadah atau persekutuan. Mahasiswa

ini memahami dan mengalami Tuhan dalam pengertian positif, yang disebut tipe

secure attachment.

Mahasiswa bisa juga mempunyai penghayatan bahwa dirinya layak

dicintai dan berharga, namun Tuhan dianggap menarik diri, Tuhan mengabaikan,

khususnya saat dibutuhkan. Mahasiswa ini cenderung akan mengandalkan dirinya

sendiri, merasa bahwa dirinya tidak membutuhkan Tuhan untuk setiap masalah

dalam akademis atau non-akademis. Tujuan mengikuti PMK “X” berbeda dari

yang bersifat religius, seperti hanya ingin mendapatkan pengalaman, sebagai

ajang unjuk diri, mencari teman dan mengikuti teman atau mengejar lawan

jenisnya. Mahasiswa ini menggambarkan pandangan yang negatif terhadap Tuhan

dan pandangan positif untuk dirinya, yang disebut tipe dismissive attachment.

Tipe lainnya adalah mahasiswa yang cemas, bingung, atau terpaku pada

keinginan yang sangat besar untuk mendapatkan respons dari Tuhan dalam situasi

ancaman, karena merasa dirinya tidak layak menerima cinta kasih Tuhan.

Mahasiswa ini akan mengikuti setiap kegiatan PMK “X” dengan selalu merasa

dirinya kurang layak (berdosa) untuk mendapatkan kasih Tuhan yang terjadi

(18)

7

kegiatan PMK “X” untuk mengatasi kecemasan akan hubungannya dengan Tuhan

melalui penguatan teman-temannya, baik sharing kelompok ataupun doa bersama.

Mahasiswa ini memiliki tipe preoccupied attachment.

Mahasiswa yang memiliki penghayatan berjarak atau tidak tertarik untuk

dekat dengan Tuhan karena Tuhan menarik diri dan mengabaikan saat dibutuhkan

akan menghindari kebergantungannya pada Tuhan. Mahasiswa ini tetap mengikuti

kegiatan PMK “X” namun tidak secara totalitas, cenderung hanya untuk mengisi

kegiatan diluar perkuliahan atau mengikuti temannya, sehingga saat mengikuti

setiap ibadah, ia tidak merasakan kehadiran Tuhan di dalam dirinya. Mahasiswa

ini juga mengganggap tidak penting memiliki hubungan dengan Tuhan dan

cenderung mengandalkan dirinya sendiri dalam setiap aktivitasnya seperti tidak

berdoa ataupun merenungkan firman Tuhan. Mahasiswa ini memiliki tipe fearful attachment.

Mahasiswa anggota PMK “X” diharapkan memiliki kedekatan dengan

Tuhan pada penghayatan tipe secure attachment, karena diharapkan untuk menghasilkan perilaku positif bagi dirinya dan Tuhan dalam kegiatan kampus

maupun di luar kampus. Pada saat lulus nanti, mahasiswa ini diharapkan untuk

terus menanamkan nilai-nilai kristiani yang diajarkan, seperti menerapkan buah

roh, yaitu kasih sebagai dasar hubungan dengan Tuhan dan sesama serta terus

menjaga kedekatannya dengan Tuhan. Pada Alkitab dalam Galatia 5 ayat 22-23

yang mengatakan demikian “Tetapi Buah Roh ialah : kasih, sukacita, damai

sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan,

(19)

8

Universitas Kristen Maranatha Hasil wawancara dengan Ketua PMK “X” menjelaskan bahwa PMK “X”

sebagai wadah pelayanan yang mengadakan kegiatan kerohanian, seperti

penyambutan mahasiswa baru, ibadah, persekutuan doa, kelompok kecil (kk),

retreat, paskah, natal, dan kebersamaan. Setiap kegiatan yang sudah diadakan terdapat evaluasi di dalam kegiatan tersebut yang menjadi jawaban atas

wawancara yang dilakukan. Kegiatan yang pertama dilakukan pada semester baru

adalah penyambutan mahasiswa baru dilakukan setahun sekali untuk memberi

perkenalan kepada mahasiswa baru mengenai PMK secara keseluruhan, sekitar

200 mahasiswa hadir untuk mengikutinya. Saat dibagi berdasarkan fakultas,

mahasiswa baru yang antusias pada PMK “X” hanya sekitar 15 orang.

Selanjutnya, mahasiswa baru dapat bergabung ke dalam rutinitas PMK “X”,

seperti ibadah dan persekutuan doa.

Pada ibadah awal PMK “X”, saat semester baru, mahasiswa yang hadir

sekitar 80 orang tetapi 2 minggu setelahnnya dan selanjutnya, mahasiswa yang

hadir hanya sekitar 30-40 orang. Berkurangnya mahasiswa karena kurangnya

jumlah pengurus dan anggota yang ada sebelumnya untuk menjangkau mahasiswa

yang hadir dan hanya menjangkau lewat SMS (Short Message Service) sehingga beberapa mahasiswa lebih memilih unit kegiatan lain, tidak merasa cocok dengan

lingkungannya dan hanya mengikuti temannya. Begitu pula dengan persekutuan

doa yang diadakan secara bergantian.

Selain itu, terdapat pula Kelompok Kecil (KK) yang didapat dari anggota

PMK “X” yang sudah dibagi dalam beberapa kelompok. Tujuannya untuk lebih

(20)

9

menyampaikan apa yang dirasakan dan menjaga kedekatan dengan Tuhan.

Masalah dalam kelompok kecil adalah terlalu monoton, adanya perkelahian satu

sama lain dalam kelompok seperti merasa tersinggung akan kata-kata yang

diucapkan oleh salah satu orang dalam kelompok dan mengakibatkan keengganan

untuk mengikuti KK, Pemimpin Kelompok Kecil (PKK) yang pindah kota

sehingga tidak ada yang menggantikan dan terkadang Anggota Kelompok Kecil

(AKK) tidak ingin digantikan oleh PKK yang lain.

Adapula acara besar yang dilakukan PMK “X” setahun sekali yaitu

paskah, natal dan retreat. Antusias anggota PMK “X” yang mengikuti kegiatan tersebut lebih dari 80 orang karena banyak mahasiswa yang datang untuk

mengejar lawan jenisnya, mengikuti temannya, mencari teman, hanya sebagai

formalitas untuk merayakan paskah dan naal serta retreat merupakan kegiatan di luar kampus yang dapat dijadikan pengalaman. Setelah kegiatan tersebut,

mahasiswa yang akan kembali hadir PMK “X” menjadi sekitar 30-40 orang

karena kurangnya pengurus dan anggota PMK “X” dalam menjangkau mahasiswa

saat acara berlangsung dan setelah acara berlangsung.

Sehubungan dengan itu, para pengurus PMK “X” mengatasinya dengan

cara menyelenggarakan kegiatan kebersamaan seperti futsal, jalan-jalan bersama,

makan bersama dan menonton bioskop bersama. Tujuannya untuk mempererat

persaudaraan setiap anggota PMK “X” sehingga menunjukkan antusias yang lebih

tinggi daripada saat kegiatan ibadah.

Setiap kegiatan yang diadakan diharapkan dapat menjadi wadah

(21)

10

Universitas Kristen Maranatha dihadapi PMK “X” adalah kurangnya pengurus ataupun anggota PMK “X” untuk

menjangkau mahasiswa yang hadir, karena kendala tersebut maka lebih banyak

hanya menjangkau melalui SMS secara berulang daripada bertemu langsung.

Terdapat pula mahasiswa yang tidak menerapkan sesuai dengan apa yang sudah di

dapat selama mengikuti PMK ”X” seperti berdoa sebelum memulai perkuliahan

karena ketakutan mahasiswa ketika dikatakan “sok rohani” di tengah-tengah

lingkungan yang berbeda dengannya sehingga tidak menjadi pelaku garam dan

terang yang menjadi visi dari PMK “X”.

Oleh karena itu, menurut evaluasi yang sudah dilakukan PMK “X” setelah

setiap kegiatan yang diadakan, maka kira-kira sekitar 80% mahasiswa yang

datang menghadiri PMK “X” cenderung karena diajak oleh temannya ataupun

hanya ingin mendekati teman pria atau wanita dan hanya untuk diisi oleh Firman

Tuhan bagi dirinya tanpa membagikannya di luar PMK “X” karena pandangan

“sok rohani” dari lingkungannya, padahal hal tersebut menjadi misi dari PMK

“X”. Mahasiswa yang datang cenderung dengan kerinduan ingin dekat dengan

Tuhan dengan mendalami relasinya dengan Tuhan melalui kegiatan PMK “X”,

hanya kira-kira sekitar 20%.

Berdasarkan hasil survey awal kepada 10 mahasiswa anggota PMK “X”,

diperoleh hasil sebagai berikut : terdapat 4 mahasiswa yang menunjukkan

penghayatan cemas ketika tidak berdoa, kecewa saat Tuhan tidak menjawab doa

yang sesuai keinginannya, cemburu saat orang lain mendapatkan berkat dari

Tuhan lebih banyak daripada dia, merasa bahwa apa yang dilakukannya belum

(22)

11

lebih berhasil daripada dia. Mahasiswa ini cenderung memiliki tipe preoccupied attachment.

Terdapat 3 mahasiswa yang menunjukkan penghayatan tidak terbiasa

melibatkan reaksi emosional pada saat berdoa, berdoa hanya bersifat umum (saat

makan atau saat tidur), tidak disiplin saat teduh dan jarang berdoa, mengikuti

kegiatan PMK “X” untuk mendiskusikan pergumulan yang dihadapi dengan

mencari solusi lewat Firman Tuhan dan tidak sepenuhnya menyerahkan dengan

mengandalkan Tuhan dalam studi maupun pelayanan. Mahasiswa ini cenderung

memiliki tipe dissmisive attachment.

Terdapat 2 mahasiswa yang cenderung menunjukkan penghayatan yang

positif pada diri dan pada Tuhan lewat perasaan cemas hanya pada saat tertentu,

mengikuti setiap kegiatan ibadah PMK dengan mencari solusi lewat Firman

Tuhan dan saat tertentu juga merasa bahwa yang dilakukan belum sesuai

keinginan Tuhan. Mahasiswa ini cenderung memiliki tipe secure attachment.

Terdapat 1 mahasiswa yang cenderung menunjukkan penghayatan cemas

ketika tidak berdoa, kecewa saat Tuhan tidak menjawab doa yang sesuai

keinginannya, cemburu saat orang lain mendapatkan berkat dari Tuhan lebih

banyak daripada dia, merasa bahwa apa yang dilakukannya belum sesuai dengan

keinginan Tuhan dan kecewa disaat Tuhan membuat orang lain lebih berhasil

daripada dia. Mahasiswa ini juga cenderung menunjukkan penghayatan tidak

terbiasa melibatkan reaksi emosional pada saat berdoa, berdoa hanya bersifat

umum (saat makan atau saat tidur), tidak disiplin saat teduh dan jarang berdoa,

(23)

12

Universitas Kristen Maranatha dengan mencari solusi lewat Firman Tuhan dan tidak sepenuhnya menyerahkan

dengan mengandalkan Tuhan dalam studi maupun pelayanan. Mahasiswa ini

cenderung memiliki tipe fearful attachment.

Terdapat kesenjangan antara teori dengan fenomena pada mahasiswa PMK

“X”. Sehubungan dengan kegiatan yang disediakan dan penghayatan dalam diri

masing-masing untuk menjalankan visi dan misi PMK “X” di tengah-tengah

lingkungan Universitas “Y”, mahasiswa anggota PMK “X” diharapkan memiliki

tipe secure attachment. Namun, kenyataannya hanya 20% mahasiswa yang cenderung lebih kepada tipe secure attachment dan sisanya 80% mahasiswa cenderung memiliki penghayatan insecure, yaitu tipe preoccupied attachment, dissmisive attachment, dan fearful attachment. Oleh karena kesenjangan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut mengenai Studi

Deskriptif Attachment to God pada Mahasiswa anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen “X” di Universitas “Y” Bandung.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian di atas, masalah yang ingin diteliti adalah seperti apa

(24)

13

1.3 Maksud Dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk memperoleh gambaran mengenai attachment to God pada mahasiswa anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen “X” di Universitas “Y”

Bandung.

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk memperoleh data mengenai tipe attachment to God dan faktor-faktor penunjang pada mahasiswa anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen “X” di

Universitas “Y” Bandung.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Ilmiah

1) Memberikan sumbangan pengetahuan, terutama dalam bidang

kajian Psikologi Sosial dan Psikologi Perkembangan.

2) Memberikan tambahan informasi sebagai bahan rujukan bagi

peneliti lain yang ingin melakukan penelitian lanjutan mengenai

attachment to God.

1.4.2 Kegunaan Praktis

1) Memberi informasi kepada pengurus PMK “X” tentang gambaran

(25)

14

Universitas Kristen Maranatha akan menjadi evaluasi bagi PMK “X” untuk mengembangkan

kualitas kedekatan mahasiswa dengan Tuhan.

2) Memberikan informasi kepada Badan Pelayanan Kerohanian

(BPK) mengenai gambaran attachment to God pada mahasiswa anggota PMK “X” yang selanjutnya akan menjadi evaluasi bagi

BPK.

1.5 Kerangka Pikir

Menurut Erikson (1968, dalam Mcnarra, 2010) proses perkembangan

identitas diri terjadi selama masa remaja, namun pencarian identitas diri tentang

nilai dan kepercayaan yang berhubungan dengan agama terjadi pada akhir belasan

tahun dan pada awal dua puluhan, yaitu pada saat mahasiswa berumur 18-25

tahun. Sebagian besar mahasiswa telah memusatkan pikiran pada pentingnya

memiliki keyakinan dan akan semakin meningkat saat lanjut usia.

Mahasiswa cenderung untuk mempertanyakan religiousitas, kemudian

mereka memulai eksplorasi diri yang lebih mendalam pada hal spiritualitas

dengan cara ingin tahu, dan pada akhirnya mereka mengembangkan sendiri

sehingga memperoleh kepercayaan yang sifatnya lebih kompleks, seperti

keyakinannya kepada Tuhan (Mcnarra, 2010). Mahasiswa dapat mengembangkan

keyakinannya dengan mengikuti salah satu kegiatan yang ada di kampus, salah

satunya adalah mengikuti Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK). Mahasiswa

dapat mempertanyakan dan mencari tahu mengenai kedekatannya dengan Tuhan,

(26)

15

diadakan setiap hari Jumat. Selain itu, terdapat kegiatan di luar ibadah rutin setiap

hari Jumat, yaitu kelompok kecil, pelatihan untuk penjangkauan, retreat, Paskah,

Natal, dan kebersamaan. Mahasiswa diharapkan dapat memiliki kedekatan dengan

Tuhan dan merasa aman dekat dengan Tuhan serta mengandalkan Tuhan dalam

kesehariannya dengan seimbang.

Kedekatan dengan Tuhan disebut attachment to God yang berarti adalah ikatan afeksional yang terjadi antara mahasiswa anggota PMK ”X” dengan Tuhan,

sebagai figur attachment, yang dibentuk melalui internal working model tentang diri (IWM of self) dan Tuhan sebagai figur attachment (IWM of God) (Kirkpatrick,

2005). Internal working model tentang diri (IWM of self) adalah skema kognitif tentang diri, apakah diri dipandang sebagai individu yang layak mendapatkan

cinta kasih, care dan perlindungan dari Tuhan. Hal ini digambarkan melalui dimensi attachment to God, yaitu anxiety of abandonment.

Internal working model tentang Tuhan (IWM of God) adalah skema kognitif yang berisi harapan dan keyakinan mengenai Tuhan sebagai figur

attachment dan Tuhan dipandang sebagai figur yang available dan responsif ketika dibutuhkan. Hal ini dapat digambarkan melalui dimensi attachment to God,

yaitu avoidance of intimacy.

Beck dan McDonald (2004), mengembangkan pengukuran attachment to God melalui dua dimensi attachment to God, terdapat derajat tinggi dan rendah dari salah satu dimensi tersebut untuk menghasilkan tipe attachment to God. Dimensi anxiety about abandoment mengenai kekhawatiran mahasiswa anggota

(27)

16

Universitas Kristen Maranatha disayang oleh Tuhan, kecemburuan akan kedekatan orang lain dengan Tuhan,

takut Tuhan tidak menyayanginya, dan kekhawatiran mengenai hubungannya

dengan Tuhan. Dimensi anxiety ini sebenarnya menggambarkan IWM tentang diri

yang tidak berharga, tidak layak mendapatkan kasih, care dan kepedulian Tuhan,

sehingga selalu mencemaskan relasinya dengan Tuhan.

Dimensi avoidance of intimacy adalah mengenai kebutuhan mahasiswa

anggota PMK “X” untuk bergantung kepada dirinya sendiri daripada Tuhan,

kesulitan untuk bergantung kepada Tuhan, dan keengganan untuk dekat secara

emosional dengan Tuhan. Dimensi avoidance ini sebenarnya mencerminkan IWM

tentang Tuhan yang dipandang sebagai figur yang tidak responsif dan tidak

available ketika dibutuhkan, sehingga ia menghindari kedekatan dan kebergantungan dengan Tuhan, dan bergantung pada dirinya sendiri.

Berdasarkan kedua dimensi di atas dapat diketahui tipe attachment to God

pada mahasiswa anggota PMK “X”. Mahasiswa anggota PMK “X” dapat

dikatakan memiliki tipe secure attachment, pada saat dimensi anxiety about abandonment rendah, dapat digambarkan bahwa mahasiswa ini memiliki pandangan positif mengenai dirinya sehingga tahu dirinya layak dicintai dan

berharga mendapatkan kasih Tuhan. Mahasiswa ini juga memiliki dimensi

avoidance of intimacy rendah, sehingga dapat memahami dan mengalami Tuhan dalam pengertian positif misalnya caring dan protective dan memiliki gambaran yang positif terhadap figur attachment, yaitu Tuhan. Mahasiswa ini cenderung

akan menjaga kedekatannya dengan Tuhan secara rutin lewat partisipasinya dalam

(28)

17

penjangkauan, paskah/natal, walaupun ada masalah dan dapat merasakan hadirat

Tuhan dimanapun ia berada, dengan berdoa, ibadah minggu, saat teduh dan diluar

dari kegiatan PMK “X”.

Mahasiswa anggota PMK “X” dapat dikatakan memiliki tipe dissmissive attachment, pada saat dimensi anxiety about abandonment rendah, dapat digambarkan bahwa mahasiswa ini memiliki pandangan positif mengenai dirinya

dan tahu dirinya layak dicintai dan berharga mendapatkan kasih Tuhan. Namun,

dimensi avoidance of intimacy tinggi, maka mahasiswa ini mengganggap Tuhan menarik diri dan mengabaikannya pada saat dibutuhkan, merasa bahwa Tuhan

tidak dapat dipercaya dan tidak mudah dijangkau ketika sedang ada masalah,

sehingga memiliki pandangan negatif mengenai Tuhan. Mahasiswa ini cenderung

mengandalkan dirinya sendiri, merasa bahwa Tuhan tidak pernah menjawab

keinginannya dan merasa bahwa Tuhan lebih mengasihi orang lain daripada

dirinya. Mahasiswa ini juga terkadang hadir dalam kegiatan PMK “X” hanya

karena ada tujuan tertentu seperti diajak oleh temannya ataupun ada seseorang

yang ditaksir, ajang unjuk diri dan sekedar mendapatkan pengalaman.

Mahasiswa anggota PMK “X” dapat dikatakan memiliki tipe preoccupied

attachment, pada saat dimensi anxiety about abandonment tinggi, dapat digambarkan bahwa mahasiswa ini memiliki pandangan negatif mengenai dirinya

sehingga merasa cemas, bingung, atau terpaku pada keinginan yang sangat besar

untuk mendapatkan respons dari Tuhan dalam situasi ancaman serta takut ditolak

dan ditinggalkan oleh Tuhan karena keberdosaannya. Terdapat pula dimensi

(29)

18

Universitas Kristen Maranatha mengenai Tuhan. PMK “X” menjadi salah satu wadah bagi mahasiswa ini untuk

mengatasi kecemasannya lewat setiap kegiatan yang diadakan dan aktif di

dalamnya. Sehubungan dengan itu, ia akan cenderung mengikuti setiap pelayanan

yang ditawarkan sampai tidak memerhatikan kondisi fisik ataupun kondisi

akademiknya karena memiliki keinginan yang besar untuk mendapatkan respons

dari Tuhan.

Mahasiswa anggota PMK “X” dapat dikatakan memiliki tipe fearful

attachment, pada saat dimensi anxiety about abandonment tinggi, dapat digambarkan bahwa mahasiswa ini memiliki pandangan negatif mengenai dirinya

dalam ketakutan akan dibuang oleh Tuhan karena keberdosaannya. Didukung oleh

dimensi avoidance of intimacy tinggi, sehingga mahasiswa ini memiliki pandangan negatif mengenai Tuhan, sehingga memiliki penghayatan berjarak dan

tidak tertarik untuk dekat dengan Tuhan, keyakinan bahwa Tuhan tidak available dan tidak responsif dalam situasi ancaman, mengganggap Tuhan menarik diri dan

mengabaikan, khususnya saat dibutuhkan. Menurutnya, tidak begitu penting

memiliki hubungan dengan Tuhan, sehingga ia meminimalisir hubungan dengan

Tuhan dan menghindari ketergantungan pada Tuhan. Mahasiswa ini cenderung

tetap mengikuti kegiatan PMK “X” namun tidak secara totalitas, hanya untuk

mengisi kegiatan diluar perkuliahan atau mengikuti temannya. Pada saat

mengikuti setiap kegiatan PMK “X” atau kegiatan diluar PMK “X”, ia tidak

merasakan kehadiran Tuhan dan Tuhan tidak hadir di dalam hidupnya, sehingga

cenderung lebih banyak mengandalkan diri sendiri dengan tidak berdoa ataupun

(30)

19

Faktor-faktor penunjang kedekatan mahasiswa dengan Tuhan dan

berinteraksi dengan Tuhan adalah relasi mahasiswa dengan orangtua, respons

terhadap kehilangan orang yang sangat berarti dan komunitas yang mendukung

pengembangan kerohanian.

Faktor pertama mengenai kedekatan mahasiswa dengan Tuhan adalah

relasi dengan orangtua. Menurut Kirkpartrick (2005), persepsi tentang orangtua

yang memelihara dan mencintai sama halnya dengan image tentang Tuhan sebagai figur attachment yang juga mencintai, memberi kenyamanan dan memelihara. Mahasiswa yang memiliki tipe secure attachment akan memandang

Tuhan, menyukai pasangan hidupnya, sebagai figur attachment yang available dan responsif, yang mencintai dan mempedulikan mereka. Mahasiswa dengan

memiliki perasaan aman dan nyaman dengan orang tuanya, cenderung akan

memiliki perasaan aman dan nyaman dekat dengan Tuhan, karena orang tua

sebagai representasi figur Tuhan di dunia.

Saat mahasiswa tersebut merasa nyaman menceritakan masalahnya kepada

orangtua maka akan merasa aman pula menceritakan hal-hal tersebut kepada

Tuhan karena selalu menganggap bahwa orang tua sama halnya dengan Tuhan.

Begitu pula, dengan mahasiswa tipe preoccupied attachment yang memandang Tuhan sebagai figur yang mencintai dan dapat diandalkan, sama halnya dengan

orangtua, namun dalam dirinya selalu dalam kecemasan akan penolakan.

(31)

20

Universitas Kristen Maranatha aman dan nyaman akan sulit memercayai keberadaan Tuhan dan susah untuk

dekat dengan Tuhan, tidak akan merasa aman bercerita apa pun yang terjadi di

setiap kegiatan yang dilakukan kepada orang tua dan menggambarkan sulitnya

mempercayai adanya Tuhan.

Faktor kedua yang mendukung kedekatan mahasiswa dengan Tuhan

adalah respons terhadap kehilangan orang yang sangat berarti. Kirkpatrick dan

Shaver (1990) menyatakan bahwa pengalaman paling emosional dan merusak

dalam kehidupan seseorang adalah perpisahan atau kehilangan figur attachment, yaitu orang yang dicintai, dikasihi dan sangat berarti. Bila figur attachment utama

(orangtua atau pasangan hidup) hilang melalui kematian, atau ketika keadaan lain

menghasilkan periode perpisahan yang panjang seperti perceraian orang tua atau

perbedaan lokasi dengan orangtua atau pasangan hidup, Tuhan dapat dihayati

sebagai figur attachment pengganti yang atraktif dan berharga.

Mahasiswa akan berbalik kepada Tuhan, jika Tuhan berfungsi secara

psikologis sebagai figur attachment dan menunjukkan perilaku serupa secure attachment. Terlebih lagi, memiliki Tuhan sebagai tempat berlindung yang didalamnya terdapat perasaan nyaman dan aman. Mahasiswa yang kehilangan

orangtua dapat menganggap Tuhan sebagai tempat untuk mendekatkan diri

dengan mempercayai sifat Tuhan dan Tuhan sebagai sosok penjamin

perlindungan serta pemberi kenyamanan. Salah satu cara yang membuat

mahasiswa memiliki perasaan dekat dengan Tuhan secara psikologis adalah

berdoa. Mahasiswa yang merasa nyaman dan dekat dengan Tuhan saat kehilangan

(32)

21

Faktor ketiga yang mendukung kedekatan mahasiswa dengan Tuhan

adalah komunitas. Menurut Kirkpartrick (2005), Tuhan dihayati Maha hadir dan

hampir semua agama menyediakan tempat untuk ‘lebih dekat’ dengan Tuhan,

misalnya gereja. Gereja juga memiliki fungsi bagi jemaatnya, misalnya membawa

orang bersama mendengarkan khotbah, aktivitas kelompok dan interaksi yang

terjadi di antara orang-orang yang hadir. Jadi peran gereja sebagai tempat bagi

seseorang untuk lebih dekat dengan Tuhan. Seseorang mengunjungi gereja secara

serentak pada suatu waktu, bukan hanya sekadar pelayanan formal, namun juga

dapat pula ketika ada masalah, ingin berbicara dengan Tuhan dan merasakan

kehadiran Tuhan.

Salah satu rumah penyembahan dengan fungsi yang sama dan masuk

dalam kegiatan pelayanan mahasiswa adalah PMK. PMK menyediakan wadah

bagi mahasiswa untuk melayani dalam ruang lingkup sesamanya, dengan

sama-sama menjalani kegiatan pelayanan seperti ibadah jumat dengan mendengarkan

khotbah dan interaksi antar sesamanya dikhususkan pada kelompok yang lebih

kecil untuk membahas setiap pribadi yang ada didalamnya. Setiap kegiatan

pelayanan yang diadakan, mahasiswa diharapkan dapat merasa aman ketika dekat

dengan Tuhan tanpa merasa khawatir bahwa Tuhan akan meninggalkannya.

Komunitas terdiri dari mahasiswa yang sama-sama memiliki motivasi

untuk melayani Tuhan. Dengan adanya komunitas ini, diharapkan mahasiswa

dapat saling memberi masukan ataupun teguran saat ada perilaku yang tidak

menyenangkan hati Tuhan. Mahasiswa juga dibentuk dengan nilai-nilai yang ada

(33)

22

Universitas Kristen Maranatha untuk saling menguatkan dalam satu komunitas. Dengan adanya PMK, mahasiswa

dapat mendalami kedekatannya dengan Tuhan, dengan sama-sama belajar Firman

Tuhan dari khotbah ataupun dari setiap perkataan yang dapat membawa berkat

pada setiap mahasiswa yang ada, dapat pula melalui kelompok kecil yang ada agar

mahasiswa dapat lebih terbuka dan mendalam dalam bertanya mengenai

kedekatannya dengan Tuhan. Setiap mahasiswa dalam komunitas PMK

diharapkan dapat saling membantu dan mendukung satu sama lain dalam

membina hubungan dengan Tuhan.

Komunitas dapat membantu perkembangan spritualitas mahasiswa dalam

mendekatkan diri kepada Tuhan. Komunitas dalam hal kegiatan kerohanian,

seperti PMK “X” dan Gereja menjadi sumber kedekatan mahasiswa dengan

Tuhan. Komunitas dapat mendukungnya, jika mahasiswa memiliki kesadaran

akan komunitasnya dalam hal kerohanian, maka ia akan mencapai perkembangan

kerohanian yang baik. Maka, komunitas dapat membentuk mahasiswa menjadi

(34)

23

Faktor-faktor penunjang Attachment to God :

1. Relasi dengan Orangtua. 2. Respons terhadap Kehilangan

orang yang sangat berarti. 3. Komunitas.

Dari penjelasan diatas, dapat dibuat skema sebagai berikut :

Mahasiswa

anggota PMK “X” di Universitas “Y” Bandung

Attachment to God

Dimensi Attachment to God :

1. Anxiety about Abandonment 2. Avoidance of

Intimacy

Secure Attachment Dismissive Attachment

Preoccupied Attachment

Fearful Attachment

(35)

24

Universitas Kristen Maranatha 1.6 Asumsi – Asumsi

1. Wadah PMK “X” dapat menjadi sarana untuk memenuhi

kebutuhan mahasiswa untuk memiliki kedekatan dengan Tuhan.

2. Kegiatan PMK “X” dapat membangun kedekatan mahasiswa

dengan Tuhan.

3. Penghayatan berbeda tentang diri dan Tuhan dapat berbeda pula

tipe attachment to God yang dimiliki mahasiswa anggota PMK “X”, yaitu secure attachment, preoccupied attachment, dismissive

attachment, dan fearful attachment.

4. Attachment to God memiliki dua dimensi yaitu anxiety of abandonment dan avoidance of intimacy dapat menghasilkan keempat tipe, yaitu secure attachment, preoccupied attachment, dismissive attachment, dan fearful attachment, yang dapat mengukur kedekatan mahasiswa anggota PMK “X” dengan Tuhan.

5. Faktor relasi dengan orangtua, respons terhadap kehilangan orang

yang sangat berarti serta komunitas dapat mendukung keempat

tipe attachment to God, yaitu secure attachment, preoccupied attachment, dismissive attachment, dan fearful attachment sesuai dengan penghayatan mahasiswa dalam mengikuti kegiatan PMK

(36)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, maka

dapat diberi simpulan mengenai attachment to God pada mahasiswa anggota

PMK “X” di Universitas “Y” Bandung :

1. Mahasiswa anggota PMK “X” sebagian besar memiliki tipe secure

attachment dan sisanya tipe insecure attachment / preoccupied

attachment.

2. Mahasiswa anggota PMK “X” tipe secure attachment memiliki pandangan

positif akan dirinya dan pandangan positif kepada Tuhan.. Hal ini

dikarenakan kedekatan yang intim dengan Tuhan menggambarkan

sebagian besar tipe secure attachment lebih merasa sangat nyaman

berelasi dengan orang tua, yang berarti merasa sangat nyaman juga

berelasi dengan Tuhan. Respons kehilangan orang yang sangat berarti

membuatnya memiliki kedekatan dengan Tuhan dan komunitas memenuhi

kebutuhannya untuk mengembangkan kerohanian agar tetap menjaga

(37)

70

Universitas Kristen Maranatha 3. Mahasiswa anggota PMK “X” juga memiliki tipe insecure attachment /

preoccupied attachment yang memiliki pandangan positif kepada Tuhan,

namun memiliki pandangan yang negatif akan dirinya. Hal ini

menggambarkan bahwa mahasiswa tipe preoccupied attachment tidak

sepenuhnya merasa nyaman ketika berelasi dengan orang tua, sama halnya

ketika berelasi dengan Tuhan. Begitu pula saat kehilangan orang yang

sangat berarti, dirinya akan mencari Tuhan sebagai figur pengganti untuk

mengatasi kecemasannya. Selain itu, komunitas juga menjadi salah satu

wadah yang dapat mengurangi kecemasannya, baik melalui kelompok doa

ataupun sharing antar sesama.

4. Faktor-faktor yang cenderung terkait dengan tipe attachment to God pada

mahasiswa anggota PMK “X”, baik tipe secure attachment maupun tipe

preoccupied attachment adalah relasi dengan orang tua, respons akan

kehilangan orang yang sangat berarti, dan komunitas.

5.2 Saran

5.2.1 Saran Teoritis

Dari hasil kesimpulan diatas, terdapat 3 faktor yang memiliki

kecenderungan terkait dengan attachment to God. Oleh sebab itu, dalam

penelitian selanjutnya dapat meneliti mengenai hubungan salah satu faktor dengan

attachment to God.

(38)

71

5.2.2 Saran Praktis

1. Bagi pengurus PMK “X”, hasil penelitian attachment to God ini dapat

digunakan sebagai evaluasi untuk mengembangkan kualitas kedekatan

mahasiswa anggota PMK “X” dengan Tuhan.

2. Bagi Badan Pelayanan Kerohanian (BPK), PMK “X” dapat menjadi

wadah kegiatan kerohanian yang memberikan evaluasi untuk

mengembangkan kualitas kedekatan mahasiswa dengan Tuhan yang dapat

mendukung visi dan misi Universitas “Y” serta mendukung setiap

(39)

72

Universitas Kristen Maranatha DAFTAR PUSTAKA

Azwar, Syaifudin. 2000. Reliabilitas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Beck, Richard & Angie McDonald. 2004. Attachment to God: The Attachment to

God Inventory, Tests Of Working Model Correspondence, And An Exploration Of Faith Group Differences. Journal of Psychology and Theology, Vol.32, No.2, 92-103

Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta : PT Grasindo.

Kirkpatrick, Lee A. 2005. Attachment, Evolution, and the Psychology of Religion.

New York : The Guilford Press.

Kumar, Ranjit. 1999. Research Methodology. New Delhi : SAGE Publication.

McNamara, Barry Carolyn, Larry Nelson, Sahar Davarya, and Shirene Urry.

2010. Religiosity and Spirituality during the Transition to Adulthood.

(40)

73

DAFTAR RUJUKAN

Beck, Richard & Angie McDonald. 2004. Attachment to God Inventory (AGI)

Scoring Sheet and Interpretation Sheet. www.wheaton.edu, diakses tanggal 20 September 2014.

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha. 2009. Pedoman Penulisan

Skripsi Sarjana Edisi Revisi III. Bandung : Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Haryanto, Rocky. 2011. Studi Deskriptif Mengenai Profil Dimensi-dimensi

Religiusitas pada Mahasiswa yang Mengikuti Kelompok Kecil di

Persekutuan Mahasiswa Kristen Universitas “X” Bandung. Bandung :

Fakultas Psikologi Universitas Kristen Maranatha.

Husni, Hanna. 2012. Review Journal : Religiusity and Spirituality During the

Transition to Adulthood. http://hanna-k-h-fpsi10.web.unair.ac.id.com, diakses tanggal 19 Maret 2014.

Kiswantomo, Heliany. 2013. Pengaruh Attachment to God terhadap Forgiveness

kepada Teman Sebaya pada Siswa SMA Kristen/Katolik Bandung. Tesis : Tidak Dipublikasikan. Bandung : Universitas Kristen Maranatha

Rajagukguk, Daniel. 2013. Hubungan Pribadi dengan Tuhan. www.pmka-ui.com,

diakses tanggal 19 Maret 2014.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengujii pengaruh secara simultan dan parsial antara Rasio Likuiditas, Profitabilitas, dan Leverage terhadap Return Saham pada perusahaan

Suherman (2012: 66) mengemukakan bahwa pengumpulan data merupakan jantung penelitian tindakan kelas, maka analisis data merupakan jiwa penelitian tindakan kelas. Hal ini

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empirik mengenai kemampuan menulis karangan narasi pada siswa kelas IV di SDN Dawuan Timur I dengan

[r]

Gambar 3.9 Uji berat jenis tanah dengan Erlenmeyer (Sumber : Foto di Laboratorium Mekanika Tanah JPTS

Peneliti melakukan analisis kebutuhan dengan melakukan wawancara.Peneliti menanyakan buku teks bahasa Indonesia yang digunakan oleh peserta didik untuk dianalisis profil

Hasil penelitian terhadap kemampuan servis pendek forehand peserta ekstrakurikuler bulutangkis siswa putra peserta ekstrakurikuler SMP Negeri 32 Purworejo

Dengan taraf nyata 5 %, tentukan apakah jumlah mahasiswa yang mengembalikan kuesioner menurut fakultas dapat mencerminkan populasi mahasiswa di UDINUS...