• Tidak ada hasil yang ditemukan

EFEK MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS KELAS X.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EFEK MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI LISTRIK DINAMIS KELAS X."

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

EFEK MODEL PEMBELAJARAN SCIENTIFIC INQUIRY DAN SIKAP ILMIAH TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA

MATERI LISTRIK DINAMIS KELAS X

TESIS

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan pada

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

DIAN CLARA NATALIA SIHOTANG NIM. 8126176005

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN KREATIVITAS TERHADAP KETERAMPILAN GENERIK SAINS SISWA DI

SMA NEGERI 1 PEUKAN PIDIE

TESIS

OLEH: MAINISA NIM. 8126175010

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Magister Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

PROGRAM STUDI MAGISTER PENDIDIKAN FISIKA

PROGRAM PASCA SARJANA

(3)
(4)
(5)
(6)

iii ABSTRAK

Dian Clara Natalia Sihotang ( NIM: 8126176005) Efek Model Pembelajaran Scientific Inquiry dan Sikap Ilmiah Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 10 Medan T.P. 2013/ 2014. Program Pascasarjana Universitas Negeri Medan 2014.

Penelitian ini bertujuan: 1) untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Scientific Inquiry lebih baik dibandingkan model pembelajaran langsung; 2) untuk mengetahui apakah hasil belajar siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah; dan 3) untuk mengetahui interaksi antara model pembelajaran Scientific Inquiry dan sikap ilmiah terhadap hasil belajar siswa. Sampel dalam penelitian ini dilakukan secara cluster random sampling sebanyak dua kelas, X-1 sebagai kelas eksperimen yang diajarkan dengan model pembelajaran Scientific Inquiry dan X-2 sebagai kelas kontrol yang diajarkan dengan pembelajaran langsung. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket sikap ilmiah yang terdiri dari 21 pernyataan dan tes hasil belajar siswa dalam bentuk pilihan berganda sebanyak 15 soal yang dinyatakan valid dan reliabel. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: 1) hasil belajar siswa yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran Scientific Inquiry lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran langsung; 2) hasil belajar siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah; dan 3) terdapat interaksi antara model pembelajaran Scientific Inquiry dan sikap ilmiah terhadap hasil belajar fisika siswa dimana model pembelajaran ini lebih baik diterapkan pada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi,

(7)

iv ABSTRACT

Dian Clara Natalia Sihotang ( NIM: 8126176005). Effects of The Scientific Inquiry Teaching Models and Scientific Attitude For The Student’s Achievement The X Grade State Senior High School 10 Medan in 2013/ 2014 Academic Year. Posgraduate School of the State University of Medan, 2014. The objectives of this study were to determine whether: (1) the student’s achievement taught by using Scientific Inquiry Teaching Models is better than that of taught by using Direct Instruction; (2) the student’s achievement who have a high scientific attitude is better than student who have low scientific attitude; and (3) there is interaction between Scientific Inquiry Teaching Models and

scientific attitude for the student’s achievement. The sample was taken using cluster random sampling consisted of two classes, X-1 as experiment class learnt by Scientific Inquiry Teaching Models and X-2 as control class learnt by Direct Instruction. The instrument used in this study is scientific attitude scale as 21 statements and achievement test in multiple choice as 15 questions have been

declared valid and reliable. The results of research are: 1) the student’s

achievement given learning through Scientific Inquiry Teaching Models better than Direct Instruction; (2) the student’s achievement who have a high scientific attitude better than student who have low scientific attitude; and (3) there was interaction between Scientific Inquiry Teaching Models and scientific attitude for

student’s achievement which this models is better to apply for student who have a high scientific attitude.

(8)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas

segala berkat dan rahmatNya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis yang

berjudul: “Efek Model Pembelajaran Scientific Inquiry dan Sikap Ilmiah terhadap

Hasil Belajar Siswa Kelas X SMA Negeri 10 Medan T.P. 2013/2014”. Pada

kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada Bapak

Prof Dr. Nurdin Bukit, M.Si dan Ibu Dr. Derlina, M.Si selaku dosen pembimbing

tesis yang telah meluangkan waktu di tengah kesibukannya untuk memberikan

bimbingan dan saran-saran penulis sejak awal penelitian sampai dengan

selesainya penulisan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada

Bapak Prof. Dr. Sahyar, M.S, M.M, Bapak Prof. Dr. Mara Bangun Harahap, M.S,

dan Bapak Dr. Ridwan A. Sani, M.Si sebagai dosen penguji yang telah

memberikan masukan dan saran-saran mulai dari rencana penelitian sampai

selesai penyusunan tesis ini. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak

Prof. Dr. H. Abdul Muin Sibuea,M.Pd selaku direktur Program Pascasarjana

Universitas Negeri Medan.

Terima kasih kepada Bapak Drs. H. Sufrizal Tanjung, M.Si selaku Kepala

SMA Negeri 10 Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk

melakukan penelitian. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak

S. Sembiring, S.Pd dan Monang Ambarita, S.Si selaku guru fisika SMA Negeri 10

(9)

vi

Teristimewa penulis sampaikan terima kasih kepada Ayahanda tercinta

Kompol P. Sihotang, SE dan Ibunda tercinta D. Sianipar, S.Pd yang senantiasa

memberikan doa, dukungan moril, bantuan materil, serta kasih sayang yang tiada

henti kepada penulis dalam menyelesaikan studi di UNIMED. Ucapan terima

kasih juga penulis sampaikan kepada suami tercinta Briptu Brams Sidabutar, SH,

saudara-saudara saya Brigadir A. Sagala, Ika Sihotang, S.Pd, Briptu Benny

Sihotang, SH, Briptu Yuki Tampubolon, SH, Bripda Gita Sihotang, Lela dan

keponakan-keponakan saya yang telah memberikan motivasi dan doa kepada

penulis dalam menyelesaikan tesis ini. Dan tak lupa penulis sampaikan

terimakasih kepada teman-teman mahasiswa program Pascasarjana Kelas B 2012

( khususnya Hiba, Fera, Dahlia, Sri, dan Purnama). Terakhir, penulis juga

menyampaikan terima kasih kepada mertua dan adik-adik saya ( Michael dan

Robby) yang telah memberikan doa kepada penulis selama penyusunan tesis ini.

Penulis telah berupaya dengan semaksimal mungkin dalam penyelesaian

tesis ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi

maupun tata bahasa, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang

bersifat membangun dari pembaca demi sempurnanya tesis ini. Kiranya tesis ini

bermanfaat dalam memperkaya khasanah ilmu pendidikan.

Medan, September 2014

Penulis,

(10)

vii

2.1.5. Model Pembelajaran Scientific Inquiry 26

2.1.6. Model Pembelajaran Langsung 34

2.2. Penelitian yang Relevan 39

2.3. Kerangka Konseptual 42

2.3.1. Pengaruh Model Pembelajaran Scientific Inquiry terhadap

Hasil Belajar Siswa 42

2.3.2. Pengaruh Sikap Ilmiah terhadap Hasil Belajar Siswa 44 2.3.3. Interaksi antara Sikap Ilmiah dan Model Pembelajaran

Scientific Inquiry Terhadap Hasil Belajar Siswa 45

2.4. Hipotesis Penelitian 47

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian 48

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 49

3.2.1. Populasi 49

3.2.2. Sampel 49

3.3. Variabel Penelitian 49

(11)

viii

3.4.1. Jenis Penelitian 50

3.4.2. Desain Penelitian 50

3.5. Prosedur Penelitian 52

3.6. Instrumen Penelitian 55

3.6.1. Angket Sikap Ilmiah 55

3.6.2. Tes Hasil Belajar Siswa 55

3.6.3. Lembar Observasi Afektif Siswa 56 3.6.3. Lembar Observasi Psikomotorik Siswa 57

3.7. Teknik Analisis Butir Soal 59

3.7.1. Validitas Tes 59

3.8.3. Menentukan Standar Deviasi 63

3.8.4. Menentukan Varians 63

3.8.5. Normalitas 64

3.8.6. Homogenitas 65

3.8.7. Uji Kesamaan Rata-rata 65

3.8.8. Uji hipotesis 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 71

4.1. Hasil Penelitian 71

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian 71

4.1.2. Data Angket Sikap Ilmiah 71

4.1.5. Analisis Penilaian Afektif Siswa 79 4.1.6. Analisis Penilaian Psikomotorik Siswa 79

4.1.7. Uji Hipotesis 80

4.1.7.1. Pengujian Hipotesis Pertama 84 4.1.7.2. Pengujian Hipotesis Kedua 84 4.1.7.3. Pengujian Hipotesis Ketiga 85

4.2. Pembahasan 90

4.2.1. Pengaruh Model Pembelajaran Scientific Inquiry terhadap

Hasil Belajar Siswa 90

4.2.2. Pengaruh Sikap Ilmiah terhadap Hasil Belajar Siswa 94 4.3.3. Interaksi antara Sikap Ilmiah dan Model Pembelajaran

(12)

ix

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 98

5.1. Kesimpulan 98

5.2. Saran 98

DAFTAR PUSTAKA 100

(13)

x

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Indikator Sikap Ilmiah 18

Tabel 2.2. Sintaks Model Pembelajaran Scientific Inquiry 29 Tabel 2.3. Sintaks Model Pembelajaran Langsung 35

Tabel 2.4. Penelitian yang Relevan 39

Tabel 3.1. Randomized Control-Group Pretest-Posttest Design 50 Tabel 3.2. Desain Penelitian ANAVA 2x2 51 Tabel 3.3. Deskripsi Kategori Persentase Sikap Ilmiah 55 Tabel 3.4. Kisi- Kisi Tes Hasil Belajar Siswa 56

Tabel 3.5. Aspek Afektif 56

Tabel 3.6. Deskripsi Kategori Persentase Afektif 57

Tabel 3.7. Aspek Psikomotorik 58

Tabel 3.8. Deskripsi Kategori Persentase Psikomotorik 58

Tabel 3.9. Ringkasan Anava Dua Jalur 68

Tabel 4.1. Data Angket Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen dan Kontrol 72 Tabel 4.2. Jumlah Siswa yang Memiliki Sikap Ilmiah Tinggi dan Rendah 73 Tabel 4.3. Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol 73 Tabel 4.4. Uji Normalitas Data Pretes 74 Tabel 4.5. Uji Homogenitas Data Pretes 76 Tabel 4.6. Uji Kesamaan Rata-rata Data Pretes 77 Tabel 4.7. Data Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol 78 Tabel 4.8. Ringkasan Penilaian Afektif Siswa Kelas Eksperimen 79 Tabel 4.9. Ringkasan Penilaian Psikomotorik Siswa Kelas Eksperimen 80

Tabel 4.10. Statistik ANAVA 81

Tabel 4.11. Uji Homogenitas Hasil Belajar dengan Sikap Ilmiah

Tinggi dan Rendah 82

(14)

xi

DAFTAR GAMBAR

(15)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 RPP 1 103

Lampiran 2 RPP 2 128

Lampiran 3 RPP 3 150

Lampiran 4 Angket Sikap Ilmiah Siswa 167

Lampiran 5 Instrumen Tes Hasil Belajar Siswa 169 Lampiran 6 Kisi- Kisi Angket Sikap Ilmiah Siswa 175 Lampiran 7 Kisi- Kisi Tes Hasil Belajar Siswa 177 Lampiran 8 Data Angket Sikap Ilmiah Kelas Eksperimen dan Kontrol 190 Lampiran 9 Tabulasi Hasil Pretes Kelas Eksperimen dan Kontrol 192 Lampiran 10 Tabulasi Hasil Postes Kelas Eksperimen dan Kontrol 196 Lampiran 11 Data Pretes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 200 Lampiran 12 Data Postes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 201 Lampiran 13 Deskriptor Penilaian Afektif Siswa 202 Lampiran 14 Lembar Observasi Afektif Siswa 203 Lampiran 15 Deskriptor Penilaian Psikomotorik Siswa 209 Lampiran 16 Lembar Observasi Psikomotorik Siswa 210 Lampiran 17 Lembar Validasi Angket Sikap Ilmiah 216 Lampiran 18 Lembar Validasi Soal Hasil Belajar Siswa 221 Lampiran 19 Analisis Validitas dan Reabilitas 229

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang-

Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional menyatakan bahwa, “ Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana

untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta

keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, membangun

kemauan, dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses

pembelajaran. Pada hakikatnya, pendidikan berlangsung pada suatu sistem

pendidikan, yang di dalamnya terdapat komponen masukan, proses, dan hasil.

Keberhasilan pendidikan ditentukan oleh sistem dan pelaksananya. Sistem akan

beroperasi secara optimal apabila komponen pelaksana memanfaatkan semua

komponen yang ada secara optimal.

Pendidikan di Indonesia semakin hari kualitasnya semakin rendah. Faktor

penyebab rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya kualitas

sarana fisik, rendahnya kompetensi guru, dan mahalnya biaya pendidikan. Selain

itu, prestasi siswa yang merupakan indikator kualitas pendidikan di Indonesia juga

(17)

2

(Trend In Mathematics and Science Study), prestasi sains Indonesia pada tahun

2007 berada di peringkat 35 dari 49 negara dan pada tahun 2011 berada di

peringkat 40 dari 45 negara. ( Martin, 2012:44).

Selain itu OECD (2013:5) mempublikasikan hasil PISA (Programme for

International Student Assessment) 2012 bahwa dalam bidang sains, Indonesia

menduduki peringkat 64 dari 65 negara. Hal ini menunjukkan bahwa prestasi

sains siswa di Indonesia masih sangat rendah dan semakin menurun dari tahun ke

tahun dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia.

Pada dasarnya sains berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam

secara sistematis, sehingga sains bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga

merupakan suatu proses penemuan. Fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam

rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif

dan deduktif dalam menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan peristiwa alam

sekitar, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dengan menggunakan

matematika, serta dapat mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap

percaya diri. Namun, fakta yang ditemukan di lapangan adalah pelajaran sains

yang tidak disukai siswa adalah fisika.

Berdasarkan hasil observasi peneliti di SMA Negeri 10 Medan, ditemukan

beberapa permasalahan antara lain siswa kurang menyukai pelajaran fisika karena

dianggap sulit dan tidak menyenangkan. Pada dasarnya, sikap siswa dapat

mempengaruhi prestasi belajar siswa. Sikap siswa yang positif terutama pada mata

(18)

3

siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap mata pelajaran, apalagi

jika diiringi kebencian kepada guru dan mata pelajaran dapat menimbulkan

kesulitan belajar siswa tersebut.

Salah satu penyebab kurang tertariknya siswa pada pelajaran fisika adalah

pembelajaran yang digunakan guru. Model pembelajaran yang cenderung

digunakan guru adalah pembelajaran konvensional yang dilakukan dengan metode

ceramah dan presentasi. Dengan menerapkan pembelajaran ini, guru hanya

menyajikan materi melalui laptop kemudian dijelaskan kepada siswa tanpa ada

pembuktian secara praktek. Padahal, sekolah memiliki laboratorium namun dalam

siswa tidak pernah melakukan praktikum sehingga mereka tidak dapat

mengembangkan keterampilan mereka.

Pengetahuan konsep fisika yang diperoleh siswa selama pembelajaran

hanya secara teori, belum secara praktek. Artinya teori dan eksperimen belum

terintegrasi. Hal ini diperkuat dengan hasil observasi terhadap siswa kelas X

SMAN 10 Medan bahwa mereka tidak pernah melakukan praktikum dalam

pembelajaran. Siswa selalu bersikap pasif, hanya bersikap sebagai pendengar

sehingga sikap ilmiah mereka juga tidak muncul. Keaktifan siswa hanya terlihat

dalam mengerjakan soal-soal fisika saja. Hal ini membuat siswa kurang

termotivasi dan pembelajaran fisika kurang bermakna. Inilah yang membawa efek

negatif terhadap hasil belajar fisika siswa yaitu masih kurang memuaskan. Hanya

beberapa siswa yang memperoleh hasil yang cukup memuaskan, selebihnya siswa

(19)

4

Pada hakikatnya, pembelajaran fisika lebih menekankan pada proses. Hal

ini senada dengan pendapat Bhaskara ( 2008: 19), “Science is not just content,

science is content plus something. That something is process.” Untuk itu,

percobaan merupakan bagian terpenting dalam fisika. Dalam pembelajaran fisika,

siswa berperan seolah-olah sebagai ilmuan. Siswa menggunakan metode ilmiah

untuk mencari jawaban terhadap suatu permasalahan yang sedang dipelajari.

Model pembelajaran menurut Joyce ( 1980: 1) adalah suatu pola atau

rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk

menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada

pengajar di kelasnya. Penggunaan model pembelajaran yang inovatif dapat

membuat pembelajaran fisika menjadi lebih menyenangkan dan bermakna. Salah

satu model pembelajaran yang inovatif adalah model pembelajaran scientific

inquiry. Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk mengembangkan sikap

ilmiah dan meningkatkan hasil belajar siswa.

Model pembelajaran inkuiri merupakan suatu rangkaian kegiatan belajar

yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan

menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Model

pembelajaran inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi

seluruh potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan

keterampilan. ( Gulo, 2002: 93).

Schwab ( dalam Joyce, 1980: 10) mengemukakan bahwa Scientific Inquiry

(20)

5

effects in other domains; sociological methods may be taught in order to increase

social understanding and social problem solving ( model pembelajaran Scientific

Inquiry dirancang untuk pembelajaran sistem penelitian dari suatu displin, dan

juga memiliki efek dalam domain lainnya; metode sosial dapat diajarkan untuk

meningkatkan pemahaman sosial dan pemecahan masalah sosial). Dalam model

pembelajaran Scientific Inquiry, siswa dibimbing oleh guru dalam memahami

konsep melalui serangkaian percobaan.

Dhakaa ( 2012: 81) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa belajar

konsep biologi pada siswa kelas IX melalui model pembelajaran Scientific Inquiry

lebih efektif daripada pembelajaran konvensional. Ini berarti model pembelajaran

Scientific Inquiry memiliki implikasi yang sangat penting bagi pembelajaran di

dalam kelas sehari-hari dan juga untuk kepentingan siswa. Model ini membuat

proses pengajaran menjadi interaktif dan menarik.

Siddiqui ( 2013: 77) juga berpendapat bahwa model pembelajaran

Scientific Inquiry diterapkan untuk menghadapi emosional yang tinggi, membuat

penyelidikan akademis, membantu semua tingkat kelas, memberikan teknik

penelitian, mengembangkan kemampuan memecahkan masalah, meningkatkan

tingkat penalaran, meningkatkan tingkat berpikir kritis, mengembangkan tingkat

pemahaman, menerapkan penyelidikan perilaku manusia dan meningkatkan

tingkat interaksi.

Model pembelajaran inkuiri bertujuan untuk menolong peserta didik dalam

mengembangkan disiplin intelektual dan keterampilan yang dibutuhkan serta

(21)

6

model pembelajaran inkuiri dalam proses pembelajaran dapat mendorong peserta

didik untuk berpikir dan bekerja atas inisiatifnya sendiri, bersifat objektif, jujur,

dan terbuka, serta memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk belajar

sendiri dan dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individunya.

Melalui model pembelajaran Scientific Inquiry, siswa dihadapkan pada

suatu kegiatan ilmiah ( eksperimen). Siswa dilatih agar terampil dalam

memperoleh dan mengolah informasi melalui aktivitas berpikir dengan mengikuti

prosedur (metode) ilmiah, seperti terampil melakukan pengamatan, pengukuran,

pengklasifikasian, penarikan kesimpulan, dan pengkomunikasian hasil temuan.

Mereka diarahkan untuk mengembangkan keterampilan proses sains yang

dimilikinya dalam memproses dan menemukan sendiri pengetahuan tersebut.

Marwoto ( 2009: 46) menyatakan bahwa pembelajaran sains dengan

keterampilan proses penting sekali untuk diterapkan karena melibatkan siswa

untuk aktif dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa sesuai dengan tuntutan

kurikulum yang dikembangkan. Implementasi LKS inkuiri membantu siswa

dalam mempelajari konsep dan memberikan kesempatan pada siswa untuk berlaku

seperti ilmuwan sehingga memberikan pengalaman yang lebih mendalam tentang

konsep sains fisika.

Triwiyono ( 2011: 82) juga menyimpulkan pada hasil penelitiannya bahwa

pembelajaran dengan eksperimen terbimbing dapat memperbaiki kualitas

pembelajaran fisika pada topik getaran, gelombang dan bunyi. Pembelajaran

eksperimen terbimbing lebih efektif meningkatkan keterampilan berpikir kritis

(22)

7

Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang: “Efek Model Pembelajaran Scientific Inquiry dan Sikap

Ilmiah terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Pokok Listrik Dinamis Kelas X SMA Negeri 10 Medan Semester 2 T.P. 2013/2014”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan

masalah yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut.

1. Siswa kurang tertarik pada pelajaran fisika.

2. Model pembelajaran yang digunakan guru yaitu pembelajaran konvensional

yang terdiri dari metode ceramah dan presentasi.

3. Hasil belajar fisika siswa masih kurang memuaskan.

4. Belum terintegrasinya teori dan eksperimen.

1.3. Batasan Masalah

Untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda dalam penelitian ini dan

mengingat keterbatasan kemampuan, materi dan waktu yang tersedia, maka perlu

adanya pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Model pembelajaran Scientific Inquiry belum diterapkan di SMA Negeri

10 Medan.

2. Pembelajaran belum mempertimbangkan perbedaan sikap ilmiah terhadap

hasil belajar siswa.

3. Pembelajaran belum melihat adanya interaksi antara model pembelajaran

(23)

8

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran

Scientific Inquiry lebih baik dibandingkan model pembelajaran langsung?

2. Apakah hasil belajar siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi lebih baik

dibandingkan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah?

3. Apakah ada interaksi model pembelajaran Scientific Inquiry dan sikap

ilmiah dalam meningkatkan hasil belajar siswa?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang menggunakan model

pembelajaran Scientific Inquiry lebih baik dibandingkan model

pembelajaran langsung.

2. Untuk mengetahui hasil belajar siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi

lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki sikap ilmiah rendah.

3. Untuk mengetahui interaksi model pembelajaran Scientific Inquiry dan

sikap ilmiah dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

1.6. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dapat bermanfaat:

1. Bagi siswa

(24)

9

b. Meningkatkan sikap ilmiah siswa.

c. Meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi guru

a. Menambah wawasan guru tentang model pembelajaran yang inovatif.

b. Mengembangkan keterampilan guru dalam penggunaan model

pembelajaran.

3. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan referensi dan masukan bagi peneliti selanjutnya.

1.7 Definisi Operasional

1. Model pembelajaran Scientific Inquiry adalah model pembelajaran yang

melibatkan siswa dalam kegiatan ilmiah/ penemuan jawaban dari suatu

masalah. Fase-fase dalam model ini adalah penyajian masalah kepada siswa;

siswa merumuskan masalah; siswa mengidentifikasi masalah; dan siswa

menemukan cara untuk mengatasi kesulitan tersebut.

2. Sikap ilmiah adalah suatu kecenderungan seseorang untuk merespon suatu

keadaan dalam melakukan kegiatan ilmiah. Indikator sikap ilmiah meliputi:

rasa ingin tahu, teliti, jujur, berpikir kritis, terbuka, objektif dan tanggung

jawab.

3. Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi akibat pembelajaran. Hasil

belajar terdiri dari tiga ranah yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Ranah kognitif meliputi mengingat (C1), memahami (C2), mengaplikasikan

(C3), menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mencipta (C6). Ranah

(25)

10

pendapat. Ranah psikomotorik meliputi mengamati, menginterpretasi,

merumuskan masalah, membuat hipotesis, melaksanakan percobaan, dan

(26)

98

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan:

1. Hasil belajar siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran Scientific

Inquiry lebih baik dibandingkan siswa yang diajarkan dengan model

pembelajaran langsung.

2. Hasil belajar siswa dengan tingkat sikap ilmiah tinggi lebih baik dibandingkan

hasil belajar siswa dengan sikap ilmiah rendah.

3. Terdapat interaksi antara model pembelajaran Scientific Inquiry dan sikap

ilmiah dalam mempengaruhi hasil belajar siswa. Interaksinya adalah model

pembelajaran Scientific Inquiry tidak baik diterapkan pada siswa yang

memiliki sikap ilmiah rendah. Model pembelajaran ini lebih baik diterapkan

pada siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti memiliki beberapa saran dalam

menerapkan model pembelajaran Scientific Inquiry sebagai berikut.

1. Dalam menerapkan model pembelajaran Scientific Inquiry, guru sebaiknya

memperhitungkan alokasi waktu yang digunakan terutama dalam melakukan

(27)

99

2. Model pembelajaran Scientific Inquiry mendorong siswa lebih aktif, maka

sebaiknya guru fisika maupun peneliti selanjutnya perlu memperhatikan ruang

kelas yang digunakan agar pergerakan siswa tidak terbatas.

3. Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dalam pengamatan afektif dan

psikomotorik siswa sebaiknya menggunakan observer lebih dari dua orang.

4. Untuk meningkatkan efektifitas penggunaan waktu dalam membelajarkan

materi, maka guru maupun peneliti selanjutnya hendaknya memberitahukan

siswa materi yang akan diajarkan untuk pertemuan berikutnya pada setiap akhir

pelajaran sehingga siswa dapat mempelajari materi tersebut terlebih dahulu di

rumah.

5. Dalam melanjutkan penelitian ini, peneliti selanjutnya hendaknya menjelaskan

fase-fase model pembelajaran Scientific Inquiry kepada siswa pada pertemuan

awal agar tidak membingungkan siswa pada saat model tersebut diterapkan.

6. Bagi guru dan peneliti selanjutnya hendaknya menerapkan model pembelajaran

(28)

100

DAFTAR PUSTAKA

Anagun & Yasar. 2009. Reliability and Validity Studies of the Science and Technology Course Scientific Attitude Scale. Journal of Turkish Science Education Volume 6, Issue 2, August 2009.

Anderson & David. 2010. Kerangka Landasan Untuk Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Arikunto, S. 2002. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Arsyad, Azhar. 2007. Media Pembelajaran. Jakarta: Grafindo.

Astra, I Made. 2008. Fisika Untuk SMA/ MA Kelas X. Jakarta: Piranti.

Bhaskara, Rao. 2007. Reflection of Scientific Attitude. New Delhi: Arora Offset.

Bhaskara, Digumarti. 2008. Science Process Skills of School Students. New Delhi: Arora Offset.

Brossard, Dominique. 2005. Scientific knowledge and attitude change: The impact of a citizen science project. International Journal of Science Education Vol 27, No. 9, pp. 1099–1121.

Dahar, Ratna Wilis. 1989. Teori- Teori Belajar. Bandung: PT. Gelora Aksara Pratama.

Demirbag & Gunel. 2014. Integrating Argument-Based Science Inquiry with Modal Representations: Impact on Science Achievement, Argumentation, and Writing Skills. Educational Sciences: Theory & Practice – 14 (1).

Dhakaa, Amita. 2012. Biological Science Inquiry Model And Biology Teaching. Bookman International Journal of Accounts, Economics & Business Management, Vol. 1 No. 2, October-November-December 2012.

Dimyati & Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran Jakarta: Rineka Cipta.

Ergül, Remziye. 2011. The Effects of Inquiry-Based Science Teaching on

Elementary School Students’ Science Process Skills and Science Attitudes. Bulgarian Journal of Science and Education Policy (BJSEP), Volume 5, Number 1, 2011.

Gulo, W. 2002. Strategi Belajar-Mengajar. Jakarta: Grasindo.

Handayani, Sri, Ari Damari. 2009. Fisika Untuk SMA/ MA Kelas X. Jakarta: Depdiknas.

(29)

101

Harlen, Wyne. 2000. Teaching, Learning and Assesing Science 5-12 3rd ed.. London: Paul Chapman Publishing.

Hussain, Azeem, & Shakoor. 2011. Physics Teaching Methods: Scientific Inquiry Vs Traditional Lecture. International Journal of Humanities and Social Science Vol. 1 No. 19; December 2011.

Isnaningsih. 2013. Penerapan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Discovery Berorientasi Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Hasil Belajar IPA. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia 2 ( 2) ( 2013): 136-141.

Joyce, Bruce & Marsha Weil. 1980. Models of Teaching. New Jersey: Prentice Hall Inc.

Joyce Bruce & Weil Marsha. 2003. Models of Teaching (fifth edition). New Delhi: Prentice Hall.

Joyce Bruce & Weil Marsha. 2009. Models of Teaching ( edisi kedelapan). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Marthin, O. Michael, Ina, Pierre, Gabrielle. 2012. TIMSS 2011 International Results in Science. USA: Boston College.

Marwoto, Y. Subagyo, Wiyanto. 2009. Pembelajaran Dengan Pendekatan Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Suhu Dan Pemuaian. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 ( 2009) 42-46.

Mosik. 2010. Eksplorasi Kesulitan Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Cahaya dan Upaya Peningkatan Hasil Belajar Melalui Pembelajaran Inkuiri Terbimbing. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 ( 2010): 1-5.

Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.

National Institutes of Health. 2005. Doing Science: The Process of Scientific Inquiry. Colorado Springs: BSCS.

Njoroge. 2014. Effects of inquiry-based teaching approach on Secondary School

Students’ achievement and motivation in Physics in Nyeri Country, Kenya. International Journal of Academic Research in Education and

Review Vol. 2 ( 1), pp. 1-16.

Osborne, Jonathan. 2003. Attitudes towards science: a review of the literature and its implications. International Journal of Science Education Vol. 25, No. 9, 1049–1079.

OECD. 2013. PISA 2012 Results In Focus.

(30)

102

Rahmawati. 2012. Penerapan Model Pembelajaran Inductive Thinking Berbasis Keterampilan Proses Sains Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X.7 Sma Negeri 2 Karanganyar Tahun Pelajaran 2011/2012. Jurnal Pendidikan Biologi UNS Volume 4 Nomor 1 ( 56-67).

Rustaman, Nuryani. 2004. Asesmen Pendidikan IPA. Bahan Diklat di NTT.

Sadirman. 2009. Interaksi dan Motivasi Balajar Mengajar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sani, Ridwan. 2012. Pengembangan Laboratorium Fisika. Medan: UNIMED Press.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sarwi. 2010. Pengembangan Keterampilan Kerja Ilmiah Mahasiswa Calon Guru Fisika Melalui Eksperimen Gelombang Open-Inquiry. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 ( 2010): 115-122.

Siddiqui. 2013. Biological Science Inquiry Model: A Process of Study. Paripex - Indian Journal Of Research Volume : 2, Issue 4, April 2013.

Sudjana, M.A. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Pendidikan ( Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D). Bandung: AlfaBeta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Jakarta: Kencana.

Triwiyono. 2011. Program Pembelajaran Fisika Menggunakan Metode Eksperimen Terbimbing Untuk Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 7 ( 2011): 80-83.

Wenning, Carl. 2011. Experimental inquiry in introductory physics courses. Journal Of Physics Teacher Education Online ( 2), Summer 2011.

Widayanto. 2009. Pengembangan Keterampilan Proses Dan Pemahaman Siswa Kelas X Melalui Kit Optik. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 5 (2009) 1-7.

Winkel. 2004. Psikologi Pengajaran. Yogyakarta: Media Abadi.

Gambar

Gambar 2.1. Efek Model Pembelajaran Scientific Inquiry

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Akan tetapi, informasi pada situs OGSA-DAI sebagai acuan utama penulis tidak diberikan secara detil dalam hal pustaka yang terkait dengan sistem operasi dan paket GT yang

Hipotesis yang diajukan peneliti adalah ada hubungan positif antara persepsi terhadap kualitas komunikasi ayah dalam keluarga dengan konsep diri pada remaja. Semakin positif

[r]

1 Menampilkan data secara detail dari baris data yang dipilih pada halaman lokasi atau hasil pencarian Halaman lokasi Pengguna meng-klik link ‘View’ Menampilkan

Diantara harga, kualitas, jenis dan kemasan, manakah yang paling dominan berpengaruh terhadap keputusan konsumen dalam melakukan pembelian deterjen Rinso dan Soklin

The Financing Instrument for Development Cooperation under which EC development assistance to Indonesia is provided, has as its main objective the eradication of poverty in the

[r]