• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Desain Pencahayaan Terhadap Kenyamanan Dan Pembentukkan Suasana Pada Koridor Dan Ruang Tunggu Rumah Sakit Gallery.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Desain Pencahayaan Terhadap Kenyamanan Dan Pembentukkan Suasana Pada Koridor Dan Ruang Tunggu Rumah Sakit Gallery."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

Melinda Hospital adalah rumah sakit bersalin dengan konsep mix-use (koridor gallery) yang terdapat di kota Bandung. Menurut hasil kuesioner, Melinda Hospital merupakan rumah sakit yang memiliki suasana paling menarik dibandingkan dengan rumah sakit lain yang ada di Bandung. Melinda Hospital memakai gaya modern tradisional dalam mendesain interior dan eksterior bangunannya. Dengan memakai konsep fungsi mix-use, Melinda Hospital membuat terobosan baru dalam perancangan desain rumah sakit di Indonesia, terutama di Bandung.

Jika melihat pada masa sebelumnya, koridor rumah sakit merupakan suatu tempat ataupun ruang yang berkesan menyeramkan. Dengan suasana yang gelap, kotor, dan sempit, membuat koridor dianggap ruang yang angker pada bagian rumah sakit. Melinda Hospital membuat konsep yang berbeda dengan rumah sakit sebelumnya, dengan memasukkan fungsi mix-use dengan gaya modern, sehingga membuat masyarakat dapat merubah pola pikirnya mengenai koridor rumah sakit. Dengan teknik pencahayaan buatannya yang memasang lampu hanya pada bagian pinggir tembok, Melinda Hospital memberikan kesan yang berbeda pada koridor dan ruang tunggunya. Tetapi jika diteliti, terdapat beberapa kekurangan dari penyeimbangan fungsi mix-use yang dipakainya. Karena itu penulis melakukan penelitian mengenai pengaruh desain pencahayaan terhadap kenyamanan dan pembentukkan suasana pada koridor dan ruang tunggu rumah sakit gallery dengan objek studi Melinda Hospital.

Penelitian ini dilakukan melalui dua metode yaitu kuantitatif dan kualitatif. Penelitian dengan metode kualitatif dilakukan melalui wawancara tak terstruktur dengan pengelola rumah sakit dan pengunjung, dan membandingkan objek studi dengan teori yang ada. Sedangkan penelitian dengan metode kuantitatif dilakukan melalui pengukuran kuat cahaya dengan menggunakan lux meter, penghitungan jumlah titik lampu dengan metode DPMB, menghitung penyebaran cahaya dengan perangkat lunak Dialux, dan penyebaran kuesioner.

(2)

ABSTRACT

Melinda Hospital is a child labor hospital in Bandung that employs a mix-use ("gallery") concept for its main corridor. According to questionnaire results, Melinda Hospital has the most appealing atmosphere compared to other hospitals in Bandung. Melinda Hospital uses a traditional-modern style in its designs of its interior and exterior. Using the mix-use function concept, Melinda Hospital has created a breakthrough in the design of hospitals in Indonesia, more specifically in Bandung.

Looking backwards in time, hospital corridors used to be seemingly "haunted" places. Being dark, dank, dirty, and often cramped, hospital corridors are often considered part of the hospitals that are frightening. Melinda Hospital creates a concept that is different with other older hospitals, by involving the mix-use function with a modern style, so that people can change their long-held paradigm about hospital corridors. With an artificial lighting technique that uses lamps only on the side walls, Melinda Hospital puts a novel nuance on its corridor and its waiting room. Further studies, however, indicated that the balancing of the mix-use function has its drawbacks. The author, therefore, has conducted a study about the effect of the lighting design on convenience and mood-building in Melinda Hospital's corridor and waiting room as his object of study.

The study is carried out using two methods: quantitative and qualitative. Qualitative study is performed by conducting unstructured interviews with the Hospital manager and visitors, and by comparing the object of study with the existing theories. Quantitative study is performed by the measurement of the intensity of light using a lux meter, the calculation of lamp-points with DPMB method, the calculation of light dispersion using Dialux software, and the distribution of questionnaires.

Results indicate that Melinda Hospital does have some drawbacks in its corridor and gallery waiting room. The measurement of the intensity of light, compared to the standard lux data, has also suggested that the illumination in Melinda Hospital is below average. The results of the study suggest that the existing lighting in Melinda Hospital is not able to support the mix-use function that Melinda Hospital has been employing so far, taking into account the types of lighting used, the intensity of the resulting light, and the number of lamps. Melinda Hospital's visitors, however, could feel an atmosphere quite different than that in other hospitals in Bandung, because the interior of Melinda Hospital has been designed thoroughly. The hospital has been astute in its selection of colors, building materials, shape designs, and openings for its interior.

(3)
(4)

2.3. Sumber Cahaya 15 2.3.2.7. Architectural Lighting 21

2.3.2.8. Mood Lighting 21

2.3.2.9. Task Lighting 21

2.3.2.10.Kinetic Lighting 22

2.3.3. Jenis-jenis Lampu dan Kegunaannya 22

2.4. Transmisi Cahaya 27

2.8.1. Performa Kegiatan Visual 33

2.9. Rumah Sakit 38

2.9.1. Definisi dan Fungsi Rumah Sakit 38 2.9.2. Definisi dan Fungsi Koridor 39

2.9.3. Klasifikasi Rumah Sakit 39

2.10. Cahaya dan Hubungannya dengan Rumah Sakit 41 2.11. Perbandingan Kuat Cahaya yang Diperlukan dan

(5)

Gallery 43

BAB 3 DESKRIPSI OBJEK STUDI

3.1. Data Umum Bangunan Melinda Hospital 45

3.2. Desain Bangunan 47

3.3. Material Bangunan 49

3.4. Pencahayaan pada Ruang Tunggu dan Koridor

Melinda Hospital 50

3.5. Standar Pencahayaan 52

3.6. Hasil Pembagian Kuesioner 53

3.7. Hasil Kuesioner Mengenai Suasana Koridor 58

BAB 4 ANALISA PENCAHAYAAN PADA RUMAH SAKIT

GALLERY MELINDA HOSPITAL

4.1. Standar Kebutuhan Penerangan pada Rumah Sakit dan

Gallery 60

4.2. Analisa Pencahayaan di Melinda Hospital 62

4.2.1. Analisa Jenis Lampu 63

4.2.2. Analisa Kuat Cahaya 65

4.2.3. Analisa Jumlah Lampu yang Diperlukan 67

4.3. Hasil Analisa Dialux 69

BAB 5 SIMPULAN

5.1. Simpulan 80

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(6)

DAFTAR TABEL

Hal Tabel 2.1. Tabel keunggulan dan kelemahan lampu pijar 23 Tabel 2.2. Tabel macam-macam high wattage metal halide lamps

berikut sifatnya 27

Tabel 2.3. Tabel reflektansi dari bahan bangunan dan permukaan luar 28

Tabel 2.4. Color appearance of lamps 31

Tabel 2.5. Color rendering group 32

Tabel 2.6. Tingkat illuminasi yang disarankan dalam beberapa area

dan kegiatan 34

Tabel 2.7. Standar penerangan di dalam gedung 35 Tabel 2.8. Tabel perbandingan kuat cahaya di rumah sakit

dan Gallery 43

Tabel 2.9. Damage factors and other lamp performance data 43 Tabel 3.1. Pencahayaan dan aktifitas di beberapa ruang

Melinda Hospital 52

Tabel 3.2. Tabel kebutuhan standar lux per kegiatan di ruang tunggu

Melinda Hospital 53

Tabel 4.1. Tabel standar kebutuhan jenis lampu dan syarat penerangan

pada rumah sakit dan gallery 60

Tabel 4.2. Jenis lampu yang digunakan di Melinda Hospital 63 Tabel 4.3. Kuat cahaya eksisting dan yang seharusnya di Melinda

Hospital 65

Tabel 4.4. Hasil perhitungan jumlah lampu eksisting dan hasil

(7)

DAFTAR GAMBAR

Hal

Gambar 2.1. Lampu pijar 23

Gambar 2.2. Fluorescent lamp 24

Gambar 2.3. Reflection, absorption, transmission 27 Gambar 2.4. Peletakkan sumber cahaya dan arah cahaya yang nyaman

untuk suatu tugas visual 36

Gambar 2.5. Jenis peletakkan lampu dalam mencegah silau 37 Gambar 2.6. Jenis konsentrasi sinar yang jatuh 37 Gambar 2.7. Sistem distribusi cahaya pola sayap kelelawar 38 Gambar 3.1. Tampak muka Melinda Hospital di malam hari 46

Gambar 3.2. Denah lantai dasar 46

Gambar 3.3. Denah lantai satu 47

Gambar 3.4. Foto koridor pada malam hari 51

Gambar 3.5. Foto gallery koridor Melinda Hospital 51

Gambar 3.6. Foto ruang tunggu lantai 1 52

Gambar 4.1. Denah lantai satu Melinda Hospital dan batasan analisa

penelitian 62

Gambar 4.2. Denah lantai dua Melinda Hospital dan batasan analisa

penelitian 62

Gambar 4.3. Penggambaran sederhana potongan plafon tampak samping

ruang koridor 66

Gambar 4.4. Penggambaran denah lantai satu dalam batasan analisa

hasil Dialux 70

Gambar 4.5. Penggambaran denah lantai dua dalam batasan analisa

hasil Dialux 71

Gambar 4.6. Hasil penggambaran Dialux untuk ruang tunggu B 72 Gambar 4.7. Hasil penggambaran Dialux untuk ruang tunggu A & café 73 Gambar 4.8. Hasil penggambaran Dialux untuk koridor 74 Gambar 4.9. Hasil penggambaran Dialux untuk ruang tunggu & café

(8)

Gambar 4.10. Hasil penggambaran Dialux untuk ruang tunggu sebagai

masukan 76

Gambar 4.11. Hasil penggambaran Dialux untuk koridor gallery sebagai

(9)

DAFTAR BAGAN

Hal

Bagan 1.1. Bagan sistematika pemikiran 9

(10)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Cahaya merupakan sumber kehidupan bagi setiap manusia. Cahaya sangat

membantu manusia dalam melakukan segala kegiatannya sehari-hari. Pertama kali,

manusia menggunakan bahan-bahan alam dan memanfaatkan tenaga alami sebagai

penerangan dalam aktivitasnya yang terjadi di dalam maupun di luar ruangan.

Namun cahaya yang didapatkan dari pemanfaatan alami tidaklah mudah untuk

diperoleh, terutama untuk memasukkan cahaya ke dalam suatu ruangan. Dalam hal

ini, manusia menggunakan cahaya buatan (artificial light) yang dapat digunakan

(11)

2

Pada era orde baru yang lalu, pemerintah Indonesia telah banyak melakukan

pembangunan gedung-gedung yang merupakan fasilitas umum bagi masyarakat.

Pembangunan tersebut salah satunya mencakup gedung rumah sakit yang merupakan

salah satu fasilitas umum yang diperlukan masyarakat di bidang kesehatan. Namun

rumah sakit yang banyak dibangun pada masa itu lebih memiliki gaya yang yang

cenderung klasik dan berkesan standar. Hal tersebut terjadi karena kurangnya inovasi

dalam mendesain suatu rumah sakit.

Cahaya merupakan salah satu poin yang sangat penting dalam sebuah gedung

rumah sakit bersalin. Cahaya merupakan suatu alat bantu utama bagi para dokter

untuk memeriksa pasiennya, juga untuk melihat detail penyakit apa yang mungkin

diderita oleh pasien. Selain itu, dalam suatu bangunan modern, cahaya bukan hanya

befungsi sebagai alat untuk membantu manusia untuk melihat dan melakukan

berbagai aktifitasnya, tetapi juga dapat memberikan suasana dan nilai estetis pada

ruangan rumah sakit.

Seiring dengan perkembangan jaman, pembangunan rumah sakit pun

mengikuti gaya yang semakin modern. Image masyarakat mengenai rumah sakit,

terutama pada bagian koridor dan ruang tunggu, adalah suatu tempat yang berkesan

gelap, mencekam, dan merupakan bagian yang menyeramkan di rumah sakit,

terutama pada malam hari.

Pada masa ini perkembangan kota semakin cepat, kebutuhan akan lahan

bangunan pun semakin meningkat, namun lahan yang tersedia juga terbatas. Oleh

karena itu muncul bangunan yang bersifat mix-use. Begitu pula hal pada rumah sakit,

tidak hanya berfungsi sebagai rumah sakit saja namun mulai dicampur dengan fungsi

(12)

3

mulai mengangkat tematik tertentu sehingga rumah sakit memiliki image baru yang

lebih friendly. Beberapa contoh rumah sakit yang melakukan mix-use adalah Mount

Elisabeth Singapore (mix-use rumah sakit dan mall), Melinda Hospital (mix-use

rumah sakit dan gallery), Glen Eagles Hospital Kuala Lumpur (mix-use rumah sakit

dengan pertokoan dan café), dan lain-lain.

Rumah Sakit Bersalin Melinda Hospital merupakan salah satu dari rumah

sakit yang menggabungkan berbagai fungsi ruangan di dalam suatu gedung yang

memiliki fungsi utamanya yaitu memberikan pelayanan kepada masyarakat di bidang

kesehatan, khususnya bagi ibu melahirkan. Melinda Hospital kini merupakan rumah

sakit yang tidak hanya melayani ibu yang akan melahirkan, tapi juga meluas ke

bidang lain seperti kesehatan gigi, kulit wajah, kesehatan anak, pelangsingan tubuh,

dan lain-lain. Di dalam gedung Melinda Hospital sendiri terdapat café yang berada di

ruang tunggu, dan gallery di daerah koridornya. Koridor rumah sakit yang biasa

dipakai sebagai jalan penghubung antar ruang (terbuka), digunakan juga sebagai

gallery di Melinda Hospital, dimana lukisan-lukisan ataupun foto-foto dipamerkan

pada dinding yang terdapat di sepanjang koridor rumah sakit Melinda Hospital. Dan

ruang tunggu yang biasa dipakai tamu untuk menunggu ataupun melakukan kegiatan

lainnya juga dipasang beberapa lukisan pada dinding yang membatasi antar ruang di

Melinda Hospital.

Pemilihan Melinda Hospital sebagai objek studi dilakukan karena Melinda

Hospital merupakan rumah sakit modern yang menarik dan merupakan satu-satunya

rumah sakit yang bertemakan gallery di Bandung. Dan menurut hasil wawancara

singkat dengan beberapa orang yang pernah mengunjungi Melinda Hospital,

(13)

4

suasana paling menarik dibandingkan dengan beberapa rumah sakit lain yang ada di

Bandung.

1.2. Batasan Masalah.

Pada pembahasan skripsi ini, penelitian dilakukan di koridor dan ruang

tunggu Melinda Hospital, dengan objek yang diteliti adalah pencahayaan buatan pada

sore hingga malam hari. Penelitian tahap awal yang meliputi pengamatan langsung

ke lokasi rumah sakit, disertai bukti foto pada siang dan malam hari pada bagian

koridor dan ruang tunggu. Penulis pun akan membuat pertanyaan tak terstruktur

kepada manajemen Melinda Hospital sendiri untuk mengetahui profil perusahaan

secara umum dan mengenai pencahayaan di Rumah Sakit Bersalin Melinda Hospital.

1.3. Identifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang penelitian yang telah dipaparkan di atas, maka

penulis merumuskan bahwa masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana menciptakan suasana yang berbeda pada rumah sakit dengan

teknik pencahayaan dan elemen pendukungnya?

2. Bagaimana menyeimbangkan mix-use kebutuhan pencahayaan yang berbeda

antara fungsi rumah sakit dan gallery?

3. Bagaimana material dan warna ruang mempengaruhi kebutuhan dan

penciptaan suasana pada koridor dan ruang tunggu rumah sakit?

4. Jenis lampu dan kuat terang berapa yang dapat menunjang kebutuhan gallery

(14)

5

5. Bagaimana teknik pencahayaan yang tepat untuk mendukung aktifitas di

rumah sakit dan gallery?

1.4. Tujuan Penelitian.

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui cara memberikan suasana pada rumah sakit gallery,

khususnya teknik pencahayaan dan elemen interior pendukungnya.

2. Untuk mengetahui cara menyeimbangkan mix-use kebutuhan pencahayaan

yang berbeda antara fungsi rumah sakit dan gallery Sakit Bersalin Melinda

Hospital.

3. Untuk mengetahui bagaimana material dan warna ruang mempengaruhi

kebutuhan dan penciptaan suasana pada koridor dan ruang tunggu rumah

sakit.

4. Untuk mengetahui jenis lampu dan kuat terang berapa yang dapat menunjang

kebutuhan gallery dan rumah sakit.

5. Untuk mengetahui teknik pencahayaan yang tepat dalam mendukung aktifitas

di rumah sakit dan gallery.

1.5. Kegunaan Penelitian.

Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi:

1. Penulis sendiri, untuk menambah dan memperdalam pengetahuan penulis di

bidang studi interior, khususnya tentang desain pencahayaan pada rumah

(15)

6

2. Pihak management Melinda Hospital, sebagai bahan masukan dan

pertimbangan yang bermanfaat dalam meningkatkan penggunaan cahaya

dalam meningkatkan suasana lebih nyaman yang penulis bahas dalam skripsi

ini.

3. Desainer, sebagai bahan masukan dan perbandingan dalam melakukan

penelitian-penelitian selanjutnya, terutama yang sehubungan dengan

pencahayaan.

1.6. Metode Penelitian.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu secara

kualitatif dan kuantitatif.

1. Kuantitatif.

a. Pengukuran kuat cahaya dengan menggunakan Lux Meter di area yang akan

diukur, pada kasus ini yaitu koridor dan ruang tunggu Rumah Sakit Bersalin

Melinda Hospital.

b. Untuk mengetahui penyebaran cahaya menggunakan suatu perangkat lunak

Dialux sebagai alat bantu.

c. DPMB untuk menghitung kebutuhan lampu

d. Menyebarkan kuesioner singkat yang dibagikan kepada pengunjung yang

sedang berada di ruang tunggu Rumah Sakit Bersalin Melinda Hospital dan

kepada masyarakat lain yang pernah mengunjungi Rumah Sakit Bersalin

(16)

7

2. Kualitatif

a. Membandingkan hasil pengukuran kuantitatif dengan literatur dan standar

yang ada untuk kemudian muncul simpulan yang dapat ditarik.

b. Wawancara tak terstruktur dengan beberapa pengunjung ataupun masyarakat

yang pernah mengunjungi Melinda Hospital yang dilakukan sebelum

melakukan penelitian lebih lanjut.

1.7. Sistematika Pembahasan.

Sistematika penyusunan laporan perancangan ini adalah sebagai berikut:

• BAB I PENDAHULUAN

Merupakan penjelasan tentang latar belakang, identifikasi masalah, maksud dan tujuan

serta sistematika pemikiran dari laporan ini secara keseluruhan.

• BAB II KAJIAN TEORI

Memaparkan definisi mengenai cahaya, jenis pencahayaan, faktor pendukung

pencahayaan, cahaya dan hubungannya dengan rumah sakit, dan teori mengenai alat

ukur yang dipakai.

• BAB III DESKRIPSI OBJEK STUDI

Menjelaskan profil mengenai Melinda Hospital disertai foto-foto lokasi.

• BAB IV ANALISA PENCAHAYAAN PADA RUMAH SAKIT GALLERY

MELINDA HOSPITAL

Memaparkan hasil analisa dan pengukuran penulis mengenai pencahayaan di Rumah

Sakit Bersalin Melinda Hospital.

(17)

8

Memberikan hasil simpulan yang dirangkum oleh penulis sendiri mengenai hasil analisa

(18)

9

1.8. Sistematika Pemikiran.

Bagan 1.1. Bagan sistematika pemikiran

Studi literatur :

- Elemen pembentuk suasana ruang - Pengertian cahaya

- Jenis pencahayaan

- Faktor pendukung pencahayaan - Pengertian pembagian rumah sakit serta

pengertian koridor

- Cahaya hubungannya dengan rumah sakit dan gallery

- Perbandingan kuat cahaya di rumah sakit dan gallery

Latar Belakang :

- Image koridor dan ruang tunggu rumah sakit yang mencekam.

- Melinda Hospital sebagai rumah sakit gallery yang modern

- Cahaya sebagai sumber penerangan dan pemberi suasana pada ruang.

Judul : “Pengaruh Desain Pencahayaan Terhadap

Kenyamanan dan Pembentukan Suasana Pada Koridor dan Ruang Tunggu Rumah Sakit Gallery. Objek Studi Rumah Sakit Bersalin Melinda Hospital” 1. Membandingkan dengan teori

dan objek studi

2. Wawancara tak terstruktur

Metode Penelitian Kuantitatif :

1. Pengukuran menggunakan Lux Meter. 2. Dialux

3. DPMB 4. Kuesioner

(19)

79

BAB V

SIMPULAN

5.1. Simpulan

Setelah melakukan analisa penelitian pencahayaan buatan pada Melinda Hospital,

maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

1. Cara memberikan suasana pada rumah sakit gallery dapat dengan melakukan

apa yang telah dilakukan oleh Melinda Hospital yaitu pemilihan warna-warna

hangat dalam pewarnaan elemen-elemen interior seperti krem dan abu muda.

(20)

80

memberikan suasana yang serupa sehingga suasana di Melinda Hospital dapat

lebih terasa nyaman dan mewah.

Berikut ini merupakan elemen-elemen interior yang mampu merubah kesan

mencekam pada koridor rumah sakit :

Lighting yang dianggap paling menarik untuk koridor adalah lighting

yang terang, karena unsur gelap dapat membuat suasana menjadi

mencekam.

• Lorong yang dianggap nyaman adalah lorong yang terdapat bukaan

(setengah terbuka dan terbuka).

• Permainan warna pada dinding koridor dianggap memiliki kesan yang

lebih menarik dan tidak monoton pada ruang koridor rumah sakit

dibandingkan dengan warna dinding putih polos.

• Penggunaan koridor yang lebar lebih disukai oleh beberapa responden

dibandingkan dengan koridor yang sempit.

• Penggunaan warna-warna yang menarik pada dinding koridor,

penggunaan tanaman hias dalam ruangan sebagai elemen natural,

juga lukisan sebagai pemberi nilai lebih pada ruangan lebih dianggap

menarik dibandingkan dengan dinding yang lebih polos.

• Lantai dengan corak kayu (parket) dianggap dapat merubah kesan

mencekam pada koridor rumah sakit. Penggunaan warna lain selain

putih (misalnya abu-abu dan krem) pun dianggap dapat merubah

(21)

81

8. Dibandingkan dengan rumah sakit lain, mana yang lebih memiliki suasana lebih menarik?

2. Untuk menyeimbangkan mix-use kebutuhan pencahayaan yang berbeda

antara fungsi rumah sakit dan gallery dapat dengan cara penyesuaian kembali

jenis lampu yang digunakan pada setiap ruangan yang berbeda, agar dapat

diketahui apakah lampu tersebut dapat dipakai dalam suatu ruang tertentu

atau tidak. Seperti dalam kasus Melinda Hospital, pemakaian lampu

fluorescent yang memiliki color rendering rendah dapat mengakibatkan

ambigu warna pada lukisan yang dilihat. Karena itu dapat dilakukan

peredaman cahaya yang dihasilkan dari fluorescent lamp, kemudian

ditambahkan beberapa titik lampu tambahan, misalnya dengan incandescent

lampdownlight ber-colorrendering tinggi sehingga dua fungsi tersebut dapat

tercapai secara optimal.

3. Material dan warna ruang tentu dapat mempengaruhi kebutuhan dan

penciptaan suasana pada koridor dan ruang tunggu rumah sakit. Saat ini

Melinda Hospital merupakan rumah sakit yang terbilang mewah, bahkan

dalam hasil kuesioner merupakan rumah sakit yang memiliki suasana paling

menarik di antara rumah sakit lain di Bandung. (Gambar 5.1.)

(22)

82

Hal itu dihasilkan dari pemilihan warna ruang, desain modern minimalis,

dan pemilihan material yang tepat guna membuat suatu rumah sakit modern yang

mewah, meskipun dalam pencahayaannya mengalami kekurangan.

4. Jenis lampu yang diperlukan untuk menunjang kebutuhan gallery dan rumah

sakit adalah jenis lampu yang memiliki colorrendering tinggi, damagefactor

rendah, dan color temperature yang rendah. Sedangkan kuat cahaya yang

diperlukan untuk menunjang kebutuhan gallery adalah 150 lux, dan rumah

sakit (ruang tunggu, koridor gallery, dan café) adalah 100 – 300 lux. Dalam

penggabungannya, dapat dilakukan penyesuaian misalnya dalam hal

penyebaran cahayanya, peletakkan titik lampu, ataupun penggunaan armatur

yang lebih terbuka ataupun tertutup sesuai kebutuhan.

5. Teknik pencahayaan yang tepat untuk mendukung aktifitas di rumah sakit

dan gallery dapat menggunakan downlight. Teknik pemasangan hidden lamp

juga dapat memberikan bantuan penerangan sekaligus nilai estetis pada

ruangan. Lampu yang digunakan tentunya lampu yang memiliki color

rendering yang tinggi.

Secara garis besarnya, setelah melakukan penelitian di Melinda Hospital,

pencahayaan yang ada tidak dapat menunjang fungsi mix-use yang selama ini

dipakai, baik itu dari sisi jenis lampu yang dipakai, kuat cahaya yang ada, dan jumlah

lampunya. Namun para pengunjung Melinda Hospital dapat merasakan suatu suasana

yang berbeda dari rumah sakit lain yang ada di Bandung, karena Melinda Hospital

(23)

83

material, desain bentukan, dan bukaan-bukaan yang dibuatnya. Namun jika

perbaikan pencahayaan dapat dilakukan dengan baik, maka suasana di Melinda

Hospital akan terasa lebih nyaman, elegan, dan dapat menunjang kegiatan orang

(24)

DAFTAR PUSTAKA

Ching, Francis D.K. (1996). Ilustrasi Desain Interior. Erlangga

Departemen Kesehatan Republik Indonesia (1991). Pokok-Pokok Pedoman Rumah

Sakit Umum Kelas A, B, C, D. Jakarta: Direktur Jendral Pelayanan

Kesehatan.

Diktat Kuliah Fisika Bangunan (2006). Universitas Kristen Maranatha.

J. E. Flynn, S. M. Mills (1962). Architectural Lighting Graphics. Reinhold

Publishing Co.

Lechner, Norbert (1991). Heating, Cooling, Lighting Design Methods for Architects.

USA. John Wiley & Sons, Inc.

Mangunwijaya (1980). Pasal-Pasal Penghantar Fisika Bangunan. Jakarta. Gramedia.

Olygay, Victor (2002). Design with Climate: Bioclimatic Approach to Architectural

Regionalism. Princeton University Press.

Philips Lighting (1993). Fifth Edition Lighting Manual. Eindhoven. Philips Lighting

B.V.

Wesley E. Woodson (1981). Human Factors Design Handbook. McGraw-Hill, Inc.

www.wikipedia.org

www.answers.com

Gambar

Gambar 5.1.  Hasil kuesioner rumah sakit paling menarik di Bandung

Referensi

Dokumen terkait

  Kuudes   fragmentti  on  kappaleen  lyhin  ja  se  alkaa  poikkeuksellisesti  korkeimmasta  d2-­‐nuotista,   josta  laskeudutaan  h1-­‐painotteiseen

Dengan ketersediaan biomassa dalam bentuk tandan kosong dan cangkang sawit tersebut, merupakan potensi yang dimiliki PKS untuk dapat digunakan sebagai bahan

Jawablah pernyataan berikut dengan member tanda ( √) untuk pilihan jawaban yang anda anggap benar.. SS : Sangat Setuju S

Pesan t pesan yang disampaikan lewat nyayian, yang sudah dijelasakan tadi di atas bahwa setiap nyayian dalam kesenian masamper memiliki tema t tema sihingga dapat

Oleh karena itu pada penelitian ini dilakukan digesti dengan parameter ukuran bijih monasit, konsumsi asam sulfat, suhu digesti, waktu digesti dan konsumsi air pencuci

Hal ini menunjukan bahwa siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Cimahi cukup dalam strategi penelusuran informasi untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan

Keputusan Pemilihan Wali Kelas Berprestasi Menggunakan Metode menunjukkan bahwa tingkat kesesuaiannya perhitungan yang dihasilkan sistem secara keseluruhan cukup

Sebagaimana dinyatakan sebelumnya, penelitian pengembangan ini menggunakan model Borg & Gall (1983), namun untuk kepentingan ini dilakukan modifikasi