OPNI
TAHUN LXX NO 140
RABU PON,18 FEBRUARI
2015
(
28
BAKDAMULUD
1948
)''KEDAULATAN RAKYAT''
HALAMAN
12Imlek
dan
Integrasi
Bangsa
AIILIN
Baru Imlek merupakan tradisi pergantian tahun masyarakat Tiong-hoa. Tahunini
Imlek diperingati
19Februari 2015.
Di
negeri asalnya TahunBaru
Imlek dikenal sebagai Chun Cia atau Hari Raya
Musim
Semi dan menjaditanda
dimulainyamusim tanam. Imlek merupakan ungkapan
syu-kur
atas karunia Ttrhan selama satu tahrur dan berharap rezeki yangberlimpah di tahunmenda-tang- Ada kepercayaan apabila pada malam Ta-hun Baru knlek bumi diguyur hujan lebatberar-ti rezeki akan melimpah di tahrur yang baru. TYadisi
Irnlek
sempatmati suri
pada masa Orde Baru Melalui Inpres Nomor 14 Tahun 1967Pemerintah Orde Baru melarang pelaksanaan adat dan budaya Tionghoa di tempat umum. La-rangan selama lebih dari 30 tahun ini berakhir
tatkala PresidenAbdurahnan Wahid (Gus Dur) mengeluarkan Keppres Nomor 6 Tahun 2000 yang mengiainkan perayaan Thhun Baru
knlek
secara tefbuka. Selaniutnya mulai tahun 2003, pada masa Presiden Megawati Soekarnoputri, Tahun Baru'Imlek ditetapkan sebagai hari
libur
nasional.
Upaya memutus mata rantai dbkriminasi ter-hadap Tionghoajuga dilakukan oleh Presiden Susilo BatnbangYudhoyono (SB9. Melatui
IGp-pres Nomor 12 Tahun 20L4 resmi digunakan
kembali sebutan Repubtik Ral<yat
Tiongkokun-tuk
menyebut negara Republik Rakyat Chinadan Tionghoa untukmenyebut orang atarikomu-nitas Cina di Lrdonesia. Selama
ini
penggunaanistilah dina
yangdiatur
dalam Surat EdaranPresidium Kabinet Ampera Nomor
SE-06/Pres.IGt/6/1967 t€lah menimbulkan dampak psikososial dandiskriminatif
dalam relasfde-ngan masyarakat Tionghoa.
Angin segar bagi warga Tionghoa membuat euforia Imlek terasa di mana-mana. Tak hanya di tempat umum seperti pusat perbelanjaan dan
toko, berbagai media cetak maupun elektronik di Indonesiajuga dipenuhi pesan Gong Xi Fa Cai.
Iklan maupun informasi mengenai perayaan
Th-hun Baru Imlek dengan mudah dijumpai. Sta-siun televisijuga menayangkan berbagai acara
'--
Hendra
KurniaWah
:"',
bertemakan khusus untuk menyambut Imlek.
Kehadiran
kue
keranjang, lampion
merah;angpao yang bergantungan, hingga pertrurjukan barongsai dan Liong bukan lagi hal yang aneh.
SejarahTionghoa
Dalam sejarah. sejak zaman kolonial,
praktik
diskriminasi terhadap Tionghoa telah menjadi kebijakan yang poputris dan tersistematis. Ironis-nya, kebijakan model kolonialisme ini masih di-terapkan Pemerintah Orde Baru, bahkan dalnmdimensi lebih beragam dan terinstitusionalisasi. Kebijakan asimilasi gaya Orde Baru merupakan upaya meniadakan segala aspek kehidupan m€-syarakat Tionghoa agar menjadi sama dengan lainnya. Padahal keberagaman merupakan ke-niscayaan sebagai anugerah Tbhan yang tak bisa ditolak, apalagi dihilangkan.
Nasikun (1984) menjelaskan bahwa secaraho-rizontal, masyarakat Indonesia memiliki kesatu-an-kesatuan sosial atas dasar ikatan primordial, seperti suku, agama, adat, daerah, hingga
hu-bungan darah. Secara vertikal,
struktw
masya-rakat Indonesia ditandai dengan adanya perbe-daan antara lapisan atas dengan lapisan bawah.
Hal
ini
harusdisikapi
secaraarif
agartidak
menimbulkan konJlik sosial dalam masyarakat. Kemajemukan bukan
untuk
dihindari karenajustru
dapat dikembangkan sebagai potensi ke-majuan bangsa.Keberadaan masyarakat Tionghoa perlu
di-hadirkan
dalam konteks yang lebih luas ilanmendalam. Peran dan
kontribusi
orang-orang Tionghoa selama ini perlu diberi mangdanpeng-akuan. Dinamika kehidupan mgsyarakat Tiong-hoa telah menjadi bagian dbri sejarah bangsa. Sejarah sejatinya mengarah pada integrasi
bangr-sa dengan menghadirkan peran berbagai kelom-pok dan golongan yang
turut
mewarnai kemaje-mukan bangsa. Sejarah sebagai ingatan kolektifmengenai berbagai pengalaman bersama sebuah
bangsa dapat memberi
ikatan
bagi identitassosial yang menunhn arah prospek masa depan. Thk hanya soal sejarah, orientasi
multikultu-ralisme sebagai konsep ideal yang jelas digam-barkan semboyan Bhinneka T\mggal lka harus mampu mengakomodasi warga Tionghoa seba-gai bagian integral Bangsa Indonesia. Thhun
Ba-ru Imlekyang dirayakanterbuka dan mendapat sambutan hatrgat masyarakat, menjadi tanda makin diterimanya Tionghoa beser:ta identitas kulturalnya. Berbagai sekat perbedaan akan lu-nrh seiring pengakuan akan keberadaan
Tiong-hoa.
Pancasila dan Bhinneka Tbnggal Ika bukan
sekadar konsep untuk menjembatani kenyataan
multikulturalisme, namun juga berarti ada ke-sempatan yang sama, terrnasuk Tionghoa,
unffi
turut
mengabdi bagi bangsa dan negara. Kesa-daran ini dapat memberi sumbangan nyata bagrterwujudnya masyarakat madani untuk hidup
bertlampingan secara harmonis. Semoga Thhun Baru Inrlek menjadi berkah bagi bangsa dan ne-gara
ini.
Selamat Tahun Baru Imlek 2566, Sin CunKiongHie! Q: g* ) Hend.tw
Krtrniawan
MPd" DosenProgram Stud.i Pend,id.iknn Sej arah
FKIP
Uniuersitas Sannta Dhnrma Yogyakarta.
o o o
F
z o o
v
o ? u