ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil
belajar siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dengan diterapkannya model
pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together pada materi Archaebacteria dan
Eubacteria. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dan dilaksanakan dalam
dua siklus yang didesain menggunakan model Sanford dan Kemmis. Subjek dalam
penelitian ini adalah siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta berjumlah 30
siswa. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
tes, observasi, dan kuesioner. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together
(NHT), hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan
peningkatan nilai rata-rata dan prosentase pencapaian KKM siswa. Setelah diberikan
tindakan kelas, presentase siswa yang tuntas belajar 13,33% dengan nilai rata-rata kelas
46,17 pada posttest siklus I, dan meningkat menjadi 73,33% siswa yang tuntas belajar
dengan nilai rata-rata kelas 73,67 pada posttest siklus II. Motivasi siswa juga mengalami
peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan prosentase
siswa yang termotivasi berdasarkan hasil observasi pada siklus I yaitu 65% dan
meningkat menjadi 75% pada siklus II. Hasil kuesioner motivasi belajar siswa juga
mengalami peningkatan dari hasil kuesioner awal yaitu 78% yang sudah dalam kategori
tinggi meningkat menjadi 79% pada hasil kuesioner akhir. Berdasarkan hal tersebut,
maka dinilai telah terjadi peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar siswa setelah
mengikuti proses pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head
Together.
ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the learning outcomes and the
increasing of student motivation by implementing cooperative learning method type
Numbered Head Together at Archaebacteria and Eubacteria. This study is a class action
research and was conducted in two cycles designed using the model of Sanford and
Kemmis. Subjects in this study were students of class X-2 Pangudi Luhur High School of
Yogyakarta in total 30 student. Data collection techniques used in this study were test,
observation, and questionnaires. Data analysis done was qualitative and quantitative
descriptive analysis.
Once the cooperative learning method Numbered Head Together applied the
student learning outcomes increased. This is indicated by an increase of the average
grade and the percentage of student KKM. After class action was taken the percentage
of students who passed the examination reached to 13,33% with an average score of
46,17 in the posttest of the first cycle, and increased to 73,33% of students who passed
the exam with an average grade of 73,67 in the posttest of the second cycle. Motivation
of students also increased from cycle I to cycle II. This is evidenced by an increase of the
percentage of motivated students as indicated by the results of the observation. It
reached 65% in the first cycle and increased to 75% in the second cycle. The students
learning motivation measured by questionnaires also increased from first measurement
78% in high category to 79% in the last measurement. Based on that, if can be
concluded that there was an increase of student learning outcome and motivation after
participating in the learning process by implementing the cooperative learning type
Numbered Head Together
.
i
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED
HEAD TOGETHER PADA MATERI ARCHAEBACTERIA DAN EUBACTERIA
DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA
KELAS X-2 SMA PANGUDI LUHUR YOGYAKARTA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Oleh:
Regina Megawati Kusuma
NIM : 091434057
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHRAMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Motto:
vii
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dengan diterapkannya
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together pada materi
Archaebacteria dan Eubacteria. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas dan dilaksanakan dalam dua siklus yang didesain menggunakan model Sanford dan Kemmis. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta berjumlah 30 siswa. Metode pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan tes, observasi, dan kuesioner. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.
Setelah diterapkannya pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together (NHT), hasil belajar siswa mengalami peningkatan. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan nilai rata-rata dan prosentase pencapaian KKM siswa. Setelah diberikan tindakan kelas, presentase siswa yang tuntas belajar 13,33% dengan nilai rata-rata kelas 46,17 pada posttest siklus I, dan meningkat menjadi 73,33% siswa yang tuntas belajar dengan nilai rata-rata kelas 73,67 pada posttest siklus II. Motivasi siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan prosentase siswa yang termotivasi berdasarkan hasil observasi pada siklus I yaitu 65% dan meningkat menjadi 75% pada siklus II. Hasil kuesioner motivasi belajar siswa juga mengalami peningkatan dari hasil kuesioner awal yaitu 78% yang sudah dalam kategori tinggi meningkat menjadi 79% pada hasil kuesioner akhir. Berdasarkan hal tersebut, maka dinilai telah terjadi peningkatan hasil belajar dan motivasi belajar siswa setelah mengikuti proses pembelajaran model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together.
Kata Kunci : (1) Hasil belajar, (2) model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
viii ABSTRACT
The purpose of this study is to determine the learning outcomes and the
increasing of student motivation by implementing cooperative learning method type
Numbered Head Together at Archaebacteria and Eubacteria. This study is a class
action research and was conducted in two cycles designed using the model of
Sanford and Kemmis. Subjects in this study were students of class X-2 Pangudi
Luhur High School of Yogyakarta in total 30 student. Data collection techniques
used in this study were test, observation, and questionnaires. Data analysis done was
qualitative and quantitative descriptive analysis.
Once the cooperative learning method Numbered Head Together applied the
student learning outcomes increased. This is indicated by an increase of the average
grade and the percentage of student KKM. After class action was taken the
percentage of students who passed the examination reached to 13,33% with an
average score of 46,17 in the posttest of the first cycle, and increased to 73,33% of
students who passed the exam with an average grade of 73,67 in the posttest of the
second cycle. Motivation of students also increased from cycle I to cycle II. This is
evidenced by an increase of the percentage of motivated students as indicated by the
results of the observation. It reached 65% in the first cycle and increased to 75% in
the second cycle. The students learning motivation measured by questionnaires also
increased from first measurement 78% in high category to 79% in the last
measurement. Based on that, if can be concluded that there was an increase of
student learning outcome and motivation after participating in the learning process
by implementing the cooperative learning type Numbered Head Together
.
Key word: (1) Learning product (2) cooperative learning methods type Numbered
ix
KATA PENGANTAR
Segala Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan karunia kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diberi judul “Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together pada Materi Archaebacteria dan
Eubacteria dalam Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Kelas X-2 SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta”.
Dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, dukungan, ddan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang memberikan rahmat kehidupan, kekuatan, dan
penyertaan kepada penulis dari lahir hingga detik ini.
2. Rektor Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
4. Romo Dr. Ir. P. Wiryono Priyotamtama, SJ. Dan Ibu Luisa Diana Handoyo,
M.Si. Selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan
arahan dalam penyusunan dan penyelesaian skripsi ini.
5. Kepala sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta yang telah memberikan ijin
kepada penulis untuk pelaksanaan penelitian.
6. Guru mata pelajaran Biologi kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
yang telah membantu dalam pelaksanaan penelitian.
7. Segenap staf guru dan karyawan serta siswa dan siswi kelas X-2 SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta yang telah membantu pelaksanaan penelitian.
8. Bapak dan ibu dosen Pendidikan Biologi yang telah membimbing dan
mengajari penulis selama belajar di Program Studi Pendidikan Biologi.
9. Bapak dan ibu serta saudari-saudariku Tika dan Ata yang selalu memberikan
penulis dukungan dan doa selama menjalani tugas studi.
10.Seluruh keluarga besarku yang selalu memberikan doa dan dukungan pada
penulis dalam melaksanakan tugas studi.
11.Sahabat-sahabat SHMILY yang selalu memotivasi, mendukung, dan
x
12.Sahabat-sahabat Pendidikan Biologi angkatan 2009 Universitas Sanata
Dharma yang tidak saya sebutkan satu per satu. Terimakasih atas segala
dukungan, semangat, dan doa dalam mengerjakan skripsi ini.
13.Agnes, Efi, Yani, Arsya, Naomi dan seluruh teman-teman di Wisma Rosari
yang selalu memberikan dukungan, semangat, dan doa dalam penyelesaian
skripsi ini.
14.Semua pihak yang tidak sempat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
memberikan doa, bantuan, dan dukungan kepada peneliti.
Penulis
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Batasan Masalah ... 5
D. Variabel ... 6
E. Tujuan Penelitian ... 6
F. Manfaat Penelitian ... 7
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran ... 8
B. Motivasi Belajar ... 9
C. Hasil Belajar ... 11
D. Pembelajaran Kooperatif 1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif ... 15
2. Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif ... 16
3. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif ... 17
4. Jenis-jenis Pembelajaran Kooperatif ... 17
5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ... 18
6. Variasi atau Tipe dalam Model Pembelajaran Kooperatif ... 18
E. Numbered Head Together (NHT) ... 20
F. Archaebacteria dan Eubacteria 1. Karakteristik Materi ... 21
2. Materi Archaebacteria dan Eubacteria ... 23
G. Hasil penelitian yang Relevan ... 23
H. Kerangka Berpikir ... 24
xii BAB III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ... 26
B. Desain Penelitian ... 26
C. Setting Penelitian ... 27
D. Rancangan Tindakan 1. Pra Tindakan ... 28
2. Siklus I ... 28
3. Siklus II ... 34
E. Metode Pengumpulan Data 1. Tes ... 37
2. Observasi ... 37
3. Kuesioner ... 38
F. Instrumen Penelitian 1. Perangkat Pembelajaran ... 38
2. Pengumpulan Data ... 39
G. Validitas Instrumen ... 41
H. Analisis Data 1. Analisis Hasil Tes ... 42
2. Analisis Lembar Observasi ... 43
3. Analisi Lembar Kuesioner ... 45
I. Indikator Keberhasilan ... 46
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 1. Pra Tindakan ... 47
2. Pelaksanaan Siklus I ... 48
3. Pelaksanaan Siklus II ... 64
B. Hasil Penelitian 1. Hasil Belajar ... 76
2. Motivasi Belajar ... 78
C. Pembahasan 1. Peningkatan Hasil Belajar (Aspek Kognitif) ... 81
2. Peningkatan Motivasi Belajar ... 85
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 91
B. Saran ... 91
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Tabel Hasil Belajar Siswa Kelas X-1 Pada Materi Archaebacteria dan
Eubacteria Tahun Ajaran 2012/2013 ... 2
Tabel 2.1 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 18
Tabel 2.2 Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif ... 19
Tabel 2.3 Langkah dalam Menggunakan Numbered Head Together ... 21
Tabel 3.1 Metode Pengumpulan Data ... 36
Tabel 3.2 Kisi-kisi Lembar Observasi ... 39
Tabel 3.3 Kisi-kisi Kuesioner ... 41
Tabel 3.4 Panduan Pemberian Skor Lembar Observasi ... 43
Tabel 3.5 Prosentase Sikap dan perilaku ... 45
Tabel 3.6 Panduan Pemberian Skor Kuesioner ... 45
Tabel 3.7 Pedoman Ketegori Motivasi Siswa ... 46
Tabel 3.8 Target Pencapaian ... 46
Tabel 4.1 Hasil Analisis Nilai Pretest Sisw ... 76
Tabel 4.2 Hasil Analisis Nilai Posttest Siklus I ... 77
Tabel 4.3 Hasil Analisis Nilai Posttest Siklus II ... 78
Tabel 4.4 Haail Analisis Lembar Observasi Motivasi Belajar Siklus I ... 79
Tabel 4.5 Hasil Analisis Lembar Observasi Motivasi Belajar Siklus II ... 79
Tabel 4.6 Hasil Analisis Lembar Kuesioener Motivasi Awal Siswa ... 80
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1 Siklus PTK yang Dikembangkan Sanford dan Kemmis ... 27
Gambar 4.1 Siswa Mengerjakan Kuesioner Awal ... 51
Gambar 4.2 Siswa Mengerjakan Pretest ... 53
Gambar 4.3 Siswa Berdiskusi Kelompok ... 56
Gambar 4.4 Kondisi Siswa Ketika Berkelompok ... 59
Gambar 4.5 Kegiatan Tanya-Jawab ... 60
Gambar 4.6 Tabel Skoring Tanya-Jawab ... 60
Gambar 4.7 Peneliti Menyampaikan Materi ... 60
Gambar 4.8 Siswa Mengerjakan Posttest Siklus I ... 61
Gambar 4.9 Antusiasme Siswa Ketika Peneliti Menyampaikan Tujuan Pembelajaran ... 67
Gambar 4.10 Kegiatan Berkelompok Siswa ... 69
Gambar4.11 Peneliti Menyampaikan Materi ... 72
Gambar 4.12 Kegiatan Tanya-Jawab dengan Siswa ... 72
Gambar 4.13 Tabel Skoring Tanya-Jawab Siklus II ... 73
Gambar 4.14 Siswa Mengerjakan Posttest Siklus II ... 74
Gambar 4.15 Grafik Perbandingan Nilai Rata-Rata Hasil Belajar Siswa ... 83
Gambar 4.16 Grafik Motivasi Belajar Siswa Hasil Lembar Observasi ... 86
Gambar 4.17 Grafik Prosentase Motivasi Belajar Siswa Hasil Lembar Observasi Siklus I dan Siklus II ... 87
Gambar 4.18 Grafik Motivasi Belajar Siswa Hasil Lembar Kuesioner... 88
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus ... 95
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I ... 99
Lampiran 3 Lembar Kerja Siswa Siklus I ... 104
Lampiran 4 Kisi-Kisi Soal Pretest ... 105
Lampiran 5 Soal Pretest ... 106
Lampiran 6 Kunci Jawaban dan Pedoman Skoring Pretest ... 110
Lampiran 7 Kisi-Kisi Soal Posttest Siklus I ... 111
Lampiran 8 Soal Posttest Siklus I ... 112
Lampiran 9 Kunci Jawaban dan Pedoman Skoring Posttest Siklus I ... 115
Lampiran 10 Rangkuman Materi ... 116
Lampiran 11 Lembar Kuesioner Motivasi Awal ... 125
Lampiran 12 Lembar Observasi Motivasi Siswa ... 126
Lampiran 13 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ... 127
Lampiran 14 Lembar Kerja Siswa Siklus II ... 132
Lampiran 15 Kisi-Kisi Soal Posttest Siklus II ... 133
Lampiran 16 Soal Posttest Siklus II ... 134
Lampiran 17 Kunci Jawaban dan Pedoman Skoring Posttest Siklus II ... 137
Lampiran 18 Lembar Kuesioner Motivasi Akhir ... 138
Lampiran 19 Lembar Observasi Motivasi Siklus II ... 139
Lampiran 20 Analisis Nilai Pretest ... 140
Lampiran 21 Contoh Hasil Pretest Siswa ... 141
Lampiran 22 Analisis Nilai Posttest Siklus I... 147
Lampiran 23 Contoh Hasil Posttest Siswa Siklus I ... 148
Lampiran 24 Analisis Nilai Posttest Siklus II ... 152
Lampiran 25 Contoh Hasil Posttest Siklus II ... 153
Lampiran 26 Analisis Lembar Observasi Siklus I ... 157
Lampiran 27 Contoh Hasil lembar Observasi Siklus I ... 158
Lampiran 28 Analisis Lembar Observasi Siklus II ... 160
Lampiran 29 Contoh Hasil Lembar Observasi Siklus II ... 161
Lampiran 30 Analisis Lembar Kuesioner Motivasi Awal ... 163
xvi
Lampiran 32 Analisis Lembar Kuesioner Motivasi Akhir ... 166
Lampiran 33 Contoh Hasil Lembar Kuesioner Motivasi Akhir ... 167
Lampiran 34 Surat Ijin Penelitian ... 169
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Arti kata pendidikan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesiaadalah proses
pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam usaha
mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dalam dunia
pendidikan, belajar adalah hal yang sering kita dengar. Menurut Suprijono (2009)
sebagian besar masyarakat menganggap belajar di sekolah adalah usaha
penguasaan materi ilmu pengetahuan. Sedangkan secara sederhana Anthony
Robbins dalam Trianto (2009) mendefinisikan belajar sebagai proses
menciptakan hubungan antara sesuatu (pengetahuan) yang sudah dipahami dan
sesuatu (pengetahuan) yang baru.
Dalam proses kegiatan belajar mengajar peran guru dan siswa tidak dapat
dihilangkan. Meskipun sekarang proses pembelajaran lebih berpusat pada siswa
namun peran guru dalam proses pembelajaran juga penting. Dalam kegiatan
belajar guru haruslah bersikap aktif dalam membimbing siswa, sehingga siswa
merasa nyaman dan senang ketika mengikuti proses pembelajaran, sehingga
mudah dalam memahami materi ketika belajar. Menurut Usman (2009) guru
memiliki banyak tugas, baik yang terkait oleh dinas maupun di luar dinas, dalam
bentuk pengabdian. Usman (2009) juga menambahkan peranan dan kompetensi
guru dalam proses belajar-mengajar meliputi banyak hal sebagaimana yang
dikemukakan oleh Adams & Decey dalam Basic Principles of student Teaching,
antara lain guru sebagai pengajar, pemimpin kelas, pembimbing, pengatur
konselor. Sedangkan siswa dalam proses pembelajaran seharusnya secara aktif
mengumpulkan banyak ilmu dan pengetahuan yang nantinya dapat siswa
gunakan dalam kehidupan mereka.
Ketika di lingkungan sekolah siswa secara aktif mengumpulkan banyak
ilmu baik dalam bidang akademik maupun dalam bidang non akademik. Biologi
adalah salah satu mata pelajaran yang termasuk ilmu dalam bidang akademik.
Pada jenjang pendidikan Sekolah Menengah Atas (SMA) baik program regular
maupun program IPA juga mempelajari Biologi. Biologi sendiri merupakan salah
satu ilmu dasar yang ikut menentukan kemajuan dan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Dari hasil observasi di SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta, mata pelajaran Biologi yang hakikatnya merupakan bagian dari ilmu
pengetahuan alam (IPA) dianggap oleh para peserta didik sebagai salah satu
pelajaran yang susah dimengarti, terlebih bagi para peserta didik yang duduk di
bangku kelas X. Materi Archaebacteria dan Eubacteria dalam mata pelajaran
Biologi yang dipelajari oleh para peserta didik di semester 1 termasuk materi
yang sulit, terlebih dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang tinggi
yaitu 75. Data hasil belajar siswa kelas X-2 tahun ajaran 2012/2013 pada materi
Archaebacteria dan Eubacteria dapat dilihat pada tabel 1.1 dibawah ini:
Tabel 1.1 Hasil Belajar Siswa Kelas X-2 Pada Materi Archaebacteria dan Eubacteria Tahun Ajaran 2012/2013
Analisis Hasil Nilai Ulangan Harian Analisis Hasil Remidial I Analisis Hasil Remidial II Analisis Hasil Nilai Akhir Siswa
Jumlah siswa 36 orang.
Siswa yang tuntas 6 orang.
Siswa yang tidak tuntas 30 orang.
Nilai rata-rata
kelas hasil ulangan 36,9
Jumlah siswa yang mengikuti remdial I berjumlah 24 orang.
Tidak ada siswa
yang tuntas.
Siswa yang tidak tuntas 24 orang. Nilai rata-rata hasil remedial I 40
Jumlah siswa yang mengikuti remidial II berjumlah 27 orang. Siswa yang tuntas 4 orang
Siswa yang tidak
tuntas 23 orang Nilai rata-rata hasil remedial II 55,9
Jumlah siswa
36 orang
Siswa yang
tuntas 10 orang
Siswa yang
tidak tuntas 26 orang
Nilai rata-rata
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa nilai siswa kelas X-2 tahun ajaran
2012/2013 pada materi Archaebacteria dan Eubacteria masih sangat kurang.
Ketika proses belajar mengajar guru lebih menggunakan metode ceramah dan
dilanjutkan dengan proses diskusi yang diharapkan dapat memotivasi siswa
dalam belajar, namun siswa juga masih saja sering ribut sendiri dan kurang
berpartisipasi aktif ketika pelajaran maupun ketika berdiskusi.
Dari permasalahan tersebut peneliti ingin menerapkan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Toghether pada materi Archaebacteria dan
Eubacteria untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-2 di
SMA Pangudi Luhur Yogyakarta. Pembelajaran kooperatif lebih mengajak siswa
untuk dapat bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil. Roger, dkk. (1992)
dalam Huda Miftahul (2012) menyatakan cooperative learning is group learning
activity organized in such a way that learning is based on the socially structured
change of information between learners in group in which each learner is held
accountable for his or her own learning and motivated to increase the learning of
others (Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas pembelajaran kelompok
yang dioorganisir oleh satu prinsip bahwa pembelajaran harus didasarkan pada
perubahan informasi secara sosial di antara kelompok-kelompok pembelajar yang
di dalamnya setiap pebelajar bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri
dan didorong untuk meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain).
Proses belajar mengajar dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif
kegiatan belajaranya lebih kepada kegiatan kelompok, dimana nantinya para
peserta didik akan belajar ke dalam kelompok-kelompok kecil. Dengan kegiatan
mengungkapkan pendapat, dan saling bekerja sama. Huda Miftahul (2012)
menyatakan siswa-siswa dalam kelompok kooperatif lebih sering bekerja sama,
lebih terkoordinasi, dan lebih memerhatikan pembagian kerja yang setara antar
setiap anggota didalamnya. Mereka juga lebih peduli pada gagasan orang lain,
lebih efektif berkomunikasi, lebih termotivasi untuk mencapai tujuan bersama,
dan lebih produktif dalam setiap usaha mereka dibandingkan dengan
rekan-rekannya yang berada dalam kelompok kompetitif. Hal serupa juga sama, dari
hasil meta-analisis yang dilakukan oleh Jhonson dan beberapa rekannya tahun
1981 dalam Huda Miftahul (2012) dari hasil meta-analisis mereka terhadap 122
studi yang meneliti pengaruh-pengaruh pembelajaran kooperatif, kompetitif, dan
individualistik terhadap prestasi belajar siswa. Hasil tersebut menunjukkan
bahwa pembelajaran kooperatif dapat memberikan pencapaian dan produktivitas
yang lebih tinggi (seperti, semangat untuk belajar) dari pada pembelajaran
kompetitif atau individualistik.
Numbered Head Together merupakan salah satu tipe model pada
pembelajaran kooperatif. Numbered Head Together secara tidak langsung
melatih siswa untuk saling berbagi informasi, mendengarkan dengan cermat serta
berbicara dengan penuh perhitungan, sehingga siswa lebih produktif dalam
pembelajaran. Selain hal tersebut, peneliti menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together dikarenakan melihat dari hasil
penelitian yang pernah dilakukan oleh Fitriastuti, dengan diterapkanya model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dapat meningkatkan
motivasi belajar dan hasil belajar siswa. Peneliti berharap diterapkannya model
Archaebacteria dan Eubacteria dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Apakah diterapkannya model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together pada materi Archaebacteria dan Eubacteria dapat meningkatkan
motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta?
C. Batasan Masalah
Sehubungan dengan luasnya permasalahan yang timbul dari topik kajian maka
pembatasan masalah perlu dilakukan guna memperoleh kedalaman kajian dan
menghindari perluasan masalah. Adapun pembatasan masalah dalam hal ini
adalah:
1. Objek Penelitian
Objek penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-2 SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta.
2. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar
a. Standar Kompetensi : 2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokan
makhluk hidup.
b. Kompetensi Dasar : 2.2 Mendeskripsikan ciri-ciri Archaebacteria dan
Eubacteria serta peranannya bagi kehidupan.
3. Model Pembelajaran
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together yang
dikembangkan oleh Trianto dengan tahapan penomoran, mengajukan
4. Materi Pokok
Materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah Archaebacteria dan
Eubacteria.
5. Parameter
Parameter keberhasilan yang diukur pada penelitian ini berupa motivasi
siswa dan hasil belajar yang mencakup hanya pada aspek kognitif.
Pencapaian motivasi belajar siswa dalam penelitian ini diukur dengan
menggunakan lembar kuesioner dan observasi siswa, sedangkan pencapaian
hasil belajar siswa pada penelitian ini diukur menggunakan nilai hasil tes.
D. Variabel
Variabel dalam penelitian ini ada dua yaitu variabel bebas dan variabel terikat.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together. Sedangan variabel terikatnya adalah motivasi dan
hasil belajar siswa.
E. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan motivasi dan
hasil belajar siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta dengan penerapan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Togheter pada materi
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Guru
a. Memperkenalkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together kepada guru sebagai salah satu model pembelajaran yang dapat
diterapkan pada mata pelajaran Biologi.
b. Memotivasi guru untuk dapat menerapkan model-model pembelajaran
yang ada ketika proses belajar mengajar.
2. Bagi Siswa
a. Memperkenalkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Togheter kepada siswa yang dapat digunakan dalam proses belajar
mengajar.
b. Membantu siswa memahami materi Archaebacteria dan Eubacteria
dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered
Head Together.
c. Menambah motivasi belajar siswa melalui model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together.
3. Bagi Peneliti
a. Dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapat selama berada di bangku
kuliah.
b. Peneliti juga memperoleh jawaban atas permasalahan yang ditemukan
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar dan Pembelajaran
Kata belajar sering kali kita dengar dalam kehidupan sehari-hari, terlebih
dalam dunia pendidikan. Dalam pandangan sederhana belajar adalah suatu proses
mendapatkan suatu ilmu baru atau proses dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Menurut Oemar Hamalik (2003) belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or
strengthening of behavior through experiencing). Menurut pengertian tersebut,
belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Dimana hasil yang diperoleh dari belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan
melainkan pengubahan kelakuan. Pengertian tersebut sangat berbeda dengan
pandangan sederhana yang sering kita dengar, bahwa belajar adalah suatu proses
mendapatkan suatu ilmu baru atau proses dari yang tidak tahu menjadi tahu.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan proses komunikasi antara peserta
didik dengan pendidik serta antara peserta didik dalam rangka perubahan sikap.
Menurut Trianto (2009) pembelajaran secara simpel dapat diartikan sebagai
produk interaksi berkelanjutan antara pengembangan dan pengalaman hidup.
Pembelajaran pada hakikatnya merupakan interaksi dua arah dari seorang guru
dan peserta didik, dimana diantara keduanya terjadi komunikasi (transfer) yang
B. Motivasi Belajar
Motivasi berasal dari kata “motif”, yang diartikan sebagai faktor yang
mendorong seseorang/individu untuk bertindak atau berperilaku tertentu. Motif
tidak dapat diamati secara langsung, tetapi dapat diinterpretasikan dalam tingkah
lakunya, berupa rangsangan, dorongan, atau pembangkit tenaga munculnya suatu
tingkah laku tertentu (Uno, 2008).
Motivasi menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti: 1)
Dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk
melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; 2) Usaha yang dapat
menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan
sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapat
kepuasan dengan perbuatannya.
Menurut Santrock (2009), motivasi melibatkan proses yang memberikan
energi, mengarahkan dan mempertahankan perilaku. Dengan demikian, perilaku
yang termotivasi adalah perilaku yang mengandung energi, memiliki arah, dan
dapat dipertahankan. Motivasi bisa berupa motivasi ekstrinsik maupun motivasi
intrinsik. Motivasi ekstrinsik adalah melakukan sesuatu untuk mendapatkan
sesuatu yang lain. Motivasi ekstrinsik seringkali dipengaruhi oleh insentif
eksternal seperti penghargaan dan hukuman. Persepektif ilmu perilaku
menekankan pentingnya motivasi ekstrinsik dalam prestasi, sementara
pendekatan humanistic dan kognitif menekankan pentingnya motivasi instrinsik
dalam prestasi. Motivasi instrinsik adalah motivasi internal untuk melakukan
sesuatu demi hal itu sendiri.
Santrock (2009), menyatakan dalam psikologis terdapat empat persepektif
1. Perspektif ilmu perilaku
Persepektif ilmu perilaku menekankan penghargaan dan hukuman eksternal
sebagai kunci dalam menentukan motivasi seorang siswa. Insentif adalah
stimulus atau kejadian positif atau negatif yang dapat memotivasi perilaku
seorang siswa.
2. Perspektif humanistik
Persepektif humanistik menekankan kapasitas siswa untuk pertumbuhan
pribadi, kebebasan untuk memilih nasib mereka sendiri, dan kualitas-kualitas
positif
3. Perspektif kognitif
Menurut persepektif kognitif mengenai motivasi, pemikiran siswa
mengarahkan motivasi mereka.
4. Perspektif sosial
Kebutuhan siswa akan afiliasi atau hubungan tercermin dalam motivasi
mereka untuk menghabiskan waktu bersama teman-teman sebaya, sahabat
mereka, kasih sayang mereka kepada orangtuanya, dan keinginan mereka
untuk mempunyai hubungan positif dengan guru mereka. Siswa yang berada
di sekolah dengan hubungan interpersonal yang penuh perhatian dan
dukungan, mempunyai sikap dan nilai akademis yang lebih positif dan
merasa lebih puas terhadap sekolah.
Fungsi dari motivasi menurut Hanafiah,N. dan Suhana, C., (2009) adalah:
1. Motivasi merupakan alat pendorong terjadinya perilaku belajar
peserta didik.
2. Motivasi meerupakan alat untuk mempengaruhi prestasi belajar
3. Motivasi merupakan alat untuk memberikan direksi terhadap
pencapaian tujuan pembelajaran
4. Motivasi merupakan alat untuk membangun sistem pembelajaran
lebih bermakna.
Keberhasilan siswa dalam belajar juga dipengaruhi oleh motivasi belajar
yang dimiliki siswa itu sendiri. Motivasi belajar adalah faktor psikis yang
bersifat non-intelektual. Siswa yang memiliki motivasi belajar lebih tinggi
cenderung mendapatkan hasil belajar yang tinggi, sebaliknya siswa yang
memiliki motivasi belajar rendah cenderung mendapatkan hasil belajar yang
rendah pula. Motivasi memiliki peranan penting dalam belajar dan proses
pembelajaran. Peranan penting motivasi dalam belajar dan pembelajaran,
antara lain menentukan penguatan belajar, memperjelas tujuan belajar, dan
menentukan ketekunan belajar (Uno, 2008).
C. Hasil Belajar
Menurut Purwanto (2009), hasil belajar dapat dijelaskan dengan
memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian
hasil menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau
proses yang mengakibatkan berubahnya input secara fungsional. Sedangkan
belajar dilakukan untuk mengusahakan adanya perubahan perilaku pada individu
yang belajar. Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang menjadi hasil
belajar. Menurut Winkel, (1996:51) dalam Purwanto (2009), hasil belajar adalah
perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah
lakunya. Perubahan perilaku akibat kegiatan belajar mengakibatkan siswa
kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan pengajaran. Menurut Suprijono
(2009), hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne,
Suprijono (2009) menyatakan hasil belajar berupa:
1. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan
merespons secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan
tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah
maupun penerapan aturan.
2. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan konsep
dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari kemampuan
mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis fakta-konsep dan
mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Keterampilan intelektual
merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.
3. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
4. Keterampilan motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian
gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud
otomatisme gerak jasmani.
5. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisasi dan eksternalisasi nilai-nilai. Sikap merupakan
Menurut Bloom dalam Suprijono (2009) hasil belajar mencakup
kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik. Ranah kognitif meliputi
aspek-aspek intelektual atau secara logis yang biasa diukur dengan pikiran atau nalar.
Ranah kognitif terdiri dari: pengetahuan (knowledge), mencakup ingatan akan
hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan; pemahaman
(comprehension), mengacu pada kemampuan memahami makna materi;
penerapan (application), mengacu pada kemampuan menggunakan atau
menerapkan materi yang sudah dipelajari pada situasi yang baru dan menyangkut
penggunaan aturan dan prinsip; Analisis (analiysis), mengacu pada kemampuan
menguraikan materi ke dalam komponen-komponen atau faktor penyebabnya,
dan mampu memahami hubungan diantara bagian yang satu dengan yang lainnya
sehingga struktur dan aturannya dapat lebih dimengerti; Sintesis (synthesis),
mengacu pada kemampuan memadukan konsep atau komponen-komponen
sehingga membentuk pola struktur atau bentuk baru; Evaluasi (evaluation),
mengacu pada kemampuan memberikan pertimbangan terhadap nilai-nilai materi
untuk tujuan tertentu. Ranah afektif meliputi aspek-aspek emosional, seperti
perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan sebagainya. Ranah afektif
terdiri dari: kemampuan menerima (receiving), mengacu pada kesukarelaan dan
kemampuan memperhatikan repon terhadap stimulasi yang tepat; Kemampuan
merespon atau memberi sambutan (responding), merupakan sikap seseorang
dalam memberikan respon aktif terhadap stimulus yang datang dari luar,
mencakup kerelaan untuk memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam
suatu kegiatan; Kemempuan menilai atau memberi penghargaan (valueving),
mengacu pada penilaian atau pentingnya kita mengaitkan diri pada objek atau
memperhitungkan. Tujuan-tujuan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi sikap
yang apresiasi; Pengorganisasian (organizing), mengacu pada penyatuan nilai
sebagai pedoman atau pegangan dalam kehidupan; Karakteristik nilai
(characterization by value), mencakup kemampuan untuk menghayati nilai-nilai
kehidupan sedemikian rupa, sehingga menjadi milik pribadi dan menjadi
pegangan nyata dan jelas dalam mengatur kehidupannya. Ranah psikomotor
meliputi aspek-aspek keterampilan yang melibatkan fungsi sistem saraf dan otot
dan fungsi psikis. Ranah psikomotor terdiri dari: Persepsi (perception),
mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat anatara dua
perangsang atau lebih, berdasarkan perbedaan antara ciri-ciri fisik yang khas
pada masing-masing rangsangan; Kesiapan (ready), mencakup kemampuan
untuk menempatkan dirinya dalam keadaan akan memulai suatu gerakan atau
rangkaian gerakan; Gerakan terbimbing (guadiance reponse), mencakup
kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik, sesuai dengan contoh
yang diberikan (imitasi); Gerakann yang terbiasa (mechanical response),
mencakup kemampuan untuk melakukan suatu rangkaian gerak-gerik dengan
lancar, karena sudah dilatih secukupnya, tanpa memperhatikan lagi contohh yang
diberikan; Gerakan kompleks (complex response), mencakup kemampuan untuk
melaksanakan suatu keterampilan, yang terdiri atas beberapa komponen, dengan
lancar, tepat, dan efisien; Penyesuaian pola gerak (adjustment), mencakup
kemampuan untuk mengadakan perubahan dann penyesuaian pola gerak-gerik
dengan kondisi setempat atau dengan menunjukkan suatu taraf keterampilan yang
telah mencapai kemahiran; Kreatifitas (creativity), mencakup kemampuan untuk
melahirkan aneka pola gerak-gerik yang baru, seluruhnya atas dasar prakarsa
Hasil belajar yang didapat siswa biasanya dipengaruhi oleh banyak faktor.
Syah (2008) menjelaskan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi hasil
belajar yaitu sebagai berikut:
1. Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa yang
menyangkut keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa. Faktor internal
terdiri dari dua aspek yaitu: aspek fisiologis dan aspek psikologis.
a. Aspek fisiologis merupakan suatu keadaan /kondisi jasmani yang
memadai dan dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa
dalam mengikuti pembelajaran.
b. Aspek psikologis merupakan aspek yang dapat mempengaruhi
kuantitas dan kualitas pembelajaran yang diperoleh siswa seperti
tingkat kecerdasan/intelegensi siswa, sikap, bakat, minat dan
motivasi siswa.
6. Faktor eksternal
Faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa yang
menyangkut kondisi lingkungan sekitar siswa. Faktor eksternal meliputi
lingkungan belajar, orang tua, guru, kondisi pembelajaran, sarana dan
prasarana sekolah, kurikulum yang ditetapkan dan kondisi sosial siswa.
D. Pembelajaran Kooperatif
1. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif
Jacob George M. menyatakan cooperative learning, also known as
collaborative learning, is a body of concepts and techniques for helping to
dalam Huda Miftahul (2012) menyatakan cooperative learning is group
learning activity organized in such a way that learning is based on the
socially structured change of information between learners in group in which
each learner is held accountable for his or her own learning and motivated to
increase the learning of others (Pembelajaran kooperatif merupakan aktivitas
pembelajaran kelompok yang diorganisir oleh satu prinsip bahwa
pembelajaran harus didasarkan pada perubahan informasi secara sosial di
antara kelompok-kelompok pembelajar yang di dalamnya setiap pembelajar
bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri dan didorong untuk
meningkatkan pembelajaran anggota-anggota yang lain). Sedangkan menurut
Johnson dan Jhonson (1998) dalam Huda Miftahul (2012) pembelajaran
kooperatif berarti working togheter to accomplish shared goals (bekerja sama
untuk mencapai tujuan bersama). Artz dan Newman (1990) dalam Huda
Miftahul (2012) mendefinisikan pembelajaran kooperatif sebagai small
group of learners working together as a team to solve a problem, compleat a
task, or accomplish a common goal (kelompok kecil pembelajar/siswa yang
bekerja sama dalam satu tim untuk mengatasi suatu masalah, menyelesaikan
sebuah tugas, atau mencapai satu tujuan bersama). Dari beberapa definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah
model pembelajaran yang menekankan pada setiap prosesnya untuk bekerja
sama dan saling membantu dalam kelompok kecil untuk dapat mengatasi
suatu masalah, menyelesaikan tugas, dan mencapai satu tujuan bersama.
2. Tujuan Model Pembelajaran Koopertif
Jhonson dan Jhonson (1994) dalam Trianto (2009) menyatakan bahwa
peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun
secara kelompok.
3. Unsur Penting dan Prinsip Utama Pembelajaran Kooperatif
Menurut Jhonson dan Jhonson (1994) dan Sutton (1992) dalam Trianto
(2009), terdapat lima unsur penting dalam belajar kooperatif, yaitu:
a. Pertama, saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa.
b. Kedua, interaksi antara siswa yang semakin meningkat.
c. Ketiga, tanggungjawab individual.
d. Keempat, keterampilan interpersonal dan kelompok kecil.
e. Kelima, proses kelompok.
Dari lima unsur tersebut, model pembelajaran kooperatif juga memiliki
prinsip penting yang membedakannya dengan model pembelajaran yang
lainnya. Terdapat 3 konsep utama dari model pembelajaran koopertif menurut
Salvin (1995) dalam Trianto (2009), yaitu :
a. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai
kriteria yang ditentukan.
b. Tanggungjawab individual, bermakna bahwa suksesnya kelompok
tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok.
c. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah
membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri.
4. Jenis-Jenis Pembelajaran Kooperatif
Menurut Jhonson dan Jhonson (1998) dalam Huda Miftahul (2012) ada
beberapa jenis pembelajaran kooperatif, empat diantaranya adalah: a)
kooperatif informal, c) kelompok besar kooperatif, dan d) gabungan tiga
kelompok kooperatif.
5. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif
Menurut Ibrahim, dkk. (2000) dalam Trianto (2009) terdapat enam
langkah utama atau tahapan di dalam menggunakan pembelajaran kooperatif
[image:36.612.102.549.208.557.2]pada proses belajar mengajar. Langkah-langkah tersebut dapat dilihat pada
tabel 2.1
Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif Fase Tingkah Laku Guru
Fase-1
Menyampikan tujuan dan memotivasi siswa
Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.
Fase-2
Menyajikan informasi
Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.
Fase-3
Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok
kooperatif
Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.
Fase-4
Membimbing kelompok bekerja dan belajar
Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.
Fase-5 Evaluasi
Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
telah dipelajari atau masing-masing kelompok
mempresentasikan hasil kerjanya. Fase-6
Memberikan penghargaan
Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.
6. Variasi atau Tipe dalam Model Pembelajaran Kooperatif
Menurut Trianto (2009) setidaknya terdapat empat tipe dalam
pembelajaran kooperatif, yaitu: STAD, Jigsaw, Investigasi Kelompok (Teams
Games Tournament atau TGT), dan Pendekatan Struktural yang meliputi
Perbandingan empat pendekatan dalam pembelajaran kooperatif
menurut Ibrahim, dkk (2000) dalam Trianto (2009) dapat dilihat pada tabel
[image:37.612.104.572.164.696.2]2.2
Tabel 2.2 Perbandingan Empat Pendekatan dalam Pembelajaran Kooperatif STAD Jigsaw Investigasi
Kelompok Pendekatan Struktural Tujuan Kognitif Informasi akademik sederhana Informasi akademik sederhana Informasi akademik tingkat tinggi dan keterampilan inkuiri Informasi akademik sederhana Tujuan Sosial Kerja kelompok dan kerja sama
Kerja kelompok dan kerja sama
Kerja sama dalam kelompok kompleks Keterampilan kelompok dan keterampilan sosial Struktur Tim Kelompok belajar heterogen dengan 4-5 orang
anggota
Kelompok belajar heterogen dengan 5-6 orang anggota
menggunakan pola kelompok
“asal” dan kelompok “ahli”
Kelompok belajar heterogen dengan 5-6
anggota homogen
Bervariasi, berdua, bertiga, kelompok
dengan 4-5 orang anggota
Pemilihan
Topik Biasanya guru Biasanya guru Biasanya siswa Biasanya guru
Tugas Utama Siswa dapat menggunakan lembar kegiatan dan saling membantu untuk menuntaskan materi belajarnya Siswa mempelajari materi dalam kelompok “ahli” kemudian membantu anggota kelompok “asal” mempelajari materi itu. Siswa menyelesaikan inkuiri kompleks Siswa mengerjakan tugas-tugas yang diberikan secara sosial dan kognitif
Penilaian Tes mingguan
Bervariasi dapat berupa tes mingguan
Menyelesaikan proyek dan menulis
laporan, dapat menggunakan tes essay Bervariasi Pengakuan Lembar pengatahuan dan publikasi lain
Publikasi lain Lembar pengakuan
E. Numbered Head Together (NHT)
NHT dikembangkan oleh Spencer Kagan pada tahun 1992. Trianto
(2009) menyatakan bahwa Numbered Head Togheter (NHT) atau penomoran
berpikir bersama adalah merupakan jenis pembelajaran kooperatif yang
dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif
terhadap struktur kelas tradisional.
Menurut Trianto (2009) dalam mengajukan pertanyaan kepada siswa pada
Numbered Head Togheter terdapat struktur 4 fase berikut:
1. Fase 1 : Penomoran
Dalam fase ini, guru membagi siswa ke dalam kelompok 3-5 orang dan
kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5.
2. Fase 2 : Mengajukan Pertanyaan
Guru mengajukan pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi,
spesifik, dan dalam bentuk kalimat tanya.
3. Fase 3: Berpikir bersama
Siswa menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan
meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban tim.
4. Fase 4 : Menjawab
Guru memanggil suatu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya
sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab
pertanyaan untuk seluruh kelas.
Hampir sama dengan fase diatas Agus Suprijono (2009) memaparkan langkah
dalam menggunakan Numbered Head Togheter yang terangkum dalam tabel 2.3
Tabel 2.3 Langkah dalam Menggunakan Numbered Head Together
Langkah Keterangan
Langkah 1
Diawali dengan numbering (penomoran). Guru akan membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil.
Jumlah kelompok sebaiknya mempertimbangkan
jumlah konsep yang dipelajari. Tiap-tiap orang dalam tiap-tiap kelompok diberi nomor sesuai dengan jumlah anggotanya.
Langkah 2
Guru mengajukan beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh tiap-tiap kelompok. Semua kelompok berdiskusi dan memikirkan jawaban atas pertanyaan dari guru.
Langkah 3
Guru memanggil peserta didik yang memiliki nomor yang sama dari tiap-tiap kelompok. Mereka diberi kesempatan memberi jawaban atas pertanyaan yang telah diterimanya dari guru. Hal tersebut dilakukan terus hingga semua peserta didik dengan nomor yang sama dari masing-masing kelompok mendapat giliran memaparkan jawaban atas pertanyaan guru. Dari jawaban tersebut guru dapat mengembangkan diskusi lebih mendalam, sehingga peserta didik dapat
menemukan jawaban pertanyaan itu sebagai
pengetahuan yang utuh.
F. Archaebacteria dan Eubacteria
1. Karakteristik Materi
a. Standar Kompetensi
2. Memahami prinsip-prinsip pengelompokkan makhluk hidup.
b. Kompetensi Dasar
2.2 Mendeskripsikan ciri-ciri Archaebacteria dan Eubacteria serta
peranannya bagi kehidupan.
c. Indikator Kognitif Produk dan Indikator Kognitif Proses
1) Indikator Kognitif Produk
b) Mendeskripsikan pengelompokkan Archaebacteria
c) Menyebutkan ciri-ciri Eubacteria
d) Menjelaskan struktur dan fungsi serta reproduksi prokariotik
e) Mendeskripsikan pengelompokkan Eubacteria
f) Menyebutkan peranan Archaebacteria dan Eubacteria
g) Menjelaskan cara penanggulangan terhadap Eubacteria
merugikan.
2) Indikator Kognitif Proses
a) Membaca rangkuman materi dan mengerjakan LKS tentang
ciri-ciri Archebacteria.
b) Membaca rangkuman materi dan mengerjakan LKS tentang
Klasifikasi Archebacteria.
c) Membaca rangkuman materi dan mengerjakan LKS tentang
ciri-ciri Eubacteria.
d) Membaca rangkuman materi dan mengerjakan LKS tentang
struktur dan fungsi serta reproduksi prokariotik
e) Membaca rangkuman materi dan mengerjakan LKS tentang
klasifikasi Eubacteria
f) Mengamati proses pembuatan yoghurt dari video dan
mengerjakan LKS tentang proses pembuatan yoghurt.
g) Membaca rangkuman materi dan mengerjakan LKS tentang
2. Materi Archaebacteria dan Eubacteria
Materi yang akan dibahas meliputi beberapa pokok bahasan yang tersusun
di dalam rangkuman materi. Adapun pokok bahasan yang aka dibahas
adalah:
a. Struktur, Fungsi, Dan Reproduksi
b. Keanekaragaman Nutrisi
c. Filogeni Prokariota
d. Peranan Archaebacteria Dan Eubacteria
e. Penanggulangan Terhadap Bakteri Merugikan
G. Hasil Penelitian yang Relevan
Berdasarkan studi kepustakaan, terdapat penelitian yang relevan dengan
dengan penelitian ini yaitu penelitian yang dilakukan oleh Maria Tomi Fitriastuti
(2007) dalam penelitiannya yang berjudul “Motivasi Belajar dan Hasil Belajar
Matematika Siswa Kelas VA SD Palbag Baru Menggunakan Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT pada Pokok Bahasan Perbandingan dan
Skala”, dengan hasil penelitian bahwa terdapat peningkatan tingkat hasil belajar
siswa, keaktifan siswa selama mengikuti proses KBM serta hasil motivasi belajar
siswa. Serta penelitian yang dilakukan oleh Dewi Puspa Ningrum (2008) dalam
penelitiannya yang berjudul “Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Head Together Terhadap Motivasi dan Prestasi
Belajar Siswa pada Pokok Bahasan Jajargenjang dan Belah Ketupat di Kelas VII
Freedom SMP Joannes Bosco Yogyakarta” dengan hasil penelitian adalah: 1)
dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa, 2) Penerapan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together efektif dalam meningkatkan prestasi
belajar siswa.
H. Kerangka Berpikir
Proses belajar mengajar merupakan suatu proses yang berlangsung secara
sistematis, terarah, dan berkesinambungan. Metode yang digunakan oleh guru
dalam proses belajar mengajar berpengaruh terhadap proses pembelajaran.
Metode ceramah adalah salah satu metode yang banyak digunakan oleh para guru
dan merupakan metode yang sudah lumrah dan biasa. Namun, penggunaan
metode tersebut secara terus menerus dan berkelanjutan justru membuat para
siswa jenuh, bosan, dan kurang antusias untuk mengikuti proses pembelajaran.
Penggunaan metode yang sama secara terus menerus juga mampu mempengaruhi
menurunnya motivasi siswa dalam belajar. Hal tersebut juga akan berdampak
pada aktivitas siswa yang menjadi kurang aktif bahkan cenderung pasif ketika
proses pembelajaran. Oleh karena itu perlu adanya penggunaan metode yang
membuat siswa tidak merasa bosan dan jenuh ketika belajar, justru mampu
membuat siswa aktif dan kreatif.
Numbered Head Together merupakan salah satu tipe model pembelajarann
kooperatif yang yang mampu membuat siswa lebih aktif dan kreatif. Numbered
Head Together memberikan kesempatan pada siswa untuk saling bekerja sama,
menuangkan ide-ide dengan cara berdiskusi dalam kelompok-kelompok kecil
mengenai materi pelajaran baik dalam bentuk pertanyaan maupun pernyataan,
sampai semua anggota kelompok memahami materi tersebut sebagai bekal ketika
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh dua orang yang berbeda
yaitu: Maria Tomi Fitriastuti dan Dewi Puspa Ningrum dengan menggunakan
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together menunjukkan
adanya peningkatan motivasi dan hasil belajar para siswa. Berdasarkan hasil
tersebut, pemilihan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head
Together diharapkan mampu meningkatkan motivasi siswa kelas X-1 SMA
Pangudi Luhur Yogyakarta selama proses pembelajaran, sehingga hasil belajar
siswa pada materi Archaebacteria dan Eubacteria juga meningkat.
I. Hipotesis
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Togheter
dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa kelas X-1 SMA Pangudi
26
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian
Tindakan Kelas (PTK). Menurut Aqib Zainal, dkk., (2011) PTK pertama kali
diperkenalkan oleh ahli psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada
tahun 1946. Inti gagasan Lewin inilah kemudian dikembangkan oleh ahli-ahli
lain, seperti : Stephen Kemmis, Robin Mc.Taggart, John Elliot, Dave Ebbutt, dan
ahli-ahli lainnya.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah penelitian yang dilakukan oleh
guru di kelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki
kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat (Aqib Zainal, dkk., 2011).
B. Desain Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti akan menggunakan model yang
dikembangkan oleh Sanford dan Kemmis. Penelitian akan dilaksanakan dalam
dua siklus yang meliputi tahapan Planning (Perencanaan), Action (Penerapan
Tindakan), Observation and Evaluation (mengobservasi dan mengevaluasi
proses hasil tindakan) dan Reflection (Refleksi).
Berikut ini merupakan alur tahapan dalam PTK yang dikutip oleh
Gambar 3.1. Siklus PTK yang Dikembangkan Sanford dan Kemmis
C. Setting Penelitian
1. Tempat penelitian
Tempat penelitian dilakukan di kelas X-2 SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
2. Subyek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas X-2 SMA Pangudi Luhur
Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 yang berjumlah 33 orang.
7. Obyek Penelitian
Obyek penelitian ini adalah motivasi dan hasil belajar siswa pada
pembelajaran biologi kelas X SMA Pangudi Luhur Yogyakarta materi
Archaebacteria dan Eubacteria.
8. Waktu Pelaksanaan Penelitian
D. Rancangan Tindakan
Rancangan tindakan dilakukan dalam 2 siklus dan tiap siklusnya terdiri
dari 5 tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi dan evaluasi, dan
refleksi.
1. Pra Tindakan
a. Mengidentifikasi masalah yang ada di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta
dari hasil wawancara dengan guru mata pelajaran Biologi.
b. Menghubungi pihak sekolah SMA Pangudi Luhur Yogyakarta untuk
memperoleh persetujuan sebagai tempat mengadakan penelitian.
c. Membicarakan dengan dosen pembimbing tentang informasi
permasalahan yang ada dan menentukan judul penelitian.
d. Melakukan studi pustaka dan memulai dengan menyusun rencana
tindakan hingga rancangan penelitian selesai dengan bimbingan dari
dosen pembimbing
e. Penyerahan surat ijin dari kampus kepada pihak sekolah SMA Pangudi
Luhur Yogyakarta untuk mengadakan penelitian.
2. Siklus I
a. Planning (Perencanaan)
Pada tahapan ini peneliti merancang tindakan yang dilaksanakan antara
lain sebagai berikut.
1) Menyusun silabus dan Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
siklus I yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe
Numbered head Together (NHT). Pembuatan RPP sikus I juga
pembelajaran ini akan digunakan sebagai acuan dalam pembelajaran
yang akan dilaksanakan.
a) Silabus selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 1
b) RPP siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 2
2) Menyusun dan Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) siklus I,
Soal Pretest, dan Soal Posttest siklus I.
a) LKS siklus I selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 3
b) Kisi-kisi soal pretest selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 4
c) Soal pretest selangkapnya dapat dilihat pada lampiran 5
d) Kunci jawaban dan pedoman skoring pretest selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 6
e) Kisi-kisi soal posttest siklus I selengkapnya dapat dilihat pada
lampiran 7
f) Soal posttest siklus I selangkapnya dapat dilihat pada
lampiran 8
g) Kunci jawaban dan pedoman skoring posttest siklus I
selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 9
3) Menyiapkan stiker identitas untuk siswa, materi ajar, rangkuman
materi, kartu nomor dan kartu undi untuk kegiatan tanya-jawab, dan
menyiapkan tabel skoring siswa.
i. Rangkuman materi selengkapnya dapat dilihat pada lampiran
4) Menyusun dan mempersiapkan lembar kuesioner motivasi awal siswa
dan lembar observasi motivasi siswa.
a) Lembar kuesioner motivasi awal siswa siklus I selengkapnya
dapat dilihat pada lampiran 11
b) Lembar observasi motivasi siswa siklus I selengkapnya dapat
dilihat pada lampiran 12
Semua yang peneliti siapkan pada tahap perencanaan terlebih
dahulu telah dikonsultasikan dengan dosen pembimbing dan guru Biologi
di SMA Pangudi Luhur Yogyakarta.
b. Action (Pelaksanaan)
Pada tahap pelaksanaan ini, peneliti bekerjasama dengan guru
bidang studi melaksanakan pembelajaran yang mengacu pada RPP yang
telah dibuat sebelumnya. Pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan
bersifat fleksibel dan terbuka terhadap perubahan-perubahan sesuai
dengan apa yang akan terjadi di lapangan. Sebelum masuk dalam
tindakan peneliti juga memberikan kuesioner motivasi awal kepada siswa
untuk mengetahui tingkat motivasi belajar siswa sebelun dilakukannya
penelitian.
Rincian kegiatan pada tahap pelaksanaan adalah sebagai berikut:
1) Peneliti bertindak sebagai guru yang membimbing dan
mengarahkan siswa.
2) Guru (peneliti) melakukan presensi kehadiran siswa;
3) Guru (peneliti) membagikan stiker pada siswa sesuai dengan
nomor absen siswa untuk ditempelkan pada pakaian siswa
4) Guru (peneliti) memberikan apresepsi, mengajukan beberapa
pertanyaan terkait materi yang akan dipelajari, dan
menyampaikan tujuan pembelajaran,
5) Guru (peneliti) memberikan pretest dan membagikan soal
pre-test kepada tiap siswa. Siswa mengerjakan soal pre-pre-test;
6) Guru (peneliti) mengajukan pertanyaan terkait dengan materi
yang akan dipelajari.
7) Guru (peneliti) menjelaskan secara singkat proses pembelajaran
yang akan dilakukan dengan menggunakan model pembelajaran
kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT).
8) Guru (peneliti) meminta siswa membentuk 5 kelompok kecil,
dan mengajak para siswa bergabung dengan kelompoknya.
Setiap kelompok beranggotakan 6-7 orang.
9) Guru (peneliti) membagikan nomor yang berbeda pada tiap
siswa di setiap kelompok.
10) Guru (peneliti) membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) pada
tiap kelompok
11) Bersama kelompoknya para siswa mendiskusikan jawaban dari
pertanyaan yang ada di LKS. Siswa diminta untuk saling bekerja
sama dalam kelompok dan di akhir diskusi setiap kelompok
memastikan seluruh anggota kelompoknya mengetahui dan
memahami jawaban pada LKS sesuai dengan hasil diskusi pada
kelompoknya.
12) Guru (peneliti) memanggil satu nomor dalam satu kelompok
sesuai dengan guru (peneliti) panggil diminta untuk maju
kedepan.
13) Siswa yang nomornya terpanggil dan maju kedepan akan
melakukan pengundian nomor soal, dimana soal tersebut harus
dijawab. Soal yang akan dijawab siswa tersebut berasal dari soal
LKS.
14) Setelah mendapatkan soal siswa diberi waktu untuk memikirkan
jawabannya, setelah itu siswa diminta menjawab pertanyaan
tersebut.
15) Siswa lain diperbolehkan untuk menanggapi jawaban dan
berpendapat.
16) Kegiatan pada nomor 12, 13, dan 14 dilakukan pula pada
seluruh kelompok secara bergantian.
17) Guru (peneliti) mengklarifikasi hasil jawaban dari para siswa
dan menyampaikan materi yang sedang dibahas.
18) Guru (peneliti) membimbing siswa dalam merangkum
kesimpulan dan refleksi
19) Guru (peneliti) memberikan post-test kepada tiap siswa
20) Meminta siswa untuk mempelajari materi selanjutnya.
c. Observation (Observasi)
Observasi adalah tahap pengamatan terhadap pelaksanaan
tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah disusun dan
dipersiapkan. Observasi dilakukan oleh rekan sejawat yang bertugas
sebagai tim observer. Dalam hal ini observer, mengamati aktivitas siswa
berlangsung. Pengamatan pada siswa dilakukan terhadap beberapa aspek
ketika proses pembelajaran berlangsung, yaitu:
1) Perhatian dan keseriusan siswa ketika pembelajaran sedang
berlangsung.
2) Antusiasme dan semangat siswa ketika sedang mengerjakan
tugas.
3) Kemampuan siswa untuk bekerjasama dengan siswa lain ketika
mengerjakan tugas.
4) Keberanian dan rasa percaya diri ketika harus maju dan
menjawab pertanyaan.
5) Kemauan dan keberanian untuk bertanya dalam menanggapi
jawaban dari teman sekelas.
Segala kegiatan siswa akan dinilai oleh para observer sesuai
dengan ketentuan yang ada di lembar observasi.
d. Evaluation (Evaluasi)
Tahap evaluasi dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1) Untuk mengukur hasil belajar siswa (aspek kognitif) sebelum
dilaksanakannya penelitian digunakan pretest.
2) Untuk mengukur hasil belajar siswa (aspek kognitif) setelah
dilaksanakannya penelitiandigunakan posttest siklus I.
3) Untuk mengetahui motivasi belajar siswa ketika proses belajar
mengajar berlangsung digunakan lembar observasi.
4) Untuk mengetahui motivasi belajar awal siswa sebelum
e. Reflection (Refleksi)
Refleksi dilakukan untuk menganalisis, menemukan, dan
mengetahui segala kelebihan dan kekurangan ketika proses pembelajaran
yang telah dilaksanakan dalam siklus I. Segala kekurangan yang
ditemukan akan dijadikan pedoman dalam memperbaiki dan merancang
proses pembelajaran yang akan dilaksanakan pada siklus II.
3. Siklus II
a. Perencanaan
1) Mengidentifikasi masalah yang terjadi selama siklus I melalui hasil
refleksi dan hasil observasi dan hasil tes.
2) Menyiapkan instrument pembelajaran dan instrument pengumpulan
data seperti pada siklus I:
a) RPP siklus II selengkapnya dapat