• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Struktur Balok Tinggi Dengan Metode Strut And Tie.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Struktur Balok Tinggi Dengan Metode Strut And Tie."

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

PERANCANCANGAN STRUKTUR BALOK TINGGI

DENGAN METODE STRUT AND TIE

Nama : Rani Wulansari NRP : 0221041 Pembimbing : Winarni Hadipratomo, Ir

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL

BANDUNG

ABSTRAK

Perancangan struktur beton biasanya dilakukan berdasarkan asumsi dari Bernoulli dan Navier untuk analisis penampang akibat momen lentur. Distribusi regangan dianggap linier dan ini dianggap masih berlaku meskipun penampang telah retak. Balok tinggi merupakan salah satu contoh kasus pada suatu elemen struktur yang dapat mengakibatkan terjadinya distribusi regangan non-linier, sehingga asumsi diatas tidak berlaku. Balok dikatakan balok tinggi apabila rasio bentang terhadap tingginya lebih kecil dari lima.

Salah satu alternatif pendekatan untuk mengatasi elemen struktur seperti balok tinggi adalah menggunakan pendekatan Strut and Tie Model, yaitu dengan membagi struktur dalam daerah B (Bernoulli) dan D (Disturb) dan menggambarkan alur gaya (load path) sebagai transfer gaya yang terjadi pada struktur beton bertulang pada kondisi retak akibat pembebanannya. Parameter-parameter dari Strut and Tie Model yaitu batang tekan (strut), batang tarik (tie) dan titik nodal (nodal zone) sebagai daerah pertemuan.

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk menganalisis dan mendesain tulangan struktur balok tinggi beton bertulang diatas dua perletakan akibat beban terpusat dan merata dengan metode konvensional berdasarkan ACI yang diverifikasi dengan metode elemen hingga menggunakan SAP 2000

(2)

DAFTAR ISI

Halaman

SURAT KETERANGAN TUGAS AKHIR... i

SURAT KETERANGAN SELESAI TUGAS AKHIR... ii

ABSTRAK……… iii

PRAKATA... iv

DAFTAR ISI………. vi

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN………... ix

DAFTAR GAMBAR……….. xii

DAFTAR TABEL……….. xvi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……… 1

1.2 Tujuan Penulisan……… 4

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan……….. 4

1.4 Sistematika Penulisan………. 5

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Balok tinggi... 7

2.1.1 Pengertian dan Perilaku Balok Tinggi... 7

2.1.2 Kriteria Desain untuk Geser pada Balok Tinggi... 12

2.1.3 Kriteria Desain untuk Lentur pada Balok Tinggi...15

(3)

2.2 Metode Elemen Hingga dalam analisis struktur balok

tinggi...20

2.2.1 Jenis-Jenis Elemen...20

2.2.2 Langkah-Langkah Metode Elemen Hingga...22

2.2.3 Elemen Segi-Empat...25

2.3 Metode Strut and Tie...29

2.3.1 Distribusi Tegangan dan Trajektori Tegangan Utama...29

2.3.2 Daerah D dan Daerah B...36

2.3.3 Batang Tekan – Strut... 40

2.3.4 Batang Tarik – Tie...44

2.3.5 Node...45

2.3.6 Perancangan pada Strut, Tie, dan Node...51

2.3.7 Prosedur Umum Perancangan Strut and Tie Model………..55

2.3.8 Berbagai Bentuk Strut and Tie Model………58

BAB 3 STUDI KASUS BALOK TINGGI 3.1 Studi Kasus dengan Metode ACI...65

3.1.1 Pemodelan dengan Beban Merata...65

3.1.2 Pemodelan dengan Beban Terpusat...71

(4)

3.3 Studi Kasus dengan Strut and Tie Model...84

3.3.1 Pemodelan dengan Beban Merata...84

3.3.2 Pemodelan dengan Beban Terpusat...100

BAB 4 PEMBAHASAN...113

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan...116

5.2 Saran...117

(5)

DAFTAR NOTASI DAN SINGKATAN

a = Jarak antara beban terpusat dan muka tumpuan, mm

Ac = Luas Penampang Lintang pada salah satu ujung Strut, diambil tegak lurus Strut, mm2

An = Luas muka nodal zone, mm2

Av = Luas Tulangan Geser Vertikal, mm2 Avh = Luas Tulangan Geser Horizontal, mm2

As = Luas Tulangan Longitudinal pada batang tarik, mm2 bw = Lebar Balok, mm

d = Jarak dari serat tekan terluar terhadap titik berat tulangan tarik, mm fc’ = Kuat Tekan Beton, MPa

fcu = Kuat Tekan Efektif Beton, MPa fy = Tegangan Leleh, MPa

fyv = Kuat Tarik Ttulangan Sengkang, MPa

Fu = Gaya pada Strut atau Tie, atau gaya yang bekerja pada salah satu

(6)

k = Matriks kekakuan elemen

Lb = Dimensi Perletakan Tumpuan, mm n

l = Bentang Bersih, mm

l = Panjang Efektif diukur dari tengah ke tengah Perletakan, mm Mn = Momen Nominal, kNm

Mu = Momen Terfaktor, kNm Pu = Beban Terfaktor, kN

q = Vektor peralihan nodal elemen

Q = Gaya nodal, gaya traksi, gaya tubuh, kg s = Jarak Sengkang, mm

sh = Jarak sengkang arah Horizontal, mm sv = Jarak sengkang arah Vertikal, mm Vc = Kuat Nominal Geser, kN

Vu = Faktor Kekuatan Geser, kN

Vs = Kuat Geser Nominal akibat Tulangan geser, kN Ws = Dimensi Strut, mm

Wt = Tinggi Pelat Angkur, mm

wu = Beban Terfaktor per unit panjang dari balok, kN/m Wbs = Berat Sendiri Struktur, kN/m

Wsd = Beban Mati Tambahan, kN/m Wreq = Dimensi yang dibutuhkan, mm

(7)

βn = Faktor efek penjangkaran tie

γ I = Sudut antara sumbu strut dan batang

ε1 = Regangan Induk Tarik

εs = Regangan Tarik pada Batang Tarik

w

(8)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Pembagian Daerah D dan B pada Balok……… … 3

Gambar 1.2 Balok Tinggi di Atas Dua Perletakan………. 4

Gambar 2.1 Distribusi Tegangan dan Regangan Sepanjang Tinggi Balok... 9

Gambar 2.2 Distribusi Tegangan Elastis pada Balok Tinggi ...……… 10

Gambar 2.3 Rangka Batang Plastis……… 11

Gambar 2.4 Pemodelan Balok Tinggi... 13

Gambar 2.5 Trajektori Tarik dan Tekan pada Balok Tinggi Menerus…... 16

Gambar 2.6 Diagram alir prosedur perancangan balok tinggi dengan Metode ACI... 19

Gambar 2.7 Diskretisasi menjadi berbagai jumlah elemen, ……… 24

Gambar 2.8 Kontinum dengan berbagai aspek rasio..…….………. 25

Gambar 2.9 Elemen Segi-Empat pada Koordinat Cartesian……… 26

Gambar 2.10 Elemen Segi-4 pada koordinat alamiah……….. 26

Gambar 2.11 Distribusi Tegangan sekitar Beban Kerja Terpusat………….. 30

Gambar 2.12 Prinsip Saint-Venant, daerah yang dipengaruhi oleh sekelompok gaya dalam keadaan keseimbangan………. 31

Gambar 2.13 Tegangan Longitudinal pada tengah bentang dari berbagai balok dengan tinggi yang berbeda dengan beban merata…….. 32

Gambar 2.14 Trajektori tegangan Utama pada B-region dan D-Region (sekitar daerah beban terpusat diskontinuitas)………. 34

(9)

Gambar 2.16 Trajektori tegangan Utama,distribusi tegangan elastis akibat beban terpusat dengan lokasi beban dan landasan yang

besarannya berbeda………. 35

Gambar 2.17 Trajektori tegangan Utama pada struktur dinding dengan beban merata yang tergantung………. 36

Gambar 2.18 Gambar Daerah D yang disebabkan oleh diskontinuitas geometri, statika dengan atau tanpa diskontinuitas geometri 37

Gambar 2.19 Prosedur penentuan daerah D dan B pada Balok ………… 38

Gambar 2.20 Prosedur pembagian daerah D dan B dari suatu balok untuk berbagai dimensi dan berbagai beban kerja………. 39

Gambar 2.21 Distribusi Beban Normal pada struktur kolom dan dinding…… 40

Gambar 2.22 Jenis-jenis Nodal zone……….. 46

Gambar 2.23 Idealisasi Gaya yang terjadi pada nodal... 47

Gambar 2.24 Hydrostatic Nodal……… 48

Gambar 2.25 Nodal Zone yang dibatasi oleh perpotongan elemen Strut…. 49

Gambar 2.26 Plastic Truss model dari suatu balok tinggi……… 53

Gambar 2.27 Titik pertemuan Strut and Tie ……… 53

Gambar 2.28 Plastic Truss model dari balok dengan sengkang………. 54

Gambar 2.29 Berbagai bentuk dasar medan tekan berupa ……….. 55

Gambar 2.30 Diagram alir prosedur perancangan balok tinggi dengan Metode Strut and Tie... 57

(10)

Gambar 2.32 Gambar strut and tie model balok tinggi (deep beam)

yang dibebani beban terpusat dan terletak diatas dua tumpuan… 59 Gambar 2.33 Gambar strut and tie model dari balok tinggi (deep beam)

yang dibebani dengan beban merata dan terletak diatas

dua tumpuan……… 60 Gambar 2.34 Gambar strut and tie model dari balok tinggi (deep beam)

yang dibebani beban merata pada sisi bawahnya dan terletak diatas dua tumpuan……… 61 Gambar 2.35 Gambar strut and tie model dari balok tinggi (deep beam)

yang dibebani dengan beban terpusat dan terletak pada

tumpuan menerus………. 61 Gambar 2.36 Gambar strut and tie model dari balok tinggi (deep beam)

yang dibebani dengan beban terpusat dan terletak diatas

beberapa tumpuan……… 62 Gambar 2.37 Gambar strut and tie model serta alternatifnya dari balok

tinggi (deep beam) yang dibebani dengan beban terpusat

dan terletak diatas dua dan tiga tumpuan menerus…………. 62 Gambar 2.38 Gambar strut and tie model beserta Nodal Zone dari balok

tinggi (deep beam)………. 63 Gambar 2.39 Gambar strut and tie model untuk struktur konsol (corbel)

dan balok dengan tumpuan berbentuk L……… 64 Gambar 3.1 Pemodelan Balok Tinggi dengan beban merata pada program

(11)

Gambar 3.2 Pemodelan Balok Tinggi dengan beban terpusat pada program

SAP 2000 Nonlinear……… 78

Gambar 3.3 Kontur Tegangan S11 akibat Beban Merata ……… 79

Gambar 3.4 Kontur Tegangan S22 akibat Beban Merata ……… 80

Gambar 3.5 Kontur Tegangan S11 akibat Beban Terpusat………... 81

Gambar 3.6 Kontur Tegangan S22 akibat Beban Terpusat……….. 81

Gambar 3.7 Pembagian daerah D……….. 85

Gambar 3.8 Idealisasi beban………. 85

Gambar 3.9 Model Strut and Tie………... 86

Gambar 3.10 Batang rangka pemodelan Strut and Tie dengan gaya aksial tarik dan tekan……… 86

Gambar 3.11 Nodal Zone A ……….. 89

Gambar 3.12 Nodal Zone C……… 91

Gambar 3.13 Detail penulangan balok tinggi dengan beban merata... 99

Gambar 3.14 Pembagian daerah D……….. 101

Gambar 3.15 Model Strut and Tie………… 102

Gambar 3.16 Batang rangka pemodelan Strut and Tie dengan gaya aksial tarik dan tekan……… 103

Gambar 3.17 Nodal Zone J……… 105

Gambar 3.18 Nodal Zone K……… 106

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 2.1 Elemen Satu Dimensi dan Elemen Bidang Dua Dimensi…… 20 Tabel 2.2 Elemen Pelat Dua Dimensi dan Elemen Selaput………... 21 Tabel 2.3 Elemen Limas dan Prisma Tiga Dimensi dan Elemen

Simetris-Aksial……… 21 Tabel 3.1 Reaksi Perletakan Balok Tinggi dengan Beban Merata…….. 82 Tabel 3.2 Reaksi Perletakan Balok Tinggi dengan Beban Terpusat…… 83 Tabel 4.1 Hasil Perhitungan dengan Metode ACI dan Metode Strut

(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Secara umum, prosedur perencanaan suatu struktur harus menjamin bahwa

di bawah kondisi pembebanan terburuk struktur harus tetap aman, dan selama

kondisi kerja normal deformasi dari bagian-bagian struktur tidak mengurangi

bentuk, keawetan dan penampilan dari struktur. Walaupun sukar untuk menaksir

akibat pembebanan yang tetap dengan kekuatan beton dan baja yang bervariasi,

ketentuan di atas harus tetap dipenuhi.

Perancangan struktur beton menurut standar yang berlaku adalah

(14)

2

prinsip Bernoulli dan Navier. Distribusi regangan dianggap linier dan ini dianggap

masih berlaku meskipun penampang telah retak. Banyaknya kasus untuk elemen

struktur yang memiliki bentuk cukup rumit akan menimbulkan suatu

permasalahan dalam perancangan. Hal ini terjadi pada elemen-elemen struktur

seperti balok tinggi, corbel, dan sebagainya yang dapat mengakibatkan terjadinya

distribusi regangan non- linier sehingga tidak dapat lagi direncanakan dengan cara

standar. Perencanaan yang dilakukan kadangkala hanyalah bersifat pendekatan

dengan peraturan-peraturan standar yang ada walaupun kadang terjadi perbedaan

yang signifikan, salah satu alternatif pendekatan untuk mengatasinya adalah

menggunakan pendekatan Strut and Tie Model .

Strut and Tie Model berasal dari Truss Analogy Model yang pertama kali

diperkenalkan oleh Ritter (1899) dan Mörsch (1902). Untuk pertama kalinya

mereka secara sistematik mengembangkan langkah perancangan struktur beton

bertulang dengan Strut and Tie Model, yaitu dengan membagi struktur dalam

daerah D dan B dan menggambarkan alur gaya (load path) sebagai transfer gaya

yang terjadi pada struktur beton bertulang pada kondisi retak dari sumber

pembebanannya sampai tumpuan. Daerah B adalah suatu daerah dimana hypotesa

Bernoulli berlaku, yaitu dimana penampang dianggap rata dan tegak lurus garis

netral sebelum dan sesudah lentur. Daerah D adalah bagian dari struktur dimana

terdapat / terjadi beban terpusat ataupun diskontinuitas , seperti bukaan,

perubahan penampang dan lain-lain yang menyebabkan kondisi kompleks dari

keadaan regangan disekitarnya. Strut and Tie Model dianggap sebagai metode

perancangan struktur beton yang transparan dan rasional, merubah pola

(15)

3

perbedaan yang penting karena kebanyakan masalah yang terjadi pada struktur

beton justru terjadi pada daerah D, disebabkan kurang diperhatikannya detail dan

kurangnya ketentuan yang mengaturnya. Pada gambar 1.1 di bawah ini dapat

dilihat pembagian daerah D dan B pada balok akibat beban merata.

Struktur seperti balok tinggi (deep beam) mengandung daerah D. ACI code

menjelaskan bahwa suatu balok dinyatakan sebagai balok tinggi dalam

perancangan lentur bila rasio bentang bersih balok dibandingkan dengan tinggi

balok ln/d 1.25 untuk di atas dua tumpuan dan ln/d 2.5 untuk balok di atas

beberapa tumpuan. Selanjutnya balok juga dinyatakan sebagai balok tinggi dalam

perancangan geser bila ln/d 5.0 dan balok tersebut dibebani dari permukaan atas

serta ditumpu pada sisi bawah balok. MacGregor mendefinisikan suatu balok

dinyatakan sebagai balok tinggi bila sebagian besar beban yang dipikul dapat

diteruskan atau dihubungkan langsung ke tumpuan-tumpuannya melalui batang

tekan (compression strut).

Secara khusus, balok tinggi dapat dijumpai pada balok transfer (transfer

girder) dari bangunan tinggi, struktur pendukung turbo-generator, bangunan

infrastruktur lainnya, dan aksi balok tinggi tersebut dapat pula terjadi pada

dinding pondasi (foundation wall), kepala tiang (pile cap) dan dinding geser

D

B

D

(16)

4

(shear wall). Pada gambar 1.2 di bawah ini dapat dilihat suatu balok tinggi di atas

dua perletakan.

Gambar 1.2 Balok Tinggi di Atas Dua Perletakan

Struktur yang dibahas pada tugas akhir ini adalah struktur balok tinggi yang

terbuat dari beton bertulang.

1.2 Tujuan Penulisan

Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah untuk menganalisis dan

mendesain penulangan struktur balok tinggi beton bertulang diatas dua perletakan

akibat beban terpusat dan merata dengan metode konvensional berdasarkan ACI

yang diverifikasi dengan metode elemen hingga menggunakan SAP 2000

Nonlinear. Hasil yang diperoleh dari Metode ACI dibandingkan dengan hasil dari

metode Strut and Tie.

1.3 Ruang Lingkup Pembahasan

Dalam penulisan tugas akhir ini diambil batasan-batasan permasalahan agar

penulisan tugas akhir ini memiliki batasan yang jelas, sehingga masalah yang

dibahas tidak terlalu luas. Ruang lingkup yang akan dibahas dalam penyusunan

(17)

5

a. Struktur yang akan dianalisis adalah elemen balok tinggi di atas dua

perletakan sederhana yang terbuat dari beton bertulang.

b. Bentuk balok adalah prismatis yaitu balok yang mempunyai lebar dan

tinggi yang konstan sepanjang sumbu balok, dengan b = 500 mm,

h = 2000 mm. Dengan panjang bentang = 3 m

c. Tinjauan pembebanan yang bekerja pada model stuktur tersebut adalah

beban terfaktor (Pu) di tengah bentang dan beban merata (Wu) sepanjang

bentang.

d. Metode yang akan digunakan dalam menganalisis elemen struktur

tersebut adalah metode konvensional berdasarkan ACI yang diverifikasi

dengan metode elemen hingga menggunakan program SAP 2000

Nonlinear. Tegangan yang diperoleh dari metode elemen hingga, dipakai

untuk membentuk konfigurasi Strut and Tie.

1.4 Sistematika Penulisan

Secara garis besar sistematika penulisan tugas akhir ini adalah sebagai

berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini akan menjelaskan mengenai latar belakang penulisan tugas

akhir, maksud dan tujuan penulisan, ruang lingkup pembahasan

(18)

6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini akan menjelaskan mengenai dasar teori balok tinggi,

Metode Elemen Hingga dalam Analisis Struktur Balok, serta

Metode Strut and Tie.

BAB 3 STUDI KASUS BALOK TINGGI

Bab ini akan menjelaskan mengenai perancangan balok tinggi

dengan menggunakan metode ACI, disertai pemodelan pada SAP

2000 Nonlinier, kemudian metode Strut and Tie.

BAB 4 PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas mengenai perbandingan hasil perhitungan

Metode ACI dengan Metode Strut and Tie.

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan kesimpulan yang diambil setelah proses

perhitungan. Selain itu, dikemukakan juga mengenai saran-saran

yang sekiranya dapat memberikan masukan pada penyusunan tugas

(19)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Mengacu kepada hasil analisis dengan metode ACI dan metode

Strut and Tie khususnya pada studi kasus perancangan balok tinggi dengan

pemodelan beban merata dan beban terpusat dapat disimpulkan :

1. Dari kedua metode didapat hasil perhitungan tulangan geser yang

sama, baik pada pemodelan beban terpusat maupun beban merata.

2. Pada pemodelan beban terpusat, dari kedua metode didapat hasil

(20)

117

3. Pada pemodelan beban merata, dari kedua metode didapat hasil

perhitungan tulangan longitudinal yang tidak sama, dimana

perhitungan dengan menggunakan metode Strut and Tie

menghasilkan luas tulangan yang lebih kecil. Walaupun demikian

luas tulangan yang dipakai memenuhi syarat kekuatan.

4. Bentuk Strut and Tie Model yang digunakan akan berpengaruh

pada gaya batang yang terjadi. Gaya batang yang ada ini sangat

mempengaruhi besarnya kebutuhan penulangan yang akan dipakai

untuk desain kebutuhan tulangan perlu.

5.2 Saran

1. Untuk mendapatkan perancangan penulangan pada daerah Disturb

perlu dibuat pemodelan Strut and Tie yang bervariasi untuk

mendapatkan penulangan yang paling efisien ataupun dengan

menggunakan bentuk-bentuk standar yang telah ada.

2. Analisis dan desain struktur balok tinggi menggunakan metode

Strut and Tie akan lebih mudah apabila menggunakan program

analisis struktur seperti SAP 2000 karena diperlukan dalam

mendesain Strut and Tie, terutama dalam mencari kontur tegangan

dan gaya dalam. Kemudian digambar menggunakan program

Autocad, karena membutuhkan cara grafis untuk menentukan

bentuk-bentuk yang diperlukan dalam mendesain Strut and Tie,

(21)

118

3. Pada pemodelan balok tinggi dengan beban merata yang

menggunakan Metode Strut and Tie dilakukan pengecekan apakah

dengan luas tulangan longitudinal yang lebih kecil dari syarat

(22)

119

DAFTAR PUSTAKA

1. ACI Committee 318 (2002), “Building Code Requirements for Structural Concrete”, American Concrete Institute, Farmington Hills, MI.

2. Budi, S. (2005), ”Pendekatan Strut and Tie Model Untuk Perancangan Deep Beam dan Corbel”, Seminar Nasional Itenas Rekayasa Material dan Konstruksi Beton.

3. Hadipratomo, W. (2005), “Dasar-Dasar Metode Elemen Hingga”, PT Danamartha Sejahtera Utama , Bandung.

4. Hardjasaputra, H., dan Tumilar, S. (2002), “Model Penunjang dan Pengikat (Strut-and-Tie Model) Pada Perancangan Struktur Beton”, Universitas Pelita Harapan, Jakarta.

5. Hardjasaputra, H. (2005), “Perancangan dan Detailing Struktur Beton dengan Strut and Tie Model sesuai ACI 318-2002”, Seminar Nasional Itenas Rekayasa Material dan Konstruksi Beton.

6. MacGregor, J.G. (2005), “Reinforced Concrete Mechanis and Design”

fourth edition, Prentice Hall, New Jersey.

7. Meliala, Bakhtiar (2004) “Efektivitas Elemen CST akibat suatu Beban Terpusat pada Balok Tinggi“, Program Studi Magister Teknik Sipil Universitas Sumatera Utara.

8. Nawy, E.G. (2003), “Reinforced Concrete A Fundamental Approach”

Gambar

Gambar 1.1 Pembagian Daerah D dan B pada Balok

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah mendapatkan enzim xilanase termostabil dari T hermomyces lanuginosus IFO 150 yang tumbuh pada substrat bagasse tebu,

Pengumandahan (detasering). Perjalanan Dinas Jabatan untuk menempuh ujian dinas/ ujian jabatan. Perjalanan Dinas Jabatan untuk menghadap Majelis Penguji Kesehatan

Dengan penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam merancang sistem database yang berinteraksi terhadap pemakai, dengan pengertian bahwa rancangan yang akan dilakukan

Calon Penyedia Diharapkan membawa semua Dokumen Asli untuk Kualifikasi yang dipersyaratkan, dan penyedia agar mengirimkan 1 (satu) orang dari wakil perusahaan

Penulis bertujuan untuk mencoba menjawab masalah-masalah dalam kehidupan sehari-hari, yaitu tentang pemilihan jalur terpendek yang akan ditempuh dalam proses pengiriman suatu

Bila pada waktu yang ditentukan Saudara tidak dapat menyerahkan bukti tersebut maka perusahaan saudara dinyatakan “GUGUR”. Demikian kami sampaikan atas perhatiannya

Aplikasi ATM Sederhana ini merupakan sebuah aplikasi yang didalamnya terdapat program-program yang dapat digunakan untuk melakukan transaksi perbankan yang sederhana yang

Hasil molecular docking menunjukan nilai afinitas ikatan yang lebih rendah dari ligan native L1 pada protein target 1u6s yaitu kaempherol dengan binding affinity sebesar