• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS TINDAK TUTUR RAKUT SITELU SAAT ERDIDONG-DIDONG DALAM PESTA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN KARO (KAJIAN PRAGMATIK).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS TINDAK TUTUR RAKUT SITELU SAAT ERDIDONG-DIDONG DALAM PESTA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN KARO (KAJIAN PRAGMATIK)."

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS TINDAK TUTUR RAKUT SITELU SAAT ERDIDONG-DIDONG DALAM PESTA ADAT PERKAWINAN MASYARAKAT KARO

DI KABUPATEN KARO (KAJIAN PRAGMATIK)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra

Oleh

ALBINA SEPTIFO BR. BUKIT

NIM 209210003

JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)

ii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Tindak Tutur Rakut sitelu saat Erdidong-didong dalam Pesta Adat Perkawinan Masyarakat Karo di Kabupaten Karo (Kajian Pragmatik) ” ini dengan baik dan tepat waktu. Penulis menyusun Skripsi ini guna memenuhi syarat mencapai gelar Sarjana Sastra Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Medan. Penelitian ini memfokuskan pada tuturan didong-didong yang disampaikan oleh rakut sitelu dalam pesta perkawinan masyarakat Karo.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan, dan arahan sehingga Skripsi ini dapat diselesaikan.

1. Prof. Dr. Ibnu Hajar Damanik, M.Si., Rektor Universitas Negeri Medan, 2. Dr. Isda Pramuniati, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni,

3. Drs. Syamsul Arif, M.Pd., Ketua Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia dan sekaligus Dosen Pembimbing Skripsi,

4. Drs. Sanggup Barus, M.Pd., Sekretaris Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia, 5. Muhammad Surip, S.Pd, M.Si., Ketua Program Studi Sastra Indonesia, 6. Syairal Fahmy Dalimunthe, S.Sos., M.I.Kom., Dosen Pengarah Akademik, 7. Hendra Kurnia Pulungan, S.Sos., M.I.Kom. dan Drs. Basyaruddin, M.Pd.,

Dosen Penguji,

(9)

iii

9. keluargaku Arman Bukit/Erpi Tarigan, Ella Br. Bukit/Alam Ginting, Elsa Br. Bukit/Parto Ginting, dan keponakan-keponakanku Jessika, Jefran, Jaycal, Rensiva, Michelle, dan Aurora. Terima kasih istimewa juga penulis sampaikan kepada Thomas Perangin-angin yang telah meluangkan banyak waktunya untuk membantu, memotivasi dan menemani penulis dalam proses perkuliahan serta penyelesaian Skripsi ini,

10. UK-KMK St. Martinus Unimed yang telah membentuk karakter penulis menjadi lebih baik dan memberikan dukungannya, terkhusus untuk Graciana Manalu, Devi Riana Sagala, Dewi SRG, S.Paulinus, Yuslela, Juanda Pr, Johan Ambarita, Susilowati, Riris Yana, Meyori, Maria Nababan, Gustini,

abangda Willy FS, aa’Parno, aa’Selly, aa’Melisa serta seluruh BPH dan Anggota,

11. Rekan-rekan seperjuangan Nondik 2009 terkhusus Afrina Lestari dan Minda Sari yang banyak memberikan motivasi, masukan, dan dukungan semoga selalu semangat dalam mencapai kesuksesan. Tak lupa juga terimakasih kepada P. Ignatius Simbolon OFM Cap serta semua pihak yang berperan dalam kehidupan dan perkuliahanku, serta mendoakan keberhasilanku. Terimakasih atas dukungan, doa dan motivasinya. Penulis tidak dapat membalas semua jasa, bantuan, kebaikan, dan pengorbanan yang diberikan kepada penulis, kiranya Tuhan membalas semuanya itu.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini masih belum sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan akan ada penelitian lanjut yang akan menyempurnakan penelitian ini. Semoga Skripsi ini memberikan manfaat bagi perkembangan dan kemajuan dunia pendidikan di Indonesia.

Medan, September 2014 Penulis

(10)

i

ABSTRAK

Albina Septifo Br. Bukit. 209210003. Analisis Tindak Tutur Rakut sitelu saat Erdidong-didong dalam Pesta Adat Perkawinan Masyarakat Karo di Kabupaten Karo (Kajian Pragmatik). Fakultas Bahasa dan Seni. Universitas Negeri Medan. 2014.

Erdidong-didong merupakan sebuah tradisi masyarakat Karo yang

biasanya disajikan ketika melaksankan upacara adat. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai jenis tuturan berdasarkan konteksnya dan bentuk tindak tutur dinilai dari segi komunikatifnya serta makna dari bentuk tuturan yang disampaikan rakut sitelu saat menyajikan didong-didong dalam upacara perkawinan adat masyarakat Karo dengan menggunakan kajian pragmatik. Jenis penelitian yang dipakai penulis adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data agar data yang diperoleh lebih akurat adalah dengan menggunakan teknik simak dan teknik interview. Sumber data dalam penelitian ini berupa Compact Disk (CD) yang memuat rekaman tuturan rakut sitelu yang disajikan melalui erdidong-didong. Teknik analisis data penelitian ini yaitu mentranskrip data, penyalinan, mengidentifikasi kemudian menganalisis.

Pemakaian tindak tutur dalam sajian didong-didong yang disampaikan oleh rakut sitelu memiliki variasi yang berbeda-beda. Hal in dipengaruhi oleh konteks tuturan serta nilai komunitif dari kalimat yang diujarkan. Dalam penyajian didong-didong tersebut ditemukan jenis dan bentuk yang berbeda serta maknanya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terdapat wujud pemakaian jenis tindak tutur, meliputi tindak tutur lokusi 5 tuturan, tindak tutur ilokusi 9 tuturan dan tindak tutur perlokusi 2 tuturan. Menyimpulkan bentuk tindak tutur asertif ada 1 tuturan, direktif ada 9 tuturan, ekspresif ada 4 tuturan, komisif ada 1 tuturan, dan deklaratif ada 1 tuturan yaitu berupa kalimat yang memiliki makna salam, nasehat, memohon, terimakasih, memohon maaf, tawaran, janji, berpasrah, memberkati dan belasungkawa.

Praktek erdidong-didong dalam upacara adat masyarakat Karo merupakan warisan budaya yang menjadi salah satu tradisi yang layak dilestarikan. Penulis berharap ada penelitian lanjutan yang lebih spesifik terhadap erdidong-didong ini dengan kajian yang menarik, sampel besar, dan teknik analisis yang lebih mendalam untuk mendapatkan hasil kajian yang sempurna.

(11)

iv

5. Perkawinan Adat Masyarakat Karo ... 35

B. Operasionalisasi Konsep ... 38

C. Kerangka Konseptual ... 40

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 41

(12)

v

C. Metode Penelitian ... 42

D. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian ... 42

E. Teknik Analisis Data ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 47

1. Tuturan Erdidong Kalimbubu ... 48

a. Jenis Tindak Tutur ... 48

b. Bentuk Tindak Tutur ... 50

2. Tuturan Erdidong Senina ... 53

a. Jenis Tindak Tutur ... 53

8. Tindak Tutur Deklaratif ... 70

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 71

B. Saran ... 73

DAFTAR PUSTAKA ... 74

(13)

vi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Instrument Penelitian... ...44

Tabel 4.1 Tindak Tutur Lokusi Kalimbubu... ..48

Tabel 4.2 Tindak Tutur Ilokusi Kalimbubu... ..49

Tabel 4.3 Tindak Tutur Perlokusi Kalimbubu... .50

Tabel 4.4 Tindak Tutur Ekspresif Kalimbubu. ... 50

Tabel 4.5 Tindak Tutur Direktif Kalimbubu... 51

Tabel 4.6 Tindak Tutur Komisif Kalimbubu... ..52

Tabel 4.7 Tindak Tutur Lokusi Senina... ..53

Tabel 4.8 Tindak Tutur Ilokusi Senina... ..53

Tabel 4.9 Tindak Tutur Ekspresif Senina... ..55

Tabel 4.10 Tindak Tutur Deklaratif Senina... ..57

Tabel 4.11 Tindak Tutur Direktif Senina... ..58

Tabel 4.12 Tindak Tutur Ilokusi Anak Beru... ..59

Tabel 4.13 Tindak Tutur Perlokusi Anak Beru... ..61

(14)

vii

DAFTAR LAMPIRAN

(15)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat dan kebudayaan adalah dua hal yang tak dapat dipisahkan, keduanya merupakan konsep yang saling berkaitan. Masyarakat merupakan pendukung dari kebudayaan. Wujud dari kebudayaan itu sendiri berupa aturan-aturan yang telah ada di tengah-tengah masyarakat kemudian tumbuh dan berkembang pada pelaksanaan adat istiadat atau tradisi masyarakat. Budaya tersebut kemudian menjadi tata cara hidup yang dimiliki oleh sebuah kelompok masyarakat dan diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Jadi setiap tindakan manusia secara keseluruhan disebut kebudayaan.

Salah satu wujud dari pelaksanaan kebudayaan adalah adat istiadat, sedangkan upacara adat merupakan wujud nyata dari adat istiadat tersebut yang berhubungan dengan segala aspek kehidupan manusia. Kebudayaan masyarakat di suatu tempat atau daerah berbeda satu sama lain. Hal ini terjadi karena pengaruh pola dan lingkungan di tempat masyarakat itu tinggal. Perbedaan kebudayaan masyarakat tersebut salah satunya adalah dalam hal pelaksanaan upacara adat berupa upacara tradisional seperti upacara syukuran, kelahiran, perkawinan, kematian dan lain sebagainya. Prosesi pelaksanaan upacara adat inilah yang menumbuhkan keberagaman yang indah diantara suku-suku yang ada di Indonesia termasuk suku Karo yang terletak di Provinsi Sumatera Utara.

(16)

2

keluarga pengantin dari kedua belah pihak. Salah satunya adalah upacara adat perkawinan masyarakat suku Karo. Dalam perkawinan adat suku Karo dikenal dengan adanya merga silima, tutur siwaluh, rakut sitelu. Ketiga hubungan kekeluargaan ini memiliki peranan peranan penting dalam perkawinan adat suku Karo. Cara memperoleh hubungan kekeluargaan ini adalah melalui ertutur.

Ertutur merupakan ciri khas masyarakat Karo dan sangat penting karena

akan terjalin hubungan yang lebih erat satu sama lain melalui sapaan kekeluargaan yang diperoleh. Dasar ertutur ialah identitas adat yang diperoleh dari ayah dan ibunya. Dasar tersebut adalah merga yang berlaku bagi laki-laki dan diperoleh dari ayah, beru merupakan sebutan bagi perempuan dan merupakan merga dari ayahnya dan bere-bere yang berlaku bagi laki-laki dan perempuan dan diperoleh dari ibunya. Ertutur pada prinsipnya adalah mencari tutur berdasarkan merga dan bere-bere masing-masing si ertutur. Setelah mengetahui merga dan bere-bere masing-masing, maka akan diperoleh hubungan kekerabatan diantara si ertutur. Dari hasil tutur yang telah mendapat hubungan kekerabatan ini akan diperoleh panggilan kekerabatan yang berdasarkan pada jenjang tutur seperti senina,

er-kalimbubu dan er-anak beru.

(17)

3

tidak ada maka upacara adat yang dilaksanakan dapat dikatakan tidak memenuhi perkawinan secara adat Karo sehingga upacara perkawinan tersebut tidak dapat berlangsung dengan baik.

Pelaksanaan upacara perkawinan adat Karo sebagai salah satu etnik dari beratus etnik yang dimiliki Nusantara tentu memiliki keunikan budaya tersendiri. Keunikan budaya Karo ini lah yang menjadi kebanggaan suku Karo dalam menjalankan tutur budayanya. Salah satu dari keunikan budaya tersebut dapat kita temukan pada pesta adat perkawinan masyarakat Karo dimana dikenal sebuah tradisi yang masih kental dalam budaya ketika pihak rakut sitelu menyampaikan petuah-petuah serta harapan-harapannya kepada mereka yang melaksanakan perkawinan yakni erdidong-didong. Uniknya erdidong-didong ini, petuah-petuah serta harapan - harapan tersebut disampaikan seperti sebuah nyanyian atau senandung. Bahasa tutur yang digunakan oleh rakut sitelu saat erdidong-didong juga berbeda penggunaan serta pengertiannya dengan bahasa Karo yang dipakai dalam kehidupan masyarakat sehari-harinya.

(18)

4

adalah makna satuan lingual dari tuturan yang disampaikan. Seperti halnya dalam kajian pragmatik, konteks juga sangat penting dalam pemahaman tindak tutur.

Konteks merupakan kajian tentang kondisi penggunaan bahasa manusia sebagaimana ditentukan oleh masyarakatnya. Pentingnya konteks dalam pragmatik disebabkan karena pragmatik mengkaji makna yang terikat konteks. Konteks tuturan sangat mempengaruhi fungsi tindak tutur oleh penutur maupun lawan tutur. Aspek tuturan lainnya, selain konteks yang meliputi penutur dan lawan tutur, tujuan tutur, tuturan sebagai kegiatan tindak tutur dan tuturan sebagai produk tutur. Maka dapat kita tarik kesimpulan bahwa pragmatik adalah telaah makna dalam hubungannya dengan situasi ujaran.

Seseorang dapat melantunkan kalimat tuturannya dalam bentuk erdidong sangatlah menarik perhatian. Pada umumnya dalam berkomunikasi dengan sesamanya, orang Karo mempergunakan bahasa Karo. Dalam berkomunikasi atau pembicaraan sehari-hari, penggunaan bahasa Karo ini tidak memerlukan suatu bentuk atau susunan dan aturan yang baku, yang penting apa yang dikehendaki atau yang perlu disampaikan bisa dimengerti oleh lawan bicara/pendengar. Akan tetapi, untuk keperluan tertentu, seperti ungkapan keluh kesah, memberikan petuah-petuah, pembicaraan adat, bernyanyi, dan lain sebagainya dilakukan pemilihan kosa kata yang dianggap paling sesuai dan memiliki nilai estetika yang tinggi. Kosa kata yang dimaksud adalah apa yang disebut oleh orang Karo sebagai

cakap lumat (bahasa halus).

(19)

5

Sangap ertuah bayak kam njabuken bana, sangap encari, merih manuk

niasuh, ula lupa ertoto man Dibata (selamat menempuh hidup baru, murah rejeki,

serasi dalam pekerjaan, dan tidak lupa berdoa kepada Tuhan).

Kalimat di atas merupakan kalimat yang termasuk dalam salah satu jenis tindak tutur dan juga merupakan bentuk dari tindak tutur jika kita lihat dari aspek nilai komunikatifnya. Fenomena kebahasaan inilah yang akan diteliti oleh penulis dengan menggunakan konsep jenis serta bentuk-bentuk tindak tutur tersebut.

Ada tiga jenis tindak tutur yang digunakan dalam praktik penggunaan bahasa, yakni lokusi, ilokusi dan perlokusi. Tindak lokusi adalah melakukan tindakan untuk mengatakan sesuatu, tindak ilokusi adalah melakukan sesuatu tindakan dalam mengatakan sesuatu, dan perlokusi adalah melakukan sesuatu tindakan dengan mengatakan sesuatu. Dinilai dari segi komunikatifnya, tuturan yang disampaikan seseorang juga dapat ditelaah dengan menggunakan tindak tutur asertif, direktif, ekspresif, komisif dan deklaratif.

(20)

6

dalam sebuah upacara perkawinan masyarakat Karo karena tidak mempengaruhi sah atau tidaknya sebuah perkawinan. Tapi dianggap penting untuk melengkapi keharusan melaksanakan adat. Apabila erdidong tersebut tidak dilaksanakan maka sebuah upacara perkawinan dapat dikatakan kurang lengkap secara adat. Lebih jauh lagi jika sebuah upacara perkawinan dilaksanakan tanpa mengikutsertakan erdidong, maka pesta yang diadakan kurang sempurna di mata adat (hasil wawancara dengan Ukur Ginting) . Maka penulis menyimpulkan bahwa erdidong merupakan hal yang penting dilaksanakan dalam sebuah upacara perkawinan dalam memenuhi kelengkapan sebuah adat. Selain berfungsi sebagai alat untuk berkomunikasi, erdidong berperan penting untuk melengkapi adat upacara perkawinan pada masyarakat Karo.

Sebagai generasi muda Karo yang akan meneruskan budaya adat Karo, dari permasalahan yang diungkapkan penulis tertarik untuk meneliti bagaimana sebenarnya tuturan-tuturan yang disampaikan oleh pihak rakut sitelu pada saat

erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo di Kabupaten

(21)

7

B. Identifikasi Masalah

Sesuai dengan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka yang menjadi identifikasi masalah dalam penelitian ini yakni:

1. Apakah tuturan yang disampaikan oleh pihak rakut sitelu saat erdidong dapat digunakan sebagai alat komunikasi yang berguna untuk menyampaikan pesan dan nasehat antara keluarga dengan kedua pengantin maupun kepada orang-orang yang hadir dalam pelaksanaan upacara perkawinan?

2. Jenis tindak tutur apa yang terdapat dalam ujaran yang disampaikan oleh pihak rakut sitelu saat erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo?

3. Bentuk tindak tutur apa yang digunakan oleh pihak rakut sitelu saat

erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo?

4. Apa makna yang terkandung dalam tindak tutur yang disampaikan oleh pihak rakut sitelu saat erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo?

C. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah yang dipaparkan di atas, maka perlu dibuat sebuah pembatasan masalah untuk mempermudah dan lebih memfokuskan sebuah penelitian. Oleh karena itu masalah dalam penelitian ini dibatasi pada analisis penggunaan tindak tutur yang disampaikan oleh pihak rakut sitelu saat

(22)

8

D. Rumusan Masalah

Agar penelitian ini terarah, maka perlu dirumuskan masalah yang akan diteliti. Rumusan masalah tersebut sekaligus menggambarkan fokus arah yang diikuti di dalam proses penelitian. Rumusan masalah penelitian ini adalah Analisis penggunaan jenis tindak tutur berdasarkan situasi tuturannya dan bentuk tindak tutur dinilai dari segi komunikatifnya serta makna tuturan yang disampaikan oleh pihak rakut sitelu saat erdidong-didong dilihat dari bentuk tuturannya sebagai alat komunikasi dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo.

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mendeskripsikan jenis tuturan yang diujarkan oleh rakut sitelu saat

erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo.

2. Menjelaskan bentuk dari tuturan yang disampaikan oleh pihak rakut sitelu saat erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo. 3. Menjelaskan makna yang terkandung dari tuturan yang disampaikan oleh

rakut sitelu saat erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan masyarakat

Karo.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

(23)

9

lanjut baik sebagai bacaan bagi generasi penerus dan menjadi bahan acuan dalam penelitian yang lebih lanjut, serta memberikan informasi bagi para pembaca tentang makna yang terkandung dalam tindak tutur yang disampaikan rakut sitelu saat erdidong-didong dalam pesta adat perkawinan masyarakat Karo.

(24)

71

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Wujud pemakaian tindak tutur yang disampaikan rakut sitelu saat

erdidong-didong secara umum tidak memiliki struktur teks yang baku. Artinya teks yang

diungkapkan oleh penyaji dituturkan berdasarkan isi hati si penyaji itu sendiri. Apa yang diungkapkan si penyaji pada awal erdidong bisa saja muncul kembali pada bagian pertengahan atau akhir dari tuturan didong tersebut. Dapat dikatakan bahwa isi tuturan erdidong-didong tidak memiliki aturan mengenai dimana letak bagian pembuka, isi, atau penutup. Seluruh tuturan yang disampaikan merupakan isi, dimana keseluruhan dari isi tuturan tersebut berisi pesan-pesan yang jelas, yang harus disampaikan kepada mempelai, kepada kedua orang tua mempelai, serta kepada sanak saudara yang hadir dalam pesta tersebut.

Berdasarkan pengamatan penulis, sajian teks didong-didong yang disampaikan oleh rakut sitelu terdapat 3 jenis tuturan yakni lokusi, ilokusi, dan perlokusi. Dalam hal ini, jenis tuturan yang paling dominan adalah tuturan ilokusi 9 tuturan yang berisikan kalimat-kalimat tuturan yang mengharapkan si mitra tutur (dalam hal ini orang yang melangsungkan pesta) melakukan apa yang penutur (pihak rakut sitelu) kehendaki. Lokusi 5 tuturan dan perlokusi 2 tuturan. Terdapat pula bentuk tuturan berupa asertif 1 tuturan, direktif 9 tuturan, ekspresif 4 tuturan, komisif 1 tuturan, dan deklaratif 1 tuturan.

(25)

72

(timang-timang merga Sitepu, salam sejahtera bagi kamu kalimbubu kami),ungkapan terimakasih pada tuturan ija arah totondu nangdangi beberendu,

malemlah pagi ateta natap perjabunna (dimana berkat doa mu kepada

keponakanmu, maka bahagialah kelak rumahtangganya berkat doamu),

permohonan maaf pada tuturan wari sekalenda enggo gia kami urak-urak sada tapi toto ras pasu-pasu kami tetap sehken kami (walaupun kami tidak hadir

semuanya, namun doa kami tetap kami berikan), ungkapan berpasrah pada tuturan

bapa Karo mergana wari sekalenda pulung kami kerina ermeriah ukur ibas lanai

kepe tertimaindu kita pulung enda (ayah, hari ini kami berkumpul dengan bahagia

tanpa kehadiranmu disini), memberkati pada tuturan mejuah-juah kel perjabun

anakndu e (sejahtera lah pernikahan anakmu), memberikan nasehat pada tuturan

ula kena rubat-rubat nande Karo ( janganlah kalian bertengkar), ungkapan

tawaran pada tuturan enggo turikenndu kata pusuhndu, malemka ate kami ngalo-ngalosa (sudah kamu sampaikan keinginan hatimu, dan kami pun senang

menerimanya), ungkapan janji pada tuturan kena pagi kerina jadi sambar gancih

ku (berjanjilah kalian yang kelak menjadi penggantiku), dan ungkapan

belasungkawa pada tuturan aminna gia bapanta ndai mbaru laws turang, mejuah-juah kel kita tadingkenna (meskipun ayah kita baru saja meninggal, tapi janganlah

kita terlalu larut dalam kesedihan).

(26)

73

makna yang tersirat pada tuturan tersebut, pesan-pesan yang terkandung dari tuturan memiliki nilai sosial budaya yakni sebagai perantara atau media pendidikan sosial dan budaya terhadap masyarakat Karo. Berdasarkan penjelasan diatas maka diketahui bahwa penggunaan erdidong-didong yang disajikan di dalam pesta perkawinan masyarakat Karo ini, jelas dapat mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat Karo itu sendiri. Jika erdidong-didong ini dilakukan oleh setiap generasi, sudah dapat dipastikan bahwa kelestariannya akan tetap terjaga sebagai sebuah warisan kebudayaan pada masyarakat Karo.

B.Saran

Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan, waktu serta dana dalam penyusunan penelitian ini. Untuk itu penulis sangat berharap kepada peneliti lain agar dapat mengkaji penelitian mengenai erdidong-didong ini lebih lanjut. Penelitian ini bisa dikembangkan lebih lanjut agar masyarakat khususnya masyarakat Karo menganggap bahwa praktek erdidong-didong ini memang penting diadakan ketika upacara adat baik pesta perkawinan, kematian, maupun acara adat lainnya. Dengan masih dilakukannya praktek tersebut menandakan bahwa masyarakat Karo masih memelihara salah satu kebudayaan mereka. Jika hal itu dilakukan dengan sungguh-sungguh dan terus memeliharanya, maka akan memungkinkan bagi masyarakat Karo menjadikan erdidong-didong sebagai sajian yang wajib dilakukan saat upacara adat. Dengan begitu penyajian dari

erdidong-didong ini dapat dikatakan berfungsi sebagai sarana dalam menjaga kelestarian

(27)

74

DAFTAR PUSTAKA

A.Daftar Buku

Chaer, Abdul dan Leoni Agustina. 1995. Sosiolinguistik Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

Chaer, Abdul. 2010. Kesantunan Berbahasa. Jakarta: Rineka Cipta.

Dardjowidjojo, Soejono. 2003. Psikolinguistik : Pengantar Pemahaman Bahasa

Manusia. Jakarta: Unika Atmajaya.

Departemen Pendidikan Nasional. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Ginting, M. Ukur.2008. Adat Karo Sirulo. Medan.

Leech, Geofrey. 1993. Prinsip-prinsip Pragmatik. Jakarta: Universitas Indonesia.

Lubis, A, Hamid Hasan. 2011. Analisis Wacana Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Mahsun. 2005. Metode Penelitian Bahasa: Tahapan strategi, metode dan

tekniknya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Moleong, Lexy. J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nadar. F. X. 2008. Pragmatik & Penelitian Pragmatik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Purba, Antilan. 2002. Pragmatik Bahasa Indonesia. Medan: USU Press

Rahardi, R. Kunjana. 2005. Pragmatik: Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Erlangga.

Sembiring, Terang Malem. 2007. Indahnya Perkawinan Adat Karo. Jakarta.

Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.

(28)

75

Tarigan, Henry Guntur. 2009. Pengajaran Pragmatik. Bandung: Angkasa.

Wijana, I Dewa. 1996. Dasar-dasar Pragmatik. Yogyakarta: Andi.

Yule, George. 1996. Pragmatics. Oxford: Oxford University Press.

B.Sumber Lainnya

Hasibuan, Namsyah. 2005. Perangkat Tindak Tutur dan Siasat Kesantunan Berbahasa (Data Bahasa Mandailing), LOGAT - JURNAL ILMIAH

BAHASA DAN SASTRA. 1:89-90.

Perangin-angin, Normawati. 2011. Analisis Tindak Tutur Rakut Sitelu

(Kalimbubu, Senina Dan Anak Beru) Dalam Kerja Adat Perjabun Pernikahan Karo Di Kabupaten Karo. Medan: Universitas Negeri Medan.

Referensi

Dokumen terkait

the variants of curriculum such as Competence Based Curriculum (KBK), School Based Curriculum (KTSP), Reflective Educational Paradigm (PPR), Character.Based Syllabus, the

[r]

Melakukan penyiapan bahan pembinaan, pembimbingan, dan fasilitasi pelaksanaan kebijakan teknis, norma, standar, prosedur, kriteria, serta pemantauan dan evaluasi di

Semakin tinggi penambahan konsentrasi garam dan konsentrasi asam cuka makanilai pH rusip semakin turun.Kedua perlakuan mendukung pertumbuhan bakteri asam laktat yang

Karena standar panjang gelombang alat fototerapi untuk penanganan Neonatal Jaundice adalah 460-490 nm, maka panjang gelombang yang dihasilkan LED telah memenuhi syarat

Sehingga begitu banyak upaya yang dapat dilakukan yaitu mengiventariasi Ruang terbuka hijau privat dan publik untuk dapat diketahui seberapa besar daya serap karbon dalam

Saturasi adalah perbandingan antara volume pori-pori batuan yang terisi fluida formasi tertentu terhadap total volume pori-pori batuan yang terisi fluida atau jumlah kejenuhan

Berdasarkan hasil penelitian tentang Analisa Kesesuaian Unsur Penyajian Peta Kelurahan Panyuran Berdasarkan PerKA BIG No.3 Tahun 2016, maka didapatkan kesimpulan akhir