• Tidak ada hasil yang ditemukan

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT MISKIN KOTA DALAM PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2014 DI KELURAHAN MANGASA KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT MISKIN KOTA DALAM PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2014 DI KELURAHAN MANGASA KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT MISKIN KOTA DALAM PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2014

DI KELURAHAN MANGASA KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR

ANDI NUR AMALIAH Nomor Stambuk : 105640 1550 11

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(2)

PARTISIPASI POLITIK MASYARAKAT MISKIN KOTA DALAM PEMILIHAN PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN 2014

DI KELURAHAN MANGASA KECAMATAN TAMALATE KOTA MAKASSAR

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Pemerintahan

Disusun dan Diajukan Oleh ANDI NUR AMALIAH Nomor Stambuk : 105640 1550 11

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

2015

(3)
(4)
(5)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

Saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Mahasiswa : Andi Nur Amaliah Nomor Stambuk : 105640 1550 11 Program Studi : Ilmu Pemerintahan

Menyatakan bahwa benar karya ilmiah ini adalah penelitian saya sendiri tanpa bantuan dari pihak lain atau telah ditulis atau dipublikasikan orang lain atau melakukan plagiat. Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari pernyataan ini tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik sesuai aturan yang berlaku, sekalipun itu pencabutan gelar akademik.

Makassar, Februari 2015 Yang menyatakan,

Andi Nur Amaliah

(6)

ABSTRAK

ANDI NUR AMALIAH (2015) Partisipasi Politik Masyarakat Miskin Kota Dalam Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden 2014 Di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar (dibimbing oleh Muhajirah Hasanuddin dan Alimuddin Said).

Partisipasi politik masyarakat miskin kota merupakan salah satu faktor penentu demi terselenggaranya suatu pemilihan umum, partisipasi politik merupakan hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan, peran serta, observasi kegiatan dalam riset yang berupa pengamatan yang aktif dan turut serta dalam kehidupan lapangan atau objek yang diamati. adapun tujuannya yaitu untuk mengetahui partisipasi politik masyarakat miskin kota dan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat miskin kota dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif dan tipe penelitian dengan jumlah informan sebanyak 13 orang. Data partisipasi politik masyarakat miskin kota di kumpul dengan menggunakan instrumen berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Data tersebut dianalisis melalui tahap reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

Hasil penelitian menunjukkan tingkat partisipasi politik masyarakat miskin kota dalam pemilihan presiden dan wakil presiden 2014 di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar masih sangat rendah, ini tunjukkan dengan adanya masyarakat miskin yang ikut memilih dalam pemilihan umum yaitu masyarakat masih kurang menggunakan hak pilihnya untuk ikut memilih calon presiden dan wakil presiden. ikut serta dalam kegiatan politik yaitu adanya keikutsertaan masyarakat baik menjadi tim sukses maupun ikut dalam kampanye, serta perilaku memilih yaitu adanya keputusan pemilih untuk memilih kandidat atau peserta pemilu tertentu. Partisipasi politik masyarakat miskin kota juga sangat dipengaruhi oleh faktor pendukung yang terdiri dari pengaruh pemerintah dan kelompok masyarakat, serta faktor penghambat yaitu faktor Lingkungan dan faktor Ekonomi.

Kata Kunci: Partisipasi Politik, Masyarakat Miskin dan Pemilihan Presiden

(7)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahi Rabbil „Alamin, segala puji hanya milik Allah SWT yang menentukan setiap makhlukNya dan memberikan bimbinganNya. Dengan segala nikmat dan kesempatan yang tercurahkan sehingga menjadi sempurnalah segala amal saleh yang kita lakukan. Shalawat dan salam kepada junjungan kita, Nabi Muhammad SAW, pemimpin para rasul dan imam dari orang-orang yang bertaqwa, karena dengan perjuangannyalah kita bisa mengenal agama yang sempurna, mulia dan penuh cahaya ini, Islam. Dengan segala waktu dan kesehatan yang diberikan olehNyalah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dan menuliskan hasil penelitian ini dalam suatu karya ilmiah, yaitu skripsi.

Skripsi yang berjudul “Partisipasi Politik Masyarakat Miskin Kota Dalam Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden 2014 Di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar” Pada Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar. Selama penulisan skripsi ini, penulis mengalami berbagai rintangan dan hambatan yang datang silih berganti. Namun, berkat motivasi dan bantuan dari berbagai pihak baik dalam bentuk moril maupun materil sehingga semua rintangan dan hambatan dapat diatasi.

Oleh karena itu, pada kesempatan yang berharga ini penulis secara khusus menyampaikan terima kasih yang tak berhingga kepada yang terhormat Ayahanda A.Mappisabbi dan Ibunda tersayang A.Nurjannah atas segala pengorbanan yang telah diberikan kepada penulis sejak dalam kandungan sampai sekarang ini. Atas segala didikan, tenaga, materi, kasih sayang yang berlimpah dan doa restunya

(8)

serta ucapan terima kasih kepada Ibu Dra.Hj.Muhajirah Hasanuddin M.Si selaku Pembimbing I dan Bapak Drs.Alimuddin Said M.Pd selaku Pembimbing II yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan penulis, sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

1. Bapak Dr.H.Muhlis Madani, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak A.Luhur Prianto S.Ip, M.Si selaku Ketua Jurusan Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Makassar.

3. Kakak A.Nurmala Dewi Dan A.Afdal.M yang selalu memberikan pengarahan, motivasi dan membagi pengalaman mereka dalam menjalani studi, sehingga penulis dapat belajar banyak atas kesuksesan mereka dalam menuntut ilmu dan adikku A.Nurul Hidayat yang selalu memberikan Dukungan dan semangat dalam menyusun Skripsi ini.

4. Sahabat-sahabatku Raoda Nur, Nurnajmillah, Asriani, Bau Puji, teman-teman angkatan 2011 dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi.

Dengan segala kerendahan hati, penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritikan yang sifatnya membangun karna penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Semoga karya skripsi ini dapat bermanfaat serta memberikan sumbangan yang berarti bagi pihak yang membutuhkan. Amin.

Makassar, Februari 2015 Andi Nur Amaliah

(9)

DAFTAR ISI

Halaman Pengajuan Skripsi ...

Halaman Persetujuan ...

Halaman Pernyataan Keaslian Karya Ilmiah ...

Abstrak ...

Kata Pengantar ...

Daftar Isi...

Daftar Tabel ...

BAB I PENDAHULUAN...

A. Latar Belakang Masalah ...

B. Rumusan Masalah ...

C. Tujuan Penelitian ...

D. Manfaat Penelitian...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...

A. Konsep Partisipasi Politik ...

B. Konsep Masyarakat Miskin ...

C. Konsep Pemilihan Umum ...

D. Kerangka Pikir ...

E. Fokus Penelitian ...

F. Deskripsi Dan Fokus Penelitian...

BAB III METODE PENELITIAN...

A. Waktu Dan Lokasi Penelitian...

B. Jenis Dan Tipe Penelitian ...

C. Sumber Data ...

D. Informan Penelitian ...

E. Teknik Pengumpulan Data...

F. Teknik Analisis Data...

G. Keabsahan Data...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...

A. Deskripsi Objek Penelitian ...

B. Karakteristik Responden ...

C. Partisipasi Politik Masyarakat Miskin kota Dalam

Presiden Dan Wakil Presiden 2014 ...

D. Faktor Yang Mempengaruhi Partisipasi Politik

Masyarakat Miskin kota Dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 DiKelurahan Mangasa Kecamatan

Tamalate Kota Makassar...

i ii iii iv v vii

ix 1 1 5 6 6 7 7 14 21 25 27 27 30 30 30 31 32 32 33 34 35 35 35 41

54

(10)

BAB V. PENUTUP ... 60

A.Kesimpulan ... 60

B.Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 63

LAMPIRAN... 65

(11)

DAFTAR TABEL

Keterangan

Tabel 1.1: Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin...

Tabel 1.2: Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan...

Tabel 1.3: Distribusi Responden Berdasarkan Umur ...

Tabel 1.4: Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan ...

Tabel 1.5: Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan ...

Halaman 36 37 38 39 40

(12)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Partisipasi politik di Indonesia membawa tuntutan yang besar kepada perubahan sistem dan kehidupan masyarakat di Indonesia. Partisipasi politik sebagai hal yang penting dalam perkembangan kehidupan bangsa dan negara.

Pertumbuhan partisipasi politik memerlukan tata nilai yang operasional (dimanifestasikan dalam bentuk prilaku nyata) yang menerima dan menghargai persamaan, keterbukaan dan perbedaan pendapat sehingga terjadi kesinambungan antara masyarakat dan pemerintah dalam sistem demokrasi.

Masyarakat miskin kota adalah masyarakat yang tidak memiliki mata pencaharian yang tetap dan memiliki jumlah anggota keluarga yang jauh lebih banyak sehingga kebutuhan sehari-hari masih belum dapat terpenuhi. Umumnya terdiri dari kaum migran yang berasal dari beberapa daerah dengan latar belakang sosial yang berbeda. Masyarakat miskin kota saling berinteraksi dan mempengaruhi sehingga membentuk perilaku politik mereka yang cenderung sama. munculnya fenomena ini berdampak pada persepsi masyarakat terhadap pemerintah yang tidak mampu menghasilkan kebijakan sesuai dengan aspirasi masyarakat.

Kebijakan justru membawa dampak bagi masyarakat, misalnya pemilihan umum presiden dan wakil presiden (Pilpres) yang secara langsung melahirkan konflik ditingkat masyarakat bawah yang umumnya diprovokasi oleh oknum elit tertentu. Perilaku seperti ini berdampak tidak baik dalam konteks pembelajaran politik, terutama yang terkait dengan partisipasi mereka sebagai warga negara

(13)

dalam pemilihan umum (Pemilu). Adapun syarat-syarat yang harus dimiliki untuk menjadikan seseorang dapat memilih adalah:

1. Umur sudah 17 tahun;

2. Sudah atau pernah kawin; dan

3. Purnawirawan atau Sudah tidak lagi menjadi anggota TNI / Kepolisian.

Sesuai dengan syarat- syarat yang telah disebutkan diatas maka seseorang dapat dikatakan berhak berpartisipasi dalam pemilu. Akan tetapi dilihat dari kondisi masyarakat sekarang ini sebagian besar mereka ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum karena mendapatkan janji atau mengharapkan imbalan.

Masyarakat yang mempunyai keinginan tertentu ikut berpartisipasi dalam kampanye untuk memenuhi keinginannya berbeda dengan yang bertugas sebagai penyelenggara yang tidak mengharapkan imbalan apapun kecuali melaksanakan kewajiban yang telah di amanahkan kepada mereka.

Penelitian ini memilih kaum miskin perkotaan di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar sebagai objek kajian yang patut diteliti, khususnya dalam melihat partisipasi politik masyarakatnya. Partisipasi politik masyarakat miskin dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam diri (Kemauan), Pengaruh pemerintah dan faktor dari luar individu. Faktor dari dalam yaitu keinginan dari hati nurani setiap individu untuk ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum, pengaruh pemerintah yaitu adanya pengaruh dari pemerintah setempat untuk ikut berpartisipasi langsung dalam pemulihan umum sedangkan faktor dari luar terdiri dari faktor lingkungan dan faktor ekonomi. Faktor lingkungan yaitu masyarakat yang tidak ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum karena melihat masyarakat sekitar kurang berpartisipasi dan bahkan tidak

(14)

memperdulikan pemilihan umum. Sedangkan faktor ekonomi yaitu masyarakat yang lebih mementingkan mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dibandingkan berpartisipasi dalam pemilihan umum. Realitanya, kehidupan kaum miskin perkotaan yang penuh dengan masalah sosial ekonomi dan budaya membuat partisipasi politik masyarakat miskin rendah.

Lingkungan dapat mempengaruhi cara berperilaku seseorang. Keadaan lingkungan membentuk sikap seseorang yang sering kali diwujudkan dalam bentuk tindakan termasuk dalam hal ini respon individu terhadap gejala politik disekitar masyarakat. Begitu juga dengan masyarakat miskin yang hidup dalam lingkungan sosial yang terbatas sehingga mempengaruhi pembentukan nilai-nilai politik mereka. Masalah kemiskinan yang terutama terjadi di perkotaan, terdapat tumpang tindih permasalahan dalam kehidupan masyarakat miskin. Masyarakat tidak saja menghadapi masalah pemenuhan kebutuhan ekonomi sehari-hari, penyesuaian terhadap kuatnya penetrasi budaya kota, tetapi juga menghadapi masalah politik.

Hal yang menarik adalah masalah politik ini justru bukan muncul dari masyarakat namun di bawa oleh orang luar (outsider) yang memiliki kepentingan tertentu terhadap keberadaan masyarakat miskin. Penggunaan kekuatan masyarakat miskin kota untuk menggalang aksi massa seperti demonstrasi, menuntut pemberlakuan suatu kebijakan juga menyangkut mobilisasi dukungan suara dalam suatu pemilihan umum (Pemilu) sebagai sarana demokrasi yang telah digunakan oleh sebagian besar dunia termasuk di Indonesia, yang memiliki masyarakat yang heterogen.

(15)

Melalui pemilihan umum maka memungkinkan semua pihak dapat terakomodasi terhadap apa yang sebenarnya diinginkan dan cita-citakan sehingga menuju kepada kehidupan yang lebih baik. Masyarakat merupakan komponen penentu berhasil atau tidaknya pelaksanaan pemilu. Karna pada dasarnya kekuatan pemilihan masyarakat yang dapat menentukan nasib bangsa dan negara kedepannya.

Tanpa adanya partisipasi masyarakat maka pemilihan umum tidak akan berlangsung dan terlaksana dengan baik oleh sebab itu maka setiap warga negara apapun latar belakangnya baik Suku, agama, ras, jenis kelamin, Status sosial dan golongan, mereka semua memiliki hak yang sama untuk menyatakan pendapat dalam menyikapi secara kritis kebijakan pemerintah dan pejabat negara. Hak ini disebut sebagai hak politik yang secara luas dapat langsung diaplikasikan secara konkrit melalui pemilihan umum agar wakil-wakil yang dipilih benar-benar dapat mewakili aspirasi, keberagaman, kondisi serta keinginan dari rakyat yang telah memilihnya.

Dalam pemilihan umum presiden, masyarakat miskin sudah memiliki keinginan untuk ikut dalam pemilihan umum, adanya kesadaran, pengaruh pemerintah membuat partisipasi politik masyarakat miskin dalam pemilu sudah cukup banyak, akan tetapi pemahaman politik mereka perlu ditingkatkan, sehingga mereka dapat menggunakan hak pilihnya dengan baik. Kelurahan Mangasa merupakan salah satu kelurahan di Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

Kelurahan Mangasa tidak jauh berbeda dengan kelurahan lain, akan tetapi di Kelurahan ini masyarakat miskin tergolong banyak yang ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum, utamanya dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014.

(16)

Pemilihan presiden bertujuan untuk membentuk pemerintahan demokratis, kuat, dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sesuai dengan Undang-Undang No 42 tahun 2008 Tentang pemilihan umum presiden dan wakil presiden sesuai dengan pasal 1 ayat 1 yang berbunyi pemilihan umum presiden dan wakil presiden, adalah pemilihan umum untuk memilih presiden dan wakil presiden dalam negara kesatuan republik indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945.

Agar dapat mengetahui partisipasi politik masyarakat miskin dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan wakil presiden 2014 maka perlu diadakan penelitian terhadap hal tersebut. Maka berdasarkan latar belakang peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Partisipasi Politik Masyarakat Miskin Kota Dalam Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden 2014 Di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar”

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah di paparkan di atas, maka peneliti dapat merumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana partisipasi politik masyarakat miskin kota dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate kota Makassar?

2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat miskin kota dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate kota Makassar?

(17)

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah di uraikan di atas, maka penelitian ini bertujuan:

1.Untuk mengetahui partisipasi politik masyarakat miskin kota dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate kota Makassar?

2.Untuk mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat miskin kota dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate kota Makassar?

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang di harapkan dalam penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan acuan pemerintah dalam menekan angka golongan putih (golput) pada masyarakat miskin kota dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

2. Di harapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi peneliti lain yang berminat untuk meneliti bagaimana partisipasi politik masyarakat miskin kota dalam pemilihan presiden dan wakil presiden khususnya masyarakat miskin kota di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Partisipasi Politik

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2011:1024) partisipasi adalah hal turut berperan serta dalam suatu kegiatan, keikutsertaan, peran serta , observasi kegiatan dalam riset yang berupa pengamatan yang aktif dan turut serta dalam kehidupan lapangan atau objek yang diamati. Menurut kamus besar bahasa indonesia “Politik” adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang antara lain berwujud proses pembuatan keputusan, khususnya dalam Negara, Secara umum partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, seperti memilih pimpinan negara atau upaya-upaya mempengaruhi kebijakan pemerintah.

Menurut Fauls,Keith (2010:180) mengemukakan bahwa partisipasi politik sebagai Keterlibatan secara aktif (the active engagement) dari individu atau kelompok ke dalam proses pemerintahan. Keterlibatan ini mencakup keterlibatan dalam proses pengambilan keputusan maupun berlaku oposisi terhadap pemerintahan. Sedangkan menurut Rush dan Althoff (2010:180-181) partisipasi politik sebagai keterlibatan dalam aktivitas politik pada suatu sistem politik.

berdasarkan pendapat dari beberapa definisi partisipasi politik yang disebut diatas, tampaknya pengertian yang di buat Rush dan Althoff lebih luas cakupannya sehingga definisi tersebut memuat semua pengertian dari politik :

a) Kekuasaan (Power) adalah konsep yang berkaitan dengan prilaku yang di artikan sebagai kemampuan menggunakan sumber-sumber pengaruh yang dimiliki untuk mempengaruhi prilaku pihak lain, sehingga pihak lain

(19)

berperilaku sesuai dengan kehendak yang mempengaruhi.

b) Kewenangan (Authority) adalah dasar untuk melakukan suatu tindakan, perbuatan dan melakukan kegiatan atau aktivitas perusahaan.

c) Kehidupan publik (Public Life) adalah kehidupan politik yang lazim dimaknai sebagai kehidupan yang menyangkut segi-segi kekuasaan.

d) Pemerintahan (Goverment) adalah organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menetapkan hukum serta undang-undang dasar diwilayah tertentu.

e) Negara (State) adalah suatu wilayah yang kekuasaannya baik politik, militer, ekonomi, sosial, maupun budaya yang diatur oleh pemerintahan yang berada diwilayah tertentu.

f) Konflik dan resolusi konflik (Conflict dan Conflict resolution) Konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satupun masyarakat yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri.

Sedangkan Resolusi Konflik adalah sebuah proses untuk mencapai solusi sebuah konflik.

g) Kebijakan (Policy) adalah rangkaian dan akses yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak.

h) Pengambilan keputusan (Decision making) yaitu dapat dianggap sebagai suatu hasil atau keluaran dari proses mental atau kognitif yang membawa pada pemilihan suatu jalur tindakan diantara beberapa alternatif yang tersedia.

(20)

1. Ikut Memilih Dalam Pemilihan Umum

Dalam pemilihan umum presiden dan wakil presiden masyarakat ikut aktif dalam memberikan suaranya dan berpartisipasi langsung. Seperti menuju ke TPS untuk ikut memilih kandidat mereka masing-masing.

Para ahli sosiologi politik dalam merumuskan berbagai macam tipologi partisipasi politik. Salah satu ahli Roth dan Wilson membuat tipologi partisipasi politik atas dasar piramida partisipasi. Pandangan Roth dan Wilson tentang piramida politik menunjukkan bahwa semakin tinggi intensitas dan derajat aktivitas politik seseorang, maka semakin kecil kuantitas orang yang terlibat didalamnya.

Aktivis Partisipan Pengamat Orang yang apolitis

Gambar 2.1 Piramida partisipasi politik

Intensitas dan derajat keterlibatan yang tinggi dalam aktivitas politik di kenal sebagai aktivis. Adapun yang masuk dalam kelompok aktivis adalah pemimpin dan para fungsionaris partai atau kelompok kepentingan, serta anggota partai atau kelompok kepentingan yang mengurus organisasi secara penuh waktu (Full Time). Termasuk dalam kategori ini adalah kegiatan politik yang dipandang menyimpan atau negatif seperti pembunuh politik, teroris, atau pelaku pembajakan untuk meraih tujuan politik.

Lapisan berikutnya setelah lapisan puncak piramida dikenal sebagai partisipan. Kelompok ini mencakup berbagai aktivitas seperti petugas atau juru

(21)

kampanye, mereka yang terlibat dalam program atau proyek sosial, sebagai pelobi politik, aktif dalam partai politik atau kelompok kepentingan.

Lapisan selanjutnya adalah kelompok pengamat. Mereka ikut dalam kegiatan politik yang tidak banyak menyita waktu, tidak menuntut prakarsa sendiri, tidak intensif dan jarang melakukannya. Misalnya memberikan suara dalam pemilihan umum (Legislatif dan Eksekutif), mendiskusikan isu politik, dan menghadiri kampanye politik. Lapisan terbawah adalah kelompok orang yang apolitis, yaitu kelompok orang yang tidak peduli terhadap masalah politik. Mereka tidak memikirkan sedikitpun masalah politik atau yang berkaitan dengan politik.

Adapun 2 tipe partisipasi politik menurut Asrinaldi (2012:230) yaitu:

a. Masyarakat Miskin Apatis

Masyarakat dalam tipe ini adalah mereka yang sama sekali tidak memiliki keinginan untuk terlibat dalam aktivitas politik karna rendahnya pendidikan yang dimiliki. Ini disebabkan oleh pengetahuan mereka tentang politik yang kurang dan bahkan tidak ada karena mereka tidak mendapatkan proses sosialisasi politik, baik di lingkungan sekolah maupun keluarga sehingga mereka cenderung tidak memperdulikan masalah politik, apalagi untuk ikut berpartisipasi langsung dalam pemilihan umum (Pemilu).

b. Masyarakat Miskin Semi Apatis

Masyarakat yang memiliki keinginan untuk terlibat dalam proses politik walaupun dalam konteks yang sederhana. Pada umumnya mereka memiliki pendidikan hanya tamat SD atau tidak tamat SMA. Dasar pendidikan inilah yang membantu mereka dalam mendapatkan informasi politik baik secara sengaja maupun tidak, terutama yang ada disekitar mereka.

(22)

2. Ikut Serta Dalam Kegiatan Politik

partisipasi politik masyarakat miskin kota ditunjukkan dengan adanya partisipasi setiap individu dalam pemilihan presiden yang ditunjukkan dengan keikutsertaan masyarakat baik dalam menjadi tim sukses demi mendapatkan dukungan bagi calon yang kelak akan menjadi pemimpinnya sampai ikut serta dalam pemilihan umum, berpartisipasi langsung ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Dalam kegiatan pemilihan ini, masyarakat ikut serta dalam pemberian suara pada pemilihan umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan, atau tindakan lain yang berusaha mempengaruhi hasil pemilu.

Partisipasi politik bersumber pada faktor kebiasaan atau partisipasi politik terbagi atas partisipasi politik yang mengacu pada wujud nyata kegiatan politik tersebut. Berdasarkan pendapat Mas‟oed & MacAndrews (2000:47) maka kegiatan dalam partisipasi politik adalah:

a. Kegiatan Pemilihan yaitu kegiatan pemberian suara dalam pemilihan umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan bagi calon legislatif atau eksekutif, atau tindakan lain yang berusaha mempengaruhi hasil pemilu.

b. Lobby yaitu upaya perorangan atau kelompok menghubungi pimpinan politik dengan maksud mempengaruhi keputusan mereka mengenai persoalan-persoalan yang menyangkut sejumlah besar orang. Seperti, kegiatan yang ditujukan untuk menimbulkan dukungan atau oposisi terhadap suatu usul legislatif atau keputusan administratif tertentu.

c. Kegiatan Organisasi yaitu partisipasi individu ke dalam organisasi, baik selaku anggota maupun pemimpinnya, guna mempengaruhi pengambilan

(23)

keputusan oleh pemerintah.

d. Mencari Koneksi yaitu upaya individu yang ditujukan terhadap pejabat- pejabat pemerintah dan biasanya dengan maksud memperoleh manfaat bagi hanya satu orang atau segelintir orang.

e. Tindakan Kekerasan yaitu tindakan individu atau kelompok guna mempengaruhi keputusan pemerintah dengan cara menciptakan kerugian fisik terhadap orang-orang atau harta benda, seperti pemberontakan yang sangat merugikan masyarakat.

3. Perilaku Memilih

Perilaku memilih adalah keputusan pemilih untuk memilih kandidat atau peserta pemilu tertentu. Seorang pemilih menjatuhkan pilihannya kepada kandidat atau peserta pemilu tertentu. Ada beberapa alasan yang dikemukaakan oleh peserta pemilu, yaitu sejauh mana pilihan itu bersifat rasional dengan kata lain sejauh mana pilihan politik mereka berdasarkan pertimbangan rasional menyangkut kandidat atau peserta pemilu itu.

Beberapa alasan yang memungkinkan masyarakat miskin kota untuk tidak ikut serta dalam pemilihan presiden yaitu karna adanya ketersediaan sarana dan rendahnya motivasi.

a. Ketersediaan Sarana

Ketersediaan sarana untuk terlibat dalam proses politik juga mempengaruhi partisipasi politik masyarakat miskin kota. Sarana yang dimaksud untuk mereka mengaktualkan diri dalam aktivitas politik. Misalnya, atribut yang ada pada diri mereka seperti tingkat pendidikan yang rendah, kekurangan dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan dan papan, rendahnya

(24)

kualitas kesehatan serta kekurangan ekonomi untuk membiayai aktivitas mereka. Akibatnya masyarakat miskin dihinggapi rasa rendah diri dan kurang percaya diri sehingga mereka memilih untuk menjauh dari proses politik.

Selain itu sarana dalam pemilihan umum juga dirasakan penting bagi masyarakat miskin yaitu kartu pemilihan umum bagi mereka agar dapat ikut dalam pemilihan umum. Adanya pembagian yang tidak merata terkadang membuat mereka tidak mendapatkan kartu pemilih, sehingga walaupun mereka ingin ikut berpartisipasi langsung dalam pemilihan umum, akan tetapi karna mereka tidak mendapatkan kartu pemilih sehingga mereka golput, walaupun sebenarnya masyarakat miskin tersebut ingin ikut berpartisipasi langsung dalam pemilihan umum.

b.Rendahnya motivasi masyarakat miskin untuk mengaktualkan diri dalam kegiatan politik karna mereka pada pada umumya tidak mengetahui hakikat mengikuti aktivitas tersebut. Realita ini membawa dampak kepada sikap masyarakat miskin yang cenderung pasif ketika berhadapan dengan masalah politik. Dalam banyak kasus, masyarakat miskin sepertinya kehilangan motivasi untuk terlibat dalam aktivitas politik. Padahal motivasi dari dalam diri individu adalah aspek penting untuk melahirkan sikap dan tindakan, terutama dalam mengikuti pemilihan umum atau pemilihan presiden.

B. Konsep Masyarakat Miskin

Masyarakat miskin adalah masyarakat yang menempati suatu wilayah tertentu yang mempunyai pendapatan atau penghasilan yang tidak dapat mencukupi kebutuhannya, memiliki anggota keluarga yang banyak sehingga penghasilan mereka tidak dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari. Menurut

(25)

Asrinaldi (2012:2) Masyarakat miskin adalah masyarakat yang memiliki masalah dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi sehari-hari. Ada fenomena menarik dalam kehidupan masyarakat miskin bahwa pada umumnya kemiskinan tersebut muncul karena tidak antisipatifnya pemerintah ketika mengimplementasi suatu kebijakan.

Kemiskinan masyarakat yang disebabkan oleh kebijakan pemerintah ini dikenal dengan kebijakan struktural. Munculnya fenomena ini berdampak pada persepsi masyarakat terhadap pemerintah yang tidak mampu menghasilkan kebijakan yang sesuai dengan aspirasi masyarakatnya.

Kebijakan tersebut justru membawa dampak yang tidak diperkirakan sebelumnya. Misalnya, pelaksanaan pemilihan umum secara langsung hanya melahirkan konflik ditingkat masyarakat bawah yang umumnya mereka dimobilisasi dan di provokasi oleh oknum tertentu. Tanpa disadari implikasi ini bahkan secara politik berdampak pula pada keyakinan dan prilaku politik masyarakat khususnya partisipasi politik kaum miskin perkotaan.

Menurut Mardjono (2003:24) Masyarakat miskin kota ini kalau diamati ternyata tidak memiliki kesadaran politik (Political unconsciusness) ketika mengikuti aktivitas politik, seperti memberikan dukungan suara pada suatu pemilihan umum. Kebanyakan mereka tidak mengetahui apa sesungguhnya makna dari respon politik yang mereka lakukan. Apalagi jika ditambah dengan kecendrungan politik yang berasal dari lingkungan sekitar mereka yang penuh dengan rekayasa dan diorientasikan untuk mendapat dukungan dari masyarakat miskin.

Menurut Gaffar (2005:95) beberapa gejala yang dapat ditimbulkan yaitu Pertama, ternyata informan politik sebagai bahan dasar untuk melakukan respon

(26)

politik sering kali mengalami masalah politik. Elit politik hanya berorientasi pada menggalang dukungan suara ketika pemilu untuk memperoleh kekuasaan.

fenomena ini jarang sekali disadari oleh kelompok miskin yang memang tidak memiliki pengetahuan politik yang memadai untuk bersikap kritis terkait dengan informasi yang dibawa elit politik.

Kedua, dengan tingkat pendidikan masyarakat miskin kota yang relatif tidak merata dan sebagian besar berpendidikan rendah, maka pemaknaan informasi politik menjadi dangkal dan parsial. Ini jelas berdampak pada rendahnya pemahaman politik dan motivasi untuk mengubah eksistensi sistem politik yang tidak sesuai dengan kepentingan mereka. Ketiga, pada umumnya politik pada tataran praktis lebih berorientasi pada kekuasaan dengan muatan kepentingan kelompok tertentu (Vasted interest) dengan memanfaatkan situasi yang ada, termasuk melalui cara manipulasi untuk mendapatkan dukungan dari masyarakat, khususnya kelompok miskin perkotaan.

Keempat, adanya kecendrungan yang semakin kuat akibat pola kehidupan kaum migran yang cenderung berkelompok seperti keluarga dari daerah asal, komunitas lokal tempatan yang satu etnis atau teman sejawat (Peer group) yang bertujuan mengamankan kedudukannya di wilayah perkotaan. Patronase adalah bentuk budaya politik di indonesia yang akhirnya bermuara pada bentuk budaya politik subjektif, fenomena ini memudahkan mobilisasi dukungan politik kepada suatu kelompok atau partai tertentu.

Sesuai uraian di atas Kulman (2004:9) menegaskan pandangan orang miskin baik secara individu maupun kolektif terkait dengan ekonomi memiliki efek politik yang hebat mempengaruhi kepercayaan mereka terhadap politik,

(27)

kepuasan terhadap demokrasi, institusi politik dan bahkan politisi. Dibeberapa negara, khususnya dinegara-negara yang diliputi dengan masalah kemiskinan terutama diperkotaan terdapat tumpang tindih permasalahan dalam kehidupan masyarakat miskin.

Mereka tidak saja menghadapi masalah pemenuhan kebutuhan ekonomi sehari-hari, penyesuaian terhadap kuatnya penetrasi budaya kota tapi juga menghadapi masalah politik. Menariknya adalah masalah politik ini justru bukan muncul dari mereka, namun dibawa oleh orang luar (outsider) yang memiliki kepentingan tertentu terhadap keberadaan masyarakat miskin ini. Misalnya penggunaan kekuatan masyarakat miskin kota untuk menggalang aksi massa seperti demonstrasi menuntut pemberlakuan suatu kebijakan, juga menyangkut mobilisasi dukungan suara dalam suatu pemilihan umum (pemilu).

Seringkali fenomena masyarakat miskin dalam berpolitik dikaitkan dengan perilaku yang apatis, irasional, dan cenderung tertutup. Munculnya prilaku tersebut karna kelompok masyarakat miskin kota ini lebih menfokuskan dirinya untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari ketimbang memikirkan sesuatu yang menurut mereka tidak ada kaitannya dengan masalah sosial yang mereka hadapi.

Walaupun begitu kepedulian mereka dalam berpolitik terutama untuk merespon lingkungan disekitarnya jelas adanya. Artinya masyarakat miskin merespon fenomena politik disekitar mereka jika berkaitan dengan masalah yang mereka hadapi. Biasanya masyarakat miskin kota ini menghadapi masalah yang hampir sama sehingga menjadi faktor penentu respon politik masyarakat.

Menurut Mardjono (2003:50) dalam memahami prilaku masyarakat miskin kota maka dapat digambarkan potensi politik yang mereka miliki baik

(28)

dalam arti mendorong mereka terlibat dalam proses politik untuk penguatan konsolidasi demokrasi maupun dalam arti mengantisipasi munculnya gerakan radikalisme dari mereka yang kecewa dengan keadaan politik yang dihadapi.

Fenomena radikalisme yang melibatkan masyarakat miskin ini justru melahirkan perubahan politik yang signifikan dibanyak negara termasuk di Indonesia.

Masyarakat miskin kota yang mejadi fokus pembahasan umumnya terdiri dari kaum migran yang berasal dari beberapa daerah yang beragam dari komposisi etnis dan latar belakang sosial. Sebagian besar dari mereka pindah kekota-kota besar dari daerah yang tidak terlalu jauh dari tempat tujuan dan sebagian besar dari mereka yang pindah kekota berasal dari provinsi yang sama, orang-orang muda lebih cenderung berpindah dari pada orang-orang tua, orang yang berkeluarga dan orang yang berpendidikan tinggi cenderung pindah dibandingkan dengan mereka yang berpendidikan rendah, sulitnya mencari pekerjaan dan rendahnya tingkat upah merupakan alasan utama mereka pindah ke kota.

Partisipasi masyarakat miskin kota yang menjadi fokus penelitian tentu harus dipahami bahwa banyak dari masyarakat miskin kota ini kalau diamati ternyata tidak memiliki kesadaran politik (political unconsciusness) ketika mengikuti aktifitas politik, seperti memberikan dukungan suara dalam pemilu.

Kebanyakan dari mereka tidak mengetahui apa sesungguhnya makna dari respon politik yang mereka lakukan. Apalagi jika ditambah dengan kecenderungan stimulus politik yang berasal lingkungan sekitar mereka yang penuh dengan rekayasa dan diorientasikan untuk mendapat dukungan masyarakat miskin.

Misalnya, ini ditunjukkan oleh gejala bahwa ternyata informasi politik sebagai bahan dasar untuk melakukan respon politik sering kali mengalami distorsi dari

(29)

oknum elit untuk kepentingan tertentu.

Menurut Asrinaldi (2012:50) keterlibatan masyarakat miskin dalam aktivitas politik memang jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari dimana kemiskinan yang melilit mereka seringkali menjadi faktor penghambat partisipasi mereka dalam aktivitas politik. Secara konsep, keterlibatan individu dalam suatu kegiatan politik seperti pemilu, menjadi anggota partai politik dan unjuk rasa dipengaruhi oleh dua faktor penting yaitu faktor dari dalam diri dan dari luar diri.

Dorongan dari dalam diri biasanya terkait dengan sistem nilai seperti keyakinan, ideologi dan kepentingan yang membuat individu bertindak secara otonom.

Sementara dorongan dari luar diri individu biasanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan seperti pengaruh rekan sejawat, tetangga, anggota keluarga dan faktor lain yang memaksa mereka untuk terlibat dalam suatu aktivitas politik masyarakat miskin.

Menurut Rusdianta (2010:25) partisipasi masyarakat juga dipengaruhi oleh beberapa faktor lain yaitu Faktor pertama adalah lingkungan yang mempengaruhi pembentukan preferensi politik kaum miskin kota dari lingkungan inilah terjadi proses penyesuaian nilai politik dari diri individu masyarakat miskin kota. Di lingkungan ini juga mereka mengaktualkan nilai-nilai tersebut dengan melakukan tindakan politik, diantaranya adalah keterlibatan mereka dalam pemilu.

Faktor kedua adalah Ekonomi yang orientasi nilai bersifat pragmatis dalam diri individu masyarakat miskin kota yang hanya memposisikan diri mereka pada pemenuhan kebutuhan keluarga jauh lebih penting ketimbang melibatkan diri dalam masalah-masalah (Politik) turut menentukan pembentukan preferensi politik mereka, dimana bagi mereka keterlibatan dengan kegiatan politik justru

(30)

membuang waktu dan tidak ada manfaat langsung untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga. Kebanyakan kaum miskin kota memiliki tingkat pendidikan yang sangat rendah. Akibatnya pemahaman mereka terhadap politik menjadi dangkal. Dengan hanya mengandalkan cerita dari tetangga sekitar atau dengan menonton berita di televisi serta keterbatasan mereka membaca media cetak.

Menurut Asrinaldi (2012:230) menjelaskan bahwa masyarakat miskin dapat dikategorikan dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah mereka yang memang apatis terhadap politik dan kelompok kedua adalah mereka yang dikategorikan memiliki sikap semi apatis. Sikap apatis dalam kehidupan politik orang miskin kota sedikit banyak dipengaruhi oleh perasaan rendah diri karna ketidakpahaman mereka pada proses politik yang berlangsung. Dari segi lain mereka juga merasakan tidak adanya keuntungan langsung dari aktivitas politik yang mereka ikuti.

Akibatnya mereka cenderung menjauh dan menutup diri dari proses politik tersebut. Walaupun begitu, sikap apatisme politik masyarakat miskin ini berbeda dengan sikap apatisme individu pada umumnya. Perbedaan ini dapat dilihat pada kesadaran politik yang terbentuk. Apatisme pada masyarakat umum adalah bentuk ketidak percayaan mereka pada proses politik yang berlangsung karna banyaknya rekayasa dan manipulasi yang dilakukan elit politik sehingga memunculkan kekecewaan yang mendalam. Sehingga pada akhirnya individu tersebut kehilangan kepercayaan pada proses politik seperti pemilu, fenomena apatisme masyarakat ini diwujudkan dengan tidak menggunakan hak pilihnya dalam pemilu yang dikenal dengan Golput (Non Voter).

Menurut Mardjono (2003:57) Dalam konteks umum, hal ini tidak otomatis

(31)

mendorong masyarakat miskin ini berpartisipasi dalam aktivitas politik sesuai dengan nilai yang telah mereka cerna. Pertama masyarakat miskin adalah kelompok masyarakat yang memiliki akses terbatas dalam proses politik. Dalam banyak kasus, katerlibatan mereka dalam kegiatan politik cenderung dimobilisasi oleh kelompok masyarakat politik lainnya. Kesadaran masyarakat miskin tentang politik sengaja dibentuk dan tidak jarang dikaitkan dengan latar belakang sosial mereka yang direkayasa agar mereka seolah-olah sadar bahwa keterlibatan adalah untuk kepentingan mereka.

Dalam pemilihan umum yang melibatkan orang miskin, adanya dorongan agar mereka memberikan suara dalam pemilu hanya untuk mendukung partai atau calon tertentu dan bukan untuk mengatasi masalah yang mereka hadapi. Bahkan, pengurus partai berusaha merekayasa ideologi politik mereka dengan maksud memberi image yang sama dengan keadaan pemilih sehari-hari. Kedua, ketersediaan sarana untuk terlibat dalam proses politik juga mempengaruhi partisipasi politik masyarakat miskin tersebut.

Sarana yang dimaksud terkait dengan wadah untuk mereka mengaktualkan diri mereka dalam aktivitas politik. Misalnya, atribut yang ada pada diri mereka seperti tingkat pendidikan yang rendah, kekurangan dalam hal pemenuhan kebutuhan pangan dan papan, rendahnya kualitas kesehatan serta kekurangan ekonomi untuk membiayai aktivitas mereka. Akibatnya masyarakat miskin dihinggapi rasa rendah diri dan kurang percaya diri sehingga mereka memilih untuk menjauh dari proses politik. Aspek fisikologis ini yang tidak dimiliki oleh masyarakat miskin tersebut.

C. Konsep Pemilihan Umum Presiden

(32)

Menurut Sulistiyo (2002:77) Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu bentuk partisipasi politik sebagai perwujudan dari kedaulatan rakyat, karena pada saat pemilu itulah, rakyat menjadi pihak yang paling menentukan bagi proses politik disuatu wilayah dengan memberikan suara secara langsung. Pemilihan umum adalah proses memilih orang untuk mengisi jabatan-jabatan politik tertentu, seperti presiden. Pemilihan Umum pada tahun 2014 ini mendatangkan langkah awal terbentuknya masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Memiliki kebebasan berekspresi dan berkehendak serta mendapatkan akses terpenuhinya hak-hak mereka sebagai warga negara.

Menurut Norris (2006) Pemilu adalah sarana sah yang diakui konstitusi untuk melakukan sirkulasi elit politik. Pemilu juga menjadi mekanisme utama dalam hal berdemokrasi ketika partisipasi masyarakat menjadi ukurannya. Karna untuk menghasilkan demokrasi yang berkualitas selain memperbaiki institusi politik dan menguatkan peran masyarakat sipil juga bergantung pada kualitas pemilu yang dilaksanakan. Kualitas pemilu tidak saja ditentukan oleh undang- undang atau prosesnya, tetapi juga kualitas partai politik dan masyarakat sebagai pemilih. Pengalaman pemilihan umum yang berlangsung dalam beberapa decade menunjukkan banyaknya para pemilihan umum yang berlangsung yang tidak memberikan suaranya. Sebagai fenomena penggambaran diatas apabila seseorang memiliki kasadaran politik dan kepercayaan kepada pemerintah tinggi maka perilaku politik cenderung lebih aktif, sedangkan apabila kesadaran dan kepercayaan sangat kecil maka partisipasi politik menjadi pasif dan apatis.

Berdasarkan Undang-undang Pemilihan Umum No. 42 Tahun 2008 pasal 1 dalam Undang-Undang ini yang dimaksud adalah Pemilihan Umum Presiden dan

(33)

Wakil Presiden, selanjutnya disebut Pemilu Presiden dan Wakil Presiden, adalah pemilihan umum untuk memilih Presiden dan Wakil Presiden dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Para pemilih dalam pemilihan umum disebut juga konstituen, dan kepada merekalah peserta pemilu menawarkan janji-janji dan program-programnya pada masa kampanye. Kampanye dilakukan selama waktu ditentukan menjelang hari pemungutan suara. Setelah pemungutan suara dilakukan, proses penghitungan dimulai pemenang pemilu ditentukan oleh aturan main atau sistem penentuan pemenang yang sebelumnya telah ditetapkan dan disetujui oleh para peserta, dan disosialisasikan kepada pemilih.

Pemilihan Umum (Pemilu) di Indonesia dilaksananakan dengan partisipasi rakyat yang berdasarkan asas langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil serta menjamin prinsip keterwakilan, akuntabilitas, dan legitimasi. Seperti pada penjelasan dibawah ini yaitu :

1. Asas langsung, berarti rakyat pemilih mempunyai hak untuk secara langsung memberikan suaranya sesuai dengan kehendak hati nuraninya tanpa perantara atau paksaan dari orang lain

2. Asas umum, berarti pada dasarnya semua warga negara yang memenuhi persyaratan minimal dalam usia, yaitu sudah berumur 17 tahun atau telah atau pernah kawin berhak ikut memilih dalam pemilu. Warga negara yang sudah berumur 21 tahun berhak dipilih. Jadi, pemilihan yang bersifat umum mengandung makna menjamin kesempatan yang berlaku menyeluruh bagi semua warga negara yang telah memenuhi persyaratan tertentu tanpa

(34)

diskriminasi (pengecualian) berdasarkan acuan suku, agama, ras, golongan, jenis kelamin, kedaerahan, dan status sosial.

3. Asas bebas, berarti setiap warga negara yang berhak memilih bebas menentukan pilihannya tanpa tekanan dan paksaan dari siapapun. Didalam melaksanakan haknya, setiap warga negara dijamin keamanannya. Sehingga dapat memilih sesuai dengan kehendak hati nurani dan kepentingannya.

4. Asas rahasia, berarti dalam memberikan suaranya, pemilih dijamin bahwa pemilihannya tidak akan diketahui oleh pihak manapun dan dengan jalan apapun. Pemilih memberikan suaranya pada surat suara dengan tidak dapat diketahui oleh orang lain kepada siapa suaranya diberikan. Asas rahasia ini tidak berlaku lagi bagi pemilih yang telah keluar dari tempat pemungutan suara dan secara sukarela bersedia mengungkapkan pilihannya kepada pihak manapun.

5. Asas jujur, berarti dalam pemilihan umum penyelenggaraan atau pelaksanaan pemerintah dan partai politik peserta pemilu, pengawas dan pemantau pemilu, termasuk pemilih, serta semua pihak yang terlibat secara tidak langsung harus bersikap dan bertindak jujur sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

6. Asas adil, berarti dalam penyelenggaraan pemilu, setiap pemilih dan partai politik peserta pemilu mendapat perlakuan yang sama serta bebas dari kecurangan pihak manapun.

Pemilihan presiden bertujuan untuk membentuk pemerintahan demokratis, kuat dan memperoleh dukungan rakyat dalam rangka mewujudkan tujuan nasional sesuai dengan undang-undang No 42 Tahun 2008 Tentang pemilihan umum presiden dan wakil presiden sesuai dengan pasal 1 ayat 1 yang berbunyi pemilihan

(35)

umum presiden dan wakil presiden adalah pemilihan umum untuk memilih presiden dan wakil presiden dalam negara kesatuan republik indonesia berdasarkan pancasila dan undang-undang dasar negara republik indonesia tahun 1945.

Pandangan umum tentang perubahan sistem kepartaian dan sistem pemilu yang membawa efek pada prilaku memilih. Dalam hal ini dijelaskan proses demokrasi yang dilaksanakan harus disertai dengan perkembangan arena konsolidasi demokrasi. Salah satunya adalah yang terkait dengan berkembangnya pemilih cerdas, rasional dan independen yang selalu berpartisipasi dalam proses politik di lingkungannya.

D. Kerangka Pikir

Partisipasi politik adalah keikutsertaan warga negara dalam aktivitas politik, baik karena kesadaran dirinya secara otonom maupun mobilisasi yang dilakukan individu atau kelompok dengan tujuan mempengaruhi bekerjanya sistem politik. Berdasarkan uraian tersebut maka menurut Asrinaldi (2012) partisipasi politik Terbagi atas 3 yaitu: (1.) Ikut memilih dalam pemilu yaitu adanya keikutsertaan masyarakat dalam pemilihan umum presiden dan wakil presiden masyarakat ikut aktif dalam memberikan suaranya dan berpartisipasi langsung, Seperti menuju ke TPS untuk ikut memilih kandidat mereka masing- masing. (2.) Ikut serta dalam kegiatan politik yaitu adanya partisipasi masyarakat ikut serta dalam pemberian suara pada pemilihan umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan, atau tindakan lain yang berusaha mempengaruhi hasil pemilu. (3.) Perilaku memilih yaitu keputusan pemilih untuk memilih kandidat atau peserta pemilu tertentu. Seorang pemilih menjatuhkan

(36)

pilihannya kepada kandidat atau peserta pemilu tertentu. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi Partisipasi Politik Masyarakat Miskin menurut Asrinaldi (2012) yaitu adanya faktor pendukung seperti: (1.) Faktor pengaruh pemerintah yaitu adanya pengaruh pemerintah kepada masyarakat untuk ikut serta dalam pemilihan umum. (2.) Faktor pengaruh kelompok masyarakat yaitu adanya pengaruh kelompok masyarakat tertentu untuk mempengaruhi masyarakat miskin dalam berpartisipasi dalam pemilihan presiden dan wakil presiden. sedangkan faktor penghambatnya seperti: (1.) Faktor lingkungan yaitu adanya pengaruh dari lingkungan sekitar seperti pengaruh dari rekan sejawat, tetangga dan anggota keluarga yang memberikan pengaruh besar dalam berpartisipasi pada pemilihan umum. (2.) Faktor ekonomi yaitu adanya pengaruh ekonomi sehingga masyarakat lebih memilih untuk tetap bekerja mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan ekonomi dibandingkan harus ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum (Pemilu).

Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada bagan Kerangka Pikir berikut:

Bagan Kerangka Pikir

Partisipasi Politik Masyarakat Miskin Kota Dalam

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014

1.Ikut Memilih Dalam Pemilihan Umum 2. Ikut Serta Dalam Kegiatan Politik 3. Perilaku Memilih

Efektivitas Partisipasi Masyarakat Miskin Kota

Faktor-faktor yang mempengaruhi:

1. Faktor Pendukung

a. Faktor Pengaruh Pemerintah b. Faktor Pengaruh Kelompok Masyarakat

2. Faktor Penghambat a. Faktor Lingkungan b. Faktor Ekonomi

(37)

E. Fokus Penelitian

Berdasarkan landasan teori kerangka pikir yang ada maka dalam penelitian ini akan meneliti:

1. Partisipasi politik melalui beberapa indikator yaitu bentuk-bentuk partisipasi politik, alasan partisipasi politik, tipologi partisipasi politik dan komunikasi politik di Kelurahan mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

2. Faktor yang mempengaruhi partisipasi politik yaitu faktor pendukungnya adalah faktor pengaruh pemerintah dan faktor ikut-ikutan, adapun faktor penghambatnya adalah faktor lingkungan yang mempengaruhi partisipasi politik dan faktor ekonomi.

F. Deskripsi dan fokus penelitian

1. Partisipasi Politik yaitu adanya keikutsertaan masyarakat dalam pemilihan umum, seperti ikut memilih dalam pemilihan umum, ikut serta dalam kegiatan politik serta perilaku masyarakat dalam pelaksanaan pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate kota Makassar.

2. Ikut Memilih Dalam Pemilu yaitu partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum presiden dan wakil presiden dengan ikut aktif dalam memberikan suaranya dan berpartisipasi langsung. Seperti menuju ke TPS untuk ikut memilih kandidat mereka masing-masing sehingga pemilihan umum dapat terselenggara dengan baik Dalam pemilihan umum msyarakat berhak memilih calon mereka masing-masing sesuai dengan hati nurani dan tanpa ada paksaan dari pihak lain.

(38)

3. Ikut Serta Dalam Kegiatan Politik yaitu partisipasi politik masyarakat miskin kota ditunjukkan dengan adanya partisipasi setiap individu dalam pemilihan presiden yang ditunjukkan dengan keikutsertaan masyarakat baik dalam menjadi tim sukses demi mendapatkan dukungan bagi calon yang kelak akan menjadi pemimpinnya sampai ikut serta dalam pemilihan umum, berpartisipasi langsung ke Tempat Pemungutan Suara (TPS). Dalam kegiatan pemilihan ini, masyarakat ikut serta dalam pemberian suara pada pemilihan umum, mencari dana partai, menjadi tim sukses, mencari dukungan, atau tindakan lain yang berusaha mempengaruhi hasil pemilu.

4. Perilaku Memilih yaitu keputusan pemilih untuk memilih kandidat atau peserta pemilu tertentu. Seorang pemilih menjatuhkan pilihannya kepada kandidat atau peserta pemilu tertentu. Ada beberapa alasan yang dikemukaakan oleh peserta pemilu, yaitu sejauh mana pilihan itu bersifat rasional dengan kata lain sejauh mana pilihan politik mereka berdasarkan pertimbangan rasional menyangkut kandidat atau peserta pemilu itu.

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi politik masyarakat miskin kota dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota makassar yaitu:

a. Faktor Pendukung

1. Faktor pengaruh pemerintah yaitu adanya pengaruh dari pemerintah setempat agar masyarakat miskin ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum, utamanya dalam pemilihan Presiden dan Wakil presiden.

2. Faktor pengaruh kelompok masyarakat yaitu adanya

(39)

keikutsertaan masyarakat miskin karena adanya pengaruh dari kelompok masyarakat tertentu.

b. Faktor Penghambat

1. Faktor Lingkungan yaitu adanya pengaruh lingkungan seperti pengaruh dari keluarga atau rekan sejawat, karna melihat lingkungan sekitar yang tidak ikut berpartisipasi sehingga mereka juga tidak ikut memilih dalam pemilihan umum.

2. Faktor Ekonomi yaitu adanya pengaruh ekonomi dalam pemenuhan kebutuhan, mereka lebih memilih untuk tetap pergi mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan sehari-hari dibandingkan harus meluangkan waktu sejenak untuk ikut dalam pemilihan umum.

(40)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini di lakukan selama 2 bulan mulai tanggal 3 Januari sampai 3 Maret 2015. Adapun lokasi penelitian dilakukan di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar, disertai dasar pertimbangan bahwa tingkat Partisipasi Politik Masyarakat Miskin Kota Dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar masih rendah.

B. Jenis dan Tipe Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif yaitu metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyektif tentang partisipasi politik masyarakat miskin kota dalam pemilihan presiden dan wakil presiden 2014 di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

2. Tipe Penelitian

Penelitian ini menggunakan Tipe penelitian Deskriptif kualitatif yaitu dalam tipe penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara umum masalah yang diteliti tentang bagaimana partisipasi politik Masyarakat Miskin Kota Dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

(41)

C. Sumber Data

1. Data Primer, Data yang diperoleh dengan melakukan penelitian langsung mengenai partisipasi politik masyarakat miskin kota dari informan serta hasil observasi.

2. Data Sekunder, Data yang diperoleh dari kajian sejumlah dokumen serta literatur seperti buku-buku, jurnal ilmiah yang erat kaitannya dengan substansi pembahasan dalam penelitian.

D. Informan Penelitian

Informan yang dipilih dipercaya dapat memberikan informasi mengenai partisipasi politik masyarakat miskin dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Kelurahan mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

No Nama Inisial Jabatan Keterangan

1 Oslan OS Lurah 1 Orang

2 Abdul Razak AR Ketua KPPS 1 Orang

3 Samsul Alam SA Tokoh Masyarakat 1 Orang

4 Nurhayati NH Masyarakat Miskin 1 Orang

5 Jamila JM Masyarakat Miskin 1 Orang

6 Ambo Talle AT Masyarakat Miskin 1 Orang

7 Mariati MR Masyarakat Miskin 1 Orang

8 Marsuki MS Masyarakat Miskin 1 Orang

9 Yuliana YL Masyarakat Miskin 1 Orang

10 Dg.Raba DR Masyarakat Miskin 1 Orang

11 Alimuddin AM Masyarakat Miskin 1 Orang

12 Sainuddin SN Masyarakat Miskin 1 Orang

13 Saefulla SF Masyarakat miskin 1 Orang

E. Teknik Pengumpulan Data

Adapun tehnik pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini

(42)

adalah sebagai berikut:

1. Observasi

Peneliti melakukan observasi lapangan yaitu melihat dan mengamati langsung lokasi penelitian untuk mengetahui partisipasi politik masyarakat miskin kota dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar..

2. Wawancara

Peneliti melakukan wawancara langsung terhadap sejumlah informan yang bersangkutan. Wawancara yang dilakukan antara peneliti dengan informan yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan yang menjadi inti dari permasalahan penelitian kepada informan dan selanjutnya informan menjawab pertanyaan yang telah diajukan sesuai dengan keinginan masing-masing. Teknik pengumpulan data dengan wawancara ini dapat dilakukan dengan cara merekam atau mencatat langsung informasi yang diberikan dari masing-masing informan.

3. Dokumentasi

Pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari dokumen dan sumber data lainnya yang dapat digunakan sebagai pengelolaan data atau tehnik yang digunakan untuk mendapatkan data tertulis seperti dokumen- dokumen dan arsip yang ada kaitannya dengan masalah yang akan dibahas.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data adalah tahap untuk mengolah data yaitu data yang

(43)

diperoleh, dikerja dan dimanfaatkan untuk menyimpulkan persoalan yang diajukan dalam menyusun hasil penelitian. Teknik analisis data ini di kemukakan oleh Sugono (2012:91) yaitu terdapat 3 aktivitas dalam analisis data seperti reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Untuk lebih jelasnya maka akan dijelaskan yaitu sebagai berikut:

1. Reduksi data

Mereduksi data berarti merangkum, memilih hak-hak yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, di cari tema dan polanya. Dengan demikian, yang telah di reduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan akan membantu mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila di perlukan.

2. Penyajian Data

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data merupakan rakitan informasi dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, dan sejenisnya agar makna peristiwa lebih mudah di pahami.

3. Penarikan kesimpulan

Dalam penarikan kesimpulan langkah awal yang dilakukan adalah dengan melakukan pengumpulan data, peneliti sudah harus mulai mengerti apa arti dari hal-hal yang di temui dengan mencatat peraturan-peraturan, sebab-akibat, sehingga penarikan kesimpulan dapat di pertanggungjawabkan.

G. Keabsahan Data

Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keabsahan data dalam

(44)

penelitian kualitatif, yaitu:

1. Triangulasi Sumber artinya membandingkan atau mengecek ulang derajat jepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui sumber yang berbeda.

2. Triangulasi Waktu diganakan untuk validitas data yang berkaitan dengan perubahan suatu proses dan perilaku manusia, karena perilaku manusia mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Untuk mendapatkan daya yang sahih melalui observasi peneliti perlu mengadakan pengamatan tidak hanya satu kali pengamatan saja, dan

3. Triangulasi Metode Usaha mengecek keabsahan data atau mengecek keabsahan temuan penelitian.

(45)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Objek Penelitian

Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar yang berbatasan dengan:

1. Sebelah utara berbatasan dengan kelurahan Gunung Sari Kecamatan Rappocini

2. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Gowa Kabupaten Gowa 3. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan Gunung Sari Kecamatan

Rappocini

4. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Manuruki Kecamatan Tamalate Kota Makassar

Luas wilayah Kelurahan Mangasa sebesar 206,98 ha/m² dengan jumlah penduduk berdasarkan hasil registrasi penduduk tahun 2014 berjumlah 18.814 jiwa dengan 4.622 Kepala Keluarga. Adapun jumlah jumlah masyarakat miskin sebanyak 300 orang. Secara keseluruhan jumlah penduduk berjenis kelamin laki- laki lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan B. Karakteristik Responden

Partisipasi politik masyarakat miskin kota dalam pemilihan presiden dan Wakil Presiden 2014 di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar Diperlukan informasi tentang karakteristik responden sebagai salah satu subjek penelitian. Karakteristik responden dalam suatu penelitian bertujuan untuk melengkapi data penelitian agar kesimpulan yang dikemukakan sesuai dengan realitanya. Adapun karakteristik responden yang diamati dalam penelitian ini yaitu antara lain:

(46)

1. Jenis Kelamin

Karakteristik responden dari 10 responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 1.1: Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah Persentase (%)

Laki – Laki 6 60 %

Perempuan 4 40 %

Jumlah 10 100 %

Sumber : Hasil Olahan Kuisioner Januari 2015

Tabel diatas menunjukkan terdapat 6 responden (60%) berjenis kelamin Laki-laki dan 4 orang responden (40%) berjenis kelamin perempuan. Ini menunjukkan karakteristik berdasarkan jenis kelamin. Terbanyak

responden laki-laki yang mengetahui partisipasi politik masyarakat miskin kota jika dibandingkan dengan responden perempuan dalam pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

2. Tingkat Pendidikan

Tingkat pendidikan responden sangat penting untuk diketahui karena terkait dengan masalah penelitian suatu objek yang merupakan sasaran penelitian ini. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka persepsinya terhadap objek penelitian juga akan semakin tinggi. Oleh karena itu tingkat pendidikan responden dari masing-masing individu dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(47)

Tabel 1.2: Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase (%)

Tidak Tamat SD 2 20 %

SD 3 30 %

SMP 3 30 %

SMA 2 20 %

Jumlah 10 100 %

Sumber: Hasil Olahan kuisioner Januari 2015

Tabel di atas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan responden terdiri dari 2 orang responden (20%) yang tidak tamat SD, yang tamatan SD 3 orang (30%), yang tamatan SMP 3 orang (30%), dan yang tamatan SMA 2 orang (20%). Ini menunjukkan bahwa responden memiliki potensi untuk

memberikan tanggapan yang maksimal sesuai dari tingkat pendidikannya masing-masing dan dapat disimpulkan bahwa jumlah responden terbanyak yaitu berjumlah 3 responden (30%) yang tamat SD dan SMP serta

responden yang paling sedikit yaitu berjumlah 2 responden (20%) yang merupakan tamatan SMA dan tidak tamat SD.

3. Umur

Karakteristik responden berdasarkan umur yaitu umur responden merupakan variabel yang sangat menentukan tingkat produktfitas responden dalam penelitian ini. Pendapat mereka juga sangat dipengaruhi oleh tingkat umur mereka. Adapun umur responden dalam penelitian ini yaitu antara umur 21 tahun sampai 70 tahun, untuk lebih jelasnya karakteristik responden

berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

(48)

Tabel 1.3: Distribusi Responden Berdasarkan Umur

Umur Jumlah Persentase (%)

21-30 2 Orang 20 %

31-40 2 Orang 20 %

41-50 2 Orang 20 %

51-60 2 Orang 20 %

61-70 2 Orang 20 %

Jumlah 10 Orang 100 %

Sumber: Hasil Olahan Kuisioner Januari 2015

Berdasarkan tabel di atas, diketahui bahwa yang menjadi responden terbanyak dalam penelitian ini adalah dengan karakteristik umur antara 21- 30 tahun yaitu sebanyak 2 responden (20%), sementara antara umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 2 responden (20%), karakteristik antara umur 41-50 tahun yaitu sebanyak 2 responden (20%), karakteristik antara umur 51-60 tahun yaitu sebanyak 2responden (20%), dan responden dengan karakteristik antara umur 61-70 tahun yaitu 2 responden (20%).

4. Tingkat Penghasilan

Karakteristik responden berdasarkan tingkat penghasilan atau pendapatan yaitu adanya karakteristik penghasilan berdasarkan pekerjaan dari masing- masing individu dimulai dari penghasilan terendah sampai tertinggi dalam pemenuhan kebutuhan mereka sehari-hari, untuk lebih jelasnya maka tingkat penghasilan responden dalam penelitian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(49)

Tabel 1.4: Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Penghasilan Tingkat Penghasilan Jumlah Persentase (%)

< 500.000 5 50 %

500.000-700.000 3 30 %

>700.000 2 20 %

Jumlah 10 100 %

Sumber: Hasil Olahan Kuisioner Januari 2015

Tabel di atas menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan tingkat penghasilan < Rp.500.000, sebanyak 5 responden (50%) berdasarkan responden yang merupakan Pengangguran, Tukang jahit sepatu, dan memiliki pekerjaan yang tidak tetap sedangkan responden yang berpenghasilan Rp.500.000 sampai Rp.700.000 sebanyak 3 responden (30%) berprofesi sebagai tukang cuci serta responden yang berpenghasilan

> Rp.700.000 sebanyak 2 responden (20%) yang berprofesi sebagai buruh bangunan. Dapat disimpulkan bahwa responden terbanyak berdasarkan tingkat penghasilan adalah masyarakat miskin yang memiliki pendapatan

<500.000 yaitu sebanyak 5 orang yang merupakan pengangguran, Tukang jahit sepatu, dan memiliki pekerjaan yang tidak tetap.

5. Pekerjaan

Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan yaitu masing-masing individu yang diambil sebagai responden berdasarkan pekerjaan yang mereka miliki mempunyai pekerjaan yang berbeda-beda, namun untuk lebih jelasnya maka karakteristik responden berdasarkan tingkat pekerjaan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

(50)

Tabel 1.5: Distribusi Responden Berdasarkan Pekerjaan

Pekerjaan Jumlah Persentase (%)

Tukang Cuci 2 Orang 20 %

Tukang Jahit Sepatu 2 Orang 20 %

Pengangguran 2 Orang 20 %

Buruh Bangunan 2 Orang 20 %

Tidak Tetap 2 Orang 20 %

Jumlah 10 Orang 100 %

Sumber: Hasil Olahan kuisioner Januari 2015

Tabel di atas menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan pekerjaan, dari tabel tersebut menunjukkan berbagai macam profesi masyarakat miskin yang ada di Kelurahan Mangasa mulai dari masyarakat yang bekerja sebagai Tukang Cuci sebanyak 2 orang responden (20%), Tukang jahit sepatu 2 responden (20%), adapun pengangguran sabanyak 2 responden (20%), Buruh bangunan sebanyak 2 responden (20%) dan masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan tetap sebanyak 2 responden (20%). Mereka di pilih sebagai responden yaitu karna mereka yang mengetahui bagaimana tingkat partisipasi politik masyarakat miskin kota dalam Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014 di kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar.

C. Partisipasi Politik Masyarakat Miskin Kota Dalam Pemilihan Presiden Dan Wakil Presiden 2014 Di Kelurahan Mangasa Kecamatan Tamalate Kota Makassar

Partisipasi politik merupakan suatu proses setiap anggota masyarakat mampu membagi pandangan mereka dan menjadi bagian dari proses pemilihan presiden dan wakil presiden, kegiatan yang dilakukan masyarakat untuk dapat

Gambar

Tabel 1.1: Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin......................
Gambar 2.1 Piramida partisipasi politik
Tabel 1.1:  Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin  Jenis Kelamin  Jumlah  Persentase (%)
Tabel 1.2: Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan  Tingkat Pendidikan  Jumlah  Persentase (%)
+4

Referensi

Dokumen terkait

Dalam telur kodok bahan ini tidak tersebar merata, tetapi meningkat ari kutub ke kutub.Bagian gelap dari telur ini, disebut kutub animal mengandung kuning telur,

Salah satu teknologi yang dapat membantu industri dalam melakukan pengembangan produk adalah teknologi CAD/CAM yang merupakan suatu sistem yang meliputi teknologi dasar komputer

Hasil penelitian yang akan dilakukan ini diharapkan dapat menambah dan melengkapi informasi dan kepustakaan mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi anemia pada ibu

Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatanj secara keseluruhan.kesehatan gigi juga merupakan salah satu komponen kesehatan secara menyeluruh

Sistem yang dibangun terdiri dari penjualan tunai, cetak struk penjualan tunai, pembelian tunai, pembelian konsinyasi, pembelian hutang dagang, pembayaran konsinyasi,

Hasil observasi yang dilakukan dapat diketahui bahwa siswa yang sudah dibekali pengetahuan dan keterampilan pelatihan pemasaran online belum memunculkan keyakinan diri

Hematoma subdural yang bertambah luas secara perlahan paling sering terjadi pada usia lanjut (karena venanya rapuh) dan pada alkoholik. Pada kedua keadaan ini, cedera