6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Rambut
Rambut merupakan struktur kompleks yang terdiri dari sel-sel epitel berkeratin. Rambut juga bagian tubuh yang paling efektif melindungi kepala dari paparan sinar matahari. Rambut sering disebut sebagai mahkota kebanggaan perempuan ataupun laki-laki. Rambut sehat dan indah merupakan aspek penting pada penampilan seseorang (Harris, 2021).
2.1.1 Struktur Rambut
Rambut tersusun dari suatu protein yang disebut keratin. Ada 3 lapisan penyusun rambut: lapisan terluar (kutikula), lapisan tengah (korteks), serta lapisan dalam (medula). Rambut juga memiliki zat warna atau pigmen seperti melanin yang memberi warna hitam atau coklat, serta feomelanin yang memberi warna merah atau kuning. Tanpa pigmen rambut akan berwarna putih. Rambut tersusun dari folikel rambut yang dilapisi oleh suatu dinding yang terbentuk dari selubung rambut bagian luar atau outer root sheath. Bagian terbawah atau ujung bawah folikel rambut akan membentuk bulbus rambut yang mengandung germinal matrix, yang merupakan sumber pertumbuhan rambut.
Dermal papila yang dibentuk dari jaringan kulit serta bagian dasar atau bawah folikel akan mengatur suplai oksigen, energi, serta asam amino yang diperlukan untuk pertumbuhan rambut. Seluruh fungsi dijalankan oleh pembuluh kapiler darah. Sel-sel melanosit sebagai sel pemberi warna rambut berada di bagian bawah papila, memproduksi zat warna yang akan didistribusikan melalui korteks. Bagian dalam folikel tersusun oleh suatu lapisan selubung dalam atau inner root sheath yang terbagi tiga lapisan. Lapisan Henley merupakan sebuah lapisan tebal serta berdekatan dengan rambut bagian dalam atau inner root sheath.
Lapisan Huxley merupakan lapisan yang tersusun dari 2 sampai 3 lapis sel yang tebal, terdapat pada bagian selubung tengah rambut. Lapisan terluar merupakan lapisan kutikula. Lapisan kutikula folikel rambut bersentuhan langsung dengan lapisan kutikula selubung rambut dalam karena karena keduanya tumbuh bersamaan, tetapi hanya folikel rambut yang mencapai puncak dan terlihat di atas
permukaan kulit sebagai rambut yang kita kenal sehari-hari (Nugraha et al., 2014).
Gambar 2. 1 Struktur Rambut Pada Manusia (Sumber : (Nugraha and Sumapta, 2014) 2.1.2 Siklus Pertumbuhan Rambut
Siklus pertumbuhan folikel rambut akan terjadi terus menerus dan terbagi dalam 3 fase meliputi fase anagen, fase katagen, dan fase telogen.
Pada fase anagen sel-sel baru akan dibentuk oleh sel-sel matriks melalui mitosis, mendorong sel-sel yang lebih tua keatas. Fase anagen terjadi selama 2-6 tahun. Rambut dalam fase anagen berkisar 85%. Fase katagen atau fase peralihan yang didahului oleh penebalan jaringan ikat disekitar folikel rambut. Bagian tengah akar rambut menyempit, bagian bawahnya melebar dan mengalami pertandukan sehingga berbentuk gada (Club shapped) yang relatif tidak berpigmen. Rambut dalam fase katagen berkisar 1%. Kemudian fase telogen atau biasa disebut dengan fase istirahat diawali dengan memendeknya sel epitel yang berbentuk tunas kecil yang membuat rambut baru sehingga rambut gada (Club hair) akan terdorong keluar.
Rambut dalam fase telogen berkisar 10-15% (Harris, 2021).
Gambar 2. 2 Siklus Rambut (Sumber : (Harris, 2021) 2.2 Alopecia
Istilah alopecia juga dikenal sebagai (rambut rontok atau kebotakan) adalah berasal dari kata Yunani “alopex” yang berarti “rubah”. Rambut rontok bisa dikategorikan menjadi ringan, sedang dan berat. Ketika kehilangan kurang dari 40 helai per hari disebut sebagai rambut rontok ringan, jika antara 40 hingga 100 helai per hari disebut rambut rontok sedang dan jika lebih dari 100 helai per hari itu adalah kerontokan rambut yang parah (Semwal et al., 2015).
2.2.1 Penyebab Alopecia
Alopecia dapat disebabkan oleh beberapa faktor meliputi faktor umum, faktor lokal, faktor psikologis dan juga faktor lainnya. Faktor umum terdiri dari kekurangan nutrisi, variasi hormon, penyakit pasca akut dan juga obat-obatan.
Kekurangan vitamin tertentu dari B-kompleks, vitamin A, dapat menyebabkan kerontokan rambut atau terlalu banyak vitamin A juga bisa membuat rambut rontok. Kekurangan protein, zat besi, terutama mineral, dapat menyebabkan kerontokan rambut jangka pendek hingga alopesia jangka panjang. Variasi hormon terdiri dari beberapa hormon termasuk androgen, estrogen dan dalam banyak kasus kurangnya hormon progesteron dapat menyebabkan kerontokan rambut yang berlebihan. Beberapa penyakit akut mengakibatkan sistem kekebalan yang terganggu dan dapat menyebabkan hilangnya rambut. Penipisan total mineral, enzim, antioksidan, asam lemak esensial dan hormon juga menyebabkan terjadinya kerontokan rambut. Penggunaan kemoterapi jangka
panjang, obat kanker, steroid, antibiotik, antiepilepsi, obat antihipertensi untuk beberapa nama telah ditemukan menyebabkan kerontokan rambut (Semwal et al., 2015).
Untuk faktor lokal meliputi penyakit kulit, paparan lokal terhadap racun, dan perawatan kulit kepala. Penyakit kulit lokal tertentu menyebabkan rambut rontok. Paparan lokal terhadap toksin seperti penggunaan sampo, sabun, dan lotion dari bahan kimia yang berlebihan bisa menjadi salah satunya faktor rambut rontok. Tindakan tidak higienis dalam perawatan kulit kepala juga menyebabkan rambut rontok.
Pada faktor psikologi terdisi dari stress emosional, kecemasan,dan depresi.
Faktor psikologi jiwa seseorang merupakan peran penting dalam menjaga kesehatan secara umum, mengembangkan berbagai gangguan. Beberapa faktor psikologis seperti emosional stres, kecemasan intens, depresi dapat menyebabkan rambut rontok. Adapun juga faktor lain yang dapat menyebabkan alopecia seperti limbah industri, air yang tercemar dengan kadar mineral dan logam yang tinggi (Semwal et al., 2015).
2.2.2 Jenis-Jenis Alopecia
Menurut Fakhrizal dan Saputra (2020) Alopecia dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu:
1. Noncicatricia a. Tinea capitis
Tinea capitis yang disebabkan oleh infeksi jamur yang muncul pada anak- anak di tandai dengan kerontokan rambut yang tidak merata dengan tanda- tanda kulit kepala peradangan (seperti eritema dan penskalaan kulit kepala, dan batang rambut) (Pratt et al., 2017).
b. Alopecia mucinosa
Alopecia mucinosa adalah entitas klinis-patologis yang muncul dengan beberapa papula eritematosa dan plak terutama di atas kepala dan daerah wajah dengan hilangnya rambut terkait dan temuan histopatologi mucinosis folikular yang mempengaruhi sebagian besar folikel (Joshi et al., 2013)
c. Alopecia neoplastic
Alopecia neoplastic merupakan bentuk yang tidak biasa dari metastasis
kulit, yang didefinisikan oleh kerontokan rambut lokal yang disebabkan oleh primer neoplasia ganas yang berkembang ke arah kulit kepala karena metastasis (Oliveira et al., 2016).
2. Cicatricial
a. Telogen effluvium
Telogen effluvium kerontokan rambut yang berlebihan, yang muncul sebagai gejala akut membatasi diri yang dipicu oleh berbagai peristiwa (misalnya melahirkan, demam, penyakit, operasi besar dan penurunan berat badan yang cepat) atau sebagai tipe kronis, terkait dengan pola kerontokan rambut wanita (Pratt et al, 2017).
b. Androgenetic alopecia
Androgeneteic alopecia adalah penipisan pada rambut yang disebabkan oleh rangsangan hormon androgen terhadap folikel rambut yang memiliki predisposisi. Predisposisi ini dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor peningkatan usia. Folikel rambut yang mengalami miniaturisasi ini yang menjadi karakteristik dari alopesia adrogenetik. Secara epidemiologi menujukkan bahwa prevalensi alopesia adrogenetik pada laki-laki meningkat seiring bertambahnya usia (Pramitha et al., 2013).
c. Alopecia aerate
Alopecia areata adalah gangguan autoimun yang diperantarai oleh sel T yang memiliki karakteristik fenotip kerontokan rambut dan secara histologis dengan infiltrasi sel T yang mengelilingi bola folikel rambut (Xing et al., 2014). Alopecia areata mempengaruhi hampir 2% dari populasi di beberapa titik selama hidup mereka (Pratt et al., 2017).
d. Traction alopecia.
Traction alopecia merupakan bentuk kerontokan rambut yang disebabkan oleh ketegangan terus menerus dan berkepanjangan pada rambut, paling sering terlihat pada Black/Af- wanita Amerika rican dan anak-anak yang memakai gaya rambut yang menarik berlebihan di garis rambut frontotemporal (Uwakwe et al., 2020).
3. Alopecia akibat ketidaknormalan paada batang rambut.
a. Trichorrhexis nodosa
Trichorrhexis nodosa terjadi ketika rambut sekunder patah yang disebabkan karena rambut rapuh atau karena trauma. Hal ini akan mempengaruhi batang rambut proksimal, meskipun batang distal mungkin juga terlibat. Menyisir rambut secara berlebihan, mengeringkan rambut terlalu panas, mengikat rambut dengan ketat, trikotilomania, dan menggaruk kulit kepala berlebihan merupakan penyebab dari rusaknya batang rambut. Trauma kimia dapat disebabkan melalui perawatan rambut yang berlebihan seperti penggunaan pewarna, sampo, dan paparan air garam yang berlebihan (Phillips et al., 2017).
2.3 Tanaman Herbal
Tanaman herbal merupakan tanaman yang sudah teridentifikasi serta sudah diketahui berdasarkan pengamatan manusia memiliki senyawa yang bermanfaat dalam pencegahan serta penyembuhan penyakit (Hidayanto et al., 2015).
Tanaman herbal yaitu tanaman obat yang mengandung zat aktif yang berfungsi mengobati penyakit tertentu atau jika tidak mengandung zat aktif tertentu tapi mengandung efek resultan / sinergi dari berbagai zat yang berfungsi mengobati (Hadi, 2014).
2.4 Kajian Literatur
Kajian literatur merupakan satu penelusuran dan penelitian kepustakaan dengan membaca berbagai buku, jurnal, dan terbitan terbitan lain yang berkaitan dengan topik penelitian, untuk menghasilkan satu tulisan berkenaan dengan satu topik atau isu tertentu. Kajian literatur dilakukan atas kesadaran bahwa pengetahuan adalah bertambah terus menerus (berakumulasi), bahwa topik penelitian, masyarakat dan daerah penelitian kita sudah pernah dirambah orang sebelumnya, dan kita dapat belajar dari apa yang telah dilakukan orang- orang tersebut. Jadi, kita bukanlah orang yang pertama meneliti topik, masyarakat dan daerah tersebut (Marzali, 2016).
2.4.1 Jenis Kajian Literatur
Menurut isi dan cara penyajiannya kajian literatur dapat dibagi ke dalam beberapa jenis yaitu :
• Context review merupakan jenis review yang umum digunakan dalam kajian literatur. Pada kajian ini penulis menghubungkan satu topik kajian khusus kepada khazanah pengetahuan yang lebih luas (Marzali, 2016).
• Historical Review merupakan jenis review yang melacak satu topik atau satu issu tertentu sepanjang masa. Review semacam ini dapat digabungkan dengan review teoretikal atau review metodologikal untuk memperlihatkan bagaimana satu konsep, teori, atau metode penelitian berkembang sepanjang masa (Marzali, 2016).
• Integrative review merupakan jenis review yang umum. Pada kajian ini penulis menyajikan dan meringkaskan keadaan semasa pengetahuan tentang satu topik tertentu, memberi kilasan tentang dukungan dan kritikan terhadap topik tertentu. Review ini dapat dikombinasikan dengan context review atau mungkin dapat diterbitkan sebagai makalah tersendiri sebagai sumbangan pikiran bagi peneliti lain (Marzali, 2016).
• Methodological review merupakan review yang membandingkan serta mengevaluasi kekuatan relatif metodologi dari berbagai kajian. Pada kajian jenis ini penulis memperlihatkan berbagai metode yang dapat digunakan untuk berbagai tujuan hasil (Marzali, 2016).
• Self-study review merupakan jenis review yang memperlihatkan ketertarikan penulis pada satu bidang kajian tertentu. Review ini seringkali merupakan bagian dari program pendidikan, atau untuk keper-luan kuliah (Marzali, 2016).
• Theoretical review merupakan review khusus dimana penulis memaparkan beberapa teori atau konsep yang terpusat pada satu topic tertentu dan membandingkan teori atau konsep tersebut atas dasar asumsi-asumsi, konsistensi logik, dan lingkup eksplanasinya (Marzali, 2016).
• Narrative review adalah tinjauan literatur yang kepustakaannya berfokus pada tujuan studi yang relevan berdasarkan pemilihan studi dengan beberapa kriteria. Jenis tinjauan ini merupakan bagian integral dari makalah yang diajukan sebagai bacaan latar belakang. Makalah yang dipilih cenderung dimulai dari penjelasan tentang ulasan topik yang dipilih.
Narrative review juga berupa kumpulan-kumpulan argumen utama dalam bidang wacana atau tinjauan sejarah yang signifikan tentang aspek penting.
Meskipun Narrative review tidak secara sistematis dan tidak selalu mematuhi standar yang ketat, hasil dari prosedur pencarian, seleksi, dan
penilaian harus memenuhi kriteria yang sudah ditentukan (Rhoades, 2011).
2.5 Metode PRISMA
Metode PRISMA merupakan serangkaian evidence based minimum berbasis bukti yang bertujuan membantu penulis melaporkan beragam tinjauan sistematis dan meta analisis. PRISMA berfokus pada cara-cara di mana penulis dapat memastikan pelaporan yang transparan dan lengkap dari jenis penelitian.
Pada metode PRISMA terdapat beberapa proses pencarian literatur yaitu identification, screening, eglibilty dan included. Tahap identification yaitu tahapan menentukan database yang akan digunakan. Tahapan selanjutnya adalah screening yaitu menyaring data ganda atau duplikat serta dilakukan filter terhadap judul, abstrak, maupun kata kunci artikel. Selanjutnya tahapan eligibility yang dilakukan dengan cara membaca lengkap atau parsial artikel yang belum tereliminasi pada tahapan sebelumnya untuk menentukan apakah artikel tersebut harus dimasukkan dalam kajian selanjutnya sesuai dengan kriteria kelayakan.
Tahap terakhir adalah included, dimana data dikelompokkan berdasarkan teknik yang digunakan serta pendekatan yang digunakan dan dibedakan berdasarkan dua jenis metode penelitian yaitu kualitatif dan kuantitatif (Sastypratiwi and Dwi, 2020).
2.6 NVivo 12
Nvivo12 merupakan aplikasi atau perangkat yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif ataupun metode campuran (kualitatif dan kuantitatif) yang berfungsi untuk memudahkan dalam proses menganalisis serta mengelola data yang diperoleh dari tahapan penelitian yang banyak dengan jenis serta sumber data yang beragam secara efektif dan efisien. Aplikasi ini biasanya digunakan dalam studi literatur seperti narrative review, systematic review dan lain-lain.
Nvivo juga memiliki fungsi untuk memperkuat validitas serta realibilitas (Utama et al., 2019).