• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERPRETASI SIKAP MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP UNDANG-UNDANG AKUNTAN PUBLIK GUNA PERENCANAAN KARIR DITINJAU DARI SOCIAL COGNITIVE CAREER THEORY

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "INTERPRETASI SIKAP MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP UNDANG-UNDANG AKUNTAN PUBLIK GUNA PERENCANAAN KARIR DITINJAU DARI SOCIAL COGNITIVE CAREER THEORY"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

Riset / 3322 JURNAL EKSIS Vol.12 No.1, April 2016: 3214 – 3345

INTERPRETASI SIKAP MAHASISWA AKUNTANSI TERHADAP UNDANG-UNDANG AKUNTAN PUBLIK GUNA PERENCANAAN KARIR DITINJAU DARI SOCIAL COGNITIVE CAREER THEORY

Zulfikar

( Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda )

Eko Adi Widyanto

( Staf Pengajar Jurusan Akuntansi Politeknik Negeri Samarinda )

ABSTRAK

ZULFIKAR dan EKO ADI WIDYANTO: Explanation of Article 6, paragraph 1 letter a public accountant at the Law which reads "who can participate in education the public accounting profession is someone who has a minimum of a bachelor of education 1 (S-1), diploma IV ( D-IV), or equivalent" this being debated among students because of the accounting profession through education can come from the accounting and non-accounting majors. This study uses a qualitative method with a phenomenological approach and Social Cognitive Carrer Theory analysis (SCCT) with self efficacy, outcome expectations, and personal goals to describe the perceptions, student motivation and optimism to become a public accountant. The study states that the student is issued perceptions are negative and positive. Accounting student motivation increase with the implementation of this Act as a public accountant will be increasingly shown itself to be capable of competing public accountants, and optimism students to become CPAs higher because students believe knowledge they gained at D-IV majoring in managerial accounting basis is strong optimism.

Keywords: CPA Law, Carrer Planning, SCCT

PENDAHULUAN

Dalam rangka melindungi kepentingan masyarakat dan profesi akuntan publik, diperlukan suatu undang-undang yang mengatur profesi akuntan publik. Pada tanggal 3 mei 2011, akhirnya Rancangan Undang-Undang Akuntan publik secara sah ditetapkan menjadi Undang-Undang Akuntan publik Nomor 5 Tahun 2011, dan yang menjadi sorotan mahasiswa yang sekarang sedang menempuh pendidikan D-IV Akuntansi Manajerial (S1 Terapan) di Politeknik Negeri Samarinda adalah penjelasan pasal 6 ayat 1 huruf a yang berbunyi “... yang dapat mengikuti pendidikan profesi akuntan publik adalah seseorang yang memiliki pendidikan minimal sarjana strata 1 (S-1), diploma IV (D-IV), atau yang setara.”

Undang-Undang Akuntan publik (UUAP) tersebut dapat memunculkan reaksi negatif bagi para mahasiswa akuntansi tersebut. Hal ini dikarenakan bahwa mahasiswa non akuntansi pun dapat menjadi akuntan publik, sehingga dapat memperketat persaingan berkarir menjadi akuntan publik. Sementara banyak mahasiswa D- IV Akuntansi Manajerial (S1 Terapan) di Politeknik Negeri Samarinda yang berminat menjadi akuntan publik (eksternal) dibandingkan menjadi akuntan perusahaan (internal) (Zulfikar dan Mersa, 2015).

Perencanaan sebuah karir bagi mahasiswa merupakan tahap awal dari pembentukan karir tersebut. Masa-masa di perkuliahan merupakan masa eksplorasi karir. Pada umumnya mahasiswa dikenalkan kepada pengetahuan akan karir melalui

(2)

JURNAL EKSIS Vol.12 No.1, April 2016: 3214 – 3345

perkuliahan dan pengalaman hidup, kemudian mereka akan mempertimbangkan kemungkinan pilihan karir tersebut, mengembangkan keterampilan yang dibutuhkan dan mempelajari lebih lanjut tentang profesi tersebut. Sejalan dengan hal ini, Lent et al (1996) dalam social cognitive career theory (SCCT) menjelaskan ada tiga aspek perencanaan karir yang berperan dalam pemilihan karir, yaitu self efficacy, outcome expectations, dan personal goals. Lent et al (1996) menjelaskan bahwa self efficacy karir merupakan kepercayaan dan penghargaan individu dalam melakukan tindakan yang berhubungan dengan pemilihan dan penyesuaian kepada suatu pilihan.

Sedangkan outcome expectations merupakan keyakinan (harapan) tentang hasil melakukan prilaku tertentu. Sementara personal goals merupakan penentuan untuk terlibat dalam suatu aktivitas tertentu (karir). Sehingga ketiga aspek tersebut dapat membantu menentukan pilihan karir individu.

Penelitian ini melalui pendekatan fenomenologi bertujuan ingin menginterpretasikan sikap mahasiswa terhadap Undang-Undang Akuntan publik (UUAP) guna perencanaan karir bagi mahasiswa D-IV Akuntansi Manajerial - Politeknik Negeri Samarinda yang ditinjau dari Social Cognitive Career Theory (SCCT).

Penelitian-Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan landasan pijak bagi penelitian selanjutnya. Melalui penelitian terdahulu, para peneliti selanjutnya dengan tema yang terkait dapat merancang permasalahan penelitian yang masih perlu untuk dikaji, diuji, atau diteliti. Berkaitan dengan perencanaan karir mahasiswa akuntansi pasca implementasi Undang- undang Akuntan Publik No. 5 Tahun 2011 yang peneliti jadikan tema penelitian ini juga terinspirasi dari penelitian terdahulu, diantaranya adalah Sulistiani (2012), Susilowati (2012), Ikhsan, dkk (2013), Solikhah (2013), Saputra (2013), dan Susanto, dkk (2014).

Mengacu pada penelitian-penelitian sebelumnya, penelitian ini bertujuan melalui fenomenologi akan mengintepretasikan sikap mahasiswa terhadap Undang-Undang Akuntan publik (UUAP) guna perencanaan karir bagi mahasiswa D-IV Akuntansi Manajerial - Politeknik Negeri Samarinda yang ditinjau dari Social Cognitive Career Theory (SCCT). Adapun persamaan penelitian ini dengan penelitian Susilowati (2012) dan Saputra (2013), yaitu menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi dan tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah pemahaman sikap

mahasiswa akuntansi terhadap Undang-Undang Akuntan publik (UUAP) guna perencanaan karir, sedangkan perbedaan dari penelitian terdahulu terletak pada objek penelitian, tahun penelitian, dan alat analisis yang digunakan yaitu menggunakan Social Cognitive Career Theory (SCCT).

METODE PENELITIAN

Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yakni fenomenologi. Fenomenologi merupakan sebuah pendekatan yang menelaah suatu fenomena tertentu dari sudut padang partisipan. Penelitian ini mendiskripsikan makna pengalaman sejumlah individu tentang sebuah fenomena. Menurut Bogdan & Biklen dalam Sugiono (2009:19) metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannnya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting).

Kehadirian Peneliti

Peneliti berupaya semaksimal mungkin untuk dapat bersikap responsif, adaptif, ekspansif, menekankan holistisitas, memproses data secepatnya, kritis, mengklarifikasi dan meningkatkan kemampuan peneliti dalam pengumpulan data. Sikap-sikap tersebut sangat ditentukan dalam proses pengumpulan data, sehingga kehadirian peneliti menjadi mutlak.

Lokasi Penelitian

Lokasi dari penelitian ini adalah Jurusan Akuntansi Manajerial Politeknik Negeri Samarinda sebagai lembaga penyelenggara pendidikan dalam bidang akuntansi.

Sumber Data

Sumber data utama dalam penelitian kualitatif ini adalah kata dan tindakan (Silverman, 2007). Oleh karenanya instrument utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri melalui wawancara yang diharapkan dapat menganalisis lebih dalam data kualitatif yang didapat. Sumber data dalam penelitian ini adalah mahasiswa D-IV Akuntansi Manajerial (S1 Terapan) di Politeknik Negeri Samarinda dan diperoleh dengan menggunakan purposive sampling yaitu para mahasiswa yang sudah menempuh mata kuliah Auditing 1 dan 2 dan tertarik menjadi akuntan publik.

Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data yang tepat akan menghasilkan terkumpulnya data sesuai dengan yang diharapkan. Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan data, yaitu (1) wawancara mendalam (in depth interview) dan (2) studi dokumentasi (study of documents). Teknik

(3)

Riset / 3324 JURNAL EKSIS Vol.12 No.1, April 2016: 3214 – 3345

wawancara ini adalah wawancara tidak terstandar (unstandarized interview), yang artinya pedoman interview yang digunakan tidak mutlak dan longgar.

Alat Analisis

Adapun alat analisis yang digunakan untuk mengintepretasikan sikap mahasiswa terhadap Undang-Undang Akuntan Publik guna perencanaan karir adalah menggunakan Social Cognitive Career Theory. Ada tiga aspek dalam Social Cognitive Career Theory untuk perencanan karir yang berperan dalam pemilihan karir, yaitu self efficacy, outcome expectations, dan personal goals. Lent et al (1996) menjelaskan bahwa self efficacy karir merupakan kepercayaan dan penghargaan individu dalam melakukan tindakan yang berhubungan dengan pemilihan dan penyesuaian kepada suatu pilihan. Sedangkan outcome expectations merupakan keyakinan (harapan) tentang hasil melakukan prilaku tertentu. Sementara personal goals merupakan penentuan untuk terlibat dalam suatu aktivitas tertentu (karir). Sehingga ketiga aspek tersebut dapat membantu menentukan pilihan karir mahasiswa.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk meinterpretasikan sikap mahasiswa D4 (S1) Akuntansi Manajerial Politeknik Negeri Samarinda yang berminat menjadi akuntan publik dalam menilai penjelasan pasal 6 huruf a di atas dikaitkan dengan perencanaan karir menjadi akuntan publik, maka penulis membahasnya secara bertahap berikut ini:

Tahap Self Efficacy: Kepercayaan dan Penghargaan Diri

Pada manajemen karir individual, individu dihadapkan pada pilihan-pilihan karir hingga membuat keputusan-keputusan karir. Efikasi diri memiliki peranan yang penting dalam pengambilan keputusan karir. Efikasi diri terhadap pengambilan keputusan karir adalah keyakinan individu bahwa ia dapat sukses menilai kemampuan dirinya dengan tepat, mengumpulkan informasi-informasi mengenai karir, menyeleksi tujuan karir, membuat rencana-rencana karir untuk masa depan, dan memecahkan permasalahan karir (lent, at al, 1996).

Reaksi beragam dari mahasiswa D4 (S1) Akuntansi Manajerial Politeknik Negeri Samarinda dalam menanggapi persaingan kerja yang ketat sesuai penjelasan pasal 6 huruf a UU No 5 tahun 2011 terungkap dalam wawancara dengan informan 1 berikut ini: “Setuju saja dengan pasal 6 huruf a tersebut. Dengan memiliki pendidikan sarjana strata 1 atau Diploma IV pasti memiliki kemampuan lebih baik di bidang akuntansi dan pajak, jika dibandingkan dengan mereka yang belajar secara mandiri (otodidak), jadi saya tidak khawatir.”

Sementara informan 2 punya sikap berbeda yaitu: “Saya disini sebagai mahasiswa yang berminat menjadi seorang akuntan publik sebenarnya tidak setuju dengan peraturan tersebut, akan tetapi suka atau tidak suka saya harus lebih berani dalam bersaing untuk menjadi seorang akuntan publik yang profesional. Karena ilmu-ilmu akuntansi yang saya dapatkan akan mampu mengalahkan orang-orang [yang berasal dari]

jurusan selain akuntansi yang berminat menjadi seorang akuntan publik. Dan saya pikir negara akan rugi jika banyak memiliki akuntan publik yang tidak profesional.”

Persepsi mahasiswa terhadap UU Akuntan Publik adalah bermacam-macam, ada mahasiswa yang mendukung, dan ada pula mahasiswa yang menolak menyikapi munculnya UU tentang akuntan publik ini. Mahasiswa yang menerimanya dengan pendapat bahwa lulusan akuntansi tetap bisa bersaing dengan lulusan lainnya karena memiliki kualitas yang bagus. Mahasiswa yang menolak berpendapat negara membutuhkan akuntan publik yang profesional, sehingga mekanisme pembentukan profesi akuntan publik harus benar- benar bagus sehingga akan menghasilkan akuntan publik yang profesional. Oleh karena itu diperlukan kompetensi yang memadai guna menuju profesionalitas. Sikap optimis ini muncul dari diri mahasiswa karena mereka yakin bahwa lulusan yang berasal dari jurusan akuntansi memiliki ilmu lebih banyak dan mendalam tentang ilmu akuntansi serta lebih peka terhadap isu-isu terbaru dari akuntansi, dibandingkan dengan lulusan di luar akuntansi yang dasar ilmunya sebagian besar dari luar ilmu akuntansi.

Respon suka atau tidak suka itu adalah hasil proses evaluasi terhadap keyakinan- keyakinan (beliefs) individu terhadap objek sikap. Pada dasarnya langkah instan untuk mengatasi sedikitnya jumlah akuntan publik seharusnya dengan tidak mengorbankan kualitas akuntan publik. Terbukanya profesi akuntan publik tanpa mengikuti proses akademis akuntansi yang memadai malah akan menimbulkan lebih banyak praktek “bad corporate goverannce” (Susilowati, 2012).

Kemudian lebih lanjut terkait dengan penilaian terhadap kepercayaan dan kemampuan diri mengerjakan perkerjaan dalam bidang akuntansi dan mengumpulkan informasi-informasi mengenai rencana karirnya. Informan 1 mengungkapkan pengalamannya berikut ini: “...

dengan ilmu akuntansi yang telah saya peroleh saya percaya bahwa saya bisa menjadi seorang akuntan publik dan saya juga sering mengikuti seminar isu-isu akuntansi terbaru dan sering mendapatkan nilai yang cukup memuaskan dalam bidang akuntansi”.

(4)

JURNAL EKSIS Vol.12 No.1, April 2016: 3214 – 3345

Hal senada diungkapkan pula oleh Informan 2 yang mengatakan bahwa: “Saya yakin dan bisa bekerja dalam bidang akuntansi karena saya mempunyai potensi akademik yang memadai yang saya peroleh di bangku perkuliahan. Semua mata kuliah dari semester satu hingga semester delapan saya pelajari dengan maksimal. Saya banyak mendapatkan keterampilan [akuntansi] di jurusan akuntansi Politeknik Negeri Samarinda dan saya akan terus menambah pengetahuan baik ilmu teori maupun ilmu praktek”.

Upaya para mahasiswa tersebut dalam menyeleksi dan merencanakan karir masa depan pun sudah mereka lakukan, seperti yang diungkapkan informan 1 berikut ini: “sebenarnya banyak saja pilihan karir di bidang akuntansi, selain menjadi akuntan publik, seperti akuntan perusahaan, akuntan bank, di kantor pajak, dan lain-lain. Namun saya memandang peluang profesi akuntan publik masa depan sangat besar dan kebutuhan jasa akuntan publik semakin meningkat.

Begitu pula informan 2 yang mengungkapkan bahwa: “Masa depan sebagai seorang akuntan publik memang sangat menjanjikan. Dan di sisi lain, setelah berhenti menjadi seorang akuntan publik pun, jika ingin bekerja di perusahaan lain, riwayat profesi akuntan publik sangat dihargai oleh perusahaan. Sehingga

“pensiunan akuntan publik” tidak susah untuk mencari pekerjaan di luar KAP (Kantor Akuntan Publik)”.

Jika diamati dari sikap para mahasiswa di atas (informan 1 dan 2), maka dapat disimpulkan bahwa mereka sudah memiliki kepercayaan dan penghargaan diri yang tinggi terhadap upaya / pengalaman belajar selama ini. Minat karir mahasiswa akuntansi menjadi akuntan publik dapat ditentukan oleh pengalaman belajar pada kegiatan atau peristiwa dalam bidang akuntansi yang diperkuat dengan perceived behavioral control.

Pembentukan minat karir juga bisa melalui pengalaman langsung atau berkesan yang menyediakan peluang bagi individu untuk berlatih, menerima umpan balik dan mengembangkan keterampilan yang mengarahkan pada self efficacy dan outcome expectation

Tahap Outcome Expectation: Harapan terhadap Pengalaman Belajar dan Kesadaran Sosial

Lent, at al (1996) menyebutkan outcome expectations merupakan keyakinan (harapan) tentang hasil melakukan prilaku tertentu. Faktor- faktor seperti pengalaman belajar, ketersediaan pekerjaan, maupun jenjang karir menjadi ukuran bagi mahasiswa D4 (S1) Akuntansi Manajerial Politeknik Negeri Samarinda dalam menjatuhkan pilihan profesi ke depan.

Terkait dengan hasil pengalaman belajar selama ini, Informan 1 mengungkapkan bahwa:

Saya harus menjadi akuntan publik setelah lulus kuliah. Alasan yang membuat harus menjadi akuntan publik adalah karena saya tidak akan membuang kesempatan ilmu yang saya pelajari dan latih selama ini”.

Berdasarkan pengamatan empiris mengenai prospek profesi akuntan publik di Indonesia, lebih lanjut informan 1 menilai bahwa: “Profesi akuntan publik terus berkembang seiring dengan berkembangnya dunia usaha dan pasar modal di Indonesia. Walaupun demikian, masih banyak kritikan-kritikan oleh para usahawan dan akademisi. Namun, keberadaan profesi akuntan publik tetap diakui oleh pemerintah sebagai sebuah profesi kepercayaan masyarakat. Di samping adanya dukungan dari pemerintah, perkembangan profesi akuntan publik juga sangat ditentukan oleh perkembangan ekonomi dan kesadaran masyarakat akan manfaat jasa akuntan publik”.

Dikaji dari jenjang karir akuntan publik, informan 2 mengungkapkan bahwa: “profesi akuntan publik dapat memberikan jenjang karir yang jelas dan sekaligus batu lompatan, karena seandainya berhenti menjadi akuntan publik pun, masih banyak perusahaan yang siap menyambut”.

Kemudian informan 2 menambahkan bahwa:

“untuk memulai ini (karir) saya akan magang di KAP (Kantor Akuntan Publik). Tujuanya adalah untuk menambah pengalaman praktik dan memuluskan usaha saya untuk menjadi akuntan publik”.

Sesuai dengan teori expectancy-value, maka pada dasarnya perilaku mahasiswa tersebut terorganisir sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Tujuan merupakan suatu keadaan atau tindakan yang dipandang mahasiswa akuntansi sebagai sesuatu yang diinginkan atau tidak diinginkan. Selain itu mereka akan mencoba untuk menyesuaikan tingkah lakunya terhadap sesuatu yang mereka inginkan dan sebaliknya.

Semakin penting sebuah tujuan bagi individu, maka semakin besar nilai tujuan tersebut dalam memotivasinya. Tidak ada alasan bagi individu untuk bertindak tanpa adanya tujuan yang berarti sehingga sebuah perilaku dapat diprediksi dengan baik ketika tingkat keyakinan yang dimiliki sesuai dengan perilaku yang diprediksi (Susilowati, 2012).

Jika diamati dari sikap para mahasiswa di atas (informan 1 dan 2), maka dapat dsimpulkan bahwa mereka memiliki harapan yang tinggi atas upaya selama ini, baik ditinjau dari aspek pendidikan, sosial maupun ekonomi. Faktor-faktor seperti pengalaman belajar, ketersediaan pekerjaan, maupun jenjang karir (penghargan

(5)

Riset / 3326 JURNAL EKSIS Vol.12 No.1, April 2016: 3214 – 3345

finansial) menjadi motivasi (harapan) tersendiri untuk berkarir menjadi akuntan publik.

Tahap Personal Goals: Optimisme Menjadi Akuntan Publik

Personal goals merupakan penentuan untuk terlibat dalam suatu aktivitas tertentu (karir). (Lent, at al, 1996). Aspinwall et al dalam Chang (223:2006) sikap optimis berpengaruh pada motivasi, keyakinan dan perilaku individu. Saat individu memiliki cukup keyakinan maka mereka akan bergerak kepada suatu tindakan dan melanjutkan usaha mereka. Ketika individu yakin akan hasil akhir yang diharapkan, mereka akan terus berusaha meskipun menghadapi berbagai rintangan dan halangan dalam perjalanannya.

Menurut Hassall et al; (1996) dan Sugahara (2006), untuk menjadi akuntan publik yang professional, maka setidaknya mahasiswa mempunyai keahlian pengetahuan akuntansi yang bagus, etika yang baik, komunikasi yang bagus, dan judgment skills. Keahlian penting yang harus dimiliki akuntan publik adalah speak in english fluently, written communication, oral communication, decision making, and interpersonal (Ghani & Said, 2009). Menurut Buchholz & Kass (2011) perubahan persyaratan mengikuti ujian CPA mengharuskan mahasiswa menempuh mata kuliah sejumlah 150 SKS dan mempunyai pengalaman mengaudit selama satu tahun untuk bisa menjadi akuntan publik.

Menanggapi tantangan rencana karir mahasiswanya setelah lulus kuliah, informan 3 memberikan gambaran karir akuntan publik sebagai berikut: “Meskipun kriteria menjadi akuntan publik yang profesional tidaklah mudah dan harus bersaing ketat dengan lulusan dari dispilin ilmu yang lain, namun dengan para mahasiswa giat mendalami materi-materi akuntansi, etika dan komunikasi yang baik, mengikuti pelatihan-pelatihan akuntansi di dalam dan di luar kampus, magang di KAP, intensif kursus bahasa inggris, dan aktif mengikuti seminar akuntansi dan perpajakan, maka saya yakin dengan pengetahuan dan pengalaman tersebut dapat menjadikan mereka akuntan publik yang profesional”.

Untuk memperkuat tujuan karirnya informan 1 mengungkapkan bahwa: sebelum saya terjun ke akuntan publik, terlebih dahulu saya akan menjadi akuntan di perusahaan, bank, ataupun wirausaha, karena tujuannya adalah untuk mendalami dunia klien dari akuntan publik itu sendiri”. Begitu pula dengan informan 2 yang mengungkapkan bahwa:

“saya memilih menjadi akuntan publik dengan cara melanjutkan studi PPAk sambil magang di Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk mencari pengalaman praktek”.

Dapat dilihat dari keseriusan mahasiswa menjawab pertanyaan dari penelitian ini bahwa niat atau tingkat optimisme mahasiswa untuk menjadi akuntan publik sangat tinggi walaupun harus ada pesaing dari luar akuntansi. Bahkan, mereka menjadikan dengan adanya implementasi UU tentang akuntan publik ini sebagai tantangan untuk lebih mendalami ilmu-ilmu dibidang akuntansi baik teori maupun praktek. Banyak mahasiswa yang optimis dengan UU ini, sebab mereka yakin tidak banyak juga lulusan dari luar akuntansi akan bisa mengikuti Pendidikan Profesi Akuntansi. Walaupun ada yang mangikuti PPAk dari luar jurusan akuntansi, mereka yakin itu pun kemampuan mereka tentang akuntansi tidak sedalam lulusan S1 akuntansi. Karena mahasiswa berpendapat bahwa ilmu akuntansi tidak bisa dipelajari hanya di PPAk yang notabene waktu pembelajarannya relatif singkat dan dipenuhi dengan berbagai praktik.

Padahal untuk menjalankan praktik akuntansi itu harus mengerti teorinya, jika teorinya saja tidak paham, maka tidak yakin mereka akan menjalankan praktik dengan benar atau sesuai etika yang berlaku.

Hasil penelitian ini sejalan dengan temuan Saputra (2013) mengenai perencanaan karir mahasiswa akuntansi untuk menjadi akuntan publik, yaitu dalam perencanaan pilihan pekerjaan yang dapat dipilih mahasiswa akuntansi diantaranya adalah melalui jalur: (1) mahasiswa akan memilih menjadi akuntan publik akan tetapi sebelumnya mereka bekerja menjadi akuntan di perusahan, bank, atau wirausaha, dan (2) mahasiswa akan memilih menjadi akuntan publik dengan melanjutkan studi PPAk dengan sambil bekerja di Kantor Akuntan Publik (KAP) untuk mencari pengalaman praktek.

PENUTUP Kesimpulan

Hasil penelitian ini menunjukkan berbagai sikap mahasiswa tentang implementasi UU no 5 tahun 2011 tentang akuntan publik yang memunculkan berbagai persepsi, motivasi, dan optimisme mahasiswa. Rangkuman dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Persepsi mahasiswa terhadap UU Akuntan Publik adalah bermacam-macam, ada mahasiswa yang mendukung, dan ada pula mahasiswa yang menolak dalam menyikapi munculnya UU tentang akuntan publik ini.

Mahasiswa yang menerimanya dengan pendapat bahwa lulusan akuntansi tetap bisa bersaing dengan lulusan lainnya karena memiliki kualitas yang bagus. Mahasiswa yang menolak berpendapat bahwa untuk menjadi akuntan publik harus memiliki dasar akuntansi yang kuat, sehingga harus melalui jenjang S1 akuntansi atau berasal dari lulusan akuntansi.

(6)

JURNAL EKSIS Vol.12 No.1, April 2016: 3214 – 3345

2. Mahasiswa termotivasi untuk mendapatkan ilmu lebih banyak tentang akuntansi dari teori maupun praktek, karena dari PPAk tersebut mereka berharap akan dihadapkan dengan banyak praktisi dan akademisi akuntansi.

Walaupun harus berhadapan dengan lulusan dari non akuntansi, namun tidak menyurutkan niat mahasiswa ini untuk melanjutkan ke PPAk, bahkan dengan adanya implementasi UU no 5 tahun 2011 tentang akuntan publik semakin termotivasi untuk bersaing dengan lulusan lain dari non akuntansi dan akan membuktikan bahwa lulusan S1 akuntansi mampu bersaing dengan lulusan dari non akuntansi untuk menjadi akuntan publik.

3. Mahasiswa optimis dapat berkarir menjadi akuntan publik walaupun nanti akan mendapatkan banyak saingan dari lulusan non akuntansi yang berminat menjadi akuntan publik. Pernyataan optimisme ini diberikan oleh mahasiswa dengan jalan yang akan ditempuh berbeda untuk menjadi seorang akuntan publik.

Keterbatasan

1. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, sehingga tidak dapat digeneralisir untuk objek yang lain.

2. Sumber data atau informan yang diteliti hanyalah para mahasiswa yang sudah memiliki minat menjadi akuntan publik dengan jumlah terbatas melalui perwakilan gender (wakil pria dan perempuan).

Saran

1. Peneliti selanjutnya disarankan dapat mengambil sampel (informan) yang berjenjang dari semester 1 sampai dengan 8.

2. Peneliti selanjutnya disarankan mengeksplor secara keseluruhan dari UU no 5 tahun 2011 tentang akuntan publik.

3. Peneliti selanjutnya hendaknya mengevaluasi implementasi UU Akuntan Publik secara keseluruhan dan dampaknya pada profesi akuntan publik, dan mahasiswa peserta PPAk.

4. Penelitian selanjutnya hendaknya melengkapi respon dari para akademisi atau dosen yang bersentuhan langsung dengan para mahasiswa S1 akuntansi.

DAFTAR PUSTAKA

Azwar, S. 2009. Sikap Manusia, Teori, dan Pengukurannya. Jakarta: Pustaka Pelajar.

Buchholz, Alexander K., & Frimette Kass. 2011.

A Study of Accounting Students' Perception of Changes in Requirements for Certified Publik Accountant (CPA) Licensure in New York State. Proceedings of ASBBS. Volume 18 Number 1

Chang, C. Edward. 2006. Optimism & Pesimism:

Implication for Theory, Research, and Practice. Publiser: Washington, DC, US:

American Psychological Association

Ghani, Erlane K., & Jamaliah Said. 2009. A Comparative Study on Malay and Chinese Accounting Students’ Perception on Accounting Career. Canadian Social Science, Vol. 5 No. 3, online on http://www.cscanada.org

Hassall, Trevor, Alex Dunlop, & Sarah Lewis, 1996. Internal Audit Education: Exploring Professional Competence. Managerial Auditing Journal. 11/5 [1996] 28–36

Ikhsan, Sukardi, Badingatus Solikhah, & Nurdian Susilowati. 2013. Dampak Implementasi Undang-Undang Akuntan Publik Terhadap Minat Menjadi Akuntan Publik (Studi Kasus Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Semarang). Jurnal Dinamika Akuntansi.

Vol.5. No.2. September 2013, pp. 99-108.

Komang Adi Kurniawan Saputra. 2013. Persepsi Mahasiswa Strata Satu Akuntansi Terhadap Undang-Undang No. 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik (Sebuah Studi fenomenologi). Jurnal Ilmiah Akuntansi dan Humanika JINAH. Vol.3 No.1.

Lent, R.W., Brown, S. D., & Hackett, G. 1996.

Career Development From A Social Cognitive Perspective. In D. Brown, L.

Brooks, & Associates. Career Choice and Development (3rd ed., pp. 373-422). San Francisco: Jossey-Bass.

Miles, B.Matthew., & Huberman, A.Michael.

2009. Analisis Data Kualitatif. Jakarta: UI- Press.

Moleong, L.J. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Edisi Revisi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Mondy, & Noe. 1993. Human Resource Management. United States of America: A Division of Simon & Schuster, Inc.

Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Edisi Pertama.

Jakarta: Rineka Cipta.

Silverman, David. 2007. Doing Qualitative Research. London: Sage Publication Inc.

Simamora, Henry. 2004. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara.

Solikhah, Badingatus. 2013. Minat Berkarir Menjadi Akuntan Publik Pasca Implementasi UU No 5 Tahun 2011 Kajian berdasar Extended

(7)

Riset / 3328 JURNAL EKSIS Vol.12 No.1, April 2016: 3214 – 3345

Theory of Reason Action (TRA). SNA 16.

Manado.

Sugahara, Satoshi, & Gregory Boland. 2006.

Perceptions of The Certified Public Accountants by Accounting and Non- Accounting Tertiary Students in Japan.

Asian Review of Accounting. Vol. 14 Iss:

1/2, pp.149 – 167

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sulistiani, dewi. 2012. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Niat Mahasiswa Akuntansi Untuk Berkarir Sebagai Akuntan Publik:

Aplikasi Theory of Planned Behavior (Studi Empiris pada Mahasiswa Universitas Diponegoro). Skripsi Ttidak Dipublikasikan.

Universitas Diponegoro. Semarang.

Susanto, P.A., Edy Sujana, & I Made P. A. P. 2014.

Pengaruh Persepsi Penerapan Undang- Undang Akuntan Publik Nomor 5 Tahun 2011 Terhadap Motivasi, Optimisme Dan Perencanaan Karir Mahasiswa (Studi Empiris Pada Mahasiswa Akuntansi Program S1 Universitas pendidikan Ganesha). E-Journal S1 Ak Universitas pendidikan Ganesha. Vol. 2. No. 1.

Singaraja.

Susilowati, Nurdian. 2012. Sikap Mahasiswa Terhadap Undang-Undang Akuntan Publik Pada Optimisme Dan Perencanaan Karir (Studi pada Mahasiswa Akuntansi Universitas Negeri Malang). Tesis Tidak Dipublikasikan. Universitas Negeri Malang.

Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5215 Tentang Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan publik.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2011 Tentang Akuntan Publik.

Wawan, A., & Dewi M. 2010. Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku, Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika.

Zulfikar, & Nyoria Anggraeni Mersa. 2015.

Determinan Pilihan Karir Pada Mahasiswa Akuntansi (Studi Empiris pada Mahasiswa S1 akuntansi Manajerial-Politeknik Negeri Samarinda. Jurnal EKSIS, Vol.11 No.1 April 2015. Hal.3197-3206.

Referensi

Dokumen terkait

(1) Setiap orang atau badan yang telah memiliki izin menjual minuman beralkohol golongan A, golongan B, dan golongan C dilarang menjual ciu atau sebutan lain dan/atau

(Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h.. Pemecahan masalah mempunyai arti khusus di dalam pembelajaran matematika, istilah tersebut mempunyai interprestasi yang berbeda,

Salah satu potensi untuk pengembangan transportasi laut dan sebagai alternatif transportasi darat dari daerah Desa Lero ke Kota Pare-Pare membutuhkan waktu tempuh

Jaringan tumbuhan yang berfungsi mengangkut air dan garam mineral dari akar ke daun adalah .... tikus dan burung kecil

Metode spektrometri gamma dilakukan dengan menganalisis cuplikan air pen- dingin primer dari ruang purifikasi secara kualitatif dan kuantitatif menggunakan

STRATEGI PENILAIAN SERDOS (1) PENILAIAN PORTOFOLIO Kualifikasi Akademik dan Unjuk Kerja Tridharma, TKDA, TKBI, PEKERTI/AA (DOKUMEN- EMPIRIK) Pernyataan Diri tentang kontribusi

CERDAS BERBASIS BIG DATA DALAM FRAMEWORK SMART CITY RistekBRIN Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi. 61

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa metakognisi siswa kelas X IPA 2 SMA Negeri 4 rejang Lebong tentang pemecahan masalah matematika dengan