PEMERIKSAAN COLON IN LOOP DENGAN PEMASUKAN MEDIA KONTRAS TIDAK BERTAHAP PADA KASUS CARCINOMA COLON DI INSTALASI RADIOLOGI
RSUD DR. SOEHADI PRIJONEGORO, SRAGEN
Huda El Adha, Arum Dwi Rejeki, Ali Ro’in Mas’uul Akademi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi (ATRO)
Citra Bangsa, Yogyakarta ABSTRAK
Pendahuluan: Pemeriksaan colon in loop (CIL) dilakukan untuk menegakkan diagnosis kelainan disepanjang rectum sampai cecum, dengan pemasukan media kontras. Teknik pemasukan media kontras dengan cara bertahap dan tidak bertahap dan cara tersebut dilakukan dengan tujuan tertentu.
Tujuan penelitian: Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan colon in loop dengan cara pemasukan kontras tidak bertahap pada kasus carcinoma (ca) colon.
Bahan dan cara: Metode penelitian ini adalah studI kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Dalam penelitian ini akan mendeskripsikan secara terperinci fakta-fakta dilapangan tentang pemeriksaan colon in loop.
Hasil: Penelitian menjelaskan prosedur pemeriksaan colon in loop dengan kasus Ca colon dilakukan dengan pemasukan media kontras tidak bertahap atau semaksimal mungkin memasukkan barium sulfat sekitar 800-1000 ml tergantung kuat tidaknya pasien menahan kontras dalam colon. Kontras dimasukkan sekaligus dengan maksimal sampai media kontras itu mengisi seluruh colon.
Kesimpuan: Pemasukan media kontras sekaligus pada pemeriksaan colon in loop dapat memperecepat waktu pemeriksaan, lebih praktis, pasien juga tidak terlalu lama menahan kontras di dalam colon.
Kata kunci : CIL, Carcinoma colon, Pemasukan media kontras tidak bertahap.
PENDAHULUAN
Radiodiagnostik merupakan bagian dari cabang ilmu radiologi yang memanfaatkan sinar pengion untuk membantu diagnosis dalam bentuk foto yang bisa didokumentasikan (Malueka,.2008)..Pemeriksaan dengan pemanfaatan sinar roentgen yang sering disebut sinar-X. Penggunaan sinar-X mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak pertama kali ditemukan pada tanggal 8 November 1895 oleh Wilhelm Conrad Rontgen. Penemuan Rontgen ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena dengan hasil penemuan ini dapat digunakan untuk pemeriksaan bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah tercapai dengan cara-cara pemeriksaan konvensional (Rasad, 2005). Aplikasi
pemanfaatan sinar-X untuk pemeriksaan melalui pembuatan radiograf sangat berguna, baik itu yang menggunakan media kontras maupun tanpa menggunakan media kontras.
Pemeriksaan yang menggunakan media kontras salah satunya adalah pemeriksaan colon in loop (CIL).
Pemeriksaan colon in loop merupakan pemeriksaan radiografi colon (usus besar) dengan menggunakan media kontras yang dimasukkan kedalam colon (Malueka, 2008). Pada pemeriksaan colon in loop sesuai dengan teori dilakukan dengan beberapa tahapan. Pertama dibuat foto polos abdomen antero posterior (AP) tanpa media kontras. Kemudian dilakukan pemasukan media kontras dengan kanul melalui anus, kontras
dihentikan sebentar kemudian dimasukkan udara 10 kali pompa sehingga barium terdorong keatas kesisi kanan. Agar kontras mengisi usus besar secara merata, badan pasien diminta berputar. Pemasukan kontras barium dilanjutkan sehingga usus besar mengalami distensi, kontras mengisi seluruh bagian usus besar. Setelah itu dilakukan beberapa proyeksi rectosigmoid (RAO, PA, LPO, lateral kiri, PA axial, AP axial), fleksura lienalis (LAO, RPO), fleksura hepatika (RAO, LPO), Foto keseluruhan abdomen AP/PA, selesai pemeriksaan kantung barium diturunkan pada posisi yang lebih rendah agar barium keluar dari kantong, setelah itu pasien dibawa kekamar mandi kemudian kateter dilepas dan pasien difoto kembali untuk menilai pasca evakuasi. (Soetikno, 2014). Kontras yang lazim digunakan adalah larutan barium dengan konsentrasi antara 70-80 W/V %, jumlahnya sangat bergantung, umumnya 600-800 ml sudah memadai (Malueka, 2008).
Pemeriksaan CIL dengan kasus carcinoma colon yang dilaksanakan di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro dilakukan dengan proyeksi antero posterior (AP) dan lateral kanan dengan menggunakan pesawat sinar-X tanpa fluoroskopi dan pemasukan media kontras tidak bertahap yaitu dengan cara pemasukan media kontras semaksimal mungkin dan terus menerus sebanyak-banyaknya sampai pasien tidak kuat lagi menahan volume media
kontras yang dimasukkan. Kenyataan seperti ini, peneliti tertarik untuk mengetahui lebih jauh tentang pemeriksaan CIL di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen.
BAHAN DAN CARA
Jenis penelitian ini adalah studi kualitatif dengan pendekatan studi kasus yaitu penelitian yang bertujuan untuk memberikan gambaran secara detail pada keadaan yang sebenarnya di lapangan dan sedekat mungkin berada pada tingkat realita dalam konteks yang sesungguhnya. Dalam penelitian ini akan mendeskripsikan secara terperinci fakta-fakta di lapangan tentang pemeriksaan CIL dengan pemasukan media kontras tidak bertahap pada kasus carcinoma colon.
Tempat penelitian ini dilakukan di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro, Sragen pada 18 November 2016. Responden yang terlibat aktif dalam pengumpulan data penelitiaan ini adalah Dokter Spesialis Radiologi, Radiografer dan perawat.
Peneliti menggunakan analisis data tentang pemeriksaan colon in loop dengan pemasukan media kontras tidak bertahap dengan kasus Ca colon di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen. Data dari hasil observasi dan wawancara dikumpulkan kemudian dilakukan pengolahan data.
Proses pengolahan data ini untuk menentukan kategori-kategori data berdasarkan tujuan penelitian. Setelah proses pengolahan data maka dilakukan koding terbuka, yaitu pengambilan data
dari hasil observasi dan wawancara terhadap responden. Koding terbuka dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan validitas dari data yang telah terkumpul. Pembuatan koding terbuka ini akan memudahkan dalam mendeskripsikan hasil penelitian. Data- data tersebut kemudian dianalisis dan diambil kesimpulan.
HASIL PENELITIAN
Hasil dari pengamatan tentang pemeriksaan CIL yang meliputi pelaksanaan atau prosedur pemeriksaan di uraikan di bawah ini :
1. Paparan kasus a. Identitas pasien
Seorang laki-laki usia 50 tahun, alamat Tulakan. Permintaan pemeriksaan colon in loop, dengan diagnosis klinis suspek ca colon.
Pemeriksaan dilakukan tanggal 18 November 2016.
b. Riwayat Penyakit
Awalnya pasien merasa nyeri saat mau buang air besar (BAB). BAB berdarah dan sering kali, namun BABnya lancar serta keluhan yang lain tidak ada. Kemudian pasien dibawa ke RSUD dr. Soehadi Prijonegoro di Klinik Bedah. Setelah dirawat Dokter Spesialis Bedah memberikan pengantar untuk dilakukan pemeriksaan colon in loop di Instalasi Radiologi dengan diagnosis carcinoma colon. Pada hari Jum’at tanggal 18 November 2016 pasien diantar keluarganya ke Instalasi Radiologi, untuk dilakukan pemeriksaan colon in loop.
2. Prosedur pemeriksaan CIL a. Persiapan pasien
Sehari sebelum pemeriksaan pasien makan rendah serat, lalu jam 21.00 atau jam 22.00 WIB pasien minum urus-urus dilakukan dengan cara pencampuran garam Inggris (30 gr) dengan 1 gelas air (200 ml), kemudian paginya jam 05.00 WIB pasien di lavement oleh perawat menggunakan fleet enema (133 ml). Caranya adalah ujung dari fleet enema dimasukan ke dalam anus, berikutnya cairan disemprotkan menggunakan ujung botol plastik yang elastis. Tujuannya untuk mengurangi konstipasi atau pengerasan fases, kemudian pasien puasa sampai pemeriksaan selesai.
b. Persiapan alat dan bahan
Gambar 1. Pesawat sinar-X yang digunakan
Gambar 2. Operator faktor eksposi yang digunakan
Spesifikasi Gambar 1 dan 2 pesawat sinar-X selangkapnya:
Merek : Ge Hualun Medical Systems
Model : XR 6000 No. Model : 5183561 No. Serial : 79980 HL 9 Pembuatan : November 2011 mAs : 400
Kv maksimal : 150
Nomor Izin Bapaten :023415.1.204.00000.230315 Masa berlaku izin : 23 Maret 2017
Persiapan bahan:
a) Media kontras barium sulfat b) Air mineral 1300 cc
c) Kaset dan Film d) Foley kateter e) Gelas ukur.
f) Jelly g) Marker h) Spuit 50 cc i) Klem j) Handscoen k) Plaster
l) Mangkok dan sendok pengaduk m)Baju pasien
c. Teknik Pemeriksaan
Pemeriksaan colon in loop dengan kasus ca colon di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro dilakukan dengan pemasukan media kontras tidak bertahap. Media kontras yang dimasukan ke dalam colon pasien tidak dapat ditentukan tergantung kemampuan pasien untuk menahan kontras di dalam colon selanjutnya dilakukan pemotretan dengan proyeksi sebagai berikut :
1) Foto polos abdomen proyeksi AP
Tujuannya untuk mengetahui persiapan pasien, keadaan umum seluruh rongga abdomen, dan ketepatan faktor eksposi.
Posisi pasien: Pasien tidur terlentang diatas meja pemeriksaan.
Posisi obyek: Mid sagittal plane (MSP) tubuh sejajar pada meja pemeriksaan, kedua tangan lurus disamping tubuh dan kedua kaki lurus, pastikan tidak ada rotasi tubuh.
Arah sinar: Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Titik bidik : Pada umbilicus FFD : 100 cm
Faktor eksposi : kV : 64 , mAs: 20 Kriteria : Simphysis pubis tidak boleh terpotong, kedua dinding lateral abdomen tidak boleh terpotong
Adapun hasil radiograf foto polos abdomen AP dapat dilihat pada Gambar 3 sebagai berikut :
Gambar 3 Hasil Radiograf Plain AP Abdomen
2) Proyeksi AP (setelah pemasukan kontras barium)
Pasien tidur miring ke kanan dan kedua lutut ditekuk. Ujung kateter diolesi jelly, kemudian dimasukkan pada anus sambil pasien disuruh Tarik napas panjang, kembangkan balon kateter dengan pompa udara agar kateter terkunci, masukkan larutan barium yang telah dicampur air.
Posisi pasien : Pasien tidur terlentang di atas meja pemeriksaan.
Posisi obyek: MSP tubuh sejajar pada meja pemeriksaan, kedua tangan lurus disamping tubuh dan kedua kaki lurus, pastikan tidak ada rotasi.
Arah sinar : Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Titik bidik : Pada umbilicus FFD: 100 cm
Faktor eksposi : kV : 64 , mAs : 20 Kriteria: Tampak seluruh colon termasuk fleksura dan rectum
Hasil radiograf proyeksi AP dengan kontras positif dapat dilihat pada Gambar 4 sebagai berikut :
Gambar 4. Hasil Radiograf AP.kontras positif
Keterangan : A :Cecum
B :Colon Asenden C :Fleksura hepatika D :Colon Transversum E :Colon Desenden F :Colon Sigmoid G :Rectum
3) Proyeksi Lateral Kanan
Proyeksi pasien: Pasien tidur miring ke kanan di atas meja pemeriksaan.
Posisi obyek:.Mid coronal plane tubuh sejajar pada meja pemeriksaan, kedua tangan di atas kepala, kedua lutut ditekuk.
Arah sinar: Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
Titik bidik : Pada MCP setinggi SIAS FFD : 100 cm
Faktor exposi : kV : 64 , mAs : 20
Kriteria: Daerah rectum dan rigmoid tampak jelas, ..Rectosigmoid pada pertengahan radiograf
Hasil radiograf lateral kanan dapat dilihat pada Gambar 5 sebagai berikut :
Gambar 5. Posisi Pasien dan Hasil Radiograf.
Keterangan : A :Colon Sigmoid B :Rectum
4) Pemasukan Kontras Negatif (udara) Kateter dilepas, pasien buang air besar ke kamar mandi lalu masukan kontras negatif (udara) dengan menggunakan spuit 50 cc masukkan udara sekitar 10 kali pompa selanjutnya pasien difoto kembali dengan posisi AP dan lateral kanan.
Proyeksi Antero Posterior.
Posisi pasien: Pasien tidur terlentang diatas meja pemeriksaan.
Posisi obyek: MSP tubuh sejajar pada meja pemeriksaan, kedua tangan lurus Proyeksi lateral kanan, pasien miring kanan dan kedua kaki lurus, pastikan tidak ada rotasi.
Arah sinar: Vertikal tegak lurus terhadap kaset.
Titik bidik: Pada umbilicus.
FFD: 100 cm
Faktor eksposi : kV : 64 , mAs : 20 Kriteria: Tampak seluruh colon termasuk fleksura dan rectum
Hasil radiograf AP dapat dilihat pada Gambar 6 sebagai berikut :
Gambar 6. Posisi Pasien dan Hasil Radiograf AP
Keterangan :
A :Fleksura hepatika B :Colon transversum C :Fleksura lienalis D :Colon desenden E :Rectum
5) Proyeksi lateral kanan
Proyeksi pasien: Pasien tidur miring ke kanan di atas meja pemeriksaan.
Posisi obyek: MCP tubuh sejajar pada meja ..pemeriksaan, kedua tangan di atas kepala, .kedua lutut ditekuk
Arah sinar: Vertikal tegak lurus terhadap kaset
Titik bidik: Pada MCP setinggi SIAS FFD: 100 cm
Faktor eksposi : kV : 64 , mAs : 20 Kriteria: Daerah rectum dan sigmoid tampak jelas, .Rectosigmoid pada pertengahan radiograf .
Hasil radiograf lateral kanan dapat dilihat pada Gambar 7 sebagai berikut :
Gambar 7. Hasil Radiograf Proyeksi Lateral Kanan
Keterangan : A :Colon sigmoid B :Rectum
Hasil pembacaan radiograf pemeriksaan Colon in Loop :
1) Plain abdomen: persiapan cukup, distribusi udara usus dan fecal material positif.
2) Single contrast: dimasukkan kontras sebanyak 1500 cc. Tampak kontras mengisi rectum, colon sigmoid, colon desenden, colon transversum, sampai colon ascenden dan caecum. Refluk ke ileum tidak ada, passage kontras lancar. Kaliber sistema colorectal normal, incisura dan haustra di colon descenden menghilang, redundant colon transversum et sigmoid, tak tampak filling maupun additional defect.
Pre sacral space normal.
3) Double contrast study:
Dilanjutkan dengan teknik double contrast dengan mempompakan udara 400 cc ke rectum melalui kateter.
Tampak kontras udara mengisi rectum, sigmoid, colon descenden, colon
transversum, colon ascenden sampai caecum. Refluk udara ke illeum positif, kaliber sistema colorectal normal, mukosa licin, incisura dan haustra di colon descenden menghilang, redundant colon transversum et sigmoid, tak tampak filling maupun additional defect. Pre sacral space normal.
PEMBAHASAN
Pada pemeriksaan colon in loop dengan pemasukan media kontras tidak bertahap dengan kasus carcinoma colon di Instalasi Radiologi RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro, dilakukan sesuai dengan protokol yang berlaku. Hal ini diperkuat dengan wawancara responden Rg 3 yaitu :
“....Sehari sebelum pemeriksaan pasien makan rendah serat, kemudianjam 21.00 atau jam 22.00 WIB minum urus- urus, kemudian pasien puasa sampai pemeriksaan selesai, paginya pasien dilavement....” (Rg 3)
Persiapan pasien, cara memasukkan kontras dan teknis radiografi sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Teknik pemeriksaan yang digunakan yaitu foto Plain Abdomen AP, lalu foto AP dan lateral kanan kontras positif serta AP dan lateral kanan kontras negatif..Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara responden Rg 1, Rg 2, Rg 3 dan Rg 4 yaitu :
“.... Pertama pasien kita foto polos kalau plain abdomen sudah baik, lanjut dengan single kontras proyeksi antero
posterior dan lateral tetapi apabila dokter membutuhkan ....” (Rg 1)
“....Proyeksi antero posterior dan lateral, apabila diperlukan oblik biasanya kita tambahkan....” (Rg 2)
“....Memasukkan barium sulfat sebanyak 800-1000 ml.... dan dibuat foto proyeksi antero posterior dan lateral... kemudian pasien disuruh BAB kemudian dikasih kontras negatif... selanjutnya difoto antero posterior dan lateral....” (Rg 3)
“.... Masukan barium sulfat.... setelah itu difoto.... dengan proyeksi antero posterior dan lateral...pasien disuruh BAB kemudian dikasih kontras negatif selanjutnya difoto abdomen antero posterior dan lateral....” (Rg 4)
Kesimpulan hasil bacaan radiograf pemeriksaan colon in loop oleh Dokter Spesialis Radiologi yaitu: Colitis di rectum, colon sigmoid dan colon descendens, Redundant colon transversum et colon sigmoid. Tak tampak tanda-tanda massa intraluminer maupun infiltrasi keganasan di sistema colorectal.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti dengan Dokter Spesialis Radiologi, radiografer dan perawat radiologi di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro didapatkan bahwa pemeriksaan colon in loop dilakukan secara radiografi menggunakan metode double contrast. Media kontras yang digunakan adalah barium sulfat (BaSO4) 200 gram dicampur dengan air mineral 1300 cc. Kemudian larutan barium di masukkan menggunakan spuit 50 cc
sebanyak 800-1000 ml atau semaksimal mungkin. Prosedur yang dilakukan diterangkan oleh responden Radiografer (Rg 3, Rg 4, Rg 5) dan perawat (Pr) dalam wawancara sebagai berikut:
“....Media kontras barium 200 gr di campur atau dilarutkan ke air....” (Rg 3)
“.... Media kontras 200 gr dicampur dengan air sebanyak... dengan perbandingan....” (Rg 4)
“.... Cara penyampuran media kontras barium 200 gr itu dicampur dengan air....” (Rg 5)
“.... Barium 200 gr... tuangkan barium kedalam literan gelas dan tuangkan air mineral....” (Pr)
Proses selanjutnya hasil wawancara dengan responden dinyatakan proses pelaksanaan teknis.
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara responden Rg 3, Rg 4 dan Rg 5 yaitu :
“.... Kemudian dikasih kontras negatif yaitu udara sebanyak 400 cc selanjutnya difoto antero posterior dan lateral....” (Rg 3)
“.... Pasien disuruh BAB kemudian dikasih kontran negatif yaitu 400 cc selanjutnya difoto antero posterior dan lateral....” (Rg 4)
“.... Jadi secara tidak langsung itu sudah bersih hanya ditambahkan udara 400 disini....” (Rg 5)
Proses pemasukan media kontras positif dengan cara tidak bertahap dilakukan seperti ini: pertama masukkan barium sulfat sekitar 800- 1000 ml tergantung kuat tidaknya pasien menahan, biasanya
maksimalkan sampai media kontras itu mengisi seluruh colon. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara responden Dr, Rg 1 dan Pr yaitu :
“....Sedangkan kita masih menggunakan manual, tidak menggunakan colon in loop set dengan otomatis masuk sendiri.
Karena masih manual sehingga langsung memasukkan sejumlah 800- 1000cc.... Masing-masing usus pasien berbeda-beda misalnya pasien besar ususnya panjang kita melebihi dari protokol yang sudah ada...”(Dr)
“.... Dengan memasukkan barium sekitar 800-1500 tergantung kuat tidaknya pasien dalam menahan....” (Rg 1)
“.... Tuangkan barium kedalam wadah ...
tuangkan air mineral tergantung kuatnya pasien menahan....” (Pr)
Keuntungan teknik tersebut adalah lebih praktis dan lebih cepat. Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara responden Dokter yaitu :
“....Ya lebih praktis lebih cepat pasien juga tidak terlalu lama menahan kontras di dalam usus....” (Dr).
Semua hasil wawancara diatas sesuai dengan kenyataan yang dilakukan dilapangan.
Selain itu pemeriksaan colon In loop di Instalasi Radiologi RSUD dr.
Soehadi Prijonegoro hanya menggunakan proyeksi antero posterior dan lateral kanan saja karena kedua proyeki tersebut sudah mampu memperlihatkan kelainan disepanjang colon. Proyeksi tambahan dapat dilakukan apabila ada permintaan Dokter Radiologi.
KESIMPULAN
Pemeriksaan colon in loop di Instalasi Radiologi RSUD dr. Soehadi Prijonegoro Sragen menggunakan media kontras barium sulfat (BaSO4) 200 gram di campur dengan air mineral 1300 cc dengan cara pemasukan media kontras secara langsung dimasukkan semuanya (tidak bertahap) atau semaksimal mungkin pemasukkan barium sulfat sekitar 800-1000 ml atau semaksimal mungkin tergantung kuat tidaknya pasien dalam menahan setelah media kontras mengisi dalam colon.
Saat pemasukan media kontras tidak disertai dengan bantuan fluoroskopi untuk mengontrol perjalanan media kontras.
Tindakan pemasukan media kontras semaksimal bertujuan untuk mempercepat waktu pemeriksaan agar lebih praktis dan pasien tidak terlalu lama menahan kontras di dalam sistem colon.
SARAN
Sebaiknya dalam pemeriksaan colon in loop menggunakan flouroskopi agar mengetahui jalannya media kontras saat dimasukkan ke dalam colon.
DAFTAR PUSTAKA
Bontrager, K. L. 2001. Text Book of Radiograpic Positioning and Related Anatomy. Seventh Edition. St. Louis : Mosby Inc.
Malueka, R. G. 2008. Radiologi Diagnostik. Cetakan kedua.
Yogyakarta: Pustaka Cendekia Press.
Pearce, E. 2013, Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Edisi keempat puluh, Jakarta: GM.
Patel, R, 2005, Lecture Notes Radiologi.
Edisi ke 2. Jakarta: EMS.
Rasad, S. 2005, Radiologi Diagnostik.
Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit FKUI.
Soetikno, R. 2014. Prosedur Pemeriksaan Radiologi.
Cetakan ke-1. Bandung:
Retika Aditama.
Syaifudin, 2011. Anatomi Fisiologi untuk keperawatan dan kebidanan Edisi 4, Jakarta: EGC.