• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI CEPAT TOLERANSI GENOTIPE PADI GOGO TERHADAP CEKAMAN ALUMUNIUM (AL) PADA FASE PERKECAMBAHAN SANTI APRILLIANI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "UJI CEPAT TOLERANSI GENOTIPE PADI GOGO TERHADAP CEKAMAN ALUMUNIUM (AL) PADA FASE PERKECAMBAHAN SANTI APRILLIANI"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PADA FASE PERKECAMBAHAN

SANTI APRILLIANI

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2016

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Uji Cepat Toleransi Genotipe Padi Gogo terhadap Cekaman Alumunium (Al) pada Fase Perkecambahan adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun.

Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dai karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016 Santi Aprilliani NIM A24120138

(3)

ABSTRAK

SANTI APRILLIANI. Uji Cepat Toleransi Genotipe Padi Gogo terhadap Cekaman Alumunium (Al) pada Fase Perkecambahan. Dibimbing oleh FAIZA CHAIRANI SUWARNO dan YULLIANIDA.

Metode uji cepat toleransi terhadap cekaman Alumunium (Al) pada awal pertumbuhan penting untuk menyeleksi genotipe padi. Penelitian ini bertujuan mendapatkan metode terbaik dan skrining genotipe padi gogo terhadap cekaman Al pada fase perkecambahan. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor, dan di rumah kaca Kebun Percobaan Muara, Bogor, pada bulan Februari sampai Juni 2016. Penelitian ini terdiri atas dua percobaan (1) Identifikasi metode terbaik untuk uji cepat toleransi cekaman Al, dan (2) evaluasi metode terbaik. Analisis ragam gabungan digunakan pada Percobaan 1 dengan metode sebagai faktor tersarang. Rancangan split plot dengan empat konsentrasi Al sebagai petak utama, tiga genotipe padi sebagai anak petak, beserta tiga ulangan digunakan pada Percobaan 1. Pada Percobaan 2, 56 genotipe padi diuji tingkat toleransinya terhadap cekaman Al dengan metode terbaik yang terpilih dan metode Uji Cepat dalam larutan hara Yoshida (UCY).

Rancangan augmented dengan delapan blok dan tiga cek digunakan untuk masing-masing metode. Hasil penelitian menunjukkan metode Uji di Permukaan Larutan (UPL) dengan konsentrasi Al 20 ppm merupakan metode terbaik. Pada metode UPL, relatif daya berkecambah dan panjang akar pada 10 HST berkorelasi (r2 = 0,067 dan 0,078) dengan metode UCY. Beberapa genotipe padi gogo diidentifikasi toleran cekaman Al 20 ppm pada fase perkecambahan.

Kata kunci : Identifikasi, korelasi, metode, skrining, toleran.

(4)

ABSTRACT

SANTI APRILLIANI. Rapid Testing Method for Al Toxicity Tolerance at Germination Growth Stage of Upland Rice Genotype. Supervised by FAIZA CHAIRANI SUWARNO and YULLIANIDA.

A rapid testing method for Al toxicity tolerance at early growth stage is important for breeding line selection of rice. A research was done aimed to develop a rapid testing method and screening the upland rice genotypes for Al toxicity tolerance at germination stage. The experiments were conducted at the Laboratory of Seed Science and Technology, Bogor Agricultural University, and in a green house at Experimental Station Muara, Bogor from February until June 2016. The research consisted of two experiments including (1) identification the most promising testing method for Al toxicity tolerance and (2) evaluation of the promising testing method. A Composite analysis of variance with two method as the composite factors was applied in the first experiment. A split plot design with four concetration levels of Al as the main plot, with three rice genotypes as the sub plot, with three replications was applied in the first experiment. In the second experiment, seeds of 56 upland rice genotypes were tested for the Al toxicity tolerance with the most promising method selected, and the rapid testing method in Yoshida nutrient solution (UCY). An augmented design with eight blocks and three checks varieties were applied to the rapid test and the UCY method, respectively. The results indicated that the rapid test method UPL with 20 ppm Al was identified as the most promising method. The Al toxicity tolerance of the rice genotypes tested by the UPL rapid test method, indicated by germination and relative root length at 10 HST was correlated (r2 = 0,067 and 0,078) with the UCY method. Some upland rice genotypes were identified tolerant to Al toxicity.

Keywords : Identification, correlation, method, screening, tolerant.

(5)

UJI CEPAT TOLERANSI GENTOTIPE PADI GOGO TERHADAP CEKAMAN ALUMUNIUM (AL)

PADA FASE PERKECAMBAHAN

SANTI APRILLIANI Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Agronomi dan Hortikulura

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2016

(6)

udul Skripsi : Uji Cepat Toleransi Genotipe Padi Gogo terhadap Cekaman Alumunium (Al) pada Fase Perkecambahan

Nama : Santi Aprilliani

NIM : A24120138

Disetujui oleh

Dr. Ir. Faiza Chairani Suwarno, MS Yullianida, SP, MSi Pembimbing I Pembimbing II

Diketahui oleh

Dr. Ir. Sugiyanta, M.Si Ketua Departemen

Tanggal Lulus :

(7)

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Kegiatan penelitian berjudul Uji Cepat Toleransi Genotipe Padi Gogo terhadap Cekaman Alumunium (Al) pada Fase Perkecambahan dilaksanakan sejak bulan Februari hingga Juni 2016.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Dr. Ir. Faiza Chairani Suwarno, M.S., selaku dosen pembimbing skripsi satu, dan Yullianida, S.P., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi dua, yang telah memberikan arahan, bimbingan, dan motivasi selama penelitian hingga penulisan karya ilmiah ini

2. Dr. Dra. Tatiek Kartika Suharsi, M.S., selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan saran dalam penulisan karya ilmiah ini

3. Dr. Ani Kurniawati, S.P., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan, arahan, serta nasehat kepada penulis selama masa kuliah di Departemen Agronomi dan Hortikultura

4. Dr. Willy Bayuardi Suwarno, S.P., M.Si., Dr. Ir. Suwarno, M.Sc., beserta staf peneliti dan teknisi di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi - Kebun Percobaan - Muara, Bogor, yang telah membantu dalam penyelesaian rangkaian kegiatan penelitian ini

5. Ibu dan Bapak tercinta, mbak Mia, adik Ryan, Meli, Desy, Jeri, Iis, Abila, Kak Victa, Kak Ana, Kak Fitri, Kak Luky, dan Sri yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dan dukungannya bagi penulis

6. Semua teman-teman Agronomi dan Hortikultura angkatan 49 yang telah membantu dan memberikan dukungan selama kegiatan penelitian ini, serta seluruh pihak yang telah membantu dalam kelancaran penulisan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2016

Santi Aprilliani

(8)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR viii

DAFTAR LAMPIRAN viii

PENDAHULUAN Latar Belakang 1

Tujuan 2

Hipotesis 2

TINJAUAN PUSTAKA Keberadaaan Unsur Alumunium pada Tanah 2

Respon Tanaman terhadap Keracunan Alumunium 3

Vigor Benih terhadap Keracunan Alumunium 4

METODE Tempat dan Waktu Penelitian 4

Bahan dan Alat 5

Rancangan Percobaan 7

Prosedur Percobaan 7

Pengamatan Percobaan 9

Analisis Data 10

HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum 10

Percobaan 1 11

Percobaan 2 17

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 29

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 29

LAMPIRAN 34

RIWAYAT HIDUP 35

(9)

DAFTAR TABEL

1 Kombinasi persilangan dari materi genotipe padi gogo yang

digunakan pada percobaan 2 5

2 Rekapitulasi hasil analisis ragam parameter yang diamati pada

Percobaan 1 11

3 Rata-rata indeks vigor (%) dan daya berkecambah (%) tiga genotipe cek padi gogo terhadap cekaman keracunan Al pada

metode dan konsentrasi Al berbeda 13

4 Rata-rata panjang akar (cm) dan relatif panjang akar tiga genotipe cek padi gogo terhadap cekaman keracunan Al pada metode dan

konsentrasi Al berbeda 14

5 Rata-rata panjang plumula (cm) tiga genotipe cek padi gogo terhadap cekaman keracunan Al pada metode dan konsentrasi Al

berbeda 16

6 Rekapitulasi hasil analisis ragam vigor genotipe padi gogo terhadap cekaman Al (20 ppm) pada uji di permukaan larutan

(UPL) dan uji cepat larutan hara Yoshida (UCY) 17 7 Rata-rata vigor (%) 56 genotipe padi gogo serta genotipe cek

terhadap cekaman Al 20 ppm dengan uji di permukaan larutan

(UPL) dan uji cepat larutan hara Yoshida (UCY) 19 8 Rekapitulasi hasil analisis ragam panjang akar genotipe padi gogo

terhadap cekaman Al (20 ppm) pada uji di permukaan larutan

(UPL) 21

9 Rata-rata panjang akar (cm) 56 genotipe padi gogo serta genotipe cek terhadap cekaman Al 20 ppm dengan uji di permukaan larutan

(UPL) 22

10 Rekapitulasi hasil analisis ragam relatif panjang akar genotipe padi gogo pada cekaman Al 20 ppm pada uji di permukaan larutan

(UPL) dan uji cepat larutan hara Yoshida (UCY) 24 11 Rata-rata relatif panjang akar beberapa genotipe padi gogo dan

genotipe cek pada kondisi cekaman Al 20 ppm 25 12 Korelasi antara parameter vigor benih pada metode uji di

permukaan larutan (UPL) dengan relatif panjang akar pada metode uji cepat larutan hara Yoshida (UCY) genotipe padi gogo

pada cekaman Al 20 ppm 27

13 Korelasi antara panjang akar dan relatif panjang akar pada metode uji di permukaan larutan (UPL) dengan relatif panjang akar pada metode uji cepat larutan hara Yoshida (UCY) genotipe padi gogo

pada cekaman Al 20 ppm 28

(10)

DAFTAR GAMBAR

1 Kondisi pengujian genotipe padi terhadap cekaman Al pada metode uji di permukaan larutan (UPL) dan metode uji cepat dalam larutan

Yoshida (UCY) 11

2 Kondisi kecambah tiga genotipe padi gogo pada kontrol (0 ppm) dan cekaman keracunan Al 20 ppm dengan metode uji kertas digulung didirikan dalam palstik (UKDdp) serta uji di permukaan

larutan (UPL) 14

3 Genotipe padi gogo tercekam Al dengan metode uji di permukaan

larutan (UPL) pada 7 HST 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Komposisi unsur hara makro dan unsur hara mikro dalam larutan

hara Yoshida 34

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Isu mengenai swasembada pangan nasional, terutama padi saat ini tengah menjadi topik diskusi pada berbagai forum. Padi merupakan tanaman pokok utama bagi masyarakat Indonesia. Peningkatan produksi padi nasional sangat penting mengingat jumlah penduduk yang kian meningkat tiap tahunnya. Namun program swasembada ini akan sulit terealisasi jika tidak didukung dengan adanya penelitian-penelitian pada berbagai bidang, khususnya pertanian. Hal ini menjadi penting mengingat konversi lahan pertanian menjadi non-pertanian terjadi setiap tahunnya. Lahan pertanaman padi juga mengalami konversi lahan menjadi lahan pertanian non-pangan yang dinilai lebih ekonomis dibanding padi. Persaingan pada bidang pertanian itu sendiri membuat program swasembada pangan memiliki hambatan yang dapat dikatakan menunda suksesnya swasembada pangan.

Peningkatan produksi padi nasional dilakukan dengan berbagai upaya, baik intensifikasi maupun ekstenfikasi. Upaya ekstensifikasi produksi padi nasional salah satunya dilakukan dengan penambahan luasan lahan untuk budidaya padi. Salah satu jenis lahan yang potensial untuk ekstensifikasi tanaman padi adalah lahan kering masam, karena luasannya di Indonesia mencapai 108.775.830 hektar. Dari luasan lahan tersebut, sekitar 58% memiliki potensi untuk dikembangkan dalam bidang pertanian dan yang saat ini tersedia serta sesuai untuk pengembangan tanaman semusim mencapai 7.083.800 hektar (Mulyani dan Syarwani, 2013). Lahan kering masam ini tersebar di Pulau Kalimantan seluas 41,3 juta hektar, Sumatera 28,4 juta hektar, Papua dan Maluku 21 juta hektar, serta Bali dan NTT 220 ribu hektar (BBSDLP, 2012).

Kendala utama yang dihadapi pada lahan kering masam adalah rendahnya kadar pH tanah. Kadar pH berhubungan erat dengan kapasitas tukar kation.

Semakin rendah pH suatu tanah maka kapasitas tukar kation tanah juga rendah begitupun sebaliknya, semakin tinggi pH suatu tanah (netral atau basa) maka kapasitas tukar kation tanah juga tinggi. Tanah yang memiliki pH rendah didominasi oleh kation yang bersifat masam seperti ion H+ dan Al 3+ (Syahriani, 2014).

Pengembangan pertanian terutama untuk tanaman padi di lahan kering masam dilakukan dengan memperbaiki proses budidaya dan upaya perkaitan varietas baru yang toleran terhadap lahan kering masam, khususnya cekaman keracunan alumunium (Al). Hairmansis et al. (2015) menyatakan persilangan antar beragam plasma nutfah padi menjadi kegiatan awal yang berperan penting untuk menggabungkan sifat-sifat penting dari berbagai plasma nutfah ke dalam satu populasi. Salah satu sifat penting yang wajib dimasukkan ke dalam populasi dasar padi gogo adalah toleransi terhadap keracunan Al dan kekeringan karena kedua cekaman abiotik tersebut hampir dapat ditemui di semua lahan kering.

Keragaman koleksi plasma nutfah padi merupakan modal utama dalam perakitan varietas padi gogo.

Upaya perakitan varietas padi gogo yang toleran terhadap keracunan Al dilakukan dengan pengujian galur-galur pada tingkat konsentrasi Al tertentu.

Penentuan konsentrasi Al yang tepat perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa

(12)

besar konsentrasi Al yang mampu membedakan varietas padi toleran dan peka.

Metode standar yang selama ini digunakan oleh pemulia tanaman dalam pengujian toleransi terhadap keracunan Al adalah metode uji cepat dalam larutan hara Yoshida (1976). Namun pengujian ini cukup sulit dilakukan karena membutuhkan ketelitian serta pengetahuan mengenai bahan kimia yang digunakan dalam pengujian. Selain itu, penggunaan bahan kimia dalam pengujian tersebut membutuhkan biaya yang relatif lebih mahal. Oleh karena itu perlu dicari metode uji cepat yang lebih cepat pada fase perkecambahan, lebih mudah dan ekonomis, serta berkorelasi dengan metode yang selama ini telah terbukti valid dalam skrining genotipe padi gogo terhadap keracunan Al.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metode terbaik dalam uji cepat toleransi tanaman padi gogo terhadap keracunan alumunium pada fase perkecambahan, skrining genotipe-genotipe padi gogo yang toleran terhadap keracunan alumunium dan melihat adanya korelasi antara metode uji cepat terbaik pada fase perkecambahan dengan metode uji cepat menggunakan larutan hara pada fase bibit.

Hipotesis

1. Terdapat metode uji cepat tertentu dengan konsentrasi tertentu pada fase perkecambahan yang dapat membedakan genotipe padi gogo yang toleran, agak toleran dan peka cekaman alumunium (Al)

2. Terdapat sejumlah genotipe padi yang toleran terhadap cekaman alumunium pada konsentrasi tertentu pada fase perkecambahan

3. Terdapat korelasi antara metode uji cepat terbaik pada fase perkecambahan dengan metode uji cepat menggunakan larutan hara pada fase bibit.

TINJAUAN PUSTAKA

Keberadaan Unsur Alumunium pada Tanah

Jenis tanah dipengaruhi nilai pH, P-tersedia dan kapasitas tukar kation.

Salah satu jenis tanah yang mempunyai tingkat kesuburan rendah yaitu Ultisols Buket Rata. Permasalahan tanah Ultisols Buket Rata berdasarkan hasil analisis tanah menunjukkan pH 5,09. Tanah tersebut tergolong tanah masam dengan tingkat bahan organik yang rendah. Pada tanah tersebut ketersediaan unsur fosfor (P) rendah karena difiksasi oleh alumunium (Al), besi (Fe), hidroksida, mangan (Mn) dan liat (Nurmasyitah et al., 2013).

Kadar pH tanah mempengaruhi ketersediaan unsur hara dan kelarutan Al dan Fe di dalam tanah. Senyawa Al adalah komponen utama tanah-tanah mineral dan dilepaskan dari mineral tanah sebagai hidroksida (gibsit) dan Al-silikat

(13)

(feldsfar, kaolinit) ke dalam larutan tanah. Hasil pelapukan kemudian mengalami hidrolisis sehingga meningkatkan kemasaman tanah melalui proton (H+). Senyawa Al3+ di dalam air tidak sebagai ion bebas, tetapi dikelilingi enam molekul air membentuk Al(H2O)63+

. Selain hidrolisis Al3+, hidrolisis Fe3+ yang ada di dalam tanah juga dapat menyebabkan penurunan pH tanah (Mariana, 2013).

Tanah-tanah masam memiliki tingkat kelarutan Al yang tinggi, bahkan sering menjadi kation dominan pada kompleks jerapan tanah. Jika Al menyusun lebih dari 60% kejenuhan Al, maka kemungkinan akan menimbulkan keracunan tanaman. Pada tanaman yang menderita keracunan, Al berikatan kuat dengan gugus fosfat pada asam nukleat dan inti sel. Hal ini akan mengganggu proses pembelahan sel dan menghambat aktivitas enzim fosfokinase dan ATP-ase.

Senyawa Al-P pada sel-sel akar juga mengganggu serapan dan translokasi P ke bagian-bagian lain tanaman (Munawar, 2011).

Respon Tanaman terhadap Keracunan Alumunium

Penelitian Purnamaningsih dan Ika (2008) menunjukkan bahwa tanaman padi yang toleran terhadap keracunan Al terlihat mempunyai akar yang panjang, berwarna putih, serta banyak mempunyai anakan baru, sedangkan tanaman padi yang peka Al mempunyai akar yang pendek, sedikit, dan berwarna cokelat.

Tanaman yang toleran terhadap keracunan Al akan memiliki akar yang mampu tumbuh terus dan ujung akar tidak mengalami kerusakan, dapat mengubah pH di daerah perakaran, dan mempunyai mekanisme tertentu di mana Al tidak sanggup menghambat serapan unsur Ca, Mg, dan K sehingga tanaman dapat tetap terpenuhi unsur haranya.

Beberapa tanaman padi yang mengalami cekaman keracunan Al memiliki gejala visual yang khas, ditunjukkan dengan warna batang dan warna kaki berwarna hijau keunguan, daunnya mengecil dan berwarna hijau tua, serta pada pengamatan telinga dan lidah daun menunjukkan warna yang kecoklatan.

Parameter vegetatif yang dipengaruhi cekaman Al adalah lama stadia vegetatif, sedangkan parameter generatif yang dipengaruhi oleh Al adalah umur berbunga.

Cekaman Al pada padi tidak mempengaruhi bentuk dan warna gabah (Saragih et al., 2013).

Penelitian Roslim et al. (2008) menunjukkan perlakuan cekaman pada tingkat 45 dan 60 ppm Al menyebabkan akar-akar dari varietas toleran dan peka Al menjadi tebal, kaku dan pendek. Akar lateral dari padi yang diuji baik dari varietas toleran maupun peka Al tidak berkembang dengan baik. Hal ini memperlihatkan bahwa cekaman Al yang tinggi dapat merusak sistem perakaran tanaman padi. Kerusakan itu dikarenakan pada pH di bawah 5, Al berada dalam bentuk Al3+ yang sangat toksik bagi akar tanaman, terutama pada daerah 0,5 - 5 mm dari ujung akar yang meliputi zona meristem dan pemanjangan akar. Daerah ini akan mengalami penebalan dan akar tumbuh lebih pendek.

Penelitian yang dilakukan oleh Hanum et al. (2007) pada tanaman kedelai menunjukkan terjadinya penurunan bobot kering akar pada keenam genotipe kedelai. Penurunan ini disebabkan tanaman mengalami keterbatasan pertumbuhan perakaran akibat keracunan Al. Pertumbuhan perakaran yang tidak sempurna menyebabkan sistem perakaran menjadi lebih dangkal dan menjadi lebih peka

(14)

terhadap kekeringan. Penelitian pada tanaman sengon menunjukkan konsentrasi Al pada tanah yang pertumbuhan pohonnya baik relatif lebih rendah dibandingkan dengan yang pertumbuhannya terhambat pada lapisan atas dan bawah.

Alumunium memberi pengaruh tidak langsung terhadap pertumbuhan akar melalui pengikatan terhadap P tersedia di lapisan bawah sehingga ketersediaan P menjadi rendah (Hairiah et al., 2001).

Purnamaningsih dan Ika (2008) menyatakan bahwa semakin tinggi konsentrasi Al yang digunakan pada pengujian, maka persentase regenerasi tanaman juga semakin rendah. Hal tersebut terjadi karena adanya peningkatan keracunan Al pada taraf yang lebih tinggi sehingga menyebabkan kematian pada sel/jaringan.

Vigor Benih terhadap Keracunan Alumunium

Benih suatu tanaman yang masih mampu menumbuhkan tanaman normal, meski kondisi lingkungan tidak optimum atau sub-optimum disebut benih memiliki vigor. Benih yang vigor akan menghasilkan tanaman di atas normal kalau ditumbuhkan pada kondisi optimum (Sadjad et al., 1999). Masing-masing kultivar ataupun individu memiliki masa hidup yang berbeda-beda (Justice dan Bass, 2002). Vigor benih dapat dipengaruhi oleh kondisi pada saat panen, perbedaan genetik dalam kemampuan beberapa galur untuk mengatasi kondisi cuaca buruk sebelum panen dan setelah benih masak (Mugnisjah dan Setiawan, 1990).

Penelitian Trustinah et al. (2009) menunjukkan pada larutan pH 4 tanpa larutan Al, kacang tanah dapat berkecambah normal sebagaimana dengan pH 7.

Jumlah biji yang dapat berkecambah dan pertumbuhan kecambah tidak terhambat.

Pada larutan pH 4 dengan konsentrasi Al 60 ppm, pertumbuhan kecambah mulai terhambat yang ditunjukkan oleh akar yang lebih pendek, jumlah akar berkurang, epikotil lebih pendek, dan jumlah daun lebih sedikit.

Akar tanaman pada fase perkecambahan kurang sensitif terhadap keracunan Al daripada pada fase bibit. Pada hari pertama perkecambahan, perlakuan Al tidak berpengaruh terhadap kemampuan benih dalam berkecambah.

Perlakuan Al baru terlihat pada hari kedua perkecambahan (Tamas et al., 2004).

Zhang et al. (2010) menyatakan bahwa pada konsentrasi AlCl3 30 mmol/L perkecambahan benih gandum terhambat 51%, sedangkan panjang radikula dan koleoptil masing-masing menurun 95% dan 40%. Konsentrasi AlCl3 60 mmol/L menghambat radikula pada keseluruhan benih, tetapi koleoptil tetap tumbuh dan dapat diamati.

METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian

(15)

Bogor dan Instalasi Rumah Kaca Kebun Percobaan Muara, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi), Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai bulan Februari sampai dengan Juni 2016.

Bahan dan Alat

Materi yang digunakan dalam Percobaan 1 adalah genotipe padi yang telah diketahui tingkat toleransinya terhadap cekaman Al, yaitu IR60080-23 (toleran Al), Inpago 6 (agak toleran Al), dan ITA 131 (peka Al). Materi yang digunakan pada Percobaan 2, yaitu sebanyak 56 genotipe padi gogo (Tabel 1), beserta ketiga genotipe yang digunakan pada Percobaan 1 sebagai cek.

Tabel 1. Kombinasi persilangan dari materi genotipe padi gogo yang digunakan pada percobaan 2

No Genotipe Kombinasi Persilangan

1 B12480D-MR-7-1-1 Batutegi/CNA2903//IR60080-23/Cimelati

2 Inpago 9 UPLRI/IRAT15

3 B13642E-TB-71 TB4098-TB-14-3/Bardaugol 4 B11908F-TB-3-WN-1 Gajah Mungkur/Cabaca 5 B12168D-MR-38-1-6-TB-1 Cirata/IR60080-23 6 B12056F-TB-1-29-1 Selegreng/Simacan 7 B12159D-MR-40-1 Limboto/IRAT13 8 B12056F-TB-1-64-6 Selegreng/Simacan

9 B11604E-MR-2-4 IR60080-23//IRBL8/IRBL23 10 B13655E-TB-13 Jatiluhur/TB4098-TB-14-3

11 Inpago 10 TB154E/IRAT144/IRAT379

12 B12825E-TB-2-4 BP3428-MR-1-3-KN-1-2-1-MR-2-1/

Dendang//IR69502-6-KN-UBN-1-B-1-3

13 Inpago 5 TB177E-TB-28-D-3/B10384E-MR-1-8-3//

IR60080-23///TB177E-TB-28-D-3/B10386E- KN-36-2//BL245

14 Jatiluhur Tox 1011/Ranau

15 B13650E-TB-80-2 IRAT13/Asahan//B11912G-TB-2 16 B11592F-MR-23-2-2 IR60080-23/BP303

17 B12165D-MR-8-1-1-2 Batutegi/IRAT13 18 B11910D-MR-22-2 Gajah Mungkur/IAC 25 19 B14217F-MR-1 Terong/B10580E-KN-28-1-1 20 B14158E-MR-5 Jatiluhur/B10580E-KN-28-1-1 21 B14158E-MR-6 Jatiluhur/B10580E-KN-28-1-1 22 B14158E-MR-10 Jatiluhur/B10580E-KN-28-1-1 23 B14158E-MR-11 Jatiluhur/B10580E-KN-28-1-1 24 B14158E-MR-12 Jatiluhur/B10580E-KN-28-1-1 25 B14158E-MR-13 Jatiluhur/B10580E-KN-28-1-1 26 B14158E-MR-20 Jatiluhur/B10580E-KN-28-1-1

27 Limboto Papah Aren/IR36//Dogo

28 Sigambiri Putih Varietas lokal 29 Sigambiri Merah Varietas Lokal

30 Gajah Mungkur Introduksi dari Kenya

(16)

Tabel 1. Lanjutan...

No. Genotipe Kombinasi Persilangan

31 Inpago 11 UPLRI/IRAT13

32 B14086D-TB-67 TB4098-TB-14-3/B11178G-TB-29

33 B13626E-TB-36 Lagos/B11629C-MR-1

34 B11495F-TB-1-19-2 B10528B-TB-12-1-1/Basuketi original 35 B11186G-MR-3-1-18-1 TB177E-TB-28-D-3/Cisantana//B10386E-

KN-2

36 B11186G-MR-3-1-14-2 TB177E-TB-28-D-3/Cisantana//B10386E- KN-2

37 B13628E-TB-54-1 Limboto/B11629C-MR-1

38 B13654-2E-WN-3-1 Bandang Sigadis/B10580E-KN-28-1-1 39 B12150D-MR-23-1-4-2 UPLRI-7/IR60080-23

40 B12498F-MR-1-3-4 IR68886/BP68*10//Selegrang///Maninjau/

Asahan

41 B12160D-MR-11-3-4 Limboto/CNA2903 42 B12165D-MR-8-3-3 Batutegi/IRAT13

43 Situbagendit Batur/S2823-7D-8-1-A//S2823-7D-8-1-A 44 B12493C-MR-11-4-3-2 Maninjau/Asahan//IRAT144/Asahan

45 B12801F-MR-44-3 Batutegi/IRAT13//Guarani/Asahan///IRAT14 4/ IR60080-23//Maninjau/Asahan

46 IR83745-B-B-33-3 Introduksi dari IRRI

47 B12417F NH124-24/IR71033-14-17-2-PN-1-3

48 TB155J-TB-3-1-1 Way Rarem/Ketan Tuban 49 B13626E-TB-6-1 Lagos/B11629C-MR-1

50 B14086D-TB-86-2 TB4098-TB-14-3/B11178G-TB-29 51 B14086D-TB-11 TB4098-TB-14-3/B11178G-TB-29 52 Inpago 4 Batutegi/Cigeulis/Ciherang

53 Inpago 7 IR68886/BP68//Slegreng///Maninjau/Asahan

54 Inpago 8 Cirata/TB177

55 Situpatenggang Kartuna/TB47H-MR-10

56 Batutegi B6876B-MR-10/B6128B-TB-15

Cek IR60080-23 Introduksi dari IRRI

Inpago 6 IRAM2165/NC1281

ITA 131 Introduksi dari Nigeria

Keterangan : T: toleran, AT: agak toleran, P: peka

Bahan yang digunakan pada penelitian ini, yaitu larutan Yoshida (1976), AlCl3, buffer pH 4,00, NaOH, dan HCl untuk menyesuaikan pH larutan, serta akuades. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas piala, neraca analitik, pH meter, indikator pH universal, pipet, kertas label, bak plastik berukuran 35 cm x 25 cm x 10 cm, stereofoam, kertas buram, plastik, kain kasa, masker, sarung tangan, alat tulis dan kamera. Alat pengecambah benih yang digunakan adalah germinator tipe IPB 72-1, sedangkan alat pengepres kertas yang digunakan adalah pengepres tipe IPB 75-1.

(17)

Rancangan Percobaan

Penelitian ini terdiri dari dua percobaan. Percobaan 1 yaitu penentuan metode uji cepat terbaik toleransi genotipe padi gogo terhadap cekaman alumunium pada fase perkecambahan. Terdapat dua metode yang dipakai pada Percobaan 1, yaitu metode uji kertas digulung didirikan dalam plastik (UKDdp) dan uji di permukaan larutan (UPL). Masing-masing metode menggunakan rancangan percobaan Split Plot Rancangan Acak Lengkap (Split Plot RAL) yang dikombinasikan. Menurut Handayani (2005), jika ingin menggabungkan model dari masing-masing lokasi, maka akan muncul sumber keragaman baru, yaitu sumber keragaman yang terjadi karena perbedaan lokasi (pengaruh dari lokasi).

Analisis ragam yang dipakai merupakan analisis ragam gabungan dengan dua metode sebagai faktor yang tersarang. Faktor konsentrasi alumunium sebagai petak utama (0 ppm, 20 ppm, 40 ppm, dan 60 ppm), dan genotipe padi gogo sebagai anak petak (toleran, agak toleran, dan peka). Perlakuan masing-masing diulang sebanyak tiga kali, sehingga masing-masing metode memiliki 36 satuan percobaan.

Percobaan 2 yaitu skrining genotipe padi gogo terhadap cekaman alumunium dan evaluasi metode uji cepat terbaik. Percobaan 2 ini terdiri dari dua macam metode pengujian. Metode pertama yaitu uji cepat pada fase perkecambahan dengan menggunakan metode terbaik pada Percobaan 1. Metode kedua yaitu uji cepat dalam larutan hara Yoshida pada fase bibit. Masing-masing metode pengujian pada Percobaan 2 ini menggunakan rancangan percobaan augmented. Rancangan bersekat (augmented design) merupakan rancangan tanpa ulangan untuk sebagian besar perlakuan dalam suatu percobaan (Jambormias et al., 2013). Pengacakan hanya dilakukan pada ketiga genotipe cek yang digunakan, sedangkan 56 genotipe yang diuji tidak diulang. Satu bak berisi tujuh genotipe yang diuji dan genotipe cek ada dalam setiap bak. Untuk pengujian 56 genotipe membutuhkan delapan bak uji dan genotipe cek diulang sebanyak delapan kali, sehingga terdapat delapan blok.

Prosedur Percobaan

Percobaan 1. Penentuan Metode Uji Cepat Terbaik Toleransi Genotipe Padi Gogo terhadap Cekaman Alumunium pada Fase Perkecambahan

Percobaan 1 dilakukan di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor. Percobaan ini dilakukan untuk mengetahui metode uji cepat pada fase perkecambahan dan konsentrasi terbaik yang dapat digunakan untuk mengetahui tingkat toleransi genotipe padi terhadap keracunan Al pada fase perkecambahan. Materi yang digunakan, yaitu IR60080-23 sebagai cek toleran Al, Inpago 6 sebagai cek agak toleran Al, dan ITA 131 sebagai cek peka Al.

Pengujian ini dilakukan dengan memakai dua metode pengujian, yaitu uji kertas digulung dan didirikan dalam plastik (UKDdp) dan uji di permukaan larutan (UPL).

Pengujian pada metode UKDdp diawali dengan pembuatan larutan akuades yang mengandung senyawa alumunium berasal dari AlCl3 pada konsentrasi 0 ppm, 20 ppm, 40 ppm, dan 60 ppm. Pembuatan larutan tersebut

(18)

diikuti dengan pengecekan pH larutan sebelum digunakan untuk pengujian, yaitu pH 4,00 ± 0,02. Penurunan pH larutan dilakukan dengan penambahan senyawa HCl, sedangkan untuk menaikkan pH larutan ditambahkan senyawa NaOH.

Perendaman dilakukan sampai kertas cukup terbasahi namun tidak kelebihan air.

Kertas yang telah direndam kemudian dipres dengan pengepres tipe IPB 75-1 dengan dialasi plastik tebal agar larutan Al tidak korosif terhadap alat. Benih yang diuji diletakkan pada tiga lembar kertas yang telah dilapisi plastik, lalu digulung dan diberi label. Satu gulungan kertas dapat menampung 25 benih padi dan untuk satu satuan percobaan di UKDdp terdiri atas dua gulungan karena satu satuan percobaan terdiri atas 50 benih padi yang diamati. Total satuan percobaan pada metode UKDdp sejumlah 4 taraf konsentrasi x 3 genotipe x 3 ulangan = 36 satuan percobaan (72 gulung~1800 benih padi). Benih yang diuji ini dimasukkan ke dalam germinator tipe IPB 72-1.

Pengujian dengan metode uji di permukaan larutan (UPL) diawali dengan pembuatan larutan akuades+AlCl3. Masing-masing taraf konsentrasi membutuhkan larutan akuades+AlCl3 sebesar 30 liter. Sebelum dilakukan penambahan AlCl3, pH larutan dikondisikan sampai mencapai pH 4,00 ± 0,02 dengan penambahan HCl atau NaOH. Jumlah Al (gram) yang dimasukkan ke dalam larutan disesuaikan dengan taraf konsentrasi yang diberikan pada tiap perlakuan. Pengadukan dilakukan dengan menggunakan pengaduk kayu untuk menghindari terjadinya reaksi Al dengan logam.

Pengujian dengan metode uji cepat dalam larutan akuades+AlCl3 pada fase kecambah diawali dengan perendaman benih dalam air sebelum ditanam selama 2 hari dan tiap harinya dilakukan penggantian air rendaman. Setiap genotipe padi masing-masing ditanam pada bak plastik berukuran 35 cm x 25 cm x 10 cm yang telah berisi 10 liter larutan tersebut dengan masing-masing taraf Al 0 ppm, 20 ppm, 40 ppm dan 60 ppm. Benih sebanyak 25-30 butir per genotipe ditanam pada bak-bak plastik tersebut dengan menggunakan pinset di antara celah-celah stereofoam yang beralaskan kain kasa. Setiap dua hari sekali dilakukan pengecekan pH larutan dan dipertahankan pada pH 4,00 ± 0,02 dengan pemberian HCl atau NaOH. Tanaman dipelihara sampai dengan hari ke-7 sesuai dengan penghitungan terakhir pada fase perkecambahan untuk melihat relatif panjang akar (RPA) sebagai dasar dari penentuan tingkat toleransi tanaman padi terhadap cekaman Al (IRRI, 2014), yaitu rata-rata panjang akar pada larutan dengan penambahan Al dibagi rata-rata panjang akar pada larutan tanpa Al (0 ppm). ISTA (1985) menyatakan verifikasi viabilitas benih dapat dilakukan dengan memperpanjang periode pengujian selama maksimum 7 hari.

Percobaan 2. Skrining Genotipe Padi Gogo terhadap Cekaman Alumunium dan Evaluasi Metode Uji Cepat Terbaik

Percobaan 2 terdiri atas dua macam metode pengujian. Metode pengujian pertama menggunakan metode percobaan dan konsentrasi terbaik yang ditentukan dari Percobaan 1. Genotipe padi gogo yang diuji sejumlah 56 genotipe padi gogo dan tiga genotipe cek. Prosedur pengujian dilakukan dengan mengikuti metode terbaik dari Percobaan 1. Pengujian ini dilakukan pada dua jenis konsentrasi alumunium, yaitu 0 ppm sebagai kontrol dan konsentrasi terbaik dari Percobaan 1.

Pengujian yang kedua dilakukan dengan metode uji cepat dalam larutan hara pada fase bibit. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui korelasi antara metode

(19)

terbaik yang ditentukan pada Percobaan 1 dengan metode uji cepat larutan hara Yoshida (UCY) pada fase bibit yang biasa digunakan pemulia dalam skrining tanaman padi terhadap cekaman Al.

Pengujian ini diawali dengan pembuatan larutan hara Yoshida (1976) yang dilakukan dengan melarutkan masing-masing unsur hara makro (N, P, K, Ca, Mg) dan unsur hara mikro (Mn, Mo, B, Zn, Cu, Fe, dan citric acid) dengan akuades.

Unsur hara makro dibuat dengan melarutkan masing-masing NH4NO3,

NaH2PO4.2H2O, K2SO4, CaCl2, dan MgSO4.7H2O dengan akuades, sehingga masing-masing menjadi satu liter larutan stok unsur makro. Unsur hara mikro dibuat dengan mencampurkan MnCl24.H2O, (NH4)6MO7.4H2O, CuSO4.5H2O, FeCl3.6H2O, H3BO3, ZnSO4.7H2O, dan citric acid, kemudian ditambah dengan 50 ml H2SO4 pekat dan diencerkan dengan akuades menjadi satu liter. Komposisi lengkap untuk masing-masing unsur hara terlampir pada Lampiran 1. Setiap 5 ml larutan stok digunakan untuk 4 liter air yang dibutuhkan. Larutan diaduk merata hingga mencapai pH 4,00 ± 0,02 dengan pemberian HCl atau NaOH. Jumlah AlCl3 (gram) yang dimasukkan ke dalam larutan disesuaikan dengan taraf konsentrasi yang diberikan pada tiap perlakuan.

Pengujian dengan metode UCY pada fase bibit diawali dengan perendaman benih dalam air sebelum ditanam selama dua hari dan tiap harinya dilakukan penggantian air rendaman. Setiap genotipe padi masing-masing ditanam pada bak plastik berukuran 35 cm x 25 cm x 10 cm yang telah berisi 10 liter larutan Yoshida dan alumunium dengan taraf 0 ppm dan konsentrasi Al terbaik hasil Percobaan 1. Benih sebanyak 12-15 butir per genotipe ditanam pada bak-bak plastik tersebut dengan menggunakan pinset di antara celah-celah stereofoam yang beralaskan kain kasa (Santika, 2011). Setiap dua hari sekali dilakukan pengecekan pH larutan dan dipertahankan pada pH 4,00 ± 0,02 dengan pemberian HCl atau NaOH. Tanaman dipelihara sampai dengan hari ke-7 sesuai dengan penghitungan terakhir pada fase perkecambahan padi dan diteruskan pertumbuhannya sampai hari ke-14 untuk melihat relatif panjang akar (RPA) sebagai dasar dari penentuan tingkat toleransi tanaman padi terhadap cekaman Al (IRRI, 2014), yaitu rata-rata panjang akar pada larutan Yoshida dengan penambahan Al dibagi rata-rata panjang akar pada larutan Yoshida tanpa Al (0 ppm). Data hasil pengamatan pada percobaan uji cepat dengan metode terbaik pada fase perkecambahan dianalisis korelasinya dengan parameter RPA pada 14 HST pada percobaan uji cepat dalam larutan hara Yoshida pada fase bibit.

Pengamatan Percobaan

Parameter yang diamati pada Percobaan 1 meliputi indeks vigor (IV), daya berkecambah (DB), potensi tumbuh maksimum (PTM), panjang akar (PA), panjang plumula (PP), relatif panjang akar (RPA), dan relatif panjang plumula (RPP). Parameter yang diamati pada Percoban 2 meliputi indeks vigor (IV), daya berkecambah (DB), potensi tumbuh maksimum (PTM), panjang akar (PA) pada 7 HST dan 10 HST, serta relatif panjang akar (RPA) pada 7 HST dan 10 HST.

Pengamatan daya berkecambah (DB) dilakukan dengan menghitung jumlah kecambah normal pada 7 HST, lalu dimasukkan ke dalam rumus berikut:

%. Indeks vigor (IV) dihitung dengan cara yang sama

(20)

dengan daya berkecambah, namun dilakukan hanya pada saat 5 HST. Pengamatan potensi tumbuh maksimum (PTM) dilakukan dengan cara menghitung jumlah kecambah baik normal maupun abnormal pada 7 HST. Panjang akar (PA) diukur mulai dari ujung akar sampai pangkal akar dengan satuan centimeter. Panjang plumula (PP) diukur mulai dari pangkal plumula sampai ujung plumula. Relatif panjang akar (RPA), dihitung dari rata-rata panjang akar pada larutan dengan penambahan alumunium dibagi rata-rata panjang akar pada larutan tanpa alumunium. Genotipe dikategorikan toleran keracunan alumunium jika RPA ≥ 0.71, agak toleran jika RPA 0.63 - 0.70, dan peka jika RPA < 0.63 (Lubis et al., 2007). Relatif panjang plumula (RPP), dihitung dari rata-rata panjang plumula pada larutan dengan penambahan alumunium dibagi rata-rata panjang plumula pada larutan tanpa alumunium. Parameter RPA pada metode UCY diamati pada hari ke-14 setelah tanam.

Analisis Data

Data hasil pengamatan pada percobaan 1 diolah dengan menggunakan software STAR 2.0.1. Jika terdapat pengaruh yang nyata dalam perlakuan maka dilakukan uji nilai tengah menggunakan uji DMRT pada taraf α = 5%. Data hasil pengamatan pada percobaan 2 diolah dengan menggunakan software SAS system dengan menggunakan uji-F untuk mengetahui adanya pengaruh nyata antara genotipe yang diuji. Apabila perlakuan berpengaruh nyata terhadap genotipe maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α = 5%. Analisis korelasi dihitung dengan menggunakan software MINITAB untuk melihat korelasi antara metode terbaik pada Percobaan 1 dengan metode uji cepat dalam larutan hara Yoshida.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum

Percobaan 1 dilakukan di dua tempat yang berbeda. Metode uji kertas digulung didirikan dalam plastik (UKDdp) dilakukan dengan menggunakan germinator tipe IPB 72-1 di Laboratorium Ilmu dan Teknologi Benih, Institut Pertanian Bogor. Kendala yang terdapat pada pengujian dengan menggunakan metode UKDdp yaitu sulitnya menentukan pH larutan yang terserap dalam kertas buram. Pengecekan pH yang sulit ini menyebabkan kondisi pH larutan pada metode UKDdp kurang akurat. Plumula genotipe IR60080-23 memiliki pertumbuhan yang lambat sehingga cukup mempengaruhi besarnya kecambah normal pada first count maupun final count.

Metode uji di permukaan larutan (UPL) dan Percobaan 2 dilakukan di instalasi rumah kaca, Kebun Percobaan Muara, Balai Besar Penelitian Tanaman Padi Bogor (Gambar 1). Temperatur rumah kaca cukup tinggi, berkisar 30-40 °C dengan kelembaban yang sedang, yaitu sekitar 40-60%. Selama pengujian dilaksanakan terdapat beberapa kendala yang menyebabkan kurang optimalnya

(21)

pertumbuhan beberapa genotipe padi gogo. Benih genotipe Sigambiri Merah, Sigambiri Putih, dan IR83745-B-B-33-3 tidak tumbuh pada pengujian Percobaan 2. Tanaman padi yang masih dalam fase perkecambahan beberapa diserang oleh burung yang menyebabkan adanya data hilang pada salah satu ulangan genotipe IR60080-23. Untuk mengantisipasi adanya serangan yang lebih berat, maka dipasang paranet. Selain burung, beberapa genotipe juga diserang oleh cendawan.

Gambar 1. Kondisi pengujian genotipe padi terhadap cekaman Al pada metode uji di permukaan larutan (UPL) dan metode uji cepat dalam larutan Yoshida (UCY)

Percobaan 1.

Penentuan Metode Uji Cepat Terbaik Toleransi Genotipe Padi Gogo terhadap Cekaman Alumunium pada Fase Perkecambahan

Analisis ragam yang dilakukan pada seluruh parameter menunjukkan bahwa genotipe berpengaruh sangat nyata pada semua parameter yang diamati.

Parameter potensi tumbuh maksimum (PTM) tidak dipengaruhi secara nyata oleh konsentrasi dan metode yang digunakan dalam percobaan. Metode percobaan yang digunakan juga tidak memberikan pengaruh yang nyata pada besarnya relatif panjang plumula (Tabel 2).

Tabel 2. Rekapitulasi hasil analisis ragam parameter yang diamati pada Percobaan 1

Parameter M K G M*K M*G K*G M*K*G

Indeks vigort ** ** ** ** ** ** **

Daya berkecambaht ** ** ** ** ** ** **

Potensi tumbuh maksimum tn tn ** tn ** tn tn

Panjang akar ** ** * ** * ** **

Panjang plumula ** ** ** tn ** ** *

Relatif panjang akar ** ** ** ** ** ** **

Relatif panjang plumula tn * ** tn tn tn tn

Keterangan : tanalisis ragam dilakukan pada data yang telah ditransformasi ke

√(x+0,5), *, **, tn berturut-turut: berbeda nyata, berbeda sangat nyata, tidak berbeda nyata pada taraf α = 5%, M: metode, K:

konsentrasi, G: genotipe.

(22)

Interaksi antara metode dan konsentrasi memberikan pengaruh yang sangat nyata pada parameter indeks vigor, daya berkecambah, panjang akar, dan relatif panjang akar. Interaksi tersebut tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap potensi tumbuh maksimum, panjang plumula, dan relatif panjang plumula. Interaksi antara metode dengan genotipe memberikan pengaruh yang sangat nyata pada seluruh parameter yang diamati, kecuali relatif panjang plumula. Interaksi antara konsentrasi dan genotipe memberikan pengaruh yang sangat nyata pada parameter indeks vigor, daya berkecambah, panjang akar, dan relatif panjang akar, serta berpengaruh nyata pada panjang plumula.

Interaksi antara ketiga faktor percobaan (metode, konsentrasi, dan genotipe) memberikan pengaruh yang sangat nyata pada parameter indeks vigor, daya berkecambah, panjang akar, dan relatif panjang akar, berpengaruh nyata pada panjang plumula, serta tidak memberikan pengaruh yang nyata pada parameter potensi tumbuh maksimum dan relatif panjang plumula. Hal ini menunjukkan bahwa parameter potensi tumbuh maksimum dan relatif panjang plumula tidak bisa dalam menentukan metode skrining yang tepat untuk Percobaan 2. Parameter yang berbeda nyata ini penting untuk diuji lanjut untuk menentukan metode skrining mana yang tepat untuk Percobaan 2.

Parameter Vigor Benih dalam Penentuan Metode dan Konsentrasi

Hasil uji lanjut parameter indeks vigor menunjukkan bahwa metode uji di permukaan larutan (UPL) lebih tepat digunakan sebagai metode skrining pada Percobaan 2 (Tabel 3). Metode uji kertas digulung didirikan dalam plastik (UKDdp) dengan kadar konsentrasi Al yang berbeda belum dapat membedakan sensitivitas genotipe cek terhadap cekaman Al. Pada metode UPL dengan konsentrasi Al 20 ppm, nilai indeks vigor dari IR60080-23 lebih tinggi dibandingkan ITA 131, tetapi tidak berbeda nyata dengan Inpago 6 yang merupakan genotipe agak toleran Al. Pada metode UPL dengan konsentrasi Al 40 ppm dan 60 ppm, genotipe Inpago 6 berubah menjadi peka Al karena memiliki nilai yang nyata lebih rendah dibandingkan IR60080-23 dan tidak berbeda nyata dengan ITA 131. Berdasarkan parameter indeks vigor, metode skrining terbaik adalah metode UPL dengan konsentrasi Al 20 ppm.

Hasil pengamatan pada metode UKDdp menunjukkan bahwa daya berkecambah ketiga genotipe padi gogo pada berbagai tingkatan konsentrasi Al tidak jauh berbeda dengan daya kecambah pada kontrol (0 ppm). Pengujian daya berkecambah genotipe padi gogo pada metode UPL menunjukkan penurunan yang nyata seiring dengan meningkatnya konsentrasi Al. Pada metode UPL dengan konsentrasi Al 20 ppm, genotipe IR60080-23 memiliki nilai daya berkecambah yang nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe ITA 131, tetapi tidak berbeda nyata dengan genotipe Inpago 6. Pada metode UPL dengan konsentrasi Al 40 ppm dan 60 ppm, genotipe Inpago 6 nyata lebih rendah daripada genotipe IR60080-23 dan tidak berbeda nyata dengan genotipe ITA 131. Berdasarkan parameter daya berkecambah, metode skrining terbaik adalah metode UPL dengan konsentrasi Al 20 ppm.

(23)

Tabel 3. Rata-rata indeks vigor (%) dan daya berkecambah (%) tiga genotipe cek padi gogo terhadap cekaman keracunan Al pada metode dan konsentrasi Al berbeda

Perlakuan Konsentrasi Al

0 ppm 20 ppm 40 ppm 60 ppm

Indeks vigor (%) UKDdp

IR60080-23 54,00b 52,00a 34,67a 24,00b

Inpago 6 65,33a 76,00a 69,33a 58,67a

ITA 131 50,67ab 61,33a 50,67ab 54,67a

UPL

IR60080-23 72,00b 26,67a 28,00a 5,33a

Inpago 6 92,00a 17,33a 0,00b 0,00b

ITA 131 69,33b 6,67b 0,00b 0,00b

Daya berkecambah (%) UKDdp

IR60080-23 88,00ab 73,33a 66,67b 80,00a

Inpago 6 89,33a 88,00a 88,00a 88,00a

ITA 131 65,33b 70,67a 72,00ab 73,33a

UPL

IR60080-23 76,00a 32,00a 32,00a 10,67a

Inpago 6 96,00a 28,00a 2,67b 0,00b

ITA 131 80,00a 6,67b 0,00b 0,00b

Keterangan : Uji lanjut dilakukan pada data yang telah ditransformasi ke

√(x+0,5), angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan hasil Duncan’s multiple range test (DMRT) pada taraf α = 5%, UKDdp: uji kertas digulung didirikan dalam plastik, UPL: uji di permukaan larutan.

Metode UKDdp pada Percobaan 1 memakai kertas buram yang memiliki kemampuan menyerap air hingga 28,1 g per unit media. Air di dalam substrat tidak akan berkurang secara signifikan melalui evaporasi pada metode UKDdp.

Sifat fisik susbtrat kertas ini antara lain mampu mempertahankan air dan kecepatan penyerapan air kapilernya tinggi meskipun berfluktuasi (Suwarno dan Hapsari, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Tamas et al. (2004) menunjukkan bahwa perkecambahan benih barley pada dua lapis kertas filter yang lembab membutuhkan konsentrasi Al yang lebih tinggi untuk mendapatkan respon yang hampir sama dengan kondisi di larutan hara. Hal ini diduga dikarenakan tingginya ikatan antara serat selulosa pada kertas filter dengan senyawa Al.

Parameter Panjang Akar dan Relatif Panjang Akar

Rata-rata panjang akar tiga genotipe padi gogo pada metode uji kertas digulung didirikan dalam plastik (UKDdp) tidak jauh berbeda antara penambahan Al dengan tanpa Al (Tabel 4). Pada metode uji di permukaan larutan (UPL) dengan konsentrasi Al 20 ppm genotipe IR60080-23 memiliki panjang akar yang nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe lainnya. Panjang akar ketiga genotipe

(24)

tidak menunjukkan perbedaan yang nyata pada metode UPL dengan konsentrasi 40 ppm dan 60 ppm. Berdasarkan parameter indeks vigor, daya berkecambah, dan panjang akar, metode skrining yang akan digunakan pada Percobaan 2 adalah metode UPL dengan konsentrasi 20 ppm.

Tabel 4. Rata-rata panjang akar (cm) dan relatif panjang akar tiga genotipe cek padi gogo terhadap cekaman keracunan Al pada metode dan konsentrasi Al berbeda

Perlakuan Konsentrasi Al

0 ppm 20 ppm 40 ppm 60 ppm

Panjang akar (cm) UKDdp

IR60080-23 10,18b 10,90a 11,55a 11,39a

Inpago 6 10,57b 10,82a 9,63b 11,13ab

ITA 131 12,34a 10,29a 11,84a 10,04b

UPL

IR60080-23 3,39a 2,54a 0,99a 0,67a

Inpago 6 3,57a 0,55b 0,42a 0,29a

ITA 131 2,89a 0,59b 0,35a 0,32a

Relatif panjang akar UKDdp

IR60080-23 - 1,08a 1,14a 1,12a

Inpago 6 - 1,02ab 0,91b 1,05a

ITA 131 - 0,83b 0,96a 0,81b

UPL

IR60080-23 - 0,77a 0,29a 0,20a

Inpago 6 - 0,15b 0,12b 0,08a

ITA 131 - 0,21b 0,12b 0,11a

Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan hasil Duncan’s multiple range test (DMRT) pada taraf α = 5%, UKDdp: uji kertas digulung didirikan dalam plastik, UPL: uji di permukaan larutan.

Metode pengujian UKDdp menunjukkan relatif panjang akar yang berbeda nyata (Tabel 4). Pada metode UKDdp menunjukkan bahwa relatif panjang akar genotipe IR60080-23 pada konsentrasi 20 ppm, 40 ppm, dan 60 ppm, nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe cek peka ITA 131. Namun nilai relatif panjang akar genotipe IR60080-23 lebih dari 1,00 yang mengindikasikan bahwa panjang akar perlakuan cekaman Al lebih panjang dibandingkan panjang akar kontrol (0 ppm).

Pada metode UPL konsentrasi Al 20 ppm dan 40 ppm, relatif panjang akar genotipe IR60080-23 nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe lainnya.

Berdasarkan parameter relatif panjang akar, metode UPL dengan konsentrasi Al 20 ppm merupakan metode yang tepat untuk dijadikan metode skrining pada Percobaan 2.

(25)

A1 : UKDdp konsentrasi Al 20 ppm A2 : UKDdp konsentrasi Al 0 ppm B1 : UPL konsentrasi Al 20 ppm B2 : UPL konsentrasi Al 0 ppm

Gambar 2. Kondisi kecambah tiga genotipe padi gogo pada perlakuan kontrol (0 ppm) dan cekaman keracunan Al 20 ppm dengan metode uji kertas digulung didirikan dalam plastik (UKDdp) serta uji di permukaan larutan (UPL) pada 7 HST

Rata-rata panjang akar tiga genotipe padi gogo pada metode uji kertas digulung didirikan dalam plastik (UKDdp) tidak jauh berbeda antara penambahan Al dengan tanpa Al (Tabel 4). Pada metode uji di permukaan larutan (UPL), panjang akar cenderung lebih pendek dibandingkan panjang akar pada metode UKDdp. Pada metode UPL dengan konsentrasi Al 20 ppm, genotipe Inpago 6 dan ITA 131 sebagai genotipe cek agak toleran dan peka Al, memiliki akar yang sangat pendek. Genotipe IR60080-23 pada metode UPL dengan konsentrasi Al 20 ppm, memiliki akar yang relatif lebih panjang dibandingkan genotipe lainnya (Gambar 2).

Parameter panjang plumula dan relatif panjang plumula

Panjang plumula ketiga genotipe yang digunakan tidak berbeda jauh antara genotipe yang tercekam keracunan Al 20 ppm dengan perlakuan kontrol (0 ppm). Panjang plumula ini diduga tidak mencerminkan sensitivitas genotipe padi gogo terhadap cekaman Al (Gambar 2). Rata-rata panjang plumula genotipe

A1 A2

B1 B2

(26)

Inpago 6 nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe lainnya pada semua metode dan konsentrasi. Genotipe IR60080-23 memiliki rata-rata panjang plumula yang tidak berbeda nyata dengan genotipe ITA 131 pada metode uji di permukaan larutan (UPL). Pada metode uji kertas digulung didirikan dalam plastik (UKDdp) dengan konsentrasi 40 ppm dan 60 ppm, rata-rata panjang plumula genotipe IR60080-23 nyata lebih rendah dibandingkan genotipe ITA 131 yang peka Al (Tabel 5).

Berdasarkan Tabel 5, panjang plumula pada cekaman Al tidak menunjukkan penurunan yang nyata dibandingkan tanpa Al sebagai kontrol. Hal tersebut menunjukkan bahwa besarnya panjang plumula lebih ditentukan oleh genetik dari masing-masing genotipe. Hasil tersebut didukung dengan relatif panjang plumula (RPP) yang tidak berbeda nyata pada interaksi antara metode, konsentrasi, dan genotipe (Tabel 2).

Tabel 5. Rata-rata panjang plumula (cm) tiga genotipe cek padi gogo terhadap cekaman keracunan Al pada metode dan konsentrasi Al berbeda

Perlakuan Konsentrasi Al

0 ppm 20 ppm 40 ppm 60 ppm

UKDdp

IR60080-23 6,39b 5,36b 4,99c 4,97c

Inpago 6 8,92a 9,39a 7,53a 7,88a

ITA 131 6,53b 5,99b 6,48b 6,48b

UPL

IR60080-23 5,34b 4,03b 3,72b 3,92b

Inpago 6 6,39a 5,12a 4,59a 4,79a

ITA 131 4,83b 4,20b 3,66b 3,53b

Keterangan : Angka yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama berbeda nyata berdasarkan hasil Duncan’s multiple range test (DMRT) pada taraf α = 5%, UKDdp : uji kertas digulung didirikan dalam plastik, UPL : uji cepat dalam larutan akuades.

Tanaman yang toleran Al umumnya memiliki jumlah Al di tajuk yang hampir sama dengan tanaman peka Al, tetapi jumlah Al di bagian akar lebih rendah dibandingkan tanaman peka Al (Rout et al., 2001). Keberadaan Al baik di akar maupun tajuk meningkat dengan jumlah akumulasi Al di akar lebih tinggi daripada di tajuk jika terjadi penurunan pH (Meriga et al., 2010). Penelitian Wirnas et al. (2002) menunjukkan bahwa cekaman Al tidak mempengaruhi tinggi tanaman padi umur 45 hari. Cekaman Al juga tidak berpengaruh pada jumlah anakan umur 45 hari, tetapi mengakibatkan pengurangan jumlah anakan produktif dan jumlah anakan total.

(27)

Percobaan 2.

Skrining Genotipe Padi Gogo terhadap Cekaman Alumunium dan Evaluasi Metode Uji Cepat Terbaik

Vigor genotipe padi gogo pada kondisi cekaman Al 20 ppm

Tabel 6 menunjukkan bahwa parameter indeks vigor dan daya berkecambah dari 56 genotipe padi gogo beserta tiga genotipe cek berbeda sangat nyata baik pada metode uji di permukaan larutan (UPL) maupun pada metode uji cepat dalam larutan hara Yoshida (UCY). Rata-rata indeks vigor dan daya berkecambah seluruh genotipe pada metode UPL cenderung lebih rendah dibandingkan metode UCY, dengan koefisien keragaman (KK) yang cukup tinggi yaitu 41,66% dan 26.35%. Tingginya nilai KK ini mengindikasikan sangat beragamnya indeks vigor dan daya berkecambah pada metode UPL.

Potensi tumbuh maksimum pada metode UPL tidak berbeda nyata antar genotipe yang diuji (Tabel 6). Berdasarkan hal tersebut, maka parameter potensi tumbuh maksimum kurang tepat jika digunakan dalam skrining genotipe padi gogo terhadap cekaman alumunium. Rout et al. (2001) menyatakan bahwa alumunium tidak berpengaruh terhadap perkecambahan benih tetapi berpengaruh pada pembentukan akar baru dan pengisian biji. Penghambatan pertumbuhan ini dapat dideteksi 2-4 hari setelah perkecambahan benih. Hal tersebut menunjukkan bahwa alumunium tidak berpengaruh pada daya hidup benih tetapi lebih berpengaruh pada mutu kecambah benih yang menentukan kecambah tersebut normal atau abnormal.

Tabel 6. Rekapitulasi hasil analisis ragam vigor genotipe padi gogo terhadap cekaman Al (20 ppm) pada uji di permukaan larutan (UPL) dan uji cepat larutan hara Yoshida (UCY)

Parameter Rataan KK (%)

UPL

Indeks vigort 9,40** 41,66

Daya berkecambaht 21,05** 26,35

Potensi tumbuh maksimum 82,37tn 22,82 UCY

Indeks vigor 51,10** 25,81

Daya berkecambah 65,02** 20,24

Potensi tumbuh maksimum 76,86** 15,74

Keterangan : tAnalisis ragam dilakukan pada data yang telah ditransformasi ke

√(x+0,5), **,tn berturut-turut: berbeda sangat nyata dan tidak berbeda nyata pada taraf α = 5%, KK : Koefisien keragaman, UPL:

uji di permukaan larutan, UCY: uji cepat larutan hara Yoshida.

Berdasarkan Gambar 3, genotipe yang toleran terhadap keracunan Al memiliki panjang akar yang lebih panjang dibandingkan genotipe peka keracunan Al. Akar pada genotipe peka keracunan Al mengalami penghambatan yang serius pada konsentrasi Al 20 ppm dengan metode uji di permukaan larutan (UPL).

Panjang akar pada konsentrasi Al 0 ppm dengan metode UPL, tidak berbeda nyata baik pada genotipe toleran maupun genotipe peka keracunan Al.

(28)

A1 : genotipe toleran pada konsentrasi Al 0 ppm A2 : genotipe toleran pada konsentrasi Al 20 ppm B1 : genotipe peka pada konsentrasi Al 0 ppm B2 : genotipe peka pada konsentrasi Al 20 ppm

Gambar 3. Genotipe padi gogo tercekam Al dengan metode uji di permukaan larutan (UPL) pada 7 HST

Kemampuan tanaman untuk dapat beradaptasi pada kondisi cekaman Al, sangat tergantung dari kemampuan genotipe tersebut untuk memproduksi asam organik dalam jumlah cukup untuk mengeleminir pengaruh toksisitas dari cekaman Al tersebut. Galur padi gogo toleran alumunium mampu mengakumulasikan dan mensekresikan asam organik (total asam organik) yang lebih tinggi daripada padi gogo peka alumunium. Asam organik dapat berikatan dengan Al sekaligus bisa melepaskan fosfor (P) yang terikat Al. Produksi asam organik selain berperan dalam mengkelat Al, juga berfungsi untuk meningkatkan pH (Swasti dan Rozen, 2007). Keberadaan unsur hara inilah yang diduga menjadi penyebab lebih rendahnya indeks vigor dan daya berkecambah genotipe padi gogo pada metode UPL dibandingkan dengan metode UCY.

Pada metode UCY tanaman masih dapat melakukan proses metabolisme meskipun dalam keadaan minimum karena ketersediaan hara dan mekanisme toleransi masih mendukung adanya penyerapan hara. Berbeda dengan metode UPL yang tidak memiliki komponen unsur hara yang dibutuhkan untuk proses metabolisme, sehingga pertumbuhan lebih terhambat dan tanaman lebih peka terhadap cekaman Al.

A1

B2 B1

A2

(29)

Berdasarkan Tabel 7 rata-rata indeks vigor pada metode UPL berkisar antara 0- 83,33%, sedangkan nilai daya berkecambah berkisar antara 0-100%. Nilai indeks vigor genotipe cek IR60080-23, Inpago 6, dan ITA 131 pada metode UPL berturut-turut 6,25%, 0%, 0%, sedangkan daya berkecambahnya berturut-turut 31,25%, 0%, dan 2,08%. Rendahnya nilai indeks vigor dan daya berkecambah yang mencapai 0% ini disebabkan oleh pendeknya radikula akar (kurang dari panjang benih) serta tidak munculnya akar seminal sekunder. Kecambah pada metode UPL baik pada 0 ppm maupun 20 ppm terlihat memiliki radikula akar yang lebih pendek dibandingkan metode UCY baik pada konsentrasi Al 0 ppm maupun 20 ppm.

Tabel 7. Rata-rata vigor (%) 56 genotipe padi gogo serta genotipe cek terhadap cekaman Al 20 ppm dengan uji di permukaan larutan (UPL) dan uji cepat larutan hara Yoshida (UCY)

No Genotipe UPL UCY

IVt DBt IV DB

1 B12480D-MR-7-1-1 8,33 41,67 25,00 41,67

2 Inpago 9 0,00 8,33 100 100

3 B13642E-TB-71 83,33a 83,33a 8,33 75,00

4 B11908F-TB-3-WN-1 25,00 41,67 8,33 50,00

5 B12168D-MR-38-1-6-TB-1 0,00 33,33 0,00 0,00

6 B12056F-TB-1-29-1 0,00 50,00 16,67 33,33

7 B12159D-MR-40-1 33,33a 41,67 100 100

8 B12056F-TB-1-64-6 33,33a 41,67 91,67 100

9 B11604E-MR-2-4 0,00 0,00 0,00 25,00

10 B13655E-TB-13 33,33a 41,67 83,33 100

11 Inpago 10 8,33 16,67 100 100

12 B12825E-TB-2-4 0,00 8,33 66,67 83,33

13 Inpago 5 33,33a 83,33a 100 100

14 Jatiluhur 25,00a 41,67 50,00 100

15 B13650E-TB-80-2 8,33 8,33 25,00 33,33

16 B11592F-MR-23-2-2 33,33a 33,33 83,33 91,67

17 B12165D-MR-8-1-1-2 8,33 8,33 25,00 33,33

18 B11910D-MR-22-2 0,00 16,67 41,67 41,67

19 B14217F-MR-1 0,00 33,33 66,67 83,33

20 B14158E-MR-5 0,00 0,00 50,00 83,33

21 B14158E-MR-6 0,00 8,33 58,33 66,67

22 B14158E-MR-10 25,00 25,00 83,33 91,67

23 B14158E-MR-11 16,67 25,00 75,00 91,67

24 B14158E-MR-12 33,33a 41,67 83,33 100

25 B14158E-MR-13 50,00a 33,33 75,00 100

26 B14158E-MR-20 0,00 25,00 100 100

27 Limboto 8,33 33,33 66,67 75,00

28 Sigambiri Putih - - - -

29 Sigambiri Merah - - - -

30 Gajah Mungkur 66,67a 100a 100 100

31 Inpago 11 8,33 8,33 100 100

32 B14086D-TB-67 0,00 33,33 58,33 66,67

(30)

Tabel 7. Lanjutan...

No Genotipe UPL UCY

IVt DBt IV DB

33 B13626E-TB-36 8,33 25,00 75,00 83,33

34 B11495F-TB-1-19-2 0,00 16,67 16,67 33,33

35 B11186G-MR-3-1-18-1 0,00 33,33 75,00 91,67

36 B11186G-MR-3-1-14-2 0,00 0,00 16,67 25,00

37 B13628E-TB-54-1 0,00 0,00 16,67 58,33

38 B13654-2E-WN-3-1 0,00 0,00 33,33 66,67

39 B12150D-MR-23-1-4-2 0,00 0,00 16,67 50,00

40 B12498F-MR-1-3-4 0,00 0,00 16,67 41,67

41 B12160D-MR-11-3-4 0,00 0,00 66,67 83,33

42 B12165D-MR-8-3-3 0,00 8,33 33,33 41,67

43 Situbagendit 0,00 0,00 91,67 100

44 B12493C-MR-11-4-3-2 0,00 16,67 0,00 0,00

45 B12801F-MR-44-3 0,00 0,00 0,00 0,00

46 IR83745-B-B-33-3 - - - -

47 B12417F 0,00 16,67 0,00 8,33

48 TB155J-TB-3-1-1 75,00a 100a 100 100

49 B13626E-TB-6-1 0,00 0,00 8,33 33,33

50 B14086D-TB-86-2 25,00a 75,00a 33,33 58,33

51 B14086D-TB-11 0,00 16,67 0,00 8,33

52 Inpago 4 0,00 0,00 8,33 25,00

53 Inpago 7 16,67 50,00 33,33 83,33

54 Inpago 8 0,00 16,67 0,00 25,00

55 Situpatenggang 16,67 33,33 100 100

56 Batutegi 0,00 0,00 8,33 25,00

Cek IR60080-23 (toleran) 6,25 31,25 42,86 53,57 Inpago 6 (agak toleran) 0,00 0,00 47,92 58,33

ITA 131 (peka) 0,00 2,08 76,04 86,46

Keterangan : tUji lanjut dilakukan pada data yang telah ditransformasi ke

√(x+0,5), tanda (a) : nyata lebih tingi dibandingkan cek genotipe padi gogo toleran berdasarkan hasil Beda Nyata Terkecil (BNT) pada taraf α = 5%, UPL: uji di permukaan larutan, UCY: uji cepat dalam larutan hara Yoshida, IV: indeks vigor, DB: daya berkecambah, PTM: potensi tumbuh maksimum.

Berdasarkan parameter indeks vigor dan daya berkecambah, genotipe B13642E-TB-71, Inpago 5, Gajah Mungkur, TB155J-TB-3-1-1, dan B14086D- TB-86-2 memiliki nilai indeks vigor dan daya berkecambah yang nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe cek IR60080-23. Genotipe Gajah Mungkur dan TB155J-TB-3-1-1 terlihat memiliki nilai indeks vigor dan daya berkecambah lebih tinggi dibandingkan genotipe lainnya, yaitu berturut-turut 66,67% dan 75%

untuk indeks vigor, serta 100% untuk daya berkecambah. Berdasarkan parameter indeks vigor dan daya berkecambah pada metode UPL, genotipe Gajah Mungkur dan TB155J-TB-3-1-1 merupakan genotipe yang berpotensi sebagai genotipe unggulan.

(31)

Parameter indeks vigor dan daya berkecambah pada metode UCY cenderung lebih tinggi dibandingkan metode UPL, dengan nilai koefisien keragaman berkisar antara 10-13% (Tabel 6). Nilai indeks vigor dan daya berkecambah pada metode UCY ini lebih dominan dipengaruhi oleh mutu benih.

Hal tersebut dapat dilihat dari besarnya indeks vigor genotipe cek. Genotipe cek toleran IR60080-23 memiliki indeks vigor dan daya berkecambah berturut-turut 42,86% dan 53,57%, lebih rendah jika dibandingkan genotipe cek peka ITA 131 yang memiliki indeks vigor dan daya berkecambah berturut-turut 76,04% dan 86,46%. Berdasarkan hal tersebut, parameter indeks vigor dan daya berkecambah pada metode UCY kurang tepat dijadikan sebagai parameter skrining genotipe padi gogo cekaman Al. Beberapa genotipe yang memiliki mutu benih lebih rendah yaitu B12168D-MR-38-1-6-TB-1, B11604E-MR-2-4, B11186G-MR-3-1-14-2, B12493C-MR11-4-3-2, B12801F-MR-44-3, B12417F, B14086D-TB-86-2, Inpago 4, Inpago 8, dan Batutegi. Hal tersebut ditunjukkan oleh daya berkecambah yang berkisar antara 0-25% pada metode UCY (Tabel 9.)

Panjang akar genotipe padi gogo pada cekaman Al 20 ppm

Berdasarkan hasil pengamatan, cekaman alumunium (Al) lebih berpengaruh pada panjang akar genotipe padi gogo. Akar tanaman lebih menunjukkan kerusakan daripada bagian tanaman lainnya (Rout et al., 2001).

Cekaman Al menginduksi kerusakan akar dengan cara mereduksi panjang akar (Meriga et al., 2010). Cekaman Al menghambat perpanjangan akar primer dan menghalangi pembentukan akar adventif. Semakin tinggi konsentrasi Al semakin rendah pertambahan panjang akar. Kelarutan Al yang tinggi dapat menyebabkan penghambatan pertumbuhan akar tanaman yang serius (Nurlaela, 2007). Ujung akar yang meliputi tudung akar, meristem, dan zona elongasi mengakumulasikan lebih banyak Al dan menimbulkan lebih banyak kerusakan daripada akar dewasa yang sudah terdiferensiasi. Hanya butuh 2-3 mm bagian ujung akar yang tercekam Al dan pertumbuhan tanaman akan terhambat. Jika Al diaplikasikan secara efektif ke bagian zona elongasi ataupun semua bagian akar kecuali ujung akar, maka hal tersebut tidak akan mempengaruhi pertumbuhan tanaman (Delhaize and Ryan, 1995).

Tabel 8 menunjukkan hasil rata-rata panjang akar genotipe padi gogo dengan metode uji di permukaan larutan (UPL) pada 7 HST dan 10 HST.

Cekaman Al 20 ppm berpengaruh sangat nyata terhadap parameter panjang akar pada 7 HST dan 10 HST, dengan nilai KK berkisar antara 20-25%.

Tabel 8. Rekapitulasi hasil analisis ragam panjang akar genotipe padi gogo terhadap cekaman Al (20 ppm) pada uji di permukaan larutan (UPL)

Umur Tanaman Rataan (cm) KK (%)

7 HST 1,11** 25,36

10 HST 1,35** 20,43

Keterangan : ** : berbeda sangat nyata pada taraf α = 5%, KK : Koefisien Keragaman, HST: hari setelah tanam.

Berdasarkan Tabel 9, rata-rata panjang akar genotipe cek IR60080-23, Inpago 6, dan ITA 131 pada kondisi tercekam Al 20 ppm rata-rata pada 7 HST berturut-turut yaitu 1,60 cm, 0,50 cm, dan 1,03 cm. Pada 7 HST, beberapa

(32)

genotipe yang memiliki rata-rata panjang akar yang tidak berbeda nyata dengan genotipe cek toleran IR60080-23 yaitu genotipe Inpago 5, Gajah Mungkur, B14086D-TB-67, dan B14086D-TB-11. Genotipe B14086D-TB-86-2 memiliki nilai panjang akar 3,17 cm yang nyata lebih tinggi daripada genotipe cek toleran, dan lebih lebih tinggi dibandingkan genotipe lainnya. Genotipe B14086D-TB-86- 2 potensial menjadi genotipe unggulan.

Rata-rata panjang akar genotipe cek IR60080-23, Inpago 6, dan ITA 131 pada cekaman Al 20 ppm pada 10 HST berturut-turut 3,85 cm, 1,17 cm, dan 2,40 cm. Pada 10 HST terlihat bahwa akar IR60080-23 sebagai genotipe cek toleran lebih panjang dibandingkan genotipe agak toleran maupun peka Al. Berdasarkan Tabel 9, genotipe yang memiliki nilai panjang akar pada 10 HST yang nyata lebih tinggi dibandingkan genotipe cek toleran yaitu B12480D-MR-7-1-1, Gajah Mungkur, B14086D-TB-67, dan B14086D-TB-86-2. Genotipe-genotipe tersebut diharapkan dapat menjadi genotipe unggulan. Beberapa genotipe yang memiliki rata-rata panjang akar pada 10 HST yang tidak berbeda nyata dengan genotipe cek toleran yaitu B13642E-TB-71, B11908F-TB-3-WN-1, Inpago 5, B11186G-MR-3- 1-14-2, TB155J-TB-3-1-1, dan B14086D-TB-11. Genotipe tersebut merupakan genotipe yang berpotensi sebagai genotipe toleran.

Tabel 9. Rata-rata panjang akar (cm) 56 genotipe padi gogo serta genotipe cek terhadap cekaman Al 20 ppm dengan uji di permukaan larutan (UPL)

No Genotipe 7 HST 10 HST

1 B12480D-MR-7-1-1 1,60 3,85a

2 Inpago 9 0,50 1,17

3 B13642E-TB-71 2,03 2,40b

4 B11908F-TB-3-WN-1 1,60 2,30b

5 B12168D-MR-38-1-6-TB-1 1,33 1,60

6 B12056F-TB-1-29-1 1,35 1,35

7 B12159D-MR-40-1 1,10 1,20

8 B12056F-TB-1-64-6 0,80 0,87

9 B11604E-MR-2-4 1,00 1,00

10 B13655E-TB-13 1,45 1,45

11 Inpago 10 0,70 0,87

12 B12825E-TB-2-4 1,10 1,17

13 Inpago 5 2,83b 3,40b

14 Jatiluhur 0,65 0,77

15 B13650E-TB-80-2 0,75 1,30

16 B11592F-MR-23-2-2 1,20 1,30

17 B12165D-MR-8-1-1-2 0,93 0,95

18 B11910D-MR-22-2 1,50 1,55

19 B14217F-MR-1 0,87 0,90

20 B14158E-MR-5 0,87 1,30

21 B14158E-MR-6 0,80 1,05

22 B14158E-MR-10 0,60 0,75

23 B14158E-MR-11 0,67 0,78

24 B14158E-MR-12 0,53 0,57

25 B14158E-MR-13 0,60 0,63

26 B14158E-MR-20 0,40 0,40

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Pada penerapan model kooperatif tipe Student Team Achievement Division terdiri atas 6 fase yaitu (1) Fase 1, Menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin

Analisis korelasi linier sederhana menunjukkan bahwa aktivitas enzim katepsin dan kolagenase memiliki hubungan yang sangat erat (r ≥ 0,7) secara linier dengan parameter kesegaran

Karakter acapkali didefinisikan sebagai khuluq sungguh merupakan suatu keadaan jiwa yang menyebabkan manusia bertindak tanpa proses nalar yang mendalam. Karakter adalah

Berdasarkan data hasil angket yang diberikan kepada siswa didapatkan sebagian besar 18 atau (90%) siswa menyatakan senang belajar dengan metode pembelajaran yang dilakukan

Dalam upaya pemenuhan protein hewani dan peningkatan pendapatan peternak, maka pemerintah telah berupaya meningkatkan hasil produksi yang bersumber dari usaha ternak,

Umumnya, tanaman tahan mengandung senyawa kimia tersebut dengan konsentrasi lebih tinggi daripada tanaman tidak tahan (Mansfield, 2000; Agrios, 2005). Penggunaan jamur

Kata education (pendidikan) berasal dari kata bahasa Latin educare, yang berarti “mengeluarkan”, merupakan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, yang mana bentuk penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas (PTK), dimana pelaksanaannya menyajikan semua temuan