i
(PREDICT, OBSERVE, EXPLAIN)
UNTUK
MENINGKATKAN KETERCAPAIAN KOMPETENSI
DASAR SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM
skripsi
disajikan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kimia
oleh Yuli Atriyanti
4301410003
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang Ingatlah, sungguh pertolongan Allah itu sangat dekat (Q.S. Al-Baqarah:214). Maka nikmat Tuhan yang manakah yang kamu dustakan? (Q.S. Ar-Rahman:13) “Tidak ada balasan kebaikan kecuali kebaikan pula”. (Q.S. Ar-Rahman: 60) Sesungguhnya bahagia itu ada pada setiap rasa syukur kita.
Karya ini saya persembahkan untuk:
1. Bapak dan Ibu tercinta, Terima kasih untuk doa, kasih sayang, dan pengorbanannmu
2. Kakak-kakakku tersayang yang selalu mendukung dan memotivasi
3. Saudari-saudari semuslimku di Ihwah Rasul dan di Asrama Putri Muhammadiyah yang telah mengajariku banyak hal.
4. Sang mentor dan sang murobiku.
5. Sahabat-sahabatku muna, via dan seluruh teman-teman pendidikan kimia 2010.
v ABSTRAK
Atriyanti, Yuli. 2014. Penerapan Model Pembelajaran POE (Predict-Observe-Explain) untuk Meningkatkan Ketercapaian Kompetensi Dasar Siswa pada Materi Hidrolisis Garam. Skripsi, Jurusan Kimia Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang. Pembimbing Drs. Subiyanto Hadisaputro, M,Si
Kata kunci : ketercapaian; kompetensi dasar siswa; Predict-Observe-Explain
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan kasih dan kemurahan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Selama menyusun skripsi ini, penulis telah banyak menerima bantuan, kerjasama, dan sumbangan pikiran dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Rektor Universitas Negeri Semarang (Unnes).
2. Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Semarang.
3. Ketua Jurusan Kimia.
4. Drs. Subiyanto Hadi Saputro, M.Si. Pembimbing yang telah memberikan petunjuk, arahan dan bimbingan pada penulis.
5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Kimia yang telah memberikan bekal kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.
6. Kepala SMA N 1 Tengaran yang telah memberi izin penelitian.
7. L.Agus Sri Mulyono, S.Pd dan seluruh staf pengajar di SMA N 1 Tengaran atas bantuan yang diberikan selama proses penelitian.
8. Siswa kelas XI IPA SMA N 1 Tengaran yang telah membantu proses penelitian.
vii
Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca demi kebaikan di masa yang akan datang.
Semarang, 28 Agustus 2014
viii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
ABSTRAK ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Penegasan Istilah ... 7
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi ... 9
2. TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1 Pembelajaran ... 10
2.2 Model Pembelajaran ... 11
2.3 Model Pembeajaran POE... 12
2.4 Pencapaian Kompetensi Dasar Siswa ... 16
2.4.1 Pengertian Ketercapaian Kompetensi Dasar ... 16
2.4.2 Indikator Ketercapaian Kompetensi Dasar ... 16
2.4.3 Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi Dasar ... 19
2.5 Materi Hidrolisis Garam ... 20
2.5.1 Pengertian Hidrolisis Garam ... 20
2.5.2 Jenis-jenis Garam yang Terhidrolisis dalam Air ... 20
2.5.3 Reaksi Hidrolisis ... 21
2.5.4 Perhitungan Kh, [H+], dan [OH-] Larutan Garam ... 24
2.6 Kerangka Berpikir ... 30
2.7 Desain Pembelajaran Model POE ... 32
2.8 Hipotesis ... 35
3. METODE PENELITIAN ... 36
3.1 Penentuan Subjek Penelitian ... 36
3.1.1 Populasi ... 36
3.1.2 Sampel ... 36
3.1.3 Variabel Penelitian ... 37
ix
3.1.3.2 Variabel Terikat ... 37
3.1.3.3 Variabel Kontrol... 37
3.2 Desain Penelitian ... 37
3.3 Prosedur Penelitian ... 38
3.4 Metode Pengumpulan Data... 41
3.4.1 Jenis Data ... 41
3.4.2 Cara Mengumpulkan Data ... 41
3.4.2.1 Metode Dokumentasi ... 41
3.4.2.2 Metode Tes ... 41
3.4.2.3 Metode Observasi ... 42
3.4.2.4 Metode Angket ... 42
3.5 Instrumen Penelitian ... 42
3.5.1 Bentuk Instrumen ... 42
3.5.2 Langkah Penyusunan Instrumen ... 44
3.6 Analisis Instrumen Penelitian ... 48
3.6.1 Silabus, RPP dan Media Slide Presentation ... 48
3.6.2 Lembar Kerja Siswa ... 48
3.6.3 Tes Hasil Belajar ... 50
3.6.3.1 Validitas Soal ... 50
3.6.3.2 Daya Pembeda ... 52
3.6.3.3 Taraf Kesukaran ... 53
3.6.3.4 Reliabilitas ... 54
3.6.4 Lembar Observasi ... 56
3.6.4.1 Validitas ... 56
3.6.4.2 Reliabilitas ... 56
3.6.5 Angket ... 57
3.6.5.1 Validitas ... 57
3.6.5.2 Reliabilitas ... 57
3.7 Metode Analisis Data ... 58
3.7.1 Analisis Data Awal ... 58
3.7.1.1 Uji Normalitas ... 58
3.7.1.2 Uji Homogenitas ... 58
3.7.2 Analisis Data Akhir ... 60
3.7.2.1 Uji Normalitas ... 60
3.7.2.2 Uji Kesamaan Dua Varians ... 60
3.7.2.3 Uji Hipotesis ... 61
3.7.2.4 Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal ... 65
3.7.2.5 Analisis Data Ranah Afektif dan Psikomotorik ... 66
3.7.2.6 Analisis Deskriptif terhadap Hasil Angket ... 67
4. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 68
4.1 Hasil Penelitian ... 68
4.1.1 Hasil Analisis Data Tahap Awal ... 68
4.1.1.1 Hasil Uji Normalitas ... 68
4.1.1.2 Hasil Uji Homogenitas ... 69
4.1.2 Hasil Analisis Data Akhir ... 70
x
4.1.2.2 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians ... 74
4.1.2.3 Hasil Uji Hipotesis ... 75
4.1.2.4 Hasil Persentase Ketuntasan Belajar Klasikal... 80
4.1.2.5 Hasil Analisis Data Ranah Afektif dan Psikomotorik ... 80
4.1.2.6 Hasil Analisis Deskriptif terhadap Hasil Angket ... 88
4.2 Pembahasan ... 87
4.2.1 Proses Pembelajaran ... 88
4.2.1.1 Proses Pembelajaran pada Kelas Eksperimen ... 88
4.2.1.2 Proses Pembelajaran Pada Kelas Kontrol ... 89
4.2.2 Pencapaian Kompetensi Dasar ... 89
4.2.2.1 Pencapaian Kompetensi Dasar Ranah Kognitif ... 89
4.2.2.2 Pencapaian Kompetensi Dasar Ranah Afektif ... 92
4.2.2.3 Pencapaian Kompetensi Dasar Ranah Psikomotorik ... 93
4.2.3 Hasil Angket Tanggapan Siswa ... 97
5. PENUTUP ... 99
5.1 Simpulan ... 99
5.2 Saran ... 99
DAFTAR PUSTAKA ... 100
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
2.1 Ringkasan Deskripsi Kegiatan Guru dan Siswa dalam Melaksanakan
Model Pembelajaran POE ... 33
3.1 Rincian Siswa Kelas XI IPA SMA N 1 Tengaran ... 36
3.2 Desain Penelitian ... 38
3.3 Rentang Persentase dan Kriteria Kualitatif Uji Kelayakan Media... 39
3.4 Validitas LKS Model Pembelajaran POE ... 50
3.5 Validitas Soal Uji Coba Materi Hidrolisis Garam ... 51
3.6 Kriteria Daya Beda Soal... 53
3.7 Daya Beda Soal Uji Coba Materi Hidrolisis Garam ... 53
3.8 Hasil Perhitungan Indeks Kesukaran Soal Uji Coba ... 54
3.9 Soal yang Digunakan untuk Evaluasi pada Pembelajaran Materi Hidrolisis Garam dengan Model Pembelajaran POE ... 55
3.10 Kategori Nilai Tiap Aspek Afektif dan Psikomotorik ... 66
4.1 Data Awal Populasi ... 68
4.2 Hasil Uji Normalitas Data Populasi ... 69
4.3 Hasil Uji Homogenitas Data Populasi ... 69
4.4 Gambaran Umum Hasil Ranah Kognitif ... 70
4.5 Gambaran Umum Hasil Ranah Afektif ... 71
4.6 Gambaran Umum Hasil Ranah Psikomotorik ... 72
4.7 Hasil Ketercapaian Kompetensi Dasar Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 72
4.8 Hasil Uji Normalitas Data Kognitif ... 73
4.9 Hasil Uji Normalitas Data Afektif ... 73
4.10 Hasil Uji Normalitas Data Psikomotorik ... 74
4.11 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Kognitif ... 74
4.12 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Afektif ... 74
4.13 Hasil Uji Kesamaan Dua Varians Psikomotorik ... 75
4.14 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Data Kognitif ... 75
4.15 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Data Afektif ... 76
4.16 Hasil Uji Perbedaan Rata-rata Data Psikomotorik ... 76
4.17 Hasil Uji Rata-rata Satu Pihak Kanan Data Kognitif ... 77
4.18 Hasil Uji Rata-rata Satu Pihak Kanan Data Afektif ... 77
4.19 Hasil Uji Rata-rata Satu Pihak Kanan Data Psikomotorik ... 78
4.20 Hasil Uji N-Gain ... 78
4.21 Hasil Analisis Data Hasil Afektif ... 80
4.22 Rata-Rata Skor Tiap Aspek Afektif pada Kelas Eksperimen dan Kela Kontrol ... 82
4.23 Hasil Analisis Data HasilPsikomotorik ... 83
4.24 Rata-Rata Skor Tiap Aspek Psikomotorik pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 84
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Hubungan Kompetensi Dasar dengan Hasil Belajar ... 19
2.2 Kerangka Berpikir ... 32
3.1 Prosedur Penelitian... 40
4.1 Grafik Hasil Nilai Rata-rata Postes Ranah Kognitif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. ... 70
4.2 Grafik Hasil Nilai Rata-rata Postes Ranah Afektif Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol. ... 71
4.3 Grafik Hasil Nilai Rata-rata Postes Ranah Psikomotorik Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 72
4.4 Perbandingan N-Gain Data Nilai Postes Berdasarkan Kriteria Tinggi, Sedang, dan Rendah ... 79
4.5 Perbandingan Rata-Rata Nilai Pretes, Postes, Harga N-Gain Ranah Kognitif Siswa ... 79
4.6 Hasil Analisis untuk Data Hasil Afektif ... 81
4.7 Perbandingan Skor Rata-Rata Tiap Aspek Psikomotorik ... 82
4.8 Hasil Analisis untuk Data HasilPsikomotorik ... 82
4.9 Perbandingan Skor Rata-rata Tiap Aspek Psikomotorik ... 85
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Silabus ... 103
2 Rincian Hubungan Kompetensi Dasar dengan Hasil Belajar ... 105
3 RPP Kelas Eksperimen ... 113
4 RPP Kelas Kontrol ... 131
5 Hand Out Materi Hidrolisis Garam... 148
6 Lembar Kerja Siswa (LKS) Kelas Eksperimen ... 155
7 Lembar Kerja Siswa Praktikum Kelas Kontrol ... 161
8 Kisi-kisi Soal Uji Coba ... 163
9 Soal Uji Coba ... 164
10 Kunci Jawaban Soal Uji Coba... 172
11 Kisi-kisi Soal Instrumen ... 173
12 Soal Instrumen ... 174
13 Kunci Jawaban Soal Instrumen ... 178
14 Pedoman Penilaian Ranah Afektif Siswa ... 179
15 Pedoman Penilaian Ranah Psikomotorik Siswa (Eksperimen) ... 180
16 Pedoman Penilaian Ranah Psikomotorik Siswa (Kontrol) ... 186
17 Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran ... 188
18 Daftar Nilai Hidrólisis Garam Hasil Observasi ... 189
19 Daftar Nilai Uji Coba Soal ... 190
20 Analisis Uji Coba Soal ... 191
21 Perhitungan Reliabilitas Instrumen ... 197
22 Daftar Nama Populasi ... 198
23 Daftar Nama Kelompok Kelas Eksperimen ... 200
24 Daftar Nama Kelompok Kelas Kontrol... 201
25 Analisis Validasi LKS oleh Validator ... 202
26 Data Nilai Ulangan Asam Basa Kelas XI ... 203
27 Uji Normalitas Data Nilai Ulangan Asam Basa ... 204
28 Uji Homogenitas Populasi ... 208
29 Data Nilai Postes ... 209
30 Data Nilai Afektif Siswa ... 210
31 Data Nilai Psikomotorik Siswa ... 211
32 Uji Normalitas Postes ... 212
33 Uji Normalitas Data Ranah Afektif... 213
34 Uji Normalitas Data Ranah Psikomotorik... 216
35 Uji Kesamaan Dua Varians Ranah Kognitif ... 218
36 Uji Kesamaan Dua Varians Data Ranah Afektif... 219
37 Uji Kesamaan Dua Varians Data Ranah Psikomotorik... 220
38 Uji Perbedaan Rata-rata Dua Pihak Ranah Kognitif ... 221
39 Uji Perbedaan Rata-rata Dua Pihak Ranah Afektif ... 222
40 Uji Perbedaan Rata-rata Dua Pihak Ranah Psikomotorik ... 223
41 Uji t Pihak Kanan Data Ranah Kognitif ... 224
42 Uji t Pihak Kanan Data Ranah Afektif ... 225
43 Uji t Pihak Kanan Data Ranah Psikomotorik ... 226
xiv
45 Data Nilai Pretes dan Postes Kelas Eksperimen ... 228
46 Data Nilai Pretes dan Postes Kelas Kontrol ... 229
47 Uji N-Gain Rata-rata Hasil Belajar ... 230
48 Uji N-Gain Siswa Kelas Eksperimen ... 231
49 Uji N-Gain Siswa Kelas Kontrol... 232
50 Lembar Analisis Data Afektif Kelas Eksperimen ... 233
51 Lembar Analisis Data Afektif Kelas Kontrol ... 236
52 Lembar Analisis Data Psikomotorik Kelas Eksperimen ... 240
53 Lembar Analisis Data Psikomotorik Kelas Kontrol ... 242
54 Reliabilitas Penilaian Afektif Kelas Eksperimen ... 244
55 Reliabilitas Penilaian Afektif Kelas Kontrol ... 246
56 Reliabilitas Penilaian Psikomotorik Kelas Eksperimen ... 249
57 Reliabilitas Penilaian Psikomotorik Kelas Kontrol ... 252
58 Lembar Analisis Angket ... 253
59 Reliabilitas Angket ... 254
60 Dokumentasi ... 255
1
1.1 Latar Belakang
Berdasarkan UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Karena itu pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam kehidupan kita. Pentingnya pendidikan menyebabkan perlu adanya peningkatan mutu pendidikan secara terus menerus dan dilakukan secara menyeluruh mencakup pengembangan dimensi manusia Indonesia seutuhnya yakni aspek-aspek moral, akhlak, budi pekerti, perilaku, pengetahuan, kesehatan, keterampilan, dan seni. Pengembangan aspek-aspek pendidikan tersebut nantinya akan bermuara pada peningkatan dan pengembangan kecakapan hidup (life skill) yang diwujudkan melalui pencapaian kompetensi peserta didik untuk bertahan hidup, menyesuaikan diri dan berhasil di masa mendatang.
mendukung sehingga memungkinkan tercapainya kompetensi yang ditetapkan. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar memerlukan langkah-langkah agar tujuan yang ditetapkan dapat dicapai. Unsur yang amat penting dalam suatu proses belajar-mengajar adalah metode mengajar dan media pengajaran yang sesuai dengan materi pelajaran yang dibelajarkan, kedua aspek ini saling berkaitan. Tujuan pendidikan akan terwujud apabila proses pembelajaran berjalan baik yaitu bukan proses pembelajaran dengan berpusat pada guru (teacher centered) tapi proses pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered), agar siswa tidak pasif dan menjadi lebih aktif di dalam kegiatan pembelajaran.
Kimia adalah ilmu yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala- gejala alam yang berkaitan dengan komposisi, struktur dan sifat, perubahan, dinamika, dan energetika zat (Danoni, 2012). Kimia juga merupakan salah satu mata pelajaran yang sampai saat ini sulit untuk dipahami baik konsep maupun penerapannya. Menurut Ardhana, sebagaimana dikutip oleh Anisa et al. (2013), hasil penelitian Royal Institute Of Chemistry di Inggris menunjukkan kebanyakan siswa menyatakan bahwa ilmu kimia itu sukar walaupun menarik. Karena sulitnya untuk memahami dan menerapkan tersebut maka ada saja siswa yang menggunakan cara cepat seperti menghafal untuk mengatasi kesulitan yang mereka hadapi.
Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan proses ilmiah sehingga membutuhkan metode pembelajaran yang tepat. Selain itu materi hidrolisis garam berisi konsep dan hafalan yang membutuhkan kemampuan berpikir serta berkaitan dengan konsep-konsep yang belum pernah diajarkan sebelumnya.
Berdasarkan observasi di SMA N 1 Tengaran banyak siswa yang hanya mau belajar pada saat ada tugas atau ulangan saja. Pada materi yang belum diajarkan, siswa cenderung tidak peduli terbukti dari minat siswa untuk membaca materi yang belum diajarkan masih rendah. Padahal guru sudah melaksanakan proses pembelajaran dengan baik dan mencoba mengaktifkan siswa dengan variasi model yang digunakan. Namun keaktifan siswa belum merata dan membuat beberapa siswa sulit memahami materi pelajaran sehingga ketercapaian kompetensi dasar siswa masih rendah. Sebagaimana yang diungkapkan Nawawi, et al., (2013) bahwa kurangnya partisipasi aktif siswa dalam setiap kegiatan pembelajaran dalam memahami konsep-konsep, mengakibatkan pemahaman konsep materi masih kurang optimal sehingga hasil belajar yang dicapai siswa masih rendah.
Oleh karena itu, untuk mengajarkan materi hidrolisis garam diperlukan model pembelajaran yang bersifat student centered yaitu melibatkan keaktifan siswa dalam memperoleh pengetahuan dengan memberikan perhatian besar pada aktivitas aktif siswa, interaksi dan negosiasi makna, yang mengarahkan siswa pada konstruksi pengetahuan (Ratumanan, 2013). Selain itu seharusnya siswa dituntut sudah memiliki pengetahuan awal dengan cara membaca sebelum materi disampaikan guru karena dengan membaca materi sebelum proses pembelajaran dimulai akan mempermudah siswa dalam memahami materi pelajaran. SMA N 1 Tengaran juga memiliki fasilitas yang memadai antara lain adanya laboratorium yang cukup lengkap, adanya teknisi lab, dan juga jam pelajaran yang cukup untuk melakukan variasi model pembelajaran. Sebagian besar pokok bahasan dalam mata pelajaran kimia memerlukan penguatan pemahaman dan pengembangan wawasan melalui penerapan metode praktikum, karena itu perlu adanya pemanfaatan laboratorium.
salah pengertian dan dapat menumbuhkan sikap ilmiah siswa karena mereka akan menjadi lebih kritis dan menjadi ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi sehingga dapat membuktikan sendiri keadaan yang sebenarnya. Selain itu siswa juga dapat menemukan konsep-konsep sendiri melalui proses yang melatih siswa berkembang baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik. Pengalaman dalam belajar ini dapat mempermudah siswa memahami dan mengingat materi yang sedang dipelajari yang akan berdampak pada peningkatan penguasaan konsep siswa (Sudesti et al., 2014)
Selanjutnya, Handayani et al., (2013:7) menyatakan bahwa model pembelajaran POE dapat meningkatkan keterampilan memprediksi dan penguaasaan konsep siswa. Pembelajaran model POE juga efektif dalam meningkatkan keterampilan memberikan alasan (Yanti et al., 2013:3). Selain itu penelitian Sari et al., (2013:6) menunjukkan model pembelajaran POE dapat meningkatkan keterampilan mengkomunikasikan dan menyimpulkan.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka permasalahan yang akan diteliti adalah :
1. ketercapaian kompetensi dasar siswa manakah yang lebih baik antara pembelajaran yang menggunakan model POE dengan model konvensional? 2. apakah model pembelajaran POE dapat meningkatkan ketercapaian
kompetensi dasar siswa pada materi hidrolisis garam?
3. berapa besar peningkatan ketercapaian kompetensi dasar siswa pada materi hidrolisis garam?
4. bagaimana tanggapan siswa terhadap model pembelajaran POE?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. mengetahui ketercapaian kompetensi dasar siswa mana yang lebih baik antara pembelajaran menggunakan model POE dengan menggunakan model konvensional.
2. mengetahui adanya peningkatan ketercapaian kompetensi dasar siswa dengan menggunakan model pembelajaran POE pada materi hidrolisis garam.
3. mengetahui besarnya peningkatan ketercapaian kompetensi dasar siswa pada materi hidrolisis garam.
4. mengetahui tanggapan siswa terhadap model pembelajaran POE.
1.4 Manfaat Penelitian
a. Memberikan informasi tentang penerapan model pembelajaran POE. b. Memberikan masukan pada calon guru agar lebih memperhatikan
masalah-masalah yang terkait dalam pembelajaran, khususnya partisipasi siswa, sehingga dapat meningkatkan kualitas proses belajar mengajar.
2. Bagi siswa
a. Memberikan suasana baru dalam pembelajaran sehingga dapat lebih termotivasi dan berpartisipasi dalam pembelajaran.
b. Meningkatkan partisipasi dan kemampuan siswa karena sistem pembelajarannya yang lebih bersifat student centered.
3. Bagi Sekolah
a. Memberikan saran dalam upaya mengembangkan proses pembelajaran yang mampu meningkatkan partisipasi dan kemampuan berpikir siswa sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.
b. Sebagai acuan kebijakan sekolah dalam penyelenggaraan pembelajaran yang dapat meningkatkan ketercapain kompetensi dasar siswa.
1.5 Penegasan Istilah
Penegasan istilah dilakukan untuk memperoleh pengertian yang sama tentang istilah dalam penelitian ini dan untuk membatasi ruang lingkup permasalahan sesuai dengan tujuan dalam penelitian ini. Istilah-istilah yang perlu diberi penegasan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
(1) Pembelajaran POE
POE adalah singkatan dari prediction, observation, dan explanation.
a. Prediksi(Prediction) adalah suatu proses membuat dugaan terhadap suatu peristiwa kimia.
b. Observasi (Observation) yaitu melakukan penelitian, pengamatan apa yang terjadi.
c. Menjelaskan (Explanation) yaitu pemberian penjelasan terutama tentang kesesuaian antara dugaan dengan hasil eksperimen dari tahap observasi. (2) Lebih baik
Kata „lebih baik‟ yang dimaksud dalam penelitian ini adalah mana nilai
ketercapaian kompetensi dasar siswa pada ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang lebih besar diantara kelas yang menggunakan model pembelajaran POE dengan model konvensional. Secara kuantitatif dikatakan lebih baik, kalau pada pengujian rata-rata satu pihak kanan menghasilkan thitung  t(1-)(n1+n2-2) atau t’ 
2 1
2 2 1 1
w w
t w t w
 
.
(3) Meningkatkan
Meningkatkan dalam KBBI dapat diartikan sebgai menaikkan, mempertinggi, dan memperhebat. Meningkatkan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah meningkatkan ketercapaian kompetensi dasar siswa pada ranah kognitif yang rendah menjadi lebih tinggi. Besar peningkatan secara kuantitaf dihitung dengan uji Normalized Gain.
(4) Ketercapaian Kompetensi Dasar Siswa
tersebut telah menguasai materi yang telah diberikan. Kemampuan yang harus dimiliki yaitu kemampuan kognitif, kemampuan afektif, dan kemampuan psikomotorik. Kemampuan kognitif diperoleh dari nilai postes ulangan hidrolisis garam, kemampuan afektif diperoleh dari observasi terhadap sikap siswa selama proses pembelajaran sedangkan kemampuan psikomotorik diperoleh dari observasi terhadap siswa saat melakukan kegiatan praktikum.
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pembelajaran
Menurut aliran behavioristik pembelajaran adalah usaha guru membentuk tingkah laku yang diinginkan dengan menyediakan lingkungan atau stimulus. Menurut Darsono (2000:24) aliran kognitif mendefinisikan pembelajaran sebagai cara guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk berpikir agar mengenal dan memahami sesuatu yang sedang dipelajari. Adapun humanistik mendeskripsikan pembelajaran sebagai pemberian kebebasan kepada siswa untuk memilih bahan pelajaran dan cara mempelajarinya sesuai dengan minat dan kemampuannya (Sugandi,2004 :9).
Pembelajaran merupakan proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu (Pribadi, 2009: 10). Sedangkan menurut Mulyasa (2007: 14), pembelajaran merupakan proses yang sengaja direncanakan dan dirancang sedemikian rupa dalam rangka memberikan bantuan bagi terjadinya proses belajar.
Darsono (2000:25) berpendapat bahwa ciri-ciri pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara sistematis. 2. Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam belajar.
3. Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik perhatian dan menantang siswa.
4. Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan menarik. 5. Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi siswa.
6. Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik secara fisik maupun psikologi.
7. Pembelajaran menekankan keaktifan siswa.
Oleh karena itu, pembelajaran pasti mempunyai tujuan yaitu membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu, tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitasnya.
Salah satu sasaran pembelajaran adalah membangun gagasan sainstifik setelah siswa berinteraksi dengan lingkungan, persitiwa, dan informasi dari sekitarnya. Pada dasarnya, semua siswa memiliki gagasan atau pengetahuan awal yang sudah terbangun dalam wujud skemata. Dari pengetahuan awal dan pengalaman yang ada, siswa menggunakan informasi yang berasal dari lingkungannya dalam rangka mengonstruksi interperensi pribadi serta makna-maknanya.
2.2 Model Pembelajaran
(rencana pembelajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pembelajaran, dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang lain. Menurut Soekamto, dkk (dalam Trianto 2006:5) maksud dari model pembelajaran adalah :” kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dan mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar”.
Indrawati (dalam Trianto 2007:134) menyatakan, bahwa suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi.
Model Pembelajaran mempunyai 4 ciri-ciri secara khusus, diantaranya adalah : 1. rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau
pengembangnya.
2. landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar.
3. tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.
4. lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
2.3 Model Pembelajaran POE
diajak untuk memberikan dugaan sementara terhadap kemungkinan yang akan terjadi, dilanjutkan dengan observasi atau pengamatan langsung terhadap masalah yaitu dengan melakukan percobaan untuk menemukan kebenaran dan prediksi awal dalam bentuk penjelasan.
Model pembelajaran POE pertama kali diperkenalkan oleh White dan Gustone pada tahun 1992 dalam bukunya Probing Understanding (Mabout dalam Nurjanah, 2009). Model pembelajaran POE dinyatakan sebagai model pembelajaran yang efisien untuk menimbulkan ide atau gagasan siswa dan melakukan diskusi terhadap ide tersebut. Model ini mensyaratkan prediksi siswa kemudian siswa melakukan eksperimen untuk mencari tahu kecocokan prediksinya dan terakhir menjelaskan kecocokan atau ketidakcocokkan antara hasil pengamatan denga prediksinya. Model POE dapat membantu peserta didik mengekplorasi dan meneguhkan gagasannya, khususnya pada tahap prediksi dan pemberian alasan. Tahap observasi dapat memberikan situasi konflik pada peserta didik berkenaan dengan prediksi awalnya, tahap ini memungkinkan terjadinya rekonstruksi dan revisi gagasan awal.
Menurut Purnomo (dalam Hakim, 2012) POE adalah singkatan dari
prediction, observation, dan explanation. Pembelajaran dengan model POE menggunakan 3 langkah utama, yaitu:
pemikiran siswa sehingga banyak gagasan dan konsep kimia muncul dari pikiran siswa. Semakin banyak muncul dugaan dari siswa, guru akan dapat mengerti bagaimana konsep dan pemikiran kimia siswa tentang persoalan yang diajukan. Pada proses prediksi ini guru juga dapat mengerti miskonsepsi apa yang banyak terjadi pada diri siswa. Hal ini penting bagi guru dalam membantu siswa untuk membangun konsep yang benar.
b. Observasi (Observation) yaitu melakukan penelitian, pengamatan apa yang terjadi. Siswa diajak untuk melakukan percobaan, untuk menguji kebenaran prediksi yang mereka sampaikan. Pada tahap ini siswa membuat eksperimen, untuk menguji prediksi yang mereka ungkapkan. Siswa mengamati apa yang terjadi, yang terpenting dalam langkah ini adalah konfirmasi atas prediksi mereka.
c. Menjelaskan (Explanation) yaitu pemberian penjelasan terutama tentang kesesuaian antara prediksi dengan hasil eksperimen dari tahap observasi. Apabila hasil prediksi tersebut sesuai dengan hasil observasi dan setelah mereka memperoleh penjelasan tentang kebenaran prediksinya, maka siswa semakin yakin akan konsepnya. Akan tetapi, jika prediksinnya tidak tepat maka siswa dapat mencari penjelasan tentang ketidaktepatan prediksinya. Siswa akan mengalami perubahan konsep dari konsep yang tidak benar menjadi benar. Sehingga, siswa dapat belajar dari kesalahan, dan biasanya belajar dari kesalahan tidak akan mudah dilupakan.
1) Masalah yang diajukan sebaiknya masalah yang memungkinkan terjadi konflik kognitif dan memicu rasa ingin tahu.
2) Prediksi harus disertai alasan yang rasional. Prediksi bukan sekedar menebak. 3) Demonstrasi/eksperimen harus bisa diamati dengan jelas, dan dapat memberi
jawaban atas masalah.
4) Siswa dilibatkan dalam proses eksplanasi. Kelebihan model pembelajaran POE yaitu :
1) Merangsang siswa untuk lebih kreatif khususnya dalam mengajukan prediksi. 2) Kegiatan eksperimen untuk menguji prediksinya dapat mengurangi
verbalisme.
3) Proses pembelajaran menjadi lebih menarik, sebab siswa tidak hanya mendengarkan tetapi juga mengamati peristiwa yang terjadi melalui ekperimen.
4) Pengamatan secara langsung dari siswa akan memiliki kesempatan untuk membandingkan antara prediksi dengan kenyataan sehingga siswa akan lebih meyakini kebenaran materi pembelajaran.
Kelemahan model pembelajaran POE yaitu :
1) Memerlukan persiapan yang lebih matang, terutama berkaitan penyajian persoalan kimia dan kegiatan eksperimen yang akan dilakukan untuk membuktikan prediksi yang diajukan siswa.
3) Untuk melakukan kegiatan eksperimen, memerlukan kemampuan dan keterampilan yang khusus bagi guru, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih profesional.
4) Memerlukan kemauan dan motivasi guru yang bagus untuk keberhasilan proses pembelajaran siswa.
2.4 Pencapaian Kompetensi Dasar
2.4.1 Pengertian Ketercapaian Kompetensi Dasar
Kompetensi dasar merupakan pernyataan minimal atau memadai tentang pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang direfleksikan dalam kebiasaan berfikir dan bertindak (Hamalik, 2008). Kompetensi diartikan sebagai pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang dikuasai oleh seseorang yang telah menjadi bagian dari dirinya, sehingga ia dapat melakukan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotorik dengan sebaik-baiknya. Hal ini menunjukkan bahwa kompetensi mencakup tugas, keterampilan, sikap dan apresiasi yang harus dimiliki oleh peserta didik untuk dapat melaksanakan tugas-tugas pembelajaran sesuai dengan jenis pekerjaan tertentu.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa yang dimaksud dengan ketercapaian kompetensi dasar adalah pencapaian sejumlah kemampuan oleh peserta didik yang harus dimiliki sebagai rujukan bahwa peserta didik tersebut telah menguasai materi yang telah diberikan untuk bekal kehidupannya dalam bermasyarakat. 2.4.2 Indikator Ketercapaian Kompetensi Dasar
guru maupun siswa perlu memahami kompetensi yang harus dicapai dalam proses pembelajaran. Pemahaman ini diperlukan dalam merencanakan strategi dan indikator keberhasilan.
Salah satu kualitas proses pembelajaran dapat dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Aspek yang dilihat antara lain adalah:
a. Perubahan pengetahuan, sikap dan perilaku peserta didik setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.
b. Kualitas dan kuantitas penguasaan kompetensi dasar oleh peserta didik. c. Jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan, menguasai
indikator-indikator kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 75% dari seluruh tujuan pembelajaran dengan nilai KKM untuk mata pelajaran kimia yaitu,75.
Adapun yang menunjukkan suatu proses pembelajaran yang berkualitas sebagai berikut:
a. Daya serap terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individual maupun kelompok.
b. Perilaku yang digariskan dalam tujuan pengajaran instruksional khusus. c. Kompetensi dasar yang telah dicapai oleh peserta didik baik secara individu
maupun kelompok (Zuhriyah, 2010).
Penjelasan di atas menunjukkan kemampuan yang harus dicapai dalam proses pembelajaran terdiri atas tiga kemampuan yaitu:
dari penggunaan kemampuan otak,seperti kemampuan untuk mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mensintesis pengetahuan kimia dikaitkan dengan pengetahuan lain.
b. kemampuan afektif yang memberi penekanan terhadap kaitan antara apa yang diketahui atau dikenal dan perasaan, seperti kemampuan meresapi, menghayati, menyayangi, memukau, mengapresiasi, menyikapi sesuatu, dan seterusnya.Kaitannya dengan kurikulum kimia, hal ini diharapkan dapat menambah atau memperkuat keinginan siswa untuk mempelajari kimia atau pendidikan kimia secara lebih mendalam, meminatinya serta menikmatinya. c. kemampuan psikomotorik yang memberi penekanan pada penggunaan organ
tubuh, termasuk indera yang lima, seperti keterampilan menyusun, menggabungkan, memilah-milah, menggolongkan, mengikat, meneliti, mengamati dengan teliti, membedakan jenis zat-zat kimia, merasakan zat-zat kimia dan seterusnya (Binadja, 2002).
Gambar 2.1. Hubungan Kompetensi Dasar dengan Hasil Belajar Setelah dilakukan tes atau evaluasi, maka tingkat keberhasilan tersebut dapat diketahui sedangkan untuk hal ini masalah yang dihadapi adalah sampai seberapa besar penguasaan siswa terhadap kompetensi dasar (Sudjana, 1995:4). 2.4.3 Sistem Penilaian Berbasis Kompetensi Dasar
2.5 Materi Hidrolisis Garam
2.5.1 Pengertian Hidrolisis Garam
Hidrolisis berasal dari kata hidro yang berarti air dan lisis yang berarti penguraian. Hidrolisis adalah reaksi penguraian garam oleh air atau reaksi antara kation dan atau anion dari garam dengan air. Garam adalah senyawa elektrolit yang dihasilkan dari reaksi netralisasi antara asam dengan basa. Sebagai elektrolit, garam akan terionisasi dalam larutannya menghasilkan kation dan anion. Kation yang dimiliki garam adalah kation dari basa asalnya, sedangkan anion yang dimiliki oleh garam adalah anion yang tersusun dari asam pembentuknya. Kedua ion inilah yang nantinya akan menentukan sifat dari suatu garam jika dilarutkan dalam air (Permana, 2009:132-133)
2.5.2 Jenis-Jenis Garam yang Terhidrolisis dalam Air
Garam yang terhidrolisis dalam air akan bersifat asam atau bersifat basa. Garam yang tersusun dari reaksi asam kuat dan basa lemah akan menghasilkan ion H+ dan bersifat asam, sedangkan garam yang tersusun dari reaksi basa kuat dan asam lemah akan menghasilkan ion OH- dan bersifat basa.
dari asam kuat dan basa kuat, dan mengalami hidrolisis untuk garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah yang memiliki harga Ka dan Kb sama. 2.5.3 Reaksi Hidrolisis
2.5.3.1 Garam yang Tersusun dari Asam Kuat dan Basa Kuat
Garam jenis ini jika dilarutkan ke dalam air, baik kation maupun anionnya tidak bereaksi dengan air karena ion-ion yang dilepaskan segera terionisasi kembali secara sempurna. Contoh: NaCl, K2SO4, Ba(NO3)2
NaCl di dalam air akan terionisasi sempurna membentuk ion Na+ dan Cl–. Kation maupun anion tersebut tidak bereaksi dengan air, menurut reaksi sebagai berikut:
NaCl(aq) Na+(aq) + Cl–(aq) H2O(l) H+(aq) + OH-(aq) Na+(aq) + H2O(l) tidak bereaksi Cl–(aq) + H2O(l) tidak bereaksi
Pelarutan garam ini sama sekali tidak akan mengubah jumlah [H+] dan [OH–] dalam air, sehingga larutannya bersifat netral (pH=7). Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa garam yang tersusun dari asam kuat dan basa kuat tidak mengalami hidrolisis dalam air.
2.5.3.2 Garam yang Tersusun dari Asam Kuat dan Basa Lemah
Garam jenis ini bersifat asam dalam air karena kationnya terhidrolisis (memberikan proton kepada air), sedangkan anionnya tidak. Contoh: Al2(SO4)3, AgNO3, CuSO4, NH4Cl, AlCl3.
H2O(l) H+(aq) + OH- (aq)
Kation dari basa lemah (NH4+) bereaksi dengan air membentuk kesetimbangan, sedangkan anion dari asam kuat (Cl–) tidak akan bereaksi dengan air, persamaanya sebagai berikut:
NH4+(aq) + H2O(l) NH4OH(aq) + H+(aq) Cl–(aq) + H2O(l) tidak bereaksi
Adanya ion H+ yang dihasilkan dari reaksi kesetimbangan tersebut menyebabkan konsentrasi ion H+ di dalam air lebih banyak daripada konsentrasi ion OH–, sehingga larutan akan bersifat asam (pH<7). Jika diuji keasamannya dengan menggunakan kertas lakmus biru, warna kertas lakmus akan berubah menjadi merah. Adapun ion Cl- yang tersusun dari asam kuat tidak bereaksi dengan air (terhidrolisis) Dengan demikian, garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial) di dalam air dan larutannya bersifat asam.
2.5.3.3 Garam yang Tersusun dari Asam Lemah dan Basa Kuat
Garam jenis ini bersifat basa dalam air karena anionnya terhidrolisis (memberikan proton kepada air), sedangkan kationnya tidak. Contoh: CH3COONa, NaF, Na2CO3, KCN, CaS. Perhatikan reaksi berikut ini.
CH3COONa(aq) CH3COO–(aq) + Na+(aq) H2O(l) H+(aq) + OH- (aq)
Na+(aq) + H2O(l) tidak bereaksi
CH3COO–(aq) + H2O(l) CH3COOH(aq) + OH–(aq)
Adanya ion OH– yang dihasilkan dari reaksi kesetimbangan tersebut menyebabkan konsentrasi ion OH–di dalam air lebih banyak daripada konsentrasi ion H+ sehingga larutan akan bersifat asam (pH>7). Jadi, garam yang tersusun dari asam kuat dan basa lemah mengalami hidrolisis sebagian (parsial) di dalam air dan larutannya bersifat basa.
2.5.3.4 Garam yang Tersusun dari Asam Lemah dan Basa Lemah
Garam jenis ini jika dilarutkan ke dalam air, maka baik kation maupun anionnya mengalami hidrolisis. Contoh: NH4CN, (NH4)2CO3, CH3COONH4.
NH4CN(aq) NH4+(aq) + CN–(aq)
Ion NH4+ bereaksi dengan air membentuk kesetimbangan: NH4+(aq) + H2O(l) NH4OH(aq) + H+(aq)
Ion CN– bereaksi dengan air membentuk kesetimbangan: CN–(aq) + H2O(l) HCN(aq) + OH–(aq)
kedua reaksi tersebut. Harga Ka dan Kb menyatakan kekuatan relatif dari asam dan basa yang bersangkutan.
Bagaimana hubungan antara Ka dan Kb dengan sifat asam basa larutan?
1. Jika harga Ka lebih besar daripada harga Kb, berarti konsentrasi ion H+ yang dihasilkan lebih banyak daripada ion OH- sehingga garam tersebut bersifat asam.
2. Jika harga Ka lebih kecil daripada Kb, berarti konsentrasi ion H+ yang dihasilkan lebih sedikit daripada ion OH- sehingga garam tersebut bersifat basa.
3. Jika harga Ka sama dengan harga Kb, berarti konsentrasi ion H+ dan ion OH -yang dihasilkan sama sehingga garam tersebut bersifat netral.
2.5.4 Perhitungan Kh, [H+], dan [OH-] Larutan Garam
2.5.4.1 Menghitung [OH-] dan Kh Larutan Garam yang Bersifat Basa
Contoh larutan garam yang bersifat basa adalah CH3COONa, CH3COOK, HCOOK, HCOONa, dan NaF. Perhatikan reaksi hidrolisis CH3COO- dari garam CH3COONa berikut ini
CH3COO-(aq) +H2O(l) CH3COOH(aq) + OH-(aq)
Penambahan H2O tidak akan mempengaruhi besarnya konsentrasi air, atau dengan kata lain konsentrasi H2O akan selalu konstan sehingga harga [H2O] yang dalam persamaan semula berada di ruas kanan, pindah menjadi sebuah konstanta di ruas kiri. Konstanta kesetimbangan reaksi hidrolisis disebut konstanta hidrolisis yang dinotasikan dengan Kh.
Kh = CH3COOH [OH −]
(1) CH3COOH selalu sama dengan OH− sehingga
Kh =[OH
−][OH−]
[CH3COO−] =
[OH−]2 [CH3COO−]
[OH−]2= Kh x [CH3COO−]
OH− = Kh [CH3COO−]
Secara umum, persamaan tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut OH− = Kh [anion]garam
Garam yang memiliki satu anion, seperti CH3COONa, akan terhidrolisis sebagai berikut.
CH3COONa(aq) CH3COO–(aq) + Na+(aq)
CH3COO− = [CH3COONa]= [garam]= [g] sehingga OH− = Kh x [g]
Adapun garam yang memiliki dua anion, seperti (CH3COO)2Ba akan terhidrolisis sebagai berikut.
(CH3COO)2Ba(aq) 2CH3COO–(aq) + Ba+(aq)
CH3COO− = 2 x [(CH3COO)2Ba]= 2 x [garam]= 2 x [g] sehingga
OH− = Kh x 2x[g]
Perhatikan perhitungan Kh berikut ini
Kh = CH3COOH [OH −]
[CH3COO−]
Jika persamaan tersebut dikalikan dengan [H+]
[H+] akan diperoleh :
Kh =
CH3COOH [OH−](2)
(3) Kh = CH3COOH
[CH3COO−][H+]
x[OH−][H+]
Perhatikan reaksi ionisasi asam lemah CH3COOH berikut ini CH3COOH(aq) CH3COO–(aq) + H+(aq)
Kh = CH3CO O− H+
CH3COOH
CH3COOH
CH3COO− [H+]
= 1 Ka
Perhatikan reaksi ionisasi air H2O berikut ini. H2O(l) H+(aq) + OH- (aq) Kw = [H+][OH−]
Data persamaan (2) dan (3) dimasukkan ke persamaan (1) sehingga didapat Kh= 1
Kax Kw
Kh= Kw
Ka
Jadi, untuk hidrolisis garam yang bersifat basa berlaku hubungan
OH− = Kh [anion]garam = Kw
Ka [ � ]�
Untuk garam yang memiliki satu anion, seperti HCOONa, dan CH3COONa berlaku persamaan berikut.
OH− = Kh x[g] = Kw
Ka [g]
Untuk garam yang memiliki dua anion, seperti (CH3COO)2Ba, (CH3COO)2Ca, dan CaF2, berlaku persamaan berikut.
OH− = Kh x2x[g] = Kw
2.5.4.2 Menghitung [H+] dan Kh Larutan Garam yang Bersifat Asam
Contoh larutan garam yang bersifat asam adalah NH4NO3, NH4Cl, dan NH4Br. Perhatikan reaksi hidrolisis NH4+ berikut ini
NH4+(aq) + H2O(l) NH4OH(aq) + H+(aq)
Kh = NH4OH [H
+]
[NH4+]
NH4OH selalu sama dengan H+ sehingga
Kh =[H
+][H+]
[NH4+] = [H+]2 [NH4+]
[H+]2= Kh x [NH4+]
H+ = Kh x[NH4+]
Secara umum, persamaan tersebut dapat dinyatakan sebgai berikut H+ = Kh [kation]garam
Garam yang memiliki satu kation, seperti NH4Cl, dan NH4Br, NH4+ = [garam]= [g] sehingga
H+ = Kh x [g]
Adapun garam yang memiliki dua anion, seperti (NH4)2SO4 akan terhidrolisis sebagai berikut.
(NH4)2SO4(aq) 2NH4+ (aq) + SO42-(aq)
NH4+ = 2 x [(NH4)2SO4]= 2 x [garam]= 2 x [g] sehingga
H+ = Kh x 2x[g]
(4)
(5)
(6) Kh = NH4OH [H
+]
[NH4+]
Jika persamaan tersebut dikalikan dengan [OH−]
[OH−] akan diperoleh :
Kh = NH4OH [H
+]
[NH4+] x [OH−] [OH−]
Kh = NH4OH
[NH4+][OH−]x[OH
−][H+]
Perhatikan reaksi ionisasi basa lemah NH4OH berikut ini
NH4OH(aq) OH-(aq) + NH4+(aq)
Kb = NH4
+ OH−
NH4OH
NH4OH [NH4+][OH−]=
1 Kb
Perhatikan reaksi ionisasi air H2O berikut ini. H2O(l) H+(aq) + OH-(aq) Kw = [H+][OH−]
Data persamaan (5) dan (6) dimasukkan ke persamaan (4) sehingga didapat Kh= 1
Kbx Kw
Kh= Kw
Kb
Jadi, untuk hidrolisi garam yang bersifat asam berlaku hubungan
[H+] = Kh [kation]garam = Kw
Kb [kation]�
H+ = Kh x[g] = Kw
Kb [g]
Untuk garam yang memiliki dua anion, seperti (NH4)2SO4 berlaku persamaan berikut.
H+ = Kh x2x[g] = Kw
Kb 2 [g]
2.5.4.3 Menghitung [OH-] dan Kh Larutan Garam yang Tersusun dari Asam
Lemah dan Basa Lemah
Untuk menentukan H+ garam yang tersusun dari asam lemah dan basa lemah, terlebih dahulu harus menentukan harga Kh, Perhatikan contoh berikut ini!
CH3COONH4(aq) CH3COO–(aq) + NH4+(aq) Reaksi Hidrolisis :
CH3COO-(aq) + NH4+(aq)+ H2O(l) CH3COOH(aq) + NH4OH(aq)
Kh = CH3COOH NH4OH [CH3COO−][NH4+]
Untuk menentukan harga Kh, persamaan tersebut dikalikan dengan
[OH−] [OH−]
[H+]
[H+],sehingga
Kh = CH3COOH NH4OH [CH3COO−][NH4+]
[OH−] [OH−]
[H+] [H+]
Kh = CH3COOH [CH3COO−][H+]
NH4OH
[NH4+][OH−]x[OH
−][H+]
CH3COOH [CH3CO O−][H+]
adalah 1/ Ka
NH4OH
[OH−][H+] adalah Kw
Maka harga Kh adalah
Kh =
1 Kax
1
Kb
x Kw =
Kw Kax Kb
Untuk menentukan [H+] perhatikan kembali persamaan untuk Kh,
Kh = CH3COOH NH4OH [CH3COO−][NH4+]
Pada reaksi hidrolisis, CH3COOH selalu sama dengan NH4OH dan
[CH3COO−] selalu sama dengan [NH4+] sehingga
Kh = CH3COOH NH4OH [CH3COO−][NH4+] =
CH3COOH 2
[CH3COO−]2
Jika persamaan tersebut dikalikan dengan [H+]2
[H+]2 akan diperoleh
Kh = CH3COOH
2
[CH3COO−]2
[H+]2 [H+]2 =
CH3COOH
[CH3COO−][H+] 2
[H+]2
Kh = 1
2
[H+]2
[H+]2 = Kh x Ka2
Jika harga Kh diganti dengan Kw
Ka x Kb , akan diperoleh
[H+]2 = Kw
(Ka x Kb)x Ka
2 =Kw
Kb x Ka
Jadi, H+ = Kw
Kb x Ka (Sutresna. 2006: 122-125)
2.6 Kerangka Berpikir
siswa rendah. Rendahnya hasil belajar siswa dapat ditelusuri dari berbagai faktor penyebabnya antara lain pembelajarannya cenderung didominasi oleh guru yang menyebabkan siswa menjadi pasif, banyak siswa yang tidak suka dan menganggap sulit mempelajari materi kimia termasuk juga materi hidrolisis garam. Materi hidrolisis garam berisi konsep dan hafalan yang membutuhkan kemampuan berpikir. Oleh karena itu untuk mengajarkan materi hidrolisis garam kepada siswa diperlukan metode pembelajaran yang melibatkan keaktifan siswa dalam memperoleh pengetahuan atau konsep sendiri. Perolehan konsep sendiri ini akan mempermudah siswa dalam memahami suatu materi dan akan tahan lama dalam ingatan siswa. Selain itu dengan menemukan konsep-konsep sendiri akan melatih siswa berkembang baik secara kognitif, afektif maupun psikomotorik yang pada akhirnya dapat meningkatkan ketercapaian kompetensi dasar siswa.
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir
2.7 Desain Pembelajaran Model POE
Gambaran mengenai tahapan model POE dalam pembelajaran kimia pada materi hidrolisis garam dapat disajikan pada Tabel 2.1.
siswa pasif, tidak suka dan menganggap sulit mempelajari
materi hidrolisis garam
Ketercapaian kompetensi dasar siswa rendah
Model Pembelajaran POE
melibatkan keaktifan siswa dalam memperoleh pengetahuan atau konsep sendiri melalui pengamatan yang nantinya akan mempermudah
siswa dalam memahami suatu materi
Ketercapaian kompetensi dasar
meningkat
Soal tes (kognitif) Lembar observasi psikomotorik dan afektif
(psikomotorik dan afektif) Pembelajaran pada materi
hidrolisis garam pembelajarannya cenderung
Tabel 2.1 Ringkasan Deskripsi Kegiatan Guru dan Siswa dalam Melaksanakan Model Pembelajaran POE
Tahapan Model POE
Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Kegiatan Guru Kegiatan Siswa
Predict Memberikan apersepsi terkait materi yang akan
dibahas dengan
memberikan
permasalahan-permasalahan untuk setiap indikator.
1. Bagaimana ciri-ciri larutan garam yang mengalami hidrolisis? 2. Mengapa larutan
garam ada yang bersifat netral, asam, dan basa?
3. Bagaimana cara menghitung larutan garam?
Memberikan prediksi atau jawaban sementara bedasarkan permasalahan yang diambil dari pengalaman siswa, atau buku panduan yang memuat suatu fenomena terkait materi yang akan dibahas.
Indikator 1
Menggolongkan garam yang mengalami hidrolisis dan tidak terhidrolisis
Indikator 2
Memberikan alasan suatu garam memiliki sifat yang berbeda
Menuliskan reaksi ionisasi dan reaksi ion terhidrolisis dari masing-masing garam yang sudah diketahui nilai pH Indikator 3
Menghitung pH larutan garam.
Observe Sebagai fasilitator dan mediator apabila siswa mengalami kesulitan dalam melakukan pembuktian.
Melakukan observasi atau pengamatan dengan melakukan eksperimen atau demonstrasi yaitu, Indikator 1
Menentukan pH dari masing-masing larutan yang apabila dicampur membentuk campuran larutan garam terhidrolisis dan campuran larutan garam tidak terhidrolisis.
Indikator 2
Menentukan sifat larutan garam dengan menggunakan kertas lakmus dan indikator universal
Indikator 3
Menentukan pH berbagai larutan garam dengan indikator universal. Kemudian siswa dituntut menggolong-nggolongkan, membuat dugaan, menjelaskan dan menarik kesimpulan dari eksperimen tersebut.
Explain Memfasilitasi jalannya diskusi apabila siswa mengalami kesulitan. Memberikan koreksi dan
penguatan pada prediksi dan hasil observasi siswa.
kelompok masing-masing.
Mempresentasikan hasil observasi di kelas, serta kelompok lain memberikan tanggapan, sehingga diperoleh kesimpulan dari permasalahan yang sedang dibahas. Indikator 1
Menentukan ciri-ciri larutan yang mengalami hidrolisis dari pengamatan, dan membenarkan hasil prediksi.
Indikator 2
Menentukan sifat garam yang terhidrolisis dan menuliskan persamaan reaksi ionisasi dari pengamatan, dan membenarkan hasil prediksi.
Indikator 3
2.8 Hipotesis Penelitian
Hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Ketercapaian kompetensi dasar siswa pada pembelajaran dengan menggunakan model POE lebih baik daripada model pembelajaran konvensional
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Penentuan Subyek Penelitian
3.1.1 Populasi Penelitian [image:50.595.175.445.303.391.2]Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA N 1 Tengaran kelas XI IPA semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 dengan perincian sesuai Tabel 3.1.
Tabel 3.1 Rincian Siswa Kelas XI IPA SMA N 1 Tengaran
Kelas Jumlah Siswa
XI-IPA 1 38
XI-IPA 2 37
XI-IPA 3 36
XI-IPA 4 36
Jumlah 147
3.1.2 Sampel Penelitian
Penentuan sampel (1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol) dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik cluster random sampling, yaitu memilih secara acak siswa dari populasi yang ada berdasarkan kelompok siswa yang telah terbentuk dalam kelas-kelas. Sampel dalam penelitian ini diambil dari siswa kelas XI IPA SMA N 1 Tengaran pada semester 2 tahun pelajaran 2013/2014.
Sebelum dilakukan pengambilan sampel, terlebih dahulu dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas untuk mengetahui keseragaman sampel. Data yang digunakan untuk uji normalitas dan uji homogenitas adalah nilai ulangan harian pada pokok bahasan sebelumnya kelas XI IPA SMA Negeri 1 Tengaran.
3.1.3 Variabel Penelitian 3.1.3.1 Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran kimia dengan model pembelajaran POE pada kelompok eksperimen dan pembelajaran kimia dengan model pembelajaran konvensional pada kelompok kontrol.
3.1.3.2 Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel sebagai akibat dari variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah ketercapaian kompetensi dasar siswa pada materi hidrolisis garam.
3.1.3.3 Variabel kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah guru mata pelajaran, jumlah jam mata pelajaran, dan materi yang diajarkan. Pembelajaran pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan oleh guru yang sama dengan jumlah jam mata pelajaran yang sama dan materi yang diajarkan sama yaitu hidrolisis garam.
3.2 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Desain Penelitian
Kelompok Keadaan Awal Perlakuan Keadaan Akhir Eksperimen Y1 X1 Y2
Kontrol Y1 X2 Y2 Keterangan:
X1 = perlakuan pada kelas eksperimen (pembelajaran yang menerapkan model pembelajaran POE)
X2 = pembelajaran kimia dengan menggunakan model konvensional Y1 = pretes
Y2 = postes
3.3 Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini terdiri empat tahap, dengan rincian sebagai berikut:
1. Tahap Pendahuluan
Tahap pendahuluan dilakukan untuk mengkaji permasalahan yang terjadi di sekolah serta mengkaji hasil penelitian sebelumnya terkait pembelajaran mengggunakan model pembelajaran POE.
2. Tahap Persiapan
Langkah-langkah yang dilakukan dalam tahap persiapan adalah:
a. penyusunan perangkat pembelajaran berupa silabus, rencana pelaksanaan pembelajaran, media slide presentation, dan LKS.
b. penyusunan instrumen dan dikonsultasikan dengan dosen pembimbing. c. melakukan uji coba soal untuk mengetahui validitas, realibilitas, tingkat
d. penentuan sampel melalui uji normalitas dan homogenitas dengan menggunakan nilai ulangan harian pada pokok bahasan sebelumnya.
3. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan meliputi:
a. Menentukan sampel sebanyak dua kelas dan dikelompokkan ke dalam dua kelas yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.
b. Melakukan pretes pada kedua sampel tersebut untuk mengetahui gambaran tentang kemampuan awal siswa sebelum diberikan perlakuan tentang materi yang akan dibahas.
c. Mengevaluasi hasilpretes.
d. Memberikan perlakuan kepada kelas eksperimen dan kelas kontrol, model pembelajaran POE diterapkan dalam kelas eksperimen dan model konvensional diterapkan dalam kelas kontrol.
e. Memberikan postes pada akhir proses belajar mengajar untuk mengukur ketercapaian kompetensi dasar siswa kelas kontrol dan eksperimen setelah diberikan perlakuan yang berbeda antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.
f. Evaluasi hasil postes dan membandingkan dengan hasil pretes untuk mengetahui peningkatan nilai hasil belajar.
4. Tahap Akhir
Tahap Akhir dalam penelitian ini adalah mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis data, melaporkan hasil penelitian, dan menarik kesimpulan. Secara garis besar prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Observasi
Uji Homogenitas
Pretes
Postes
Analisis Pembahasan
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan menerapkan
model pembelajaran POE Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) dengan menerapkan model pembelajaran secara
konvensional
Sampel
Kelas Eksperimen Menentukan Tempat dan Waktu Penelitian
Kelas Kontrol
Kesimpulan
Hasil dari kelas eksperimen: pretes, postes
Hasil dari kelas kontrol : pretes, postes
[image:54.595.107.505.216.694.2]Menentukan Populasi/Subyek Penelitian
3.4 Metode Pengumpulan Data
3.4.1 Jenis Data
Jenis data yang diambil dari penerapan model pembelajaran POE pada materi hidrolisis garam meliputi:
(1) data hasil belajar kognitif
(2) data kemampuan afektif dan psikomotorik siswa dalam kegiatan pembelajaran, dan
(3) data tanggapan siswa terhadap penerapan model pembelajaran POE pada materi hidrolisis garam.
3.4.2 Cara mengumpulkan data 3.4.2.1 Metode Dokumentasi
Dokumentasi, dari asal katanya dokumen, yang artinya barang-barang tertulis. Peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan rapat dan sebagainya untuk melaksanakan metode dokumentasi. (Arikunto, 2006:158). Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk menentukan nama-nama siswa anggota sampel dan daftar nilai ulangan sebelumnya pada mata pelajaran kimia SMA N 1 Tengaran kelas XI-IPA. Data nilai dan daftar nama ini digunakan untuk analisis tahap awal.
3.4.2.2 Metode Tes
Metode tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar kognitif siswa yang dikenai perlakuan, yaitu siswa yang diberikan pembelajaran dengan model pembelajaran POE dan siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional. Kemudian dibandingkan mana yang lebih baik tingkat ketercapain kompetensi dasar siswanya. Metode tes yang digunakan adalah pretes dan postes.
3.4.2.3 Metode Observasi
Observasi adalah kegiatan pemuatan perhatian terhadap suatu obyek dengan menggunakan seluruh alat indera. Metode observasi digunakan untuk menilai afektif pada proses pembelajaran dan psikomotorik pada praktikum. Instrumen yang digunakan pada metode ini adalah lembar observasi, yaitu lembar observasi yang berisi indikator-indikator yang dijadikan acuan untuk mengamati kemampuan siswa dari ranah afektif dan psikomotorik selama proses pembelajaran berlangsung.
3.4.2.4 Metode Angket
Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui. (Arikunto, 2006:151).
Angket digunakan untuk mengetahui tanggapan siswa mengenai pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran POE yang diberikan pada siswa di akhir seluruh pertemuan kegiatan pembelajaran.
3.5 Instrumen Penelitian
Silabus yang digunakan dalam penelitian ini disusun berdasarkan kurikulum KTSP. Silabus ini digunakan baik untuk kelas eksperimen maupun kelas kontrol. 3.5.1.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
Rencana pelaksanaan pembelajaran yaitu panduan langkah-langkah yang akan dilakukan oleh guru dalam kegitan pembelajaran yang disusun dalam skenario kegiatan. Rencana pelaksanaan pembelajaran disusun untuk setiap pertemuan yang terdiri dari tiga rencana pembelajaran, yang masing-masing dirancang untuk pertemuan selama 90 menit. RPP yang digunakan ada 2 yaitu RPP dengan model pembelajaran POE dan RPP dengan model pembelajaran konvensional.
3.5.1.3 Materi ajar
Materi ajar yang digunakan berupa hand out yang berisi subpokok bahasan kimia yaitu hidrolisis garam. Materi ajar digunakan untuk kedua kelas.
3.5.1.4 Media Slide Presentation
Media Slide Presentation digunakan untuk membantu dalam menyampaikan materi pembelajaran hidrolisis garam. Media ini digunakan untuk kedua kelas. 3.5.1.5 Lembar Kerja Siswa (LKS)
3.5.1.6 Soal Tes
Soal tes digunakan untuk menilai penguasaan kognitif siswa. Soal tes ini digunakan saat pretes (sebelum pembelajaran menggunakan model pembelajaran POE ataupun model konvensional) dan postes (setelah pembelajaran menggunakan model pembelajaran POE ataupun model konvensional).
3.5.1.7 Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk menilai ranah psikomotorik dan afektif siswa selama kegiatan pembelajaran di kedua kelas. Lembar observasi tersebut dilengkapi dengan rubrik penilaian.
3.5.1.8 Lembar Angket Tanggapan Siswa
Angket ini digunakan untuk mendapatkan tanggapan siswa tentang penerapan modelpembelajaranPOE pada materi hidrolisis garam.
3.5.2 Langkah-langkah Penyusunan Instrumen 3.5.2.1 Langkah-langkah Penyusunan silabus
(1) Mengisi kolom identitas
(2) Mengaji dan menentukan standar kompetensi (3) Mengaji dan menentukan kompetensi dasar (4) Mengidentifikasi materi pokok/pembelajaran (5) Mengembangkan kegiatan pembelajaran
(6) Menentukan indikator pencampaian kompetensi (7) Menentukan jenis penilaian
(8) Menentukan alokasi waktu
3.5.2.2 Langkah-langkah Penyusunan RPP
(1) Mencantumkan identitas
(2) Merumuskan tujuan pembelajaran (3) Menentukan materi pembelajaran (4) Menentukan metode pembelajaran (5) Menetapkan kegiatan pembelajaran (6) Memilih sumber belajar
(7) Menentukan penilaian
3.5.2.3 Langkah-langkah Penyusunan Handout
(1) Melakukan analisis kurikulum.
(2) Menentukan judul handout, disesuaikan dengan kompetensi dasar dan materi pokok yang akan dicapai.
(3) Mengumpulkan referensi sebagai bahan penulisan. Diutamakan referensi terkini dan relevan dengan materi pokoknya.
(4) Menulis handout dengan kalimat yang singkat padat namun jelas.
(5) Mengevaluasi hasil tulisan dengan cara dibaca ulang untuk menemukan kemungkinan kekurangan-kekurangan.
(6) Menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi. 3.5.2.4 Langkah-langkah Penyusunan Media Slide Presentation
(1) Membuat ide/gagasan/pemikiran
(2) Menganalisis kebutuhan dan karakteristik siswa (3) Merumuskan tujuan
(5) Menentukan jenis media
(6) Menentukan treatmen dan partisipasi siswa (7) Membuat skets/story board
(8) Menentukan bahan / alat yang digunakan (9) Pelaksanaan pembuatan media
(10)Penyuntingan
(11)Melaksanakan kegiatan dan mengevaluasi 3.5.2.5 Langkah-langkah Penyusunan LKS
(1) Analisis kurikulum untuk menentukan materi yang memerlukan bahan ajar. (2) Menyusun peta kebutuhan Lembar Kerja Siswa (LKS).
(3) Menentukan judul Lembar Kerja Siswa (LKS). (4) Penulisan Lembar Kerja Siswa (LKS)
a. Menentukan rumusan kompetensi dasar dan indikator dari pengembangan silabus.
b. Menyusun materi sesuai dengan indikator dari kompetensi dasar. 3.5.2.6 Langkah-langkah Penyusunan Uji Coba Soal
Langkah-langkah penyusunan uji coba soal adalah sebagai berikut:
(1) Mengadakan pembatasan dan penyesuaian bahan-bahan instrumen dengan kurikulum yaitu mata pelajaran kimia materi hidrolisis garam.
(2) Merancang soal pretest dan postes
b) Menentukan tipe atau bentuk tes.
Tipe tes yang digunakan berbentuk soal objektif (pilihan ganda). c) Menentukan komposisi jenjang.
Komposisi jenjang dari perangkat tes pada penelitian yang akan dilakukan terdiri dari 50 butir soal, yaitu:
Aspek C1 terdiri dari 7 butir soal = 14% Aspek C2 terdiri dari 11 butir soal = 22% Aspek C3 terdiri dari 19 butir soal = 38% Aspek C4 terdiri dari 13 butir soal = 26% (3) Menentukan kisi-kisi soal.
(4) Menyusun butir-butir soal. (5) Mengujicobakan soal.
(6) Menganalisis hasil uji coba, yaitu validitas, realibilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran perangkat tes yang digunakan.
3.5.2.7 Langkah-langkah Penyusunan Lembar Observasi Psikomotorik dan
Afektif
Langkah-langkah penyusunan instrumen lembar observasi adalah sebagai berikut :
(1) Menentukan aspek yang akan diamati dalam penilaian psikomotorik dan afektif.
(2) Menentukan tipe atau bentuk lembar observasi.
(4) Mengkonsultasikan lembar observasi psikomotorik yang telah tersusun kepada ahli yaitu dosen pembimbing.
3.5.2.8 Langkah-langkah Penyusunan Angket
Langkah-langkah penyusunan instrumen lembar angket adalah sebagai berikut:
(1) Menentukan indikator yang akan diamati untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran.
(2) Menentukan tipe atau bentuk angket respon yang berupa daftar rating scale
dengan jawaban sangat setuju, setuju, tidak setuju, sangat tidak setuju. (3) Menyusun aspek yang telah ditentukan dalam lembar angket.
(4) Mengkonsultasikan isi lembar angket yang telah tersusun kepada dosen pembimbing.
3.6 Analisis Instrumen Penelitian
3.6.1 Silabus, RPP dan Media Slide Presentation
Validitas Silabus, RPP dan Media Slide Presentation ini diukur berdasarkan
construct validity dengan pertimbangan ahli. Para ahli diminta pendapatnya tentang instrumen yang telah disusun. Para ahli dalam penelitian ini adalah dosen pembimbing.
3.6.2 Lembar Kerja Siswa (LKS)
Validasi LKS pada pembelajaran modelPOEoleh validator dosen maupun guru yang dianalisis menggunakan teknik deskriptif kualitatif dengan rumus berikut (Sudjiono, 2008)
P = 100% N
Keterangan:
P = presentase skor
f = jumlah skor yang diperoleh N = jumlah skor maksimum
Validator akan menjawab pertanyaan dengan memberi skor sesuai rubrik validasi (skor tertinggi=4 dan skor terendah=1). Penentuan kriteria validitas ditentukan dengan cara sebagai berikut (Sudjana, 2005)
a) Menentukan persentase skor ideal (skor maksimum), yaitu (4:4)x100% = 100%
b) Menentukan persentase skor terendah (skor minimum), yaitu (1:4)x100%= 25%
c) Menentukan range, yaitu 100 % - 25 % = 75 %
d) Menetapkan kelas interval, yaitu= 4 (sangat layak, layak, kurang layak, tidak layak)
e) Menentukan panjang interval, yaitu 75:4 = 18,75 %
Berdasarkan perhitungan di atas, maka rentang persentase dan kriteria kualitatif uji kelayakan media dapat ditetapkan pada Tabel 3.3
Tabel 3.3 Rentang Persentase dan Kriteria Kualitatif Uji Kelayakan Media Rentang persentase (%) Kriteria kualitatif
82% - 100% Sangat layak
63% - 81% Layak
44% - 62% Kurang Layak
25% - 43% Tidak Layak
kriteria yang diinginkan. Berdasarkan perhitungan validitas LKS pada Lampiran 25 diperoleh hasil seperti Tabel 3.4.
Tabel 3.4 Validitas LKS Model Pembelajaran POE
Jumlah Skor Presentase Skor Kriteria
Validator I 38 79,17 Layak
Validator II 39 81,25 Layak
Hasil tersebut menunjukkan bahwa Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan model pembelajaran POE dapat digunakan untuk penelitian, karena dari kedua validator diperoleh kriteria layak.
3.6.3 Tes Hasil Belajar 3.6.3.1 Validitas Soal
Perangkat soal tes harus memenuhi validitas isi dan validitas butir soal. Soal tes memenuhi validitas isi (content validity) apabila materinya telah disesuaikan dengan kurikulum yang sedang berlaku. Penyusunan kisi-kisi soal berdasarkan kurikulum sebagai pedoman dalam pembuatan soal tes, kemudia