• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.2 Hasil Analisis Data Tahap Akhir

4.2.2.3 Pencapaian Kompetensi Dasar Ranah Psikomotorik

Pencapaian kompetensi dasar siswa ranah psikomotorik diamati melalui pelaksanaan praktikum. Dalam penelitian ini, praktikum yang dilakukan tiga kali untuk kelas ekperimen dan satu kali untuk kelas kontrol. Pengolahan data hasil belajar psikomotorik menggunakan analisis kuantitatif dan deskriptif kualitatif.

Hasil analisis untuk data hasil psikomotorik kelas eksperimen juga mengalami peningkatan dari tiap pertemuannya yaitu pada pertemuan I sebesar 76,12, pertemuan II sebesar 80,03 dan pertemuan III sebesar 86,18. Nilai rata-rata untuk kelas ekperimen sebesar 80,77 dan kelas kontrol sebesar 76,56 yang berarti kelas eksperimen mempunyai rata-rata nilai yang lebih tinggi daripada kelas

kontrol. Hal ini dapat dilihat juga hasil perhitungan uji perbedaan rata-rata (uji dua pihak) yang menunjukkan bahwa t‟hitung (3,85) lebih besar daripada t‟kritisnya (0,063) dan t‟kritisnya (-0,063) kurang dari thitung sehingga terdapat perbedaan ketercapaian kompetensi dasar siswa pada ranah psikomotorik antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol. Pada hasil perhitungan uji rata-rata satu pihak kanan (uji satu pihak) yang menunjukkan bahwa t‟hitung (4,00) lebih besar daripada t‟kritis (0,063) yang berarti bahwa rata-rata hasil belajar kimia ranah psikomotorik siswa yang diberi pembelajaran dengan model pembelajaran POE lebih baik daripada siswa yang diberi pembelajaran dengan model konvensional.

Kelas eksperimen juga memperoleh skor tiap aspek psikomotorik yang lebih tinggi daripada kelas kontrol. Kelas eksperimen memperoleh rata-rata nilai dari seluruh aspek sebesar 3,20 sedangkan kelas kontrol sebesar 3,06. Pada aspek pertama yaitu, persiapan siswa dalam melaksanakan praktikum, kelas eksperimen mendapat hasil yang lebih unggul dengan memperoleh rata-rata nilai sebesar 2,81 (kriteria tinggi) sedangkan kelas kontrol hanya memperoleh rata-rata nilai sebesar 2,42 (kriteria cukup). Aspek kedua yaitu kecakapan menggunakan pipet tetes, antara kedua kelas sampel sama-sama berada dalam kriteria sangat tinggi, tetapi secara kuantitatif kelas eksperimen memperoleh rata-rata nilai yang lebih tinggi daripada kelas kontrol. Aspek ketiga yaitu kemampuan siswa menggunakan kertas lakmus kelas eksperimen memperoleh rata-rata nilai sebesar 3,39 dengan kriteria sangat tinggi sedangkan kelas eksperimen memperoleh rata-rata nilai sebesar 3,18 dengan kriteria tinggi. Hal ini menunjukkan pada aspek-aspek ini kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol, disebabkan karena pada kelas

eksperimen, intensitas melaksanakan kegiatan praktikum lebih banyak, sehingga siswa sudah memahami peraturan di laboratorium dan juga terbiasa menggunakan alat-alat laboratorium.

Hal yang sama juga terjadi pada aspek kemampuan siswa dalam mengukur pH larutan menggunakan indikator universal yaitu pada aspek ini kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Ini terjadi karena pada kelas eksperimen pembelajaran menekankan pengalaman langsung dengan kegiatan praktikum di laboratorium. Sementara itu pada aspek kecakapan melakukan percobaan, kebersihan dan kerapian tempat alat percobaan, kemampuan siswa dalam membuat laporan serta kemampuan siswa dalam dinamika kelompok kedua kelas dalam kriteria tinggi tetapi secara kuantitatif kelas eksperimen lebih unggul daripada kelas kontrol. Hal ini dikarenakan oleh siswa yang cenderung dibiasakan melakukan pengamatan di ruang laboratorium sehingga siswa lebih terampil dalam melakukan pengamatan. Adanya kegiatan praktikum ini memberikan peluang siswa untuk memeriksa dan menguji secara langsung, sehingga teori dan konsep akan lebih bermakna pada ranah kognitif siswa (Abrahams & Robin, 2008).

Berdasarkan uraian di atas, secara kuantitatif maupun secara kualitatif dapat disimpulkan bahwa hasil belajar ranah psikomotorik pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol.

Pembahasan ketiga ranah hasil belajar dari kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat disimpulkan bahwa dalam penelitian ini, ketercapaian kompetensi

dasar siswa yang mendapatkan pembelajaran dengan menggunakan model POE lebih baik daripada pembelajaran dengan menggunakan model konvensional. 4.2.3 Hasil Angket

Berdasarkan analisis hasil angket tanggapan siswa terhadap pembelajaran yang telah dilakukan pada kelas eksperimen dengan pembelajaran POE menunjukkan bahwa siswa kelas eksperimen memberikan respon yang positif terhadap pembelajaran dengan model pembelajaran POE.

Berdasarkan respon siswa, pada tanggapan pertama sebanyak 29 siswa menyatakan setuju dan 6 siswa lainya menyatakan sangat setuju jadi sebanyak 35 siswa merasa senang dan termotivasi mengikuti pelajaran kimia yang menerapkan model pembelajaran POE karena model pembelajaran POE yang belum pernah diterapkan di kelas ini terdapat metode diskusi dan praktikum, sehingga minat siswa dalam mengikuti pelajaran kimia menjadi tinggi. Pada tanggapan kedua sebanyak 27 siswa dari 36 siswa menyatakan mudah memahami materi hidrolisis garam yang disampaikan melaui model pembelajaran POE. Hal ini dikarenakan model pembelajaran POE mengajak siswa untuk sama-sama menemukan pengetahuan sendiri melalui praktikum sehingga dapat mudah diinggat.

Pada tanggapan ketiga sebanyak 27 siswa siswa menyatakan model pembelajaran POE memotivasi mereka untuk aktif dalam membuat pertanyaan, berbeda dengan tanggapan yang keempat, memperoleh hasil yang lebih banyak yaitu sebanyak 32 siswa menyatakan model pembelajaran POE memotivasi mereka untuk aktif menanggapi pertanyaan/masalah yang ada. Hal ini dikarenakan setiap individu siswa mempunyai perbedaan pemikiran ataupun

pendapat mengenai jawaban-jawaban atas prediksi ataupun hasil pengamatan yang dilakukan, sehingga siswa akan lebih aktif untuk menanggapai masalah yang ada.

Selanjutnya pada tanggapan kelima sebanyak 25 siswa menyatakan kegiatan memprediksi, seperti membaca materi dan mengerjakan soal sebelum pelajaran dimulai membantu mereka dalam memahami materi hidrolisis garam, Hal ini menunjukkan dengan membaca materi dan mengerjakan soal dapat menambah pengetahuan awal siswa sehingga setelah disampaikan materi secara keseluruhan siswa akan lebih memahami. Sementara itu pada tanggapan selanjutnya sebanyak 29 siswa menyatakan model pembelajaran POE dapat membuat perhatian mereka dengan baik dalam mengikuti pelajaran karena bisa mengalami secara langsung melalui kegiatan praktikum. Selanjutnya tanggapan akhir menyatakan sebanyak 28 siswa menyatakan penerapan model pembelajaran POE juga baik diterapkan pada materi pelajaran lain.

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Ketercapaian kompetensi dasar siswa pada pembelajaran kimia dengan model POE lebih baik daripada menggunakan model pembelajaran konvensional dengan hitung sebesar 2,00 yang berarti lebih dari nilai t-kritisnya dengan taraf signifikansi 5%.

2. Pembelajaran kimia dengan model POE dapat meningkatkan ketercapaian kompetensi dasar siswa.

3. Besarnya peningkatan ketercapaian kompetensi dasar siswa pada ranah kognitif sebesar 0,60 dengan kriteria sedang.

4. Siswa memberikan kesan yang positif terhadap model pembelajaran POE.

B. Saran

Saran yang dapat disampaikan terkait penelitian ini sebagai berikut :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai model pembelajaran POE agar dapat digunakan sebagai alternatif untuk meningkatkan ketercapaian kompetensi dasar siswa.

2. Guru agar lebih kreatif dalam memilih materi-materi apa saja yang dapat disampaikan dengan model pembelajaran POE.

Dokumen terkait