• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM BERDASARKAN STRATEGI EVALUASI MODEL PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM BERDASARKAN STRATEGI EVALUASI MODEL PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE)."

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model Predict-Observe-Explain (POE)

PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM BERDASARKAN STRATEGI EVALUASI

MODEL PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Kimia

Oleh

Fareka Kholidanata

0900122

JURUSAN PENDIDIKAN KIMIA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

Fareka Kholidanata, 2013

(3)

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model Predict-Observe-Explain (POE)

PROFIL MODEL MENTAL SISWA PADA MATERI HIDROLISIS GARAM

BERDASARKAN STRATEGI EVALUASI MODEL PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE)

Oleh

Fareka Kholidanata

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Fareka Kholidanata 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

September 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(4)

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model Predict-Observe-Explain (POE)

FAREKA KHOLIDANATA

PROFIL MODEL MENTAL SISWA

PADA MATERI HIDROLISIS GARAM BERDASARKAN STRATEGI EVALUASI MODEL PREDICT-OBSERVE-EXPLAIN (POE)

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING:

Pembimbing I,

Wiji, M.Si

NIP. 1972 0430 2001 12 1001

Pembimbing II,

Galuh Yuliani, Ph. D NIP. 1980 0725 2001 12 2001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA UPI

(5)

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model ABSTRAK

Penelitian yang telah dilakukan berjudul “Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model Predict-Observe-Explain (POE)”. Subjek dalam penelitian ini adalah 38 orang siswa kelas XII di salah satu SMA kota Bandung. Penelitian bertujuan untuk memperoleh profil model mental siswa pada materi hidrolisis garam. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan instrumen tes diagnostik model mental berdasarkan strategi evaluasi model POE. Siswa diminta untuk memprediksi, mengamati, dan menjelaskan fenomena hidrolisis garam dengan mempertautkan ketiga level representasi kimia yaitu makroskopik, sub-mikroskopik, dan simbolik. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar siswa memiliki model mental benar sebagian dalam proses memprediksi sifat asam-basa dari larutan garam (NH4)2SO4 dan (NH4)H2PO4 pada level sub-mikroskopik dan

simbolik. Seluruh siswa memiliki model mental yang sesuai dengan model mental konsensus dan target dalam proses mengamati level makroskopik pada demonstrasi pembuktian sifat asam-basa dari larutan garam (NH4)2SO4 dan

(NH4)H2PO4. Sebagian besar siswa memiliki model mental benar sebagian dalam

proses menjelaskan fenomena hidrolisis garam (NH4)2SO4 dan (NH4)H2PO4.

Siswa mengalami kesulitan dalam menjelaskan level sub-mikroskopik dari fenomena hidrolisis garam sehingga tidak ada siswa yang memiliki model mental sesuai dengan model mental target. Dalam proses menjelaskan fenomena hidrolisis garam, siswa juga mengalami kesulitan untuk mempertautkan ketiga level representasi kimia.

Kata Kunci: Model Mental, Representasi Kimia, Hidrolisis Garam, Predict,

Observe, Explain

ABSTRACT

Research has been conducted entitled “Profile Of Students’ Mental Models in Salt

Hydrolysis Materials Based On Predict-Observe-Explain (POE) Model Evaluation

Strategy”. Subjects in this study were 38 students of class XII at one high school in Bandung. The objective was to obtain a profile of students’ mental models in

salt hydrolysis material. The method used in this research is descriptive method with the diagnostic test of mental model based on POE model evaluation strategy. Students were asked to predict, observe, and explain the phenomenon of salt hydrolysis by connecting the three levels of chemical representation such as macroscopic, sub-microscopic, and symbolic level. The results showed that most students in the process of predicting acid-base properties of (NH4)2SO4 and

(NH4)H2PO4 salt solutions at sub-microscopic and symbolic levels have a partially

correct of mental model. All students have an appropriate mental model like concensus and target mental model in the process of observing the macroscopic level at demonstration of acid-base properties of (NH4)2SO4 and (NH4)H2PO4 salt

(6)

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model

of explaining the phenomenon of (NH4)2SO4 and (NH4)H2PO4 salt hydrolysis.

Students have difficulty in explaining the sub-microscopic level of salt hydrolysis phenomenon so that no student who has a mental model in accordance with the target mental model. In the process of explaining the phenomenon of salt hydrolysis, the students also have difficulties to make the connection between three levels of chemical representation.

(7)

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model Predict-Observe-Explain (POE)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………... i

KATA PENGANTAR ……….. ii

UCAPAN TERIMAKASIH ………... iii

DAFTAR ISI ……….... iv

DAFTAR TABEL ……….... vii

DAFTAR GAMBAR ……… ix

DAFTAR LAMPIRAN ……….... xi

BAB I PENDAHULUAN ……….... 1

A. Latar Belakang Penelitian……….. 1

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah………. 4

C. Tujuan Penelitian…...……… 5

D. Manfaat Penelitian ……… 5

E. Struktur Organisasi Skripsi……… 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………... 8

A. Pengertian dan Pengelompokan Model Mental..………... 8

B. Representasi Kimia Sebagai Gambaran Model Mental.……... 12

C. Cara Menggali Model Mental...……… 15

D. Tes Diagnostik Model Mental Berdasarkan Strategi Evaluasi Model POE………... 22

E. Hidrolisis Garam.……….. 23

1. Garam yang Berasal dari Asam Kuat dan Basa Kuat ………… 27

2. Garam yang Berasal dari Asam Lemah dan Basa Lemah …….. 28

F. Penelitian Terdahulu Yang Relevan ………. 31

BAB III METODE PENELITIAN ………. 33

A. Metode Penelitian………. 33

(8)

v

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model Predict-Observe-Explain (POE)

C. Lokasi dan Subjek Penelitian……… 34

D. Definisi Operasional………. 34

E. Instrumen Penelitian………. 37

F. Proses Pengembangan Instrumen………. 38

G. Teknik Pengumpulan Data……… 39

H. Analisis Data………. 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 48 A. Profil Model Mental Siswa pada Hidrolisis Garam yang Berasal dari Asam Kuat dan Basa Lemah ……… 48

1. Profil Model Mental Siswa dalam Memprediksi Sifat Asam-Basa dari Larutan Garam (NH4)2SO4 dan Memberikan Penjelasan Alasannya ……… 48

2. Profil Model Mental Siswa dalam Mengamati Demonstrasi Percobaan Pembuktikan Sifat Asam-Basa dari Larutan Garam (NH4)2SO4 dengan Kertas Lakmus Biru dan Merah serta Mengkaitkannya dengan Prediksi Awal ……….. 53

3. Profil Model Mental Siswa dalam Menjelaskan Fenomena Hidrolisis Garam (NH4)2SO4 ……….. 58

B. Profil Model Mental Siswa pada Hidrolisis Garam yang Berasal dari Asam Lemah dan Basa Lemah ……… 68

1. Profil Model Mental Siswa dalam Memprediksi Sifat Asam-Basa dari Larutan Garam NH4(H2PO4) dan Memberikan Penjelasan Alasannya ……… 68

2. Profil Model Mental Siswa dalam Mengamati Demonstrasi Percobaan Pembuktikan Sifat Asam-Basa dari Larutan Garam NH4(H2PO4) dengan Kertas Lakmus Biru dan Merah serta Mengkaitkannya dengan Prediksi Awal ……... 73

(9)

vi

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model Predict-Observe-Explain (POE)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...……… 91

A. Kesimpulan……… 91

B. Saran ………. 92

DAFTAR PUSTAKA ……….. 93

(10)

Fareka Kholidanata, 2013

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar BelakangPenelitian

Saat ini menghafal fenomena, fakta, atau konsep kimia telah menjadi

rutinitas dalam kehidupan siswa (Widiastuti, 2010). Menurut Suyono (2009),

paradigma baru dalam pembelajaran kimia adalah lebih banyak mempelajari

konsep-konsep dan prinsip-prinsip kimia secara verbalistis, hafalan, serta

pengenalan rumus-rumus. Sebagian besar siswa mampu menjawab fenomena

kimia dengan benar tanpa mengetahui dan menggunakan konsep yang telah

dipelajari berkaitan dengan fenomena tersebut (Boo, 2001). Hasil penelitian yang

telah dilakukan oleh Sunyono (2009) menunjukan rendahnya hasil belajar siswa

akibat kurangnya pemahaman tentang konsep-konsep kimia. Siswa cenderung

menghafal fenomena, fakta, atau konsep kimia karena kimia adalah mata

pelajaran yang tidak mudah untuk dipahami. Banyak siswa berpendapat bahwa

kimia itu terlalu sulit, abstrak, matematikal, dan hanya untuk siswa yang pintar

saja (Sunyono, 2009). Hasil penelitian lainnya juga menunjukan bahwa kimia itu

membosankan (Chittleborough, 2004).

Salah satu penyebab mata pelajaran kimia dianggap tidak mudah dipahami

sehingga cenderung dihafal bisa diakibatkan oleh faktor guru (Chittleborough,

2004). Banyak guru di sekolah yang tidak mengintegrasikan ketiga level

representasi kimia yaitu makroskopik, sub-mikroskopik, dan simbolik di dalam

pembelajaran. Seringkali ditemukan guru yang hanya menekankan level simbolik

saja, tanpa dikaitkan dengan fenomena alam dan pengalaman siswa sehari-hari

sebagai level makroskopik, serta penjelasannya sebagai level sub-mikroskopik.

Level sub-mikroskopik dan simbolik adalah dua level yang bersifat abstrak dan

tidak dialami secara langsung oleh siswa. Hal inilah yang mengakibatkan ilmu

kimia dianggap sebagai ilmu yang tidak mudah dipahami sehingga cenderung

dihafal oleh siswa (Dhindsa dan Treagust, 2009).

Fenomena menghafal juga dapat terjadi karena guru mengembangkan alat

(11)

2

Fareka Kholidanata, 2013

pemahamannya. Kebanyakan guru menyajikan persoalan kimia yang hanya

menekankan pada penggunaan rumus atau persamaan matematika lainnya

(Jansoon, 2009). Oleh karena itu, siswa cenderung hanya menghafal rumus,

persamaan matematika atau level simbolik lainnya daripada memahami konsep

dari materi tersebut (Widiastuti, 2010). Hal ini sebagaimana berhasil terungkap

oleh penelitian Bunce (1991) dalam Jansoon (2009) bahwa siswa seringkali dapat

menyelesaikan persoalan kimia yang melibatkan level simbolik saja, tetapi hal ini

bukan berarti menandakan bahwa siswa tersebut juga memahami konsep yang

berkaitan dengan materi pada soal yang diujikan.

Fungsi alat evaluasi dalam pembelajaran adalah untuk mengetahui

keberhasilan proses belajar-mengajar di sekolah. Hal ini dapat dilihat dari tingkat

pencapaian siswa pada kompetensi yang dipersyaratkan sebagaimana terjabarkan

dalam indikator pencapaian (Poerwanti, 2008). Jadi evaluasi dimaksudkan untuk

melihat sejauh mana pemahaman siswa terhadap sesuatu bukan hanya sekedar

hafalannya. Jika dalam pengembangan alat evaluasi melibatkan ketiga level

representasi kimia, maka yang akan terungkap bukan hanya sekedar hafalan tetapi

merupakan pemahaman yang sebenarnya dimiliki oleh siswa tentang suatu

fenomena.

Salah satu alat evaluasi yang dapat dikembangkan dengan

mengintegrasikan ketiga level representasi kimia adalah tes berdasarkan strategi

evaluasi model POE. Dewasa ini, dalam evaluasi perlu melibatkan pengalaman

langsung berupa kegiatan memprediksi terhadap pola-pola apa yang mungkin

dapat diamati. Selain itu, kegiatan yang dapat melatih siswa untuk

mengkomunikasikan atau menjelaskan keterkaitan antara prediksi dengan hasil

observasi seperti dalam strategi evaluasi model POE, menyebabkan pemahaman

siswa menjadi lebih bermakna bukan hanya sekedar hafalan.

Kemampuan siswa dalam memahami dan menguraikan ketiga level

representasi kimia merefleksikan model mental yang dimilikinya (Chittleborough,

2004). Model mental yang dimiliki oleh siswa dapat berupa suatu model mental

yang utuh ataupun tidak utuh. Beberapa penelitian menunjukan bahwa, ada

(12)

3

Fareka Kholidanata, 2013

suatu fenomena kimia (Chittleborough, 2002). Guru perlu memahami model

mental siswa untuk dapat merancang suatu strategi pembelajaran yang tepat agar

pembelajaran menjadi lebih efektif dan mudah dipahami sehingga tidak cenderung

dihafal oleh siswa (Coll, 2008).

Beberapa penelitian telah dilakukan oleh para ahli dalam mengungkap

model mental siswa berdasarkan strategi evaluasi model POE. Borgers dan Gilbert

(1999) dalam Wang (2007) melakukan penelitian terhadap model mental siswa

berdasarkan strategi evaluasi model POE pada materi listrik, sedangkan Chiu,

Chou dan Liu (2002) dalam Wang (2007) melakukan penelitian terhadap model

mental siswa berdasarkan strategi evaluasi model POE pada materi kesetimbangan

kimia. Selanjutnya, Khanthavy dan Yuenyong (2009) melakukan penelitian

terhadap model mental siswa berdasarkan strategi evaluasi model POE pada

materi gaya dan gerak.

Salah satu topik kimia yang dapat menerapkan strategi evaluasi model

POE adalah hidrolisis garam. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Ayas dan

Demircioğlu (2005), ditemukan banyaknya siswa yang memiliki miskonsepsi

pada materi hidrolisis garam. Guru harus mengetahui model mental siswa

sehingga dapat meluruskan miskonsepsi yang telah terjadi dan merancang suatu

strategi pembelajaran yang tepat sehingga tidak ada lagi miskonsepsi yang

berkelanjutan. Selanjutnya, studi pendahuluan yang dilakukan di salah satu SMA

kota Bandung menunjukan hasil bahwa, siswa mempunyai pemahaman yang

rendah tentang konsep-konsep inti dari materi hidrolisis garam yang

mengakibatkan banyaknya timbul miskonsepsi dan kesulitan belajar. Siswa bisa

menghitung pH suatu larutan garam yang merupakan level simbolik dengan benar,

tetapi tidak memahami secara utuh makna keterkaitannya dengan level

makroskopik dan sub-mikroskopik dari nilai pH tersebut. Hal ini mencerminkan

bahwa model mental siswa tidak utuh.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diperlukan suatu penelitian

mengenai profil model mental siswa pada materi hidrolisis garam secara deskriptif

yang akan diungkap melalui tes diagnostik model mental berdasarkan strategi

(13)

4

Fareka Kholidanata, 2013

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang penelitian ini dapat teridentifikasi

bahwa, siswa memiliki miskonsepsi dan kesulitan pada materi hidrolisis garam.

Pada materi ini, siswa cenderung hanya menghafal, dijejali dengan rumus-rumus,

dan perhitungan matematika untuk menyelesaikan soal-soal. Padahal materi

dimateri hidrolisis garam ini diperlukan kemampuan siswa untuk mempertautkan

ketiga level representasi agar memiliki pemahaman yang utuh.

Model mental siswa pada materi hidrolisis garam dapat direfleksikan dari

kemampuannya dalam memahami dan menguraikan ketiga level representasi

kimia yang berkaitan dengan materi tersebut. Pengetahuan tentang model mental

siswa dapat digunakan oleh guru untuk menetapkan strategi pembelajaran yang

tepat agar proses kegiatan belajar dan mengajar menjadi efektif (mengatasi

miskonsepsi dan kesulitan yang dialami oleh siswa) serta menghindari fenomena

menghafal yang terjadi di kalangan siswa. Oleh karena itu, diperlukan suatu alat

evaluasi untuk menggali model mental siswa yang melibatkan ketiga level

representasi kimia. Salah satu alat evaluasi yang dapat digunakan adalah tes

model mental berdasarkan strategi evaluasi model POE.

Berdasarkan uraian, maka rumusan masalah penelitian ini difokuskan pada

upaya untuk memperoleh gambaran tentang, "Bagaimana profil model mental

siswa pada materi hidrolisis garam berdasarkan strategi evaluasi model POE?"

Rumusan masalah tersebut masih bersifat umum sehingga perlu dirinci ke

dalam bentuk-bentuk pertanyaan penelitian yaitu:

1. Bagaimana profil model mental siswa pada materi hidrolisis garam yang

berasal dari asam kuat dan basa lemah berdasarkan strategi evaluasi model

POE?

2. Bagaimana profil model mental siswa pada materi hidrolisis garam yang

berasal dari asam lemah dan basa lemah berdasarkan strategi evaluasi model

(14)

5

Fareka Kholidanata, 2013

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dipaparkan, penelitian ini

memiliki tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran

tentang profil model mental siswa pada materi hidrolisis garam berdasarkan

strategi evaluasi model POE.

Tujuan penelitian tersebut masih bersifat umum sehingga perlu dirinci ke

dalam penelitian yaitu:

1. Memperoleh profil model mental siswa pada materi hidrolisis garam yang

berasal dari asam kuat dan basa lemah berdasarkan strategi evaluasi model

POE.

2. Memperoleh profil model mental siswa pada materi hidrolisis garam yang

berasal dari asam lemah dan basa lemah berdasarkan strategi evaluasi model

POE.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi sekolah, yaitu dapat memberikan sumbangan, pemikiran, dan masukan

dalam menentukan alternatif strategi pembelajaran di sekolah untuk

meningkatkan mutu pendidikan.

2. Bagi guru, yaitu mengetahui profil model mental siswa pada materi hidrolisis

garam yang dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan

strategi yang dikembangkan dalam kegiatan belajar dan mengajar.

3. Bagi siswa, yaitu:

a. Meningkatkan pemahaman siswa pada materi hidrolisis garam.

b. Melatih kemampuan siswa dalam mengaitkan ketiga level representasi

kimia pada materi hidrolisis garam.

4. Bagi mahasiswa jurusan pendidikan kimia, yaitu menambah pengetahuan dan

pemahaman mengenai profil model mental siswa pada materi hidrolisis garam

berdasarkan strategi evaluasi model POE.

5. Bagi peneliti, yaitu menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya dalam

(15)

6

Fareka Kholidanata, 2013

E. Struktur Organisasi Skripsi

Skripsi ini terdiri dari lima bab. Bab pertama menyajikan hal-hal yang

berkaitan dengan pendahuluan dalam penelitian skripsi yang dilakukan. Adapun

bab kedua merupakan kajian pustaka yang berkaitan dengan penelitian skripsi

yang dilakukan. Sementara bab ketiga memaparkan hal-hal yang berhubungan

dengan metode penelitian skripsi yang dilakukan. Kemudian, bab keempat

menjelaskan tentang hasil dan pembahasan dari penelitian skripsi yang dilakukan

berdasarkan data-data yang diperoleh dari lapangan. Dan bab terakhir menyajikan

kesimpulan dan saran yang diperoleh dari penelitian skripsi yang dilakukan.

Setiap bab terdiri dari bagian bab yang disusun secara terstruktur sesuai

dengan penelitian yang dilakukan. Bab I Pendahuluan terdiri dari lima bagian bab

yaitu latar belakang penelitian, identifikasi dan perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan struktur organisasi skripsi. Sementara itu, Bab

II Kajian Pustaka terdiri dari enam bagian bab yaitu pengelompokan model

mental, representasi kimia sebagai gambaran model mental, cara menggali model

mental, tes diagnostik model mental berdasarkan strategi evaluasi model POE,

materi hidrolisis garam khususnya garam yang berasal dari asam kuat dan basa

lemah serta garam yang berasal dari asam lemah dan basa lemah, dan penelitian

terdahulu yang relevan. Lalu Bab III Metode Penelitian terdiri dari delapan bagian

bab yaitu metode penelitian, desain penelitian, lokasi dan subjek penelitian,

definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen,

teknik pengumpulan data, dan analisis data.

Sementara itu, Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang terdiri dari

dua bagian yaitu profil model mental siswa pada materi hidrolisis garam

khususnya garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah serta garam yang

berasal dari asam lemah dan basa lemah. Profil model mental siswa pada materi

hidrolisis garam yang berasal dari asam kuat dan basa lemah terdiri dari tiga

bagian yaitu model mental siswa dalam memprediksi sifat asam-basa dari larutan

garam (NH4)2SO4, model mental siswa dalam mengamati demonstrasi pembuktian

sifat asam-basa dari larutan garam (NH4)2SO4, dan model mental siswa dalam

(16)

7

Fareka Kholidanata, 2013

model mental siswa pada materi hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah

dan basa lemah yang juga terdiri dari tiga bagian yaitu model mental siswa dalam

memprediksi sifat asam-basa dari larutan garam NH4(H2PO4), model mental siswa

dalam mengamati demonstrasi pembuktian sifat asam-basa dari larutan garam

NH4(H2PO4), dan model mental siswa dalam menjelaskan fenomena hidrolisis

garam NH4(H2PO4). Lalu Bab V Kesimpulan dan Saran terdiri dari dua bagian

(17)

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif. Metode

deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dimaksudkan untuk

menggambarkan fenomena-fenomena yang berlangsung pada saat ini atau di masa

lampau. Penelitian deskriptif, bisa mendeskripsikan sesuatu keadaan saja atau

keadaan dalam tahapan-tahapan perkembangannya (Wersma dan Stephen, 2009).

Penelitian deskriptif ini telah menggambarkan dan menginterpretasikan

arti data-data yang telah terkumpul, sehingga memperoleh gambaran secara umum

dan menyeluruh tentang keadaan sebenarnya.

B. Desain Penelitian

Desain dalam penelitian ini menggambarkan secara terperinci mengenai

profil model mental siswa pada materi hidrolisis garam khususnya garam yang

berasal dari asam kuat dan basa lemah serta garam yang berasal dari asam lemah

dan basa lemah berdasarkan strategi evaluasi model POE. Pada penelitian ini

dibutuhkan siswa yang telah mempelajari materi hidrolisis garam sebagai subjek

penelitian. Selanjutnya, diberikan tes diagnostik model mental berdasarkan

strategi evaluasi model POE kepada siswa tersebut. Jawaban siswa mencerminkan

model mental yang dimilikinya. Kemudian, jawaban siswa untuk setiap soal

dibandingkan dengan model mental target dan dikelompokan ke dalam lima tipe

model mental sebagaimana hasil uji coba dan kajian literatur. Kelima tipe model

mental tersebut adalah model mental tidak ada tanggapan, model mental

miskonsepsi, model mental benar sebagian, model mental konsensus, dan model

mental target. Selanjutnya, jawaban siswa pada masing-masing tipe model mental

dihitung jumlahnya, dikonversikan ke dalam bentuk persentase, dan disajikan

dalam bentuk diagram batang. Berdasarkan analisis terhadap data yang disajikan

(18)

34

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model

pada materi hidrolisis garam berdasarkan strategi evaluasi model POE. Adapun

alur dari penelitian yang dilakukan dapat dilihat pada Gambar 3.1.

C. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian ini dilakukan di salah satu SMA di kota Bandung. Subjek dalam

penelitian ini adalah siswa yang telah mempelajari materi hidrolisis garam.

Jumlah siswa yang dijadikan sampel yaitu 38 siswa kelas XII. Surat izin penelitian

terlampir pada Lampiran 7, sedangkan dokumentasi penelitian terlampir pada

Lampiran 8. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan

teknik sampel tak acak (nonprobability sampling). Teknik ini tidak memberikan

kesempatan atau peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk

dipilih menjadi anggota sampel. Jenis teknik sampel tak acak yang digunakan

adalah teknik snowball sampling. Snowball sampling adalah teknik penentuan

sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian sampel ini memilih

teman-temannya untuk dijadikan sampel lanjutan sehingga jumlah sampel semakin

banyak, ibarat bola salju yang menggelinding, makin lama makin besar

(Sugiyono, 2002).

D. Definisi Operasional

Dalam rangka menghindari kesalahan penafsiran terhadap istilah-istilah

yang digunakan dalam penelitian ini, maka diperlukan penjelasan mengenai

beberapa hal yaitu:

1. Profil adalah ikhtisar yang memberikan fakta-fakta tentang hal-hal khusus

(KBBI, 2008).

2. Model mental adalah representasi internal mengenai objek atau ide selama

proses berpikir kognitif siswa berjalan. Siswa menggunakan model mentalnya

untuk memberikan alasan, menggambarkan, menerangkan, dan memprediksi

suatu fenomena. Selain itu, siswa juga dapat menggunakan model mental

dalam ungkapan atau bentuk lainnya seperti verbal, deskripsi, diagram,

simulasi, atau model nyata lainnya untuk menyelesaikan masalah dan

(19)

35

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model

3. Hidrolisis adalah reaksi yang terjadi antara suatu senyawa dengan air yang

membentuk reaksi kesetimbangan. Sementara garam adalah senyawa yang

mengandung ion logam (kation) dan ion sisa asam (anion) (HAM, 2007). Oleh

karena itu, hidrolisis garam adalah reaksi antara air dengan kation dan/atau

reaksi antara air dengan anion.

4. POE adalah singkatan dari Predict-Observe-Explain. POE dapat diaplikasikan

dalam strategi evaluasi pembelajaran yang melibatkan ketiga level

representasi kimia (Khanthavy dan Yuenyong, 2009; Wang, 2007).

5. Tes diagnostik adalah salah satu jenis tes yang dapat digunakan untuk

melihat/mengevaluasi kemampuan siswa dalam menggunakan ketiga level

representasi kimia untuk menggambarkan dan menjelaskan suatu fenomena

kimia (Chandrasegaran, 2007).

6. Model mental tidak ada tanggapan adalah salah satu tipe model mental siswa

yang tidak memiliki respon dan penjelasan apapun terhadap soal (Sendur,

2010).

7. Model mental miskonsepsi adalah salah satu tipe model mental siswa yang

memiliki respon atau penjelasan dimana mengandung konsep yang tidak dapat

diterima kebenarannya secara keilmuan (Sendur, 2010).

8. Model mental benar sebagian adalah salah satu tipe model mental siswa yang

sudah memiliki sebagian konsep yang benar secara keilmuan atau tidak

lengkap (Sendur, 2010).

9. Model mental konsensus adalah salah satu tipe model mental siswa yang

sudah memiliki konsep yang lengkap dan benar secara keilmuan serta sesuai

dengan model mental yang dimiliki oleh guru (Gilbert, 2004; Wang, 2007).

10.Model mental target adalah salah satu tipe model mental siswa yang sudah

memiliki konsep yang lengkap dan benar secara keilmuan serta sesuai dengan

(20)

36

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model

Gambar 3.1 Alur Penelitian Menganalisis data

Profil model mental siswa pada materi hidrolisis garam berdasarkan strategi evaluasi model POE

Tidak ada tanggapan

Miskonsepsi Benar sebagian

Konsensus Target Ya

Tipe model mental siswa Data penelitian

Melaksanakan tes diagnostik untuk menggali model mental

Memprediksi (predict)

Mengamati (observe)

Menjelaskan (explain) Tidak

Studi kepustakaan mengenai karakteristik ilmu

kimia dan model mental

Menentukan pokok bahasan, analisis konten serta analisis SK dan KD

dalam standar isi KTSP 2006

Mengembangkan indikator soal

Mengembangkan tes diagnostik model mental berdasarkan strategi evaluasi model POE

Valid Revisi

(21)

37

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes diagnostik

model mental berdasarkan strategi evaluasi model POE dalam bentuk tes tertulis

berupa esai. Soal yang disajikan mengikuti tahapan dalam POE dan mengkaitkan

ketiga level representasi kimia. Hidrolisis garam yang menjadi materi kajian

dalam penelitian ini adalah hidrolisis garam (NH4)2SO4 yang berasal dari asam

kuat dan basa lemah serta hidrolisis garam NH4(H2PO4) yang berasal dari asam

lemah dan basa lemah. Oleh karena itu, ada dua tipe soal yang akan diujikan yaitu

soal tipe A dan B.

Setiap satu tipe soal terdiri dari tiga soal yang berkaitan dengan predict,

observe dan explain pada fenomena hidrolisis garam. Soal tentang predict terdiri

dari satu pertanyaan dimana pertanyaan ini mengungkap kemampuan siswa pada

level sub-mikroskopik dan level simbolik. Pada soal ini, siswa diminta untuk

memprediksi sifat asam-basa dari suatu larutan garam. Sementara itu, soal tentang

observe terdiri dari dua rincian pertanyaan berkaitan dengan level makroskopik.

Selanjutnya soal tentang explain terdiri atas dua rincian pertanyaan dimana

pertanyaan ini mengungkap kemampuan siswa pada level simbolik dan level

sub-mikroskopik dalam menjelaskan fenomena hidrolisis garam yang dikaitkan

dengan hasil observasi. Pada soal ini, ada keterkaitan ketiga level representasi

kimia. Jadi total pertanyaan dalam masing-masing tipe soal adalah lima

pertanyaan dengan rincian satu pertanyaan tentang predict, dua pertanyaan

tentang observe, dan dua pertanyaan tentang explain. Kedua tipe tersebut

memiliki bentuk rincian pertanyaan yang sama satu sama lain. Perbedaan kedua

tipe tersebut hanya terletak pada jenis garam yang digunakan.

Instrumen ini berupaya semaksimal mungkin untuk dapat mengungkapkan

model mental yang dimiliki oleh siswa. Oleh karena itu, sebelum masuk ke

pertanyaan, pada bagian awal disajikan deskripsi pendek tentang jenis garam yang

diujikan dan manfaatnya dalam kehidupan sehari-hari. Diharapkan siswa akan

lebih merasa nyaman dalam mengungkapkan model mentalnya dan mendapat

(22)

38

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model F. Proses Pengembangan Instrumen

Instrumen dalam penelitian ini dikembangkan berdasarkan indikator soal

yang telah dirumuskan. Indikator soal dirumuskan berdasarkan hasil analisis

konten materi hidrolisis garam yang didasarkan atas kajian pustaka beberapa buku

teks general chemistry dan hasil analisis standar isi berdasarkan peraturan

pemerintah nomor 22 tahun 2003, standar isi KTSP 2006 terdiri dari Standar

Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada materi hidrolisis garam.

Berdasarkan indikator tersebut, dikembangkanlah butir-butir soal yang sesuai

dengan mempertimbangankan strategi evaluasi model POE dan tiga level

representasi kimia.

Instrumen penelitian ini telah divalidasi dan diuji cobakan secara terbatas.

Validasi dilakukan oleh dua orang dosen kimia dan dua orang guru. Validasi

terdiri dari beberapa tahap yaitu validasi indikator soal terhadap standar

kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) berdasarkan standar isi KTSP 2006,

validasi soal terhadap indikator soal, dan validasi jawaban terhadap soal. Hasil

validasi jawaban guru dijadikan model mental konsensus dalam penelitian ini,

sedangkan hasil jawaban dosen dijadikan model mental target. Lalu dilakukan

pula uji coba untuk melihat aspek keterbacaan soal. Berdasarkan hasil kajian

literatur dan uji coba, terdapat lima tipe model mental siswa yang berhasil tergali

dan dijadikan acuan dalam pengelompokan model mental siswa. Kelima tipe

model mental tersebut adalah tidak ada tanggapan, miskonsepsi, benar sebagian,

konsensus, dan target.

Berdasarkan saran-saran hasil validasi dan uji coba instrumen, maka

dilakukan diskusi dan revisi dengan dosen pembimbing untuk merumuskan

kembali tes diagnostik model mental siswa pada materi hidrolisis garam

berdasarkan strategi evaluasi model POE. Rekapitulasi dan deskripsi hasil validasi

dan uji coba instrumen dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran 2. Sementara

(23)

39

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model G. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen penelitian berupa tes diagnostik model mental berdasarkan

strategi evaluasi model POE ini digunakan untuk memperoleh data profil model

mental siswa pada materi hidrolisis garam. Tes yang dikerjakan ini berbeda

dengan tes yang biasa dikerjakan oleh siswa. Tes ini diawali dengan cara yaitu

siswa membuat prediksi atau ramalan tentang sifat asam, basa atau netral dari

suatu larutan garam. Lalu dilakukan demonstrasi percobaan pembuktikan sifat

asam, basa atau netral dari larutan garam tersebut dengan kertas lakmus biru dan

merah. Percobaan yang dilakukan dapat diulang atau dilakukan kembali oleh

siswa jika dianggap masih kurang jelas. Selanjutnya, siswa menuliskan hasil

pengamatan dan mengkaitkannya dengan prediksi awal. Setelah itu, siswa diminta

menjelaskan sifat asam-basa suatu larutan garam. Model mental yang dimiliki

oleh siswa dapat direfleksikan berdasarkan jawaban siswa terhadap soal-soal

dalam tes yang diberikan.

H. Analisis Data

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh profil model mental

siswa pada materi hidrolisis garam berdasarkan strategi evaluasi model POE.

Berdasarkan jawaban dosen dan guru, dirumuskan kriteria-kriteria tertentu yang

menjadi acuan dalam menetapkan bahwa siswa memiliki model mental sesuai

dengan model mental konsensus dan/atau target. Jika jawaban guru dan dosen

sama maka kriteria jawaban untuk tipe model mental konsensus dan target juga

sama. Rumusan kriteria jawaban untuk model mental konsensus dan/atau target

dapat dilihat pada Tabel 3.1, Tabel 3.2, Tabel 3.3, Tabel 3.4, Tabel 3.5 dan Tabel

3.6

Tabel 3.1 Tipe Model Mental Konsensus dan Target dalam Memprediksi Sifat Asam-Basa dari Larutan Garam (NH4)2SO4

Tipe

Model Mental Kriteria Jawaban

Konsensus dan

Target

(24)

40

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model

Tipe

Model Mental Kriteria Jawaban

b. Garam (NH4)2SO4 terbentuk dari asam kuat (H2SO4)

dan basa lemah (NH3). Ion SO42- yang berasal dari

asam kuat tidak akan terhidrolisis. Sementara ion

NH4+ yang berasal dari basa lemah akan terhidrolisis

menghasilkan ion H+.

c. Adanya ion H+ dari reaksi hidrolisis ion NH4+

mengakibatkan di dalam larutan konsentrasi ion H+

menjadi lebih besar daripada konsentrasi ion OH-,

sehingga larutan garam (NH4)2SO4 bersifat asam.

Tabel 3.2 Tipe Model Mental Konsensus dan Target dalam Mengamati Demonstrasi Pembuktikan Sifat Asam-Basa dari Larutan Garam (NH4)2SO4 serta

Mengkaitkannya dengan Prediksi Awal Tipe

Model Mental Kriteria Jawaban

Konsensus dan Target

Kertas lakmus biru berubah menjadi merah,

sedangkan lakmus merah tetap merah.

Kertas lakmus biru berubah menjadi merah pada

suasana asam. Berdasarkan hasil pengamatan dapat

disimpulkan bahwa larutan garam (NH4)2SO4

bersifat asam. Hal ini sesuai dengan prediksi awal.

Tabel 3.3 Tipe Model Mental Konsensus dan Target dalam Menjelaskan Fenomena Hidrolisis Garam (NH4)2SO4

Tipe Model Mental Kriteria Jawaban

Konsensus dan Target

NH4)2SO4 (s) 2NH4+ (aq) + SO42- (aq)

NH4+ (aq) + H2O (l) NH3 (aq) + H3O+ (aq)

(25)

41

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model

Tipe Model Mental Kriteria Jawaban

Konsensus

a. Ketika padatan (NH4)2SO4 dilarutkan dalam air

maka akan terurai menjadi ion NH4+ dan ion SO42-.

Ion NH4+ berasal dari basa lemah akan

terhidrolisis, sedangkan dan ion SO42- berasal dari

asam kuat. tidak akan terhidrolisis.

b. Ion SO42- tidak akan bereaksi dengan air. Jika kita

anggap ion SO42- bereaksi dengan air maka akan

terbentuk H2SO4 dan ion OH-. Seperti diketahui

bahwa H2SO4 adalah asam kuat sehingga dalam air

akan terionisasi sempurna menghasilkan ion H+

dan ion SO42-. Ion H+ tersebut akan bereaksi

dengan ion OH- membentuk air sehingga tidak ada

perubahan konsentrasi ion OH- dalam air karena

adanya interaksi ion SO42- dengan air. Ion SO4

2-tersebut tidak berinteraksi permanen dengan air,

tapi interaksinya hanya temporary. Oleh karena

itu, sebenarnya ion SO42- tidak akan terhidrolisis.

Sementara itu, ion NH4+ dari basa lemah NH3 akan

terhidrolisis menghasilkan NH3 dan ion H+.

c. Adanya ion H+ dari reaksi hidrolisis ion NH4+

mengakibatkan di dalam larutan konsentrasi ion

H+ menjadi lebih besar daripada konsentrasi ion

OH-, sehingga larutan garam (NH4)2SO4 bersifat

asam.

Target

a. Ketika garam (NH4)2SO4 dilarutkan dalam air

maka akan terionisasi menghasilkan ion NH4+

(berasal dari basa lemah NH3) dan SO42- (berasal

dari asam kuat H2SO4 ).

(26)

42

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model

Tipe Model Mental Kriteria Jawaban

merupakan basa yang lemah dimana sifat basanya

lebih lemah daripada air, sehingga ion SO42- tidak

dapat bereaksi dengan air. Ion SO42- tidak dapat

menerima proton dari air. Ion SO42- hanya akan

terhidrasi (dikelilingi oleh molekul H2O).

Sementara itu, ion NH4+ yang berasal dari basa

lemah NH3 merupakan asam yang kuat dimana

sifat asamnya lebih kuat daripada air, sehingga ion

NH4+ dapat bereaksi dengan air. Ion NH4+ akan

mendonorkan proton kepada air sehingga

terbentuk ion H+.

c. Adanya ion H+ dari reaksi hidrolisis ion NH4+

mengakibatkan, di dalam larutan konsentrasi ion

H+ menjadi lebih besar daripada konsentrasi ion

OH- sehingga larutan garam (NH4)2SO4 bersifat

asam.

Tabel 3.4 Tipe Model Mental Konsensus dan Target dalam Memprediksi Sifat Asam-Basa dari Larutan Garam (NH4)H2PO4

Tipe Model Mental Kriteria Jawaban

Konsensus

a. Larutan garam (NH4)H2PO4 diprediksikan

bersifat asam.

b. Garam (NH4)H2PO4 terbentuk dari asam lemah

(H3PO4) dan basa lemah (NH3). Ion dari garam

yang berasal dari basa lemah dan asam lemah

akan bereaksi dengan air. Anion dari garam

akan bereaksi dengan air menghasilkan ion

OH-, sedangkan kation dari garam akan

(27)

43

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model

Tipe Model Mental Kriteria Jawaban

c. Oleh karena Ka>Kb maka di dalam larutan

konsentrasi ion H+ lebih besar daripada ion

OH- sehingga larutan garam (NH4)H2PO4

bersifat asam.

Target

a. Larutan garam (NH4)H2PO4 diprediksikan

bersifat asam.

b. Garam (NH4)H2PO4 terbentuk dari asam lemah

(H3PO4) dan basa lemah (NH3). Garam seperti

ini akan terhidrolisis total. Ion H2PO4-dari

garam akan bereaksi dengan air menghasilkan

ion OH-, sedangkan ion NH4+ dari garam akan

bereaksi dengan air menghasilkan ion H+.

c. Garam tersebut berasal dari asam lemah dan

basa lemah. Harga Ka untuk H3PO4 (7,5 x 10-3)

lebih besar daripada Kb untuk NH3 (1,8 x10-5)

maka, reaksi hidrolisis ion NH4+ lebih cepat

daripada hidrolisis ion H2PO4-. Hal ini

mengakibatkan konsentrasi ion H+ di dalam

larutan lebih besar daripada ion OH- yang

mengakibatkan larutan garam (NH4)H2PO4

bersifat asam.

Tabel 3.5 Tipe Model Mental Konsensus dan Target dalam Mengamati Demonstrasi Pembuktikan Sifat Asam-Basa dari Larutan Garam (NH4)H2PO4

serta Mengkaitkannya dengan Prediksi Awal

Tipe Model Mental Kriteria Jawaban

(28)

44

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model

Tipe Model Mental Kriteria Jawaban

Kertas lakmus biru akan berubah menjadi merah

pada suasana asam. Berdasarkan hasil pengamatan

dapat disimpulkan bahwa larutan garam

(NH4)H2PO4 bersifat asam dan hal ini telah sesuai

dengan prediksi awal.

Tabel 3.6 Tipe Model Mental Konsensus dan Target dalam Menjelaskan Fenomena Hidrolisis Garam (NH4)H2PO4

Tipe Model Mental Kriteria Jawaban

Konsensus dan

Target

NH4(H2PO4) (s) NH4+ (aq) + H2PO4- (aq)

NH4+ (aq) + H2O (l) NH3 (aq) + H3O+ (aq)

H2PO4- (aq) + H2O (l) H3PO4 (aq) + OH- (aq)

Konsensus

a. Garam (NH4)H2PO4 dalam air akan terurai menjadi

ion NH4+ dan ion H2PO4-. Ion NH4+ berasal dari basa

lemah dan ion H2PO4- berasal dari asam lemah.

Kedua ion dari garam tersebut akan bereaksi dengan

air (terhidrolisis).

b. Ion NH4+ bereaksi dengan air menghasilkan ion H+

sedangkan ion H2PO4- bereaksi dengan air

menghasilkan ion OH-.

c. Baik kation dan anion dari garam NH4(H2PO4)

terhidrolisis sehingga dihasilkan ion H+ dan ion OH-.

pH larutan tergantung pada konsentrasi ion H+ dan

ion OH- yang dihasilkan. Untuk reaksi hidrolisis ion

NH4+, Kh menunjukan sifat asam atau Ka yang

nantinya akan dihitung dari data Kb NH3 dimana

Kw= Ka.Kb sehingga Kh=Kw/Kb. Sementara untuk

reaksi hidrolisis ion H2PO4-, Kh menunjukan sifat

(29)

45

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model

Tipe Model Mental Kriteria Jawaban

Ka H3PO4 dimana Kw= Ka.Kb sehingga Kh=Kw/Ka.

Oleh karena nilai Kh untuk reaksi hidrolisis ion NH4+

lebih besar daripada reaksi reaksi hidrolisis ion

H2PO4- maka, konsentrasi ion H+ lebih besar

daripada konsentrasi ion OH- sehingga larutan

bersifat asam.

Target

a. Garam (NH4)H2PO4 dalam air akan terurai menjadi

ion NH4+ dan ion H2PO4-. Ion NH4+ berasal dari basa

lemah dan ion H2PO4- berasal dari asam lemah.

Kedua ion dari garam tersebut akan bereaksi dengan

air (terhidrolisis).

b. Ion NH4+ yang berasal dari basa lemah NH3

merupakan asam yang kuat dimana sifat asamnya

lebih kuat daripada air, sehingga ion NH4+ dapat

bereaksi dengan air. Ion NH4+ akan mendonorkan

proton kepada air sehingga terbentuk ion H3O+.

Sementara itu, ion H2PO4- yang berasal dari asam

lemah H3PO4 merupakan basa yang kuat dimana

sifat basanya lebih kuat daripada air sehingga ion

H2PO4- dapat bereaksi dengan air. Ion H2PO4-

mempunyai kecenderungan untuk membuat larutan

garam bersifat basa dengan menerima proton dari air

sehingga terbentuk ion OH-.

c. Larutan garam dari asam lemah dan basa lemah

dapat bersifat asam, basa atau netral tergantung dari

kekuatan relatif dari asam dan basa pembentuknya

(Ka dan Kb). Nilai Ka untuk H3PO4 (7,5 x 10-3) lebih

besar daripada Kb untuk NH3 (1,8 x10-5) sehingga

(30)

46

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model

Tipe Model Mental Kriteria Jawaban

daripada nilai Ka untuk NH4+ (5,6 x 10-10). Ion NH4+

yang terhidrolisis lebih besar daripada ion H2PO4-.

Hal ini mengakibatkan konsentrasi ion H+ lebih

besar daripada konsentrasi ion OH- sehingga larutan

bersifat asam. Ion NH4+ adalah asam yang lebih kuat

daripada ion H2PO4- sebagai basa.

Jawaban terperinci dari masing-masing tipe model mental konsensus dan target

mengenai fenomena hidrolisis garam terdapat pada Lampiran 4 dan Lampiran 5.

Data yang diperoleh masih dalam bentuk data mentah yang berupa

jawaban siswa, sehingga untuk dapat menjawab pertanyaan dalam penelitian dan

kesimpulan, diperlukan pengolahan lebih lanjut terhadap data tersebut. Rincian

tahap dalam pengolahan data yaitu:

1. Mengelompokan setiap jawaban siswa ke dalam beberapa tipe model mental

yang telah ditentukan. Berdasarkan data yang diperoleh, dilakukan

pengelompokan masing-masing jawaban siswa ke dalam lima tipe model

mental sesuai dengan hasil uji coba dan kajian literatur yaitu tidak ada

tanggapan, miskonsepsi, benar sebagian, konsensus, dan target.

Pengelompokan jawaban siswa ini didasarkan atau dibandingkan terhadap

model mental target.

2. Menghitung jumlah siswa yang termasuk ke dalam setiap tipe model mental

yang telah ditentukan. Rincian hasil rekapitulasi jawaban siswa ini dapat

terlihat pada Lampiran 6.

3. Menghitung jumlah persentase siswa setiap tipe model mental dan

menyajikannya dalam bentuk grafik batang.

4. Menafsirkan perolehan persentase menjadi kategori tertentu. Menurut

Kuntjaraningrat dalam Andari, M. (2012), pada pengkategorian hasil

(31)

47

Fareka Kholidanata, 2013

[image:31.595.114.516.128.630.2]

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model

Tabel 3.7 Kategori penafsiran perolehan persentase (Kuntjaraningrat dalam Andari, 2012)

No Persentase Keterangan

1 0% Tidak seorang pun

2 1%-25% Sebagian kecil

3 26%-49% Hampir setengahnya

4 50% Setengahnya

5 51%-75% Sebagian besar

6 76%-99% Hampir seluruhnya

7 100% Seluruhnya

5. Menganalisis jawaban siswa pada setiap tipe model mental yang berhasil

terungkap dan menghubungkannya dengan kemampuan siswa dalam

memprediksi, mengamati, dan menjelaskan fenomena hidrolisis garam serta

(32)

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model Predict-Observe-Explain (POE)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan temuan-temuan yang diperoleh saat menganalisis data hasil

penelitian dan pembahasan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu:

1. Ada tiga tipe model mental siswa yang berhasil tergali dalam memprediksi

sifat asam-basa larutan garam (NH4)2SO4 yang berasal dari asam kuat dan

basa lemah yaitu miskonsepsi (13,16%), benar sebagian (84,21%), serta sesuai

dengan model mental konsensus dan target (2,63%). Lalu ada satu tipe model

mental siswa yang berhasil tergali dalam mengamati fenomena hidrolisis

garam (NH4)2SO4 yaitu model mental konsensus dan target (100%).

Selanjutnya ada dua tipe model mental yang berhasil tergali dalam

mengkaitkan hasil pengamatan dengan prediksi pada larutan garam (NH4)2SO4

yaitu miskonsepsi (5,26%) serta sesuai dengan model mental konsensus dan

target (94,74%). Kemudian ada tiga tipe model mental siswa yang berhasil

tergali dalam menjelaskan fenomena hidrolisis garam (NH4)2SO4 pada level

simbolik, yaitu miskonsepsi (13,16%), benar sebagian (78,95%), serta sesuai

dengan konsensus dan target (7,89%). Selanjutnya, pada level

sub-mikroskopik dalam menjelaskan fenomena hidrolisis garam (NH4)2SO4, ada

tiga tipe model mental yaitu miskonsepsi (13,16%), benar sebagian (78,95%),

dan sesuai dengan model mental konsensus (7,89%).

2. Pada saat memprediksi sifat asam-basa larutan garam NH4(H2PO4) yang

berasal dari asam lemah dan basa lemah, ada dua tipe model mental yang

berhasil tergali yaitu miskonsepsi (18,42%) dan benar sebagian (81,58%).

Lalu ada satu tipe model mental siswa yang berhasil tergali dalam mengamati

fenomena hidrolisis garam NH4(H2PO4) yaitu model mental konsensus dan

target (100%). Lalu ada dua tipe model mental yang berhasil tergali dalam

mengkaitkan hasil pengamatan dengan prediksi pada larutan garam

NH4(H2PO4) yaitu miskonsepsi (2,63%) serta sesuai dengan model mental

(33)

92

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model Predict-Observe-Explain (POE)

mental siswa yang berhasil tergali dalam menjelaskan fenomena hidrolisis

garam NH4(H2PO4) pada level simbolik, yaitu miskonsepsi (5,26%), benar

sebagian (86,84%), serta sesuai dengan model mental konsensus dan target

(7,89%). Dalam menjelaskan fenomena hidrolisis garam NH4(H2PO4) pada

level sub-mikroskopik, ada tiga tipe model mental yang berhasil tergali yaitu

miskonsepsi (2,63%), benar sebagian (89,47%), dan sesuai dengan model

mental konsensus (7,89%).

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan-kesimpulan

diatas, peneliti menyarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk memperoleh model mental siswa

pada materi hidrolisis garam. Profil model mental yang tergali dalam

penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi guru dalam menentukan dan

mengembangkan strategi pembelajaran yang tepat beserta perangkat

pembelajarannya pada materi hidrolisis garam.

2. Penggalian model mental siswa pada materi hidrolisis garam dalam penelitian

ini menggunakan tes diagnostik model mental dengan strategi evaluasi model

POE. Tes diagnostik ini juga dapat digunakan untuk mengidentifikasi atau

memperkirakan kesulitan yang dialami oleh siswa pada materi tersebut.

3. Model mental itu bersifat individual dan dipengaruhi oleh berbagai macam

faktor. Penelitian selanjutnya akan lebih baik, jika dapat diarahkan untuk

menggali faktor-faktor tersebut.

4. Pada penelitian ini, model mental siswa dibandingkan terhadap model mental

target. Penelitian selanjutnya akan lebih baik, jika dapat diarahkan untuk

membandingkan model mental siswa tersebut dengan buku teks atau sumber

acuan belajar lainnya yang menjadi pegangan siswa selama proses

pembelajaran materi hidrolisis garam.

5. Pemahaman siswa yang utuh dapat terjadi jika dalam pembelajaran ada

(34)

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model Predict-Observe-Explain (POE)

DAFTAR PUSTAKA

Andari, M. (2012). Analisis Profil Model Mental Siswa SMA dan Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhinya Pada Topik Larutan Penyangga. Tesis Program

Studi Pendidikan IPA UPI Bandung : tidak diterbitkan.

Arikunto, S. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta: Bumi

Aksara.

Ayas, A. dan Demircioğlu G. (2005). “Conceptual Change Achieved Through A

New Teaching Program On Acids And Bases”. Chemistry Education

Research and Practice. 6 (1), 36-51.

Bonello, M. (2008). Sixth Grade Students’ Mental Models of Physical Education

Concepts: A Framework Theory Perspective. Disertasi Doctor of Philosophy in

University of Maryland: tidak diterbitkan.

Boo, H. K. (2001). “Alternative Conceptions Of Chemical Bonding”. Journal of

Science and Mathematics Education in S.E. Asia. 24, (2), 91-100.

Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah

(Standar Isi). Jakarta: Depdikbud.

Chandrasegaran, A. L. (2007). “The Development Of A Two-Tier

Multiple-Choice Diagnostic Instrument For Evaluating Secondary School Students’

Ability To Describe And Explain Chemical Reactions Using Multiple

Levels Of Representation”. Chemistry Education Research and Practice.

8, (3), 293-307.

Chang, R. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Jilid 1, Edisi Ketiga. Jakarta:

Erlangga.

Chittleborough, G. D. (2002). “Constraints To The Development Of First Year

University Chemistry Student’s Mental Model Of Chemical Fenomena”.

(35)

94

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model Predict-Observe-Explain (POE)

__________________. (2004). Models and Modeling in Science Education

Multiple Representations in Chemical Education. Thesis Doctor Curtin

University Australia: tidak diterbitkan.

Coll, R. K. (2008). “Chemistry Learners’ Preferred Mental Models for Chemical

Bonding”. Journal of Turkish Science Education. 5, (1), 22-47.

Departemen Pendidikan Nasional. (2007). Tes Diagnostik. Jakarta : Depdikbud.

___________________________. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat

Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Dhindsa, H. S. dan Treagust, D. F. (2009). “Conceptual Understanding of

Brunenian Tertiary Students: Chemical Bonding and Structure”. Burnei Int

Journal of Science and Math Education. 1, (1), 33-51.

Gilbert, J. (2004). “Models and Modelling: Routes to More Authentic Science

Education”. International Journal of Science and Mathematics Education.

2, 115–130.

HAM, M. (2007). Kamus Kimia. Jakarta: Bumi Aksara.

Jansoon, N. (2009). “Understanding Mental Models of Dilution in Thai Students”.

International Journal of Environmental and Science Education. 4, (2), 147-168.

Jazilah. (2010). Penerapan Process Oriented Guided Inquiry Learning (Pogil)

Pada Konsep Hidrolisis Garam. Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia

UIN Bandung: tidak diterbitkan.

Kearney. (2001). “Student and Teacher Perceptions of the Use of Multimedia

Supported Predict–Observe–Explain Tasks to Probe Understanding”.

Research in Science Education. 31, 589–615.

Khanthavy, H. dan Yuenyong, C. (2009). “The Grade 1 Student’s Mental Model

Of Force and Motion Through Predict-Observe-Explain (POE) Strategy”.

Science Education International.

Mc Murry. (2003). Chemistry 4th Edition. Amerika : Prentice Hall, Inc.

Nguyen, T. (2007). “First Year Bachelor of Education Students’ Mental Models

of Themselves as Learners”. James Cook University Australia.

(36)

95

Fareka Kholidanata, 2013

Profil Model Mental Siswa pada Materi Hidrolisis Garam Berdasarkan Strategi Evaluasi Model Predict-Observe-Explain (POE)

Şendur, G. (2010). Analyzing of Students’ Misconceptions About Chemical

equilibrium. Paper on International Conference on New Trends in

Education and Their Implications. Antalya-Turkey.

Sirhan, G. (2007). “Learning Difficulties in Chemistry: An Overview”. Journal of

Turkish Science Education. 4, (2), 2-40.

Staggers, N. (1993). “Model Mental: Concepts for Human-Computer Interaction

Research”. Int. J. Man-Machine Studies. 38, 587-605.

Sugiyono. (2002). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Suyono. (2009). “Identifikasi Masalah Kesulitan dalam Pembelajaran Kimia SMA

Kelas X Di Propinsi Lampung.” Jurnal Pendidikan MIPA – FKIP

Universitas Lampung.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Bandung : UPI.

Wang, C. (2007). The Role of Mental Modeling Ability, Content Knowledge, and

Mental Models in General Chemistry Students’s Understanding About

Molecular Polarity. Disertasi Doctor of Philosophy in University of

Missouri-Columbia: tidak diterbitkan.

Wersma dan Stephen. (2009). Research Methods in Education. Amerika: Pearson.

Whitten. (2003). General Chemistry Seventh Edition. Amerika : Brooks Cole.

Widiastuti, Indah Hariyani. (2010). Pengaruh Penggunaan Media Animasi

Komputer dalam Pembelajaran Kooperatif Terhadap Hasil Belajar Siswa

pada Pokok Bahasa Struktur Atom. Tesis Program Studi Pendidikan Kimia

UNIMED: tidak diterbitkan.

Wu. (2008). “The effects of conceptual description and search practice on users’

mental models and information seeking in a case-based reasoning retrieval

Gambar

Gambar 3.1 Alur Penelitian
Tabel 3.2 Tipe Model Mental Konsensus dan Target dalam Mengamati
Tabel 3.4 Tipe Model Mental Konsensus dan Target dalam Memprediksi Sifat
Tabel 3.5 Tipe Model Mental Konsensus dan Target dalam Mengamati
+3

Referensi

Dokumen terkait

Pasal 30 Undang-Undang Perkawinan menyatakan : Suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat.. Selain

Fenomena liberalisme di Indonesia kini semakin menggejala, nahkan menjangkiti kalangan intelektual terlebih di Perguruan Tinggi Agama Islam yang seharusnya merupakan

Dalam artikel di atas juga menyebutkan bahwa ada beberapa produk ekspor lain yang mendukung surplus perdagangan pada Januari-Februari 2015 adalah perhiasan dan permata yang naik

(1) Operasi jaringan irigasi tambak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, ditujukan untuk mengatur air di jaringan irigasi tambak sesuai dengan rencana operasi yang

Hermawan, Y., 2006, Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Sebagai Bahan Bakar Bentuk Briket, Laporan Penelitian, Jurusan Teknik Mesin, fakultas Teknik, Universitas Jember.. N.,

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul “ Pengaruh Metode mengajar dan Motor Ability Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Lay-Up Shoot Bolabasket

Mengkaji efektifitas pengeringan biji kakao sistem kontinu menggunakan energi surya dan adsorben molecular sieve 13X yang digunakan untuk membantu proses

Pengaruh Metode Belajar Bagian dan Keseluruhan Terhadap Hasil Belajar Keterampilan Lay-up Shoot Bolabasket Pada Kelompok Motor Ability Rendah .... Lokasi dan Subjek