6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.1. Kreativitas
1.1.1. Definisi Kreativitas
Kreativitas memiliki pengertian yang berbeda-beda. Ada beberapa pengertian kreativitas yang dikemukakan oleh para ahli, diantaranya sebagai berikut.
Gallagher (dalam Rachmawati & Kurniati, 2005) mengatakan bahwa
“Creativity is a mental process by which an individual creates new ideas or products, or recombines existing ideas and product, in fashion that is novel to him or her” (kreativitas merupakan suatu proses mental yang dilakukan individu berupa gagasan ataupun produk baru, atau mengkombinasikan antara keduanya yang pada akhirnya akan melekat pada dirinya).Menurut Supriadi dalam Yeni Rachmawati (2005) mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.
Sementara itu Chaplin (dalam Rachmawati & Kurniati, 2005) mengutarakan bahwa kreativitas adalah kemampuan menghasilkan bentuk baru dalam seni, atau dalam permesinan, atau dalam memecahkan masalah-masalah dengan metode- metode baru.
Seperti yang dipaparkan pada kesimpulan dari beberapa definisi kreativitas oleh beberapa tokoh menjelaskan bahwa kreativitas merupakan suatu proses mental individu yang melahirkan masalah (Rachmawati dan Kurniati, 2005).
Banyak hal yang dilakukan manusia memiliki unsur kreativitasnya, hal ini sesuai dengan program kegiatan yang dikembangkan pada pendidikan anak usia dini, yaitu pengembangan daya cipta.
Kreativitas hanya dimiliki oleh orang yang kreatif. Hal ini disebabkan hanya orang yang kreatiflah yang memepunyai ide gagasan yang kreatif dan original.
Orang akan menjadi kreatif apabila distimulasi sejak dini sehingga menjadi anak
7
yang kreatif. Anak dikatakan kreatif apabila mampu menghasilkan produk secara kreatif serta tidak tergantung dengan orang lain.
1.1.2. Aspek-aspek Kreativitas
Aspek kreativitas menurut Pernes ( Nursisto, 2000: 31) meliputi:
1. Fluency (kelancaran), yaitu kemampuan dalam mengemukakan ide-ide untuk memecahkan suatu masalah.
2. Flexibility (keluwesan), yaitu kemampuan untuk menghasilkan berbagai macam ide guna memecahkan suatu masalah diluar kategori yang biasa.
3. Originality ( keaslian), yaitu kemampuan memberikan respon unik.
4. Elaboration (keterperincian), yaitu kemampuan menyatakan pengarahan ide secra terperinci untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan.
5. Sensitivity (kepekaan), yaitu kepekaan dalam menangkap dan menghasilkan masalah sebagai tanggapan terhadap suatu situasi.
Selain itu, aspek kreativitas menurut Martini Jamaris (2006: 67) yaitu:
a. Kelancaran
Kelancaran yaitu kemampuan untuk memberikan jawaban dan mengemukakan gagasan atau ide-ide yang ada dalam pikiran anak dengan lancar.
b. Kelenturan
Kelenturan yaitu kemampuan anak untuk mengemukakan berbagai alternatif dalam pemecahan masalah sesuai dengan ide-ide yang dimilikinya.
c. Keaslian
Keaslian yaitu kemampuan untuk mnghasilan berbagai ide atau karya yang asli hasil pemikiran sendiri. Hasil karya yang dihasilkan anak lebih unik dan berbeda dengan lainnya.
d.
ElaborasiElaborasi yaitu kemapuan untuk memperluas atau memperkaya ide yang ada dalam pikiran anak dan aspek-aspek yang mungkin tidak terpikirkan atau terlihat orang lain.
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa aspek-aspek kreativitas anak meliptui kelancaran (fluency), keluwesan (flexibility), keaslian
8
(originality), elaborasi (elaboration), kepekaan (sensitivity ) serta keuletan dan kesabaran. Dalam penelitian ini, peneliti lebih merujuk pada aspek-aspek keativitas anak menurut Martini Jamaris (2006: 67) yaitu kelancaran, keluwesan, keaslian dan elaborasi. Setelah mengetahui aspek-aspek kreativitas di atas, untuk mengetahui bahwa anak tersebut kreatif, kita perlu mengetahui ciri-ciri kreativitas.
Dengan demikian pendidik tidak salah dalam memberikan label kreatif pada anak.
1.1.3. Ciri-ciri Kreativitas
Salah satu aspek penting dalam kreativitas adalah memehami ciri-cirinya.
Adapun ciri-ciri kreativitas menurut Supriadi (dalam Racmawati dan Kurniati, 2005), ciri krativitas dapat dibedakan dalam ciri kognitif dan ciri non kognitif.
Pengembangan kreativitas individu tidak hanya membutuhkan keterampilan untuk berfikir kreatif saja, tetapi juga memerlukan pengembangan pembentukan sikap, perasaan dan kepribadian yang mencerminkan kreativitas. Menurut Supriadi (1994), pemaparan ciri kreativitas yang dikelompokan kedalam dua kategori itu antara lain:
a) Ciri kreativitas kognitif meliputi: keterampilan berfikir lancar, keterampilan berpikir luwes atau fleksibel, keterampilan berfikir orisonal, keterampilan merinci atau mengelaborasi serta keterampilan menilai.
b) Ciri kreativitas non kognitif meliputi: motivasi sikap seperti merasa tergantung oleh kemajemukan, sikap berani mengambil resiko, sikap menghargai, dan kepribadian kreatif seperti rasa ingin tahu, bersifat imajinatif.
Kedua ciri ini merupakan hal yang sangat penting untuk mewujudkan karya yang kreatif dan inovatif.
Adapun ciri-ciri pribadi kreatif menurut Munandar (2009) adalah sebagai berikut:
a) Imajinatif
b) Mempunyai prakarsa c) Mempunyai minat luas d) Mandiri dalam berfikir e) Melit
9 f) Senang berpetualang
g) Penuh energy h) Percaya diri
i) Bersedia mengambil resiko
j) Berani dalam pendirian dan keyakinan.
Berdasarkan studi Supardi ( Rahmawati dan Kurniati, 2005) ada 24 ciri kepribadian yang ditemukannya, yaitu sebagai berikut:
1) Terbuka terhadap pengalaman baru 2) Fleksibel dalam berpikir dan merespon
3) Bebas dalam menyatakan pendapat dan perasaan 4) Menghargai fantasi
5) Tertarik pada kegiatan kreatif
6) Mempunyai pendapat sendiri dan tidak tergantung pada orang lain 7) Mempunyai rasa ingin tahu yang besar
8) Toleran terhadap perbedaan pendapat dan situasi yang tidak pasti 9) Berani mengambil resiko yang diperhitungkan
10) Percaya diri dan mandiri
11) Memiliki tanggung jawab dan komitmen pada tugas 12) Tekun dan tidak mudah bosan
13) Tidak kehabisan akal dalam memecahkan masalah 14) Kaya akan inisiatif
15) Peka terhadap situasi lingkungan
16) Lebih berorientasi kemana kini dan masa depan dari pada masa lalu 17) Memiliki citra diri dan stabilitas emosi yang baik
18) Tertarik kepada hal-hal yang abstrak, komplek, holistic dan mengandung tekateki
19) Memiliki gagasan yang orisinal 20) Mempunyai minat yang luas
21) Menggunakan waktu luang untuk kegiatan yang bermanfaat dan konstruktif bagi pengembangan diri
10 22) Kritis terhadap pendapat orang lain 23) Senang mengajukan pertanyaan yang baik
24) Memiliki sesadaran etik-moral dan estetik yang tinggi.
Dari pemaparan ciri-ciri pribadi kreatif tersebut dapat diyakini bahwa seseorang dikatakan kreatif jika dalam berinteraksinya dengan lingkungan juga dapat memperhatikan ciri-ciri dari kreativitasnya tidak hanya dibutuhkan keterampilan berfikir kreatifdalam mewujudkan bakat kreatif anak tetapi juga dengan ciri-ciri apektif kreatifnya. Dari hal tersebut, ada baiknya pendidikan tidakhanya memperhatikan perkembangan keterampilan berpikir kratif tetapi pembentukan sikap, perasaan dan ciri-ciri kepribadian yang mencerminkan kreativitas yang juga perlu dipupuk.
1.1.4. Faktor Yang Mempengaruhi Munculnya Kreativitas Anak
Kreativitas dapat terwujud dimana saja dan oleh siap saja, ditinjau dari segi pendidikan bakat kreatif itu dapat ditingkatkan dan karena itu perlu dipupuk sejak dini. Namun suatu survei nasional (dalam Munandar, 2009 menyimulkan bahwa pengajaran pengajaran disekolah masih kurang untuk meningkatkan kreativitas anak. Beberapa faktor yang mempengaruhi kreativitas anak tersebut terdiri dari;
1. Faktor lingkungan rumah dengan peran orang tua 2. Faktor lingkungan sekolah dengan peran guru.
Seperti yang diungkapkan Hurlock yang dikutip Tjandrasa (dalan Juariah, 2010) yaitu bahwa lingkungan rumah dan sekolah harus merangsang dan kreativitas dengan memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan sarana yang akan mendorong kreativias. Ini dilakukan sedini mungkin sejak masa bayi dan dilanjutkan hingga masa sekolah dengan menjadikan kreativitas suatu pengalaman yang menyenangkan dan dihargai secara sosial.
Lingkungan rumah merupakan hal pertama yang dikenal oleh anak, sehingga penting bagi orang tua untuk menciptakan suasana yang nyaman didalam keluarga yang dapat memupuk kreativitas anak. Selain itu lingkungan sekolah dipandang merupakan lingkungan yang dapat memberikan konstribusi dalam perkembangan kreativitas anak, karena guru disekolah memiliki peran lebih
11
dari sekedar mengajar tapi juga membimbing anak supaya senang melakukan kegiatan kreatif dalam kehidupannya.
Perkembangan kreatif anak juga dipengaruhi oleh motivasi dari dalam diri atau pun dari lingkungan. Seperti yang diungkapkan Akhmad (dalam Juariah, 2010) dalam mewujudkan kreativitas membutuhkan adanya dorongan dari diri individu (motivasi instrinsik) dan dorongan dari lingkungan (motivasi ekstrinsik), yang antara lain sebagai berikut:
a) Motivasi untuk kreativitas berupa dorongan yang berasal dari dalam diri merupakan motivasi primer untuk kreativitas ketika individu membentuk hubungan-hubungan baru dengan lingkungan-lingkungan yang baru, dengan upaya sepenuhnya ( Rogers dalam Munndar, 2009).
b) Kondisi eksternal yang mendorong prilaku kreatif yaitu dari lingkungan diupayakan dapat memupuk dorongan dalam diri individu untuk mengembangkan kreativitasnya.
c) Keamanan psikologis, yang terbentuk melalui tiga proses yang saling berhubungan dengan menerima individu sebagai mana adanya dengan segala kelebihan dan kekurangan, mengusahakan suasana yang didalamnya evaluasi eksternal tidak ada, memberikan pengertian secara empatis untuk diekspresikan dalam bentuk-bentuk baru yang berhubungan dengan ligkungan (pemupuk kreativitas).
d) Kebebasan pisikologis yaitu dengan memberikan kebebasan pada individu untuk bebas mengekspresikan secara simbolis, pikiran-pikiran atau perasaan-perasaannya dan memberikan individu kebebasan dalam berpikir atau merasa sesuai dengan apa yang ada dalam dirinya.
Hal-hal tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat mengembangkan kreativitas anak yang dapat disimpulkan sebagai berikut;
1. Lingkungan keluarga 2. Lingkungan sekolah 3. Motivasi dan lingkungan
12
Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut dapat membantu guru dan orang tua dalam mengembangkan kreativitas dapat meningkatkan sesuai dengan tingkat perkembangan anak.
1.2. Barang Bekas
1.2.1. Pengertian Barang Bekas
Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, “ barang” diartikan sebagai benda yang berwujud sedangkan arti kata “bekas” adalah sisa habis dilalui, sesuatu yang menjadi sisah dipakai. Jadi barang bekas bisa diartikan sebagai benda-benda yang pernah dipakai (sisa), yang kegunaannya tidak sama seperti benda yang baru (Yuniar, 1997).
Jadi dapat disimpulkan bahwa barang bekas adalah benda yang sudah pernah dipakai baik sekali maupun lebih dari satu kali.
1.2.2. Pemanfaatan Barang Bekas
Cara mengembangkan dan memunculkan kreativitas guna mengembangkan barang bekas menjadi media dalam Wikipedia (2015), jika kita memperhatikan sekeliling kita dapat menemukan begitu banyak sumber belajar yang bisa di manfaatkan. Sekarang tergantung apakah kita bisa mengembangkan menjadi suatu media yang menarik, kreatif dan mempermudah proses belajar mengajar sehingga kita tidak akan kekurangan sumber belajar. (Arief S, dkk. 2005), guru yang kreatif akan menjadi begitu antusias melihat sumber belajar yang tidak terhingga. Untuk mengembangkan atau memunculkan kreativitas guna mengembangkan barang bekas, berikut beberapa cara yang harus dilakukan, yaitu:
a. Sebelum menentukan media sederhana yang akan di kembangkan dari barang bekas maka rencanakanlah terlebih dulu program pengembangan yang akan dilakukan berdasarkan garis-garis besar program pembelajaran.
b. Analisalah kematangan dan kemampuan peserta didik yang akan mengikuti pelajaran.
c. Amatilah lingkungan sekolah dan rumah peserta untuk menemukan barang bekas yang bisa digunakan.
13
d. Membeli atau meminjam media sederhana yang telah ada adalah jalan terakhir guru jika lingkungan sekitar kurang mampu memberikan solusi yang tepat.
(Shalila, 2012), lima hal yang terkait dengan pemilihan media yang dibuat dari barang bekas dan peralatan sederhana adalah:
1. Memiliki keterkaitan yang jelas antara tujuan dengan program pembelajaran.
2. Materi yang tersaji dalam media tersebut menyenagkan, memiliki daya tarik dan minat untuk dipelajari.
3. Keterkaitan dengan kepentingan dan proses pembelajaran yang sedang dilaksanakan.
4. Bahasa yang digunakan di dalam media dan komunikasi lisan mudah dipahami, sederhana jelas, tegas dan terarah.
5. Terjangkau oleh intelektual anak
1.2.3. Aneka Ragam Barang Bekas a) Kertas bekas
Kertas bekas dalam (Wlingwangi, 2011), adalah kertas yang sudah pernah terpakai. Kertas bekas merupakan hal kecil yang sering dilipakan, namun dapat menjadi masalah yang sangat besar apabila tudak ditangani secara serius. Dalam hal ni sampah plastik dan kertas merupakan masalah utama yang sering ditemui masyarakat, hal tersebut dikarenakan plastik dan kertas merupakan benda yang paling banyak digunakan manusia dan tentunya paling banyak dibuang dan menghasilkan sampah. Saat mendengar kata kertas bekas mungkin hal yang ada dibenak manusia hanyalah benda yang tidak berguna. Namun anggapan seperti itu tidak selalu benar, kertas bekas juga dapat dimanfaatkan untuk menjadi barang yang bernilai jual dan menguntungkan. Salah satunya kertas daur ulang, kertas daur ulang merupakan produk dari bahan kertas bekas. Kertas daur ulang, sering kali dianggap sebagai sesuatu yang mengganggu, namun
14
ternyata kertas daur ulang dapat dijadikan beranekaragaman kerajinan tangan. Sebenarnya kertas daur ulang memiliki tekstur yang indah.
b) Kardus
Kardus (Corrugated Paper) dalam (Alamendah, 2011), merupakan bahan kemasan yang digunakan untuk melindungi suatu produk selama distribusi dari produsen ke konsumen. Kardus terbuat dari bahan dasar berupa kertas yang di ketahui mudah sekali mengalami kerusakan. Walau pun begitu, sampah kardus tetap saja menimbulkan masalah yang dapat mengganggu kebersihan dan keindahan lingkungan. Di Indonesia pemanfaatan sampah kardus masih belum dilakukan dengan optimal.
Padahan sampah kardus yang sudah tidak terpakai tersebut dapat dimanfaatkan kembali melalui proses daur ulang.
c) Botol
Botol dalam (Wikipedia, 2015) adalah tempat penyimpanan dengan bagian leher yang lebih sempit dari pada badan dan "mulut"-nya. Botol umumnya terbuat dari gelas, plastik, atau aluminium, dan digunakan untuk menyimpan cairan seperti air, susu, minuman ringan, bir, anggur, obat, sabun cair, tinta, dll. Botol dari plastik biasanya dibuat secara ekstrusi(proses untuk membuat benda dengan penampang tetap)
1.2.4. Pemanfaatan Barang Bekas dan Peralatan Sederhana Dalam Pembelajaran
Denny, dkk. (2008), media pada intinya adalah memberikan kemudahan dalam menyampaikan materi pembelajaran pada anak hal itu berarti media yang digunakan guru adalah untuk kepentingan anak. Sepintas memang kegiatan tersebut seprti bermain dan tidak melakukan proses belajar mengajar, namun pada hakikatnya, kegiatan-kegiatan tersebut telah membuat mereka berpikir mengenai kejadian alam yang terjadi disekitar mereka. Bahkan dalam sebuah percobaan sering kali mereka mencoba berbagai imajinasi, ide dan gagasan. Jadi pemanfaatan barang bekas dan peralatan sederhana menjadi media sederhana dalam pembelajaran juga cukup efektif untuk membantu anak memahami materi
15
yang disampaikan. Melalui belajar sambil bermain, anak berkesempatan untuk mengembangkan berbagai kemampuannya. Cara belajar seperti ini berarti menerapkan Integrated Learning Dengan pendekatan prinsip belajar sambil bekerja dan bermain, sesuai dengan kemampuan fisik dan psikologis anak, dan disajikan secara aktraktif, kreatif, aman, dan menyenangkan.
1.3. Kajian Temuan Penelitian Yang Relevan
Terdapat beberapa hasil penelitian yang relevan dan berkaitan dengan tema pembahasan/penelitian ini, yaitu:
1. Heppy Ermawati (2013) dalam skipsinya yang berjudul “Meningkatkan Kreativitas Melalui Kegiatan Mencipta Bentuk Kreatif Dari Barang Bekas Piring Styrofaom di Kelompok B TK Tunas Harapan, kecamatan kotabaru, karawang”. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Tujuan dari penelitian ini adalah bertujuan untuk mempelajari bagaimana peningkatan kreativitas anak di TK Tunas Harapan kelompok B dalam kegiatan mencipta bentuk kreatif dari bahan/barang bekas.
2. Nurhayati (2011) dengan judul “Peningkatan Kreativitas Anak Usia Dini Dengan Bereksplorasi Melalui Koran Bekas Di Taman Kanak-Kanak Aisyiyah 2 Duri Kelurahan Babussalam Kec. Mandau Kab. Bengkalis Prop. Riau”Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan kreativitas anak usia dini dengan bereksplorasi melalui koran bekas.
1.4. Kerangka Pikir
Masa usia dini disebut dengan usia emas (golden ages) yang memliki arti bahwa anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada masa tersebut. Oleh sebab itu diperlukan stimulasi yang tepat agar aspek-aspek perkembangan anak usia dini berkembang dengan maksimal. Kreativitas merupakan hal yang penting dalam masa perkembangan anak usia dini. Anak
16
akan memperoleh kesempatan sepenuhnya untuk memenuhi kebutuhan berekspresi menurut caranya sendiri yang dituangkan dalam hasil karya anak.
Perkembangan kreativitas anak kelompok PAUD Nurul Huda Kecandran, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga belum berkembang dengan optimal.
Hurlock (1978: 3) menyatakan bahwa kreativitas adalah proses mental yang unik, suatu proses yang semata-mata dilakukan untuk menghasilkan sesuatu yang baru berbeda dan orisinil. Kegiatan melalui media pemanfaatan barang bekas membantu anak mengembangkan kreativitasnya baik dari aspek kelancaran, kelenturan, keaslian dan elaborasi. Dari aspek kelancaran, kegiatan tersebut memberikan kebebasan anak untuk membuat karya yang akan mereka buat. Anak dapat mengkomunikasikan hasil karyanya kepada guru dan teman di kelasnya pada saat anak melakukan kegiatan tersebut. Selain itu, dalam kegiatan ini anak diberi kebebasan membuat sesuai dengan imajinasinya yang dapat mengembangkan aspek keaslian dan kelenturan.
Dengan demikian, kegiatan pembelajaran melalui media pemanfaatan barang bekas dapat membantu meningkatkan kreativitas anak. Melalui kegiatan tersebut pula, anak-anak merasa lebih tertarik untuk menciptakan hasil karya masing-masing yang diciptakan sesuai dengan imajinasinya sehingga kreativitas anak dapat meningkat dan berkembang sesuai harapan.
1.5. Hipotesis Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini dirumuskan hipotesisnya yaitu:
Penerapan media pengolahan bahan bekas dapan meningkatkan kreativitas anak usia dini.