1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Perwujudan anak-anak sebagai generasi penerus bangsa yangberkualitas, berimplikasi pada perlunya pemberian perlindungankhusus terhadap anak-anak agarbebas berinteraksi dalam kehidupandi lingkungan masyarakat.
Kondisitumbuh kembang anak terkait dengan kesehatan dan nutrisi yangdiperlukan, pendidikan dan kesejahteraan anak, lingkungan tempatanak tumbuh dan berkembang serta faktor-faktor lainnya. Beberapahal tersebut merupakan penentu masa depan anak dan juga masadepan bangsa. Dengan demikian penting untuk mengetahui sejauhmana indikator-indikatoranak telah mencapai kemajuan ataupunbelum.
Dalam bidang kesehatan banyak faktor yang menentukan baik buruknya kehidupan sang anak tersebut terkhususnya ketika anak melalui usia yang sangat rentan terhadap penyakit-penyakit yang akan menghambat tumbuh kembang sang anak yaitu ketika anak berusia 0-5 Tahun, banyak indikator yang perlu diperhatikan lebih untuk membantu pertumbuhan sang anak, oleh karena itu peranan orang tua sangat penting dalam memilah apa yang baik dan apa yang tidak baik untuk pertumbuhan sang anak.
Hasil proyeksi penduduk Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2018 menunjukkan bahwa sebesar 30,1% atau 79,55 juta jiwa penduduk Indonesia adalah anak-anak berusia 0-17 tahun. Artinya bisa dikatakan bahwa satu diantara tiga penduduk Indonesia adalah anak-anak. Dalam beberapa kurun waktu ke depan diproyeksikan jumlah anak di Indonesia tidak akan mengalami perubahan yang signifikan. (Profil Anak Indonesia, 2019)
Angka Kematian Bayi (AKB) menunjukkan banyaknya kematian bayi usia 0 tahun dari setiap 1000 kelahiran hidup pada tahun tertentu atau dapat dikatakan juga sebagai probabilitas bayi meninggal sebelum mencapai usia satu tahun yang dinyatakan dengan per 1000 kelahiran hidup. Angka kematian bayi merupakan indikator yang penting untuk mencerminkan keadaan derajat kesehatan di suatu masyarakat, karena bayi yang baru lahir sangat sensitif terhadap keadaan lingkungan tempat orang tua si bayi tinggal dan sangat erat kaitannya dengan status sosial orang tua si bayi. (Pusat Kajian Anggaran Badan Keahlian DPR RI, 2019)
Angka kematian bayi dan anak mencerminkan tingkat pembangunan kesehatan dari suatu Negara serta kualitas hidup dari masyarakatnya. Angka ini digunakan untuk memonitor dan mengevaluasi program serta kebijakan kependudukan dan kesehatan. Program kesehatan Indonesia telah difokuskan untuk menurunkan tingkat kematian anak yang cukup tinggi. Penurunan kematian bayi dan ibu telah menjadi tujuan utama untuk mencapai tujuan 4 dan 5 dari MillenniumDevelopment Goals (MDGs). Untuk mencapai tujuan tersebut, pada
tahun 2011 Pemerintah Indonesia meluncurkan program Jaminan Persalinan (JAMPERSAL). Program ini menyediakan pelayanan gratis untuk wanita hamil yang tidak mempunyai asuransi kesehatan untuk pemeriksaan kehamilan, persalinan, perawatan masa nifas, serta perawatan bayi lahir sampai umur 28 hari (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), 2012)
Angka kematian bayi baru lahir di dunia menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2016 adalah 19 per 1.000 kelahiran hidup.
Angka ini menandakan bahwa pada tahun 2016 ada sekitar 2,6 juta bayi baru lahir yang meninggal dunia, atau ada sekitar 7.000 bayi baru lahir yang meninggal dunia setiap harinya (World Health Organization (WHO), 2016).
Angka kematian bayi dan anak untuk 3 periode lima tahunan sebelum survei. Data SDKI 2012 menunjukkan bahwa kematian anak selama lima tahun sebelum survei (merujuk ke tahun 2008-2012) adalah 32 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Artinya, setiap satu dari 31 anak yang lahir di Indonesia meninggal sebelum mencapai umur 1 tahun. Enam puluh persen bayi mati terjadi pada umur 1 bulan, menghasilkan angka kematian neonatus sebesar 19 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Delapan puluh persen anak meninggal terjadi saat berumur 1-11 bulan, yang menghasilkan angka kematiaan post neonatus sebesar 13 kematian per 1.000 kelahiran. Angka kematian balita dan anak masing-masing sebesar 40 dan 9 kematian per 1.000 kelahiran. Angka kematian anak adalah sekitar sepertiga dari angka kematian bayi, 9 berbanding 32 kematian per 1.000 kelahiran. (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), 2012)
Menggunakan angka perkiraan dari SDKI sebelumnya, menunjukkan bahwa angka kematian bayi telah turun separuhnya, dari 68 kematian per 1.000 kelahiran hidup untuk periode 1987- 1991 menjadi 32 kematian per 1.000 kelahiran untuk periode 2008-2012. Lebih mengejutkan lagi adalah penurunan sebesar 72 persen untuk kematian anak dan penurunan 64 persen kematian pos neonatum di periode yang sama. Penurunan yang sama terjadi di kematian neonatum sebesar 41 persen. Perbandingan enam SDKI (1991, 1994, 1997, 2002- 2003, 2007, dan 2012) menunjukkan pola yang berbeda dalam penurunan kematian neonatum, bayi, dan kematian balita. (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), 2012)
Perbandingan angka kematian untuk dua survei terakhir menunjukkan kematian bayi dan anak turun sedikit, kecuali kematian neonatum yang tetap konstan. Terkait tujuan MDGs dalam menurunkan kematian bayi dari 90 kematian per 1.000 kelahiran di tahun 1990 menjadi 23 kematiaan per 1.000 kelahiran di tahun 2015, nampaknya berat bagi Indonesia untuk mencapai tujuan ini. Segala usaha harus ditingkatkan, seperti keberadaan fasilitas kesehatan, akses ke fasilitas kesehatan, dan petugas kesehatan baik dalam jumlah dan kualitas. (Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI), 2012)
Pada Tahun 2014 hingga 2018 Jumlah kematian Bayi di Provinsi Sumatera Utara mengalami penurunan yang cukup signifikan, dari Tahun 2014 sebanyak 1.078 Jumlah kematian Bayi dan pada Tahun 2015 angka itu menurun menjadi 874 Jumlah kematian Bayi dan pada Tahun 2016 angka kematian Bayi mulai naik ke angka 1.069 Jumlah kematian Bayi dan menurun sedikit di Tahun 2017 menjadi 1.066 dan di Tahun 2018 Jumlah kematian Bayi mengalami penurunan yang cukup signifikan yaitu mencapai angka 869 Jumlah kematian Bayi (RPJMD Provinsi Sumatera Utara Tahun 2019 – 2023).
Sementara itu angka kematian Bayi di Kabupaten Deli Serdang berturut- turut dari Tahun 2014-2018 yaitu 46 (2014), 70 (2015), 56 (2016), 80 (2017) dan 36 (2018) dengan angka tersebut menempatkan Deli Serdang di posisi ke-6 angka kematian bayi tertinggi di Provinsi Sumtera Utara pada Tahun 2018 dengan urutan: 1. Mandailing Natal (68) 2. Labuhan Batu (65) 3. Serdang Bedagai (60) 4.
Padang Sidempuan (59) 5. Gunung Sitoli (41) dan 6. Deli Serdang (36). (RPJMD Provinsi Sumatera Utara 2019 – 2023).
Karena banyak kematian bayi baru lahir terkait dengan perawatan pada saat kelahiran, kesehatan bayi baru lahir berjalan selaras dengan kesehatan ibu.
Dalam hal ini kemajuan yang dicapai juga rendah, yaitu dengan angka kematian ibu menurun dari 390 menjadi 305 per 100.000 kelahiran hidup antara tahun 1991 dan 2015 (Supas 2014). Hal ini tetap terjadi meskipun jumlah bidan terlatih yang tinggi (94 persen) dan ketersediaan fasilitas kesehatan (83 persen). Pneumonia, penyakit bawaan, dan diare/Konstipsi adalah penyebab kematian utama pada anak usia dini masing-masing mencakup 36 %, 13 % dan 10 % dari semua penyebab kematian balita serta komplikasi neonatal, cedera, campak dan malaria di daerah endemis. (UNICEF Indonesia, 2019)
Tiga sampai lima persen anak-anak yang berobat ke klinik pediatrik dan 25% anak-anak yang berobat ke klinik pediatrik gastroenterohepatologi menderita konstipasi. Diperkirakan 0.3-28% anak-anak diseluruh dunia mengalami konstipasi. Hal ini sesuai dengan penelitian studi retrospektif oleh Leoning- Baucke pada Tahun 2005 didapatkan 2,9% prevalensi konstipasi pada usia anak sampai 1 tahun dan meningkat pada tahun kedua, yaiu sekitar 10,1%. Lebih dari 90% konstipasi pada anak bersifat fungsional tanpa ada kelainan organik dan 40%
diantaranya diawali sejak usia 1 sampai 4 tahun, hanya 5% sampai 10% yang mempunyai kelainan penyebab organik. Sebanyak 84% anak dengan konstipasi fungsional menga-lami retensi feces. Dilaporkan sebanyak 3% anak prasekolah dan 1-34% anak sekolah mengalami masalah konstipasi. (Herlina Lok, 2014)
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penulisan ini adalah bagaimana penerapan Senam Yoga pada Bayi untuk mencegah Konstipasi (Sembelit) di Dusun VII Desa Cinta Rakyat Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran penerapan Senam Yoga pada Bayi untuk mencegah Konstipasi (Sembelit) di Dusun VII Desa Cinta Rakyat Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu pengetahuan di bidang Keperawatan Anak dalam kasus Konstipasi (Sembelit).
1.4.2 Manfaat Praktis
1 Bagi Responden
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan responden tentang metode Senam Yoga dalam pencegahan Konstipasi (Sembelit) pada bayi.
2 Pendidikan Keperawatan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan bagi mahasiswa/mahasiswi yang berharga tentang penerapan Senam Yoga untuk mencegah Konstipasi (Sembelit) pada bayi, sehingga dapat merupakan pengalaman ilmiah yang diperoleh untuk penelitian dimasa mendatang.
3 Praktek Pelayanan Keperawatan
Hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai pengetahuan dan strategi bagi perawat dalam memberikan perawatan yang lebih komprehensif pada bayi untuk mencegah Konstipasi (Sembelit).
4 Penulis
Memperoleh pengalaman dalam mengaplikasikan hasil riset keperawatan, khususnya studi kasus tentang manfaat penerapan Senam Yoga pada bayi untuk mencegah Konstipasi (Sembelit).
5 Bagi Peneliti Selanjutnya
Sebagai sumber pengetahuan bagi peneliti berikutnya untuk menambah wawasan serta pengetahuan penulis tentang manfaat penerapan Senam Yoga pada bayi untuk mencegah Konstipasi (Sembelit).