INSIDENSI SUSPEK GLAUKOMA DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2012
TESIS
Oleh :
DIAN WIKANINGTYAS NIM. 107110011
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER KEDOKTERAN KLINIS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
INSIDENSI SUSPEK GLAUKOMA DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2012
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Magister kedokteran dalam Program Studi Ilmu Kesehatan Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Oleh :
DIAN WIKANINGTYAS NIM. 107110011
DEPARTEMEN ILMU KESEHATAN MATA
PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER KEDOKTERAN KLINIS FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2014
Judul Tesis : INSIDENSI SUSPEK GLAUKOMA DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2012
Nama : Dian Wikaningtyas
NIM : 107110011
Program Studi : Ilmu Kesehatan Mata
Telah disetujui :
DR. dr. Masitha Dewi Sari, Sp. M, M. Ked(Oph) Pembimbing
Prof. Dr. H. Aslim D. Sihotang, Sp. M (KVR) Pe mbimbing
Dr. Aryani A. Amra, Sp. M, MKed(Oph) Ketua Program Studi
Dr. Delfi, Sp. M(K), M. Ked(Oph) Ketua Departemen
Tanggal Lulus : 31 Juni 2013
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS
Tesis ini adalah hasil karya penulis sendiri, dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah penulis nyatakan dengan benar.
Nama : DIAN WIKANINGTYAS
NIM : 107110011
Tanda tangan :
HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Sebagai sivitas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Dian Wikaningtyas
NIM : 107110011
Program studi : Ilmu Kesehatan Mata Jenis Karya : Tesis
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif (Non-Exclusive Royalti Free Right) atas tesis saya yang berjudul :
“INSIDENSI SUSPEK GLAUKOMA DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN
TAHUN 2012 ”
Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Non-Eksklusif ini, Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalih media/formatkan, mengelola dalam bentuk database, merawat dan memplubikasikan tesis saya tanpa izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis hak cipta.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.
Dibuat di : Medan Pada tanggal : 31 Juni 2013
Yang menyatakan
Dian Wikaningtyas
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian baru penderita suspek glaukoma di RSUP.H.Adam Malik Medan pada Tahun 2012.
Penelitian ini adalah suatu penelitian deskriptif retrospektif. Subjek penelitian adalah penderita suspek glaukoma yang berobat di Poli Mata RSUP.H.Adam Malik Medan. Sampel berjumlah 38 orang dengan diagnosa suspek glaukoma, kemudian diambil data sampel dari catatan rekam medis pasien yaitu tekanan intra okuli, tajam penglihatan, penyakit sistemik, umur, jenis kelamin, suku, riwayat keturunan, riwayat pekerjaan, lateralitas dan gambaran funduskopi. Dari hasil diperoleh insidensi suspek glaukoma tahun 2012 di RSUP. Haji Adam Malik Medan adalah 5,58%, kemudian data terbanyak berdasarkan usia penderita suspek glaukoma adalah usia 41-60 (42,1%), jenis kelamin perempuan (76,3%), pekerjaan ibu rumah tangga (39,5%), bilateral (57,9%), penyakit sistemik diabetes melitus (13,2%), riwayat keturunan yang tidak diketahui (92,1%), tajam penglihatan 5/5-5/18 (75,4%), tekanan intra okuli 21-30 mmHg (73,7%) Cup Disc Ratio 0,2-0,4 (80,3%). Sedangkan yang termasuk suspek glaukoma adalah CDR 0,5-0,6 (14,7%) dan 0,7-0,8 (4,9%).
Kata Kunci : suspek glaukoma, hipertensi okuli, tekanan intra okuli, cup disc ratio
ABSTRACT
This research aimed to determine the incidence of new patients with glaucoma suspect in.H.Adam Malik Hospital in 2012. This study is a retrospective descriptive study. Subjects were patients with suspected glaucoma treatment in Poly Eyes RSUP.H.Adam Malik. Samples numbered 38 people with suspected diagnosis of glaucoma, then the sample data taken from the patient's medical record including the intra oculi pressure, visual acuity, systemic disease, age, gender, ethnicity, descent history, employment history, lateralitas and funduscopic picture.
From the results obtained with suspected glaucoma incidence in 2012 in the. Haji Adam Malik Medan Hospital is 5.58%, then the majority of data based on the age of patients with suspected glaucoma were aged 41-60 (42.1%), female gender (76.3%), the work of housewives (39.5%) , bilateral (57.9%), systemic disease of diabetes mellitus (13.2%), a history of the descendants of the unknown (92.1%), visual acuity 5 / 5-5 / 18 (75.4%), intra pressure oculi 21-30 mmHg (73.7%) Cup Disc Ratio 0.2-0.4 (80.3%). While that includes suspected glaucoma is CDR 0.5-0.6 (14.7%) and 0.7-0.8 (4.9%).
Keywords: glaucoma suspect, ocular hypertension, intra oculi pressure, cup disc ratio
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji syukur yang tak terhinggapenulis panjatkan ke hadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karuniaNya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan tesis ini untuk memenuhi salah satu kewajiban dalam menyelesaikan Program Pendidikan Magister pada Ilmu Kesehatan Mata di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih serta penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah membantu penulis baik secara langsung maupun tidak langsung. Rasa hormat, penghargaan dan ucapan terimakasih sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada :
1. Dr. Delfi, SpM (K), M.Ked (Oph), selaku Ketua Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK USU
2. Dr.Hj. Aryani Atiyatul Amra, SpM, M.Ked (Oph) dan Dr.Bobby Ramses Erguna Sitepu, SpM, M.Ked (Oph) selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi Ilmu Kesehatan Mata FK USU
3. Prof. Dr.H. Aslim Sihotang, SpM (KVR) dan DR.dr. Masitha Dewi Sari, SpM, M.Ked (Oph), sebagai pembimbing tesis
4. Para Guru-guru Prof. Dr. H. Aslim Sihotang, SpM (KVR), Dr. H.
Mohd. Dien Mahmud, SpM, Dr. Chairul Bahri AD, SpM, Dr. H.
Azman Tanjung, SpM, Dr. Masang Sitepu, SpM, Dr. Suratmin, SpM (K) (Alm), Dr. H. Bachtiar, SpM (Alm), Dr. H. Abdul Gani, SpM, Dr Hj. Adelina Hasibuan SpM, Dr. Hj. Nurhaida Djamil, SpM, Dr. Beby Parwis, SpM, Dr. Syaiful Bahri, SpM, Dr. Riza Fatmi, SpM, Dr. Pinto Y. Pulungan, SpM (K), Dr. Hj. Heriyanti Harahap, SpM, Dr. Hj. Aryani. A. Amra, SpM, M. Ked (Oph), Dr.
Delfi, SpM (K), M.Ked (Oph), Dr. H. Hasmui, SpM, Dr. Nurchaliza H. Siregar, SpM, M.Ked (Oph), Dr. dr. Masitha Dewi Sari, SpM, M.Ked (Oph), Dr. dr.Rodiah Rahmawaty Lubis, SpM, M.Ked (Oph), Dr. Bobby Ramses Erguna Sitepu, SpM, M.Ked (Oph), Dr.
T. Siti Harilza Zubaidah, SpM, M.Ked (Oph), Dr. Vanda Virgayanti, SpM, M.Ked (Oph), Dr. Fithria Aldy, SpM, M.Ked (Oph), Dr. Ruly Hidayat, SpM, M.Ked (Oph), Dr. Marina Y. Albar, SpM M.Ked (Oph), Dr. Elly T. Silalahi, SpM, Dr. Herna Hutasoit, SpM, Dr. Novie Diana Sari, SpM, penulis haturkan hormat dan terima kasih yang tak terhingga atas perhatian, kesabaran,, bimbingan dan kesediaan berbagi pengalaman selama mendidik penulis di bagian ilmu kesehatan mata.
5. Drs. Abdul Djalil Amri Arma, M.Kes, selaku pembimbing statistik yang telah banyak meluangkan waktu dalam diskusi dan pengolahan data penelitian ini
6. Direktur RSUP H. Adam Malik Medan dan RSU Dr. Pirngadi Medan, yang telah memberikan fasilitas dan kesempatan yang seluas-luasnya kepada penulis dalam menjalani pendidikan.
7. Rektor Universitas Sumatera Utara, Dekan dan Ketua TKP PPDS I Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan penulis kesempatan untuk mengikuti Program Magister Ilmu Kesehatan Mata di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
8. PPDS Ilmu Kesehatan Mata (Teman-teman semua) yang telah memberikan bantuan dan dorongan semangat, sekaligus mengisi hari-hari penulis dengan persahabatan, kerjasama dan keceriaan dalam menjalani kehidupan sebagai residen
9. Seluruh perawat/paramedik di RSUP H. Adam Malik dan RSU Dr.
Pirngadi Medan dan di berbagai tempat dimana penulis pernah bertugas selama pendidikan, dan seluruh pegawai administrasi Departemen Ilmu Kesehatan Mata FK USU, terimakasih atas bantuan dan kerjasama yang telah diberikan selama ini.
10. Para pasien yang pernah penulis lakukan pemerikssan selama pendidikan dan juga pasien dalam penelitian ini sehingga penulisan tesis ini dapat terwujud.
Rasa hormat dan terimakasih tak terhingga kepada kedua orangtua penulis tercinta, ayahanda dr. Widirahardjo Soewondo, SpP, (K), dan ibunda Ir. Sulistia Endang Panuladsih, M.Sc, tak terbalaskan segala doa, kebaikan kasih sayang dan pengorbanan hanya doa tulus dari ananda agar Allah SWT membalas kebaikan ayah dan ibunda dengan Ridha Nya. Terimakasih penulis haturkan pula kepada kedua mertua tercinta, ayahanda Helmy St. Nazly dan ibunda Aslizar, juga kepada abang, adik, serta kakak ipar.
Kepada suami tercinta, dr. Muhammad Ginanjar, juga ananda tersayang Meysha Indi Nafeeza dan Shafina Alesha, terimakasih tak terhingga atas pengertian, kesabaran, kasih sayang, doa dan motivasi yang menjadi semangat ibunda dalam menyelesaikan pendidikan magister ini.
Akhirnya kepada semua yang berpartisipasi tiada kata yang dapat penulis ucapkan selain ucapan terimakasihsetulus-tulusnya, semoga Allah SWT membalas dengan kebaikan. Harapan penulis semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.
Medan, Oktober 2014
Penulis
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5
2.1 Definisi ... 5
2.2 Patogenesis ... 5
2.3 Pemeriksaan ... 8
2.4 Penatalaksanaan ... 15
2.5 Obat-obatan ... 18
2.6 Tindakan Operasi ... 20
BAB III KERANGKA KONSEPSIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 22
3.1 Kerangka Konsepsional ... 22
3.2 Definisi Operasional ... 22
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 24
4.1 Rancangan Penelitian ... 24
4.2 Pemilihan Tempat Penelitian ... 24
4.3 Populasi Penelitian ... 24
4.4 Besar Sampel ... 24
4.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi ... 25
4.6 Identifikasi Variabel ... 25
4.7 Alat dan Bahan ... 25
4.8 Jalannya Penelitian dan Cara Kerja ... 26
4.9 Analisis Data ... 26
4.10 Personal Penelitian ... 26
4.11 Biaya Penelitian ... 26
4.12 Pertimbangan Etika ... 26
BAB V HASIL PENELITIAN ... 27
5.1 Karakteristik Peserta Penelitian ... 27
5.2 Insidensi Suspek Glaukoma di RSUP H. Adam Malik Medan ... 30
BAB VI PEMBAHASAN ... 32
6.1 Insidensi Suspek Glaukoma Tahun 2012 di RSUP H. Adam Malik Medan ... 35
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 37
7.1 Kesimpulan ... 37
7.2 Saran ... 38
DAFTAR PUSTAKA ... 39 LAMPIRAN
1. Surat Persetujuan Komite Etika 2. Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1. Guideline untuk Follow up Suspek Glaukoma ... 18
5.1. Distribusi Kelompok Umur Subjek Penelitian ... 27
5.2. Distribusi Jenis Kelamin Subjek Penelitian ... 27
5.3. Distribusi Suku Bangsa Subjek Penelitian ... 28
5.4. Distribusi Pekerjaan Subjek Penelitian ... 28
5.5. Distribusi Lateralitas Subjek Penelitian ... 28
5.6. Distribusi Penyakit Sistemik Subjek Penelitian ... 29
5.7. Distribusi Riwayat Keturunan Subjek Penelitian ... 29
5.8. Distribusi Tajam Penglihatan Subjek Penelitian ... 29
5.9. Distribusi Tekanan Intra Okuli (TIO) Subjek Penelitian ... 30
5.10. Distribusi Cup Disc Ratio Subjek Penelitian ... 30
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
3.1 Kerangka Konsep ... 22
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian baru penderita suspek glaukoma di RSUP.H.Adam Malik Medan pada Tahun 2012.
Penelitian ini adalah suatu penelitian deskriptif retrospektif. Subjek penelitian adalah penderita suspek glaukoma yang berobat di Poli Mata RSUP.H.Adam Malik Medan. Sampel berjumlah 38 orang dengan diagnosa suspek glaukoma, kemudian diambil data sampel dari catatan rekam medis pasien yaitu tekanan intra okuli, tajam penglihatan, penyakit sistemik, umur, jenis kelamin, suku, riwayat keturunan, riwayat pekerjaan, lateralitas dan gambaran funduskopi. Dari hasil diperoleh insidensi suspek glaukoma tahun 2012 di RSUP. Haji Adam Malik Medan adalah 5,58%, kemudian data terbanyak berdasarkan usia penderita suspek glaukoma adalah usia 41-60 (42,1%), jenis kelamin perempuan (76,3%), pekerjaan ibu rumah tangga (39,5%), bilateral (57,9%), penyakit sistemik diabetes melitus (13,2%), riwayat keturunan yang tidak diketahui (92,1%), tajam penglihatan 5/5-5/18 (75,4%), tekanan intra okuli 21-30 mmHg (73,7%) Cup Disc Ratio 0,2-0,4 (80,3%). Sedangkan yang termasuk suspek glaukoma adalah CDR 0,5-0,6 (14,7%) dan 0,7-0,8 (4,9%).
Kata Kunci : suspek glaukoma, hipertensi okuli, tekanan intra okuli, cup disc ratio
ABSTRACT
This research aimed to determine the incidence of new patients with glaucoma suspect in.H.Adam Malik Hospital in 2012. This study is a retrospective descriptive study. Subjects were patients with suspected glaucoma treatment in Poly Eyes RSUP.H.Adam Malik. Samples numbered 38 people with suspected diagnosis of glaucoma, then the sample data taken from the patient's medical record including the intra oculi pressure, visual acuity, systemic disease, age, gender, ethnicity, descent history, employment history, lateralitas and funduscopic picture.
From the results obtained with suspected glaucoma incidence in 2012 in the. Haji Adam Malik Medan Hospital is 5.58%, then the majority of data based on the age of patients with suspected glaucoma were aged 41-60 (42.1%), female gender (76.3%), the work of housewives (39.5%) , bilateral (57.9%), systemic disease of diabetes mellitus (13.2%), a history of the descendants of the unknown (92.1%), visual acuity 5 / 5-5 / 18 (75.4%), intra pressure oculi 21-30 mmHg (73.7%) Cup Disc Ratio 0.2-0.4 (80.3%). While that includes suspected glaucoma is CDR 0.5-0.6 (14.7%) and 0.7-0.8 (4.9%).
Keywords: glaucoma suspect, ocular hypertension, intra oculi pressure, cup disc ratio
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Glaukoma merupakan penyebab kebutaan kedua terbesar di dunia.
WHO memperkirakan terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia dimana sepertiganya berada di Asia Tenggara. Menurut perkiraan WHO pada tahun 2002, penyebab kebutaan paling utama di dunia adalah katarak (47,8%), glaukoma (12,3%), uveitis (10,2%), age-related macular degeneration (AMD) (8,7%), trakhoma (3,6%), corneal opacity (5,1%), dan diabetic retinopathy (4,8%). Diperkirakan 12 orang menjadi buta tiap menit di dunia dan 4 orang diantaranya berasal dari Asia Tenggara. Beberapa penelitian melaporkan prevalensi kebutaan bilateral di negara berkembang di Asia berkisar 0,3 – 4,4 %. dibandingkan dengan angka kebutaan di Negara Asia Tenggara, angka kebutaan di Indonesia adalah yang tertinggi (1,5%), dimana Bangladesh 1%, India 0,7%, Thailand 0,3%.
Di Indonesia diperkirakan setiap menit ada satu orang menjadi buta.
Sebagian orang yang buta di Indonesia berada di daerah miskin dengan kondisi sosial ekonomi yang lemah.(WHO.2002)
Suspek glaukoma adalah suatu keadaan pada individu dewasa dengan ditemukannya penemuan klinis dan atau faktor-faktor resiko yang mengindikasikan berkembang menjadi Primary Open Angle Glaucoma (POAG). Pada suspek glaukoma dapat ditentukan pada pasien sedikitnya memiliki sedikitnya 1 dari tanda-tanda berikut ini pada mata yaitu defek
optik nerve atau nerve fiber layer diduga sebagai glaukoma (pembesaran rasio cup/disc, rasio cup/disc asimetris, penggaungan atau penyempitan neuroretinal rim, perdarahan disc, atau abnormalitas pada RNFL), kelainan lapang pandangan yang sesuai dengan glaukoma, peningkatan tekanan intra okuli ≥ 21 mmHg. Biasanya jika 2 atau lebih gejala ini ditemukan maka dapat disimpulkan suatu POAG, apalagi jika didukung oleh faktor resiko lainnya seperti usia, riwayat keturunan, penyakit sistemik yang diderita, ras kulit hitam, dll. (American Academy of Ophthalmology Practise Pattern, 2010), American Academy of Ophthalmolgy, 2010).
Glaukoma tidak selalu dengan peningkatan tekanan intra okuli. Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa prevalensi dari hipertensi okuli pada kulit putih non-Hispanic adalah usia 40 tahun lebih sebesar 4,5%.
Berdasarkan OHTS ( Ocular Hypertension Treatment Study) menunjukkan bahwa estimasi rata-rata hipertensi okuli beresiko menjadi glaukoma adalah sebesar 10% dalam 5 tahun. Resiko ini dapat diturunkan menjadi 5% apabila TIO diturunkan dengan medikasi atau pembedahan laser.
(Graham,R, H, 2011).
Sangat sulit untuk mendiagnosis antara hipertensi okuli dengan POAG pada tahap dini. Temuan tersering mengarahkan diagnosis ke OHT. Perkiraan prevalensi hipertensi okuli cukup bervariasi, namun dipercaya sebanyak 8 kali hipertensi okuli pasti berkembang menjadi POAG. Dari analisis penelitian, individu dengan tekanan intra okuli (TIO)
yang tinggi untuk periode waktu tertentu menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai TIO , semakin besar pula resiko berkembang menjadi glaukoma. (American Academy of Ophthalmology, 2010).
1.2 Identifikasi Masalah
1. Berapa insidensi suspek glaukoma di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012.
2. Mengetahui karakteristik suspek glaukoma di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012.
1.3 Tujuan Penelitian
• Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui angka kejadian suspek glaukoma di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2012.
• Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tajam penglihatan rata-rata penderita suspek glukoma
2. Untuk mengetahui tekanan intra okuli rata-rata penderita suspek glaukoma
3. Untuk mengetahui riwayat penyakit glaukoma yang diderita oleh keluarga penderita suspek glaukoma
4. Untuk mengetahui riwayat pekerjaan pada penderita suspek glaukoma
5. Untuk mengetahui riwayat penyakit sistemik penderita suspek glaukoma
6. Untuk mengetahui umur rata-rata penderita suspek glaukoma 7. Untuk mengetahui jenis kelamin terbanyak penderita suspek
glaukoma
8. Untuk mengetahui suku terbanyak penderita suspek glaukoma 9. Untuk mengetahui lateralisasi mata mana yang diderita suspek
glaukoma
10. Untuk mengetahui gambaran funduskopi penderita suspek glaukoma
1.4 Manfaat Penelitian
1. Penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui berapa angka kejadian kasus baru penderita suspek glaukoma.
2. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi data yang mendukung data-data penelitian lain tentang glaukoma khususnya suspek glaukoma.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Suspek glaukoma diartikan sebagai suatu keadaan pada orang dewasa yang mempunyai minimal 1 dari tanda-tanda berikut ini pada mata:
• Defek nerve fiber layer atau nervus optikus diduga sebagai glaukoma (pembesaran cup/disc ratio, rasio cup/disc asimetris, penggaungan atau penyempitan neural retinal rim, perdarahan diskus, atau abnormalitas lokal atau difus pada RNFL).
• Kelainan lapang pandangan sesuai dengan glaukoma.
• Peningkatan TIO ≥ 21 mmHg. (American Academy of Ophthalmology, 2009-2010)
2.2 Patogenesis
Terdapat tiga faktor penting yang menentukan tekanan bola mata, yaitu :
1. Jumlah produksi akuos oleh badan siliar.
2. Tahanan aliran akuos humor yang melalui sistem trabekular meshwork-kanalis Schlem.
3. Level dari tekanan vena episklera (Vaughan D, 1995)
Tekanan bola mata yang umum dianggap normal adalah 10-21 mmHg. Pada banyak kasus peningkatan tekanan bola mata dapat disebabkan oleh peningkatan resistensi aliran akuos humor. Beberapa faktor resiko dapat menyertai perkembangan suatu glaukoma termasuk riwayat keluarga, umur, jenis kelamin, ras, genetik, variasi diurnal, olahraga, obat-obatan.
Proses kerusakan papil saraf optik (cupping) akibat tekanan intra okuli yang tinggi atau gangguan vaskular ini akan bertambah luas seiring dengan terus berlangsungnya kerusakan jaringan sehingga skotoma pada lapang pandangan makin bertambah luas. Pada akhirnya terjadi penyempitan lapang pandangan dari yang ringan sampai berat. (American Academy of Ophthalmology, 2009-2010).
Glaukomatous optik neuropati adalah tanda dari semua bentuk glaukoma. Cupping glaukomatous awal terdiri dari hilangnya akson-akson, pembuluh darah, dan sel glia. Perkembangan glaukomatous optik neuropati merupakan hasil dari berbagai variasi faktor, baik intrinsik maupun ekstrinsik. Kenaikan TIO memegang peranan utama terhadap perkembangan glaukomatous optik neuropati.
Terdapat 2 hipotesa yang menjelaskan perkembangan glaukomatous optik neuropati, teori mekanik dan iskemik. Teori mekanik menekankan pentingnya kompresi langsung serat-serat akson dan struktur pendukung nervus optikus anterior, dengan distorsi lempeng lamina kribrosa, dan interupsi aliran aksoplasmik, yang berakibat pada
kematian sel ganglion retina (RGCs). Teori iskemik fokus pada perkembangan potensial iskemik intraneural akibat penurunan perfusi nervus optikus. Penurunan perfusi ini bisa akibat dari penekanan TIO pada pembuluh darah yang menutrisi nervus atau proses intrinsik pada nervus optikus. Gangguan autoregulasi pembuluh darah mugkin menurunkan perfusi dan mengakibatkan gangguan saraf. Pembuluh darah nervus optik secara normal meningkat atau menurunkan tekanannya untuk memelihara aliran darah konstan, tidak tergantung TIO dan variasi tekanan darah..
Temuan tersering mengarahkan diagnosis ke OHT. Perkiraan prevalensi OHT cukup bervariasi, namun dipercaya sebanyak 8 kali hipertensi okuli pasti berkembang menjadi POAG. Dari analisis penelitian, individu dengan IOP yang tinggi untuk periode waktu tertentu menunjukkan bahwa semakin tinggi nilai IOP, semakin besar pula resiko berkembang menjadi glaukoma.
Sangat sulit untuk mendiagnosis antara OHT dengan POAG pada tahap dini. Klinisi harus melihat secara hati-hati tanda-tanda kerusakan dini pada saraf optikus seperti focal notching, asymmetry of cupping, splinter disc hemorrhage, nerve fiber layer dropout. Atau kerusakan lapang pandangan yang ringan. Jika tanda-tanda kerusakan saraf optik ditemukan, diagnosis POAG dini harus dipertimbangkan dan pengobatan dimulai. (Kanski JJ, Mcalister, Salmon JF, 1996), (American Academy of Ophthalmology, 2009-2010).
Klinisi harus mempertimbangkan semua data yang tersedia dalam menilai risiko pasien untuk berkembang menjadi suatu glaukoma dan memutuskan kapan untuk mengobati peningkatan IOP. Faktor – faktor resiko berikut harus dipertimbangkan:
• Level dari IOP
• CCT (Corneal Central Thickness)
• cup-disc ratio
• Riwayat keluarga menderita glaukoma
• Ras, khususnya ras kulit hitam
• Usia lebih dari 50 tahun
• Keterkaitan dengan penyakit sitemik (Diabetes Mellitus, Hipertensi, dan penyakit kardiovaskular). (American Academy of Ophtahlmology, 2009-2010)
2.3 Pemeriksaan 2.3.1 Anamnesis
Anamnesis sangat penting dalam evaluasi tanda hipertensi okuli untuk mendeteksi glaukoma atau penyakit mata yang lain yang secara sekunder menyebabkan peninggian TIO. Hal-hal yang harus diperhatikan adalah :
1. Riwayat penyakit mata terdahulu : riwayat sakit pada mata atau mata merah, halo yang berwarna-warni, sakit kepala, penyakit mata sebelumnya termasuk katarak, uveitis, diabetic retinopathy, oklusi
pembuluh darah, riwayat operasi mata sebelumnya (fotokoagulasi atau prosedur refractif), atau trauma pada mata atau kepala.
2. Riwayat pengobatan terdahulu : Tindakan bedah atau penyakit vaskuler sistemik.
3. Riwayat obat-obatan, termasuk obat-obat antihipertensi (yang mana secara langsung menyebabkan fluktuasi TIO) atau kortikosteroid topikal/sistemik.
4. Faktor resiko untuk neuropati optik akibat glaukoma. Faktor resiko yang juga memungkinkan yaitu : penyakit kardiovaskular sistemik, diabetes melitus, migrain, sakit kepala, hipertensi, dan vasospasme. (American Academy of Ophthalmology, 2009-2010), (Vaughan D, Riordan Eva P, 1995)
2.3.2 Pemeriksaan Fisik
1. Visual acuity : bandingkan visual acuity sekarang dengan visual acuity yang diketahui sebelumnya (jika berkurang, singkirkan POAG atau penyebab penyebab sekunder kehilangan penglihatan, seperti juga katarak, age-related macular degeneration, ocular surface disorders (misalnya dry eye), atau efek merugikan yang timbul dari pengobatan topikal (terutama jika menggunakan miotics).
2. Pupil : ada/tidaknya defek afferen dari pupil (Marcus-Gunn).
3. Pemeriksaan slit lamp dari segmen anterior :
a. Cornea : lihat tanda-tanda oedema microcystic (ditemukan hanya dengan peninggian TIO yang tiba-tiba), keratic precipitates, pigmen di endothelium (Krukenberg spindle), dan kelainan kongenital.
b. Bilik mata depan : periksa apakah ada cell atau flare, uveitis, hyphema, dan sudut tertutup.
c. Iris : defek transiluminasi, atrophy iris, synechiae, rubeosis, ectropion uveae, iris bombe, perbedaan dalam pewarnaan iris bilateral (misalnya Fuchs heterochromic iridocyclitis) atau pseudoexfoliation (PXF ) mungkin diobservasi.
d. Lensa : periksa apakah ada perkembangan katarak (misalnya phacomorphic glaucoma, PXF, phacolytic glaucoma dengan katarak Morgagni).
e. Saraf optik/Lapisan serabut saraf : pemeriksaan stereoskopik untuk buktikan tidak adanya kerusakan glaukomatous termasuk ratio cup-todisc pada bidang horizontal dan vertical, penampakan dari disc, pembesaran cup yang progresif, bukti kerusakan lapisan serabut saraf dengan filter red-free, notching atau penipisan dari disc rim (terutama pada pole superior atau inferior), pallor, timbul perdarahan (biasanya daerah inferotemporal), tidak simetrisnya disc, atrophy parapapillary atau abnormalitas saraf kongenital.
f. Fundus : abnormalitas lain yang biasa dianggap sebagai defek lapang pandangan nonglaukomatous atau kehilangan penglihatan termasuk disc drusen, optic pits, penyakit retina, perdarahan vitreous, atau retinopathy proliferative.(American Academy of Ophthalmology, 2009- 2011), (Kanski JJ, Mcalister, Salmon JF, 1996)
2.3.3 Tonometri
• TIO bervariasi dari jam ke jam pada setiap individu. Ritme circadian dari TIO biasanya menyebabkan sebagian besar kenaikan di pagi hari. TIO juga meningkat pada posisi tidur telentang.
• Catat pengukuran pada kedua mata. Metode yang digunakan tonometer applanasi Goldmann merupakan kriteria standard
• Ulangi pembacaan tonometri
• Ulangi pengukuran sekurangnya 2-3 waktu pemeriksaan sebelum memutuskan rencana therapy. Ambil pengukuran pada pagi hari dan malam hari untuk memastikan variasi diurnal, jika memungkinkan.(Pavan Debora Langston, 2008)
2.3.4 Gonioskopi
Gonioskopi harus dilakukan untuk menyingkirkan sudut tertutup atau penyebab sekunder peninggian TIO, seperti penyempitan sudut, glaukoma pigmentary, dan PXF.
Berdasarkan Shaffer, penilaian sudut terbagi atas:
Grade 4 : Sudut antara iris dan permukaan trabekular meshwork 45º Grade 3 : Sudut antara iris dan permukaan trabekular meshwork >20º
tetapi <45º
Grade 2 : Sudut antara iris dan permukaan trabekular meshwork 20º Grade 1 : Sudut antara iris dan permukaan trabekular meshwork 10º
kemungkinan sudut tertutup terjadi setiap waktu
Slit : Sudut antara iris dan permukaan trabekular meshwork 10º kemungkinan sudut tertutup terjadi setiap waktu
Grade 0 : Sudut antara iris dan permukaan trabekular meshwork sudut tertutup. (American Academy of Ophthalmology, 2009-2010).
2.3.5 Evaluasi Klinis Nervus Optikus
Nervus optikus mengandung jaringan neuroglial, matriks ekstraseluler serta pembuluh darah. Nervus optik manusia mengandung kira-kira 1,2-1,5 juta akson dari sel ganglion retina (retinal ganglion cells/RGCs). Papil nervus optikus atau diskus optikus dibagi atas 4 lapisan yaitu : lapisan nerve fiber, prelaminar, laminar dan retrolaminar. Lapisan paling luar atau lapisan nerve fiber dapat dilihat langsung dengan ophthalmoskop. Lapisan ini diperdarahi oleh arteri retina sentral. Lapisan kedua atau prelaminar region secara klinis dapat dievaluasi adalah area sentral papil optik. Daerah ini diperdarahi oleh arteri siliaris posterior. Pada nervus optikus dapat diperiksa dengan ophthalmoskop direk,
ophthalmoskop indirek atau slit lamp yang menggunakan posterior pole lens.
Kepala nervus optikus atau diskus optik, biasanya bulat atau sedikit oval dan mempunyai suatu cup sentral. Jaringan di antara cup dan pinggir diskus disebut neural rim atau neuroretinal rim. Pada orang normal, rim ini mempunyai kedalaman yang retalif seragam dan warna yang bervariasi dari orange sampai merah muda. Ukuran cup fisiologis secara perkembangannya ditetapkan dan bergantung ukuran diskus. Ukuran cup dapat sedikit meningkat sesuai umur. Orang kulit hitam yang bukan glaukoma rata-rata mempunyai diskus yang lebih lebar dan cup-disc ratio/CDR lebih besar dibanding kulit putih. Rata-rata orang myopia mempunyai mata dan disk rasio yang lebih besar dibanding emetropia dan hiperopia. CDR saja tidak adekuat menentukan bahwa diskus optik mengalami kerusakan glaukomatous. (American Academy of Ophthalmology, 2009-2010)
Penting untuk menbandingkan mata yang satu dengan sebelahnya karena asimetri diskus tidak biasa pada orang normal. CDR vertikal secara normal antara 0,1-0,4, walaupun sekitar 5% individu normal mempunyai rasio CDR yang lebih besar dari 0,6. Asimetri CDR lebih dari 0,2 terdapat pada kurang dari 1% orang normal.
Membedakan cup normal dari cup glaukomatous adalah sulit.
Perubahan awal dari glaukomatous optik neuropati adalah sangat halus yaitu:
• Pembesaran umum cup
• Pembesaran cup secara fokal
• Splinter haemorrhage
• Hilangnya nerve fiber layer
• Menipisnya neuroretinal rim
• Pembuluh darah menyilang
• Perbedaan cup yang asimetris antara kedua mata.
• Atrofi peripapil
Perubahan lain yang ditemukan pada glaukoma di klinik adalah adanya penyempitan lapang pandangan dengan pemeriksaan perimetri.
Kerusakan serabut saraf oleh proses glaukoma akan menunjukkan bentuk atau gambaran yang khas pada pemeriksaan perimetri, dapat berupa :
• Depresi umum
• Paracentral scotoma
• Arcuarta atau Bjerrum scotoma
• Nasal step
• Defek altitudinal
• Temporal wedge.(Pavan D-Langston, 2008), (American Academy of Ophthalmology)
2.3.6 Pemeriksaan Lapang Pandangan
• Lakukan test threshold automatis ( misalnya Humprey 24-2 ) untuk menyingkirkan adanya defek lapang pandangan
glaukomatous. Jika tidak tersedia test automatis, perimetri Goldmann dapat juga dilakukan.
• Ingat hal-hal berikut dalam menganalisa lapang pandangan : 1. Hasil pemeriksaan harus diperhitungkan bahwa defek lapang
pandangan tidak kelihatan sampai lebih dari 40% kehilangan lapisan serabut saraf muncul.
2. Catat ukuran pupil pada setiap bagian pemeriksaan, konstriksi dapat mengurangi sensitivitas retina dan dapat menyerupai kehilangan lapang pandangan yang progresif.,(Vaughan D, 1995, American Academy of Ophthalmology, 2009-2010)
2.4 Penatalaksanaan
Tidak ada pernyataan yang jelas mengenai apakah peninggian tekanan intra okuli harus diobati tanpa adanya tanda-tanda kerusakan awal. Resiko kerusakan meningkat seiring dengan peninggian tekanan intra okuli. Menurut Ocular Hypertension Study, tidak ada bukti yang jelas apabila tekanan yang meninggi diturunkan, dapat menghambat atau mencegah terjadinya glaukoma. Sebagian besar ahli mata memulai pengobatan jika tekanan intra okuli secara konsisten lebih tinggi daripada 30 mmHg disebabkan oleh resiko tinggi terjadinya kerusakan optic disc.
Tetapi sekarang ini sebagian ahli mengobati semua kasus peninggian tekanan intra okuli yang lebih tinggi dari 21 mmHg dengan obat-obatan topical. Namun ada juga beberapa ahli menyarankan observasi yang ketat
tanpa pengobatan karena kebanyakan pasien hipertensi okuli beresiko rendah terhadap kehilangan penglihatan (hanya lebih kurang 1%).
Beberapa ahli menyeleksi dan mengobati individu yang beresiko besar menderita glukoma. Meskipun telah disebutkan sebelumnya bahwa kerusakan serabut saraf diatas 40% dapat timbul sebelum adanya defek lapang pandangan, jangan melakukan therapy hanya berdasarkan pemeriksaan lapang pandangan saja. Tujuan pengobatan adalah menurunkan tekanan sebelum terjadinya kehilangan penglihatan akibat glaukoma.
Beberapa pertanyaan harus diajukan ketika mempertimbangkan pengobatan :
1. Apakah kenaikan tekanan tersebut signifikan?
2. Apakah pasien akan kehilangan penglihatan jika tidak diterapi?
3. Apakah pengobatan memperburuk resiko efek yang timbul akibat pengobatan? (Vaughan D, 1995), (Debora P-Langston, 2008)
Untuk alasan tersebut, di bawah ini adalah penuntun penatalaksanaan menurut resiko terjadinya kerusakan akibat glaucoma:
1. Faktor-faktor Resiko Tinggi
a) Defek lapisan serabut saraf retina.
b) Perubahan-perubahan parapapillary.
c) TIO > 30 mmHg.
Apabila mengobati pasien dengan faktor-faktor resiko tinggi, perubahan tekanan intra okuli sangat penting dan kalau memungkinkan
penurunan tekanan intra okuli sampai 20%. Untuk kelompok ini,obati pasien dan kontrol 1 bulan kemudian untuk melihat apakah pengobatan efektif dan tidak ada efek yang merugikan. Jika tujuan pengobatan terpenuhi, follow-up setiap 3-4 bulan.
2. Faktor-faktor Resiko Sedang
a. Tekanan intra okuli 24-29 mmHg tanpa defek lapisan serabut saraf.
b. Riwayat keluarga dengan glaukoma sudut terbuka primer.
c. Myopia tinggi.
d. cup-disc vertical ratio > 0,7.
Follow-up pemeriksaan secara lengkap dalam waktu 2-3 minggu untuk cek ulang tekanan. Jika tekanan intra okuli masih tetap 3 mmHg diatas batas, teruskan follow-up pemeriksaan setiap 3-4 minggu dengan pemeriksaan lapang pandangan dan evaluasi saraf optik setidaknya sekali setahun. (Vaughan D, 1995), (Debora P-Langston, 2008)
3. Faktor-faktor Resiko Rendah
Tekanan intra okuli 22-23 mmHg. Lakukan follow-up pemeriksaan 2-3 bulan kemudian untuk cek ulang tekanan pada waktu yang berbeda dalam sehari ( misalnya jam 8 pagi, jam 11 pagi, jam 1 siang, jam 4 sore ).
(Vaughan D, 1995), (Debora P-Langston, 2008)
Penatalaksanaan terhadap pasien yang mendapat terapi obat anti glaukoma :
1. Tetapkan tekanan target awal: penurunan 20-30% dari TIO awal
2. Pilih obat terhadap individu : - Quality of life
- Biaya
- Efek samping (Gondhowiharjo, TD, Simanjuntak GWS, 2006) Tabel 2.1 Guideline untuk Follow up Suspek Glaukoma
(Gondhowiharjo, TD, Simanjuntak GWS, 2006)
Pengobatan
Target Pressure
(TP)
Resiko tinggi untuk
terjadi kerusakan
Interval follow up
Evaluasi papil, saraf optik, serabut saraf
retina dan lapang pandang Tidak diobati - Tidak ada 6-18 bulan 6-18 bulan Tidak diobati - ada 3-12 bulan 6-12 bulan Diobati Turun Tidak ada 3-12 bulan 6-12 bulan
diobati Turun tetapi tidak mencapai
TP
ada 2 hari – 4 bulan
3-12 bulan
2.5 Obat-obatan
Obat-obatan yang ideal untuk terapi hipertensi okuli harus memiliki syarat syarat sebagai berikut :
• Sangat efektif dalam menurunkan tekanan intra okuli.
• Tidak ada efek yang merugikan atau eksaserbasi sistemik dari penyakit.
• Tidak mahal untuk dosis 1 kali sehari.
Sekali pengobatan dimulai, lakukan follow-up yang ketat untuk menangani efek samping dari obat-obatan. Lakukan follow-up pertama 3-4 minggu setelah therapy dimulai. Observasi tanda-tanda alergi obat,
Pertimbangkan therapy 1 mata ketika memulai pemberian obat-obatan, karena tekanan intra okuli mata yang satu lagi dapat digunakan sebagai kontrol untuk mengukur efek dari pengobatan. Perbedaan lebih dari 4 mmHg antara 2 mata setelah pengobatan menunjukkan adanya efek klinis. Kategori obat-obatan :
1. Carbonic Anhydrase Inhibitors (CAIs )
Dengan memperlambat pembentukan ion-ion bicarbonate kemudian mengurangi transport sodium dan cairan, dapat menghambat carbonic anhydrase (CA) di processus ciliaris mata. Efek ini menurunkan sekresi aqueous humor sehingga menurunkan tekanan intra okuli. Contoh : Dorzolamide, Brinzolamide, Acetazolamide, Methazolamide.
2. Kombinasi beta blockers dan carbonic anhydrase inhibitors.
Mekanisme kerja anti hipertensive beta adrenergics blockers pada mata masih belum jelas, tetapi dapat mengurangi produksi aqueous humor. Contoh : Timolol/Dorzolamide (Cosopt ).
3. Adrenergics agonists.
Dalam kelompok ini alpha2-selective agonists lebih sering digunakan untuk pengobatan hipertensi okuli. Alpha2-adrenergics agonists bekerja dengan menurunkan produksi aqueous humor. Contoh : Brimonidine.
4. Prostaglandin analog.
Golongan obat terbaru yang bekerja meningkatkan outflow uveoscleral. Contoh : Latanoprost (Xalatan 0,0005% ).
5. Obat-obatan terbaru yang diakui.
Unoprostone (Rescula), Bimatoprost (Lumigan), dan Travoprost (Travatan) adalah contoh obat-obat terbaru yang diakui serupa dengan prostaglandin yang dapat menurunkan tekanan intra okuli.
Unoprostone menunjukkan penurunan tekanan sekitar 10-15% dan dapat bekerja sebagian melalui saluran-saluran outflowl. Bimatoprost dapat menurunkan tekanan lebih besar tapi dapat menyebabkan hiperemis konjungtiva. Begitu juga dengan Travaprost.
6. Beta-adrenergic blockers.
Menurunkan produksi aqueous, mungkin dengan memblok reseptor beta adrenergic muncul di badan siliar. Sayangnya obat-obatan non- selective pada kelompok ini juga berinteraksi dengan beta reseptor di jantung dan paru-paru sehingga dapat menimbulkan efek-efek yang merugikan. Contoh : Betaxolol 0,25%, Carteolol 1%, Timolol 0,25% &
0,5%, Levobunolol 0,25% & 0,5%, Metipranolol 0,3%.(Vaughan D, 1995), (Debora P-Langston, 2008), (American Academy of Ophthalmology, 2009-2010).
2.6 Tindakan Operasi
• Secara umum, jika kontrol tidak dapat dicapai dengan 1-2 kali pengobatan pertimbangkan diagnosa hipertensi okuli dengan kemungkinan glaukoma sudut terbuka primer tahap awal.
• Laser trabeculoplasty jarang diindikasikan untuk mengobati pasien
persentase penurunan TIO setelah SLT secara signifikan lebih besar di mata dengan kornea tipis (CCT <555 µm), menunjukkan pasien dengan kornea tipis memiliki kontrol TIO yang lebih baik setelah SLT. (Wills Eye Manual, 2004), (Gondowirdjo,TD, Simanjuntak, GWS, 2006), (Cardakli F, 2011)
BAB III
KERANGKA KONSEPSIONAL DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsepsional
Kerangka konsepsional merupakan kerangka yang menggambarkan dan mengarahkan asumsi mengenai elemen-elemen yang diteliti. Berdasarkan dari rumusan masalah yang telah dipaparkan dalam latar belakang dan dari tinjauan kepustakaan yang ada, maka kerangka konsep digambarkan sebagai berikut :
Gambar 3.1. Kerangka Konsep
3.2 Definisi Operasional
• Suspek glaukoma adalah pasien dengan ditemukannya minimal 1 dari tanda-tanda berikut :
Suspek Glaukoma Umur
Jenis kelamin Suku
Pekerjaan Lateralitas
Riwayat keturunan
Riwayat penyakit sistemik TIO
Tajam penglihatan (Visus) Gambaran funduskopi
- Defek nerve fiber layer atau nervus optikus yang diduga sebagai glaukoma
- Gangguan lapang pandangan sesuai dengan glaukoma.
- Peningkatan TIO lebih besar dari 21 mmHg
• Umur adalah umur penderita suspek glaukoma
• Jenis Kelamin adalah laki-laki dan perempuan
• Suku adalah golongan kecil dari suatu bangsa berdasarkan letak geografis
• Lateralitas adalah unilateral (satu mata) dan bilateral (dua mata)
• Penyakit sistemik adalah riwayat penyakit sistemik penderita suspek glaukoma
• Riwayat keturunan adalah riwayat penyakit glaukoma yang pernah diderita oleh keluarga dekat penderita suspek glaukoma
• Riwayat pekerjaan adalah pekerjaan dari penderita suspek glaukoma
• Tekanan Intra Okuli (TIO) adalah Tekanan Intra Okuli penderita suspek glaukoma
• Tajam Penglihatan adalah tajam penglihatan pada saat pertama kali penderita didiagnosa suspek glaukoma
• Gambaran funduskopi adalah gambaran optik disk penderita glaukoma
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif, dengan mengambil data sampel dari catatan rekam medis pasien yang datang berobat ke poliklinik mata RSUP H. Adam Malik Medan selama tahun 2012.(Sastroasmoro,S, Ismael S, 2010).
4.2 Pemilihan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan.
4.3 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah seluruh pasien yang berkunjung ke poli mata RSUP H. Adam Malik Medan dan didiagnosa dengan suspek glaukoma tahun 2012.
4.4 Besar Sampel
Besar sampel ditentukan dengan metode total sampling, yaitu semua subjek yang didiagnosa suspek glaukoma yang memenuhi kriteria inklusi di poliklinik mata RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012.15
4.5 Kriteria Inklusi dan Eksklusi
• Kriteria Inklusi
- Semua pasien dengan diagnosa dengan suspek glaukoma yang berkunjung ke poliklinik mata RSUP H. Adam Malik Medan pada tahun 2012
- Rekam medis yang lengkap
• Kriteria Eksklusi
- Rekam medis yang tidak lengkap
4.6 Identifikasi Variabel
1. Variabel terikat adalah suspek glaukoma
2. Variabel bebas adalah : tekanan intra okuli, tajam penglihatan, penyakit sistemik, umur, jenis kelamin, suku, riwayat keturunan, riwayat pekerjaan dan lateralitas, gambaran funduskopi
4.7 Alat dan Bahan
1. Data dari rekam medis 2. Kertas
3. Pulpen 4. Pensil 5. Penghapus
4.8 Jalannya Penelitian dan Cara Kerja
Pengumpulan data diambil dari rekam medis pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit H.Adam Malik Medan pada tahun 2012 dengan diagnosa suspek glaukoma. Semua data pasien dicatat, setelah data terkumpul diolah dalam bentuk tabel.
4.9 Analisis Data
Analisis data dilakukan secara deskriptif dan disajikan dalam bentuk tabulasi data.
4.10 Personal Penelitian
Peneliti : Dian Wikaningtyas.
4.11 Biaya Penelitian
Biaya penelitian ditanggung oleh peneliti.
4.12 Pertimbangan Etika
Usulan penelitian ini terlebih dahulu disetujui oleh rapat bagian Ilmu Kesehatan Mata FK-USU/RSUP H. Adam Malik Medan. Penelitian ini kemudian diajukan untuk disetujui oleh rapat komite etika Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
BAB V
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif retrospektif yang dilakukan di RSUP H. Adam Malik Medan. Dari jumlah pasien poli glaukoma pada tahun 2012 sebanyak 680 orang ditemukan sampel suspek glaukoma sebanyak 38 orang (61 mata).
5.1. Karakteristik Peserta Penelitian
Tabel 5.1. Ditribusi Kelompok Umur Subjek Penelitian
Umur n %
21 – 40 14 36,8
41 – 60 16 42.,1
61 – 80 8 21,1
Total 38 100
Dari tabel distribusi sampel berdasarkan umur didapatkan jumlah sampel sebanyak terbanyak berumur 41-60 yaitu 16 orang (42,1%).
Tabel 5.2. Distribusi Jenis Kelamin Subjek Penelitian
Jenis Kelamin n %
Laki-laki 9 23,7
Perempuan 29 76,3
Total 38 100
Dari tabel distribusi sampel berdasarkan jenis kelamin didapatkan jumlah sampel terbanyak adalah perempuan yaitu 29 orang (76,3%).
Tabel 5.3. Distribusi Suku Bangsa Subjek Penelitian
Suku n %
Minang 1 2,6
Batak/Mandailing 21 55,3
Jawa 9 23,7
Melayu 3 7,9
Aceh 1 2,6
Nias 2 5,3
Pak-Pak 1 2,6
Total 38 100
Dari tabel distribusi sampel berdasarkan suku didapatkan jumlah sampel terbanyak adalah suku batak/mandailing yaitu 21 orang (55,3%)
Tabel 5.4 Distribusi Pekerjaan Subjek Penelitian
Pekerjaan n %
Pelajar 3 7,9
Wiraswasta 5 13,2
PNS 9 23,7
Buruh 1 2,6
Pensiunan 5 13,2
Ibu Rumah Tangga 15 39,5
Total 38 100
Dari tabel distribusi sampel berdasarkan pekerjaan didapatkan jumlah sampel terbanyak adalah ibu rumah tangga yaitu 15 orang (39,5%).
Tabel 5.5. Distribusi Lateralitas Subjek Penelitian
Lateralitas n %
Unilateral - OD - OS
15 7 8
39,4 18,4 21,1
Bilateral 23 60,5
Total 38 100
Dari tabel distribusi sampel berdasarkan lateralitas didapatkan jumlah sampel terbanyak adalah bilateral yaitu 23 orang (60,5%) atau 46 mata. Sedangkan unilateral sebanyak 15 mata (39,4%).
Tabel 5.6 Distribusi Penyakit Sistemik Subjek Penelitian
Penyakit Sistemik n %
DM 5 13,2
HT 4 10,6
DM + HT 3 7,9
CV 2 5,2
Tidak ada 24 63,1
Total 38 100
Dari tabel distribusi sampel berdasarkan penyakit sistemik didapatkan jumlah sampel terbanyak adalah penyakit diabetes melitus sebanyak 5 orang (13,2%).
Tabel 5.7 Distribusi Riwayat Keturunan Subjek Penelitian
Riwayat Keturunan n %
Ada 1 2,6
Tidak 2 5,3
Tidak tahu 35 92,1
Total 38 100
Dari tabel distribusi sampel berdasarkan riwayat keturunan didapatkan jumlah sampel terbanyak adalah penderita tidak tahu sebanyak 35 orang (92,1%)
Tabel 5.8 Distribusi Tajam Penglihatan Subjek Penelitian
Mata Tajam Penglihatan Jumlah
n (%) 5/5-5/18 <5/18-5/50 <5/60-1/60
OD 24 (39,3) 6 (9,8) 0 (0) 30 (49,2) OS 22 (36,06) 8 (13,1) 1 (1,6) 31 (50,8) Jumlah 46 (75,4) 14 (22,9) 1 (1,6) 61 (100)
Dari tabel distribusi sampel berdasarkan tajam penglihatan didapatkan jumlah sampel terbanyak adalah pada tajam penglihatan 5/5- 5/18 sebanyak 46 mata (75,4%).
Tabel 5.9 Distribusi Tekanan Intra Okuli (TIO) Subjek Penelitian
Mata Tekanan Intra Okuli (mmHg) Jumlah
n (%)
<21 21-30 >30
OD 1 (1,6) 13 (21,3) 1 (1,6) 15 (24,5) OS 11 (18,1) 32 (52,4) 3 (4,9) 46 (75,4) Jumlah 12 (19,7) 45 (73,7) 4 (6,5) 61 (100) Dari tabel distribusi sampel berdasarkan tekanan intra okuli didapatkan sampel terbanyak adalah TIO 21-30 mmHg sebanyak 45 mata (73,7%).
Tabel 5.10 Distribusi Cup Disc Ratio Subjek Penelitian
Mata Cup Disc Ratio (CDR) Jumlah
n (%) 0,2-0,4 0,5-0,6 0,7-0,8
OD 14 (22,9) 0 (0) 1 (1,6) 15 (24,5) OS 35 (57,3) 9 (14,7) 2 (3,2) 46 (75,5) Jumlah 49 (80,3) 9 (14,7) 3 (4,9) 61 (100)
Dari tabel distribusi sampel berdasarkan Cup Disc Ratio didapatkan jumlah terbanyak adalah dengan CDR normal yaitu 0,2-0,4 sebanyak 49 mata (80,3%). Sedangkan yang termasuk suspek glaukoma adalah CDR 0,5-0,6 sebanyak 9 mata (14,7%) dan 0,7-0,8 sebanyak 3 mata (4,9%).
5.2 Insidensi suspek glaukoma di RSUP. Haji Adam Malik Medan
Dari seluruh jumlah pasien glaukoma yang berobat ke poli glaukoma sebanyak 680 orang, didapatkan penderita suspek glaukoma sebanyak 38 orang. Insidensi didapatkan dengan rumus jumlah pasien suspek glaukoma baru yang berobat di RSUP. Haji Adam Malik Medan /
Malik Medan tahun 2012 dikali 100 %, sehingga insidensi suspek glaukoma di RSUP Haji Adam Malik Medan tahun 2012 adalah 5,58 %.
BAB VI PEMBAHASAN
Pada tabel 5.1.1 menunjukkan distribusi umur dimana jumlah sampel terbanyak yang didapat adalah sampel dalam kelompok umur 41- 60 tahun sebanyak 16 orang (42,1%). Di Amerika Serikat dilaporkan bahwa suspek glaukoma adalah usia diatas 40 tahun. Menurut penelitian Anupama C. Shetgar and Mariyappa B. Mulimani dalam Central Corneal Thickness in Normal Tension Glaucoma, Primary Open Angle Glaucoma and Ocular Hypertension predileksi umur suspek glaukoma diatas 50 tahun dan menurut Barbados Eye Study menunjukkan umur >40 tahun.
Pada tabel 5.1.2 menunjukkan distribusi jenis kelamin dimana jumlah sampel terbanyak yang didapat adalah perempuan yaitu 29 orang (76,3%). Sesuai dengan Anupama C. Shetgar and Mariyappa B. Mulimani dalam Central Corneal Thickness in Normal Tension Glaucoma, Primary Open Angle Glaucoma and Ocular Hypertension predileksi terbanyak adalah perempuan. Hal ini dikarenakan bahwa perempuan diatas 40 tahun yang sudah mengalami menopause akan mengalami penurunan kadar hormon estrogen yang berpengaruh terhadap peningkatan tekanan intra okuli. Menurut penelitian Panchami dkk, bahwa adanya hubungan antara peningkatan TIO pada wanita postmenaupause. Kemudian menurut penelitian Ebeiqbe, dkk ada hubungan antara estradiol dan peningkatan TIO pada wanita nigerian postmenopause. Kemudian
Robert,dkk juga menyatakan jenis kelamin wanita merupakan salah satu faktor resiko suspek glaukoma
Pada tabel 5.1.3 menunjukkan distribusi suku dimana jumlah sampel terbanyak yang didapat adalah suku batak/mandailing yaitu 21 orang (55,3%) oleh karena pasien yang berobat ke RSUP Haji Adam Malik Medan sebagian besar adalah suku batak/mandailing sehingga subjek penelitian banyak dari suku Batak. Tidak ada predileksi suku yang khusus untuk suspek glaukoma.
Pada tabel 5.1.4 menunjukkan distribusi pekerjaan dimana jumlah sampel erterbanyak yang didapat adalah ibu rumah tangga yaitu 15 orang (39,5%). Tidak ada pekerjaan yang khusus untuk penderita suspek glaukoma sebagai faktor resiko.
Pada tabel 5.1.5 menunjukkan distribusi lateralitas dimana jumlah sampel terbanyak yang didapat adalah bilateral yaitu 23 orang (60,5%).
Sedangkan unilateral sebanyak 15 mata (39,4%), dengan melibatkan mata kanan lebih banyak dari mata kiri sebanyak 8 mata (21,1%).
Pada tabel 5.1.6 menunjukkan distribusi penyakit sistemik dimana jumlah sampel terbanyak yang didapat adalah penyakit diabetes melitus sebanyak 5 orang (13,2%). Hal ini sesuai dengan OHTS (Ocular Hypertension Treatment Study) bahwa dengan adanya diabetes yang merupakan faktor resiko berarti meningkatkan resiko glaukoma atau perubahan glaukomatousnya.
Pada tabel 5.1.7 menunjukkan distribusi riwayat keturunan dimana jumlah sampel terbanyak yang didapat adalah tidak diketahui sebanyak 35 orang (92,1%). Menurut OHTS riwayat keturunan merupakan salah satu faktor resiko berkembangnya menjadi POAG. Pada penelitian ini subjek penelitian tidak mengetahui secara jelas apakah memang tidak ada riwayat keturunan atau memang tidak mengetahui.
Pada tabel 5.1.8 menunjukkan distribusi tajam penglihatan dimana didapatkan jumlah sampel terbanyak adalah pada tajam penglihatan 5/5- 5/18 sebanyak 46 mata (75,4%). Sedangkan tajam penglihatan pada rentang <5/18-5/50 sebanyak 14 mata dan pada rentang <5/60-1/60 sebanyak 1 mata. Hal ini menunjukkan bahwa penderita yang datang berobat masih memiliki tajam penglihatan yang masih baik sebanyak 75,4%.
Pada tabel 5.1.9 menunjukkan distribusi tekanan intra okuli dimana jumlah sampel terbanyak adalah TIO 21-30 mmHg sebanyak 45 mata (73,7%). Hal ini hampir sama dengan penelitian yang dilakukan Bharatpur, Nepal sebesar 75% subjek dengan TIO >22mmHg. Menurut Baltimore Eye Survey 6.6% dari populasi memiliki TIO> 22mmHg. Kemudian menurut Evidence-Based Care of Ocular Hypertension and Glaucoma Patients, TIO sebesar 26 mmHg memiliki resiko sebesar 41,2% untuk berkembang menjadi glaukoma
Pada tabel 5.1.10 menunjukkan distribusi cup disc ratio didapatkan jumlah terbanyak adalah dengan CDR normal yaitu 0,2-0,4 sebanyak 49
mata (80,3%). Sedangkan yang termasuk suspek glaukoma adalah CDR 0,5-0,6 sebanyak 9 mata (14,7%) dan 0,7-0,8 sebanyak 3 mata (4,9%).
Hal ini menunjukkan bahwa sebanyak 12 mata memiliki CDR lebih dari 0,4, dimana di literatur disebutkan salah satu perubahan glaukomatous apabila terjadi pembesaran CDR >0,4. Kemudian sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bharatpur,dkk dari Nepal sebanyak 15%
dengan subjek suspek glaukoma memiliki CDR > 0,5
6.1 Insisdensi Suspek Glaukoma Tahun 2012 di RSUP Haji Adam Malik Medan
Dari jumlah penderita suspek glaukoma sebanyak 38 orang, didapatkan insidensi suspek glaukoma tahun 2012 di RSUP. Haji Adam Malik Medan adalah 5,58%. Dari keseluruhan subjek penelitian kebanyakan dengan TIO yang meningkat sebanyak 45 mata (73,7%), sedangkan berdasarkan CDR hanya sebanyak 12 mata (19,6%).
Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Bharatpur, Nepal bahwa insidensi suspek glaukoma sebesar 8,64% dalam 1 tahun dan juga prevalensi sebesar 0,1802 dalam 1000 populasi. Kemudian data suspek glaukoma berdasarkan CDR ditemukan sebesar 15% dan berdasarkan kerusakan lapangan pandang sebesar 10% sisanya sebesar 75% adalah berdasarkan TIO >22mmHg. Prevalensi hipertensi okuli di Amerika Serikat non – Hispanik adalah 4,5 % ( berkisar antara 2,7 % pada orang berusia 43-49 tahun, 7,7 % pada usia 75 sampai 79 tahun ), diperkirakan bahwa 3-6 juta orang di Amerika Serikat memiliki hipertensi okuli.
Angka ini diharapkan dapat menjadi pedoman dalam upaya pencegahan penyakit suspek glaukoma berkembang menjadi Primary Open Angle Glaucoma (POAG).
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
1. Dari 680 jumlah pasien yang berobat kepoli mata didapatkan jumlah penderita suspek glaukoma sebanyak 38 orang yang melibatkan 61 mata.
2. Berdasarkan usia rata-rata penderita suspek glaukoma adalah paling banyak usia 41-60 yaitu 16 orang (42,1%)
3. Berdasarkan Jenis kelamin menunjukkan bahwa jumlah penderita suspek glaukoma adalah perempuan yaitu 29 orang (76,3%).
4. Berdasarkan pekerjaan menunjukkan bahwa jumlah penderita suspek glaukoma adalah ibu rumah tangga yaitu 15 orang (39,5%)
5. Berdasarkan lateralitas menunjukkan bahwa jumlah penderita suspek glaukoma adalah bilateral yaitu 22 orang (57,9%).
6. Berdasarkan penyakit sistemik menunjukkan bahwa jumlah penderita suspek glaukoma adalah diabetes melitus sebanyak 5 orang (13,2%) 7. Berdasarkan riwayat keturunan menunjukkan bahwa jumlah penderita
suspek glaukoma adalah tidak diketahui sebanyak 35 orang (92,1%) 8. Berdasarkan tajam penglihatan menunjukkan bahwa jumlah sampel
terbanyak adalah pada tajam penglihatan 5/5-5/18 sebanyak 46 mata (75,4%).
9. Berdasarkan tekanan intra okuli menunjukkan dimana jumlah sampel terbanyak adalah TIO 21-30 mmHg sebanyak 45 mata (73,7%)
10. Berdasarkan Cup Disc Ratio jumlah terbanyak adalah dengan CDR normal yaitu 0,2-0,4 sebanyak 49 mata (80,3%). Sedangkan yang termasuk suspek glaukoma adalah CDR 0,5-0,6 sebanyak 9 mata (14,7%) dan 0,7-0,8 sebanyak 3 mata (4,9%).
7.2 Saran
1. Pemberian penyuluhan kepada pasien-pasien dengan usia >40 tahun dan riwayat penyakit sistemik seperti DM, hipertensi maupun penyakit kardiovaskular agar memiliki pengetahuan yang lebih baik bahwa mereka lebih berisiko menderita suspek glaukoma agar dapat dideteksi lebih dini dengan memeriksakan diri ke poli mata sehingga glaukoma dapat dicegah.
2. Pemberian konsultasi dan pengarahan kepada pasien-pasien suspek glaukoma agar memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang penyakit yang dideritanya bahwa kerusakan lebih lanjut dapat terjadi akibat suspek glaukoma sehingga dapat lebih rutin memeriksakan matanya ke poli mata dalam waktu yang telah ditentukan.
DAFTAR PUSTAKA
1. WHO, Global Data on Visual Impairment in the year 2002.
http://goliath.ecnext.com/gi_0199-3532637/Global-data-on-visual- impairment.html.
2. American Academy of Ophthalmology. Preffered Practise Pattern for Primary Open Angle - Glaucoma Suspect. 2010.
3. American Academy of Ophthalmology . Open-Angle Glaucoma. Dalam : Glaucoma. Section 10. Basic and Clinical Science Course. 20 09- 2010. h.85-120.
4. Graham, Robert. H .Ocular Hypertension overview in http://www.emedicinehealth.com/ocular_hypertension
5. American Academy of Ophthalmology . Intraocular Pressure and Aqueous Humor Dynamics. Dalam : Glaucoma. Section 10. Basic and Clinical Science Course. 2009-2010. h. 17-30.
6. American Academy of Ophthalmology . Medical Management of Glaucoma. Dalam : Glaucoma. Section 10. Basic and Clinical Science Course. 2009-2010. h.167-186.
7. Vaughan D, Riordan-Eva P . Glaukoma. Dalam : Oftalmologi umum Edisi 14. Appleton & Lange. 1995. h.220-239.
8. Kanski JJ, Mc.Allister, Salmon JF . Medical Therapy of Glaucoma.
Dalam : A Color Manual of Diagnosis and Treatment. Second Edition.
Butterworth- Heinemann. 1996. h.118-128.
9. Pavan Debora – Langston. Manual of Ocular Diagnosis and Teraphy.
sixth edition. Glaucoma, page 259 – 279.
10. Gondhowirdjo, TD, Simanjuntak, GWS. Glaukoma suspek dalam Panduan Manajemen Klinis Perdami. Jakarta. 2006. Hal 48-50.
11. The Wills Eye Manual. Chapter 9. General Ophthalmic Problems, fourth edition. Page 169 – 170.
12. Graham, Robert. H . Glaucoma, Suspect. Dari URL:
http//www.emedicine.com/oph/article /105421.htm.
13. Bell, Jerald. A. Ocular Hypertension. dari URL : http//www.emedicine.com/oph/topic578.htm.
14. Cardakli Fusun U Glaucoma Suspect in Adult. Dari URL :http//www.emedicine.com /oph/topic127.htm.
15. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar – dasar Metodologi Klinis. Jakarta.
2010. Hal.78 – 90, 92 – 109
HEALTH RESEARCH ETHICAL COMMITTEE
Of North Sumatera
c/oMEDICALSCHOOL, UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Jl. Dr. Mansyur No. 5 Medan, 20155 – INDONESIA Tel: +62-61-8211045; 8210555 Fax: +62-61-8216264, E-mail:
FORMULIR ISIAN OLEH PENELITI
Nama lengkap anda : S
Alamat (harap ditulis dengan lengkap) :
Telp/Fax/HP/E-mail/lain-lain :
Alamat lain yang dapat dihubungi :
Telp/Fax/HP/E-mail/lain-lain :
Nama Institusi Anda (tulis beserta alamatnya) :
Judul Penelitian :
DAFTAR PERTANYAAN :
1. Subyek yang digunakan pada penelitian Anda :
penderita Non Penderita Hewan
2. Jumlah Subyek yang digunakan dalam penelitian Anda : 38 (orang/ekor/lain-lain)*
3. Keterangan : data dari catatan rekam medis seluruh pasien baru yang berobat ke RSUP. H. Adam Malik Medan tahun 2012 dengan Suspek Glaukoma
4. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini (pekiraan) untuk setiap subjek : 1 Jam (detik/menit/jam/hari/bulan/tahun)*
1 dr. Dian Wikaningtyas
2 Jln. Cemara Gg.Keadilan Lorong 2 Barat no.42
4 RSU P H Adam Malik Medan jl.Bungalau No 17 Medan
5 085207999224
6 Poli Ilmu Kesehatan Mata RSUP H Adam Malik Medan
7 Insidensi Suspek Glaukoma di RSUP H Adam Malik Medan Tahun 2012
5. Rangkaian usulan penelitian mencakup objektif penelitian manfaat/relevansi dari hasil penelitian disertai alasan/motivasi dilakukannya penelitian dan resiko yang mungkin timbul disertai cara penyelesaian masalahnya (ditulis dengan bahasa yang dapat dimengerti secara umum).
Untuk mengetahui berapa insidensi dan menilai karakteristik penderita suspek glaukoma di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2012
6. Apakah masalah etik menurut Anda dapat terjadi pada penelitian Anda ini : Tidak ada masalah etik pada penelitian ini
7. Jika subjeknya manusia, apakah percobaan terhadap hewan sudah pernah dilakukan?.
Jika tidak , sebutkan alasan mengapa langsung dilakukan terhadapat manusia (berikan argumentasi anda secara jelas dan mudah dimengerti).
Tidak pernah, alat-alat pemeriksaan yang dipakai untuk menegakkan diagnosa retinoblastoma pada anak membutuhkan kerjasama (kooperatif) anak yang diperiksa.
Alat yang digunakan tidak infasif dan tidak menimbulkan bahaya bagi subjek penelitian
8. Prosedur pelaksanaan penelitian atau percobaan(frekwensi, interval, dan jumlah total segala tindakan invasif yang dilakukan, dosis dan cara penggunaan obat, isotop, radiasi atau tindakan lainnya)sebutkan!
Diambil data dari catatan rekam medis pasien yang berobat ke poli glaukoma RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2012 dengan diagnosa suspek glaukoma
9. Bahaya potensial yang langsung atau tidak langsung, segera atau kemudian dan cara yang digunakan guna pencegahannya (disebutkan jenis bahayanya).
Tidak ada bahaya dalam penelitian ini
10.Pengalaman terdahulu sebelum atau sesudah penelitian dari tindakan yang akan dilakukan (baik sendiri ataupun perorangan)
Tidak ada bahaya untuk subjek penelitian
11. Jika penelitian dilaksanakan pada orang sakit, sebutkan apa kegunaan bagi si sakit, dan bagaimana pula kompensasi yang diberikan jika terjadi kerugian pada jiwanya.
Tidak ada kerugian secara fisik dan jiwa
12. Bagaimana cara memilih penderita dan sukarelawan yang sehat?
Cara memilih penderita : dari catatan rekam medis pasien yang didiagnosa dengan suspek glaukoma
13. Apa hak dan kewajiban yang bisa Anda berikan sebagai jaminan dan imbalan bagi objek tersebut?. Jika terdapat ganti rugi, sebutkan pula berapa jumlah yang diberikan!
Tidak ada ganti rugi
14. Sejauh mana hubungan antara subjek manusia yang diteliti dengan peneliti? (ceklist yang benar) :
a. hubungan dokter – pasien√
b. Hubungan guru – murid
c. Hubungan majikan - anak buah d. Mitra
e. Keluarga f. Lain-lain
15. Jelaskan cara pencatatan selama penelitian termasuk efek samping dan komplikasinya bila ada!
Data diambil dari rekam medis pasien yang berobat ke poli mata RSUP.H.Adam Malik Medan tahun 2012 dengan diagnosa suspek glaukoma. Dicatat umur, jenis kelamin, lateralitas,suku, tajam penglihatan, tekanan intra okuli, funduskopi, riwayat penyakit glaukoma yang diderita keluarga, pekerjaan, riwayat penyakit sistemik 16. Jelaskan cara memberitahu dan mengajak subjek (lampiran contoh surat persetujuan
penderita)! Bila memberitahukan dan kesediannya secara lisan, tulisan atau karena sesuatu hal penderita tidak dapat diminta pernyataan ataupun persetujuannya, beri pula alasan untuk itu.
Data dari catatan rekam medis pasien.
17. Apakah subjek diansuransikan? (pilih salah satu) a. Ya
b. tidak√
Medan, 20 Maret 2013
Mengetahui, Menyatakan :
Kepala Departemen IlmuKesehatan Mata Peneliti Utama
( dr.Delfi, SpM (K) ) (dr. Dian Wikaningtyas)
NIP.19670922 199803 1 005 NIP. 19810114 200803 2 001
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas
Nama : dr. Dian Wikaningtyas Tempat/tanggal lahir : Medan/ 24 Juli 1986 Suku/bangsa : Jawa/ Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Jl. Cemara Gg.Keadilan Lorong 2 Barat no.42 Sampali Medan
II. Pendidikan
SD Pertiwi Medan, tamat tahun 1998 SLTP Negeri 11 Medan, tamat tahun 2001 SMU Negeri 3 Medan, tamat tahun 2004 Fakultas kedokteran UISU, tamat tahun 2010
III. Perkumpulan Profesi
Anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
Anggota persatuan Dokter Mata Indonesia (PERDAMI)
IV. Tulisan
- Primary Open Angle Glaucoma - Diabetic Retinopathy
- Recurrent Corneal Erosion - Trauma Asam - Basa
- Risk Factor for Orbital Exenteration in Perioclar Basal Cell Carcinoma
- Anatomi dan Fisiologi Segmen anterior
V. Partisipasi Dalam Kegiatan Ilmiah
- Peserta The 9th Sumatera Ophthalmologist Meeting,Palembang,9th-11th March 2012
- Peserta Glaucoma Update, Medan, Februari 2013
- Peserta In the Workshop “Impact Of Glaucoma: Challenge That Needs To Be Incorporated” at Sumatera Eye Center Convention Hall,Medan on March 23-24,2013
- Peserta Daily Practice In Pediatric Ophthalmology 25 Mei 2013,Medan,Indonesia