PENGARUH WAKTU PERENDAMAN GAA DAMIHO BEBI (Gnetum gnemon L.) PADA LARUTAN NaOH 5% TERHADAP KEKUATAN DAN
KEMULURAN GAA SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN NOKEN BEBI (AGIHA) PADA SUKU MEE
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Diajukan Oleh:
Elisabeth Kegiye NIM: 151434050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMETIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2021
i
PENGARUH WAKTU PERENDAMAN GAA DAMIHO BEBI (Gnetum gnemon L.) PADA LARUTAN NaOH 5% TERHADAP KEKUATAN DAN
KEMULURAN GAA SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN NOKEN BEBI (AGIYA) PADA SUKU MEE
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Biologi
Diajukan Oleh:
Elisabeth Kegiye NIM: 151434050
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMETIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA
2021
ii SKRIPSI
PENGARUH WAKTU PERENDAMAN GAA DAMIHO BEBI (Gnetum gnemon L.) PADA LARUTAN NaOH 5% TERHADAP KEKUATAN DAN
KEMULURAN GAA SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN NOKEN BEBI (AGIHA) PADA SUKU MEE
Oleh:
Elisabeth Kegiye NIM: 151434050
Telah disetujui oleh:
Pembimbing,
Puspita Ratna Susilawati M.Sc. Tanggal 9 September 2021
iii
SKRIPSI
PENGARUH WAKTU PERENDAMAN GAA DAMIHO BEBI (Gnetum gnemon L.) PADA LARUTAN NaOH 5% TERHADAP KEKUATAN DAN KEMULURAN
GAA SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN NOKEN BEBI (AGIHA) PADA SUKU MEE
Dipersiapkan dan ditulis oleh:
Elisabeth Kegiye NIM: 151434050
Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi
JPMIPA FKIP Universitas Sanata Dharma pada tanggal: 20 September 2021 dan dinyatakan telah memenuhi syarat
Susunan Panitia Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Dr. Marcellinus Andy Rudhito, S.Pd ………
Sekretaris Dr. Luisa Diana Handoyo, M.Si ………
Anggota I : Puspita Ratna Susilawati, M.Sc ………
Anggota II : Retno Herrani Setyati, M.BioTech. ………
Anggota III : Y.M. Lauda Feroniasanti, M.Si. ………
Yogyakarta, 20 September 2021
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Dr. Yohanes Harsoyo, S.Pd., M.Si
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Kedisiplinan, Komitmen, Kerja keras dan Pantang Menyerah adalah kunci kesuksesan
Karya ini saya persembahkan untuk:
Tuhan yang selalu menyertai setiap langkah hidupku
Bapak, Mama, Kakak, dan adik yang mendukung dan mencintaiku Sahabat-sahabatku yang selalu menyemangatiku
Teman-teman terkasih pendidikan biologi 2015
Adik-adik terkasih pendidikan biologi 2016, 2017, 2018, 2019 dan 2020 Dosen pendidikan biologi yang memberikan berbagai ilmu yang sangat berguna
Serta Almamaterku tercinta Universitas Sanata Dharma
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 20 September 2021 Penulis,
Elisabeth Kegiye
vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI ILMIAH UNTUK PUBLIKASI AKADEMIS
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:
Nama : Elisabeth Kegiye NIM : 151434050
Demi kepentingan pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:
PENGARUH WAKTU PERENDAMAN GAA DAMIHO BEBI (Gnetum gnemon L.) PADA LARUTAN NaOH 5% TERHADAP KEKUATAN DAN KEMULURAN GAA SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN NOKEN BEBI (AGIHA) PADA SUKU MEE.
Dengan demikian, saya memberikan ke Perpustakaan Universitas Sanata Dharma memiliki hak untuk menyimpan, mengalih dalam bentuk media lain, menggelolahnya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas dan mempublikasikan di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa meminta persetujuan dari saya maupun memberi royalti kepada saya selama masih mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya:
Dibuat di : Yogyakarta
Pada Tanggal : 20 September 2021
Yang menyatakan,
Elisabeth Kegiye
vii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjakan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat, rahmat dan penyertaanNya yang berlimpah peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Waktu Perendaman Gaa Damiho Bebi (Gnetum Gnemon L.) pada Larutan NaOH 5% terhadap Kekuatan dan Kemuluran Gaa sebagai Bahan Pembuatan Noken Bebi (Agiha) pada Suku Mee”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan akademik untuk memperoleh gelar Sarjana pada Program studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari bahwa proses penyusunan skripsi ada banyak pihak yang senantiasa memberikan dukungan, bimbingan, dan motivasi. Untuk itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Yohanes Harsoyo, M.Si., selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
2. Ibu Dr. Luisa Diana Handoyo, Msi, selaku ketua Program Studi Pendidikan Biologi sekaligus dosen pembimbing akademi yang selalu memberikan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Retno Herrani Setyati, M.BioTech. selaku wakil ketua program studi 4. Ibu Puspita Ratna Susilawati, M.Sc. selaku dosen pembimbing yang
begitu sabar dalam memberikan arahan, serta motivasi selama proses penyusunan skripsi serta menjadi pendengar setia saat mengalami kesulitan dalam menyelesaikan penelitian.
5. Ibu Yoanni Maria Lauda Feroniasanti, M.Si. selaku kepala Laboratorium yang telah memberikan ijin peminjaman alat laboratorium.
6. Segenap dosen pendidikan biologi yang telah membagikan ilmu, wawasan dan pengetahuan yang sangat bermanfaat bagi penulis.
7. Segenap staf sekretariat JPMIPA (Mas Arif, Pak Agus, Mbak Tari, dan Pak Sugeng) yang telah membantu dalam hal kebutuhan akademis.
viii
8. Bapak Marsono sebagai asisten Laboratorium Pendidikan Biologi yang telah membantu menyiapkan alat untuk penelitian.
9. Bapak Yulianus Kegiye dan Ibu Damiana Degei selaku orang tua penulis yang selalu memberikan dukungan dan doa untuk menyelesaikan penulisan ini.
10. Kakak Emanuel Kegiye, Ade Agustina Kegiye, Ade Fransiska Kegiye, Ade Maria Kegiye, Ade Sisilia Kegiye, dan Ade Eko Kegiye yang selalu memberikan dukungan.
11. Tania Paulina Bao selaku sahabat terkasih yang selalu memberikan motivasi dan dukungan selama menempuh pendidikan.
12. Teman-teman seperjuangan Pendidikan Biologi angkatan 2015, Universitas Sanata Dharma atas kerjasama dan bantuannya.
13. Adik-adik angkatan 2016, 2017, 2018, 2019, dan 2020 yang telah berdinamika bersama selama perkuliahan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, penulis memohon kritik yang membangun untuk menjadi pelajaran berharga bagi penulis kedepannya. Sehingga skripsi ini dapat bermanfaat untuk penelitian selanjutnya.
Yogyakarta, 20 September 2021 Penulis
Elisabeth Kegiye
ix ABSTRAK
PENGARUH WAKTU PERENDAMAN GAA DAMIHO BEBI (Gnetum gnemon L.) PADA LARUTAN NaOH 5% TERHADAP KEKUATAN DAN
KEMULURAN GAA SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN NOKEN BEBI (AGIHA) PADA SUKU MEE
Elisabeth Kegiye Universitas Sanata Dharma
2021
Noken merupakan hasil kerajinan tangan masyarakat Papua yang terbuat dari gaa. Noken dibuat dari serat batang pohon, daun pandan, daun sagu, daun kelapa dan rumput rawa. Noken yang dibuat oleh suku Mee berasal dari serat pohon salah satunya dari pohon Gnetum gnemon L. Penggunakan noken secara terus menerus membuat noken mudah putus karena tingkat kemuluran noken kurang baik. Tujuan penelitian yakni untuk mengetahui pengaruh waktu perendaman NaOH 5% dan mengetahui lama waktu perendaman gaa damiho (Gnetum gnemon L.) manakah yang dapat menghasilkan nilai uji kekuatan dan kemuluran paling baik pada gaa.
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah lama waktu perendaman NaOH 5% selama 0 menit (tanpa perlakuan), 20 menit, 40 menit, 60 menit, 80 menit dan 100 menit, sedangkan variabel terikat adalah kekuatan dan kemuluran. Langkah kerjanya menyiapkan 15 gaa dengan panjang 1,5 meter. Kemudian, siapkan gelas beker 250 ml dan tuangkan 150 ml NaOH 5% di dalamanya. Selanjutnya masukkan 5 gaa pada tiap gelas beker hingga terendam secara merata sampai batas waktu yang telah ditentukan. Gaa diangkat dan diletakkan di atas nampan dan dijemur di bawah panas matahari hingga kering. Selanjutnya gaa disimpan pada daun keladi.
Pengukuran kekuatan dan kemuluran gaa dilakukan menggunakan alat tenso.
Analisis data dilakukan dengan uji anova dan Duncan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan perendaman gaa menggunakan NaOH 5%
berpengaruh terhadap kekuatan dan kemuluran gaa. Lama waktu perendaman gaa menggunakan NaOH 5% yang paling baik untuk kekuatan gaa adalah lama waktu prendaman selama 0 menit dengan nilai kekuatan sebesar 8042.000 g sedangkan lama waktu paling baik untuk kemuluran gaa yakni selama 80 menit dengan nilai kemuluran 16,564%.
Kata Kunci: Noken, Gnetum gnemon L., Perendaman, NaOH 5%, Kekuatan, Kemuluran
x ABSTRACT
THE INFLUENCE OF IMMERSION TIME OF GAA DAMIHO BEBI (Gnetum gnemon L.) IN 5% NaOH SOLUTION ON THE STRENGTH AND
ELONGATION OF GAA AS MATERIAL FOR MAKING NOKEN BEBI (AGIHA) IN MEE TRIBE
Elisabeth Kegiye Sanata Dharma University
2021
Noken is a handicrafts from the Papuan people. Noken is made from various materials such as tree trunk fibers, pandan leaves, sago leaves, coconut leaves and swamp grass. Noken bebi (agiha) is made by the Mee tribe whose ingredients come from tree fibers, one of which is the Gnetum gnemon L tree.
Continuous use of noken bebi makes the noken easy to break because the level of strength and elongation of the noken is not good. The purpose of the study was to determine the effect of soaking time for gaa in 5% NaOH solution and determine the right time to obtain good strength and elongation of gaa.
This research is an experimental research. The independent variables in this study were the duration of immersion in 5% NaOH for 0 minutes (without treatment), 20 minutes, 40 minutes, 60 minutes, 80 minutes and 100 minutes, while the dependent variables were strength and elongation. The work step is to prepare 15 gaa with a length of 1.5 meters. Then, prepare a 250 ml beaker and pour 150 ml of 5% NaOH in it. Then enter 5 gaa in each beaker until it is submerged evenly until the specified time limit. Gaa is removed and placed on a tray and dried in the sun to dry. Furthermore, gaa is stored in taro leaves.
Measurement of the strength and elongation of the gaa was carried out using a tensioner.
Data analysis was carried out by using ANOVA and Duncan tests. The results showed that the immersion of gaa using 5% NaOH had an effect on the strength and elongation of gaa. A good time for the strength value is at minute 0 (without treatment) of 8042.000g, while for elongation it is obtained at minute 80 with an elongation value of 16.564%.
Keywords: Noken, Gnetum gnemon L., Immersion, 5% NaOH, Strength, Elongation
Elongation
xi DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
ABSTRAK ... ix
ABSTRACT ... x
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR TABEL ... xiiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II KAJIAN TEORI ... 5
A. Noken ... 5
B. Melinjo ... 8
C. Delignifikasi dengan NaOH 5% ... 11
xii
D. Uji kekuatan dan Uji Kemuluran ... 11
E. Hasil Penelitian Yang Relevan ... 12
F. Kerangka Berpikir ... 16
G. Hipotesa ... 17
BAB III METODE PENELITIAN ... 18
A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian ... 18
B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18
C. Batasan Penelitian ... 18
D. Alat dan Bahan ... 20
E. Cara Kerja ... 20
F. Teknik Analisis Data ... 23
G. Rancangan Pemanfaatan Hasil Penelitian Dalam Pembelajaran ... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25
A. Perendaman ... 25
B. Kekuatan ... 26
C. Kemuluran ... 30
D. Kendala, Hambatan, dan Keterbatasan ... 33
BAB V IMPLEMENTASI HASIL PENELITIAN PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI ... 34
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 36
A. Kesimpulan ... 36
B. Saran ... 36
DAFTAR PUSTAKA ... 37
LAMPIRAN ... 39
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kekuatan Gaa ... 26 Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kemuluran Gaa ... 29
xiv
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Noken Bebi ... 9
Gambar 2.2 Pohon Melinjo ... 9
Gambar 2.3 Anatomi Batang Berkayu ... 11
Gambar 2.4 Bagan Kerangka Berpikir ... 17
Gambar 3.1 Proses Pembatan Gaa ... 21
Gambar 3.2 Proses Perendaman Gaa ... 22
Gambar 4.1 Warna Larutan NaOH 5% Setelah Direndam Gaa ... 25
Gambar 4.2 Hasil Pengujian Kekuatan Gaa ... 28
Gambar 4.3 Hasil Pengujian Kemuluran Gaa ... 30
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Silabus Pembelajaran ... 40
Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan dan Pembelajaran (RPP) ... 44
Lampiran 3 Materi Pembelajaran ... 59
Lampiran 4 Lembar Kerja Peserta Didik ... 74
Lampiran 5 Instrumen Penilaian ... 98
Lampiran 6 Hasil Uji Kekuatan dan Kemuluran Gaa ... 113
Lampiran 7 Dokumentasi Penelitian ... 114
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Noken adalah suatu wadah yang bentuknya hampir serupa dengan tas modern tetapi bukan tas. Bagi masyarakat suku Mee, Papua, noken biasanya digunakan untuk membawa hasil bumi seperti membawa kayu bakar, sebagai pengganti kantong plastik dalam mengangkut bahan pangan yang dibeli di pasar dan sebagai tempat menidurkan balita. Berdasarkan bentuknya, noken bebi memiliki 2 bentuk yaitu noken yang bersifat longgar yang membentuk jaring terbuka seperti angka 888 yang disebut gohake dan noken yang membentuk jaring-jaring ketat dan bersifat rapat yang disebut dikine.
Peran noken dalam masyarakat Papua, secara khusus bagi masyarakat suku Mee yaitu sebagai identitas jati diri karena segala hal yang dilakukan oleh masyarakat suku Mee dalam kehidupan sehari-hari melibatkan noken baik dalam hal religi, sosial dan budaya sehingga noken menjadi satu dari beberapa benda penting bagi masayarakat suku Mee dalam kehidupan sehari- hari. Pada dasarnya noken bebi terbuat dari gaa. Gaa merupakan pintalan berbentuk benang panjang yang tersusun dari beberapa serat kulit kayu yang telah kering dan dibuat secara manual menggunakan tangan dan pangkal paha oleh masyarakat suku Mee. Pohon yang diambil serat kulitnya biasanya merupakan pohon yang hidup secara liar di hutan. Namun tidak semua pohon yang tumbuh di hutan dapat digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan noken bebi. Ada delapan jenis pohon yang biasa digunakan serat kulit batang pohonnya sebagai bahan utama pembuatan noken; di antaranya: bottu, puma, tokeipo, epiho, wogge, timmu, damiho (melinjo), dan ogii (sukun) (Pekei, 2011). Kedelapan serat kulit batang pohon ini biasanya digunakan sebagai bahan utama dalam Pembuatan noken bebi (agiha). Semakin berjalannya waktu, ada beberapa jenis pohon yang semakin sulit diketemukan di hutan, seperti puma dan wogge. Sementara untuk keempat jenis pohon lainnya
2
seperti: bottu, tokeipo, epiho, damiho (melinjo), dan ogii (sukun) masih banyak ditemukan di hutan (dekat dengan pemukiman warga).
Secara morfologi, damiho memiliki ciri daun hijau pada daun yang telah dewasa, pada daun yang masih pucuk warna daunnya cokelat kemerahan.
Selain itu, pohon ini dapat menghasilkan struktur menyerupai bunga (strobilus) yang nantinya setelah terjadi penyerbukan terbentuk menjadi buah melinjo. Warna batang damiho yang terlihat yaitu berwarna cokelat tua untuk pohon yang tua sementara cokelat muda untuk batang muda.
Pada umumnya kualitas kekuatan dan kemuluran suatu noken bebi (agiha) dapat ditentukan dari besarnya lilitan gaa yang dibuat. Menurut pembuat (para pengrajin) noken, gaa yang terbentuk dari hasil lilitan serat kulit kayu dapat dikatakan baik jika gaa yang terbentuk berukuran sedang hingga besar serta hasil lilitannya rapi (tidak keluar dari jalur lilitan karena jika hal ini terjadi maka hasil yang didapatkan kurang baik/ cepat putus).
Kekuatan dan kemuluran suatu noken sangatlah penting. Hal ini dikarenakan, semakin tinggi nilai kekuatan dan kemuluran dari suatu noken dapat membuat noken yang dihasilkan tidak mudah rusak/ putus. Melihat dari hal tersebut dapat dilihat bahwa tingkat kekuatan dan kemuluran ini memiliki kaitan dengan kenyamanan bagi para pengunannya, saat kekuatan dan kemuluran baik sudah ditemukan maka tingkat kenyamanan dari para penggunanya juga pastinya akan ada. Seperti yang diketahui bahwa noken bebi biasanya digunakan oleh masyarakat Papua khususnya pada masyarakat suku Mee dan kurang memiliki kekuatan dan kemuluran, apalagi noken tersebut digunakan terus-menerus dan cepat putus. Melihat dari hal tersebut, maka peneliti mencari cara untuk meningkatkan tingkat kekuatan dan kemuluran noken yang dibentuk tersebut dengan menggunakan NaOH 5%
untuk meningkatkan tingkat kekuatan dan kemuluran noken yang dibentuk tersebut dengan menggunakan NaOH 5% untuk meningkatkan tingkat kekuatan dan kemuluran dari gaa yang telah dihasilkan sehingga diharapkan noken yang nantinya dibentuk memiliki tingkat kekuatan dan kemuluran yang baik, sehingga noken tersebut dapat awet dalam penggunaanya. Berdasarkan
3
hal tersebut maka literatur yang mendukung tentang penggunaan NaOH dalam meningkatkan kekuatan dan kemuluran ini dapat dilihat pada pengujian yang dilakukan oleh Witono, dkk (2013) tentang pengaruh perlakuan alkali NaOH terhadap morfologi dan kekuatan tarik serat mendong, mengatakan bahwa peningkatan kekuatan serat mending terjadi setelah mengalami perlakuan alkali (NaOH). Pada perlakuan alkali dalam pengujian ini terlihat bahwa terjadi peningkatan kekuatan serat akibat selulosa meningkat semntara lignin dan hemiselulosa menurun (berkurang). Melihat dari hal tersebut, maka penggunaan NaOH sangat baik digunakan dalam pengujian serat alam.
Sejauh ini penelitian yang mengkaji tentang kekuatan noken bebi (agiha) belum ada dan informasi terkait noken telah ada dapat dilihat dari buku noken yang ditulis oleh Pekei (2013) dan Mote (2016). Namun informasi yang terkait secara rinci mengenai pembuatan noken ini hanya mengulas secara garis besar mengenai tentang noken serta hanya terkait dengan bidang budaya sedangkan informasi secara ilmiah tentang kekuatan gaa dan kemuluran gaa dalam meningkatkan ketahan pada noken belum pernah ada. Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian mengenai PENGARUH WAKTU PERENDAMAN GAA DAMIHO BEBI (Gnetum gnemon L.) PADA LARUTAN NaOH 5% TERHADAP KEKUATAN DAN KEMULURAN GAA SEBAGAI BAHAN PEMBUATAN NOKEN BEBI (AGIHA) PADA SUKU MEE.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas dalam penelitian ini, dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaruh waktu perendaman gaa damiho bebi (Gnetum gnemon L.) pada larutan NaOH 5% terhadap nilai uji kekuatan dan kemuluran gaa?
2. Perlakuan waktu perendaman gaa damiho bebi (Gnetum gnemon L.) manakah yang menghasilkan nilai uji kekuatan dan kemuluran paling baik pada gaa?
4 C. Tujuan
Penelitian ini mempunyai tujuan sebagai berikut:
1. Mengetahui pengaruh waktu perendaman gaa damiho bebi (Gnetum gnemon L.) pada larutan NaOH 5% terhadap nilai uji kekuatan dan kemuluran gaa.
2. Mengetahui perlakuan waktu perendaman gaa damiho bebi (Gnetum gnemon L.) manakah yang menghasilkan nilai uji kekuatan dan kemuluran paling baik pada gaa.
D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Menambah informasi dan inovasi mengenai metode baru dalam menghasilkan gaa yang bebas dari lignin agar hasil gaa yang didapatkan memiliki kualitas yang baik.
2. Bagi Pendidikan
A. Menambah informasi mengenai peranan NaOH 5% dalam menghidrolisis lignin dan hemiselulosa pada gaa damiho (Gnetum gnemon L.).
B. Memberikan inovasi kekuatan dan kemuluran gaa damiho bebi (Gnetum gnemon L.) yang baik.
3. Bagi Masyarakat
Memberikan informasi mengenai metode praktis dalam menghidrolisis lignin pada gaa damiho bebi (Gnetum gnemon L.)
5 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Noken
Noken Papua adalah cipta, rasa, dan karsa yang dimiliki manusia berbudaya dan beradat. Noken merupakan hasil kerajinan tangan yang memanfaatkan lingkungan alam sebagai acuan bahan input-nya dan hasil ouput-nya untuk berbagai keperluan hidup manusia. Masyarakat Papua juga mengenal noken sebagai tempat mengisi, menyimpan, dan membawa barang.
Noken ini merupakan hasil kerajinan tangan masyarakat Papua (Pekei, 2011).
Pada umumnya noken dibuat dari serat batang pohon, daun pandan, daun sagu, daun kelapa dan rumput rawa. Noken yang dibuat oleh suku Mee berasal dari serat pohon, pemilihan serat pohon ini tidak sembarang dan tidak semua pohon dapat digunakan dalam pembuatan noken (Mote, 2016). Pada suku Mee noken yang terbuat dari serat batang pohon biasanya disebut noken bebi (agiha). Ada 2 jenis noken bebi yang dibuat berdasarkan bentuknya yakni anyaman yang rapat seperti jaring terbuka disebut tikine dan anyaman longgar seperti jaring terbuka dengan membentuk angka 888 yang disebut gohake (Mote, 2014).
Gambar 2.1. Noken bebi (agiha) Sumber : Dokumentasi Pribadi
(a) (b)
6
Pembuatan noken bebi (agiha) ini didapatkan dari serat kulit batang pohon yang masih berumur 1-6 tahun. Ada delapan macam pohon yang biasa diambil serat kulit batang pohonnya untuk dijadikan bahan utama pembuatan noken diantaranya: bottu, puma, tokeipo, epiho, wogge, timmu, damiho (melinjo), dan ogii (sukun). Kedelapan jenis serat kayu tersebut memiliki warna yang berbeda dengan tingkat kekuatan yang berbeda pula.
Gaa (benang hasil pintalan) merupakan bahan utama yang didapatkan dari hasil pelilitan beberapa serat-serat kecil kulit pohon yang membentuk untaian seperti benang. Proses pembuatan gaa terdiri dari persiapan serat batang pohon kemudian akan dibersihkan menggunakan air mengalir dan akan diperas serat kulit batang pohon tersebut agar terpisah dari kotoran yang menempel pada batang kulit tersebut. Selanjutnya kulit batang pohon dijemur di bawah panas matahari hingga kering lalu diangkat. Hasil serat kulit kayu tersebut kemudian dibungkus menggunakan pelepah pisang atau daun keladi.
Namun ada juga yang sering menaruhnya di kantung plastik. Penyimpanannya berdasarkan kebutuhan dari para pengrajinnya (Pekei, 2013).
Kriteria gaa yang baik menurut pandangan masyarakat yaitu kerapian lilitan dan ukuran. Semakin rapi bentuk lilitan yang dibuat dapat menentukan tingkat kekuatan dan kemuluran gaa terhadap beban yang diberikan. Selain itu, ukuran yang yang dibuat juga sangat mempengaruhi tingkat kekuatan dan kemuluran, dimana semakin besar ukuran gaa yang dibuat dapat mempengaruhi tingkat kekuatan dan kemuluran dari suatu noken.
Kekuatan serat merupakan sifat material yang dapat menahan beban dengan jumlah kapasitas tertentu. Ciri-ciri dari kekuatan ini ditandai dengan material tidak akan mudah putus dengan beban ringan dan akan putusnya jika bebanya melebihi kapasitas (bebannya sangat berat). Sementara kemulur merupakan sifat material yang dapat kembali ke dimensi awal setelah beban dihilangkan. Kemuluran ini dapat ditandai dengan kembalinya bahan kepada bentuk semula jika tegangannya dihilangkan (Fahmi & Hermansyah, 2011).
Kriteria noken yang baik yaitu gaa yang dibuat harus rapi dan untaian gaa yang terbentuk harus sama besar. Adapun faktor-faktor yang menentukan
7
tingkat kekuatan noken di antaranya: jenis serat kayu yang digunakan dan cara pelilitan gaa (Pekei, 2013). Noken dapat dikatakan baik jika memiliki kekuatan dan kemuluran yang baik.
Berdasarkan observasi di masyarakat suku Mee, cara pembuatan noken terbagi menjadi 2 tahapan, tahap pertama pembuatan gaa dari serat kulit kayu dan kedua pembuatan noken bebi dari hasil gaa yang telah dibuat. Pada tahapan awal para pengrajin akan memilih pohon yang akan digunakan untuk mengambil serat kulit kayunya. Setelah itu pohon yang telah dipilih tersebut dikuliti menggunakan parang atau sabit untuk didapatkan lapisan gabus dan floemnya. Kemudian setelah didapatkan lapisan gabus dan floem, berikutnya yaitu pemisahan lapisan gabus dan lapisan floem menggunakan pisau. Setelah kedua serat sudah terpisah buang lapisan gabus dan lapisan floem inilah yang akan digunakan pada tahap selanjutnya. Pada tahapan selanjutnya, lapisan floem yang telah diambil ini, dipukul-pukul (diketok-ketok) menggunakan kayu besar yang bersih hingga serat kulit kayu memar dan lunak. Kemudian serat kulit kayu tersebut dicuci menggunakan air mengalir hingga bersih untuk membersihkan getah dan kotoran yang menempel pada serat tersebut, lalu serat tersebut diramas hingga tidak air tidak keluar lagi dari serat kulit kayunya. Selanjutnya, kulit kayu dijemur di bawah sinar matahari hingga benar-benar kering lalu diangkat dan dimasukkan ke dalam noken dan digantung pada rak kayu bakar. Selanjutnya, hasil dari serat tersebut akan dibuat gaa. Proses pembuatan gaa ini biasa disebut gonai. Pada proses pembuatan gaa ini, diambil kulit kayu yang telah ada lalu dibilas dengan sedikit air agar seluruh permukaannya lembab. Kemudian serat kulit pohon dipisah-pisahkan hingga menjadi bagian-bagian kecil. Hasil serat kulit pohon yang berukuran kecil tersebut dibagi menjadi dua bagian (tergantung kebutuhan ingin dibuat gaa berukuran besar, sedang atau kecil) dan diletakan di tanggan kiri/ kanan (sesuai para pembuatnya) di antara jari jem pol dan jari telunjuk dengan posisi ujung bersentuhan. Kemudian serat kulit pohon tersebut diletakkan di atas pangkal paha (dekat lutut), lalu ujung kedua serat yang tidak bersentuhan dililit menggunakan tangan yang berlawanan dengan
8
yang dipegang. Selanjutnya telapak tangan kanan diletakkan di atas ujung tangan kiri yang memegang ujung kedua serat kulit kayu dan digeser ke arah depan sejauh 5-7 cm dan digeser kembali sejauh 3 meter. Lalu tanggan kanan membuka hasil lilitan yang belum terbentuk sempurna dari hasil lilitan yang telah terbentuk sempurna dan memisahkan kedua bagian ke arah yang berlawanan. Jika serat kulit pohon sudah semakin menipis maka harus ditambahkan lagi serat kulit pohon agar terbentuk lilitan yang besarnya seragam mulai dari awal hingga pada akhir. Proses pembuatan lilitan inilah yang disebut gonai. Setelah itu ulangi kembali langkah pelilitan tersebut hingga mendapatkan ukuran gaa yang diinginkan. Hasil dari lilitan yang telah terbentuk inilah yang disebut gaa dan bentuknya hampir sama seperti benang Cerry.
B. Melinjo
Melinjo (Gnetum gnemon L.) adalah salah satu tanaman yang mempunyai banyak sekali potensi untuk dikembangkan. Daun dan kulit melinjo dapat diolah menjadi sayur. Biji melinjo yang telah tua dapat diolah menjadi emping melinjo sementara batang pohon yang kering digunakan sebagai kayu bakar selain itu kulit batang pohon yang masih muda dimanfaatkan sebagai bahan utama dalam pembuatan noken bebi (Agiya).
1. Klasifikasi Melinjo
Berikut ini klasifikasi melinjo menurut Elevitch (2006) dalam Jaksono (2020):
9
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta Classis : Gnetinae Ordo : Gnetales Familia : Gnetaceae Genus : Gnetum
Spesies : Gnetum gnemon L.
Nama Lokal : Melinjo
Gambar 2.2. Pohon Melinjo Sumber: Dokumentasi Pribadi
2. Morfologi Melinjo
Batang melinjo yang masih muda biasanya dimanfaatkan oleh masyarakat suku Mee sebagai bahan utama pembuatan noken bebi (agiha). Hal ini dikarenakan kualitas serat pada batang melinjo ini sudah dipercaya sangat kuat oleh masyarakat suku Mee. Kualitas ini dilihat dari beberapa faktor seperti ukuran, kematangan (umur), dan proses/
metode yang digunakan untuk mengekstrak serat (Mohanty dkk, 2001).
Melinjo memiliki banyak keuntungan di ataranya daun-daun muda, bunga dan buah biasanya diolah menjadi sayur. Beberapa penelitian telah menunjukan bahwa tumbuhan melinjo baik daun dan kulit biji mengandung senyawa antioksidan seperti likopen dan karotenoid. Selain kulit dan biji ternyata serat batang melinjo memiliki manfaat yaitu sebagai bahan pokok dalam pembuatan noken khususnya pada suku Mee di Papua. Pada umumnya, lapisan serat kulit kayu pada batang melinjo mengandung lignoselulosa. Lignoselulosa merupakan jenis bahan yang tersusun atas lignin, selulosa, dan hemiselulosa sebagai unsur utama penyusunan dinding sel tumbuhan serat. Hemiselulosa dan selulosa pada struktur bahan lignoselulosa diselubungi oleh lignin. Struktur lignin
10
sangat rapat dan kuat sehingga menyulitkan bagi enzim pemecah hemiselulosa dan selulosa untuk masuk ke dalam. Struktur selulosa terbagi menjadi dua yaitu crystalline region (struktur selulosa yang halus dan rapat) dan amorphous region (struktur selulosa yang lebih renggang) (Arsyad, 2016).
Batang merupakan bagian tumbuhan yang menyokong dan memproduksi tunas, bunga, dan buah. Pada umumnya, anatomi batang dapat dilihat pada gambar 2.1. Pada dasarnya ada 2 jenis batang yakni, batang monokotil dan batang dikotil. Batang melinjo termasuk dalam kelompok batang tumbuhan dikotil karena memiliki berkas pengangkut yang tersusun rapi. Secara umum, Anatomi batang sekunder pada batang dikotil terdiri atas kulit paling luar/gabus (cork), kambium gabus (cork cambium), floem primer (primery phloem), floem sekunder (secondary phloem), kambium vaskuler (vascular cambium), xylem sekunder (secondary xylem), xylem primer (primary xylem), dan empulur (pith).
Bagian dari batang melinjo yang digunakan untuk mengambil serat kulitnya yakni dari bagian gabus (cork) sampai floem sekunder (secondary phloem) (Mulyani, 2019).
(a) (b) Gambar 2.3. Anatomi Batang Berkayu
Sumber: (a) https://rumus.co.id/batang-dikotil/
(b) http://www.museum.state.il.us/muslink/forest/htmls/how_tr.html
11 C. Delignifikasi dengan NaOH 5%
Perlakuan kimiawi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu menggunakan larutan basa atau larutan asam. Dari kedua pelarutan di atas, pelarut yang dapat digunakan pada tumbuhan adalah pelarut bersifat basa. Salah satu contoh pelarut yang bersifat basa adalah larutan NaOH. Natrium hidroksida (NaOH) merupakan suatu larutan kimia yang paling sering digunakan untuk merendam atau mencuci permukaan serat tumbuhan. NaOH ini dapat mengubah struktur asli selulosa selulosa I menjadi selulosa II dengan proses yang dikenal dengan merceriation (Shenouda, 1979 dalam Chandrabahty, 2010). Perlakuan merserisasi dapat menghilangkan lignin, hemiselulosa, lilin, minyak, dan kotoran yang menutupi permukaan serat serta mengurangi diameter serat. Reaksi yang terjadi antara natrium hidroksida (NaOH) dan serat dapat dituliskan sebagai berikut:
Hal ini juga diperkuat dengan pendapat yang dikemukakan oleh Chandrabakty (2009) bahwa pemberian perlakuan dengan menggunakan media NaOH 5% menyebabkan terlepasnya ikatan antar serat dari bentuk bundle fibers dan porositas pada batang serat.
Menurut Eichorn (2001) dalam Pramono dan Widodo (2012) menyatakan bahwa serat alam mempunyai karakteristik hydrophilic yaitu mudah menyerap air. Hal ini karena serat mempunyai struktur semi kristalin. Struktur semi kristilin serat terdiri dari bagian yang bersifat amorphous domain dan kristalin.
Bagian dari amorphouse domain inilah yang menyebabkan serat bersifat hydrophilic.
D. Uji Kekuatan dan Uji Kemuluran 1. Uji Kekuatan
Uji kekuatan adalah hasil yang keluar dari pengujian suatu material dengan cara menariknya hingga pada titik dimana material tersebut mengalami tegangan dan regangan maksisiumum hingga patah/putus.
Fiber – OH – NaOH →Fiber – O – Na + H2O (Bachtiar 2008)
12
Tujuannya adalah untuk mengetahui kemampuan ketahanan dalam tarikan pada suatu tingkatan daya tertentu (Davis, 2004).
Dalam pengujian kekuatan, digunakan alat pengujinya yaitu Tenso lab. dengan prinsip kerjanya yakni dengan memberian beban pada ujung serat yang diberikan beban dan akan ditarik hingga putus. Kemudian hasil perhitungannya akan tertampil pada layar komputer yang telah dihubungkan dengan alat tenso lab. Selanjutnya hasil perhitungan akan tersimpan pada tansobank.
2. Uji Kemuluran
Menurut Soedojo (2004) yang menyatakan bahwa bahan elastis adalah bahan yang mudah diregangkan serta cenderung pulih ke keadaan semula, dengan mengenakan gaya reaksi mulur atas gaya tegangan yang meregangkannya. Pada hakekatnya semua bahan memiliki sifat mulur meskipun boleh jadi amat sukar diregangkan sedangkan menurut Sarojo (2002), sifat mulur adalah kemampuan benda untuk kembali ke bentuk awalnya segera setelah gaya luar yang diberikan benda itu dihilangkan.
Mulur adalah sifat benda yang berdeformasi untuk sementara, tanpa perubahan yang permanen, yaitu sifat untuk melawan deformasi yang terjadi. Sebuah benda dikatakan mulur sempurna jika setelah gaya penyebab perubahan bentuk dihilangkan benda akan kembali ke bentuk semula.
Dalam pengujian kekuatan, digunakan alat pengujinya yaitu tenso lab.
dengan prinsip kerja pemberian beban pada ujung serat yang diberikan beban dan akan diatarik hingga putus dan hasil perhitungannya akan tertampil pada layar komputer yang telah dihubungkan dengan alat tenso lab.
E. Hasil Penelitian Relevan
1. Dalam jurnal penelitian yang telah dilakukan oleh Duldjaman, dkk (2006) yang membahas tentang Daya Pintal dan Kekuatan Benang Bulu Domba Priangan dan Peranakan Marino. Hasil dari penelitian ini menyarakan
13
bahwa bulu domba yang baik adalah bulu domba peranakan merino karena tekstur pintalan yang dihasilkan lebih lembut dibandingkan pintalan bulu domba priangan. Selain itu waktu yang baik dalam melakukan perlakuan yaitu selama 45 menit perendaman dengan larutan H2O2 20 ml/liter karena hasil yang didapatkan yaitu memiliki warna yang cerah, kekuatan yang baik, serta lebih lembut.
2. Penelitian yang dilakukan oleh Chandrebakty mengenai Sifat Mampu Basah (Wettabilty) Serat Batang Melinjo (Gnetum gnemon L.) Sebagai Penguat Komposit Matriks Epoxy-Resin (2010). Hasilnya bahwa sifat mampu basah (Wettability) antara serat matriks yang paling optimum didapatkan dengan media perlakuan NaOH sebanyak 5% pada sudut kontak rata-rata 33,80o dengan tingkat komposit yang baik sedangkan yang paling rendah yaitu pada media yang tidak dilakukan perlakuan sehingga sudut kontak rata-rata yang didapatkan yaitu 42,37o.
3. Penelitian yang telah dilakukan oleh Arsyad (2016) mengenai penelitian tentang Efek Perendaman Serat Sabut Kelapa Dalam Larutan Alkali Terhadap Daya Serat Sabut Kelapa Pada Matriks Poliester. Dari hasil penelittian ini, peneliti menyatakan bahwa perendaman dengan menggunakan larutan NaOH 20% sangatlah mempengaruhi sudut Wettability karena dapat menurunkan daya serat.
4. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Pramono & Widodo (2012) mengenai pengaruh perlakuan alkali kadar 5% dengan lama perendaman 0 jam, 2 jam, 4 jam, 6 jam terhadap sifat tarik serat pelepah pisang kepok.
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa kadar alkali 5% mempengaruhi tingkat elongasi dan kekuatan Tarik. Hal ini dibuktikan dengan semakin lama pemberian alkali (NaOH) 5% pada pelepah pisang kepok dapat meningkatkan nilai elongasi namun pada pengukuran kekuatan tarik ditemukan waktu terbaik yaitu pada perlakuan alkali 2 jam sebesar 35.404 MPa.
14
Berikut ini merupakan bagan hasil penelitian yang relevan yang didapatkan dari beberbagai hasil sumber referensi yang ada. Gambar 2.3 Bagan Penelitian yang Relevan
15 Duldjaman, dkk., 2006
Tujuan penelitian ini adalah memperlajari produksi dan kekuatan benang yang telah mengalami proses kimia dari bulu domba priangan dan benang dari bulu domba peranakan merino.
Perbedaan jenis domba peranakan merino dan priangan
Perendaman
menggunakan deterjen dan H2O2
Hasil dari penelitian ini yaitu angka pintal yang lebih baik didapatlan dari bulu domba
peranakan merino
dibandingkan dengan bulu domba priangan. Sementara untuk kekuatan yang dimiliki keduanya relatif sama.
Chandrabakty, 2010 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh material bio- komposit baru yang berbahan dasar dari alam dengan mengetahui pengaruh perlakuan awal terhadap sifat mampu basa (Wettability) melalui uji sudut kontak.
Perebusan serat batang melinjo menggunakan NaOH 5%
Perbandingan sudut kontak Hasil yang didapatkan dari penelitian ini ialah sifat mampu basah (Wettability) paling bagus didapatkan pada serat dengan media perlakuan NaOH 5% yaitu dengan sudut kontak 33,80o sedangkan yang paling rendah pada serat tanpa perlakuan dengan sudut kontak rata-rata 42,37o.
Arsyad, 2016
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah menentukan efek lama waktu perendaman serat sabut kelapa terhadap daya serap sabut kelapa pada matriks polyester.
Perendaman serat sabut kelapa dalam larutan NaOH 20%
Perbandingan lama waktu perendaman 1:3:5:7:9:11 jam Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah bahwa perendaman serat sabut kelapa dalam larutan NaOH 20% mempengaruhi sudut wettability serat setelah perendaman menurun dibandingkan dengan serat sebelum perendaman sudut wetabiliti yang terbentuk kecil.
Hal ini dapat dilihat pada pada perendaman selama 5 jam yaitu 15,327o.
Kebaruan Penelitian Penelitian menggunakan gaa damiho bebi (Gnetum gnemon L.)
Perendaman dalam larutan NaOH 5% dengan perbandingan lama waktu 20:40:60:80:100 menit
Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh lama waktu perendaman terhadap kekuatan dan kemuluran gaa sebagai bahan utama pembuatan noken.
Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah mengetahui perngaruh alkali kadar 5% dengan lama waktu perendaman terhadap elongasi dan kekuatan Tarik.
Perendaman pelepah pisang kapok dalam larutan alkali (NaOH) 5%
Perbandingan lama waktu perendaman 0 jam, 2 jam, 4 jam dan 6 jam.
Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini adalah semakin lama waktu perendaman pelepah pisang kapok dapat meningkatkan elogasi namun kurang meningkatkan kekuatan.
16 F. Kerangka Berpikir
Noken merupakan suatu wadah yang bentuknya menyerupai tas modern tetapi bukan tas. Bagi masyarakat suku Mee, Papua, noken biasanya digunakan untuk membawa hasil kebun, membawa kayu bakar, sebagai pengganti plastik dalam mengangkut bahan pangan yang dibeli di pasar, dan sebagai tempat menidurkan balita. Noken yang terbuat dari serat kulit kayu dalam bahasa lokal (daerah) disebut agiha.
Noken dibuat dari kulit kayu pohon yang diambil serat kulitnya biasanya didapatkan secara liar di hutan. Semua pohon yang tumbuh di alam tidak dapat digunakan sebagai bahan utama dalam pembuatan noken bebi, hanya ada delapan jenis pohon yang biasa digunakan serat kulit kayunya yaitu bottu, puma, tokeipo, epiho, wogge, timmu, damiho (melinjo), dan ogii (sukun).
Namun, dari kedelapan jenis pohon tersebut masyarakat suku Mee lebih sering menggunakan salah satu jenis pohon yakni pohon damiho dan ogii karena mudah didapatkan di alam dibandingkan dengan enam jenis pohon lainnya.
Proses pembuatan noken ini diawali dengan pemilihan pohon, pengulitan batang, pembersihan, perendaman, penjemuran, pembilasan, pemisahan serat kulit kayu menjadi bagian kecil dan pengeringan dengan cara diangin- anginkan. Tahap yang paling penting adalah tahap pembilasan karena tahap ini bertujuan untuk menghilangkan kotoran yang masih tertinggal pada serat kulit pohon serta melunakkan kulit pohon sehingga lebih mudah untuk dibentuk menjadi gaa dan memiliki kualitas yang bagus. Dalam penelitian ini tahap pembilasan diganti dengan perendaman serat namun seratnya setelah sudah berbentuk gaa. Perlakuan perendaman kulit pohon damiho dalam larutan NaOH 5% dengan perbandingan lama waktu perendaman yakni selama 20, 40, 60, 80 dan 100 menit. Setelah itu akan dilakukan uji kekuatan dan kemuluran gaa untuk mengetahui pengaruh lama waktu perendaman terhadap kekuatan dan kemuluran gaa tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, maka kerangka berpikir dapat diuraikan dalam diagram alir di bawah ini:
17
Gambar 2.4. Bagan Kerangka Berpikir
G. Hipotesis
1. Waktu perendaman gaa damiho bebi (Gnetum gnemon L.) dalam NaOH 5% berpengaruh terhadap kekuatan dan kemuluran.
2. Perlakuan waktu perendaman yang menghasilkan gaa dengan kekuatan dan kemuluran yang paling baik adalah perlakuan perendaman selama 20 menit.
Noken bebi merupakan wadah berbentuk menyerupai tas yang biasa
digunakan oleh masyarakat suku Mee
Pembuatan Noken menggunakan serat kulit
pohon, salah satunya pohon damiho
Proses pembuatan meliputi pemilihan pohon, pengulitan
batang, pembersihan, pencucian, penjemuran, pembilasan dan pemisahan
serat kulit kayu menjadi bagian kecil. Selanjutnya
dibuat gaa Tahap pembilasan
merupakan tahap terpenting
Pada proses pembilasan diganti dengan alternatif perendalam menggunakan NaOH 5% dengan lama waktu
perendaman yang berbeda setelah didapatkan gaa
Pengaruh Waktu Perendaman Gaa Damiho Bebi (Gnetum
gnemon L.) Pada Larutan NaOH 5% Terhadap Kekuatan
dan Kemuluran Gaa Sebagai Bahan Pembuatan Noken bebi
(Agiha) Pada Suku Mee
18 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimental.
Penelitian eksperimental adalah suatu penelitian ilmiah dimana, peneliti memanipulasi dan mengontrol satu atau lebih variabel bebas dan melakukan pengamatan terhadap variabel terikat untuk menemukan variasi yang muncul bersamaan dengan manipulasi terhadap variabel bebas tersebut. Penelitian ini menguji pengaruh waktu perendaaman gaa damiho bebi pada larutan NaOH 5% terhadap kekuatan dan kemuluran gaa. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 5 taraf perlakuan yang berbeda yaitu 0 menit, 20 menit, 40 menit, 60 menit, 80 menit, dan 100 menit serta 5 kali ulangan. Hal ini dilakukan untuk melihat waktu yang paling optimal dari perlakuan dan ulangan yang diberikan. Dalam penelitian ini, digunakan beberapa variabel di antaranya variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol:
1. Variable bebas : Waktu perendaman
2. Variable terikat : Kekuatan dan kemuluran gaa 3. Variabel kontrol : gaa damiho bebi, larutan NaOH 5%
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan 2 tempat, yang pertama perendaman gaa dilakukan di Laboratorium Pendidikan Biologi, Universitas Sanata Dharma dan pengujian kekuatan dan kemuluran gaa dilakukan di Laboratorium Evaluasi Tekstil Universitas Islam Indonesia yang berlokasi di Jalan Kaliurang km 14,5 Yogyakarta.
19 C. Batasan Penelitian
Penelitian ini perlu dibatasi supaya lebih terstruktur dan terarah sesuai dengan tujuan penelitian yang diharapkan. Adapun batasan penelitian dalam sikripsi ini yakni:
1. Subjek penelitian ini adalah gaa damiho bebi yang berupa untaian/
pintalan berbentuk benang panjang yang tersusun dari serat kulit kayu damiho yang telah kering.
2. Taraf perlakuan perendaman yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu menggunakan lama waktu perendaman selama 20 menit, 40 menit, 60 menit, 80 menit, dan 100 menit.
3. Gaa yang digunakan dalam penelitian ini dibuat secara manual. Teknik yang digunakan dalam membuat gaa yaitu dengan mengambil serat kulit kayu yang telah kering kemudian dibilas menggunakan sedikit air hingga permukaan lembab. Selanjutnya serat kulit kayu tersebut dipisah-pisahkan hingga menjadi bagian-bagian kecil dan dijemur hingga kering. Hasil pisahan tersebut dibagi menjadi dua bagian (tergantung kebutuhan ingin dibuat gaa berukuran besar, sedang atau kecil) dan diletakan di tangan kiri/ kanan (sesuai para pembuatnya) diantara jari jempol dan jari telunjuk dengan posisi ujung bersentuhan. Kemudian serat kulit kayu tersebut diletakkan di atas pangkal paha (dekat lutut), lalu ujung kedua serat yang tidak bersentuhan dililit menggunakan tangan yang berlawanan dengan yang dipegang. Selanjutnya telapak tangan kanan diletakkan di atas ujung tangan kiri yang memegang ujung kedua serat kulit kayu dan digeser ke arah depan sejauh 5-7 cm dan digeser kembali sejauh 3 meter. Lalu tangan kanan membuka hasil lilitan yang belum terbentuk sempurna dari hasil lilitan yang telah terbentuk sempurna dan memisahkan kedua bagian ke arah yang berlawanan. Jika serat kulit kayu sudah semakin menipis maka dapat ditambahkan lagi serat kulit kayu agar gaa yang terbentuk memiliki ukuran yang sama besar mulai dari awal hingga pada akhir gaa yang dibentuk. Setelah itu ulangi kembali langkah pelilitan tersebut diulangi kemabali hingga mendapatkan ukuran gaa yang diinginkan.
20
Hasil dari lilitan yang telah terbentuk inilah yang disebut gaa dan bentuknya hampir sama seperti benang Cerry.
D. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas beker 250 ml, batang pengaduk, nampan plastik, botol penampung limbah kimia, pinset, gunting, tali raffia, dan kamera.
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah gaa damiho bebi (Gnetum gnemon L.), NaOH 5%, sarung tangan, daun pisang, kertas label, dan tisu.
E. Cara Kerja
1. Pembuatan Gaa
a. Pohon melinjo yang diambil kulit kayunya dipilih. Pohon dipilih untuk diambil kulit kayunya berumur 1-6 tahun.
b. Kulit kayu dikuliti menggunakan parang lalu kulit kayu bagian luar dikuliti menggunakan pisau atau cutter hingga terpisah.
c. Kulit kayu diketok dengan batang kayu hingga lunak dan dibilas menggunakan air mengalir hingga bersih.
d. Serat kulit kayu diperas hingga tidak ada air yang keluar.
e. Serat kayu dijemur hingga kering merata dan dimasukkan dalam noken. Selanjutnya, noken diletakkan di atas tungku api hingga kering.
f. Serat kulit kayu yang kering diambil lalu dibasahi dengan sedikit air hingga lembab kemudian disuir-suir (dipisah-pisah) menjadi bagian- bagian kecil.
g. Serat kulit kayu diletakan di tanggan kiri/ kanan di antara jari jempol dan jari telunjuk dengan posisi ujung bersentuhan. Kemudian serat kulit pohon tersebut diletakkan di atas pangkal paha (dekat lutut), lalu ujung kedua serat yang tidak bersentuhan dililit menggunakan tangan yang berlawanan dengan yang dipegang.
21
h. Selanjutnya telapak tangan kanan diletakkan di atas ujung tangan kiri yang memegang ujung kedua serat kulit kayu dan digeser ke arah depan sejauh 5-7 cm dan digeser kembali sejauh 3 meter. Lalu tanggan kanan membuka hasil lilitan yang belum terbentuk sempurna dari hasil lilitan yang telah terbentuk sempurna dan memisahkan kedua bagian ke arah yang berlawanan (jika serat kulit pohon sudah semakin menipis maka harus ditambahkan lagi serat kulit pohon yang telah disuir agar lilitan yang dihasilkan seragam mulai dari awal hingga pada akhir.
Gambar 3.2 Proses pembuatan gaa
2. Perendaman Gaa
a. 15 gaa disiapkan masing-masing sepanjang 1,5 meter. Kemudian 5 buah gelas beker 250 ml disiapkan dan NaOH 5% dituangkan ke dalam gelas beker tersebut sebanyak 150 ml.
b. Pada setiap perlakuan, 5 gaa dimasukkan ke dalam setiap gelas beker.
Kemudian larutan NaOH 5% dituang dan ratakan gaa hingga terendam sempurna. Lalu gaa direndam selama waktu 20 menit, 40 menit, 60 menit, 80 menit, dan 100 menit.
a. batang dikuliti b. Kulit pohon c. Pengulitan
d. Kulut diketok e. Kulit dijemur f. Gaa
22
c. Gaa diangkat menggunakan pingset dan diletakkan dalam nampan.
Kemudian dikering di bawah paparan sinar matahari hingga kering.
d. Selanjutnya gaa yang telah kering diangkat dan diletakkan pada daun pisang lalu diikat menggunakan tali raffia.
Gambar 3.2 Proses Perendaman Gaa
3. Pengukuran kekuatan dan kemuluran Gaa
Cara kerja dalam pengopreasian alat uji tenso lab dalam mengukur kekuatan dan kemuluran gaa sebagai berikut:
a. Pertama hubungkan steker computer dan tenso lab ke sumber arus listrik.
b. Hidupkan komputer yang sudah ada program soft waer dan tenso lab yang sudah saling terkoneksi.
c. Potong bahan /material untuk: benang /serat denagn panjang 50 cm.
d. Kemudian seting di alat tenso lab sesuai dengan ketentuan masing- masing:
1) Atur jarak kalem penjepit material atas dan bawah a. Gaa disiapkan b. Gaa dimasukan
dalam gelas beker
c. Gaa direndam
d. Gaa dikeringkan e. Gaa dilabeli
23
2) Atur stop force (ketetapan putus material mesin mati) 3) Atur speednya (kecepatan Tarik 498,62 mm/mnt)
4) Peak sensibility (kepekaan), lalu tekan tanda panah yang ke bawah 2x maka otomatis akan kembali kepada tampilan awal/normal.
e. Kemudian setting program yang ada di komputer dengan pengisian sebagai berikut:
1) Satuan kekuatan tarik pilih gram 2) Untuk satuan mulur pilih %
3) Jarak klem penjepit diisi 500 mm lalu tekan OK
f. Untuk melakukan pengujian tarik, supaya terkoneksi komputer dengan tenso lab. tekan icon conection maka akan aktif dengan warna merah.
g. Kemudian jepit bahan yang akan diuji, jepit dulu di antara dua penjepit yang ada di tempat tenso lab, sebelum ditekan star kedudukan angka ditampilkan tenso lab harus nol lalu tekan star dan bahan material aan tertarik keatas.
h. Akan terdeteksi nilai kekuatan tarik dan mulur yang ditampilkan monitor langkah demi langkah sampai bahan/ materil putus secara otomatis, kemudian tekan enter pada alat tenso lab maka secara otomatis akan menunjukan angka berapa kekuatan Tarik dan mulurnya dan secara otomatis akan terhitung nilai rata-ratanya dan akan tersimpan dilayar computer untuk test 1. Lalu kembalikan jarak klem penjepit ke awal semula dengan menekan tanda panah ke bawah pada tenso lab maka secara otomatis penjepit akan turun dan kembali sesuai settingan jarak penjepit awal yaitu 50 cm.
i. Kemudian uji selanjutnya dengan bahan/material yang sudah divariasikan seperti langkah kerja nomor 8.
j. Setelah selesai pengujian lalu tekan enter di tenso lab agar tidak terkoneksi lagi dengan komputer, kemudian data disimpan dengan mengklik store dan diberi nama file.
24
k. Lalu untuk mengeprint data buka menu TENSOBANK kemudian pilih file yang telah diuji dan tekan menu print kemudian tekan enter maka hasil data pengujian telah dicetak.
F. Teknik Analisis Data
Analisis data dilakukan setelah data pengujian sampel terkumpul. Data kuantitatif kekuatan dan kemuluran gaa dianalisis menggunakan uji anova.
Dalam pengujian anova digunakan α = 0,05. Jika H0 ditolak maka dilakukan pengujian dengan uji Duncan dengan α = 0,05.
G. Rancangan Pemenfaatan Hasil Penelitian dalam Pembelajaran
Hasil penelitian ini dijadikan sebagai referensi tambahan untuk pembelajaran di SMA pada materi Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati.
Peserta didik diharapkan dapat mengetahui pemanfaatan damiho (melinjo) untuk membuat noken bebi (agiha) oleh Suku Mee. Kualitas kekuatan dan kemuluran gaa damiho bebi (Gnetum gnemon L.) dapat ditingkatkan dengan perendaman NaOH 5% dengan taraf waktu. Hal ini sesuai dengan materi pembelajaran biologi pada materi Keanekaragaman Hayati di kelas X SMA.
25 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Perendaman
Ada 1 perlakuan yang dilakukan yaitu perendaman gaa pada larutan NaOH 5% dengan berbagai taraf perlakuan yaitu 20 menit, 40 menit, 60 menit, 80 menit, serta 100 menit dan tanpa perlakuan NaOH 5% sebagai kontrol yakni 0 menit. Dari perlakuan yang telah dibuat ini, didapatkan data yang bervariasi mulai dari warna larutan, warna gaa, kekuatan, dan kemuluran. Pada perlakuan ini, hal yang dapat diamati secara langsung dan dideskripsikan hasil pengamatannya ada 2 hal yaitu warna larutan hasil perendaman gaa dan tekstur gaa. Berikut ini gambar warna larutan NaOH 5%
setelah direndam pada gaa dengan variasi waktu berbeda (Gambar 4.1).
Gambar 4.1. Warna larutan NaOH 5% setalah direndam gaa
Pada larutan hasil perendaman dengan waktu yang berbeda, dapat dilihat perubahan warna dari setiap waktu perlakuan yang tampak mencolok. Pada perendaman gaa selama 20 menit warna NaOH 5% berubah menjadi kuning terang. Lalu pada perendaman selama 40 menit warna NaOH 5% berubah menjadi warna kuning madu pucat. Pada menit ke-60 warna NaOH 5% dari hasil perendaman berwarna kuning, lalu pada menit ke-80 NaOH 5% berubah menjadi warna kuning gelap. Terakhir pada menit ke-100 didapatkan larutan NaOH 5% berwarna kuning gelap menuju ke oranye. Sementara, untuk perlakuan kontrol 0 menit tidak dilakukan perlakuan. Pada warna gaa yang
26
diberi perlakuan dengan NaOH 5% didapatkan warna setiap menit perlakuanya memudar sedikit demi sedikit tergantung dengan lama waktu perendaman, jika direndam lama maka warnanya akan pucat dan jika direndam hanya beberapa saat maka warnanya akan sedikit pucat. Pengubahan warna ini terjadi akibat NaOH 5% menghidrolisis lapisan yang menyerupai lilin di permukaan serat seperti: lignin, hemiselulosa, minyak, dan kotoran lainnya yang terdapat pada gaa. Selain itu, gaa yang diberi perlakuan akan kasar dibandingkan gaa yang tidak diberikan perlakuan.
Pada penelitian ini dilakukan 5 taraf perlakuan berupa waktu perendaman dan kontrol yang masing-masing terdiri dari 5 kali pengulangan. Hal ini dibuat agar data yang diperoleh lebih presisi (teliti).
B. Kekuatan
Pengujian kekuatan dilakukan terhadap gaa tanpa perlakuan 0 menit dan perlakuan NaOH 5% menggunakan variasi waktu 20 menit, 40 menit, 60 menit, 80 menit dan 100 menit. Total sampel yang diuji meliputi 5 perlakuan dan kontrol dengan masing-masing 5 kali pengulangan (Tabel 4.1).
Tabel 4.1 Hasil Pengujian Kekuatan Gaa Waktu Perendaman
(menit)
Rata-rata Kekuatan (g)
0 menit 8024.000 d
20 menit 3650.000 a
40 menit 4632.000 bc
60 menit 3632.000 ab
80 menit 5096.000 c
100 menit 4094.000 abc
Keterangan: angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata menurut uji Duncan pada taraf α = 0,05
Berdasarkan hasil pengujian gaa tanpa perlakuan 0 menit didapatkan kekuatan hasil 8024.000 g, sementara pemberian perlakuan NaOH 5% pada taraf waktu berbeda didapatkan hasil sebagai berikut: pada perendaman 20 menit dengan rata-rata sebesar 3650.000 g. Selanjutnya diikuti oleh perendaman 40 menit dengan total rata-rata kekuatan sebesar 4632.000 g.
27
Berikutnya pada perendaman 80 menit didapatkan rata-rata sebesar 5096.000 g. Kemudian pada perendaman 100 menit didapatkan total rata-rata kekuatan sebesar 4094.000 g. Kekuatan terbaik didapatkan pada perendaman tanpa perlakuan 0 menit dengan nilai rata-rata sebesar 8024.000 g. Penurunan kekuatan gaa ini dapat disebabkan oleh lama waktu perendaman serta tidak dilakukannya pembilasan pada gaa menggunakan akuades setelah dikeluarkan dari larutan perendaman (NaOH 5%) dan langsung dijemur dibawa panas matahari. Pada penjemuran di bawah larutan panas matahari, gaa yang dijemur tidak semuanya kering merata namun lembab. Selain itu, menurut Eichorn (2001) dalam Pramono dan Widodo (2012) mengatakan bahwa hal yang dapat menyebabkan kekuatan serat pisang dapat menurun yakni karena meningkatnya luas penampang serat akibat perendaman dengan larutan alkali terlalu lama.
Menurut Witono, dkk (2013) menyatakan bahwa peningkatan konsentrasi alkali dan lama perendaman yang berlebih menyebabkan kekuatan serat mendong menjadi menurun karena terjadi proses delignifikasi dan penetrasi pada rantai selulosa yang berlebihan sehingga menyebabkan kelemahan atau kerusakan pada serat. Selain itu menurut Marsyahyo (2009) menyatakan bahwa meningkatnya konsentrasi larutan NaOH dapat menurunkan kekuatan tarik serat berbasis selulosa. Larutan alkali dapat menyebabkan terlepasnya ikatan antar serat dari bentuk bundle fibers dan perubahan permukaan serat.
28
Gambar 4.2. Hasil Pengujian Kekuatan Gaa
Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa gaa yang mengalami perlakuan tidak mengalami peningkatan kekuatan, hal ini dapat dilihat pada hasil pengujian gaa tanpa perlakuan memiliki nilai rata-rata paling tinggi dibandingkan dengan gaa yang diberi perlakuan. Pada Gambar 4.2. juga menunjukkan semakin lama waktu perendaman maka kekuatan gaa cenderung mengalami penurunan. Hal ini juga didukung dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Arsyad (2016) yang menyatakan bahwa perlakuan alkali yang lebih lama dapat menyebabkan kerusakan pada unsur selulosa. Selulosa ini berperan dalam pendukung kekuatan serat. Akibatnya, serat yang dikenai perlakuan alkali terlalu lama mengalami degradasi kekuatan yang signifikan sehingga kekuatan semakin rendah.
Kekuatan gaa yang dihasilkan sangat penting karena semakin baik tingkat kekuatan gaa maka noken yang nantinya dibuat memiliki tingkat kekuatan yang tinggi juga. Kekuatan suatu noken sangatlah penting, hal ini dikarena noken biasanya digunakan sebagai tempat untuk mengangkut berbagai jenis hasil bumi dan tempat menidurkan bayi yang tentunya memiliki beban yang berat.
Tingkat kekeringan gaa sangat mempengaruhi nilai kekuatan. Pada tahapan pengeringan gaa dijemur di bawah paparan cahaya matahari secara
0 1,000,000 2,000,000 3,000,000 4,000,000 5,000,000 6,000,000 7,000,000 8,000,000 9,000,000
0 20 40 60 80 100 120
Kekuatan (g)
Waktu Perendaman (menit)
29
langsung. Saat pengeringan gaa di bawah paparan sinar matahari cuacanya kurang mendukung akibat terjadi hujan gerimis. Hal ini terjadi pada penjemuran perlakuan pada menit ke 60, 80 dan 100 menit. Pada perendaman 60 menit, pengeringan gaa dilakukan saat awan gelap dan panas matahari tidak penuh (kadang kala cahaya matahari tertutupi oleh awan). Sementara pada perendaman 80 menit mulai terjadi hujan gerimis dengan intensitas kecil disertai dengan penyinaran matahari yang sedikit kurang merata. Kemudian pada perendaman 100 menit terjadi 3 kondisi, pada awalnya hujan gerimis dengan intensitas kecil dan pada pertengahan mulai hujan sedang hingga besar. Dari proses penjemuran ini didapatkan bahwa serat yang kecil saat penjemuran setelah perendaman yaitu pada perendaman 20 menit saja.
Sementara untuk perendaman 40 menit masih sedikit lembab lalu perendaman 60 menit lembab dan perendaman 80 menit lembab dan perendaman 100 menit masih basah. Dari hasil penjemuran ini maka dilakukan pengeringan selama 24 jam hingga kering dan diujikan di laboratorium. Berdasarkan hal dapat dilihat ketidaksamaan dalam waktu pengeringan serat ini mempengaruhi tingkat kekuatan dari gaa. Pada gaa dengan perendaman 80 menit dan 100 menit karena kenaikan yang terjadi pada kekuatan dan kemuluran hanya sedikit tidak banyak.
Ketebalan gaa sangatlah mempengaruhi tingkat kekuatan gaa.
Berdasarkan hasil uji kekuatan pada perendaman 60 menit didapatkan bahwa nilai kekuatan rata-rata sebesar 3632.000 g menurun dibandingkan dengan perendaman 40 menit sebesar 4632.000 g. Hal ini dapat terjadi karena tingkat ketebalan yang dimiliki gaa, diduga pada gaa dengan perlakuan perendaman 60 menit ini memiliki ketebalan yang tidak konstan (ada yang bagian yang besar dan ada yang kecil) sehingga menyebabkan nilai hasil pengujianya 3632.000 g turun dari hasil sebelumnya yang mencapai 4632.000 g. Sementar kemuluran gaa dengan lama perlakuan perendaman 60 menit didapatkan hasil total rata-rata sebesar 15.176 %. Nilai ini mengalami peningkatan karena pada gaa dengan perlakuan perendaman 40 menit hanya didapatkan 12.828 %. Jika dibandingkan maka pada perendaman 20 menit menuju 40 menit mengalami
30
peningkatan tetapi peningkatannya sebesar 473 % sehingga dapat dikatakan pada perendaman 60 menit ini mengalami peningkatan kemuluran karena bentuk Gaa yang tidak konstan tersebut.
Pembilasan gaa setelah perendaman juga mempengaruhi tingkat kekuatan dari gaa. Hal ini membuat proses delignifikasi terus berlangsung hingga proses pengujian berlangsung karena melarutkan berbagai komponen dalam serat seperti lignin, hemiselulosa dan selulosa, dan lain-lain.
Data yang didapatkan diuji dengan pengujian menggunakan uji anova dan Duncan. Berdasarkan hasil uji anova, nilai sig. sebesar 0.000 nilai ini lebih kecil dari 0,05, hal tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan kekuatan gaa antar perlakuan. Berdasarkan uji Duncan yang telah dilakukan, diperoleh hasil yakni kekuatan gaa dari perlakuan perendaman 20, 60, dan 100 menit tidak berbeda nyata karena berada dalam subset yang sama yakni subset a.
Kekuatan gaa dari perlakuan perendaman 60, 100 dan 40 menit tidak berbeda nyata karena berada dalam subset yang sama yakni subset b. Data kekuatan gaa dengan perlakuan perendaman selama 100, 40 dan 80 menit berada dalam subset yang sama yakni subset c sehingga tidak berbeda nyata sedangkan data kekuatan gaa antara perlakuan tanpa perendaman (0 menit) dan perlakuan 20 sampai 100 menit berbeda nyata karena berada pada subset yang berbeda.
C. Kemuluran
Pengujian kemuluran dilakukan terhadap gaa tanpa perlakuan 0 menit dan perlakuan NaOH 5% menggunakan variasi waktu 20 menit, 40 menit, 60 menit, 80 menit dan 100 menit. Total sampel yang diuji meliputi 5 perlakuan dan kontrol dengan masing-masing 5 kali pengulangan (Tabel 4.2).
Tabel 4.2 Hasil Pengujian Kemulur Gaa Waktu Perendaman
(menit)
Rata-rata Kemuluran (%)
0 menit 7,544 a
20 menit 12,355 ab
40 menit 12,828 ab
60 menit 15,176 b
80 menit 16,564 b