• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka 1. Permainan Sepak Bola

Permainan sepak bola adalah permainan yang dimainkan oleh dua regu, masing- masing terdiri dari sebelas orang pemain. Tiap-tiap regu masing-masing berusaha memasukan bola ke gawang lawan dan mencegah regu lawan memasukkan bola atau membuat skor. Karena tiap regu dalam permainan ini sebelas orang, maka tim atau regu dalam sepak bola sering disebut kesebelasan. Permainan sepak bola dimainkan diatas lapangan rumput yang rata yang berbentuk empat persegi panjang. Sepak bola merupakan olahraga permainan yang hampir seluruh permainanya menggunakan kaki, kecuali penjaga gawang yang bebas menggunakan anggota tubuh manapun.

Sepak bola adalah permainan beregu yang dimainkan oleh dua regu terdiri dari sebelas orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. Hampir seluruh permainan dilakukan dengan kemampuan mengolah bola dengan kaki, kecuali penjaga gawang dalam memainkan bola bebas menggunakan seluruh bagian atau anggota badannya dengan kaki atau tangannya (Soekatamsi, 1991:12).

Sepak bola merupakan salah satu jenis permainan yang memiliki prinsip- prinsip yang sederhana, yaitu berusaha memasukan bola ke gawang lawannya sebanyak mungkin dan berusaha menggagalkan serangan lawan untuk melindungi atau menjaga gawangnya agar tidak kemasukkan bola. Dalam hal ini Jozef Sneyers (1998 : 3 ) menyatakan bahwa ”Prinsip dalam sepak bola sederhana sekali yaitu membuat gol dan mencegah jangan sampai lawan berbuat sama terhadap gawang sendiri”.

Kemampuan teknik merupakan faktor utama yang harus dikembangkan untuk mencapai prestasi dalam permainan sepak bola. Sebab menurut Soekatamsi ( 1988 : 11 ) menyatakan bahwa ”Kelengkapan pokok yang fundamental sebagai dasar bermain adalah teknik dasar dan kemampuan bermain yang lebih dahulu dibina disamping pembinaan kelengkapan pokok yang lain”. Oleh karena itu unsur ini harus mendapat perhatian yang serius bagi para pelatih , pembina maupun pemain sepak bola.

Kualitas kemampuan teknik dasar bermain yang dimilki setiap pemain sangat menentukan tingkat kualitas permainan suatu kesebelasan sepak bola secara menyeluruh. Hal ini sesuai dengan pendapat Jozef Sneyers (1988 : 80 ) yaitu bahwa

6

(2)

”Mutu permainan suatu kesebelasan ditentukan oleh penguasaan teknik dasar tentang sepak bola”. Oleh karena penguasaan teknik dasar bermain ini harus mendapat perhatian yang serius dan harus menjadi prioritas utama dalam latihan.

Dalam permainan sepak bola , ada beberapa macam kemampuan teknik dasar yang harus dimiliki. Macam-macam teknik dasar bermain sepak bola menurut Remmy Muchtar ( 1992 : 27 ) terdiri dari :

a. Teknik Badan, terdiri dari : 1) Cara berlari

2) Cara melompat 3) Gerak tipu badan b. Teknik bola, terdiri dari :

1) Teknik menendang bola

2) Teknik menahan bola (trapping) 3) Teknik menggiring bola (dribble) 4) Gerak tipu

5) Teknik menyundul bola (heading) 6) Teknik merebut bola (tackling)

7) Teknik lemparan ke dalam (throw-in) dan 8) Teknik penjaga gawang

Unsur pokok dalam permainan sepak bola adalah kemampuan memainkan teknik memainkan bola. Pemain sepak bola yang baik tentunya jika menguasai berbagai cara memainkan bola dengan baik. Macam-macam kemampuan teknik dasar memainkan bola yang harus dikuasai dalam permainan sepak bola menurut Joseph A.

Luxbacher ( 1997 : 213 ) adalah sebagai berikut : 1. Kemampuan mengoper bola

2. Kemampuan menerima bola

3. Kemampuan menggiring dan melindungi bola 4. Kemampuan mentakle bola

5. Kemampuan menyundul bola 6. Kemampuan menembak 7. Kemampuan menjaga gawang.

Teknik dasar bermain bola merupakan bagian yang penting untuk mencapai kemampuan teknik bermain bola. Dapat dikatakan kualitas menang- kalahnya suatu tim dapat ditentukan oleh tingkat penguasaan teknik dasar para pemainnya. Dalam hal ini Jozef Sneyers ( 1988 : 10 ) menyatakan bahwa, ”Mutu permainan suatu kesebelasan dintentukan oleh suatu penguasaan teknik dasar tentang sepak bola. Taktik tanpa teknik tidak mungkin , kecuali bila taktik itu sangat sederhana”.

Pendapat diatas menunjukkan bahwa, penguasaan teknik dasar bermain sepak

(3)

bola merupakan faktor yang akan mempengaruhi penampilan pemain maupun tim secara kolektif, kualitas permainan dan penerapan taktik bermain sepak bola. Taktik permainan tidak akan mempunyai arti, jika para pemainnya tidak menguasai teknik dasar bermain sepak bola.

Untuk mencapai kerja sama tim yang baik diperlukan pemain-pemain yang dapat menguasai bagian-bagian dan macam-macam teknik dasar dan segala kemampuan bermain sepak bola, sehingga dapat memainkan bola dalam segala situasi denagn cepat, tepat dan cermat sehingga tidak membuang energi dan waktu (Soekatamsi, 1988 : 12).

Menguasai teknik dasar bermain sepak bola mempunyai peran penting terhadap penampilan pemain secara individu maupun kolektif. Unsur-unsur teknik yang harus dikuasai oleh pemain sepak bola meliputi teknik dasar tanpa bola dan teknik dasar dengan bola . Teknik dasar tanpa bola merupakan landasan bagi pelaksanaan permainan sepak bola . Setiap pemain harus menguasai berbagai jenis kemampuan teknik dasar baik itu teknik tanpa bola maupun teknik memainkan bola. Hal ini dapat dicapai melalui latihan teknik secara intensif. Menggiring bola merupakan salah satu unsur teknik yang perlu dikuasai oleh pemain sepak bola.

2. Menggiring Bola (Dribbling)

a. Teknik Dasar Menggiring Bola (Dribbling)

Sepak bola modern dilakukan dengan keterampilan lari dan operan bola dengan gerakan-gerakan yang sederhana disertai dengan kecepatan dan ketepatan. Aktivitas dalam permainan sepak bola tersebut dikenal dengan nama menggiring bola (dribbling).

Menurut Soekatamsi (1997:277) menggiring bola diartikan dengan “Gerakan lari menggunakan kaki mendorong bola agar bergulir terus menerus di atas tanah.

Menggiring bola hanya dilakukan pada saat-saat yang menguntungkan saja, yaitu bebas dari lawan”. Depdikbud (1999:28) menjelaskan sebagai berikut: “Pada dasarnya menggiring bola adalah menendang terputus-putus atau pelan-pelan, oleh karena itu bagian kaki yang dipergunakan dalam menggiring bola sama dengan bagian kaki yang dipergunakan untuk menendang bola”. Selanjutnya Depdikbud (1999:28) mengemukakan bahwa tujuan menggiring bola antara lain: “Untuk mendekati jarak ke sasaran, melewati lawan, dan menghambat permainan”.

Berdasarkan kutipan di atas, dapat disimpulkan bahwa menggiring bola (dribbling) merupakan salah satu teknik dasar dalam permainan sepak bola yang sangat

(4)

penting dan harus dikuasai oleh setiap pemain, baik pemain belakang, tengah ataupun depan. Karena semakin baik penguasaan menggiring bola pemain, maka efektivitas penguasaan bola pemain pun semakin baik pula.

Menggiring bola (dribbling) memiliki beberapa kegunaan, sebagaimana diungkapkan oleh Soekatamsi (1997:277) sebagai berikut:

a. Untuk melewati lawan

b. Untuk mencari kesempatan memberikan bola umpan kepada teman dengan tepat.

c. Untuk menahan bola tetap dalam penguasaan, menyelamatkan bola apabila tidak terdapat kemungkinan atau kesempatan untuk dengan segera memberikan operan kepada teman.

Teknik menggiring bola (dribbling) dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa cara, di antaranya menggunakan kaki bagian luar, bagian dalam dan bagian punggung kaki. Hal ini sebagaimana yang di kemukakan Soekatamsi (1999:277-279) sebagai berikut: “a) menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian dalam, b) menggiring bola dengan kura-kura kaki penuh, dan c) menggiring bola dengan kura- kura bagian luar”.

Berdasarkan uraian di atas, untuk bisa menggiring bola dengan baik harus terlebih dahulu bisa menendang dan mengontrol bola dengan baik. Dengan kata lain, seorang pemain tidak akan bisa menggiring bola dengan baik apabila belum bisa menendang dan mengontrol bola dengan baik.

b. Cara Meningkatkan Teknik Menggiring Bola

Latihan menggiring bola merupakan salah satu teknik dalam permainan sepak bola yang harus dikuasai oleh setiap pemain agar tujuan permainan secara optimal dapat dicapai. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan latihan yang sistematis dan berulang-ulang untuk meningkatkan penguasaan teknik menggiring bola tersebut.

Banyak cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan teknik menggiring bola tersebut.

Luxbacher (2004:48) mengemukakan bahwa, “Semua tipe dribbling yang baik terdiri dari beberapa komponen. Komponen tersebut mencakup perubahan kecepatan dan arah yang mendadak, gerakan tipuan tubuh dan kaki, dan kontrol bola yang rapat”.

(5)

Kesimpulan dari kutipan di atas adalah bahwa teknik menggiring bola dapat ditingkatkan antara lain dengan latihan menggiring bola menggunakan pendekatan taktis agar kontrol bola dapat lebih rapat dan cepat.

Menggiring bola dengan menggunakan pendekatan teknik dan taktis dilakukan secara bergantian. Pada waktu menggiring bola, sampel boleh menggunakan bagian kaki mana saja, baik kaki bagian luar, bagian dalam, maupun punggung kaki. Cara melakukan gerakan ini dimulai oleh perorangan, apabila orang pertama selesai melakukan sampai garis akhir, maka dilanjutkan oleh teman berikutnya dan seterusnya secara bergantian. Dan tiap sampel melakukannya 20 – 30 kali pengulangan. Hal ini sesuai dengan pendapat Erich Fuchs. et. al. (1982:11, alih bahasa Agus Setiadi) mengemukakan sebagai berikut: “Untuk melatih kelincahan dan kemahiran teknik untuk tingkat pemula dan anak-anak bentuk geraknya 20 – 30 kali pengulangan, dan 2 sampai 3 menit tiap bentuk gerakan”.

Berdasarkan uraian di atas, bahwa keterampilan menggiring bola dapat ditingkatkan dengan cara metode pembelajaran taktis dan teknis, dilakukan secara bergantian dan dilakukan berulang – ulang.

c. Macam-Macam Cara Menggiring Bola

Teknik menggiring bola dalam permainan sepak bola, terdiri dari berbagai macam jenisnya. Macam-macam teknik menggiring bola berkembang sesuai dengan keadaan dan situasi pertandingan serta sesuai dengan kemampuan dan kebiasaan yang dimiliki oleh para pemain. Macam-macam cara menggiring bola dapat diklasifikasikan, (1) Berdasarkan pengontrolan bola, (2) Berdasarkan perkenaan bagian kaki.

a) Berdasarkan PengontrolanBola

Berdasarkan pengontrolan pemain terhadap bola, menurut Joseph A. Luxbacher (2000:47) ada dua teknik dribble yaitu : "menggiring bola dengan bola rapat dalam ruang yang terbatas dan menggiring bola dengan cepat untuk memasuki ruang terbuka".

b) Berdasarkan Perkenaan Bagian Kaki

Menggiring bola dapat dilakukan dengan bermacam-macam bagian kaki. Pada prinsipnya ada tiga macam yang biasa digunakan untuk menggiring bola. Ketiga macam cara menggiring bola tersebut adalah menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian dalam, menggiring bola dengan kura-kura kaki penuh dan menggiring bola dengan kura-kura kaki bagian luar.

(6)

Gambar 2.1. Menggiring Bola dengan Kura-kura Kaki Bagian Dalam(Soekatamsi, 1988:160)

Gambar 2.2 Menggiring Bola dengan Kura-kura Kaki Penuh (Soekatamsi,1988:161)

Gambar 2.3. Menggiring Bola dengan Kura-kura Kaki Bagian Luar (Soekatamsi, 1988:162)

(7)

3. Metode Pendekatan Pembelajaran Taktis a. Definisi Pendekatan Pembelajaran Taktis

Pendekatan pembelajaran taktis merupakan suatu pendekatan yang membelajarkan keterampilan teknik suatu cabang olahraga permainan dimana dalam pembelajarannya diajarkan sekaligus dengan menerapkan keterampilan ke dalam situasi permainan. Dengan pendekatan tersebut siswa semakin memahami taktis permainan yang sebenarnya. Pendekatan ini menekankan tentang bagaimana membelajarkan konsep bermain sekaligus juga mengembangkan keterampilan taktis. Pendekatan pembelajaran taktis dalam permainan adalah untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang konsep bermain melalui penerapan taktis dengan permainan sesungguhnya.

Pendekatan pembelajaran taktis adalah salah satu bentuk dari sebuah pembelajaran jasmani yang dapat diberikan di segala jenjang pendidikan. Hanya saja, porsi dan bentuk pendekatan pembelajaran taktis yang akan diberikan harus disesuaikan dengan aspek yang ada dikurikulum. Selain itu harus dipertimbangkan juga faktor usia, perkembangan fisik, dan jenjang pendidikan yang sedang dijalani oleh mereka. (Ela Sukminawati, 2008).

Keterampilan teknik suatu cabang olahraga dan sekaligus mengajarkan bagaimana penerapannya dalam situasi permainan, maka pendekatan pembelajaran taktis merupakan satu pendekatan yang tepat untuk digunakan. Tujuan utama pendekatan pembelajaran taktis dalam pengajaran cabang olahraga permainan adalah untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep bermain. Melalui pendekatan pembelajaran taktis, siswa didorong untuk menerapkan keterampilan teknik dalam situasi permainan. Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran taktis, siswa semakin memahami taktis dalam suatu permainan.

Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran taktis, diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran cabang olahraga permainan. Dalam bagian ini dipaparkan konsep dan beberapa model pembelajaran untuk mengajarkan keterampilan taktik bermain cabang olahraga sepakbola, bola basket, dan bola voli. Namun materi pelatihan ini bukan satu-satunya yang dapat dijadikan resep, karena dalam mengajar melibatkan juga terhadap pelaksanaan proses pembelajaran cabang olahraga permainan di beberapa sekolah, banyak ditemukan masalah ketidakseimbangan pembelajaran antara pembelajaran yang menekankan pada penguasaan keterampilan teknik dan

(8)

pembelajaran yang menekankan pada usaha untuk meningkatkan penampilan bermain.

Masalah tersebut telah membawa pembelajaran kepada salah satu dari dua bentuk pembelajaran yang terpisah. Bentuk pertama menekankan pada (drill) keterampilan teknik, dan bentuk kedua menekankan pada keterampilan bermain.

Selanjutnya kita sering melihat proses pembelajaran yang mengkombinasikan proses pembelajaran keterampilan teknik dengan proses pembelajaran bermain secara terpisah.

Tahap pertama anak dilatih untuk menguasai keterampilan teknik, dan tahap kedua anak disuruh bermain. Jarang ditemukan pembelajaran keterampilan teknik dan pembelajaran keterampilan bermain dalam suatu proses pembelajaran yang utuh.

Bagi siswa, tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan taktis.

Menurut Mahendra dan Subroto (2006:9) bahwa tujuan pembelajaran pendekatan taktis adalah :

1) Meningkatkan kemampuan bermain melalui pemahaman terhadap keterkaitan antara taktik permainan dan perkembangan keterampilan.

2) Memberikan kesenangan dalam proses pembelajaran.

3) Belajar memecahkan masalah-masalah dan membuat keputusan selama bermain.

Dari kutipan diatas menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaran taktis bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap konsep bermain siswa selalu ingin memahami suatu jenis permainan. Karena siswa hampir selalu menerapkan taktis dan keterampilan dalam situasi suatu permainan, para siswa lebih senang sehingga meningkatkan minat dalam aktivitas belajarnya. Bahwa tujuan pendekatan taktis diidentik dengan pendekatan permainan melalui drill-game-drill tersebut dapat meningkatkan kemampuan bermain dalam proses pembelajaran permainan tersebut antara lain permainan tradisional, permainan bola kecil dan bola besar.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Menggiring Bola Dengan Pendekatan Taktis Permainan olahraga dirancang dalam suatu proses pembelajaran yang kondusif, diyakini dapat menghasilkan rasa senang bagi siswa, tempat meneduh, edukatif, menarik atau menantang. Selain itu, permainan olahraga membina kesehatan dan rasa percaya diri. Dalam mengajarkan permainan olahraga harus tetap memperhatikan kurikulum pendidikan jasmani yang sedang berlaku serta taktis-taktis permainan yang sesuai.

Kesadaran akan taktik menggunakan dasar kemampuan untuk menekankan

(9)

masalah-masalah taktis yang muncul selama dalam permainan. Pendekatan taktis diharapkan dapat meningkatkan minat yang lebih besar untuk belajar bermain dan sekaligus meningkatkan kemampuan untuk bermain.

Pada umumnya pembelajaran permainan dalam olahraga menggunakan pembelajaran yang bersifat tradisional yang hanya memberikan kontribusi pada perfoman bermain siswa. Pendekatan tradisional untuk mengajarkan permainan sangat menekankan pada penguasaan keterampilan teknik dasar, meskipun pembelajaran ini dapat meningkatkan keterampilan teknik, hal ini telah banyak menuai kritik yaitu keterampilan diajarkan sebelum siswa dapat mengerti keterkaitan dalam situasi bermain sesungguhnya. Hasilnya dapat menghilangkan esensi dari permainan merupakan sebuah rangkaian dari bermacam latihan keterampilan taktis.

Pendekatan taktis memberikan alternatif yang memungkinkan siswa dapat belajar dalam situasi bermain. Penelitian dan pengawasan lain menunjukan bahwa melalui pendekatan taktis, guru dan siswa termotivasi untuk belajar keterampilan bermain secara baik. Keistimewaan lain dari pendekatan taktis adalah adanya urutan pembelajaran yang kurang sesuai dengan tahap-tahap perkembangan siswa.

Keunikan dari bermain terletak pada proses membuat keputusan untuk melakukan teknik yang tepat. Jika siswa kurang memahami kondisi bermain mereka dengan kemampuan untuk mengidentifikasi teknik yang benar dalam satu situasi tertentu, maka mereka akan kurang memahami situasi dan kondisi permainan yang sesungguhnya. Dalam proses pembelajaran seorang pengajarakan diharapkan pada kemampuan siswa yang berbeda-beda. Ada kemampuan tinggi dan ada juga yang rendah. Banyak keterampilan yang baik, ditampilkan oleh siswa yang memiliki kemampuan tinggi. Tapi juga dapat memperhatikan kualitas permainan yang bagus karena dengan cara-cara membuat keputusan dan pemilihan keterampilan dalam menghadapi tertentu lebih spesifik.

Dalam pendekatan taktis, proses pembelajaran keterampilan teknik tidak diajarkan secara khusus dalam bagian teknik-teknik yang terpisah. Namun, sekaligus dalam suasana bermain yang mirip dengan permainan sesungguhnya. Melalui pendekatan ini, diharapkan terjadi proses transfer pemahaman dan keterampilan terhadap keterampilan bermain yang sesungguhnya.

(10)

4. Metode Pendekatan Pembelajaran Teknis a. Definisi Pendekatan Pembekajaran Teknis

Pembelajaran merupakan kegiatan belajar yang menjaga dan mendorong tercapainya tujuan pengajaran. Dengan demikian, pembelajaran merupakan suatu proses membuat orang belajar atau memanipulasi lingkungan sehingga memberikan kemudahan kepada orang lain untuk belajar.

Pendekatan pembelajaran teknis merupakan suatu sistem pendekatan pembelajaran secara tradisional. Pendekatan pembelajaran teknis ini merupakan cara belajar dimana untuk mempelajari suatu teknik cabang olahraga dilakukan secara berulang-ulang hingga menguasai gerakan yang otomatis. Hal ini dikemukakan oleh Beltasar Tarigan (2001: 15) menyatakan bahwa, ”Pembelajaran dengan pendekatan teknis menekankan pada penguasaan kemampuan atau teknik dasar suatu cabang olahraga”.

Berdasarkan pendapat diatas menunjukkan bahwa, pendekatan pembelajaran teknis hanya menekankan pada penguasaan teknik suatu cabang olahraga agar siswa memiliki kemampuan teknik yang memadai. Akan tetapi siswa belum mengalami atau menemui situasi yang sebenarnya dari teknik yang dipelajari dalam situasi permainan yang sebenarnya. Siswa tidak menjumpai atau tidak pernah mendapat rintangan dari siswa lain yang membuat kesulitan dalam pelaksanaan teknik sebagaimana yang terjadi dalam permainan sebenarnya.

Pendekatan pembelajaran teknis merupakan suatu pendekatan yang membelajarkan keterampilan teknik suatu cabang olahraga permainan dimana dalam pembelajarannya diajarkan dengan menerapkan keterampilan teknik. Dengan pendekatan tersebut siswa semakin memahami teknik permainan yang sebenarnya.

Pendekatan ini menekankan tentang bagaimana membelajarkan konsep penguasaan teknik. Pendekatan teknik dalam pembelajaran adalah untuk meningkatkan kesadaran siswa tentang penguasaan teknik melalui proses latihan atau pembelajaran.

Latihan teknik memiliki cirri – cirri yang bersifat khusus. Adapun cirri – cirri pembelajaran teknik menurut suharsono HP. (193:43) adalah sebagai berikut :

1) Pada dasarnya teknik relevan dengan cabang olahraga.

2) Ulangan gerakan (Repetition) biasanya banyak.

3) Gerakan dari yang mudah ke gerakan yang sukar.

(11)

4) Semua gerakan diawali dengan daya piker kemudian ke otomatisasi herakan teknik.

Keterampilan teknik suatu cabang olahraga, maka pendekatan pembelajaran teknis merupakan satu pendekatan yang tepat untuk digunakan. Tujuan utama pendekatan pembelajaran teknis dalam pengajaran cabang olahraga adalah untuk meningkatkan penguasaan teknik siswa dalam permainan sepakbola. Melalui pendekatan pembelajaran teknis, siswa didorong untuk menerapkan keterampilan teknik.

Dengan menggunakan pendekatan pembelajaran teknis, diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran keterampilan teknik menggiring bola. Dalam bagian ini dipaparkan konsep dan beberapa model pembelajaran untuk mengajarkan keterampilan teknik cabang olahraga sepakbola, bola basket, dan bola voli. Namun materi pelatihan ini bukan satu-satunya yang dapat dijadikan resep, karena dalam mengajar melibatkan juga terhadap pelaksanaan proses pembelajaran cabang olahraga di beberapa sekolah, banyak ditemukan masalah ketidak-seimbangan pembelajaran antara pembelajaran yang menekankan pada penguasaan keterampilan teknik dan pembelajaran yang menekankan pada usaha untuk meningkatkan penampilan bermain.

Masalah tersebut telah membawa pembelajaran kepada salah satu dari dua bentuk pembelajaran yang terpisah. Bentuk pertama menekankan pada (drill) keterampilan teknik, dan bentuk kedua menekankan pada keterampilan bermain.

Selanjutnya kita sering melihat proses pembelajaran yang mengkombinasikan proses pembelajaran keterampilan teknik dengan proses pembelajaran bermain secara terpisah.

Tahap pertama anak dilatih untuk menguasai keterampilan teknik, dan tahap kedua anak disuruh bermain. Jarang ditemukan pembelajaran keterampilan teknik dan pembelajaran keterampilan bermain dalam suatu proses pembelajaran yang utuh.

Bagi siswa, tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan teknik.

Menurut Mahendra dan Subroto (2006:12) bahwa tujuan pembelajaran pendekatan teknik adalah :

1) Meningkatkan kemampuan teknik melalui pemahaman terhadap penguasaan keterampilan teknik.

2) Memberikan peningkatan keterampilan teknik dalam proses pembelajaran.

3) Memudahkan dalam membentuk teknik dasar yang cepat dan tepat.

(12)

Dari kutipan diatas menjelaskan bahwa pendekatan pembelajaran teknik bertujuan untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap penguasaan teknik. Karena siswa hampir selalu menerapkan teknik keterampilan dalam suatu permainan. Bahwa tujuan pendekatan pembelajaran teknis identik dengan pendekatan melalui drill, hal tersebut dapat meningkatkan kemampuan teknik dan proses pembelajaran tersebut antara lain permainan bola besar yaitu sepakbola.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Menggiring Bola Dengan Pendekatan Pembelajaran Teknis

Pembelajaran menggiring bola dengan pendekatan teknis adalah cara belajar dimana guru menyampaikan teknik gerakan menggiring bola dan selanjutnya memberikan contoh atau demonstrasi agar siswa mengetahui konsep gerakan menggiring bola yang benar.

Dalam pembelajaran pendekatan teknis ini, keaktifan siswa malakukan tugas ajar sangat dituntut agar teknik yang dipelajari dikuasai dengan baik, Rusli Lutan ( 1988 : 399 ) menyatakan bahwa ”Keaktifan sendiri dari pihak siswa merupakan kunci utama penguasaan dan pemantapan gerak. Kelangsungan proses latihan pada tahap berikutnya ialah penguasaan teknik yang ideal. Hal ini tergantung pada inisiatif dan self-activity dari pihak itu sendiri”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, suatu teknik akan dapat dikuasai siswa dengan baik apabila siswa melakukan secara terus menerus dan berulang-ulang. Keaktifan berlatih sangat dituntut dalam pendekatan pembelajaran teknis. Sedangkan guru bertugas mengarahkan penguasaan gerak, melakukan koreksi dan evaluasi setiap terjadinya kesalahan teknik. Koreksi ini sangat penting dalam pendekatan pembelajaran teknis. Kesalahan teknik yang dibiarkan akan terjadi pola gerakan teknik yang salah.

Jika hal ini dibiarakan, siswa tidak akan tahu teknik gerakan yang baik dan benar.

Pelaksanaan pembelajaran menggiring bola dengan pendekatan teknis dalam penelitian yaitu, guru menjelaskan teknik gerakan menggiring bola yang baik dan benar.

Selanjutnya guru memberikan contoh atau demonstrasi teknik menggiring bola yang baik dari kaki tumpu, bagian kepala, sikap badan , pandangan mata dan bagian bola yang digiring.

Untuk meningkatkan motivasi dan semangat belajar siswa, guru harus mampu menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan agar siswa terlibat aktif melaksanakan

(13)

tugas ajar. Menciptakan kondisi belajar yang menggairahkan adalah sangat penting agar siswa terhindar dari rasa bosan. Situasi belajar yang tidak menyenangkan akan mengakibatkan menurunnya semangat belajar siswa, sehingga tujuan pembelajaran tidak tercapai.

5. Kekuatan

Setiap aktivitas olahraga, otot merupakan komponen tubuh yang dominan dan tidak dapat dipisahkan. Semua gerakan yang dilakukan oleh manusia karena adanya otot , tulang, persendian, ligamen, serta tendon sehingga gerakan dapat terjadi melalui gerakan tarikan otot serta jumlah serabut otot yang diaktifkan (Harsono, 1988: 190).

Kekuatan adalah dasar untuk penampilan gerak, dan ia dapat menjadi faktor tunggal yang paling penting dalam penampilan, sebab hampir semua penampilan yang hebat tergantung pada kemampuan memakai kekuatan yang besar melawan tahanan, kekuatan yang ditingkatkan sering menyokong penampilan yang lebih baik.

Kekuatan (strength) adalah kemampuan badan atau ruas badan untuk memakai kekuatan (force). Kekuatan melibatkan kombinasi tiga faktor : (1) kontraksi kekuatan otot-otot yang dikombinasikan yang menyebabkan gerakan; (2) kemampuan mengkoordinasikan otot agonist dengan antagonist, neutralizer, dan otot stabilizer; (3) rasio mekanik dari susunan lever (tulang yang dilibatkan. Faktor pertama tergantung pada kontraksi kekuatan maksimum masing-masing otot agonistic pada gerakan. Faktor kedua tergantung pada kemampuan koordinasi kontraksi otot individual. Koordinasi ini dapat diperbaiki dengan melatih gerakan utama yang dilibatkan (mengembangkan ketangkasan dalam gerakan) (Lukman O.T., 2006:129).

Mengenai latihan kekuatan, beberapa fakta tentang tipologi otot-otot dan gambaran fungsional kontraksi otot tidak dapat dihindari. Otot-otot mendapatkan impuls (= rangsangan) melalui urat syaraf gerak.

Rangsangan yang kuat membawa ke kontraksi maksimum. Otot-otot terdiri dari sejumlah besar serat-serat kecil dan tipis. Tetapi bahkan rangsangan-rangsangan yang kuat tidak perlu melibatkan kontraksi semua serat yang berkaitan. Dalam olahraga pemain hanya baru 20 – 50 % dari serat-serat yang berkaitan ambil bagian dalam kontraksi (Saziorski, 1966 yang dikutip dari Nossek, 1982:60). Karena itu, tujuan dari latihan kekuatan adalah untuk mengaktifkan sebanyak mungkin serat-serat otot dalam kontraksi tunggal.

(14)

Menurut Imam Hidayat (1997:84) “kekuatan adalah gaya yang ditimbulkan oleh kontraksi otot. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa kekuatan ialah gaya yang dapat menimbulkan gerak mekanis”.

Menurut Nossek (1982:62) kerja otot-otot selama tindakan kekuatan yang manapun, terjadi dengan dua cara yaitu dinamis dan statis.

1. Kerja otot yang dinamis :

Kontraksi isotonik yang didalamnya kekuatan otot dinamis adalah aktifdan dilakukan dengan pemendekan atau pemanjangan otot

a). Kontraksi konsentris, tindakan yang berganti-ganti yang didalamnya otot-otot tersebut memendek dengan cara yang “positif”.

b). Kontraksi eksentrik, Suatu tindakan menyerah, dicirikan dengan jenis kekuatan

“negatif”, yang didalamnya otot-otot mengembang.

2. Kerja Otot yang Statis:

Kontraksi isometris, gerakan memegang dengan perubahan panjang otot yang dapat ditiadakan.

Dalam tipe kontraksi isotonis akan nampak bahwa terjadi suatu gerakan dari anggota-anggota tubuh kita yang disebabkan oleh memanjang dan memendeknya otot- otot, sehingga terdapat perubahan dalam panjang otot. Dalam latihan-latihan isotonik kita dapat memakai beban kita sendiri sebagaibeban (Harsono, 1988:179).

Menurut Harsono (1988:175) “dalam kontraksi isometris tidak memanjang atau memendek sehingga tidak akan nampak suatu gerakan yang nyata, atau dengan perkataan lain, tidak ada jarak yang ditempuh”.

Semua gerakan merupakan hasil dari dalam hubungannya dengan alat-alat susunan otot tubuh. Dari sudut pandang biomekanik, terdapat kekuatan luar dan dalam (outer dan inner force), dengan jalan mana kekuatan-kekuatan luar seperti gravitasi, tekanan air, dan angin, perpecahan tanah dan yang lain, mempengaruhi kekuatan dalam otot-otot.

Menurut Harsono (1988:172) strength adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap sesuatu tahanan. Kekuatan otot adalah komponen yang sangat penting guna meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan. Kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, kekuatan memegang peranan penting dalam melindungi atlet dari kemungkinan cedera dan dengan kekuatan, atlet akan dapat

(15)

lebih cepat, melempar atau menendang lebih jauh dan lebih efisien, memukul lebih keras, demikian pula dapat membantu memperkuat stabilitas sendi-sendi.

Cara yang paling populer dan paling berhasil dalam meningkatkan kekuatan adalah dengan latihan-latihan tahanan (resistence exercise). Latihan tahanan adalah latihan di mana seorang atlet harus mengangkat, mendorong atau menarik suatu beban, baik itu badan atlet itu sendiri maupun bobot lain dari luar (external resistence) (Yusuf Hadisasmita dan Aip Syarifudin, 1996:108).

Dalam istilah fisik, kekuatan (force) dikarakterisasikan dengan rumus F = m x a (hasil dari masa dan akselerasi).

Kekuatan menurut Husein Argasasmita,dkk(2007:56)adalah“kemampuan untuk melawan tahanan/resistean atau beban fisik baik dari luar maupun dari badannya sendiri”.

Kekuatan dibagi menjadi beberapa jenis yaitu : a). Kekuatan Maksimal (maximal Strength).

b). Daya tahan kekuatan (Strength Endurance) c). Kekuatan kecepatan (Power Speed Strength).

a). Kekuatan Maksimal

Kekuatan maksimal adalah kemampuan untuk melawan tahanan secara maksimal. Batasan ini tidak diperhitungkan seberapa cepat gerakan untuk melawan tahanan tersebut tetapi seberapa besar tahanan yang dapat dilawan.

Untuk melatih kekuatan maksimal ada beberapa metode yang dapat digunakan, namun pada prinsipnya adalah menggunakan beban dengan intensitas yang tinggi (berat) dan pengulangan repetisi yang sedikit.

b). Daya tahan Kekuatan

Daya tahan kekuatan adalah kemampuan untuk melawan tahanan beban dalam waktu yang lama. Batasan ini merujuk pada lamanya waktu atau lamanya pengulangan secara simultan dalam melawan beban tersebut.

Untuk mengembangkan dayatahan kekuatan dapat digunakan berbagai metode yang pada dasarnya adalah menggunakan beban dengan intensitas yang kecil (ringan) dan pengulangan yang banyak.

(16)

c). Kekuatan Kecepatan

Kekuatan kecepatan atau Power adalah kemampuan untuk melawan tahanan beban gerakan yang cepat dan eksplosif.

Batasan ini merujuk pada kemampuan melakukan gerakan dengan cepat sehingga bila tahanan yang dihadapi tidak mampu digerakkan dengan cepat maka kekuatan akan berubah menjadi kekuatan eksplosif.

Kekuatan eksplosif merupakan aplikasi usaha yang cepat untuk melawan tahanan namun bebannya cukup berat sehingga gerak yang dihasilkan dan tampak terlihat bebannya tidak bergerak dengan cepat.

a. Komponen Otot Tungkai

Otot tungkai bawah meliputi kaki, betis dan paha. Ini adalah porsi tubuh yang digunakan paling luas dalam daya gerak, dan di dalam mendukung tubuh dalam beberapa posisi tegak.

Menurut Satimin Hadiwijaya (2002:80) bahwa “tungkai pada manusia terdiri dari dua yaitu tungkai bawah dan tungkai atas. Tungkai bawah (ekstrimitas inferior) digunakan sebagai penahan dan digunakan untuk segala aktivitas. Tungkai atas atau paha (os femoris/femur). Tulang tungkai bawah yang terdiri dari tulang kering (os tibia) dan tulang betis (os fibula) dan tulang kaki (ossa pedis/footbones). Otot tungkai adalah merupakan bagian dari otot anggota gerak bawah. Otot anggota gerak bawah dapat dibedakan atas otot pangkal paha, otot tungkai atas, otot tungkai bawah, dan otot kaki.

Secara rinci, otot-otot yang terdapat pada tungkai manusia, adalah sebagai berikut:

1) Otot-otot tungkai atas (paha)

(a) Otot tensor fasialata, (b) Otot abductor dari paha, (c) otot vastus laterae, (d) otot rektus femoris, (e) Otot satrorius, (f) Otot vastus medialis, (g) Otot abductor, (h) Otot gluteus maxsimus, (i) Otot paha lateral dan medial.

2) Otot tungkai bawah

(a) Otot tibialis anterior, (b) Otot ektensor digitorum longus, (c) Otot gastroknemius, (d) Otot tendon aciles, (e) Otot soleus, (f) Otot malleolus medialis, (g) Otot retinakula bawah.

Otot tungkai yang berfungsi dalam melontarkan tubuh ke arah horizontal, yaitu:

Fleksi : m. semimembranosus, m. biseps femoris, m. semitendineosus, m. grasilis, m.

Sartorius, m. popliteus, m. gastroknemius.

(17)

Extensi: m. rektus femoris, m. vestus medialis, m. vastusntermidialis, m.

tensorfasiselatae, m. vastus laturalis

Saat melakukan lompatan pada dasarnya terdiri dari dua kelompok otot yang bekerja secara berlawanan atau antagonis, yaitu fleksi dan ektensi. Pada saat melakukan gerakan menekuk atau fleksi maka kelompok otot yang bekerja adalah otot fleksio, sedangkan otot-otot extensi hanya bekerja meluruskan. Demikian sebaliknya kelompok otot ektensi memanjang dan fleksi memendek.

Pembengkokkan panggul adalah salah satu gerakan tubuh yang sangat kuat, dan ia disebabkan oleh kontraksi otot yang antara lain : otot rectus femoris, otot pectinus, otot psoas major, otot illiacus, otot Sartorius, otot adductor brevis, otot adductor longus, otot adductor magnus, otot tensor fasciae latae, otot gracilis. Empat buah lainnya (adductor brevis, adductor longus, gracilis, dan sartorius) adalah otot-otot dua sendi dan menyokong pada gerakan panggul dan lutut. Pembengkokkan panggul digunakan dalam daya gerak, termasuk meliputi aktivitas jalan dan lari yang sangat umum (Lukman O.T, 2006:108).

Pelurusan panggul adalah gerakan kuat lainnya. Ia disebabkan enam buah otot antara lain : otot gluteus maximus, otot semimembranosus, otot biceps femoris, otot semitendinosus, otot gluteus medius, otot gluteus minimus yang dihubungkan sebagai otot terkuat dalam tubuh. Tiga buah otot (hamstrings) menyilang dua persendian dan menyokong gerakan, baik dalam panggul maupun lutut (Lukman O.T., 2006:111)

(18)

Gambar 2.4. Susunan Otot Tungkai Dilihat dari Depan (Thompson, 2002:221).

Gambar 2.5. Susunan Otot Tungkai Dilihat dari Belakang (Thompson, 2002:223)

b. Kekuatan Otot Tungkai

Kekuatan kontraksi otot dihubungkan pada pengukuran penampang melintang otot. Begitu kekuatan otot meningkat, penampang melintang serabut otot individual meningkat, mengakibatkan daerah penampang melintang otot menjadi lebih besar.

(19)

Secara teoritis pegukuran ini adalah sebanding dengan kekuatan. Akan tetapi, ini adalah tidak selalu benar, sebab factor lainnya dilibatkan. Misalnya : (1) dua buah otot yang penampang melintangnya sama dapat dibedakan dalam kekuatan yang disebabkan oleh perbedaan banyaknya jaringan lemak. Lemak tidak hanya mengurangi kemampuan kontraksi, tetapi juga menyebabkan pergesekan dari gabungan karena memendekkan serabut otot; (2) proporsi serabut aktif dalam otot yang berbeda mempengaruhi kekuatan; (3) kontraksi yang efisien mempunyai pengaruh penting pada kekuatan.

Meskipun demikian,ukuran otot dan kekuatan dihubungkan sangat erat (Lukman O.T.,2006:130).

Sebuah otot meningkat kekuatannya apabila ia berkontraksi secara teratur melawan tahanan yang lebih besar. Jika kecepatan peningkatan menjadi cepat, otot harus berkontraksi secara teratur melawan tahanan yang berat, dan tahanan harus ditingkatkan begitu otot meningkat kekuatannya. Ini diketahui sebagai program pembangunan kekuatan dengan tahan yang progresif.

Untuk dapat melakukan gerak (movement) manusia dilengkapi dengan sistem otot, tulang dan sendi. Otot sendiri terdiri dari otot polos, otot jantung, dan otot rangka, masing-masing otot tersebut mempunyai stuktur dan fungsi tersendiri. “Kira-kira 40 persen dari seluruh tubuh terdiri dari otot rangka, dan 10 persen lainya adalah otot polos dan otot jantung“ (Pate & Clenaghan, 1994:222 di dalam Guyton & Hall, 1996:91).

“Teori kontraksi otot kohesif dikemukakan oleh orang Inggris H. E. Huxly tahun 1950-an” (Pate & Clenaghan, 1984:223). Teori bergerak Huxly menganggap bahwa kontraksi otot adalah akibat interaksi antara sel protein aktin dan miosin dalam myofibril. Interaksi itu terjadi sedemikian rupa sehingga pada saat memanjang ke dua myofilamen bergerak yang satu melewati yang lain, dengan demikian mengurangi panjang sarkomer. Pemendekan secara bersamaan pada beberapa sarkomer yang berdekatan mengakibatkan kontraksi keseluruh myofibril. Jika beberapa serabut otot mengerut serempak, dihasilkan tenaga yang menyebabkan otot memendek secara menyeluruh. Agar aktindan myosin berinteraksi hal ini menyebabkan kontraksi otot, yang dibutuhkan ATP (Adenosin Trifosfat). Selama otot bekerja, metabolisme sel bertambah cepat sehingga ATP dihasilkankembalidengan kecepatan yang sebanding dengan penggunaanya.

(20)

Sedang menurut Guyton & Hall (1996:93) proses kontraksi otot sebagai berikut:

1. Suatu potensial aksi berjalan disepanjang sebuah saraf motorik sampai keujungnya pada serat otot.

2. Pada setiap ujung, saraf menyeleksi subtansi neuro transmiter, yaitu asetilkolin, dalam jumlah sedikit.

3. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membran serat otot untuk membuka banyak saluran bergerbang asetilkolin melalui molekul- molekul protein dalam membran serat otot.

4. Terbukanya saluran asetilkolinmemungkinkan sejumlah besar ion natrium untuk mengalir kebagian dalam membran serat otot pada titik terminal saraf. Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial aksi dalam serat otot.

5. Potensial aksi akan berjalan disepanjang membran serat otot, dalam cara yang sama seperti potensial aksi berjalan sepanjang membran saraf.

6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membran serat otot, dan juga berjalan secara dalam di dalam serat otot, pada tempat dimanapotensialaksimenyebabkanreticulum sarkoplasma melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang telah disimpan di dalam retikulum, kedalam myofibril.

7. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filamenaktin danmiosin, yang menyebakan bergerak bersama-sama, dan menghasilkan proses kontraksi.

8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium di pompa kembali ke dalam retikulum sarkoplasma, tempat ion-ion ini disimpan sampaipotensial aksi otot yang baru datang lagi, pengeluaran ion kalsium dari miofibril akan menyebabkan kontraksi otot terhenti.

Otot rangka secara sadar dikendalikan oleh sistem pusat syaraf tubuh (simpul otak dan simpul spinal). Hampir semua penampilan aktivitas olahraga tergantung pada kemampuan olahragawan mengendalikan waktu dan kontraksi otot dengan tepat.

Dengan demikian koordinasi antara sistem syaraf dan sistem otot merupakan satu hal yang penting bagi penampilan olahraga.

Serabut otot dirangsang untuk berkontraksi oleh motorneuron yang bekerja untuk mengirim rangsangan listrik dari otak ke masing-masing serabut otot.

Rangsangan dimulai dari daerah khusus otak yang disebut selaput gerak. Motorneuron

(21)

atas turun dari otak yang berhubungan dengan motorneuron bawah dalam simpul spinal.

Motorneuron bawah membelah simpul spinal dalam saraf spinal dan berakhir dalam sejumlah saraf. Pada akhirnya setiap saraf berhubungan dengan suatu serabut otot khusus.

Serabut otot dikendalikan oleh motoneuron yang membentuk suatu unit gerak.

Rangsangan untuk berkontraksi dikirim dari syaraf yang berakhir pada serabut otot melalui suatu susunan yang disebut simpangan mioneural. Bila rangsangan meluas kesimpangan mioneural, suatu simpul saraf menyebabkan lepasnya zat kimia yang disebut acetilkholin dari ujung syaraf.Acetilkholin adalah perantara (neurotransmiter) yang memungkinkan perjalanan rangsangan listrik menyeberangi simpangan myoneural. Jika rangsangan listrik tiba, sarkolema serabut otot dibawa keluar dari serabut oleh tubulus dan retikulum sarkoplasma. Hasil kontraksi retikulum sarkoplasma meninggalkan ion kalsium ke dalam sarkoplasma dalam merespon rangsangan listrik.

Ion-ion kalsium mempercepat kontraksi dengan memungkinkan terjadinya interaksi sel- sel aktin dan miosin dengan mempermudah pemisahan ATP. Jadi, zat kimia yang dihasilkan pada kontraksi otot dimulai dengan impuls syaraf dari otak dan simpul spinal.

c. Peranan Kekuatan Otot Tungkai dalam Kecepatan Menggiring Bola.

Sepakbola modern masa kini yang makin cepat, makin keras dan memeras otak.

Semakin cepat dalam bergerak baik menguasai bola atau tidak, kemampuan fisik yang prima sangat dibutuhkan oleh seorang pemain. Pemain yang memiliki kemampuan fisik yang baik dapat menerapkan keterampilannya yang baik pula.

Menurut Sugiyanto (1998:254) kemampuan fisik adalah kemampuan sistem organ-organ tubuh di dalam melakukan aktivitas fisik. Kemampuan fisik sangat penting untuk mendukung aktivitas psikomotor. Gerakan yang terampil bias dilakukan apabila kemampuan fisiknya memadai.

Keterampilan bergerak bisa berkembang bila kemampuan fisik mendukung dalam pelaksanaan gerak. Secara garis besar kemampuan fisik bisa dibedakan menjadi 4 macam kemampuan yaitu: a) ketahanan (endurance), b) Kekuatan (strength), c) Fleksibilitas (flexibility), d) Kelincahan (agility).

Salah satu dari beberapa kemampuan fisik yang mendukung dalam performa penampilan pemain adalah kekuatan otot. Menurut Sugiyanto (1998:259) kekuatan otot

(22)

unsur kemampuan fisik yang menjadikan seseorang mampu menahan beban atau tahanan dengan menggunakan kontraksi otot. Kekuatan otot ditentukan oleh besarnya penampang otot serta kualitas kontrol pada otot yang bersangkutan.

Peranan kekuatan otot dalam melakukan keterampilan menggiring bola sangat besar karena hampir semua keterampilan dalam permainan sepakbola menggunakan kekuatan otot tungkai, seperti yang dikemukakan Miller (2004:13) “sebagai seorang pemain sepakbola selain harus memiliki kaki yang kuat, juga harus mengembangkan kecepatan dan stamina. Semua pemain harus meningkatkan keterampilan lari mereka”.

Selanjutnya Miller memberikan contoh sebagian besar pemain profesional Kolumbia, memiliki otot tungkai kaki yang kuat.

Salah satu faktor yang berperan dalam pencapaian kecepatan menggiring bola adalah faktor kondisi fisik kekuatan otot tungkai. Dengan kata lain untuk mencapai kecepatan.

Kekuatan otot tungkai seseorang berperan penting dalam meningkatkan frekuensi langkah lari seseorang, karena frekuensi langkah adalah perkalian antara kekuatan otot tungkai dan kecepatan otot dalam melangkah. Kekuatan otot tungkai ini digunakan saat lari menggiring bola. Seorang pemain sepakbola harus memiliki kaki yang kuat, pergelangan kaki yang kuat, lutut menggiring bola harus ada unsur kondisi fisik terutama kekuatan otot tungkai yang digunakan untuk mengangkat paha dan menolak pada saat lari menggiring bola yang kuat dan tungkai yang kuat agar dapat memikul badan yang berat.

Dalam pencapaian kecepatan dalam menggiring bola kekuatan otot tungkai sangat berpengaruh. Karena otot merupakan faktor pendukung kemampuan seseorang untuk melangkahkan kaki. Besar kecilnya otot benar-benar berpengaruh terhadap kekuatan otot. Para ahli fisiologi berpendapat bahwa pembesaran otot itu disebabkan oleh bertambah luasnya serabut otot akibat suatu latihan. Makin besar serabut-serabut otot seseorang, makin kuat pula otot tersebut (M. Sajoto, 1988:111).

Kekuatan otot tungaki berperan dalam kemampuan menggiring bola sehingga sulit bagi lawan untuk merebutnya. Kecepatan menggiring bola merupakan gerakan yang sangat komplek karena dalam menggiring bola terdapat unsur-unsur :

1. Melindungi bola adalah cara untuk menjaga bola ketika dalam tekanan.

2. Melindungi bola dengan menempatkan tubuhnya diantara bola dan lawan.

(23)

3. Melakukan gerakan lanjutan dan mengumpan bola dengan sisi kakinya kepada temannya (Gifford, 2007:20).

B. Penelitian Yang Relevan

1) Pomo Warih Adi(2007) meneliti tentang pengaruh metode pembelajaran, kemampuan gerak dasar dan kelompok umur, terhadap keterampilan teknik dasar bermain sepakbola. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa ada interaksi antara gaya komando dan latihan, kemampuan dasar tinggi dan rendah, dan kelompok umur terhadap keterampilan bermain sepakbola.

2) Ahmad Fauzi (2010) meneliti tentang pengaruh pendekatan pembelajaran dan kemampuan gerak terhadap hasil belajar keterampilan menggiring bola pada permainan sepakbola. Hasil dari penelitian tersebut menunjukan bahwa ada interaksi yang signifikan antara pendekatan pembelajaran dan tingkat kemampuan gerak terhadap hasil belajar keterampilan menggiring bola.

C. Kerangka Pemikiran

Gambar 2.6. kerangka penelitian Pendekatan pembelajaran

Taktis

Pendekatan Pembelajaran Teknis

Keterampilan Menggiring Bola

Kekuatan Otot Tungkai

Rendah Rendah Tinggi

1

3

2

(24)

1 Perbedaan pengaruh latihan pendekatan pembelajaran taktis dan pendekatan pembelajaran teknis terhadap keterampilan menggiring bola.

Untuk melatih keterampilan menggiring bola banyak metode pembelajaran yang bisa digunakan diantaranya, pendekatan taktis dan pendekatan teknis. Pendekatan taktis sendiri dimana siswa berlatih dribbling dengan bentuk permainan sesuai situasi permainan sepakbola. Sedangkan pendekatan teknis siswa dilatih dribbling secara bertahap dari mulai gerakan yang termudah sampai yang tersulit dan dilakukan secara berulang-ulang. Seharusnya kedua pendekatan tersebut bisa dimaksimalkan untuk memperbaiki teknik keterampilan menggiring bola akan tetapi fakta dilapangan kurang memahami tentang kedua bentuk pendekatan tersebut sehingga salah dalam penerapannya.

Metode latihan pendekatan taktis dirancang dalam suatu proses pembelajaran yang kondusif dapat menghasilkan rasa senang, eduktif, menarik atau menantang, dan dapat membina kesehatan dan rasa percaya diri. Melalui pendekatan taktis, siswa didorong untuk memecahkan masalah taktik dalam permainan. Masalah taktik pada hakikatnya adalah penerapan keterampilan teknik dalam situasi permainan. Dengan menggunakan pendekatan taktik, siswa semakin memahami kaitan antara teknik dan taktik dalam suatu permainan.

Berhubungan dengan latihan pendekatan teknis, dalam keterampilan teknik dasar menggiring bola permainan sepakbola tentunya akan sangat membantu diri atlet dalam kemahiran menguasai teknik dasar, akan tetapi jika melihat fakta dilapangan mengenai sarana dan prasarana yang menunjang proses latihan disekolah-sekolah masih sangat terbatas. Sehingga akan terjadi berkurangnya aktivitas gerak yang tidak merata.

Contohnya atlet antri dalam menunggu giliran melakukan tugas dribbling dikarenakan keterbatasan bola. Tentunya ini sangat bertolak belakang dengan tujuan latihan pada siswa yang mengharuskan lebih banyak mengusai bola dalam setiap latihan. Berdaskan uraian di atas dapat disimpilkan pendekatan teknis merupakan pendekatan yang menitik beratkan kepada penguasan teknik dasar yang baik, karena dilaksanakan berdasarkan tahapan-tahapan dan berulang-ulang.

(25)

2 perbedaan pengaruh latihan menggiring bola bagi siswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah.

Keterampilan menggiring bola dalam permainan sepakbola sangat dipengaruhi oleh kekuatan seorang pemain dengan tingkat penguasaan keterampilan yang baik pula.

Pemain sepakbola yang memiliki kekuatan yang baik secara otomatis akan sulit direbut bolanya pada saat menggiring bola karena lawan akan kesulitan untuk mengejar bola dengan tingkat kekuatan yang tinggi dan sebaliknya pemain sepakbola yang kekuatan ototnya rendah akan mudah dikejar oleh lawannya serta drebut bolanya. Sehingga penguasaan menggiring bola dalam permainan sepakbola sangatlah penting dan harus didukung dengan kekuatan yang tinggi. Semakin tinggi tingkat kekuatan seseorang semakin mudah untuk mencapai peningkatan keterampilan menggiring bola. Sebaliknya tingkat kekuatan yang rendah akan menghambat saat melakukan gerak menggiring bola pada permainan sepakbola, sehingga peningkatan keterampilan menggiring bola menjadi kurang baik. Dalam hal ini untuk mencapai peningkatan kecepatan yang baik tentunya seseorang yang memiliki kekuatan yang tinggi berbeda dengan yang memiliki kekuatan yang rendah.

3 Pengaruh interaksi antara pendekatan pembelajaran (taktis dan teknis) dengan kekuatan otot tungkai terhadap keterampilan menggiring bola.

Setiap siswa memiliki kekuatan otot tungkai yang berbeda-beda. Sebagaimana yang telah diuraikan bahwa perbedaan tingkat kekuatan otot merupakan perbedaan dasar umum yang telah ada dalam diri siswa yang merupakan perbedaan karakteristik secara individual siswa. Tingkat kekuatan otot tungkai akan berpengaruh terhadap hasil pembelajaran keterampilan menggiring bola pada permainan sepakbola. Hal ini membawa kepada pemikiran untuk menentukan suatu pendekatan pembelajaran yang sesui dengan kekuatan otot tungkai yang dimiliki oleh siswa. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam keterampilan menggiring bola seseorang, salah satu diantaranya dengan menggunakan metode latihan pembelajaran yang tepat, sehingga hasil yang diperoleh akan maksimal. Metode latihan pembelajaran untuk keterampilan menggiring bola diantaranya adalah pendekatan pembelajaran taktis dan pembelajaran teknis ditinjau dari kekuatan otot tungkai.

Pada metode latihan pembelajaran taktis dan pembelajaran teknis jika ditinjau dari kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah akan memberikan dampak yang berbeda

(26)

terhadap keterampilan menggiring bola. Karena diduga dapat terjadi interaksi antara latihan pendekatan pembelajaran taktis dan pendekatan pembelajaran teknis terhadap keterampilan menggiring bola.

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diajukan hipotesis sebagai berikut : 1. Ada perbedaan pengaruh latihan menggunakan pendekatan pembelajaran taktis dan

pendekatan pembelajaran teknis terhadap keterampilan menggiring bola. Yang paling berpengaruh adalah latihan menggunakan pendekatan pembelajaran taktis.

2. Ada perbedaan pengaruh keterampilan menggiring bola bagi siswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi dan rendah. Dan yang paling berpengaruh terhadap keterampilan menggiring bola adalah siswa yang memiliki kekuatan otot tungkai tinggi.

3. Ada interaksi antara pendekatan pembelajaran (taktis dan teknis) dan kekuatan otot tungkai terhadap keterampilan menggiring bola.

Gambar

Gambar 2.1. Menggiring Bola dengan Kura-kura Kaki Bagian Dalam(Soekatamsi,  1988:160)
Gambar 2.4. Susunan Otot Tungkai Dilihat dari Depan (Thompson, 2002:221).
Gambar 2.6. kerangka penelitian Pendekatan pembelajaran Taktis  Pendekatan Pembelajaran Teknis Keterampilan Menggiring Bola

Referensi

Dokumen terkait

Penulisan ilmiah ini akan menjelaskan tentang suatu aplikasi untuk melatih kreatifitas seorang anak untuk membedakan bentuk serta warna dari suatu gambar dan mencocokkannya

From a series of research methodology, analysis and discussion design of a system that has been done then it can be drawn the conclusion, has produced an application

Untuk tujuan ini, baik Fakultas maupun Sekolah menyediakan sumber daya akademik maupuan sumber daya pendukung akademik (laboratorium, studio, perpustakaan), bukan

mengoptimalkan hal tersebut, pemerintah Jateng dapat mengawinkan tren pariwisata syari’ah dengan basis pariwisata religi.. Namun realitasnya, walaupun kuantitas okupasi

Project : Embankment Rehabilitation and Dredging Work of West Banjir Canal and Upper Sunter Floodway of Jakarta Urgent Flood Mitigation Project (JUFMP/JEDI) – ICB Package

Sedangkan penelitian ini menggunakan variabel dependen manajemen laba dan variabel independen asimetri informasi serta sampel yang digunakan perusahaan perbankan

Pada Gambar 4.19 adalah proses instalasi tunggu hingga proses tersebut selesai Setelah proses instalasi selesai, maka akan otomatis restart.. Selanjutnya proses instalasi Windows

Walaupun penelitian sebelumnya mempunyai kesamaan dengan penelitian penulis, namun terdapat perbedaan pada metode pengontrolan dan alat mikrokontroler, sistem dari penelitian