• Tidak ada hasil yang ditemukan

PREVALENSI FRAKTUR MANDIBULA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI RSUP H.ADAM MALIK TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PREVALENSI FRAKTUR MANDIBULA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS PADA PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI RSUP H.ADAM MALIK TAHUN"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI RSUP H.ADAM MALIK

TAHUN 2013-2015

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat Memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh : OVILA ULFHA NIM : 130600083

Dosen Pembimbing:

Eddy A. Ketaren, drg., Sp.BM.

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2017

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial Tahun 2017

Ovila Ulfha

Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik Medan tahun 2013-2015.

xi+38 halaman

Fraktur tulang wajah merupakan salah satu penyebab utama kecacatan dan kematian di dunia. Sekitar 70% fraktur oral dan maksilofasial selalu melibatkan rahang bawah. Penonjolan, bentuk anatomis dan posisi mandibula yang terbuka menyebabkan mandibula lebih sering mengalami trauma dibandingkan dengan tulang wajah lainnya walaupun mandibula merupakan tulang wajah yang terpadat dan terkuat. Penyebab terbanyak dari trauma mandibula adalah kecelakaan lalu lintas.

Banyaknya pasien fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor ini disebabkan oleh faktor pengguna jalan, kendaraan dan lingkungan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui berapa banyak prevalensi fraktur mandibula berdasarkan umur, jenis kelamin dan lokasi fraktur akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik tahun 2013 hingga tahun 2015.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik total sampling. Jumlah sampel adalah sebanyak 56 rekam medik di RSUP H.Adam Malik Medan yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Data didapatkan dari bagian rekam medik rawat jalan dan rawat inap RSUP H.Adam Malik Medan.

Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik Medan lebih banyak dijumpai pada laki-laki dibandingkan dengan perempuan, dan lebih banyak terjadi pada masa remaja akhir (17-25 tahun) dengan daerah simfisis adalah daerah yang paling sering terkena fraktur.

(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji

Medan, 20 April 2017

Pembimbing: Tandatangan

Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp.BM

...

(4)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 20 April 2017

TIM PENGUJI

KETUA : Rahmi Syaflida, drg., Sp.BM.

ANGGOTA : 1. Eddy Anwar Ketaren, drg., Sp.BM 2. Ahyar Riza, drg., Sp.BM

3. Isnandar, drg., Sp.BM

(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dalam rangka memenuhi kewajiban penulis untuk mendapatkan gelar sarjana Kedokteran Gigi.

Rasa terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua tercinta, Khairiza Fithri, S.Pd dan Juriatman serta Adik tersayang Sherryl Adla Maghfirah yang senantiasa menyayangi, mendoakan, dan mendukung penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan proposal ini, penulis juga telah banyak mendapat bimbingan, bantuan, motivasi, saran-saran serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati serta penghargaan yang tulus penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Eddy A.Ketaren, drg., Sp.BM selaku Ketua Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial serta selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, pengarahan, serta membantu penulis dalam menyelesaikan proposal ini.

2. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara khususnya di Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial.

3. Fitri Yunita Batubara, drg., selaku dosen pembimbing akademis yang telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi USU.

4. Robby Suganda, yang telah mendukung, sabar dan memberikan banyak bantuan saat penulis melakukan penelitian.

(6)

5. Sahabat terbaik penulis Ulfah Dwi, Gita Shara, Widi Ayu, Haritz Ghozi, Yashir denhas, Rezeki Julham dan Dewi Siagian yang senantiasa mendukung dan menyemangati penulis.

6. Teman-teman seperjuangan penulis Cahaya bulan, Intan prasiska, Ulini Sari, Uswatun Hasanah, Dewi Fazrina, Larissa Rosafina, Annisya Ul fatmah, Ahmad Idris dan seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi stambuk 2013 yang telah membantu penulis selama masa perkuliahan.

7. Teman-teman seperjuangan skripsi di Dept. Bedah Mulut. Nurul A Anggraini, Hera Ismayani, Liza Sebayang, Irham Mukhriz, Shaun, Nindy dan Atika Suri yang telah membantu dan menyemangati penulis selama masa pembuatan skripsi.

Penulis menyadari kelemahan dan keterbatasan ilmu yang penulis miliki menjadikan skripsi ini masih perlu perbaikan, saran, dan kritik membangun.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan sumbangan pikiran yang berguna bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Bedah Mulut dan Maksilofasial.

Medan, April 2017 Penulis

(Ovila Ulfha) NIM : 130600083

(7)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN...

HALAMAN TIM PENGUJI...

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... v i DAFTAR TABEL... viii

DAFTAR GAMBAR... ix

DAFTAR GRAFIK... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Defenisi Fraktur Mandibula... 5

2.2 Anatomi Mandibula... 5

2.3 Etiologi Fraktur Mandibula... 8

2.4 Gambaran Klinis Fraktur Mandibula... 8

2.5 Diagnosis... 9

2.5.1 Pemeriksaan Klinis... 9

2.5.2 Pemeriksaan Radiografi... 10

2.6 Klasifikasi Fraktur Mandibula... 13

2.6.1. Klasifikasi berdasarkan Anatomi... 13

2.6.2. Klasifikasi berdasarkan Pola Fraktur... 15

2.6.3. Klasifikasi berkaitan dengan Tarikan Otot... 17

2.7. Perawatan Fraktur Mandibula... 17

2.7.1. Reduksi Tertutup... 18

2.7.2. Reduksi Terbuka... 20

(8)

Kerangka Teori... 22

Kerangka Konsep Penelitian... 23

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 24

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 24

3.3 Populasi dan Sampel... 24

3.3.1. Populasi... 24

3.3.2. Sampel... 24

3.4 Variabel dan Definisi Operasional... 25

3.5 Metode Pengumpulan Data... 25

3.6 Pengolahan dan Analisis Data... 25

3.7 Analisa Data... 26

Alur Penelitian 27

BAB 4 HASIL PENELITIAN 4.1 Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik Medan pada Tahun 2013-2015... 28

4.1.1 Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik Medan pada Tahun 2013-2015 berdasarkan usia... 28

4.1.2 Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik Medan pada Tahun 2013-2015 berdasarkan jenis kelamin... 30

4.2.3 Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik Medan pada Tahun 2013-2015 berdasarkan lokasi anatomis... 31

BAB 5 PEMBAHASAN 33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 36

6.2 Saran 36

DAFTAR PUSTAKA... 37

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan anatomi... 14 2. Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan pola fraktur... 16 3. Klasifikasi fraktur mandibula berkaitan dengan

tarikan otot... 17 4. Variabel dan Defenisi Operasional... 25 5. Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada

pengendara sepeda motor berdasarkan usia... 29 6. Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada

pengendara sepeda motor berdasarkan jenis kelamin ... 30 7. Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada

pengendara sepeda motor berdasarkan lokasi anatomis ... 31

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Anatomi Mandibula dilihat dari frontal... 6

2. Anatomi Tulang mandibula dilihat dari lateral... 6

3. Anatomi Tulang Mandibula aspek dalam lengkung mandibula. 7

4. Anatomi Tulang Mandibula dilihat dari Inferior... 7

5. Bimanual Palpasi... 9

6. Radiografi Ortopantomogram... 11

7. Radiografi Posteroanterior... 11

8. Radiografi Reverse towne... 12

9. Radiografi Lateral Oblik... 12

10. Radiografi CT Scan ... 13

11. Fraktur mandibula berdasarkan anatomi... 14

12. Fraktur mandibula berdasarkan pola fraktur... 15

13. Fraktur mandibula berkaitan dengan tarikan otot... 17

(11)

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

1. Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada

pengendara sepeda motor berdasarkan usia ... 29 2. Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada

pengendara sepeda motor berdasarkan jenis kelamin ... 30 3. Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada

pengendara sepeda motor berdasarkan lokasi anatomis ... 32

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Riwayat Hidup 2. Rincian Biaya Penelitian 3. Tabel Penelitian

4. Ethical Clearance

(13)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Fraktur tulang wajah merupakan salah satu penyebab utama kecacatan dan kematian di dunia. Penelitian di Rumah Sakit dr.Cipto Mangunkusumo (RSCM) tahun 2006 hingga 2010 menyebutkan terdapat sejumlah 404 kasus fraktur tulang wajah.1

Sekitar 70% fraktur oral dan maksilofasial selalu melibatkan rahang bawah.

Umumnya, fraktur pada rahang bawah terjadi pada daerah yang lemah. Daerah mandibula yang lemah adalah daerah kondilus, angulus dan daerah simfisis mandibula.1,2

Penonjolan, bentuk anatomis dan posisi mandibula yang terbuka menyebabkan mandibula lebih sering mengalami trauma dibandingkan dengan tulang wajah lainnya walaupun mandibula merupakan tulang wajah yang terpadat dan terkuat.1

Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya kontinuitas pada mandibula, dapat berakibat fatal bila tidak ditangani dengan benar.

Lokasi dan pola fraktur mandibula ditentukan oleh mekanisme cedera dan arah vektor gaya yang mengenainya.3-5.

Penyebab terbanyak dari trauma mandibula adalah kecelakaan lalu lintas.

Penyebab fraktur mandibula selain kecelakaan lalu lintas dapat akibat perkelahian, kecelakaan kerja, luka tembak, terjatuh, aktivitas fisik, trauma saat pencabutan gigi ataupun akibat proses patologis.1,2,4.

Kecelakaan lalu lintas adalah suatu peristiwa di jalan raya yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan yang sedang bergerak dengan atau tanpa pengguna jalan lainnya, yang mengakibatkan korban manusia dan kehilangan harta benda.6

(14)

Banyaknya pasien fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor ini disebabkan oleh penggunaan helm yang tidak memenuhi standar, jalur transportasi atau infrastruktur yang tidak memadai, pengaruh alkohol sewaktu mengemudi, pengemudi yang kurang terampil dan etika berlalu lintas yang tidak baik dari pengendara sepeda motor.4

Hasil data penelitian Ahmad Habibi,dkk di Rumah Sakit Umum daerah Ulin Banjarmasin tahun 2013-2014, menunjukkan bahwa fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor menempati peringkat teratas fraktur mandibula berdasarkan etiologi kasus, yaitu sebanyak 47 kasus dari 60 kasus atau sebesar 78,4%. Penelitian Sari pada tahun 2011 juga menyebutkan bahwa kecelakaan lalu lintas menjadi penyebab utama terjadinya fraktur mandibula yaitu 433 kasus dari 680 kasus atau setara dengan 65,15%.1,4

Tujuan perawatan fraktur mandibula adalah mengembalikan fungsi sistem mastikasi seperti asalnya, memperbaiki pembukaan interinsisal dan pergerakan mandibula yang menyimpang, memperkecil deviasi pada mandibula, menghindari kerusakan internal pada sendi temporomandibular di bagian yang terkena fraktur atau bagian kontralateral, menghindari terjadinya komplikasi lebih lanjut.7

Beberapa data epidemiologi untuk tulang fasial dan fraktur mandibula bervariasi antar negara dan terjadi perubahan dari waktu ke waktu.5 Hal inilah yang mendorong peneliti untuk mengetahui prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik Medan. RSUP H.Adam Malik merupakan sebuah Rumah Sakit Umum Pusat di Sumatera Utara dan juga sebagai Rumah Sakit rujukan untuk wilayah Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau, sehingga sangat memungkinkan jumlah pasien fraktur mandibula banyak ditemukan di Rumah Sakit ini.

(15)

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Berapa banyak prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2013-2015 berdasarkan usia.

2. Berapa banyak prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2013-2015 berdasarkan jenis kelamin.

3. Berapa banyak prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2013-2015 berdasarkan lokasi anatomis fraktur.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini antara lain:

1. Untuk mengetahui berapa banyak prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik tahun 2013-2015 berdasarkan usia.

2. Untuk mengetahui berapa banyak prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik tahun 2013-2015 berdasarkan jenis kelamin.

3. Untuk mengetahui berapa banyak prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik tahun 2013-2015 berdasarkan lokasi anatomis fraktur.

(16)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini antara lain:

1. Mengetahui prevalensi fraktur mandibula berdasarkan umur, jenis kelamin dan lokasi fraktur akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik tahun 2013 hingga tahun 2015.

2. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada masyarakat khususnya tenaga kesehatan tentang karakteristik distribusi fraktur mandibula, pencegahan serta perawatannya.

3. Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kewaspadaan masyarakat untuk lebih tertib berlalu lintas agar prevalensi fraktur mandibula dapat ditekan setiap tahunnya.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Fraktur Mandibula

Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang. Fraktur terjadi ketika tekanan yang kuat diberikan kepada tulang normal atau tekanan yang sedang pada tulang yang terkena penyakit seperti osteoporosis.3

Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibula. Hilangnya kontinuitas pada mandibula dapat berakibat fatal bila tidak ditangani secara benar.4 Fraktur mandibula merupakan salah satu fraktur yang paling sering terjadi karena anatomi dan lokasinya yang terbuka, posisi mandibula juga merupakan posisi yang paling sering menerima kekerasan yang disengaja maupun yang tidak disengaja.8,9

Fraktur mandibula dapat berdiri sendiri, namun fraktur mandibula juga dapat berkombinasi dengan fraktur fasial yang lainnya.5 Fraktur mandibula dapat menyebabkan kematian, kematian saraf-saraf, kehilangan fungsi mandibula dan kecacatan yang serius, baik karena pergeseran fragmen tulang yang fraktur atau karena kerugian yang tidak dapat dipulihkan serta juga dapat menyebabkan gangguan psikologi.10,11

2.2 Anatomi Mandibula

Mandibula adalah tulang rahang bawah pada manusia yang berfungsi sebagai tempat menempelnya gigi geligi.4 Mandibula merupakan tulang yang berpasangan dan menjadi satu-satunya tulang yang berperan penting dalam mastikasi, fungsi bicara dan penelanan.5,10 Mandibula merupakan tulang wajah yang terpadat dan terkuat serta merupakan balok tulang penghubung dengan tengkorak dasar melalui sendi temporomandibular.1,12

(18)

Gambar 1. Anatomi tulang mandibula dilihat dari frontal13

Mandibula terdiri dari korpus mandibula dan dua ramus mandibula. Masing- masing ramus terbagi atas prosesus koronoideus dan prosesus kondilus. Prosesus kondilus dari masing-masing ramus tersambung dengan tulang temporal untuk membentuk sebuah persendian temporomandibular. Korpus mandibula berbentuk parabola atau seperti tapal kuda. Korpus terdiri atas pangkal/dasar dan pars alveolaris yang dipisahkan oleh linea oblik yang turun dari prosesus koronoid dalam arah anterior oblik. Bagian frontal pars alveolaris terdiri dari dagu (mentum) dengan protuberansia mentalis, tuberkula mental bilateral dan foramen mental.9,13

Gambar 2. Anatomi Tulang mandibula dilihat dari lateral13

(19)

Korpus mandibula dan ramus mandibula menyatu di angulus. Kaput mandibula terletak di atas prosesus kondilus.13

Gambar 3. Anatomi Tulang Mandibula aspek dalam lengkung mandibula13

Foramen mandibula terletak di bagian ramus mandibula. Linea milohioid membentuk suatu krista bertingkat yang berfungsi sebagai tempat melekatnya otot milohioid dan membatasi ketinggian dasar/lantai mulut.13

Gambar 4.Anatomi Tulang Mandibula dilihat dari Inferior13

Spina mentalis terletak di bagian dalam mandibula dekat dengan garis tengah.

Cekungan-cekungan tulang mencerminkan fosa digastrika di bawah dan lateral dari spina mentalis, fovea sublingualis dan fovea submandibularis di atas spina mentalis.

Tuberositas pterigoid ditemukan di bagian dalam angulus mandibula.13

(20)

2.3 Etiologi

Etiologi fraktur mandibula dapat berbeda antar negara. Hal ini disebabkan oleh perbedaan wilayah geografi, sosial budaya, ekonomi, lingkungan, karakteristik kultural, ketaatan dan kondisi lalu lintas serta penggunaan alkohol.5

Fraktur mandibula dapat disebabkan oleh kecelakaan lalu lintas, perkelahian, kecelakaan kerja, terjatuh, aktivitas fisik, tindakan bedah pengangkatan molar bawah yang terpendam, luka tembak, aktivitas fisik, kekerasan rumah tangga, kekerasan seperti tembakan atau bom serta akibat proses patologis.1,2.

2.4 Gambaran Klinis

Diagnosa fraktur mandibula dapat ditegakkan berdasarkan adanya riwayat kerusakan rahang bawah dengan memperhatikan gejala dan gambaran klinis fraktur mandibula yaitu sebagai berikut:2,4,14,15.

1. Rasa sakit dan bengkak pada bagian yang terkena fraktur 2. Sakit pada daerah sendi rahang

3. Adanya darah yang bercampur dengan saliva menetes dari sudut mulut.

4. Sakit pada daerah sendi rahang ketika dagu ditekan 5. Pembengkakan pada daerah sendi rahang

6. Adanya gigitan terbuka anterior dan mulut pasien akan terbuka.

7. Kontak prematur gigi posterior 8. Perubahan oklusi

9. Ekimosis di bagian dasar mulut atau kulit.

10. Krepitasi ketika palpasi

11. Perubahan ukuran gerakan mandibula 12. Pendarahan jaringan lunak

13. Gangguan sensori

14. Pembengkakan jaringan lunak.

15. Terjadinya deviasi 16. Pendarahan oral

(21)

18. Adanya parastesia pada bibir bawah yang diakibatkan nervus alveolaris inferior yang cedera.

2.5 Diagnosis

Cara mendiagnosis fraktur mandibula hampir sama seperti cara mendiagnosis penyakit lain yaitu dengan mengidentifikasi kondisi dalam survei primer agar mendapat perhatian secepatnya. Diagnosis dapat dilakukan dengan pemeriksaan klinis dan melakukan pemeriksaan penunjang seperti pemeriksaan radiografi.

2.5.1 Pemeriksaan Klinis

Pemeriksaan klinis terdiri dari inspeksi dan palpasi. Prosedur ini adalah prosedur terbaik yang biasa dilakukan pada pasien trauma. Bimanual palpasi dilakukan untuk mendeteksi krepitasi dan adanya step deformitas untuk mengetahui daerah yang fraktur.7

Gambar 5. Bimanual Palpasi19

Kulit dan permukaan wajah, terutama daerah mandibula harus diinspeksi untuk mengetahui adanya pembengkakan, hematoma dan laserasi. Laserasi yang terjadi pada daerah bawah dagu biasanya menunjukkan adanya fraktur pada daerah simfisis sementara asimetris yang terjadi pada wajah biasanya menunjukkan adanya fraktur pada daerah kondilus.

(22)

Klinisi juga harus mengetahui dengan jelas perpindahan kedua kondilus. Pada fraktur unilateral kondilus mandibula, perpindahan kondilus di sisi yang fraktur sangat jelas apabila dibandingkan dengan kondilus sisi yang sehat. Adanya nyeri ketika palpasi, semakin menguatkan kecurigaan adanya fraktur di daerah tersebut.7

Adanya deviasi ketika membuka mulut merupakan indikasi dari fraktur kondilus mandibula. Deviasi terjadi pada daerah yang fraktur. Hal ini terjadi karena otot pterigoideus lateral di sisi yang fraktur menekan segmen fraktur, menyebabkan sumbu rahang menjadi lebih pendek yang mengakibatkan terjadi gigitan terbuka pada bagian yang tidak terkena fraktur atau sisi yang sehat.2,7

Pada fraktur kondilus bilateral mandibula, tidak terjadi deviasi namun terdapat kontak prematur bagian posterior serta gigitan terbuka di anterior. Pasien dengan fraktur kondilus mandibula sering kali memiliki pergerakan yang terbatas.

Keterbatasan ini disebabkan oleh adanya rasa sakit ketika melakukan pergerakan tertentu yang disebabkan oleh adanya spasme otot.7

Pemeriksaan intraoral diusahakan dengan menggunakan pencahayaan yang baik dan suction yang cepat. Maloklusi, fraktur pada gigi-geligi dan kurangnya pembukaan interinsisal adalah hal yang biasanya ditemukan ketika pemeriksaan intraoral pada pasien fraktur mandibula.7

Pemeriksaan jaringan lunak juga dilakukan. Gingiva diinspeksi untuk melihat adanya laserasi. Daerah sublingual diinspeksi dengan menggunakan tongue blade.

Ekimosis pada sublingual adalah ciri khas dari fraktur mandibula.7

Pasien diperintahkan untuk menggigit pelan-pelan untuk mengetahui apakah gigitannya normal atau tidak. Adanya prematur kontak harus segera dicatat. Tiga hal yang menyebabkan perubahan pada oklusi adalah perpindahan segmen yang fraktur, cedera pada gigi dan dislokasi sendi temporomandibular.7

2.5.2. Pemeriksaan Radiografis

Setelah melakukan pemeriksaan klinis di daerah wajah, perlu pemeriksaan radiografi untuk informasi tambahan mengenai trauma pada wajah. Radiografi yang

(23)

Radiografi yang dapat digunakan dalam mendeteksi adanya fraktur pada mandibula adalah:

1. Orthopantomogram (OPG)

Orthopantomogram dapat memperlihatkan keseluruhan mandibula dalam satu film dan cocok untuk pasien yang susah membuka mulut serta cocok untuk pasien yang dapat berdiri tegak. Orthopantomogram memiliki dosis radiasi yang kecil dan nyaman untuk pasien.16,17

Gambar 6. Radiografi panoramik yang menunjukkan fraktur korpus mandibula sebelah kiri16

2. Posteroanterior view

Posteroanterior view dapat memperlihatkan keseluruhan mandibula mencakup masing-masing sisi ramus tanpa superimpose dari prosesus mastoid.15

Gambar 7. Radiografi postero-anterior yang menunjukkan fraktur angulus mandibula16

(24)

3. Reverse Towne

Reverse towne baik untuk menunjukkan pergeseran ke medial fraktur leher kondilus mandibula.14

Gambar 8. Radiografi towne`s view yang menunjukkan fraktur kondilus mandibula16

4. Lateral oblik

Lateral oblik memiliki dua proyeksi untuk mengevaluasi mandibula. Proyeksi korpus mandibula akan memperlihatkan korpus mandibula dari regio premolar sampai dengan molar. Proyeksi ramus mandibula memperlihatkan ramus mandibula dari angulus ke kondilus.17

(25)

5. CT Scan

CT Scan dapat digunakan apabila dibutuhkan informasi akurat untuk melihat keterlibatan sendi temporomandibular terhadap fraktur. CT Scan adalah pilihan tepat untuk melihat fraktur secara detail. CT Scan juga digunakan untuk melihat pergeseran atau dislokasi yang signifikan, terutama apabila direncanakan perawatan dengan metode terbuka. CT Scan dianjurkan untuk kasus trauma multipel pada pasien yang tidak bisa dilihat dengan menggunakan radiografi konvensional.7

Gambar 10. Radiografi CT Scan yang menunjukkan fraktur kondilus mandibula16

2.6 Klasifikasi fraktur mandibula

Fraktur mandibula dapat diklasifikasikan berdasarkan anatomi lokasi fraktur, pola fraktur, dan yang berkaitan dengan tarikan otot.2,16

2.6.1. Klasifikasi berdasarkan anatomi

Berdasarkan jenis cedera dan arah kekuatan trauma, fraktur mandibula umumnya terjadi di beberapa lokasi. Salah satu klasifikasi fraktur adalah berdasarkan lokasi anatominya. Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan pada letak anatomi dapat terjadi pada daerah-daerah dentoalveolar, kondilus, koronoid, ramus, angulus, korpus mandibula dan simfisis.4,16

(26)

Gambar 11. Gambar fraktur mandibula berdasarkan anatomi16

Tabel 1. Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan daerah anatomi7,18 Lokasi Keterangan

Kondilus Fraktur yang meliputi daerah sigmoid notch ke garis posterior ramus mandibula.

Ramus Fraktur yang meliputi daerah ramus, yaitu daerah pentagonal tidak beraturan dari garis vertikal di belakang molar ke tiga ke bagian terluar dari sudut mandibula dan dasar dari kondilus dan prosesus koronoid superior.

Angulus Fraktur yang mengenai sudut antara korpus dan ramus Simfisis Fraktur yang meliputi regio insisivus dari prosesus

alveolaris sampai dengan batas bawah mandibula dalam arah vertikal.

Koronoid Faktur yang meliputi prosesus koronoid, dianggap fraktur apabila koronoid sepenuhnya terpisahkan oleh ramus mandibula.

Korpus Fraktur yang meliputi daerah antara foramen mental dan distal molar ke dua

Dentoalveolar Fraktur yang meliputi fraktur pada gigi-geligi

(27)

2.6.2 Fraktur mandibula berdasarkan pola fraktur

Klasifikasi fraktur yang lain adalah berdasarkan pola atau tipe fraktur yang dibagi atas greenstick, simpel, kominutif dan compound. Klasifikasi ini menggambarkan kondisi fragmen tulang di tempat yang terkena fraktur dan hubungan yang memungkinkan dengan lingkungan luar.16

Gambar 12. (a) Greenstick (b) Simpel (c) Kominutif (d) Compound16

(28)

Tabel 2. Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan pola fraktur3,7,15,16,9.

Pola fraktur Keterangan

Greenstick Fraktur dimana salah satu bagian patah dan bagian lainnya menjadi bengkok. Fraktur tipe ini biasanya

terjadi pada anak-anak dan melibatkan kehilangan inkomplet pada kontinuitas tulang.

Simpel Fraktur yang terdiri atas satu garis fraktur yang tidak terhubung dengan bagian luar. Bagian luar dapat mencakup kulit, mukosa ataupun membran periodontal. Fraktur ini tidak menyebabkan luka terbuka. Contoh dari fraktur simpel adalah fraktur pada regio kondilus, koronoid, ramus dan lain-lain.

Kominutif Fraktur yang mengenai dua atau lebih fragmen tulang dalam satu daerah fraktur. Biasanya terjadi karena hantaman yang sangat kuat apabila dibanding kan dengan hantaman yang menyebabkan fraktur simpel. Contoh dari fraktur kominutif adalah fraktur yang disebabkan oleh tembakan senjata dengan kecepatan yang tinggi.

Compound Fraktur yang menunjukkan hubungan antara tepi tulang yang fraktur dengan bagian luar biasanya pada ligamen periodontal pada gigi. Fraktur ini juga ditandai dengan adanya laserasi kulit di sekitar daerah fraktur. Pada fraktur compound terdapat luka di bagian luar maupun bagian dalam.

(29)

2.6.3. Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan tarikan otot

Klasifikasi fraktur berdasarkan tarikan otot dapat dibedakan atas favorable dan unfavorable.16

Gambar 13. (a) Fraktur Unfavorable (b) Fraktur Favorable16

Tabel 3. Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan tarikan otot.16 Jenis Fraktur Keterangan

Fraktur Favorable Fraktur mandibula dimana garis fraktur yang terjadi berlawanan dengan arah tarikan otot sehingga garis fraktur terkunci dan tidak menyebabkan pergeseran garis fraktur.

Fraktur Unfavorable Fraktur mandibula dimana garis fraktur sejajar dengan arah tarikan otot sehingga menghasilkan pergeseran segmen mandibular

2.7 Perawatan fraktur mandibula

Perawatan fraktur mandibula masih kontroversial, terutama disebabkan banyaknya literatur. Beberapa variabel yang harus dipertimbangkan dalam menentukan perawatan.

Tujuan perawatan fraktur mandibula adalah mengembalikan fungsi sistem mastikasi seperti asalnya, memperbaiki pembukaan interinsisal dan pergerakan mandibula yang menyimpang, memperkecil deviasi pada mandibula, menghindari

(30)

kerusakan internal pada sendi temporomandibular di bagian yang terkena fraktur atau bagian kontralateral, menghindari terjadinya komlikasi lebih lanjut.7

Perawatan fraktur mandibula dapat dilakukan dengan metode terbuka/pembedahan dan metode tertutup/konservatif.

2.7.1 Metode tertutup

Metode tertutup adalah metode yang sederhana dan relatif menggunakan waktu yang singkat. Metode tertutup digunakan untuk fraktur dengan perpindahan yang minimal.19

Indikasi perawatan fraktur kondilus mandibula dengan konservatif yaitu:15,19 1. Fraktur dengan pergeseran arah yang minimal

2. Fraktur dengan oklusi yang baik.

3. Fraktur pada anak-anak dan remaja karena masih terdapatnya periode pertumbuhan.

4. Pasien yang mengalami kondisi sistemik tertentu dimana penggunaan bius umum merupakan kontraindikasi

5. Tidak banyak jaringan lunak yang melapisi daerah fraktur.

Sistem tertutup dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

Intermaksilari fiksasi

Intermaksilari fiksasi adalah suatu istilah yang digunakan untuk fiksasi maksila dan mandibula secara bersamaan dengan gigi digunakan untuk fiksasi.

Intermaksilari fiksasi dapat mengembalikan oklusi secara akurat dengan teknik yang mudah. IMF dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu:

a. Direct interdental wiring

Imobilisasi rahang secara cepat dan sederhana yang dilakukan dengan stainless steel yang ditempatkan di sekitar leher gigi kemudian kedua ujung diputarkan bersama-sama untuk menghasilkan satu ekor yang akan dikaitkan dengan

(31)

b. Eyelet wiring

Eyelet menggunakan kawat 24 gauge. Persiapkan wire membentuk lup, untuk mempermudah penempatan ikatan IMF yang terpisah untuk memasang gigi. Kedua ujung kawat yang bebas melewati interdental gigi dari bagian bukal ke bagian lingual atau palatal. Ujung kawat bebas kemudian dibalikkan lagi untuk melewati bagian bukal. Satu bagian ujung kawat bebas ke bagian distal dan satu bagian lagi ke bagian mesial. Salah satu ujung kawat bebas melewati lubang atau lup pada kawat dan disimpulkan bersamaan dengan ujung kawat bebas yang lain kemudian dipotong dan dirapihkan.

c. Arch bar

Arch bar merupakan teknik yang memiliki adaptasi yang baik bahkan dengan pasien yang memiliki kehilangan gigi geligi di rongga mulut. Arch bar menggunakan kawat 26 gauge yang dijual secara komersil.

Arch bar dipakaikan ke gigi. Wire melewati ruang interdental di atas arch bar.

Wire dibawa keluar dari ruang interdental yang lain di bawah arch bar. Wire disimpulkan, dipotong dan kemudian dirapihkan.

d. Bonded brackets

Bonded brackets digunakan untuk gigi yang memiliki trauma jaringan lunak yang tidak parah. Trauma yang parah dapat menyebabkan masalah setelah operasi pada gigi yang menggunakan wires dan arch bar.

e. C ircumandibular wiring.

Kawat Stainless steels yang melewati tulang alveolar maksila atau sekitar korpus atau mandibula anterior dengan cara menggunakan penusuk. Kawat ini digunakan untuk fiksasi fraktur.

f. Splin tipe gunning

Splin ini digunakan pada immobilisasi fraktur mandibula yang edentulus.

Splin ini dibuat dengan memodifikasi gigi tiruan pada pasien.

(32)

2.7.2. Reduksi Terbuka

Untuk melakukan reduksi terbuka pada fraktur mandibula bisa melalui kulit atau oral. Antibiotik dan peralatan intraoral yang baik memberi dukungan tambahan pada pendekatan peroral. Secara teknis, setiap daerah pada mandibula dapat dicapai dan dirawat secara efektif secara oral.20

Indikasi dari perawatan metode terbuka adalah:15 1. Fraktur unfavorable dengan pergeseran.

2. Fraktur multipel

3. Fraktur berkombinasi dengan fraktur wajah tengah.

4. Perawatan dengan metode tertutup merupakan kontraindikasi atau tidak mungkin dilakukan.

Perawatan reduksi terbuka dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa sistem, yaitu:20

1. Plating with mini and micro plating system

Sistem pelat ini kadang-kadang ditujukan sebagai osteosintesis yang kaku walaupun secara teknik hanya menghasilkan fiksasi yang semi kaku. Pergerakan mikro yang sedikit memungkinkan berhubungan dengan penyembuhan, tampilan ini dipisahkan oleh penyokong dari pelat tekanan yang kaku. Plate titanium tersebut dibengkokkan untuk sesuai secara akurat ke permukaan tulang melewati lokasi fraktur.

2. Titanium mesh

Titanium mesh ini menutupi lebih luas dan diaplikasikan ke permukaan tulang dan dikunci dengan skrup.

3. Biogradable plates and intraseous wiring

Plate dan sekrup yang dapat menginduksi penyembuhan tulang dan baru-baru ini tersedia untuk digunakan.

4. Transseous and intrasseous wiring

Pemasangan kawat langsung ditempatkan melalui lubang bor disisi lain dari

(33)

5. Bone Screw

Sekrup dapat ditempatkan melalui keduanya yaitu korteks tulang bagian luar dan korteks tulang bagian dalam. Sekrup didesain khusus untuk menekan segmen fraktur secara bersamaan.

(34)

Kerangka Teori

Fraktur Mandibula

Klasifikasi Perawatan Gambaran

Klinis K

Radiografi Pemeriksaan

Klinis

Defenisi Anatomi Diagnosis

Berkaitan dengan Otot

Berkaitan dengan TMJ Pola Fraktur

Anatomi Fraktur Mandibula

(35)

Kerangka Konsep

Fraktur Mandibula Akibat Kecelakaan pada

Pengendara Sepeda Motor

 Usia

 Jenis Kelamin

 Lokasi Anatomis

 Faktor Pemakai Jalan

 Faktor kendaraan

 Faktor lingkungan

(36)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara survei deskriptif yaitu untuk mendeskripsikan atau menggambarkan tentang prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUP. H. Adam Malik Medan pada bulan Februari 2017.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita fraktur mandibula yang dirawat di RSUP H.Adam Malik Medan dari 01 Januari 2013-31 Desember 2015.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh pasien yang menderita fraktur mandibula karena kecelakaan lalu lintas yang dirawat di RSUP H.Adam Malik Medan dari 01 Januari 2013- 31 Desember 2015.

Kriteria Inklusi :

 Data rekam medik seluruh pasien fraktur mandibula karena kecelakaan lalu lintas yang tidak disertai fraktur wajah lain yang dirawat di RSUP H.Adam Malik Medan.

 Data rekam medik pasien fraktur mandibula yang dirawat di RSUP. H.Adam

(37)

fraktur mandibula (usia dan jenis kelamin) dan trauma yang diderita dari 01 Januari 2013-31 Desember 2015

Kriteria Ekslusi :

 Data rekam medik pasien fraktur mandibula yang disertai fraktur tulang wajah yang lain.

 Data rekam medik pasien fraktur mandibula yang dirawat di RSUP H.Adam Malik Medan yang tidak lengkap.

3.4 Variabel dan Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Operasional

Fraktur Mandibula Fraktur mandibula adalah putusnya kontinuitas tulang mandibula. Pasien yang dirawat di RSUP

H.Adam Malik Medan yang menunjukkan fraktur mandibula.

Kecelakaan Lalu Lintas Suatu peristiwa di jalan raya yang tidak diduga dan tidak disengaja melibatkan kendaraan yang sedang bergerak dengan atau tanpa pengguna jalan lainnya,

yang mengakibatkan korban manusia dan kehilangan harta benda.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengambilan data yang digunakan pada penelitian ini adalah total sampling yaitu pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan populasi.

3.6 Pengolahan Data

Data diolah secara tabulasi manual dan disajikan dalam bentuk tabel, grafik, maupun diagram.

(38)

3.7 Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan cara menghitung persentase hasil pencatatan data sekunder rekam medik dari pasien fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengguna sepeda motor yang dirawat di RSUP H.Adam Malik Medan.

(39)

Alur Penelitian

Peri

Perijinan lembaga penelitian Universitas Sumatera Utara dan RSUP H.Adam Malik Medan

Survey data rekam medis fraktur mandibula di RSUP H.Adam Malik Medan

Pengambilan sampel didasarkan pada kelompok data fraktur mandibula berdasarkan kecelakaan lalu lintas pada

sepeda motor

Penyalinan data rekam medis ke lembar review

Tabulasi dan Penyajian Data

Pembahasan data secara deskriptif

(40)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik Medan pada Tahun 2013-2015

Terdapat 56 kasus fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor dari 77 kasus yang didiagnosa sebagai fraktur mandibula tanpa fraktur wajah lainnya di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2013-2015.

Keseluruhan data tersebut didapat di bagian rekam medis rawat jalan dan rawat inap RSUP H.Adam Malik Medan.

4.1.1 Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik Medan pada Tahun 2013- 2015 berdasarkan usia

Hasil data penelitian menunjukkan bahwa masa remaja akhir (17-25 tahun) menduduki peringkat teratas pada pasien yang mengalami fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas di RSUP H.Adam Malik pada tahun 2013-2015 yaitu sebanyak 21 pasien atau 37,50% dari keseluruhan data yaitu 56 pasien. Peringkat kedua diduduki oleh masa dewasa (26-35 tahun) yaitu sebanyak 10 pasien atau 17,85%.

Peringkat ketiga diduduki oleh masa remaja awal (12-16 tahun) yaitu sebanyak 8 pasien atau 14,28%. Peringkat keempat diduduki oleh masa lansia awal (46-55 tahun) yaitu sebanyak 7 pasien atau 12,50%. Peringkat kelima diduduki oleh masa dewasa akhir (36-45 tahun) yaitu sebanyak 5 pasien atau 8,92%. Peringkat keenam adalah masa manula (>65 tahun) yaitu sebanyak 2 pasien atau 3,57% dan yang terakhir adalah masa balita (0-5 tahun), masa kanak-kanak (5-11 tahun), masa lansia akhir (56-65 tahun) yaitu masing-masing sebanyak 1 pasien atau 1,79%.

(41)

Tabel 5. Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas berdasarkan usia Kelompok Usia Jumlah Persentase Masa Balita (0-5) tahun 1 1,79 Masa Kanak-kanak (5-11) tahun 1 1,79 Masa Remaja Awal (12-16) tahun 8 14,28 Masa Remaja Akhir (17-25) tahun 21 37,50

Masa Dewasa Awal (26-35) tahun 10 17,85

Masa Dewasa Akhir (36-45) tahun 5 8,92

Masa Lansia Awal (46-55) tahun 7 12,50 Masa Lansia Akhir (56-65) tahun 1 1,79

Masa Manula (>65) tahun 2 3,57

Total 56 100

Grafik 1. Grafik prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor berdasarkan usia

0 5 10 15 20 25

Prevalensi fraktur mandibula

akibat kecelakaan lalu lintas berdasarkan usia

Jumlah

(42)

4.1.2 Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik Medan pada Tahun 2013- 2015 berdasarkan jenis kelamin

Hasil data menunjukkan bahwa laki-laki mendominasi kasus fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas di RSUP.H.Adam Malik Medan pada tahun 2013-2015 yaitu 48 pasien atau 85,71%. Lalu diikuti oleh perempuan yaitu 8 pasien atau 14,29%.

Tabel 6. Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas berdasarkan jenis kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki-Laki 48 85,71

Perempuan 8 14,29

Total 56 100

Grafik 2. Grafik prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas 86%

14%

Prevalensi Fraktur Mandibula Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan

Jenis Kelamin

Laki-Laki Perempuan

(43)

4.2.3 Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik Medan pada Tahun 2013- 2015 berdasarkan lokasi anatomis

Hasil data menunjukkan regio simfisis merupakan peringkat teratas daerah anatomi yang mengalami fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2013-2015 yaitu sebanyak 18 pasien atau 32,15%.

Peringkat kedua teratas adalah regio dentoalveolar yaitu sebanyak 16 pasien atau 28,57%. Peringkat tiga teratas adalah regio korpus yaitu sebanyak 6 pasien atau 10,71% dan peringkat yang terakhir daerah anatomi yang mengalami fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP H.Adam Malik Medan adalah regio kondilus dan dan regio angulus yaitu masing- masing sebanyak 5 pasien atau 8,93%. Sebanyak 10,71% atau 6 kasus dari 56 kasus tidak terdapat keterangan pada data penelitian mengenai lokasi anatomis terjadinya fraktur.

Tabel 7. Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas berdasarkan lokasi anatomis

Daerah Anatomi Jumlah Persentase

Kondilus 5

Angulus 5

Korpus 6

Simfisis 18

Dentoalveolar 16

Tidak ada keterangan 6

8,93 8,93 10,71 32,15 28,57 10,71 Total 56 100

(44)

Grafik 3. Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor berdasarkan lokasi anatomis

0 2 4 6 8 10 12 14 16 18 20

Kondilus Angulus Body Simfisis Dento alveolar

Tidak Ada Keterangan

Prevalensi Fraktur Mandibula Akibat Kecelakaan Lalu Lintas Berdasarkan

Lokasi Anatomis

Jumlah

(45)

BAB V PEMBAHASAN

Dalam penelitian ini dibahas mengenai prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di RSUP.H.Adam Malik Medan pada tahun 2013-2015. Hal ini didasarkan pada asumsi bahwa Kota Medan merupakan Kota terbesar ketiga di Indonesia yang masih memiliki sistem transportasi yang belum memenuhi kriteria keberlanjutan yang ditandai dengan rendahnya kualitas jalan raya yang berbanding lurus dengan meningkatnya angka kecelakaan.21

Hasil dari penelitian yang dilakukan di bagian rekam medis RSUP.H.Adam Malik Medan menunjukkan bahwa pasien yang menderita fraktur mandibula pada tahun 2013-2015 adalah 77 pasien. Sementara, untuk prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada tahun 2013-2015 adalah 56 pasien atau 72,73% dari data keseluruhan. Banyaknya pasien fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas ini disebabkan lebih dari satu faktor (multifaktorial). Hobbs pada tahun 1979 menyatakan bahwa ada 3 faktor penyebab kecelakaan, yaitu faktor pemakai jalan (Manusia), faktor kendaraan dan faktor jalan dan lingkungan.22

Faktor pemakai jalan berhubungan dengan lengahnya pengemudi saat membawa sepeda motor, memaksakan diri untuk mengemudi saat mengantuk, pengemudi dalam pengaruh alkohol, pengemudi kelelahan, pengemudi tidak terampil dan tidak tertib seperti tidak menggunakan helm sesuai standard nasional indonesia.23 Penelitian Mahfud di Yogyakarta, pengemudi yang menggunakan helm standard dalam mengendarai kendaraan bermotor roda dua memiliki resiko fraktur tulang muka yang lebih kecil dibanding kecelakaan pada pengendara yang tidak menggunakan helm standard, apalagi pengemudi yang tidak menggunakan helm.24

Selain faktor pemakai jalan, faktor kendaraan juga berpengaruh terhadap meningkatnya angka kecelakaan lalu lintas. Faktor kendaraan contohnya seperti rem

(46)

yang tidak berfungsi, ban pecah dan lampu kendaraan tidak menyala. Sementara, faktor jalan dan lingkungan juga berperan penting dalam peningkatan angka kecelakaan lalu lintas. Faktor ini mencakup kondisi jalanan yang berlubang, rusak, licin dan menikung, lampu jalan tidak ada, dan cuaca saat berkendara, contohnya seperti pengemudi akan merasa kesulitan saat cuaca sedang hujan.23

Dari 56 pasien yang mengalami fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor yang dirawat di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2013-2015, Hasil data menunjukkan rentang usia remaja akhir (17-25 tahun) menduduki peringkat teratas yang mengalami fraktur mandibula yaitu 21 pasien atau 37,50% dari data keseluruhan. Hal ini menunjukkan bahwa usia mempunyai pengaruh penting terhadap kecelakaan lalu lintas. Orang yang berusia lebih muda lebih sering terlibat kecelakaan lalu lintas dibandingkan dengan orang berusia lanjut atau lebih tua.

Hunter pada tahun 1975 menyebutkan bahwa separuh kecelakaan lalu lintas yang terjadi berasal dari pengemudi yang berada pada rentang usia 18-24 tahun. Hal ini bisa jadi dikarenakan pada usia remaja akhir atau dewasa muda terdapat sikap tergesa-gesa dan kecerobohan. Kelompok umur tersebut merupakan pengemudi pemula dengan tingkat emosi yang belum stabil serta belum berhati-hati dalam mengendarai kendaraannya. Orang-orang yang berusia 30 tahun atau lebih, cenderung memiliki sikap hati-hati dan menyadari adanya bahaya dibandingkan dengan yang berusia muda.

Kelompok usia 18-40 tahun merupakan usia produktif dimana memiliki mobilitas dan aktivitas di luar serta kesibukan yang tinggi menjadi faktor penyebab banyaknya kecelakaan lalu lintas, sehingga sangat memungkinkan kelompok usia dewasa lebih rentan dengan kejadian fraktur mandibula.1

Selain usia, dalam penelitian ini juga dibahas mengenai prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor berdasarkan jenis kelamin. Data yang didapat adalah sebanyak 48 pasien atau 85,71% berjenis kelamin laki-laki yang menunjukkan bahwa frekuensi laki-laki lebih banyak

(47)

Fitria,dkk pada tahun 2014 tentang hubungan karakteristik remaja dengan kejadian kecelakaan lalu lintas yang mengatakan bahwa jenis kelamin juga menjadi bahan pertimbangan terhadap interpretasi tingginya kecelakaan lalu lintas. Hal ini disebabkan karena para individu pengguna jalan raya, cenderung lebih banyak laki- laki dibandingkan dengan perempuan sehingga kecelakaan lalu lintas cenderung lebih banyak terjadi pada laki-laki.25

Selain penggolongan berdasarkan jenis kelamin dan usia, prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor juga dapat digolongkan berdasarkan daerah anatomisnya. Menurut data hasil penelitian yang dilakukan di RSUP H.Adam Malik Medan prevalensi fraktur mandibula pada tahun 2013-2015 yang terbanyak adalah daerah simfisis yaitu 18 pasien atau 32,15%. Hal ini sesuai dengan penelitian Zulkarnain pada tahun 2013 bahwa fraktur mandibula regio simfisis menduduki peringkat teratas dengan persentasi angka kejadian 43,5%

pada pasien fraktur mandibula di RSUD. dr. Saiful Anwar Malang tahun 2008-2013.

Selain itu, penelitian Wijaya pada tahun 2009 di RSUD dr.Soebandi Jember juga menghasilkan 63 kasus fraktur mandibula atau sebanyak 36,51% terjadi pada regio simfisis parasimfisis mandibula dengan asumsi posisi simfisis parasimfisis yang menonjol menyebabkannya sering mengalami fraktur. Penelitian Falatehan pada tahun 2008 juga menunjukkan bahwa fraktur simfisis parasimfisis mandibula yang paling banyak terjadi yaitu 7 dari 16 kasus. Hal ini juga sesuai dengan penelitian Ratu Astuti,dkk pada tahun 2015 di RSUD. Arifin Achmad Provinsi Riau periode Januari 2011-Desember 2013 bahwa fraktur mandibula regio simfisis parasimfisis sebanyak 26,70% dan menempati peringkat teratas.1

(48)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

1. Penelitian Ini menunjukkan bahwa prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas di RSUP H.Adam Malik Medan pada tahun 2013-2015 sebanyak 56 pasien.

2. Hasil data menunjukkan bahwa prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor yang dirawat di RSUP H.Adam Malik Medan terjadi lebih banyak pada usia remaja akhir (17-25 tahun) yaitu 21 pasien atau 37,50% dari data keseluruhan.

3. Hasil data menunjukkan bahwa prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor yang dirawat di RSUP H.Adam Malik Medan terjadi lebih banyak pada Laki-laki yaitu 48 pasien atau 85,71%.

4. Hasil data menunjukkan bahwa prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor yang dirawat di RSUP H.Adam Malik Medan terjadi lebih banyak mengenai regio simfisis yaitu 18 pasien atau 32,15%.

6.2 SARAN

1. Perlu diadakan penelitian lebih lanjut mengenai fraktur mandibula di rumah sakit lainnya di Indonesia

2. Perlu diadakan penyuluhan mengenai cara preventif untuk mencegah fraktur mandibula seperti penggunaan helm berstandard Indonesia terutama pada pengendara sepeda motor berjenis kelamin laki-laki agar prevalensi fraktur mandibula dapat ditekan di setiap tahunnya.

(49)

DAFTAR PUSTAKA

1. Putri RA, Pamungkas KA, Mursali LB. Angka kejadian fraktur mandibula berdasarkan lokasi anatomis di RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau periode Januari 2011-Desember 2013. JOM FK 2015; 1(2):1-2.

2. Budihardja AS, Rahmat M. Trauma oral dan maksilofasial. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2011: 91,118.

3. Grace PA, Borley NR. At a glance ilmu bedah. 3rd ed. Safitri A, editor. Surabaya:

Erlangga; 2007:85.

4. Hakim AHA, Adhani R, Sukmana BI. Deskripsi fraktur mandibula pada pasien Rumah Sakit Umum daerah Ulin Banjarmasin periode Juli 2013-Juli 2014.

Dentino Jurnal Kedokteran Gigi 2016; 1(2):191-6.

5. Adhikari RB, Karmacharya A, Malla N. Pattern of mandibular fractures in Western region of Nepal. Nepal Journal of Medical Science 2012; 1(1):45.

6. Jaya Z, Munardy. Identifikasi penyebab kecelakaan pada titik black spot di ruas jalan Banda Aceh-Medan dengan analisa deskriptif. Jurnal PORTAL. 2012; 4:2.

7. Chacon GE, Larsen PE. Peterson’s principles of oral and maxillofacial surgery.

2nd ed. Miloro M, editor. London. BC Decker Inc; 2004:402-410.

8. Khan M, Ashraf N, Din QU. Loss of consciousness in mandibular fractures an audit of 254 patients. Pakistan Oral and Dental Journal 2011; 31(1):33-5.

9. Malik NA. Textbook of oral and maxillofacial surgery. 3rd ed. New Delhi. Jaypee brothers medical publisher; 2012:425-6.

10. Atilgan S, Erol B, Yaman F, Yilmaz N, Can M. Mandibular fractures: A comparative analysis between young and adult patients in the southeast region of Turkey. J App Oral Sci 2010; 18(1):17-8

11. Thapliyal CGK, Sinha CR, Menon CPS. Managment of mandibular fractures.

MJAFI 2008; 64: 218-220.

12. Mahdi AGM. Effect of age on the site of mandibular fracture. Gaziantep Med J 2012; 18(1): 14-6.

(50)

13. Paulsen F, Waschke J. Sobotta atlas anatomi manusia. 23th ed. Sugiharto L, editor.

Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2010:7-8.

14. Abubaker AO, Benson KJ. Oral and maxillofacial surgery secrets. 2nd ed.

Philadelpia: Mosby Elsevier; 2007:262-5.

15. Mitra GV. Ilustrated manual of oral and maxillofacial surgery. 1st ed. New Delhi:

Jaype brothers medical published; 2009: 69-72.

16. Hupp JR, Ellis E, Tucker MR. Contemporary oral and maxillofacial surgery. 6th ed. St.Louis: Mosby Elsevier; 2014: 495-500.

17. Boel T. Dental radiografi prinsip dan teknik. 2nd ed. Medan: USU Press; 2014: 65- 70.

18. Cornelius CP, Audige L, Kunz C, Rudderman R, Tellez CHB, Frodel J, dkk. The comprehensive AOCMF classification system: Mandible fractures-level 2 tutorial.

Craniomaxillofac trauma reconstruction 2014; 7(1): 16-7.

19. Balaji SM. Textbook of oral and maxillofacial surgery. New Delhi; Elsevier;

2007: 554-5.

20. Coulthard P, Horner K, Sloan P, Theaker ED. Master dentistry volume one oral and maxillofacial surgery, radiology, pathology and oral medicine. Toronto:

Churchill livingstone, 2008:135-9

21. Hairulsyah. Kajian tentang transportasi di kota medan dan permasalahannya.

Jurnal Perencanaan dan Pengembangan Wilayah Wahana Hijau 2006. 1(3): 1-11.

22. Saragih PGG, Aswad Y. Analisa kecelakaan lalu lintas di Kota Pematang Siantar.

Jurnal USU 2013. 2(3): 1-10.

23. Marsaid, Hidayat, Ahsan. Faktor yang berhubungan dengan kejadian kecelakaan lalu lintas pada pengendara sepeda motor di wilayah polres Kabupaten Malang.

Jurnal Ilmu Keperawatan 2013. 1(2): 1-15.

24. Mahfud. Hubungan antara penggunaan helm standard dengan insidensi fraktur tulang muka dan tulang kepala. JNKI 2013. 1(3): 101-4.

25. Ratnasari F, Kumaat LT, Mulyadi. Hubungan karakteristik remaja dengan kecelakaan lalu lintas pada komunitas SKC Manado. Jurnal Keperawatan 2014: 1-

(51)

LAMPIRAN 1

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ovila Ulfha

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/03 November 1996

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Tuba II gg. Tapanuli No 201 Medan

Nomor handphone : 089662299984

Orang Tua

Ayah : Juriatman

Ibu : Khairiza Fithri S.Pd Riwayat Pendidikan

Tahun 2000-2001 : RA. Al-quba, Medan Tahun 2001-2007 : MIS Al-quba, Medan

Tahun 2007-2010 : SMP Muhammadiyah 01, Medan Tahun 2010-2013 : SMA Al-Ulum, Medan

Tahun 2013 s.d sekarang : Kuliah Pendidikan Dokter Gigi Fakultas

Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara semester 7.

Riwayat Organisasi

Tahun 2015-2016 : Sekretaris Divisi Humas IMPM USU Tahun 2016-Sekarang : Relawan Pengajar Kelas Dewantara Medan

(52)

LAMPIRAN 2

RINCIAN BIAYA PENELITIAN

Besar biaya yang diperlukan untuk melakukan penelitian ini sebesar Rp. 1.805.000,- dengan rincian berikut:

1. Biaya pembuatan proposal Rp. 80.000

2. Biaya print dan fotokopi Rp. 350.000

3. Biaya transportasi Rp. 600.000

4. Biaya bahan habis pakai Rp. 175.000

5. Biaya penjilidan dan penggandaan Rp. 100.000

6. Biaya seminar proposal Rp. 250.000

7. Biaya lain-lain Rp. 250.000

Rp. 1.805.000

(53)

April 4321

Bulan Maret 4321

Februari 4321

Januari 4321

Desember 4321

November 4321

Oktober 4321

September 4321

Kegiatan Persiapan dan pembuatan proposal Seminar proposal Perbaikan Proposal Penelitian Pengolahan Data Pembuatan Laporan dan Hasil Penelitian Seminar Hasil Sidang Skripsi

(54)

LAMPIRAN 4

Gambar

Tabel 1. Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan daerah anatomi 7,18 Lokasi                                                        Keterangan
Tabel 3. Klasifikasi fraktur mandibula berdasarkan tarikan otot. 16 Jenis Fraktur                                                      Keterangan
Tabel 5. Prevalensi fraktur mandibula akibat kecelakaan lalu lintas berdasarkan usia                Kelompok Usia                                 Jumlah                     Persentase        Masa Balita (0-5) tahun                                    1
Tabel  6.  Prevalensi  fraktur  mandibula    akibat  kecelakaan  lalu  lintas  berdasarkan  jenis  kelamin
+2

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

dalam Upaya Memperoleh Kesehatan 2012 Narasumber 14 dengan Latihan Beban Meningkatkan Kebugaran Jasmani Jamaah Haji 2012 Narasumber. 15 Pengambilan data Kualitatif Study

Guru menunjuk beberapa siswa untuk maju dan menjelaskan hasil diskusi tentang penyelesaian pecahan desimal dengan bimbingan guruB. Guru memberikan pembenaran

[r]

Maka dengan ini kami, Kel ompok Kerj a (Pokj a) Lel ang Fisik Pembangunan KUA Kecamat an Tungkal Il ir Unit Layanan Pengadaan (ULP) dil ingkungan Kanwil. Jambi Tahun Anggaran 2016

Hal ini sesuai dengan penelitian Kusumaningtyas (2011) bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,000) pada hasil pretest dan posttest terhadap pengetahuan

Setelah data-data tersebut diolah didapat hasil yaitu berdasarkan diagram pareto diketahui jenis cacat yang paling dominan pada baja tulangan S.25 adalah cacat dimensi yaitu

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ada perbedaan antara penanganan penanganan luka snake bite dengan insisi dan tanpa insisi terhadap kecepatan penurunan

Terdapat faktor lain yang dapat menjadi sumber stres (stressor) selain beban kerja yaitu hubungan sosial, gaya manajemen, kondisi organisasi, work family