• Tidak ada hasil yang ditemukan

RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DESA

A. Pengertian RAPBDes

Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa adalah suatu daftar terperinci mengenai penerimaan desa yang ditetapkan dalam jangka waktu tertentu biasanya satu tahun sekali.

Menurut AW.Widjaja mengartikan APBDes sebagai berikut : “Anggaran Desa yang tertuang di dalam APBDes merupakan satu kesatuan yang terdiri dari anggaran rutin dan anggaran pembangunan. Anggaran pengeluaran rutin dibiayai dengan anggaran penerimaan rutin.

Sebaliknya anggaran penerimaan dibiayai oleh anggaran penerimaan pembangunan”.

(Widjaja,2002:69) Maka sewajarnya Desa yang telah mengurus dan menyelenggarakan rumah tangganya sendiri setiap tahun harus menyusun Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, karena demikian semua pengeluaran dan pendapatan akan tercatat atau terdaftar dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Jadi RAPBDes adalah suatu daftar rencana pendapatan dan pengeluaran/pembelanjaan anggaran desa pada tahun tertentu yang setiap tahun akan dibuat.

B. Fungsi RAPBDes

1. Fungsi otorisasi: APBDesa menjadi target fiskal yang menggambarkan keseimbangan antara belanja, pendapatan, dan pembiayaan yang diinginkansebagai dasar untuk melaksanakan pendapatan dan belanja desa pada tahun yang bersangkutan.

2. Fungsi perencanaan: APBDesa merupakan pernyataan kebijakan publiksebagai pedoman bagi manajemen dalam merencanakan kegiatan pada tahun yang bersangkutan.

3. Fungsi pengawasan: APBDesa menjadi pedoman pengendalian yang memiliki konsekuensi hukum untuk menilai apakah kegiatan penyelenggaraan pemerintahan desa sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan.

4. Fungsi alokasi: APBDesa harus diarahkan utk menciptakan lapangan kerja/mengurangi pengangguran dan pemborosan sumber daya, serta meningkatkan efisiensi dan efektivitas perekonomian desa.

5. Fungsi distribusi: kebijakan APBDesa harus memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan masyarakat.

6. Fungsi akuntabilitas: APBDesa memberi landasan penilaian kinerja pemerintah desa;

Hasil pelaksanaan anggaran dituangkan dalam laporan keuangan pemerintah desa sebagai pernyataan pertanggungjawaban pemerintah desa kepada publik.

C. Prinsip RAPBDes

(2)

Anggaran Berbasis Kinerja Anggaran yang disusun dengan pendekatan kinerja mengutamakan upaya pencapaian hasil kerja (output/outcome) dari perencanaan alokasi biaya atau input yang telah ditetapkan. Hasil kerjanya harus sepadan atau lebih besar dari biaya atau input yang telah ditetapkan. Selain itu harus mampu menumbuhkan profesionalisme kerja di setiap unit yang terkait. Anggaran kinerja berorientasi pada efisiensi pengelolaan internal program. Anggaran ini mengkaitkan belanja dan pendapatan dengan beban kerja. Kelebihan penganggaran kinerjamemperlihatkan kegiatan dan tingkat pelayanan yang diberikan. Anggaran kinerja memberikaninformasi berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan produktivitas pelayanan yang diberikan olehpemerintah atau lembaga lainnya. Disisi lain, anggaran kinerja memberikan informasi untukpengambilan keputusan prioritas pelayanan. Anggaran berbasis kinerja memusatkan perhatian pada pengukuran efisiensi hasil kerja dengan tujuan memaksimumkan output yang dapat dihasilkan dari input tertentu.

Ciri-ciri anggaran berbasis kinerja:

a. Klasifikasi anggaran didasarkan pada program dan kegiatan.

b. Penekanan pada pengukuran hasil kerja.

c. Setiap kegiatan harus dilihat dari segi efisiensi dengan memaksimalkan output d. Memerlukan standar pengukuran hasil kinerja.

Keunggulan anggaran berbasis kinerja:

a. Memungkinkan pendelegasian wewenang dalam pengambilan keputusan.

b. Merangsang partisipasi motivasi aktif unit-unit operasional melaluiproses usul dari bawah dan penilaian anggaran yang bersifat aktual.

c. Meningkatkan fungsi perencanaan dan mempertajam pembuatankeputusan pada setiap tingkat eksekutif.

d. Memungkinkan alokasi dana secara optimal karena setiap kegiatanselalu dipertimbangkan dari segi efisiensi.

e. Dapat menghindarkan pemborosan.

Kelemahan anggaran berbasis kinerja:

a. Cenderung menurunkan peran badan legislatif dalam proses perumusan kebijaksanaan dan penentuan anggaran.

b. Tidak terdapat kejelasan tentang penanggung jawab dan siapa yang menanggung dampak dari setiap keputusan.

c. Tidak semua kegiatan dapat distandarkan dan diukur secara kuantitatif.

Keadilan Anggaran Merencanakan anggaran bukan saja menentukan sumber pendapatan dan pengeluaran untuk kepentingan pembangunan saja, tetapi menetapkan komposisi dan beban yang harus ditanggung langsung maupun tidak langsung oleh

(3)

masyarakat.Retribusi Desa, dan pungutan desa lain yang dibebankan kepada masyarakat harus mempertimbangkan tingkat kemampuan masingmasing warga masyarakat untuk membayar. Sumber pendapatan melalui pungutan desa jumlahnya sangat terbatas.Ditinjau dari kemampuan relatif terbatas, maka anggaran harus ditetapkan untuk hal-hal yang bersifat prioritas menyangkut kepentingan dan kebutuhan dasar masyarakat.Komposisi harus menggambarkan keseimbangan dan keadilan.Pengeluaran tidak hanya untuk kepentingan individu, pemerintah atau kelompok tertentu saja, tetapi harus proporsonal agar dapat dinikmati masyarakat, terutama yang berkemampuan terbatas.Dengan demikian, anggaran harus mampu menggambarkan nilai rasionalitas dalam menetapkan prioritas dan tingkat pelayanan yang diterima masyarakat. Untuk menyeimbangkan kedua kebijakan tersebut, Pemerintah desa dapat melakukan diskriminasi tarif secara rasional guna menghilangkan rasa ketidakadilan. Selain itu dalam mengalokasikan belanja desa juga harus mempertimbangkan keadilan dan pemerataan agar dapat dinikmati oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa diskriminasi pemberian pelayanan.

Efektivitas dan Efisiensi Prinsip ini meliputi tindakan pengendalian pembiayaan melalui optimalisasi pemanfaatan, penghematan dan memperjelas kinerja program dalam mempercepat target serta sasaran pembangunan tahunan. Proses yang benar dalam perencanaan anggaran terlebih dahulu menetapkan pokok kegiatan atau program yang akan dilaksanakan berdasarkan rencana strategis desa, selanjutnya ditetapkan jumlah biaya yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pembangunan. Pada saat inilah, masyarakat harus mampu menghitung rincian biaya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dengan mempertimbangkan kondisi keuangan desa.Artinya dilakukan analisis tentang optimalisasi anggaran untuk mempertemukan tujuan dan kemampuan pembiayaan desa, sehingga terhindar dari pemborosan. Tidak seluruh kepentingan dan kebutuhan pembangunan harus dipenuhi tanpa mempertimbangkan keterbatasan pengelolaan dan pembiayaan. Penganggaran yang baik akanmenetapkan jenis dan skala prioritas dalam pencapaian tujuan dan sasaran pembangunan.Dana yang tersedia harus dimanfaatkan dengan sebaik mungkin untuk dapat menghasilkan peningkatan pelayanan dan kesejahteraan yang maksimal guna kepentingan masyarakat. Oleh karena itu untuk

(4)

dapat mengendalikan tingkat efisiensi dan efektivitas anggaran, dalam perencanaan perlu diperhatikan :

 Penetapan tujuan dan sasaran secara jelas,hasil dan manfaat, serta indikator kinerja yang ingin dicapai;

 Penetapan prioritas kegiatan dan penghitungan beban kerja, serta penetapan harga satuan yang rasional.

Surplus Dan Defisit Anggaran Paling tidak terdapat dua sistem penganggaran desa yaitu sistem anggaran berimbang dan defisit.Keduanya diterapkan sesuai dengan kemampuan desa bersangkutan. Sistem anggaran berimbang artinya dalam menetapkan komponen pendapatan dan pengeluaran atau belanja harus memperhatikan keseimbangan antara pengeluaran rutin dan pembangunan dengan penerimaan keuangan desa. Sistem anggaran defisit dalam penerapannya dilakukan dengan menetapkan pengeluaran atau belanja pembangunan dengan kemampuan penerimaan desa secara realistis baik yang bersumber dari pendapatan asli desa maupun dukungan dari pemerintah kabupaten, provinsi dan pusat. Jika target anggaran tidak berhasil dicapai sesuai kebutuhan rencana pembangunan, maka perlu dilakukan perubahan yang bersifat taktis dan strategis agar sasaran anggaran berjalan dapat tercapai. Di sisi lain, kelebihan target penerimaan tidak harus selalu dibelanjakan, sehingga antara penerimaan dan belanja terjadi surplus atau defisit. Apabila terjadi surplus, desa dapat membentuk cadangan, sedangkan terjadi defisit anggaran, maka harus ditutup sumber lain yang dapat dipertanggungjawabkan, misalnya melalui pinjaman desa atau sumber lain di mana pemerintah desa mampu mengembalikannya.

Disiplin Anggaran Beberapa prinsip dalam disiplin anggaran yang perlu diperhatikan antara lain : a. Pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan sedangkan belanja yang dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran belanja yang diizinkan. Artinya tidak dibenarkan pemerintah desa atau pelaksanamenggunakan biaya untuk pelaksanaan proyek di luar batas pagu dan pos anggaran yang telah ditetapkan. b. Penganggaran pengeluaran harus didukung adanya kepastian tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum tersedia dan atau tidak mencukupi kredit anggarannya dalam APBDesa/perubahan APBDesa; dan c.

(5)

Semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam tahun anggaran yang bersangkutan harus dianggarkan dalam APBDesa dan dilakukan melalui rekening kas desa.

Taat Asas Penyusunan APBDesa sebagai kebijakan desa yang ditetapkan dengan peraturan desa harus mengikuti asas-asas : 1. Tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi mengandung arti bahwa apabila pendapatan, belanja dan pembiayaan yang dicantumkan dalam rancangan peraturan desa tersebut telah sesuai dengan ketentuan perundang-undangan, yang diakui keberadaannya dan mempunyai kekuatan hukum yang mengikat sepanjang diperintahkan oleh peraturan perundangundangan yang lebih tinggi. Peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi yang dimaksud mencakup kebijakan yang berkaitan dengan keuangan daerah. 2. Tidak bertentangan dengan kepentingan umum mengandung arti bahwa rancangan peraturan desa tentang APBDes lebih diarahkan agar mencerminkan keberpihakan kepada kebutuhan dan kepentingan masyarakat (publik) dan bukan membebani masyarakat.

Peraturan desa tidak boleh menimbulkan diskriminasi yang dapat mengakibatkan ketidakadilan, menghambat kelancaran arus barang dan pertumbuhan ekonomi masyarakat, pemborosan keuangan/memicu ketidakberdayaan masyarakat kepada pemerintah desa dan menganggu stabilitas keamanan serta ketertiban masyarakat yang secara keseluruhan menganggu jalannya penyelenggaraan pemerintahan di desa. 3.Tidak bertentangan dengan peraturan desa lainnya mengandung arti bahwa apabila kebijakan yang dituangkan dalam peraturan desa tentang APBDesa tersebut telah sesuai dengan ketentuan peraturan desa sebagai penjabaran lebih lanjut dari peraturan perundang- undangan yang lebih tinggi dengan memperhatikan ciri khas masing-masing desa.

Sebagai konsekuensinya, rancangan peraturan desa tersebut harus sejalan dengan pengaturannya tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan desa.

Transparansi dan Akuntabilitas Anggaran APBDesa yang disusun harus dapat menyajikan informasi secara terbuka, jelas dan mudah diakses oleh masyarakat mengenai tujuan, sasaran, sumber pendanaan pada setiap jenis objek belanja serta hubungan antara besaran anggaran dengan manfaat dan hasil yang ingin dicapai dari suatu kegiatan yang dianggarkan. Anggota masyarakat memiliki hak dan akses yang sama untuk mengetahui proses anggaran karena menyangkut aspirasi dan kepentingan masyarakat, terutama pemenuhan kebutuhan masyarakat. APBDesa yang disusun harus mampu menunjukkan informasi yanglengkap untuk kepentingan pemerintah,

(6)

pelaksanaan kegiatan, dan masyarakat.Penggunaan anggaran harus dipertanggungjawabkan dan dikontrol melalui mekanisme pelaporan yangtelah ditetapkan.Masyarakat juga berhak untuk menuntut pertanggungjawaban atas rencana ataupun pelaksanaan anggaran tersebut. Transparansi dan pengetahuan masyarakat yang memadai tentang prosespenyusunan dan penetapan pos-pos anggaran akan mendorong kinerja dan kontrol publikterhadap pelaksanaan pembangunan.Anggaran yang telah ditetapkan dan disetujui harus dilaksanakan melalui mekanisme danprosedur yang jelas.Akuntabilitas perencanaan danpelaksanaan anggaran merupakan keharusan sebagai wujud pertanggungjawaban pemerintah desa kepada masyarakat.

Partisipasi Masyarakat Hal ini mengandung makna bahwa pengambilan keputusan dalam proses penyusunan dan penetapan APBDesa sedapat mungkin melibatkan partisipasi masyarakat sehingga masyarakat mengetahui hak dan kewajibannya dalam pelaksanaan APBDes.Penyusunan dan penetapan APBDesa bukan menjadi tanggung jawab pemerintah desa dan BPD saja,melainkan melalui keterlibatan masyarakat.Rencana pembangunan dan kebutuhan biayapelaksanaan sangat erat kaitannya dengan kepentingan masyarakat, sehingga dalammenentukan sumber pendapatan dan pengeluaran harus dilakukan secara terbuka.Masyarakatharus mampu membaca dan memahami fungsi anggaran dalam konteks rencana jangkapanjang desa.

Kemandirian Pada dasarnya rencana pembangunan desa merupakan prakarsa masyarakat secara swadaya untuk mencapai tujuan dan harapan yang dicitacitakan.Demikian halnya dalam menyusun anggaran, prinsip kemandirian menjadi pilar utama agar desa mampu mewujudkan visi, misi dan tujuannya.Pemerintah desa harus mampu meningkatkan pendapatan asli desa secara rasional dan tidak membebani perekonomian masyarakat.Menggali sumber pendapatan desa secara optimal dan penerapan efisiensi pengeluaran pembangunan, melaluistrategi pembiayaan yang tepat, sehingga mengurangi ketergantungan terhadap bantuan pemerintah.

D. Bentuk – bentuk anggaran dalam RAPBDes 1. Pendapatan Desa.

Pendapatan Desa meliputi semua penerimaan uang melalui rekening desa yang merupakan hak desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh desa. Pendapatan Desa terdiri dari:

 Pendapatan Asli Desa (PADesa);

 Bagi Hasil Pajak Kabupaten/Kota;

(7)

 Bagian dari Retribusi Kabupaten/Kota;

 Alokasi Dana Desa (ADD);

 Bantuan Keuangan dari Pemerintah, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota dan Desa lainnya;

 Hibah;

 Sumbangan Pihak Ketiga.

2. Belanja Desa.

Belanja desa meliputi semua pengeluaran dari rekening desa yang merupakan kewajiban desa dalam 1 (satu) tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh desa. Belanja Desa terdiri dari:

 Belanja langsung, terdiri dari : 1) Belanja Pegawai;

2) Belanja Barang dan Jasa;

3) Belanja Modal;

 Belanja tidak langsung terdiri dari : 1) Belanja Pegawai/Penghasilan Tetap;

2) Belanja Subsidi;

3) Belanja Hibah (Pembatasan Hibah);

4) Belanja Bantuan Sosial;

5) Belanja Bantuan Keuangan;

6) Belanja Tak Terduga;

3. Pembiayaan Desa.

Pembiayaan desa meliputi semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan Desa terdiri dari:

 Penerimaan Pembiayaan, mencakup :

1) Sisa lebih Perhitungan Anggaran (SilPA) tahun sebelumnya.

2) Pencairan Dana Cadangan.

3) Hasil penjualan kekayaan desa yang dipisahkan.

4) Penerimaan Pinjaman

 Pengeluaran Pembiayaan, mencakup:

1) Pembentukan Dana Cadangan.

2) Penyertaan Modal Desa.

3) Pembayaran Utang.

E. Langkah-Langkah Penyusunan RAPBDes

1. Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDesa) dan Rencana Kerja Pembangunan Desa (RKPDesa).

RPJMDesa untuk jangka waktu 5 (lima) tahun merupakan penjabaran dari visi dan misi dari Kepala Desa yang terpilih. Setelah berakhir jangka waktu RPJMDesa, Kepala Desa terpilih menyusun kembali RPJMDesa untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. RPJMDesa ditetapkan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Kepala Desa dilantik. Selanjutnya Kepala

(8)

Desa bersama Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menyusun RKPDesa yang merupakan penjabaran dari RPJMDesa berdasarkan hasil Musyawarah Rencana Pembangunan Desa.Penyusunan RKPDesa diselesaikan paling lambat akhir bulan Januari tahun anggaran sebelumnya.

2. Penetapan Rancangan APBDesa

Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan pada RKPDesa. Sekretaris Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada Kepala Desa untuk memperoleh persetujuan. Selanjutnya Kepala Desa menyampaikan rancangan Peraturan Desa kepada BPD untuk dibahas bersama dalam rangka memperoleh persetujuan bersama.Penyampaian rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa diajukan paling lambat minggu pertama bulan November tahun anggaran sebelumnya. Pembahasannya menitikberatkan pada kesesuaian dengan RKPDesa. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa yang telah disetujui bersama sebelum ditetapkan oleh KepalaDesa paling lambat dalam 3 (tiga) hari kerja disampaikan kepada Bupati/Walikota untuk dievaluasi. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa ditetapkan paling lambat 1 (satu) bulan setelah APBD Kabupaten/

Kota ditetapkan.

3. Evaluasi Rancangan APBDesa

Bupati/Walikota setelah menerima Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menetapkan Evaluasi Rancangan APBDesa paling lama 20 (dua puluh) hari kerja.

Apabila hasil evaluasi melampaui batas waktu tersebut, Kepala Desa dapat menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa. Dalam hal Bupati/Walikota menyatakan hasil evaluasi Raperdes tentang APBDesa tidak sesuai dengan kepentingan umum dan peraturan perundangundangan yang lebih tinggi, Kepala Desa bersama BPD melakukan penyempurnaan paling lama 7 (tujuh) hari kerja terhitung sejak diterimanya hasil evaluasi. Apabila hasil evaluasi tidak ditindaklanjuti oleh Kepala Desa dan BPD, dan Kepala Desa tetap menetapkan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa menjadi Peraturan Desa, maka Bupati/Walikota membatalkan Peraturan Desa dimaksud dan sekaligus menyatakan berlakunya pagu APBDesa tahun anggaran sebelumnya. Pembatalan Peraturan Desa dan pernyataan berlakunya pagu tahun anggaran sebelumnya tersebut harus ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.

Paling lama 7 (tujuh) hari kerja setelah pembatalan Kepala Desa harus memberhentikan

(9)

pelaksanaan Peraturan Desa dan selanjutnya Kepala Desa bersama BPD mencabut peraturan desa dimaksud. Pencabutan peraturan Desa dilakukan dengan Peraturan Desa tentang Pencabutan Peraturan Desa tentang APBDesa. Pelaksanaan pengeluaran atas pagu APBDesa tahun sebelumnya ditetapkan dengan Keputusan Kepala Desa.

4. Pelaksanaan APBDesa

Semua pendapatan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya maka pengaturannya diserahkan kepada daerah. Program dan kegiatan yang masuk desa merupakan sumber penerimaan dan pendapatan desa dan wajib dicatat dalam APBDesa. Setiap pendapatan desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah. Kepala desa wajib mengintensifkan pemungutan pendapatan desa yang menjadi wewenang dan tanggungjawabnya.

Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan selain dari yang ditetapkan dalam peraturan desa. Pengembalian atas kelebihan pendapatan desa dilakukan dengan membebankan pada pendapatan desa yang bersangkutan untuk pengembalian pendapatan desa yang terjadi dalam tahun yang sama.Untuk pengembalian kelebihan pendapatan desa yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya dibebankan pada belanja tidak terduga. Pengembaliannya harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah.

Setiap Pengeluaran belanja atas beban APBDesa harus didukung dengan bukti yang lengkap dan sah. Bukti tersebut harus mendapat pengesahan oleh Sekretaris Desa atas kebenaran material yang timbul dari penggunaan bukti dimaksud. Pengeluaran kas desa yang mengakibatkan beban APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum rancangan peraturan desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi peraturan desa. Namun demikian, dikecualikan bagi belanja desa yang bersifat mengikat dan belanja desa yang bersifat wajib yang ditetapkan dalam peraturan kepala desa. Bendahara desa sebagai wajib pungut pajak penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Jika dalam APBDesa terjadi Sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) tahun sebelumnya, maka merupakan penerimaan pembiayaan yang boleh digunakan untuk: 1. Menutupi defisit anggaran apabila realisasi pendapatan lebih kecil dari pada realisasi belanja; 2. Mendanai pelaksanaan kegiatan lanjutan atas beban belanjalangsung; 3. Mendanai kewajiban lainnya yang sampai dengan akhir tahun anggaran belum diselesaikan. Pengaturan tentang dana cadangan

(10)

dalam APBDesa sebagai berikut : 1. Dana cadangan dibukukan dalam rekening tersendiri atau disimpan pada kas desa tersendiri atas nama dana cadangan pemerintah desa. 2. Dana cadangan tidak dapat digunakan untuk membiayai kegiatan lain diluar yang telah ditetapkan dalam peraturan desa tentang pembentukan dana cadanganapabila dana cadangan telah mencukupi untuk melaksanakan kegiatan.

5. Perubahan APBDesa

Tata cara pengajuan perubahan APBDesa sama dengan tata cara penetapan pelaksanaan APBDesa.Perubahan APBDesa dapat dilakukan apabila terjadi: 1. Keadaan yang menyebabkan harus dilakukan pergeseran antar jenis belanja. Dalam kondisi ini maka perubahan APBDesa hanya dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran, kecuali dalam keadaan luar biasa. Perubahan APBDesa terjadi bila Pergeseran anggaran yaitu Pergeseran antar jenis belanja dapat dilakukan dengan cara merubah peraturan desa tentang APBDesa. 2. Keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan. Dalam hal ini maka penggunaan SiLPA tahun sebelumnya dalam perubahan APBDesa, yaitu Keadaan yang menyebabkan sisa lebih perhitungan anggaran (SilPA) tahun sebelumnya harus digunakan dalam tahun berjalan. 3. Keadaan darurat yaitu pendanaan keadaan darurat, dengan ketentuan : a. Keadaan darurat sekurang-kurangnya memenuhi kriteria sebagai berikut : 1) Bukan merupakan kegiatan normal dan aktivitas pemerintah desa dan tidak dapat diprediksikan sebelumnya; 2) Tidak diharapkan terjadi secara berulang; 3) Berada diluar kendali dan pengaruh pemerintah desa; 4) Memiliki dampak yang signifikan terhadap anggaran dalam rangka pemulihan yang disebabkan oleh keadaan darurat. b.

Dalam Keadaan Darurat, pemerintah desa dapat melakukan pengeluaran yang belum tersedia anggarannya, yang selanjutnya diusulkan dalam rancangan perubahan APBDesa.

c. Pendanaan keadaan darurat yang belum tersedia anggarannya dapat menggunakan belanja tidak terduga. Dalam hal belanja tidak terduga tidak mencukupi dapat dilakukan dengan cara : 1) Menggunakan dana dan hasil penjadwalan ulang kegiatan dalam tahun anggaran berjalan, dan/atau 2) Memanfaatkan uang kas yang tersedia. d. Pelaksanaan pengeluaran untuk mendanai kegiatan dalam keadaan darurat terlebih dahulu ditetapkan dengan keputusan Kepala Desa. 4. Keadaan luar biasa yaitu pendanaan keadaan luar biasa,dengan ketentuan : a. Keadaan Luar Biasa merupakan keadaan yang menyebabkan estimasi penerimaan dan/atau pengeluaran dalam APBDesa mengalami kenaikan atau

(11)

penurunan lebih besar dan 50%; b. Persentase 50% di atas merupakan selisih kenaikan atau penurunan antara pendapatan dan belanja dalam APBDesa; c. Dalam hal kejadian luar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan dalam APBDesa mengalami peningkatan lebih dan 50%, dapat dilakukan penambahan kegiatan baru dan/atau peningkatan capaian target kinerja kegiatan dalam tahun anggaran berjalan; d. Dalam hal kejadian luar biasa yang menyebabkan estimasi penerimaan dalam APBDesa mengalami penurunan lebih dan 50%, maka dapat dilakukan pengurangan capaian target kinerja kegiatan dalam tahun anggaran berjalan.

F. Kekuasaan Pengelolaan Dana.

1. Kepala Desa sebagai Kepala Pemerintah Desa adalah pemegang kekuasaan pengelolaan keuangan desa dan mewakili Pemerintah Desa dalam kepemilikan kekayaan desa yang dipisahkan.

2. Kepala Desa mempunyai kewenangan:

a. menetapkan kebijakan tentang pelaksanaan APBDesa;

b. menetapkan kebijakan tentang pengelolaan barang desa;

c. menetapkan bendahara desa;

d. menetapkan petugas yang melakukan pemungutan penerimaan desa; dan e. menetapkan petugas yang melakukan pengelolaan barang milik desa.

3. Kepala Desa dalam melaksanakan pengelolaan keuangan desa dibantu oleh PTPKD 4. PTPKD terdiri atas:

a. Sekretaris Desa;

b. Kepala Urusan Keuangan.

5. Sekretaris Desa bertindak selaku koordinator pelaksanaan pengelolaan keuangan desa dan bertanggung jawab kepada Kepala Desa.

6. Sekretaris Desa mempunyai tugas :

a. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan APBDesa;

b. menyusun dan melaksanakan kebijakan pengelolaan barang desa;

c. menyusun rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa, perubahan APBDesa dan pertanggungjawaban pelaksanaan APBDesa; dan

d. menyusun rancangan Keputusan Kepala Desa tentang pelaksanaan Peraturan Desa tentang APBDesa dan perubahan APBDesa.

7. Kepala Desa menetapkan bendahara desa dengan Keputusan Kepala Desa

Referensi

Dokumen terkait

Dari 3 (tiga) tujuan yang harus dicapai pada tahun 2016 yaitu (1) Peningkatan kualitas data statistik, (2) Peningkatan pelayanan prima hasil kegiatan statistik, (3) Peningkatan

Dengan membaca dan mengamati gambar, siswa dapat menganalisis sumber daya alam yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif (angin, air, matahari, panas

Untuk menganalisis pengaruh investasi, tenaga kerja, pengalaman kerja, dan kapasitas produksi terhadap nilai produksi pengrajin perak di Desa Celuk Kecamatan

[r]

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat keberhasilan pelaksanaan teknik isolasi DNA secara tradisional dengan menggunakan bahan berupa sel hati ayam dan

Pengimplementasian IFRS yang berbeda-beda di setiap negara dapat memberikan dampak yang berbeda terhadap pengungkapan pada laporan keuangan di setiap negara

perbedaan hal ini menarik untuk diteliti terutama perlakuan akuntansinya untuk perbedaan kurs atau selisih kurs terhadap transaksi pembelian dalam mata uang asing