• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2012"

Copied!
203
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KESEHATAN

KABUPATEN LUMAJANG

TAHUN 2012

(2)

Penanggung Jawab

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang Dr. Buntaran Suprianto, M.Kes

Ketua Tim Sumarni, S.KM

Editor

Feny Indrihapsari, S.KM Kontributor

1. Wahyu Wulandari, S.KM, M.Kes 2. Agus Wahyudi, S.KM

3. Novi Danupratiwi, AMKL 4. Sofyan Hadi, AMKL 5. Anang L, AMK

6. Yoni Trisno Adianto, A.MK 7. Cahyo Prayitno, A.MK 8. Arief Zulkarnain, S.KM 9. Farianingsih, S.ST

10. Lita Dwi Listyowati, AMG 11. Iswahyuni, Amd. Keb 12. Tri Cahyo Agung, S.KM 13. Yayak Putra S, AMK 14. Ary Risdianti, S.KM 15. Nita Widiyanti, AMK

16. Endah Kusumawati, S.Si, Apt 17. Ratih S, S.KM

18. Yusrini Dwi Astuti, SE 19. Ismujoso, SH

20. Dra. Tri Musyarofah, Apt 21. Ririn Fitriana, S.KM 22. Riesa Daeyani, S.KM

Tema cover :

Warna Warni Dinkes Lumajang Terima Kasih Kepada : 1. BPS Kabupaten Lumajang 2. RSUD. Dr. Haryoto

3. RS Islam Lumajang

4. RS Bhayangkara Lumajang 5. RS Wijaya Kusuma

6. RS Djatiroto

7. RSB Usada Karya

(3)

Page i berbagai program kesehatan yang telah dilaksanakan di Lumajang pada tahun 2012.

Berbagai data dan informasi yang dimuat dalam buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan monitoring maupun evaluasi dari program - program yang sedang berjalan dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai komponen yang penting dalam penyusunan program-program kesehatan yang lebih efisien, efektif serta mampu memberikan sumbangsih yang positif dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih optimal.

Guna meningkatkan mutu penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang, berbagai upaya telah dilakukan guna mendapatkan jaminan validitas dan akurasi data serta ketepatan waktu dalam penyusunan buku ini. Namun demikian kami menyadari bahwa masih ditemui banyak ketidaksempurnaan oleh karenanya kami sangat mengharapkan saran, tanggapan dan peran serta dari semua pihak, utamanya para pengelola program kesehatan dan instansi yang terkait di KabupatenLumajang.

Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran serta tenaga hingga terbitnya Buku Profil Kesehatan Lumajang Tahun 2012 ini kami sampaikan terimakasih dan penghargaan yang tulus.

Lumajang, 1 Mei 2013 KEPALA DINAS KESEHATAN

KABUPATEN LUMAJANG

Dr. BUNTARAN SUPRIANTO, M.Kes Pembina Utama Muda

NIP. 19550425 198411 1 001

(4)

Page ii iv

DAFTAR TABEL v

BAB I PENDAHULUAN 1

BAB II GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Geografis 5

B. Wilayah Administratif 6

C. Kependudukan

1. Pertumbuhan Penduduk 7

2. Kepadatan Penduduk 7

D. Dinas Kesehatan

1. Tugas Pokok dan Fungsi 8

2. Rencana Strategis 10

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN A. Mortalitas

1. Angka Kematian Bayi 13

2. Angka Kematian Balita 14

3. Angka Kematian Ibu 17

B. Morbiditas

1. Penyakit Menular Langsung 18

2. Penyakit Menular Bersumber Binatang 26

3. Penyakit yang dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) 27 C. Status Gizi

1. Bayi Dengan Berat Lahir Rendah 31

2. Balita dengan Gizi Buruk 32

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN A. Pelayanan Kesehatan Dasar

1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak 35

2. Pelayanan Kesehatan Bayi 39

3. Pelayanan KB 41

4. Pelayanan Kesehatan Anak Balita, Sekolah dan Remaja 44

5. Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila 46

(5)

Page iii 1. Pemberian Tablet Besi pada Ibu Hamil 51

2. Pemberian Kapsul Vitamin A 52

3. Cakupan Pemberian ASI Eksklusif 54

4. Cakupan Penimbangan Balita 55

D. Pelayanan Kesehatan Pengobatan

1. Persentase Keluarga Miskin Mendapat Pelayanan Kesehatan 56 2. Cakupan Pelayanan Rawat Jalan di Pelayanan Kesehatan 58 3. Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar 59 E. Upaya Promosi Kesehatan

1. Rumah Tangga Sehat Ber PHBS 59

2. Cakupan Posyandu Purnama dan Mandiri 60 F. Keadaan Lingkungan

1. Rumah Sehat 62

2. Institut yang Dibina Kesehatan Lingkungan 63

3. Sarana Air Bersih 63

4. Sarana Sanitasi Dasar 64

BAB V SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN A. Sarana dan Prasarana Kesehatan

1. Puskesmas dan Jaringannya 67

2. Rumah Sakit 68

3. Sarana Kesehatan Lainnya 68

4. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) 69 B. Tenaga Kesehatan

1. Tenaga Medis 73

2. Tenaga Keperawatan 74

3. Tenaga Farmasi 75

4. Tenaga Kesehatan Masyarakat 76

5. Tenaga Keteknisian Fisik 77

6. Tenaga Teterapian Medik 77

7. Tenaga Non Kesehatan 78

BAB VI. PENUTUP 79

LAMPIRAN

(6)

Page iv Gambar 3. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan

Gambar 4. Trend Angka Kematian Bayi

Gambar 5. Proporsi Penyebab kematian bayi usia 0 – 28 hari Gambar 6. Trend Kesembuhan TB Baru

Gambar 7. Distribusi Penyebaran Penyakit Difteri Menurut Puskesmas Gambar 8. Trend PenemuanPenderita AFP /100.000 pendudukusia<15 th Gambar 9. Peta Distribusi PenyebaranPenyakit Campak Menurut Puskesmas Gambar 10.Trend Balita Gizi buruk (BB/U)

Gambar 11.Peta Distribusi Kunjungan Ibu Hamil K4 Menurut Puskesmas Gambar 12.PetaDistribusiLinakesMenurut Wilayah Puskesmas

Gambar 13.PerbandinganCakupanPelayananLinakesdanNifas Gambar 14. Trend Cakupan Kunjungan Bayi

Gambar 15.PersentasePeserta KB AktifMenurutAlat/MetodeKontrasepsi Gambar 16.CakupanPelayananKesehatanAnakBalitaMenurutPuskesmas Gambar 17.Cakupan SD/MI yang MelaksanakanPenjaringanSiswa SD Klas 1 Gambar 18.Pencapaian LOS dan TOI RumahSakit

Gambar 19.Pencapaian NDR dan GDR RumahSakit

Gambar 20. Persentase Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Fe1 dan Fe3 Gambar 21. Persentase Bayi Mendapat ASI Eksklusif

Gambar 22. Persentase Balitaditimbangdan BB naik

Gambar 23.Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar Rawat Jalan dan Rawat Inap Gambar 24.JaminanPemeliharaanKesehatanPra Bayar

Gambar 25.JumlahdanPersentasePosyanduBerdasarkan St rata Gambar 26. Cakupan Pemeriksaan Rumah Sehat

Gambar 27. Persentase Kepemilikan Sarana Air Bersih

Gambar 28. Persentase Posyandu Purnama Mandiri

(7)

Page v Tabel V.2.1. Tenaga Medis

Tabel V.2.2. Tenaga Keperawatan Tabel V.2.3. Tenaga Farmasi

Tabel V.2.4. Tenaga Kesehatan Masyarakat Tabel V.2.5. Tenaga Keterapian Fisik

Tabel V.2.6. Tenaga Keteknisian Medik

(8)

1 | P a g e

2 0 1 2

Sistem Informasi Kesehatan (SIK) merupakan gabungan perangkat dan prosedur yang digunakan untuk mengelo la siklus informasi (mulai dari pengumpulan data sampai pemberian umpan balik informasi) untuk mendukung pelaksanaan dan tindakan tepat dalam perencanaan, pelaksanaan serta pemantauan kinerja sistem kesehatan. Informasi kesehatan selalu diperlukan dalam perencanaan program kesehatan mulai dari analisis situasi, penentuan prioritas, pembuatan alternatif solusi, pengembangan program, pelaksanaan dan pemantauan hingga proses evaluasi. Sistem informasi kesehatan merupakan suatu pengelolaan informasi diseluruh tingkat pemerintah secara sistematis dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kepada masyarakat. Profil kesehatan Kabupaten merupakan pusat data dan informasi yang dapat menggambarkan situasi dan kondisi kesehatan masyarakat di wilayah tersebut. Profil ini juga dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sarana untuk melaporkan pemantauan dan evaluasi terhadap pencapa ian hasil kinerja penyelenggara pelayanan di bidang kesehatan. Untuk mengukur keberhasilan tersebut diperlukan suatu indikator yang mencakup gambaran umum suatu wilayah, derajat kesehatan, status gizi, upaya kesehatan, perilaku hidup masyarakat dan sumberdaya kesehatan serta beberapa data pendukung lainnya yang berhubungan dengan kesehatan.

Profil Kesehatan Kabupaten ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk memantau dan mengevaluasi hasil

B B A A B B I I

P P E E N N D D A A H H U U L L U U A A N N

(9)

2 | P a g e

2 0 1 2

penyelenggaraan pembangunan kesehatan di wilayah tersebut dengan menggunakan indikator terpilah.

Profil Kesehatan Kabupaten ini diolah berdasarkan pengumpulan data yang telah terkoordinir dari tiap wilayah kerja Puskesmas dan dikemas oleh bidang yang bertanggung jawab dalam memonitoring dan mengevaluasi pencapaian Standart Pelayanan Minimal (SPM) di bidang kesehatan yang kemudian dibukukan di akhir tahun sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat terutama para pembuat kebijakan.

Profil Kesehatan tahun 2012 ini disusun berdasarkan data responsif gender dengan tujuan dapat digunakan untuk mengidentifikasi ada tidaknya kesenjangan mengenai kondisi kebutuhan dan persoalan yang dihadapi laki-laki dan perempuan terkait akses, partisipasi, kontrol dan manfaat dalam pembangunan kesehatan. Namun semua data yang ditampilkan dalam Profil Kesehatan tahun 2012 masih belum 100% dapat terpenuhi dalam bentuk gender terpilah tetapi hanya beberapa indikator. Sehingga dalam penyusunan profil kesehatan berikutnya diharapkan semua data dapat ditampilkan dalam bentuk responsif gender.

Secara garis besar, Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang

disusun dalam dua bagian. Bagian pertama berisi deskripsi dari

pencapaian hasil pembangunan kesehatan dengan beber apa indikator

utama. Bagian kedua berisi beberapa tabel angka pencapaian hasil

pembangunan kesehatan dari semua indikator.

(10)

3 | P a g e

2 0 1 2

Adapun sistematika penyusunan buku Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang Tahun 2012 adalah sebagai beriku t :

BAB I : Pendahuluan BAB II : Gambaran Umum

BAB III : Gambaran Situasi Derajat Kesehatan BAB IV : Gambaran Situasi Upaya Kesehatan

BAB V : Gambaran Situasi Sumber Daya Kesehatan BAB VI : Penutup

Lampiran

(11)

5 | P a g e

2 0 1 2

A. KONDISI GEOGRAFIS

Kabupaten Lumajang merupakan salah satu kabupaten d i Jawa Timur yang terletak diantara 7 0 54” – 8 0 LS dan 112 0 53” – 113 0 23” BT dengan luas wilayah 1.790,9 km 2 atau 3,74% dari luas Provinsi Jawa Timur.

Secara administratif batas-batas wilayah Kabupaten Lumajang : Utara : Kabupaten Probolinggo

Timur : Kabupaten Jember Selatan : Samudra Indonesia Barat : Kabupaten Malang

Gambar 1. Peta Lumajang

BAB II

GAMBARAN UMUM

(12)

6 | P a g e

2 0 1 2

Secara topografi Kabupaten Lumajang terbagi dalam 4 daerah yaitu:

daerah gunung, pegunungan, dataran fluvial dan dataran alluvial.

Daerah yang termasuk kategori gunung dan pegunungan adalah Ranuyoso, Tempursari, sekitar Gunung Semeru, sekitar Gunung Tengger dan Gunung Lamongan. Kecamatan yang termasuk dalam kategori dataran fluvial adalah Lumajang, Sumbersuko dan Sukodono.

Sedangkan kategori dataran alluvial yaitu Rowokangkung, Jatiroto, Yosowilangun dan sepanjang pantai mulai dari Yosowilangun sampai dengan Tempursari.

Kabupaten Lumajang merupakan dataran yang subur kar ena diapit oleh tiga gunung berapi yaitu Gunung Semeru (3.676 m), Gunung Bromo (3.292 m) dan Gunung Lamongan (1.668 m).

Daerah Lumajang mempunyai tiga tipe iklim yaitu agak basah, sedang dan agak kering. Untuk tipe basah jumlah bulan kering rata-rata 3 bulan dalam setahun yang mencakup daerah Gucialit, Senduro, sebagian Pasirian, Candipuro, Pronojiwo, dan Gunung Semeru. Untuk daerah dengan tipe sedang mencakup Ranuyoso, Klakah , Kedungjajang, Sukodono, Lumajang, Jatiroto dan Rowokangkung denga n rata-rata bulan kering 3-4 bulan pertahunnya. Sedangkan daera h dengan tipe agak kering meliputi Tekung, Kunir dan Yosowilangun.

B. WILAYAH ADMINISTRASI

Unit pemerintahan di Kabupaten Lumajang terdiri dari 21

kecamatan, 205 desa/kelurahan terdiri dari 198 desa dan 7 kelurahan

dengan 1.749 Rukun Warga dan 6.991 Rukun Tetangga ( RT). Dilihat dari

komposisi jumlah desa, Kecamatan Tempeh memiliki jumlah desa

terbanyak, yaitu 13 desa sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah

(13)

7 | P a g e

2 0 1 2

desa paling sedikit adalah Kecamatan Jatiroto dan Pronojiwo, yaitu 6 desa.

C. KEPENDUDUKAN

Data mengenai kependudukan sangat penting dan mempunyai arti strategis dalam pembangunan khususnya di bidang kesehatan karena hampir semua sasaran program kesehatan adalah masyarakat. Indikator kependudukan yang dimuat dalam pembuatan profil ini antara lain :

1. Pertumbuhan Penduduk

Berdasarkan data proyeksi penduduk, jumlah penduduk di Kabupaten Lumajang pada tahun 2012 sebanyak 1.014.5 75 jiwa.

2. Kepadatan Penduduk

Luas Kabupaten Lumajang adalah 1.790,90 Km 2 dengan jumlah penduduk 1.014.575 jiwa yang tersebar di 21 kecamatan dan 205 desa/kelurahan dengan kepadatan penduduk sebesar 567 jiwa/Km 2 . Jumlah seluruh Kepala Keluarga (KK) yang tercatat sebanyak 281.639 KK dengan rata- rata jiwa per rumah tangga adalah 4 jiwa (Tabel 1).

Berdasarkan komposisi penduduk, kelompok umur produktif

(usia 15 – 64 tahun) masih mendominasi presentase dengan

dengan jumlah penduduk terbanyak pada kelompok umur 35 –

39 tahun (9,3 %).

(14)

8 | P a g e

2 0 1 2

Gambar 2.Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur Sumber data :Proyeksi Penduduk BPS Kabupaten Lumajang 2012

D. DINAS KESEHATAN

Untuk melaksanakan pembangunan di sector kesehatan telah dibuat Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang No. 34 Tahun 2007 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang. Dalam pasal 2 (dua) disebutkan bahwa Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Selanjutnya pada pasal 3 (tiga) dijelaskan bahwa Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.

Menurut Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 dan Peraturan

Daerah Kabupaten Lumajang No. 34 Tahun 2007, susunan organisasi

Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang mempunyai 1 Sekretariat dan 4

Kepala Bidang. Sekretariat dan tiap Bidang mempunyai 3 Kepala Seksi

atau Kepala Sub. Bagian. Struktur dapat dilihat dibawah ini:

(15)

9 | P a g e

2 0 1 2

STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NO. 34 TAHUN 2007 TANGGAL 9 NOPEMBER 2007

Gambar 3. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan KEPALA

DINAS KESEHATAN

SUB BAGIAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN

UMUM

SEKSI PROMOSI KESEHATAN MASYARAKAT SEKSI

PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR SEKSI KESEHATAN

IBU DAN BALITA SEKSI PELAYANAN

KESEHATAN DASAR

SEKRETARIAT DINAS

BIDANG PELAYANAN

KESEHATAN

BIDANG KESEHATAN

KELUARGA

BIDANG PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR

DAN PENYEHATAN SANITASI DASAR

BIDANG PEMBERDAYAAN

KESEHATAN MASYARAKAT

SEKSI PELAYANAN KESEHATAN KHUSUS DAN

RUJUKAN

SEKSI GIZI

SEKSI PENYEHATAN SANITASI DASAR

SEKSI PERAN SERTA MASYARAKAT

SUB BAGIAN KEUANGAN

UPTD

KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL

SEKSI PENGEMBANGAN

SUMBER DAYA SEKSI FARMASI,

MAKANAN DAN MINUMAN

SEKSI ANAK, REMAJA

DAN USILA

SEKSI PENCEGAHAN DAN

PENGAMATAN

PENYAKIT

(16)

10 | P a g e

2 0 1 2

1. TUGAS POKOK DAN FUNGSI

Untuk melaksanakan pembangunan bidang pemerintahan sektor kesehatan telah dibuat Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang No. 34. Tahun 2007 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lumajang. Kedudukan Dinas Kesehatan adalah sebagai unsur pelaksana Pemerintahan Kabupaten di Bidang Kesehatan, mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan Rumah Tangga Kabupaten dan tugas konsultatif serta koordinatif di Bidang Kesehatan.

Di samping itu untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :

1. Pelaksanaan pembinaan umum Bidang Kesehatan meliputi pendekatan peningkatan Promotif, Preventif, Kuratif, dan Rehabilitatif.

2. Pelaksanaan pembinaan teknis di bidang upaya pelayanan kesehatan dasar dan upaya pelayanan kesehatan rujuk an berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Menteri yang mengatur Bidang Kesehatan .

3. Pelaksanaan pembinaan operasional Bidang Kesehatan sesuai dengan pedoman dan kebijakan yang ditetapkan oleh Kepala Daerah .

2. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)

Untuk mendukung tugas pokok dan fungsi agar bisa

terarah dan terukur dalam pelaksanaannya, Dinas Kesehatan

Kabupaten Lumajang telah menyusun Renstra tahun 200 9 s/d

2014 yang dijabarkan sebagai berikut:

(17)

11 | P a g e

2 0 1 2

I. Visi :

Gambaran keadaan masyarakat Kabupaten Lumajang di masa depan yang akan dicapai melalui pembangunan kesehatan diselaraskan dengan Visi Pemerintah Kabupaten Lumajang dan tugas pokok yang diemban oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang, dengan Visi:"Terwujudnya Masyarakat Lumajang Yang Sehat dan Mandiri “

II. Misi :

Untuk mewujudkan visi yang telah ditetapkan, maka Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang menetapkan Misi sebagai berikut :

1) Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat ;

2) Meningkatkan peran serta aktif masyarakat dalam pembangunan berwawasan kesehatan.

III. Tujuan :

Untuk mencapai Visi dan Misi pada rencana strategis tahun 2009 s/d 2014, Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang telah menetapkan tujuan yaitu:

1. Menurunkan angka mortalitas.

2. Menurunkan angka morbiditas.

3. Meningkatkan status gizi masyarakat

(18)

12 | P a g e

2 0 1 2

IV. Sasaran :

Agar tujuan tersebut diatas bisa tercapai ditetapkan beberapa sasaran agar pembangunan bidang kesehatan bisa tercapai adapun sasaran pembangunan bidang kesehatan adalah sebagai berikut:

1. Dalam rangka mencapai Tujuan Pertama ditetapkan sasaran : a. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan ibu.

b. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan bayi.

c. Meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan balita.

d. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan dasar, rujukan dan save community bidang kesehatan.

2. Dalam rangka mencapai Tujuan Kedua ditetapkan sasaran : a. Melindungi masyarakat dari ancaman penyakit menular . b. Desa / Kelurahan Universal Child Imunization (UCI).

c. Desa / Kelurahan mengalami Kejadian Luar Biasa (KLB).

d. Menurunkan angka kesakitan diare.

e. Desa siaga dan posyandu.

f. Rumah tangga sehat, sekolah sehat dan ponpes sehat.

3. Dalam rangka mencapai Tujuan Ketiga ditetapkan sasaran : a. Mencegah dan menanggulangi gizi buruk.

b. Mencegah dan menanggulangi kurang gizi.

(19)

13 | P a g e

2 0 1 2

Kesehatan merupakan hak asasi manusia sekaligus investasi dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu neg ara. Untuk itu diperlukan suatu kemampuan dalam menyelenggarakan pembangunan dibidang kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan k esadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud suatu derajad kesehatan masyarakat yang baik dan berkualitas.

Guna menggambarkan situasi derajad kesehatan diperlukan beberapa indicator dalam pembangunan kesehatan yang tercermin dalam angka kematian bayi, angka kematian balita, angka kematian ibu dan angka morbiditas serta angka status gizi masyarkat.

Beberapa indikator ini dapat diperoleh melalui pencatatan dan pelaporan rutin pada fasilitas kesehatan yang ada maupun melalui survei. Keduanya mempunyai kelemahan dan kelebihan serta metode yang berbeda. Namun demikian keduanya bersifat saling melengkapi dan kondisional.

A . MORTALITAS

Mortalitas atau angka kematian menggambarkan proporsi kejadian kematian di masyarakat pada kelompok umur atau kelompok resiko tertentu. Angka kematian juga menggambarkan mutu pelayanan kesehatan di suatu wilayah. Angka kematian

BAB III

SITUASI DERAJAD

KESEHATAN

(20)

14 | P a g e

2 0 1 2

umumnya diperoleh melalui suatu survei, namun demikian karena berbagai keterbatasan angka kematian dalam profil ini diperoleh melalui pencatatan dan pelaporan rutin.

1. Angka Kematian Bayi (AKB)

Angka Kematian Bayi (AKB) menggambarkan jumlah bayi (umur < 1 tahun) yang meninggal di suatu wilayah tertentu selama 1 tahun diantara jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama.

Berdasarkan data gender pada tahun 2012 terdapat 157 kematian bayi dari 16.476 kelahiran hidup diantaranya 97 bayi laki-laki dan 60 bayi perempuan yang dilaporkan meninggal (Lampiran tabel 7). AKB merupakan indikator yang biasa digunakan untuk menentukan derajat kesehatan masyarakat.

Oleh karena itu banyak program kesehatan yang disinergikan

dalam rangka menurunkan angka kematian bayi. Semakin kecil

angka kematian bayi menggambarkan kualitas pelayanan

kesehatan yang semakin baik. Berdasarkan hasil laporan rutin

Puskesmas capaian AKB di Kabupaten Lumajang pada tahun

2012 sebesar 9,53 per 1000 kelahiran hidup. Capaian AKB di

Kabupaten Lumajang ini sesuai target Renstra Kabupaten

Lumajang tahun 2012 yaitu sebesar 9,5 per 1.000 kelahiran

hidup. Adapun trend kematian bayi di Kabupaten Lumajang

dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

(21)

15 | P a g e

2 0 1 2

Gambar 4. Trend Kematian Bayi Kabupaten Lumajang Tahun 2010 - 2012

Berdasarkan grafik di atas menunjukkan bahwa angka kematian bayi di Kabupaten Lumajang setiap tahun mengalami kenaikkan. Hal ini disebabkan karena belum semua petugas kesehatan (bidan) terlatih manajemen BBLR dan afiksi selain itu jenjang rujukan secara vertical masih belum dilaksanakan secara optimal.

Distribusi penyebab kematian bayi umur 0-28 hari dapat dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar 5. Proporsi Penyebab Kematian Bayi Kabupaten Lumajang Tahun 2012 0

2 4 6 8 10 12

TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012

trauma lahir, 0.6

asfiksi, 17.8

BBLR infeksi 51%

2%

Kelainan bawaan

11%

diare 1%

lain-lain, 15.9

(22)

16 | P a g e

2 0 1 2

Upaya penurunan AKB merupakan salah satu target MDG’s yang keempat. Indikator ini terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-anak termasuk pemeliharaan kesehatannya. AKB cenderung lebih menggambarkan kesehatan reproduksi.

Beberapa upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan dan jaringannya dalam menurunkan kematian bayi dengan menyediakan jumlah tenaga medis dan paramedis yang memadai, tersedianya sarana pelayanan kesehatan yang memadai (Puskesmas PONED dan RS PONED), mengaktifkan posyandu dan polindes serta melaksanakan program JAMPERSAL dari pemerintah dalam meningkatkan akses terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan melalui jaminan pembiayaan untuk pelayanan persalinan.

2. Angka Kematian Balita (AKBAL)

Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun. Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi).

Cakupan angka kematian balita di Kabupaten Lumajang

tahun 2012 sebesar 9,95 per 1.000 kelahiran hidup dengan 164

kasus kematian balita diantaranya 101 balita laki-laki dan 63

balita perempuan. Sedangkan berdasarkan Renstra Kabupaten

(23)

17 | P a g e

2 0 1 2

Lumajang tahun 2012 ditargetkan angka kematian balita sebesar 10,3 kematian per 1.000 kelahiran hidup. Angka kematian balita di Kabupaten Lumajang mengalami kenaikan dibanding tahun sebelumnya meskipun angka tersebut masih di bawah renstra.

(Lampiran tabel 7)

3. Angka Kematian Ibu (AKI)

Angka kematian ibu (AKI) berguna untuk menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi dan kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan waktu melahirkan dan masa nifas.

Kematian ibu adalah kematian perempuan pada saat hamil

atau kematian dalam kurun waktu 42 hari sejak terminasi

kehamilan tanpa memandang lamanya kehamilan atau tempat

persalinan, yakni kematian yang disebabkan karena

kehamilannya atau pengelolaannya, tetapi bukan karena sebab

lain seperti kecelakaan atau terjatuh. Angka Kematian Ibu (AKI)

seperti halnya AKB juga menggambarkan kualitas pelayanan

kesehatan. AKI diperoleh dengan membagi jumlah kematian ibu

yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinannya dibagi

dengan seluruh kelahiran hidup yang ada dan dikalikan dengan

konstanta (100.000 per kelahiran hidup). AKI mengacu pada

jumlah kematian ibu yang terkait dengan masa kehamilan,

persalinan, nifas dan bukan karena kecelakaan di suatu wilayah

tertentu selama 1 tahun diantara jumlah kelahiran hidup di

wilayah dan pada kurun waktu yang sama.

(24)

1 8 | P a g e

2 0 1 2

AKI Kabupaten Lumajang pada tahun 2012 tercatat 8 kasus atau 48.56 per 100.000 kelahiran hidup sedangkan dalam target renstra Kabupaten Lumajang sebesar 47.9 per 100.000 kelahiran hidup. Dengan distribusi kematian ibu ketika hamil sebanyak 3, masa persalinan sebanyak 1, dan masa nifas sebanyak 4.

(Lampiran tabel 8)

Namun bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, AKI menunjukkan penurunan. Untuk menekan AKI, Dinas Kesehatan dan jaringannya akan terus melakukan upaya penyuluhan yang lebih intensif kepada masyarakat terutama ibu hamil, peningkatan manajemen KIA serta pemberdayaan masyarakat dalam upaya Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) menuju persalinan yang aman dan selamat, termasuk di dalamnya pengadaan Ambulans Desa yang berfungsi dalam merujuk ibu untuk cepat mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan serta mensosialikan program jaminan persalinan (JAMPERSAL) dari pemerintah dalam meningkatkan akses terhadap pelayanan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan melalui jaminan pembiayaan untuk pelayanan persalinan.

B. MORBIDITAS

1. Penyakit Menular Langsung a. Tuberculosis

Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan

masyarakat yang penting di dunia ini. Penyakit TBC adalah

merupakan suatu penyakit yang tergolong dalam infeksi yang

(25)

19 | P a g e

2 0 1 2

disebabkan oleh bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tak terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja.

Laporan pencapaian MDG’s Tahun 2010 menunjukkan bahwa salah satu targetnya adalah mengendalikan penyebaran dan mulai menurunkan jumlah kasus baru tuberkulosis.

Salah satu indikator yang digunakan dalam pengendalian TB adalah angka penemuan kasus baru BTA positif (CDR) yaitu proporsi jumlah pasien baru BTA positif yang ditemukan dan diobati terhadap jumlah pasien baru BTA positif yang diperkirakan ada dalam wilayah tersebut.

Pada awal tahun 1990-an WHO dan IUATLD telah mengembangkan strategi penanggulangan TB yang dikenal sebagai strategi DOTS (Directly observed Treatment Short- course). Fokus utama DOTS adalah penemuan dan penyembuhan pasien, prioritas diberikan kepada pasien TB tipe menular. Strategi ini akan memutuskan penularan TB sehingga dapat menurunkan insidens TB di masyarakat.

Menemukan dan menyembuhkan pasien merupakan cara terbaik dalam upaya pencegahan penularan TB.

Di Kabupaten Lumajang pencapaian CDR sebesar 84.47%

upaya penemuan kasus dan tingkat keberhasilan pengobatan

yang telah mencapai target lebih tinggi dari renstra kabupaten

sebesar 80%. Dibawah ini Trend Persentase kesembuhan TB

BTA (+) Kabupaten Lumajang Tahun 2010 – 2012.

(26)

20 | P a g e

2 0 1 2

Gambar 6. Trend Kesembuhan TB Baru Kabupaten Lumajang Tahun 2010 - 2012

Dalam mengukur keberhasilan pengobatan TB digunakan indikator persentase sembuh, persentase pengobatan lengkap dan angka keberhasilan pengobatan (Success Rate). Pada tahun 2012 di Kabupaten Lumajang persentase sembuh mencapai 91,43% dan persentase pengobatan lengkap sebesar 5.63%. Meskipun angka kesembuhan pengobatan TB paru BTA (+) tahun 2012 mengalami penurunan tetapi masih di atas target baik nasional maupun kabupaten yaitu sebesar 85%.

Sedangkan angka keberhasilan pengobatan yang mengindikasikan persentase pasien baru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan baik sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien baru BTA positif yang tercatat mencapai 97.06%. (Lampiran tabel 12).

b. Pneumoni

Pneumonia adalah proses infeksi akut yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Terjadinya pneumonia atau

80 85 90 95 100

TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012

(27)

21 | P a g e

2 0 1 2

pnemonia pada anak seringkali bersamaan dengan proses infeksi akut pada bronkus (bronchopneumonia). Gejala penyakit ini berupa napas cepat dan napas sesak, karena paru meradang secara mendadak. Batas napas cepat adalah frekuensi pernapasan sebanyak 50 kali per menit atau lebih pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 1 tahun, dan 40 kali permenit atau lebih pada anak usia 1 tahun sampai kurang dari 5 tahun. Pada anak dibawah usia 2 bulan, tidak dikenal diagnosis pnemonia.

Pneumonia berat ditandai dengan adanya batuk atau (juga disertai) kesukaran bernapas, napas sesak atau penarikan dinding dada sebelah bawah ke dalam (severe chest indrawing) pada anak usia 2 bulan sampai kurang dari 5 tahun. Pada kelompok usia ini dikenal juga pneumonia sangat berat, dengan gejala batuk, kesukaran bernapas disertai gejala sianosis sentral dan tidak dapat minum.

Sementara untuk anak dibawah 2 bulan, pneumonia berat ditandai dengan frekuensi pernapasan sebanyak 60 kali permenit atau lebih atau (juga disertai) penarikan kuat pada dinding dada sebelah bawah ke dalam.

Penanggulangan penyakit pneumonia menjadi focus

kegiatan program P2 ISPA (Pemberantasan Penyakit Infeksi

Saluran Pernafasan Akut). Program ini mengupayakan agar

istilah Pneumonia lebih dikenal masyarakat, sehingga

memudahkan kegiatan penyuluhan dan penyebaran infor masi

tentang penanggulangan Pneumonia.

(28)

22 | P a g e

2 0 1 2

Cakupan penemuan pneumonia menunjukkan jumlah penderita yang ditemukan dan ditangani dibandingkan dengan 10% jumlah perkiraan penderita pada balita.

Cakupan penemuan dan penanganan pneumonia pada balita di Kabupaten Lumajang pada tahun 2012 sebesar 29.02% dengan jumlah kasus yang ditemukan sebanyak 2.313 kasus. Bila dibandingkan dengan target SPM Propinsi Jawa Timur tahun 2012 yaitu sebesar 80%, maka angka tersebut masih jauh di bawah target. Cakupan Penemuan penderita Pneumonia balita di bawah target karena penderita yang berobat ke klinik swasta dan rumah sakit swasta masih belum tercover secara keseluruhan dan letak geografis daerah Lumajang yang banyak dijumpai pegunungan dan dataran tinggi memungkinkan penemuan penderita ISPA rendah karena polusi udara tidak sebanyak daerah perkotaan. Selain itu kegiatan MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sehat) di tingkat pelayanan dasar telah dilaksanakan sehingga tindakan preventif lebih banyak dianjurkan pada keluarga pasien.

Adapun kedepannya Dinas Kesehatan akan lebih

mengoptimalkan kinerjanya dalam mengendalikan kasus

pneumonia pada balita dengan Meningkatkan ketrampilan

petugas dalam mendeteksi kasus ISPA melalui pelatihan dan

supervisi ke lapangan, sosialisasi pelaporan ISPA pada instansi

RS swasta dan Balai Pengobatan, dan peningkatan sosialisasi

bahaya ISPA.

(29)

23 | P a g e

2 0 1 2

c. HIV/AIDS dan IMS

HIV merupakan singkatan dari ’human immunodeficiency virus’. HIV merupakan retrovirus yang menjangkiti sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan macrophages– komponen-komponen utama sistem kekebalan sel) dan menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.

AIDS adalah singkatan dari ‘acquired immunedeficiency syndrome’ dan menggambarkan berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan tubuh.

Infeksi HIV telah ditahbiskan sebagai penyebab AIDS. Tingkat HIV dalam tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS.

Jumlah penderita HIV di Kabupaten Lumajang

ditemukan sebanyak 30 diantaranya 13 penderita laki-laki dan

17 penderita perempuan. Sedangkan penderita yang sudah

terindikasi AIDS sebanyak 25 diantaranya 15 penderita laki-

lakidan 10 penderita perempuan. Penemuan kasus HIV/AIDS

ini mengalami peningkatan dari tahun 2011, hal ini

disebabkan karena pelayanan deteksi dini P2 HIV/AIDS sudah

difasilitasi oleh pemerintah sehingga pelayanan pengobatan

tidak sampai keluar kota. Meskipun demikian jumlah

penderita yang ditemukan pada tahun 2012 ini belum bisa

menggambarkan semua penderita HIV-AIDS karena penderita

(30)

24 | P a g e

2 0 1 2

HIV-AIDS tidak terlepas dari gambaran fenomena gunung es.

Dimana kasus yang terdeteksi masih jauh dari kasus yang sebenarnya terjadi. Untuk lebih jelasnya penemuan penderita HIV-AIDS dapat dilihat dalam lampiran tabel 14.

d. Diare

Angka kesakitan diare menggambarkan jumlah penderita kasus diare di suatu wilayah tertentu selama 1 tahun dibandingkan 10% jumlah perkiraan kasus penduduk di wilayah dan pada kurun waktu yang sama yang menderita diare. Pada tahun 2012 ditemukan 27.164 kasus diare diantara 41.699 perkiraan kasus penduduk Kabupaten Lumajang yang menderita diare sehingga cakupan kesakitan diare mencapai 65.14%.

Dari jumlah kasus diare yang ditemukan seluruhnya sudah tertangani tetapi untuk data kasus diare yang ditemukan masih dibawah target renstra Kabupaten Lumajang yang sebesar 86%. Untuk keberhasilan program yang akan datang Dinas Kesehatan dan jaringannya akan berupaya terus meningkatkan sistem surveilans agar 100% balita penderita diare mendapatkan penanganan sesuai standar. (Lampiran Tabel 16)

e. Kusta

Penyakit kusta merupakan suatu penyakit kronis yang

dapat menyebabkan cacat. Karena itu penyakit ini tidak hanya

menimbulkan masalah kesehatan, melainkan juga masalah

ekonomi dan sosial bagi penderitanya, terutama di negara-

negara sedang berkembang seperti Indonesia.

(31)

25 | P a g e

2 0 1 2

Kusta adalah penyakit menular yang banyak menyerang kulit dan syaraf. Kusta dapat menyebabkan gangguan pada kulit, mati rasa, dan kelumpuhan pada tangan dan kaki.

Selain itu kusta dapat menyerang sistem pernapasan atas, mata, dan membran selaput lendir. Kusta dapat menular melalui kontak kulit dengan penderita atau melalui bersin.

Penyakit kusta diklasifikasikan menjadi 2 yakni kusta tipe PB (Pause Baciller) atau tipe kering dan MB (Multi Baciller) atau tipe basah. Tipe PB mempunyai gejala macula/ kelainan kulit antara 1-5 buah, kerusakan syaraf tepi 1 buah, pemeriksaan BTA negatif, tidak menular, dan membutuhkan pengobatan tepat waktu 6 dosis dalam waktu 6-9 bulan.

Sedangkan tipe MB mempunyai gejala macula/ kelainan kulit>

5 buah, kerusakan syaraf tepi> 1 buah, pemeriksaan BTA positif, menular, dan membutuhkan pengobatan tepat waktu 12 dosis dalam waktu 12-18 bulan.

Pada tahun 2012 di Kabupaten Lumajang belum semua penderita kusta tipe MB menyelesaikan pengobatan atau RFT (Release From Treatment):

a. Persentase RFT PB sebesar 100%.

Angka ini berasal dari kohort ditemukannya 23 orang penderita kusta PB pada tahun 2011 dan yang diberi pengobatan tepat waktu dengan dosis 6 bulan dan RFT-nya berhasil sebanyak 23 orang penderita.

b. Persentase RFT MB sebesar 88%.

Angka ini berasal dari kohort ditemukannya 179 orang

penderita kusta PB pada tahun 2010 dan diberi pengobatan

(32)

26 | P a g e

2 0 1 2

tepat waktu dengan dosis 12 bulan dan RFT-nya berhasil sebanyak 157 orang penderita.

Data cakupan penderita kusta dapat dilihat pada lampiran tabel 17 - 20.

2. Penyakit Menular bersumber Binatang a. Demam Berdarah

Jumlah penderita DBD di Kabupaten Lumajang selama kurun waktu 2012 sebanyak 23 kasus atau sebesar 2,27 per 100.000 penduduk sedangkan target yang ditetapkan dalam Renstra sebesar 54 per 100.000 penduduk. Angka kesakitan DBD di Kabupaten Lumajang termasuk baik karena angka penderita DBD jauh lebih rendah jika dibandingkan target Renstra Kabupaten Lumajang. Hal ini dikarenakan adanya peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya PHBS dan kemandirian masyarakat untuk melakukan pemberantasan sarang nyamuk DBD dengan melaksanakan 3M plus. (Lampiran tabel 23)

b. Malaria

Kabupaten Lumajang termasuk salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang memiliki daerah rawan malaria.

Pada tahun 2012 dilakukan pemeriksaan ditemukan 29

suspek yang positif dengan jumlah penderita paling banyak

dialami laki-laki sebanyak 26 orang dan perempuan sebanyak

2 orang. Angka kesakitan malaria di Kabupaten Lumajang

pada tahun 2012 jika dibandingkan dengan angka kesa kitan

tahun 2011 mengalami peningkatan dari 0,011 menjadi 0,03

per 1000 penduduk. (Lampiran tabel 24)

(33)

27 | P a g e

2 0 1 2

c. Filariasis

Sepanjang tahun 2012 di Kabupaten Lumajang tidak ditemukan kasus baru filariasis tetapi yang ada kasus lama sebanyak 2 kasus filariasis dimana penderitanya berjenis kelamin perempuan yang berada di wilayah kerja Puskesmas Rogotrunan. Namun penanganan tetap diberikan Puskesmas Roogtrunan kepada penderita sehingga persentase kasus filariasis ditangani sebesar 100%. Adapun angka kesakitan filariasis sebesar 0,2 dari seluruh penduduk Kabupaten Lumajang.(Lampiran tabel 25)

3. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I) a. Difteri, Pertusis, Tetanus, dan Tetanus Neonatorum

Penyakit difteri adalah salah satu penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit difteri disebabkan oleh bakteri Corynebacterium dipththeriae yang menyerang system pernafasan bagian atas. Difteri ini juga kerap ditandai dengan tumbuhnya membrane kelabu yang menutupi tonsil serta bagian saluran pernafasan.

Di Kabupaten Lumajang sepanjang tahun 2012

ditemukan kasus difteri sebanyak 17 kasus. Gambaran kasus

menurut jenis kelamin menunjukkan penderita laki-laki

sebanyak 10 kasus dan perempuan sebanyak 7 kasus ya ng

tersebar di 16 desa se-Kabupaten Lumajang (Lampiran tabel

21 dan 50). Jumlah penemuan kasus ini jika dibandingkan

tahun sebelumnya mengalami penurunan. Hal ini dikarenakan

(34)

28 | P a g e

2 0 1 2

Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang dan jaringannya berupaya terus meningkatkan sistem surveilans terhadap kejadian difteri dan terus berusaha meningkatkan kerjasama lintas sektor dalam upaya mensosialisasikan penyakit difteri beserta upaya pencegahan dan penanggulangannya apab ila diketahui gejela-gejala awal seseorang terkena difteri. Di bawah ini distribusi penyakit difteri berdasarkan jenis kelamin.

Gambar 7.Distribusi Penyebaran Penyakit Difteri Menurut Puskesmas Di Kabupaten Lumajang Tahun 2012

Sedangkan untuk pertusi, tetanus neonatorum dan non neonatorum di Kabupaten Lumajang tidak ditemukan adanya kasus.

0 1

0 0 0 0 1

0 3

1

0 0 0 0 1

0 0 1

0 1

0 0 0 1

0 0 0 0 0

1

0 1

0 1

0 0 0 0 0 1

2

0 0 0 0 0 1

0 0 0 0

1 1 2 2 3 3 4

T e m p u rs a ri P ro n o jiw o C a n d ip u ro P e n a n g g a l P a sir ia n B a d e s T e m p e h G e sa n g R o g o tr u n a n La b ru k K id u l T e k u n g K u n ir Y o so w ila n g u n S u m b e rs a ri Ja tir o to R a n d u a g u n g T u n ju n g S u k o d o n o P a d a n g P a sr u ja m b e S e n d u ro G u c ia lit K e d u n g ja ja n g K la k a h R a n u y o so

puskesmas

(35)

29 | P a g e

2 0 1 2

b. Polio dan AFP

Polio adalah penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang saraf hingga penderita mengalami kelumpuhan.

Penyakit ini pada umumnya menyerang anak usia 0-3 tahun yang ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan.

AFP (Lumpuh Layu Akut) merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan.

Penemuan kasus AFP di Kabupaten Lumajang sebanyak 4 kasus. Hal ini menunjukkan angka AFP di Kabupaten Lumajang sebesar 1.68 per 100.000 penduduk dengan umur

<15 tahun sedangkan dalam target Renstra Kabupaten Lumajang Penemuan Penderita AFP ditetapkan sebesar >2.

Angka penemuan penderita AFP tahun 2012 belum mencapai

target yang ditetapkan karena tidak ditemukannya kasus AFP

di masyarakat meskipun deteksi dini sudah dilakukan. Tujuan

dari penemuan AFP adalah untuk mencari sebanyak-

banyaknya penderita AFP dan membuktikan bahwa kasus

lumpuh layu tersebut bukan karena penyakit polio

sebagaimana dapat dilihat dalam lampiran tabel 9.

(36)

30 | P a g e

2 0 1 2

Gambar 8. Trend Penemuan Penderita AFP /100.000 penduduk usia<15 th Di KabupatenLumajangTahun 2010 -2012

c. Hepatitis B

Sepanjang tahun 2012 di Kabupaten Lumajang tidak ditemukan Kasus hepatitis yang terekam dalam rekapitulasi laporan bulanan penyakit di Puskesmas (LB 1) oleh Dinas Kesehatan. (Lampiran tabel 22)

d. Campak

Kasus campak sepanjang tahun 2012 tercatat sejumlah 11 kasus. Gambaran kasus menurut jenis kelamin menunjukkan penderita laki-laki sebanyak 4 kasus dan perempuan sebanyak 7 kasus. Dibandingkan dengan tahun sebelumnya kinerja petugas kesehatan di Puskesmas dan jaringannya menunjukkan kemajuan dengan menurunnya penyakit campak. Di bawah ini distribusi penyakit campak.

1,17

4,90

1,68

0 1 2 3 4 5 6

TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012

(37)

31 | P a g e

2 0 1 2

Gambar 9. Peta Distribusi Penyebaran Penyakit Campak Menurut Puskesmas Di Kabupaten Lumajang Tahun 2012

C. STATUS GIZI

1. Bayi Dengan Berat Lahir Rendah

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat kurang dari 2500 gram yang ditimbang pada saat lahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. Persentase BBLR di Kabupaten Lumajang pada tahun 2012 sebesar 5.25% atau sebesar 865 kasus BBLR dari 16.476 bayi jumlah bayi baru lahir yang ditimbang (Lampiran Tabel 26).

Ada kasus

Tidak ada kasus

(38)

32 | P a g e

2 0 1 2

2. Balita dengan Gizi Buruk

Salah satu indikator kesehatan yang dinilai keberhasilan pencapainnya dalam MDGs adalah status gizi balita. Status gizi balita dapat diukur berdasarkan umur, berat badan dan tinggi badan. Indikator BB/U memberikan indikasi masalah kesehatan secara umum tetapi indikator ini tidak menunjukkan masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Sedangkan indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang lama misalnya kemiskinan, perilaku hidup kurang sehat dan pola asuh/pemberian makanan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan.

Indikator BB/TB memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang pendek.

Jumlah balita gizi buruk berdasarkan indikator antropometri BB/U di Kabupaten Lumajang sepanjang tahun 2012 sebanyak 386 atau sebesar 0,52% sedangkan target yang telah ditetapkan dalam Renstra sebesar 0,55%. Capaian tahun 2012 tersebut jika dibandingkan tahun 2011 terdapat penurunan persentase balita gizi buruk. Berdasarkan jenis kelamin balita yang mengalami gizi buruk lebih banyak dialami balita perempuan yaitu sebanyak 168 balita sedangkan balita laki-laki yang mengalami gizi buruk sebanyak 218 balita.

Sedangkan cakupan balita gizi buruk yang mendapat

perawatan berdasarkan indikator antropometri BB/TB dapat

tercapai 100%. Dengan distribusi balita gizi buruk yang paling

(39)

33 | P a g e

2 0 1 2

tinggi di wilayah kerja Puskesmas rogotrunan sebanyak 33 balita. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel 27 dan 45.

Gambar 10.Trend Balita Gizi buruk (BB/U) Di Kabupaten Lumajang Tahun 2010 - 2012

0,79

0,56 0,52

0,00 0,10 0,20 0,30 0,40 0,50 0,60 0,70 0,80 0,90

TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012

(40)
(41)

35 | P a g e

2 0 1 2

A. PELAYANAN KESEHATAN DASAR 1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak 1.1. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K 4

Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah cakupan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar minimal empat kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.

Jumlah kunjungan ibu hamil K4 sepanjang tahun 2012 di Kabupaten Lumajang sebanyak 15.592 dari 17.058 ibu hamil atau sebesar 91,41% sedangkan target renstra Kabupaten Lumajang sebesar 95% dan target SPM Provinsi sebesar 92%. Data ini menunjukkan bahwa Kabupaten Lumajang masih belum memenuhi target yang ditetapkan dalam renstra kabupaten maupun SPM. Hal ini disebabkan karena beberapa syarat untuk menentukan cakupan K4 adalah pelayanan kepada ibu hamil sesuai standar oleh petugas kesehatan dengan distribusi pelayanan minimal 1 (satu) kali pada trimester I, 1 (satu) kali pada trimester I, dan 2 (dua) kali pada trimester III. Namun pada tahun 2012 data menunjukkan 10,3% ibu hamil tidak melakukan kunjungan

BAB IV BAB IV BAB IV BAB IV

SITUASI UPAYA KESEHATAN

SITUASI UPAYA KESEHATAN

SITUASI UPAYA KESEHATAN

SITUASI UPAYA KESEHATAN

(42)

36 | P a g e

2 0 1 2

0,4% ibu hamil melakukan drop out pada tribulan II dan III sehingga cakupan K4 tidak memenuhi target.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel 28. Di bawah ini peta distribusi pelayanan K4 di menurut wilayah puskesmas.

Gambar 11. Peta Distribusi Kunjungan Ibu Hamil K4 Menurut Wilayah Kerja Puskesmas Kabupaten Lumajang Tahun 2012

1.2. Persentase Pertolongan Persalinan oleh Nakes

Jumlah pertolongan persalinan oleh Nakes di Kabupaten Lumajang sebanyak 16.418 dari 16.283 persalinan atau sebesar 100.83% sedangkan target renstra sebesar 92% dan SPM Propinsi Jawa Timur

mencapai Target SPM >

92%

Tidak Mencapai Target

SPM <92%

(43)

37 | P a g e

2 0 1 2

renstra sebesar 92% dan SPM Propinsi Jawa Timur sebesar 94%. Jadi untuk Kabupaten Lumajang cakupan linakes masih diatas target renstra maupun SPM propinsi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat lampiran tabel 28.

Tingginya cakupan pertolongan persalinan oleh

tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi kebidanan

ini menunjukkan telah dioptimalkannya pelayanan

persalinan di Puskesmas dan jaringannya terutama

pelayanan puskesmas dengan PONED. Hal ini juga

mengindikasikan keberhasilan kegiatan pemberdayaan

masyarakat untuk memotivasi masyarakat terutama ibu

yang mau bersalin ditolong oleh tenaga kesehatan

didukung peningkatan kemampuan petugas dalam

memberikan pertolongan persalinan. Namun yang penting

untuk dilakukan perbaikan lagi adalah pelayanan yang

lebih optimal dalam hal sumber daya (sarana dan SDM)

maupun manajemen KIA. Di bawah ini peta distribusi

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di wilayah

puskesmas.

(44)

38 | P a g e

2 0 1 2

Gambar 12. Peta Distribusi Linakes Menurut Wilayah Puskesmas DiKabupatenLumajangTahun 2012

1.3. Cakupan Ibu Nifas Mendapat Pelayanan

Cakupan pelayanan nifas adalah cakupan pelayanan kepada ibu nifas sebanyak 3 kali yaitu pada masa 6 jam - 3 hari, 8 - 14 hari dan 35 - 42 hari pasca persalinan sesuai standar. Pada tahun 2012 terdapat 15.638 ibu nifas yang mendapatkan pelayanan atau sebesar 96.04% dari jumlah sasaran program sebanyak 16.283. Angka tersebut sudah memenuhi target SPM Propinsi Jawa Timur tahun 2012 yang sebesar 95%. Hal ini mengindikasikan tingginya kesadaran ibu nifas untuk mendapatkan pelayanan pasca melahirkan dari tahun ke tahun. Di bawah ini dapat dilihat cakupan pelayanan nifas di Kabupaten Lumajang mulai tahun 2012.

mencapai Target SPM>94%

Tidak Mencapai Target

SPM < 94%

(45)

39 | P a g e

2 0 1 2

Gambar 13. Cakupan Pelayanan Nifas di Kabupaten Lumajang Tahun 2012

2. Pelayanan Kesehatan Bayi 2.1. Cakupan Kunjungan Neonatus

Kunjungan neonatus adalah bayi usia 0-28 hari yang kontak dengan tenaga kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan minimal 3 kali yaitu pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari dan umur 8-28 hari.

Data menunjukkan jumlah kunjungan neonatus (KN lengkap) sepanjang tahun 2012 di Kabupaten Lumajang sebesar 15.880 dari 14.987 bayi yang ada atau sebesar 105.96%. Jika dibandingkan tahun 2011 cakupan

109 111 139

79 89 94

101 93

103 102

94 95 95 91

97 97 85

103 98

88 95 99

108

83 81 94

0

20

40

60

80

100

120

140

160

(46)

40 | P a g e

2 0 1 2

kunjungan neonatus ini menunjukkan peningkatan kinerja petugas dilapangan dalam memberikan pelayanan terhadap bayi pasca kelahiran. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran tabel 36.

2.2. Cakupan Kunjungan Bayi

Kunjungan Bayi adalah kunjungan bayi (umur 1-12 bulan) termasuk neonatus (umur 1-28 hari) untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 4 kali (bayi), 2 kali (neonatus) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.

Jumlah kunjungan bayi di Kabupaten Lumajang

sebesar 15.614 dari 14.987 bayi yang ada atau sebesar

104.18%, sedangkan target renstra Kabupaten Lumajang

dan SPM sebesar 90%. Hal ini menunjukkan bahwa

capaian untuk Kabupaten Lumajang telah memenuhi

target, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran

tabel 37. Distribusi cskupan kunjungan bayi di

Kabupaten Lumajang dapat di lihat pada gambar di

bawah ini.

(47)

41 | P a g e

2 0 1 2

Gambar 14. Cakupan Kunjungan Bayi Di Kabupaten Lumajang Tahun 2012

3. Pelayanan KB

Peserta Keluarga Berencana terbagi menjadi peserta KB baru dan peserta KB aktif. Cakupan Peserta KB baru di Kabupaten Lumajang pada tahun 2012 sebanyak 33.249 dari jumlah pasangan usia subur (PUS) 234.576 atau sebesar 14.17%. Sedangkan cakupan peserta KB aktif sebanyak 188.413 peserta KB aktif dari 234.576 PUS yang ada atau sebesar 80.32%. Target SPM Provinsi Jawa Timur untuk peserta KB aktif sebesar 70%.

Berdasarkan jenis kelamin, metode kontrasepsi yang digunakan oleh peserta KB laki-laki adalah MOP (Metode

mencapai Target SPM>90%

Tidak Mencapai Target

SPM <90%

(48)

42 | P a g e

2 0 1 2

Operasi Pria) sebanyak 758 dan kondom sebanyak 3.251 peserta. Sedangkan metode kontrasepsi yang digunakan perempuan adalah suntik, pil, IUD, implan dan MOW.

Berdasarkan data yang ada meskipun jumlah peserta KB aktif laki-laki sedikit tetapi data tersebut sudah menunjukkan peran serta laki-laki dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.

Sosialisasi KB pria masih menjadi barang langka, jarang dan sulit ditemui di masyarakat, sehingga metode KB pria seperti vasektomi dan kondom masih belum sepopuler metode kontrasepsi wanita seperti pil, suntik, atau IUD. Hal lain yang sangat mendukung sosialisasi program KB pria adalah promosi dan motivasi dari kaum pria yang telah

menjadi akseptor KB pria.

Kegagalan dan keberhasilan merekrut kaum pria dalam ber KB sangat dipengaruhi oleh sikap provider dan petugas KB di lapangan karena dengan sikap proaktif dalam mempromosikan dan responsif bila menemui kaum pria yang membutuhkan pelayanan KB, maka program KB pria akan

berjalan optimal.

Tak pelak lagi, kendala yang paling sering menghampiri

pasangan dalam rumah tangga adalah soal minimnya

komunikasi. Dua pribadi yang berbeda, jika disatukan tanpa

perekat yang kuat berupa komunikasi yang kuat pula, akan

menimbulkan berbagai masalah, termasuk diantaranya

ketidaktahuan akan pemenuhan hak dan kewajiban

reproduksi yang harus dilakukan suami.

(49)

43 | P a g e

2 0 1 2

Mengingat strateginya peran pria dalam program KB maka penanganannya tidak bisa dilakukan hanya secara parsial saja, hanya sekedar mengajak atau mensosialisasikan cara dan alat KB saja, tapi harus secara menyeluruh dengan menggali segala akar permasalahannya untuk merubah pola pikir bahwa reproduksi juga merupakan tanggung jawab laki- laki. Kesertaan KB bagi pria tidak bisa ditunda-tunda lagi, karena kesertaan pria dalam program KB akan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap upaya pengendalian laju pertumbuhan penduduk dan penanganan masalah kesehatan reproduksi termasuk penurunan angka kematian ibu melahirkan maupun angka kematian bayi, yang kesemuanya itu mempunyai pengaruh cukup besar dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM).

Di bawah ini distribusi penggunaan alat kontrasepsi berdasarkan jenis alkonnya.

Gambar 15. Persentase Peserta KB Aktif Menurut Alat/Metode Kontrasepsi Di Kabupaten Lumajang Tahun 2012

IUD 13%

MOP 0%

MOW 4%

IM PLAN 21%

SUNTIK 37%

PIL 23%

KON DOM OBAT VAGINA2%

0%

LAIN NYA 0%

(50)

44 | P a g e

2 0 1 2

4. Pelayanan Kesehatan Anak Balita, Sekolah dan Remaja 4.1. Anak Balita

Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak umur 12–59 bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun.

Pada tahun 2012 cakupan anak balita di Kabupaten

Lumajang sebesar 83.07% sedangkan target renstra

Kabupaten Lumajang sebesar 84%. Cakupan pelayanan

anak balita di Kabupaten Lumajang masih di bawah

target renstra karena syarat untuk mencapai pelayanan

anak balita paripurna diperlukan petugas sudah terlatih

MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sehat) dan SDIDTK

(Stimulasi Intervensi Dini Tumbuh Kembang). Sedangkan

petugas pemberi pelayanan anak balita di Dinas

Kesehatan sebagian besar belum terlatih MTBS dan

SDIDTK. Sehingga untuk mencapai target yang telah

ditetapkan dalam renstra dan dalam upaya peningkatan

kualitas pelayanan terutama anak balita meningkat

diharapkan tahun berikutnya perlu diselengarakannya

pelatihan MTBS dan SDIDTK. (lampiran tabel 43)

(51)

45 | P a g e

2 0 1 2

Gambar 16. Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Menurut Puskesmas

Di Kabupaten Lumajang Tahun 2012

4.2. Sekolah dan Remaja

Cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD/MI di Kabupaten Lumajang pada tahun 2012 sebanyak 17.252 dari 17.252 siswa SD/MI kelas 1 yang terdaftar (100%).

Apabila dibandingkan dengan target SPM Propinsi Jawa Timur yang sebesar 100%, cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD/MI pada tahun 2012 di Kabupaten Lumajang ini sudah memenuhi target yang ditetapkan (Lampiran Tabel 46).

0 20 40 60 80 100 120 140

T em p u rs ar i P ro no ji w o C a n d ip u ro P ena ng g a l P a si ri an B ad es T em p eh G es ang R o g o tr u n a n L ab ru k K id u l T ek u ng K u n ir Y o so w il ang u n L u m aj ang S u m b er sa ri Ja ti ro to R and u ag u ng T u n ju n g S u k o d o no P a d a n g P a sr u ja m b e S end u ro G u ci al it K ed u ng ja ja ng K la k a h R anu y o so

107,4

74,8 73,0 86,2

76,2 89,1

98,593,9 96,396,9 84,8

77,082,7 84,0 82,9 94,9

65,9 84,187,6

75,4 126,3

76,9

35,2 68,3

78,682,1

(52)

46 | P a g e

2 0 1 2

Gambar 17. Cakupan SD/MI yang Melaksanakan Penjaringan Siswa SD Kelas 1 Menurut Wilayah Kerja Puskesmas

Di Kabupaten Lumajang Tahun 2012

5. Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila

Ditinjau dari kualitas hidupnya menurut Dragomirecka & Selepova (2002) dalam studinya mengungkapkan bahwa kualitas hidup pria lanjut usia (lansia) lebih tinggi dari pada wanita lansia. Pada pria lansia dilaporkan secara signifikan bahwa pria lansia memiliki kepuasan yang lebih tinggi dalam beberapa aspek yaitu hubungan personal, dukungan keluarga, keadaan ekonomi, pelayanan sosial, kondisi kehidupan dan kesehatan. Wanita lansia memiliki nilai yang lebih tinggi dalam hal kesepian, ekonomiyang rendah dan kekhawatiran terhadap masa depan. Perbedaan gender tersebut ternyata memberikan andil yang nyata dalam

314 317 328 259

433

323 449

230 625

256 267 446 435

295 441

295

195 386

247 325

412

223 336

514

408

259 298 314

217 455

286 391

246 655

233 255 350

439

306 462

324

209 403

254 317

368

231 296

510

415

0 100 200 300 400 500 600 700

laki-laki perempuan

(53)

47 | P a g e

2 0 1 2

kualitas hidup lansia sehingga perlu adanya suatu upaya peningkatan kualitas hidup terhadap lansia, terutama wanita lansia mengingat usia harapan hidup yang lebih rendah serta jumlah wanita lansia yang lebih banyak.

Jumlah pra usila dan usila di Kabupaten Lumajang sepanjang tahun 2012 yang mendapat pelayanan kesehatan 60.663 dari 118.366 jumlah penduduk yang pra usila dan usila atau sebesar 51.25%. Untuk lebih jelasnya dapat di lihat pada lampiran tabel 48.

Upaya yang bisa dilakukan Dinas Kesehatan dan

jaringannya dalam meningkatkan kualitas hidup lansia

antara lain dengan melakukan kegiatan Posyandu lansia

termasuk didalamnya senam lansia yang mempunyai

pengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan dan

efektif untuk menurunkan hipertensi pada lansia. Selain

itu salah satu solusi yang dilakukan tenaga kesehatan

dengan cara melakukan promosi kesehatan terutama

dalam mengorganisasi dan memberikan asuhan

keperawatan bagi lansia. Penelitian yang dilakukan oleh

Chandra (2006) menunjukkan adanya perbedaan tingkat

kecemasan antara lansia pria dan wanita terhadap aspek

kehidupannya. Lansia wanita memiliki tingkat kecemasan

yang lebih tinggi terhadap seluruh aspek kehidupannya

daripada lansia pria.

(54)

48 | P a g e

2 0 1 2

B. PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN

Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit

Penilaian tingkat keberhasilan pelayanan di rumah sakit dapat dilihat dari tingkat pemanfaatan tempat tidur (Bed Occupancy Rate/BOR), rata-rata lama hari perawatan (Length of Stay/LOS), rata-rata selang waktu pemakaian tempat tidur (Turn of Interval/TOI), persentase pasien keluar yang meninggal (Gross Death Rate/GDR), dan persentase pasien keluar yang meninggal > 48 jam perawatan (Net Death Rate/NDR).

Berdasarkan data Rumah Sakit yang ada di Kabupaten Lumajang sepanjang tahun 2012 menunjukkan bahwa BOR rumah sakit sudah mencapai angka ideal yaitu 60% - 85% dan mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yaitu sebesar 68,9%. Besarnya BOR ini menunjukkan semakin banyaknya penggunaan tempat tidur dibandingkan tempat tidur yang tersedia.

LOS adalah rata-rata lama rawat (hari) seorang pasien.

Indikator ini dapat memberikan gambaran tingkat efisiensi dan mutu pelayanan yang diberikan suatu rumah sakit.

Secara umum nilai ideal LOS adalah 6 – 9 hari. Data di

Kabupaten Lumajang sepanjang tahun 2012 menunjukkan

3,3. Data ini menunjukkan bahwa rata-rata LOS di rumah

sakit berkisar 3 – 4 hari dan belum mencapai angka ideal. Hal

ini banyak dipengauhi oleh kondisi pasien pada saat masuk

Gambar

Gambar 1. Peta Lumajang
Gambar 2.Distribusi Penduduk Menurut Kelompok Umur  Sumber data :Proyeksi Penduduk BPS Kabupaten Lumajang 2012
Gambar 3. Struktur Organisasi Dinas Kesehatan KEPALA DINAS KESEHATAN  SUB BAGIAN  KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN UMUM  SEKSI   PROMOSI   KESEHATAN  MASYARAKAT SEKSI  PEMBERANTASAN PENYAKIT MENULAR SEKSI KESEHATAN
Gambar 4. Trend Kematian Bayi  Kabupaten Lumajang Tahun  2010 - 2012
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa responsivitas Dinas Kesehatan Kabupaten dalam upaya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di

Data dan informasi tentang derajat kesehatan untuk Tahun 2012 dinyatakan dalam angka kematian bayi, angka kematian balita, angka kematian ibu maternal dan angka

Berdasarkan hasil laporan kegiatan sarana pelayanan kesehatan Tahun 2015, jumlah kematian bayi yang terjadi di wilayah Kerja Dinas Kesehatan KB dan Sosial Kabupaten Mamuju Tengah

Walaupun upaya pembangunan bidang kesehatan telah dilakukan namun adanya kendala geografis, keterbatasan tenaga kesehatan, kondisi pemukiman dan lingkungan yang kurang memadai,

yaitu Puskesmas Tabanan III dengan capaian tidak terjadi kematian bayi pada tahun 2016. Angka Kematian

Data dan informasi tentang derajat kesehatan untuk Tahun 2015 dinyatakan dalam angka kematian bayi, angka kematian balita, angka kematian ibu maternal dan

Sementara di Kabupaten Demak pada tahun 2011 jumlah kejadian kematian ibu sebanyak 26 kasus, dan Upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten Demak

Komplikasi dan kematian ibu maternal dan bayi baru lahir sebagian besar terjadi pada masa di sekitar persalinan, hal ini disebabkan pertolongan tidak dilakukan oleh tenaga