Page i
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya Penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang tahun 2017. Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang Tahun 2017 merupakan salah satu media publikasi data dan informasi yang berisi situasi dan kondisi kesehatan yang cukup komprehensif, serta memberikan gambaran dari hasil berbagai program kesehatan yang dilaksanakan di Lumajang tahun 2017.
Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang disusun berdasarkan ketersediaan data, informasi, dan indikator kesehatan yang bersumber dari unit teknis di lingkungan Dinas Kesehatan (Puskesmas). Berbagai data dan informasi yang dimuat dalam buku ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan monitoring maupun evaluasi dari program - program yang sedang berjalan dan selanjutnya dapat dijadikan sebagai komponen yang penting dalam penyusunan program kesehatan yang lebih efisien, efektif serta mampu memberikan sumbangsih yang positif dalam mencapai derajat kesehatan masyarakat yang lebih optimal.
Guna meningkatkan mutu penyajian Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang, kami sangat mengharapkan saran, tanggapan dan peran serta dari semua pihak, utamanya para pengelola program kesehatan dan instansi yang terkait di Kabupaten Lumajang.
Kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pikiran serta tenaga hingga terbitnya Buku Profil Kesehatan Lumajang Tahun 2017 ini kami sampaikan terima kasih dan penghargaan yang tulus.
Lumajang, Mei 2018
Plt. KEPALA DINAS KESEHATAN KABUPATEN LUMAJANG
Ir. AGUS WIDARTO, MM. NIP. 19650811 199003 1 015
PROFIL KESEHATAN KABUPATEN LUMAJANG TAHUN 2017
TIM PENYUSUN Penanggung Jawab
Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang Ir. AGUS WIDARTO M.M
Ketua Tim
Sumarni, S.KM
Editor
Laras Fitria, S.KM
Kontributor
1. Kepala Bidang Yankes 2. Kepala Bidang Kesmas 3. Kepala Bidang SDK 4. Kepala Bidang P2P 5. Budi Purwanto, S.AP 6. Nurul Alfiah, A.Md.KL 7. Iswahyuni, A.Md.Keb 8. Novita Danu Pratiwi, S.T 9. Munif Arifin, S.KM., M.PH 10. Aulia Shabrina Yudis, S.KM 11. Vreza Budi Setiawan, S.KM 12. Serius Miliyani Dwi Putri, S.KM 13. Lufiana Indra P, A.Md.Keb 14. Sri Sedar Utami, SST 15. Novita Lisa Amaliyah
16. Putri Dwi Christanti, A.Md.Keb 17. Anang Lutfianto, A.Md.Kep. 18. Yoni Trisno Adianto, S.Kep.Ns. 19. Diah Puspita Rini, S.KM
20. Muhammad Abdillah Akbar, S.KM 21. Dina Mei Wahyuningrum, S.KM 22. Dra. Tri Musyarofah, Apt
23. Achmad Muchlisin 24. Teguh Sugiharto, Amd
Tema cover :
Aksi Germas
Terima Kasih Kepada :
1. BPS Kabupaten Lumajang 2. RSUD. Dr. Haryoto 3. RS Islam Lumajang 4. RS Bhayangkara Lumajang 5. RS Wijaya Kusuma 6. RS Djatiroto 7. RSU Pasirian
Page ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR TABEL ... vii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
BAB 2 GAMBARAN UMUM 2.1 Kondisi Geografis ... 3 2.2 Wilayah Administratif... 4 2.3 Kependudukan ... 5 a. Pertumbuhan Penduduk ... 5 b. Kepadatan Penduduk ... 5 2.4 Dinas Kesehatan a. Tugas Pokok dan Fungsi ... 9
b. Rencana Strategis ... 9
BAB 3 SITUASI DERAJAT KESEHATAN 3.1 Mortalitas 3.1.1 Angka Kematian Bayi ... 12
3.1.2 Angka Kematian Balita ... 14
3.1.3 Angka Kematian Ibu ... 15
3.2 Morbiditas 3.2.1 Penyakit Menular Langsung ... 18
3.2.2 Penyakit Menular Bersumber Binatang ... 26
3.2.3 Penyakit yang dapat Dicegah dengan Imunisasi (PD3I) ... 29
3.2.4 Penyakit Tidak Menular ... 33
3.2.5 Data Sepuluh Penyakit Terbanyak Tahun 2016 ... 35
3.3 Status Gizi ... 36
BAB 4 SITUASI UPAYA KESEHATAN 4.1 Pelayanan Kesehatan 4.1.1 Pelayanan Kesehatan Ibu ... 39
4.1.2 Pelayanan Kesehatan Bayi ... 42
Page iii
4.1.4 Pelayanan Kesehatan Anak Balita, Sekolah dan
Remaja ... 45
4.1.5 Pelayanan Kesehatan Pra Usila dan Usila ... 47
4.2 Perbaikan Gizi Masyarakat 4.2.1 Pemberian Tablet Besi pada Ibu Hamil ... 48
4.2.2 Pemberian Kapsul Vitamin A ... 49
4.2.3 Cakupan Pemberian ASI Eksklusif ... 50
4.2.4 Cakupan Penimbangan Balita... 51
4.2.5 Cakupan Balita Berat Badan Di Bawah Garis Merah (BGM) ... 51
4.3 Akses dan Mutu Pelayanan Kesehatan 4.3.1 Indikator Pelayanan Kesehatan di Rumah sakit ... 52
4.4 Pelayanan Kesehatan Pengobatan 4.4.1 Cakupan Pelayanan Rawat Jalan di Pelayanan Kesehatan Umum ... 54
4.4.2 Cakupan Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Pra Bayar ... 55
4.5 Perilaku Hidup Masyarakat 4.5.1 Rumah Tangga Sehat Ber PHBS ... 55
4.5.2 Cakupan Posyandu Purnama dan Mandiri ... 56
4.6 Keadaan Lingkungan 4.6.1 Rumah Sehat ... 58
4.6.2 Institusi yang Memenuhi Syarat Kesehatan ... 59
4.6.3 Sarana Air Bersih ... 59
4.6.4 Sarana Sanitasi Dasar ... 60
4.6.4 Tempat Pengelolaan Makanan (TPM) ... 60
4.7 Pelayanan Kesehatan dan Olah Raga ... 61
4.8 Program Pelayanan Laboratorium di Labkesda Kabupaten Lumajang ... 62
4.9 Program Pelayanan Kefarmasian di Instalasi Perbekalan Farmasi Kabupaten Lumajang... 64
BAB 5 SITUASI SUMBER DAYA KESEHATAN 5.1 Sarana dan Prasarana Kesehatan a. Puskesmas dan Jaringannya ... 65
Page iv
b. Rumah Sakit ...66
c. Sarana Kesehatan Lainnya ...66
d. Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) ...66
5.2 Tenaga Kesehatan a. Tenaga Medis ...70
b. Tenaga Keperawatan ...72
c. Tenaga Farmasi ...73
d. Tenaga Kesehatan Masyarakat ...74
e. Tenaga Keteknisian Fisik ...75
f. Tenaga Teterapian Medik ...76
g. Tenaga Non Kesehatan ...77
5.3 Pembiayaan Kesehatan ...77
BAB 6 PENUTUP ...78
Page v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Kabupaten Lumajang
Gambar 2.2 Piramida Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis
Kelamin Tahun 2017
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan
Gambar 3.1 Grafik Trend Kematian Bayi di Kabupaten Lumajang Tahun
2013-2017
Gambar 3.2 Proporsi Penyebab Kematian Neonatal di Kabupaten
Lumajang tahun 2017
Gambar 3.3 Grafik Jumlah Kematian Balita Berdasarkan Wilayah Kerja
Puskesmas di Kabupaten Lumajang Tahun 2017
Gambar 3.4 Grafik Trend Angka Kematian Ibu di Kabupatem Lumajang
Tahun 2013- 2017
Gambar 3.5 Diagram Persentase Penyebab Kematian Ibu di Kabupaten
Lumajang Tahun 2017
Gambar 3.6 Grafik Trend Angka Keberhasilan Pengobatan (success rate)
TB BTA Positif di Kabupaten Lumajang Tahun 2013-2017
Gambar 3.7 Grafik Pola Persebaran HIV Berdasarkan Kelompok Umur di
Kabupaten Lumajang Tahun 2014-2017
Gambar 3.8 Grafik Pola Persebaran AIDS Berdasarkan Kelompok Umur
di Kabupaten Lumajang Tahun 2014-2017
Gambar 3.9 Trend Penemuan dan Penanganan Diare di Kabupaten
Lumajang Tahun 2013-2017
Gambar 3.10 Grafik Kasus Baru Kusta PB dan MB Berdasarkan Jenis
Kelamin di Kabupaten Lumajang Tahun 2013-2017
Gambar 3.11 Trend Incidence Rate (IR) DBD di Kabupaten Lumajang
Tahun 2013-2017
Gambar 3.12 Trend Annual Parasite Incidence (API) Malaria di Kabupaten
Lumajang Tahun 2013-2017
Gambar 3.13 Trend AFP Rate Non Polio di Kabupaten Lumajang Tahun
2013-2017
Gambar 3.14 Trend Capaian Desa UCI di Kabupaten Lumajang Tahun
2013-2017
Page vi
Lumajang Tahun 2017
Gambar 4.2 Grafik Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Menurut
Puskesmas di Kabupaten Lumajang Tahun 2017
Gambar 4.3 Trend Persentase Ibu Hamil yang Mendapatkan Tablet Fe3
di Kabupaten Lumajang Tahun 2013-2017
Gambar 4.4 Grafik Persentase Bayi Mendapat ASI Eksklusif di
Kabupaten Lumajang Tahun 2017
Gambar 4.5 Grafik Persentase Balita BGM di Kabupaten Lumajang
Tahun 2017
Gambar 4.6 Diagram Persentase Posyandu Berdasarkan Strata di
Kabupaten Lumajang Tahun 2017
Gambar 5.1 Grafik Persentase Posyandu Berdasarkan Strata di
Page vii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Data 10 Penyakit Terbanyak Tahun 2017
Tabel 4.1 Tabel Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Tahun 2013 - 2017
Tabel 4.2 Tabel Cakupan Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan
Tahun 2013 - 2017
Tabel 4.3 Tabel Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Tahun 2013 - 2017
Tabel 4.4 Tabel Cakupan Kunjungan Bayi Tahun 2013 - 2017
Tabel 4.5 Tabel Jumlah Peserta KB Aktif Tahun 2013 - 2017
Tabel 4.6 Tabel Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Tahun 2013
- 2017
Tabel 4.7 Tabel Cakupan Rumah Tangga Ber-PHBS Tahun 2013 - 2017
Tabel 4.8 Tabel Capaian Posyandu Puri Tahun 2013 - 2017
Tabel 5.1 Tabel Jumlah Tenaga Medis di Kabupaten Lumajang Tahun
2017
Tabel 5.2 Tabel Jumlah Tenaga Keperawatan di Kabupaten Lumajang
Tahun 2017
Tabel 5.3 Tabel Jumlah Tenaga Kefarmasian di Kabupaten Lumajang
Tahun 2017
Tabel 5.4 Tabel Jumlah Tenaga Kesehatan Masyarakat, Kesehatan
Lingkungan dan Gizi di Kabupaten Lumajang Tahun 2017
Tabel 5.5 Tabel Jumlah Tenaga Keterapian Fisik di Kabupaten
Lumajang Tahun 2017
Tabel 5.6 Tabel Jumlah Tenaga Keteknisian Medis di Kabupaten
1
BAB 1
PENDAHULUAN
Data dan informasi merupakan sumber daya yang sangat strategis bagi suatu organisasi yang melaksanakan prinsip-prinsip manajemen modern. Data digunakan sebagai masukan dalam proses pengambilan keputusan. Kebutuhan akan data dan informasi yang
evidence based sangat besar baik ditingkat Puskesmas sampai
dengan kabupaten yang digunakan untuk operasionalisasi program yang akhirnya akan bermuara pada pencapaian Rencana Strategi Kabupaten.
Profil Kesehatan merupakan salah satu media publikasi data dan informasi yang berisi situasi dan kondisi kesehatan yang cukup komprehensif. Profil Kesehatan Kabupaten adalah sarana untuk
memantau dan mengevaluasi pencapaian Visi dan Misi
Pembangunan Kesehatan di Kabupaten Lumajang. Selain itu, Profil Kesehatan juga dapat dijadikan sarana dalam mengevaluasi kemajuan pembangunan kesehatan yang ada di Kabupaten Lumajang.
Di dalam Profil Kesehatan pembaca dapat memperoleh data dan informasi mengenai Demografi, Sarana Kesehatan, Tenaga Kesehatan, Pembiayaan Kesehatan, Kesehatan Ibu dan Kesehatan Anak, serta Pengendalian Penyakit dan Kesehatan Lingkungan. Data dan informasi yang ditampilkan pada Profil Kesehatan dapat membantu dalam mengukur capaian pembangunan kesehatan di Kabupaten Lumajang, serta sebagai dasar untuk perencanaan program pembangunan kesehatan selanjutnya.
Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang ini diolah berdasarkan Puskesmas dan dianalisis oleh masing-masing bidang yang
2
bertanggung jawab dalam memonitoring dan mengevaluasi pencapaian program kerja yang kemudian dibukukan di akhir tahun sehingga dapat dikonsumsi oleh masyarakat terutama para pembuat kebijakan.
Secara garis besar, Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang disusun dalam dua bagian. Bagian pertama berisi narasi dan deskripsi dari pencapaian hasil pembangunan kesehatan dengan indikator utama. Bagian kedua berisi beberapa tabel angka pencapaian hasil pembangunan kesehatan dari semua indikator.
Adapun sistematika penyusunan buku Profil Kesehatan Kabupaten Lumajang Tahun 2017 adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
BAB II : Gambaran Umum
BAB III : Gambaran Situasi Derajat Kesehatan
BAB IV : Gambaran Situasi Upaya Kesehatan
BAB V : Gambaran Situasi Sumber Daya Kesehatan
BAB V : Penutup
3
BAB 2
GAMBARAN UMUM
2.1 KONDISI GEOGRAFISKabupaten Lumajang merupakan salah satu kabupaten di
Jawa Timur yang terletak diantara 70 54” – 80 LS dan 1120 53” – 1130
23” BT dengan luas wilayah 1.790,9 km2 atau 3,74% dari luas
Provinsi Jawa Timur. Secara administratif batas-batas wilayah Kabupaten Lumajang :
Utara : Kabupaten Probolinggo
Timur : Kabupaten Jember
Selatan : Samudra Indonesia
Barat : Kabupaten Malang
4
Secara topografi Kabupaten Lumajang terbagi dalam 4 daerah yaitu daerah gunung, pegunungan, dataran fluvial dan dataran alluvial. Daerah yang termasuk kategori gunung dan pegunungan adalah Ranuyoso, Tempursari, sekitar Gunung Semeru, sekitar Gunung Tengger dan Gunung Lamongan. Kecamatan yang termasuk dalam kategori dataran fluvial adalah Lumajang, Sumbersuko dan
Sukodono. Sedangkan kategori dataran alluvial yaitu
Rowokangkung, Jatiroto, Yosowilangun dan sepanjang pantai mulai dari Yosowilangun sampai dengan Tempursari. Kabupaten Lumajang merupakan dataran yang subur karena dikelilingi oleh tiga gunung berapi yaitu Gunung Semeru (3.676 m), Gunung Bromo (3.292 m) dan Gunung Lemongan (1.668 m).
Daerah Lumajang mempunyai tiga tipe iklim yaitu agak basah, sedang dan agak kering. Tipe basah yakni jumlah bulan kering rata-rata 3 bulan dalam setahun yang mencakup daerah Gucialit, Senduro, sebagian Pasirian, Candipuro, Pronojiwo, dan Gunung Semeru. Untuk daerah dengan tipe sedang mencakup Ranuyoso, Klakah, Kedungjajang, Sukodono, Lumajang, Jatiroto dan Rowokangkung dengan rata-rata bulan kering 3-4 bulan pertahunnya. Sedangkan daerah dengan tipe agak kering meliputi Tekung, Kunir dan Yosowilangun.
2.2 WILAYAH ADMINISTRASI
Unit pemerintahan di Kabupaten Lumajang terdiri dari 21 kecamatan, 205 desa/kelurahan terdiri dari 198 desa dan 7 kelurahan. Dilihat dari komposisi jumlah desa, Kecamatan Tempeh memiliki jumlah desa terbanyak, yaitu 13 desa sedangkan kecamatan yang memiliki jumlah desa paling sedikit adalah
5
Kecamatan Jatiroto dan Pronojiwo, yaitu terdiri dari 6 desa. Sedangkan dilihat dari luas wilayahnya Kecamatan Senduro merupakan wilayah yang paling luas dibandingkan dengan
kecamatan lainnya yaitu seluas 228.68 km2.
2.3 KEPENDUDUKAN
Data mengenai kependudukan sangat penting dan mempunyai arti strategis dalam pembangunan khususnya di bidang kesehatan karena outputnya adalah meningkatkan derajad kesehatan masyarakat. Indikator kependudukan yang dimuat dalam pembuatan profil ini antara lain :
a. Pertumbuhan Penduduk
Berdasarkan data proyeksi dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Lumajang jumlah penduduk di Kabupaten Lumajang pada tahun 2017 sebesar 1.036.823 jiwa.
b. Kepadatan Penduduk
Luas Kabupaten Lumajang adalah 1.790,90 km2 dengan
jumlah penduduk 1.036.823 jiwa yang tersebar di 21 kecamatan dan 205 desa/kelurahan dengan kepadatan penduduk sebesar 578.94
jiwa/km2. Jumlah seluruh Kepala Keluarga (KK) yang tercatat
sebanyak 290.593 KK dengan rata-rata jiwa per rumah tangga adalah 4 jiwa (Tabel 1). Berdasarkan piramida penduduk, karakteristik penduduk tahun 2017 bersifat stasioner, dimana jumlah penduduk muda, dewasa, dan tua hampir sama. Dua kelompok umur yang mendominasi yakni kelompok usia belum produktif (10-14 tahun) pada laki-laki, dan kelompok usia (45-49 tahun) pada perempuan.
6
Sumber data : Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK.02.02/MENKES/117/2015 tentang Data Penduduk Sasaran Program
Pembangunan Kesehatan Tahun 2015-2019
2.4 DINAS KESEHATAN
Untuk melaksanakan pembangunan di sektor kesehatan telah dibuat Peraturan Bupati No. 74 Tahun 2016 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang. Di dalam pasal 2 (dua) disebutkan bahwa Dinas Kesehatan adalah unsur pelaksana otonomi daerah yang dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah. Selanjutnya pada pasal 3 (tiga) dijelaskan bahwa Dinas Kesehatan mempunyai tugas melaksanakan urusan di bidang kesehatan berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Menurut Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007
Gambar 2.2 Piramida Penduduk Menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2017
7
dan Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang No. 74 Tahun 2016, susunan organisasi Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang mempunyai 1 Sekretariat dan 4 Kepala Bidang. Dimana Sekretariat dan tiap Bidang mempunyai 3 Kepala Seksi atau Kepala Sub. Bagian. Struktur tersebut dapat dilihat pada bagan di bawah ini :
8
STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN
PERATURAN BUPATI LUMAJANG NO. 74 TAHUN 2016 TANGGAL 10 NOVEMBER 2016
Gambar 2.3 Struktur Organisasi Dinas Kesehatan DINAS SEKRETARIAT SUB BAGIAN PENYUSUNAN PROGRAM SUB BAGIAN UMUM DAN KEPEGAWAIAN SUB BAGIAN KEUANGAN KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL BIDANG KESEHATAN MASYARAKAT BIDANG PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT BIDANG PELAYANAN KESEHATAN BIDANG SUMBER DAYA KESEHATAN SEKSI KESEHATAN KELUARGA DAN GIZI SEKSI SURVEILANS DAN IMUNISASI SEKSI PELAYANAN KESEHATAN PRIMER SEKSI KEFARMASIAN SEKSI PROMOSI DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT SEKSI KESEHATAN LINGKUNGAN KESEHATAN KERJA DAN OLAH
RAGA SEKSI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT MENULAR SEKSI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR DAN KESEHATAN JIWA SEKSI PELAYANAN KESEHATAN RUJUKAN SEKSI PELAYANAN KESEHATAN TRADISIONAL SEKSI ALAT KESEHATAN DAN PERBEKALAN KESEHATAN RUMAH TANGGA SEKSI SUMBER DAYA MANUSIA KESEHATAN UPT
9 a. TUGAS POKOK DAN FUNGSI
Untuk melaksanakan pembangunan bidang pemerintahan sektor kesehatan telah dibuat Peraturan Daerah Kabupaten Lumajang No. 74 Tahun 2016 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Lumajang. Kedudukan Dinas Kesehatan adalah sebagai unsur pelaksana Pemerintahan Kabupaten di Bidang Kesehatan, mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan Rumah Tangga Kabupaten dan tugas konsultatif serta koordinatif di Bidang Kesehatan.
Di samping itu untuk melaksanakan tugas pokok tersebut Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan;
2. penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum di bidang kesehatan;
3. pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang kesehatan;
4. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya.
b. RENCANA STRATEGIS (RENSTRA)
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Lumajang Tahun 2015-2019 telah ditetapkan dengan Peraturan Daerah Nomor : 1 Tahun 2014. Untuk mendukung tugas pokok dan fungsi agar bisa terarah dan terukur dalam pelaksanaannya serta sebagai penjabaran RPJMD, Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang telah menyusun Renstra tahun 2015 s/d 2019 yang dijabarkan sebagai berikut:
Dinas Kesehatan mendukung RPJMD Misi 1 yaitu “Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia yang Agamis, Cerdas, Kreatif, Inovatif dan Bermoral melalui Peningkatan Kualitas Layanan
10
Pendidikan, Kesehatan dan Pembinaan Keagamaan” dan Tujuan 2 : Meningkatnya aksesibilitas dan derajat kesehatan masyarakat dengan indikator tujuannya adalah Indeks Kesehatan.
1) Tujuan :
Untuk mencapai Visi dan Misi pada rencana strategis tahun 2015 s/d 2019, Dinas Kesehatan Kabupaten Lumajang telah menetapkan tujuan yaitu:
Meningkatnya derajad kesehatan masyarakat, dengan indikator tujuan Angka Harapan Hidup.
2) Sasaran :
Sasaran Dinas Kesehatan ada 2 (dua) yaitu :
a. Meningkatnya kualitas kesehatan masyarakat, dengan 3 (tiga) indikator sasaran yaitu:
Angka Kematian Ibu per 100.000 Kelahiran Hidup Angka Kematian Bayi per 1000 Kelahiran Hidup Prevalensi Balita Stunting
b. Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kesehatan dengan 4 (empat) indikator sasaran yaitu:
Tertanggulanginya Kejadian Luar Biasa kurang dari 24 jam
Persentase Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional
Persentase Fasilitas Kesehatan Terakreditasi
Persentase Pelayanan Administrasi , Manajemen Kesehatan Serta Sarana dan Prasarana.
11
BAB 3
SITUASI DERAJAD KESEHATAN
Kesehatan merupakan hak asasi manusia sekaligus investasi dalam menentukan keberhasilan pembangunan suatu negara. Oleh karena itu diperlukan suatu kemampuan dalam menyelenggarakan pembangunan dibidang kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan dengan tujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud suatu derajad kesehatan masyarakat yang baik dan berkualitas.
Dalam upaya meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat,dan menggambarkan situasi derajad kesehatan diperlukan beberapa indikator dalam pembangunan kesehatan yang tercermin dalam misi Dinas Kesehatan yang tertuang dalam renstra Dinas Kesehatan dengan tujuan antara lain indikator menurunkan angka mortalitas, menurunkan angka morbiditas serta meningkatkan status gizi masyarakat.
3.1. MORTALITAS
Mortalitas atau angka kematian menggambarkan proporsi kejadian kematian di masyarakat pada kelompok umur atau kelompok resiko tertentu. Angka kematian juga menggambarkan mutu pelayanan kesehatan di suatu wilayah. Angka kematian umumnya diperoleh melalui suatu survei, namun demikian angka kematian dalam profil ini diperoleh melalui pencatatan dan pelaporan rutin bulanan UPT Puskesmas dan Rumah Sakit di Lingkungan Pemerintahan Kabupaten Lumajang.
12 3.1.1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Angka Kematian Bayi (AKB) menggambarkan jumlah bayi (umur < 1 tahun) yang meninggal di suatu wilayah tertentu selama 1 tahun diantara jumlah kelahiran hidup di wilayah dan pada kurun waktu yang sama. Pada tahun 2017 tercatat 135 kematian bayi dari 15.163 kelahiran hidup diantaranya 97 bayi laki-laki dan 38 bayi perempuan yang dilaporkan meninggal (Lampiran tabel 5). Trend kematian bayi dari tahun ke tahun cenderung mengalami penurunan. Target indikator Renstra tahun 2017 terkait angka kematian bayi adalah 12 per 1.000 kelahiran hidup, sedangkan angka kematian bayi tahun ini yakni 8,90 kematian.
Gambar 3.1 Grafik Trend Kematian Bayi di Kabupaten Lumajang Tahun 2013 - 2017
Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2013-2017
Kecamatan Ranuyoso adalah wilayah dengan kematian bayi tertinggi yakni 17 kematian (Lampiran tabel 5). Penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR)
13
sebesar 32% dan Asfiksia sebesar 25%, dimana kecamatan Ranuyoso adalah wilayah dengan kasus BBLR terbanyak yakni 11,1% (Lampiran tabel 37). Adapun penyebab kematian bayi lainnya yakni kelainan saluran cerna, keganasan, diare, kelainan syaraf, dan infeksi.
Pada bayi dengan BBLR banyak sekali terjadi permasalahan pada sistem tubuh oleh karena kondisi tubuh yang tidak stabil. Prognosis akan lebih buruk bila berat badan semakin rendah. Kematian sering juga disebabkan karena komplikasi neonatal seperti
Asfiksia, Aspirasi, Pneumonia, Perdarahan Intra Cranial,
Hipoglikemia. Asfiksia adalah keadaan bayi yang tidak dapat bernapas spontan dan teratur segera setelah lahir, karena bayi tidak dapat memasukkan oksigen dan tidak dapat mengeluarkan karbondioksida dari tubuhnya dan menimbulkan akibat buruk dalam kehidupan lebih lanjut yaitu meninggalnya bayi.
Gambar 3.2 Proporsi Penyebab Kematian Bayi di Kabupaten Lumajang tahun 2017
14
Beberapa upaya yang telah dilakukan Dinas Kesehatan dan jaringannya dalam menurunkan kematian bayi dengan proporsi jumlah tenaga medis dan paramedis yang memadai baik secara luas wilayah, letak geografis maupun jumlah penduduk, tersedianya sarana pelayanan kesehatan yang memadai (Puskesmas PONED dan Puskesmas Plus yang mendatangkan dokter spesialis kandungan dalam rangka pengawalan pada bidan terkait kasus-kasus terutama yang dihadapi bidan di lapangan), mengaktifkan posyandu dan polindes serta melaksanakan program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) dari pemerintah dalam meningkatkan akses terhadap pelayanan pertolongan persalinan yang dilakukan oleh dokter atau bidan melalui jaminan pembiayaan untuk pelayanan persalinan.
3.1.2. Angka Kematian Balita (AKBAL)
Balita atau bawah lima tahun adalah semua anak termasuk bayi yang baru lahir, yang berusia 0 sampai menjelang tepat 5 tahun (4 tahun, 11 bulan, 29 hari). Pada umumnya ditulis dengan notasi 0-4 tahun. Angka Kematian Balita adalah jumlah kematian anak berusia 0-4 tahun selama satu tahun tertentu per 1000 anak umur yang sama pada pertengahan tahun itu (termasuk kematian bayi).
Angka kematian balita di Kabupaten Lumajang tahun 2017 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, sebesar 9,30 per 1.000 kelahiran hidup dengan 141 kasus kematian balita diantaranya 135 kematian bayi dan 6 kematian anak balita. Indikator kematian anak terkait langsung dengan target kelangsungan hidup anak dan merefleksikan kondisi sosial, ekonomi dan lingkungan tempat tinggal anak-anak termasuk pemeliharaan kesehatannya seperti gizi, penyakit infeksi, dan kecelakaan. Semakin kecil angka kematian balita maka hal tersebut menunjukkan
15
semakin baik kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. (Lampiran tabel 5)
Gambar 3.3 Grafik Jumlah Kematian Balita berdasakan Wilayah Kerja Puskesmas di Kabupaten Lumajang Tahun 2017
Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2017 3.1.3. Angka Kematian Ibu (AKI)
Kematian ibu menurut WHO adalah kematian selama kehamilan atau dalam periode 42 hari setelah berakhirnya kehamilan, akibat semua sebab yang terkait dengan atau diperberat oleh kehamilan atau penanganannya, tetapi bukan disebabkan oleh kecelakaan/cedera (Pusdatin Kemenkes, 2014). Angka Kematian Ibu (AKI) seperti halnya AKB dan AKBAL juga menggambarkan kualitas pelayanan kesehatan.
Trend kematian ibu sejak tahun 2013 sampai tahun 2017 cenderung fluktuatif (naik-turun), namun AKI tahun ini mengalami penurunan dari tahun sebelumnya, yakni tercatat 10 kasus atau sebesar 65,95 per 100.000 kelahiran hidup, angka ini jauh dari target Renstra tahun 2017 sebesar 135 per 100.000 kelahiran hidup
16
pada tahun 2017, dengan kata lain indikator AKI tahun 2017 tercapai. Kematian ibu bisa terjadi saat hamil, bersalin, dan nifas. Tahun ini kejadian kematian ibu terbanyak adalah saat nifas yakni sebanyak 5 kasus (50%) (Lampiran tabel 6).
Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2013-2017
Proporsi kematian ibu terbanyak berdasarkan kelompok umur yaitu 6 kasus (60%) pada usia ≥ 35 tahun. Faktor penyebab kematian ibu dapat dilihat pada diagram dibawah ini :
Gambar 3.4 Grafik Trend Angka Kematian Ibu di Kabupaten Lumajang Tahun 2013-2017
17
Sumber: Laporan KIA 2017
Penyebab kematian ibu paling banyak yakni karena preeklampsia (PE) dan perdarahan. Kecamatan Candipuro dan Klakah adalah wilayah dimana jumlah kasus kematian ibu tertinggi yakni 2 kematian (Lampiran tabel 6). Hal ini berbanding terbalik dengan cakupan K4 di dua wilayah tersebut dimana cakupan K4 keduanya tinggi yakni Candipuro 85,1% dan Klakah 94,6% (Lampiran tabel 29). Adapun penyebab lain yang juga diindikasi dengan meningkatnya kasus komplikasi diantaranya disebabkan deteksi awal kasus komplikasi yang terlambat, pengawalan kasus komplikasi yang belum maksimal serta ANC terpadu yang belum optimal sehingga memacu meningkatnya kasus komplikasi yang berdampak pada meningkatnya kasus kematian ibu.
Upaya yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan dan jaringannya untuk menekan AKI yakni terus melakukan upaya penyuluhan yang lebih intensif kepada masyarakat terutama ibu
Gambar 3.5 Diagram Persentase Penyebab Kematian Ibu di Kabupaten Lumajang Tahun 2017
18
hamil, peningkatan manajemen KIA, pemantauan ibu hamil dan ibu nifas resiko tinggi serta pemberdayaan masyarakat dalam upaya Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) menuju persalinan yang aman dan selamat, termasuk di dalamnya pengadaan Ambulans Desa yang berfungsi dalam merujuk ibu untuk cepat mendapatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan.
Upaya penurunan AKI, AKB dan AKABA dalam hal kesetaraan gender, dapat ditunjukkan dalam bentuk partisipasi suami terhadap kesehatan ibu, bayi dan anak. Pendampingan satu kader untuk satu ibu hamil, pengawalan kasus komplikasi oleh teknis medis dan masyarakat, audit maternal perinatal (AMP) medis dan non medis. Di samping itu perlu peningkatan kualitas pelayanan asuhan antenatal yang baik dan bermutu sehingga ibu hamil, melahirkan, dan nifas tidak sampai mengalami komplikasi obstetric yang berakibat kematian ibu serta perlunya pembuatan pemetaan ibu hamil yang mempunyai resiko tinggi.
3.2. MORBIDITAS
3.2.1. Penyakit Menular Langsung a. Tuberculosis
Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru. Penyakit ini bila tidak diobati atau pengobatannya tidak tuntas dapat menimbulkan komplikasi berbahaya hingga kematian (Infodatin Kemenkes, 2016). Penyakit TBC dapat menyerang pada siapa saja tanpa terkecuali pria, wanita, tua, muda, kaya dan miskin serta dimana saja yang penularannya melalui percikan dahak.
19
Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2013-2017
Salah satu indikator dalam mengukur keberhasilan pengobatan TB adalah dengan menggunakan indikator angka kesembuhan (Cure Rate) dan angka keberhasilan pengobatan (Success Rate). Angka keberhasilan pengobatan (Success Rate) merupakan persentase pasien baru BTA positif yang menyelesaikan pengobatan baik sembuh maupun yang menjalani pengobatan lengkap diantara pasien baru BTA positif yang tercatat, tahun ini mencapai 95,15%. Berdasarkan target program success rate 95%, capaian ini telah mencapai target, tingginya angka kesembuhan tidak lepas dari tingginya angka keberhasilan pengobatan. Pada tahun 2017 angka kesembuhan TB BTA positif mencapai 88,03% dari target program 85%.
Gambar 3.6 Grafik Trend Angka Keberhasilan Pengobatan (Success Rate) TB BTA + Tahun 2013-2017
20
b. Pneumoni
Pneumonia adalah infeksi jaringan paru-paru (alveoli) yang bersifat akut. Penyebabnya adalah bakteri, virus, jamur, pajanan kimia atau kerusakan fisik dari paru-paru maupun pengaruh tidak langsung dari penyakit lain. Bakteri yang biasa menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus dan Mycoplasma pneumonia, sedangkan virus yang menyebabkan pneumonia adalah adenovirus,
rhinovirus, influenza virus, respiratory syncytial virus (RSV) dan parainfluenza virus.
Cakupan pneumonia menunjukkan jumlah penderita yang ditemukan dan ditangani dibandingkan dengan 10% jumlah perkiraan penderita pada balita. Pada tahun 2016 mengalami pergeseran perkiraan sasaran program yang semula 10% dari jumlah balita menjadi 4,45% dari jumlah balita berdasarkan hasil riskesdas (riset kesehatan dasar) tahun 2013.
Cakupan penemuan dan penanganan pneumonia pada balita di Kabupaten Lumajang pada tahun 2017 mengalami penurunan dari tahun sebelumnya menjadi 61,03% dari total penderita yang ditemukan dan ditangani 1.960 penderita (Lampiran Tabel 10). Bila dibandingkan dengan target renstra Dinas Kesehatan tahun 2017 sebesar 32%, maka capaian Kabupaten tersebut jauh di atas target.
c. HIV/AIDS
Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah sejenis virus
yang menyerang/menginfeksi sel darah putih yang menyebabkan turunnya kekebalan tubuh manusia. Acquired Immuno Deficiency
21
karena turunnya kekebalan tubuh yang disebabkan oleh infeksi HIV (Pusdatin Kemenkes, 2014).
Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan 2014-2017
Pola penularan HIV berdasarkan kelompok umur dalam empat tahun terakhir tidak banyak berubah. Infeksi HIV paling banyak terjadi pada kelompok usia produktif 25-49 tahun. Pola penularan HIV berdasarkan jenis kelamin selama tiga tahun terakhir masih sama yakni didominasi oleh Laki-Laki (Lampiran tabel 11).
Gambar 3.7 Grafik Pola Persebaran HIV Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Lumajang Tahun 2014-2017
22
Sumber Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2014-2016
Sama halnya dengan AIDS selama kurun waktu empat tahun memiliki pola yang jelas dengan kasus terbanyak pada kelompok umur 25-49 tahun dengan penderita terbanyak pada jenis kelamin Laki-Laki.
HIV/AIDS merupakan penyakit yang perlu diwaspadai karena mempunyai fenomena gunung es dimana kasus yang terlaporkan hanya sebagian kecil dari kasus yang sebenarnya ada. Pada tahun 2017 kasus baru HIV/AIDS sebanyak 485 penderita yang terdiri dari penderita baru HIV sebanyak 444 kasus dan penderita baru yang sudah terindikasi AIDS sebanyak 41 orang (Lampiran Tabel 11). Penemuan kasus HIV mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya, sedangkan kasus AIDS mengalami penurunan, namun demikian jumlah penderita yang ditemukan pada tahun ini belum
Gambar 3.8 Grafik Pola Persebaran AIDS Berdasarkan Kelompok Umur di Kabupaten Lumajang Tahun 2014-2017
23
bisa menggambarkan semua penderita HIV-AIDS karena penderita HIV-AIDS tidak terlepas dari gambaran fenomena gunung es.
Upaya yang sudah dilakukan oleh dinas kesehatan adalah dengan Pengembangan layanan testing HIV yang semula hanya ada di rumah sakit kini dikembangkan sampai ke puskesmas dengan inisiasi testing sesuai standar di 9 puskesmas karena puskesmas tersebut memiliki sarana dan prasarana pendukung terstandar minimal untuk melaksanakan testing HIV. Seluruh puskesmas tetap melakukan testing HIV dengan kebijikan tetap melakukan rujukan sampel jika menemukan kasus reaktif pada hasil pemeriksaan RDT
(Rapid Diagnostic Test).
Upaya promotif dan preventif program HIV juga dilakukan khususnya pada puskesmas dengan wilayah kerja yang memiliki HOTSPOT, sasaran program lebih ditekankan pada skrining HIV dalam program antenatal care ibu hamil, pembentukan kelompok masyarakat peduli HIV/AIDS, pengorganisasian kembali Komisi Penanggulangan AIDS di Kabupaten dan Penggiatan sosialisasi program HIV tingkat desa dan edukasi pada pelajar (kelompok usia sekolah lanjutan tingkat menengah).
d. Diare
Penyakit diare saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat. Pola penularan penyakit yang sangat mudah yaitu melalui fecal-oral menyebabkan jumlah kasus diare selalui tinggi. Gambar 3.9 menggambarkan trend penemuan dan penanganan diare.
24
Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2013-2017
Jumlah kasus diare selama kurun waktu 5 tahun terakhir mengalami fluktuasi (naik turun). Pada tahun 2017 cakupan penemuan dan penanganan penyakit diare mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya yakni sebesar 58% dari jumlah perkiraan penderita 27.967 (10% jumlah penduduk). Capaian tersebut masih berada dibawah indikator renstra sebesar 97%.
Beberapa faktor yang diperlukan untuk menekan penyebaran dan peningkatan kasus diare diantaranya akses air bersih, akses jamban sehat, dan PHBS. Guna meningkatkan capaian program yang akan datang Dinas Kesehatan dan jaringannya akan berupaya terus meningkatkan sistem surveilans agar semua penderita diare mendapatkan penanganan sesuai standar.
Gambar 3.9 Trend Penemuan dan Penanganan Diare di Kabupaten Lumajang Tahun 2013-2017
25
e. Kusta
Kusta adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
Mycobacterium leprae yang menyerang berbagai bagian tubuh
diantaranya saraf dan kulit. Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak dan mata. Kusta menular melalui kontak langsung dengan penderita dan melalui pernapasan (Pusdatin Kemenkes, 2015). Kusta tidak hanya menimbulkan masalah kesehatan, melainkan juga masalah ekonomi dan sosial bagi penderitanya terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia.
j h
Penyakit kusta diklasifikasikan menjadi 2 yakni kusta tipe PB
(Pausi Baciller) atau tipe kering dan MB (Multi Baciller) atau tipe
basah. Tipe PB mempunyai gejala macula/ kelainan kulit antara 1-5 buah, kerusakan syaraf tepi 1 buah, pemeriksaan BTA negatif, tidak menular, dan membutuhkan pengobatan tepat waktu 6 dosis dalam waktu 6-9 bulan. Sedangkan tipe MB mempunyai gejala macula/ kelainan kulit >5 bercak, kerusakan syaraf tepi >1 gejala, pemeriksaan BTA positif, menular, dan membutuhkan pengobatan tepat waktu 12 dosis dalam waktu 12-18 bulan.
Setiap tahunnya penemuan kasus baru kusta cenderung mengalami penurunan selama lima tahun terakhir meskipun sempat mengalami kenaikan di tahun 2015. Tahun ini kasus baru kusta tidak jauh beda dengan tahun sebelumnya yakni 162 kasus atau 16 orang per 100.000 penduduk dengan penderita kusta tipe MB paling banyak dan proporsi terbanyak pada laki-laki.
26
Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2013-2017
Pada tahun 2017 persentase penderita kusta yang menyelesaikan pengobatan atau RFT (Release From Treatment) pada penderita kusta kering tipe PB (Pausi Baciller) sebesar 100%, sedangkan pada penderita kusta basah tipe MB (Multi Baciller) sebesar 89% (Lampiran tabel 17).
3.2.2. Penyakit Menular bersumber Binatang
a. Demam Berdarah
Penyakit demam berdarah dengue merupakan salah satu penyakit menular yang sampai saat ini masih menjadi masalah kesehatan. Bisa muncul sebagai kejadian luar biasa (KLB) karena penyebarannya yang cepat dan berpotensi menimbulkan kematian. Pada umumnya kasus ini mulai meningkat saat musim hujan, yang perlu menjadi perhatian karena musim hujan sudah tidak bisa
Gambar 3.10 Grafik Kasus Baru Kusta PB dan MB Berdasarkan Jenis Kelamin di Kabupaten Lumajang Tahun 2013-2017
27
diprediksi karena perubahan musim yang tidak menentu sehingga membutuhkan kewaspadaan dan kesadaran dari masyarakat dalam menggalakkan kegiatan PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) DBD.
Angka kesakitan DBD tahun ini mengalami penurunan yang signifikan dari tahun-tahun sebelumnya.
Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2013-2017
Berbagai upaya dalam rangka menurunkan angka kesakitan DBD Dinas Kesehatan dan jaringannya terus melakukan penyuluhan yang lebih intensif dalam rangka meningkatkan partisipasi masyarakat dengan Gerakan PSN DBD dan mengoptimalkan PSN Melalui Siskamling DBD.
Gambar 3.11 Trend Incidence Rate (IR) DBD di Kabupaten Lumajang Tahun 2013-2017
28 b. Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan parasit
“Plasmodium” yang menyerang sel darah merah, ditularkan melalui gigitan nyamuk anopheles. Kabupaten Lumajang termasuk salah satu kabupaten di Propinsi Jawa Timur yang memiliki daerah rawan malaria meskipun Kabupaten Lumajang sudah mendapat sertifikat bebas malaria. Pada tahun 2017 ditemukan 12 penderita malaria impor (Lamppiran tabel 22). Angka kesakitan malaria (API) masih sama dengan tahun lalu. Gambar 3.12 Menggambarkan trend angka kesakitan malaria tahun 2013-2017 per 1.000 penduduk berisiko.
Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2013-2017
Gambar 3.12 Trend Annual Parasite Incidence (API) Malaria di Kabupaten Lumajang Tahun 2013-2017
29
b. Filariasis
Penyakit filariasis adalah penyakit menular kronis yang disebabkan cacing filaria yang menyerang saluran dan kelenjar getah bening serta merusak sistem limfe. Penyakit ini menyebabkan pembengkakan tangan, kaki, granula mammae dan scrotum. Sepanjang tahun 2017 di Kabupaten Lumajang tidak ditemukan kasus baru Filariasis, tetapi masih ada 2 kasus lama (Lampiran Tabel 23).
3.2.3. Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi (PD3I)
PD3I adalah Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Penyakit yang dimaksud antara lain, Difteri, Tetanus, Pertusis (batuk rejam), Measles (campak), Polio dan Tuberculosis. Di Kabupaten Lumajang sepanjang tahun 2017 ditemukan kasus PD3I diantaranya difteri sebanyak 11 kasus dan Campak sebanyak 63 kasus (Lampiran tabel 19, 20).
a. Difteri, Pertusis, Tetanus, dan Tetanus Neonatorum
Difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri
Corynebacterium diphtheriae. Penyebarannya adalah melalui kontak
fisik (bahan eksudat dari lesi di kulit) dan pernafasan. Daya penularan penyakit ini sangat tinggi. Kasus difteri tahun 2017 terbanyak ditemukan di wilayah Puskesmas Gesang. Hal ini tidak sebanding dengan capaian imunisasi dasar lengkap di wilayah Puskesmas Gesang yang terbilang tinggi yakni 96,87% dan termasuk UCI (Lampiran tabel 43).
Hal ini dimungkinkan karena beberapa hal seperti kualitas
30
validasi sampai tingkat desa. Tahun 2017 tidak ditemukan adanya kasus pertusis dan tetanus.
b. AFP non polio
Polio adalah penyakit menular yang dapat dicegah dengan imunisasi. Penyakit ini disebabkan oleh virus yang menyerang saraf hingga penderita mengalami kelumpuhan. Penyakit ini pada umumnya menyerang anak usia 0-15 tahun yang ditandai dengan munculnya demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku di leher dan sakit di tungkai dan lengan. Indonesia sudah mendapatkan sertifikat bebas polio dari WHO pada tahun 2014.
Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2013 - 2017
AFP (Lumpuh Layu Akut) merupakan kondisi abnormal ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab
Gambar 3.13 Trend AFP Rate Non Polio di Kabupaten Lumajang Tahun 2013-2017
31
yang jelas kemudian berakibat pada kelumpuhan. Penemuan kasus AFP di Kabupaten Lumajang meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 11 kasus atau sebesar 4,79 per 100.000 penduduk usia <15 tahun yang tersebar di wilayah Pronojiwo, Candipuro, Bades, Gesang, Rogotrunan, Labruk Kidul, Kunir, dan Sukodono (Lampiran tabel 18). Berdasarkan Target Renstra tahun 2017 penemuan penderita AFP ditetapkan sebesar 6 per 100.000 penduduk, sedangkan capaian tahun ini melebihi target Renstra.
c. Hepatitis B
Tahun 2017 di Kabupaten Lumajang tidak ditemukan Kasus hepatitis B yang terekam dalam rekapitulasi laporan bulanan penyakit di Puskesmas (LB1) oleh Dinas Kesehatan (Lampiran Tabel 20).
d. Campak
Campak merupakan penyakit infeksi yang sangat menular (infeksius) yang disebabkan oleh virus, pada umumnya menyerang anak-anak serta merupakan penyakit endemis di banyak belahan dunia. Penularan penyakit campak adalah dari orang ke orang melalui droplet respiration atau terjadi karena menghirup percikan ludah penderita campak sewaktu bersin atau batuk.
Menurut WHO apabila ditemukan 1 (satu) kasus pada satu wilayah, maka kemungkinan ada 17-20 kasus di lapangan pada jumlah penduduk rentan yang tinggi. Kasus campak mengalami kenaikan yang signifikan dari tahun sebelumnya menjadi 63 kasus dengan kasus terbanyak pada wilayah Puskesmas Jatiroto (Lampiran tabel 20).
32
Hal ini tidak sebanding dengan capaian imunisasi dasar lengkap di wilayah Puskesmas Jatiroto yang terbilang sangat tinggi yakni 105,81% dimana juga tergolong sebagai desa UCI (Lampiran tabel 43).
e. Pelayanan Imunisasi
Pelayanan imunisasi merupakan bagian dari upaya pencegahan dan pemutusan mata rantai penularan pada penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I). Indikator yang digunakan untuk menilai keberhasilan program imunisasi adalah angka Universal Child Immunization (UCI). Cakupan desa/kelurahan UCI adalah Desa/Kelurahan dimana ≥ 90% dari jumlah bayi yang ada di desa tersebut sudah mendapat imunisasi dasar lengkap dalam waktu satu tahun. Kelurahan adalah wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten dan/atau daerah kota di bawah kecamatan. UCI (Universal Child Immunization) adalah tercapainya imunisasi dasar lengkap pada bayi (0-11 bulan).
Sumber: Lampiran Tabel Profil Kesehatan Tahun 2013 - 2017
Gambar 3.14 Trend Capaian Desa UCI di Kabupaten Lumajang Tahun 2013 - 2017
33
Gambar 3.15 menggambarkan trend capaian desa UCI tahun 2013 sampai 2017. Desa UCI tahun ini mengalami kenaikan menjadi 89,3%. Adapun upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan dalam rangka meningkatakan cakupan UCI adalah dengan mengoptimalkan penggerakan sasaran dengan melibatkan lintas program dan lintas sektor.
3.2.4 PENYAKIT TIDAK MENULAR
Penyakit Tidak Menular (PTM) atau yang juga disebut dengan penyakit degeneratif adalah istilah yang secara medis digunakan untuk menerangkan adanya suatu proses kemunduran fungsi sel saraf yaitu dari keadaan normal sebelumnya ke keadaan yang lebih buruk. Penyebab PTM sangat banyak (multifactor).
Indonesia pada saat ini menghadapi pergeseran pola penyakit dari penyakit menular menjadi penyakit tidak menular (PTM). Prevalensi beberapa PTM utama meningkat, seperti stroke yang merupakan penyebab tertinggi kematian (21,1%) (Data SRS 2014), penyakit jantung koroner, DM dan komplikasi, hipertensi, PPOK, dan Kanker. Bahkan disinyalir bahwa penyakit - penyakit tersebut sudah menyerang pada golongan muda dan anak – anak.
Dalam rangka pengendalian penyakit tidak menular, diperlukan upaya sederhana melalui kampanye CERDIK yaitu Cek Kesehatan Secara Berkala, Enyahkan Asap Rokok, Rajin aktivitas, Diit seimbang, Istirahat teratur, dan Kelola stres dengan baik.
a. Hipertensi
Salah satu gejala penyakit kardiovaskular adalah hipertensi (tekanan darah tinggi). Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 90
34
mmHg. Berdasarkan laporan bulanan PTM (Penyakit Tidak Menular) didapatkan capaian penderita hipertensi di Kabupaten Lumajang tahun 2017 sebanyak 46.189 penderita atau 13,21% dari 349.507 pasien yang dilakukan pemerikasaan hipertensi dan berkunjung ke puskesmas serta jaringannya. Data semua penderita tersebut telah mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar.
b. Obesitas
Obesitas merupakan keadaan yang menunjukkan
ketidakseimbangan antara tinggi dan berat badan akibat jaringan lemak dalam tubuh sehingga terjadi kelebihan berat badan yang melampaui ukuran ideal. Terjadinya obesitas lebih ditentukan oleh terlalu banyaknya makan, terlalu sedikitnya aktivitas atau latihan fisik, maupun keduanya.
Penderita obesitas di Kabupaten Lumajang tahun 2017 berdasarkan laporan bulanan PTM yakni sebanyak 16.845 atau sebesar 4,9% dari 341.100 orang yang diperiksa obesitasnya. Persentase penderita obesitas terbanyak adalah pada perempuan (5,5%). Tingginya angka obesitas pada perempuan disebabkan salah satunya oleh factor hormonal.
Pada wanita terutama yang telah mengalami menopause, fungsi hormone tiroid didalam tubuhnya akan menurun. Oleh karena itu kemampuan untuk menggunakan energi akan berkurang. Terlebih lagi pada usia ini juga terjadi penurunan metabolisme basal tubuh, sehingga mempunyai kecenderungan untuk meningkat berat badannya. Obesitas juga memicu munculnya penyakit degeneratif terutama penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu perlu adanya upaya preventif untuk menekan angka obesitas.
35
c. Kanker Serviks dan Payudara
Kanker merupakan penyakit dengan karakteristik adanya gangguan atau kegagalan mekanisme pengaturan multiplikasi pada organisme multiseluler sehingga terjadi perubahan perilaku sel yang tidak terkontrol. Perubahan tersebut disebabkan adanya perubahan atau transformasi genetik, terutama pada gen-gen yang mengatur pertumbuhan, yaitu protoonkogen dan gen penekan tumor. Sel-sel yang mengalami transformasi terus-menerus berproliferasi dan menekan pertumbuhan sel normal. Kanker merupakan salah satu penyakit dengan angka kematian yang tinggi.
Penyakit kanker banyak sekali jenisnya dan pada perempuan kasus yang paling banyak terjadi adalah kanker serviks dan payudara. Pada tahun 2017 jumlah perempuan yang terdapat benjolan pada payudara sebanyak 118 orang dan penderita kanker serviks (IVA positif) sebanyak 25 orang dari 4.408 perempuan usia 30-49 tahun yang diperiksa. Upaya yang telah dilakukan oleh Dinas Kesehatan dalam mengendalikan kanker serviks adalah dengan meningkatkan kualitas layanan, yaitu selain dengan mengikuti kegiatan pelatihan pemeriksaan IVA dan mengupayakan tersedianya criotherapi sebagai tahap awal tindakan medis pada hasil IVA positif.
3.2.5 DATA 10 PENYAKIT TERBANYAK TAHUN 2017
Data angka kesakitan penduduk berasal dari sarana pelayanan kesehatan (puskesmas) yang diperoleh melalui sistem pencatatan dan pelaporan. Gambaran 10 (sepuluh) penyakit terbanyak tahun 2017 disajikan pada Tabel berikut.
36
Tabel 3.1 Data 10 Penyakit Terbanyak Tahun 2017.
No Nama Penyakit Jumlah
1 ISPA 30.389
2 Corpus Alienum pada telinga 18.746
3 Nasofaringitis akut (common cold) 15.483
4 Rematik termasuk tulang belakang 11.307
5 Diare dan Gastroenteritis non spesifik 10.718
6 Hipertensi primer (esensial) 10.940
7 Penyakit lidah 9.292
8 Fraktur ganda 6.435
9 Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal 5.724
10 Anoreksia 5.437
Sumber : LB 1 Puskesmas
Sebanyak 7 dari 10 penyakit terbanyak adalah penyakit tidak menular, namun penderita terbanyak didominasi oleh penyakit menular. Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) menduduki peringkat pertama sebagai penyakit dengan jumlah penderita paling banyak di tahun 2017. Faktor geografis seperti pencemaran lingkungan dan perubahan iklim merupakan ancaman kesehatan terutama pada penyakit ISPA.
3.3 STATUS GIZI
3.3.1 Bayi Dengan Berat Badan Lahir Rendah
Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi dengan berat kurang dari 2500 gram yang ditimbang pada saa tlahir sampai dengan 24 jam pertama setelah lahir. Persentase BBLR di Kabupaten Lumajang sebesar 4,9% atau sebesar 741 kasus BBLR dari 15.093 jumlah bayi baru lahir yang ditimbang (Lampiran Tabel 37). Persentase BBLR terbesar berada di wilayah Puskesmas Ranuyoso (8,5%). BBLR merupakan penyumbang terbesar penyebab
37
kematian bayi dan Ranuyoso sebagai wilayah dengan kasus BBLR tertinggi.
3.3.2 Balita dengan Gizi Buruk
Status gizi balita dapat diukur berdasarkan indeks berat badan/umur, tinggi badan/umur dan berat badan/tinggi badan. Indikator BB/U memberikan indikasi masalah kesehatan secara umum tetapi indikator ini tidak selalu menunjukkan masalah gizi yang sifatnya kronis ataupun akut karena berat badan berkorelasi positif dengan umur dan tinggi badan. Sedangkan indikator TB/U memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya kronis sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang lama misalnya kemiskinan, perilaku hidup kurang sehat dan pola asuh/pemberian makanan yang kurang baik dari sejak anak dilahirkan. Indikator BB/TB memberikan indikasi masalah gizi yang sifatnya akut sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang pendek.
Jumlah balita gizi buruk berdasarkan indikator antropometri BB/U di Kabupaten Lumajang sepanjang tahun 2017 sebesar 0,6% sedangkan ambang yang telah ditetapkan dalam Renstra prevalensi gizi buruk sebesar 0,61%. Faktor yang menyebabkan masih ditemukannya balita gizi buruk diantaranya karena pola asuh yang salah, kemiskinan, BBLR dan penyakit. Adapun upaya yang dilakukan pemerintah dalam rangka menurunkan prosentase balita gizi buruk adalah dengan :
1. Pemberian PMT Ibu hamil KEK dan Anemi
2. Peningkatan pemberian ASI eksklusif pada bayi 0-6 bulan 3. Pemberian PMT balita gizi buruk
4. Penanganan gizi buruk terpadu
38
6. Penanganan balita 2T melalui GERBEKK2T (Gerakan Bersama Kawal dan Kurangi 2T)
7. Penguatan kelembagaan kewaspadaan pangan dan gizi : Surat Keputusan Bupati Nomor : 188.45/256/427.12/2013 Tentang Kelompok Kerja Kewaspadaan Pangan Dan Gizi Di Kabupaten Lumajang
8. Optimalisasi pelayanan 10 T dan ibu hamil
39
BAB 4
SITUASI UPAYA KESEHATAN
4.1. PELAYANAN KESEHATAN4.1.1. Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak a. Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K 4
Cakupan kunjungan ibu hamil K-4 adalah kunjungan ibu hamil yang mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar minimal empat kali dengan distribusi pemberian pelayanan minimal satu kali pada triwulan pertama, satu kali pada triwulan kedua dan dua kali pada triwulan ketiga umur kehamilan.
Jumlah kunjungan ibu hamil K4 tahun ini mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya yakni sebanyak 14.565 dari 15.915 ibu hamil atau sebesar 91,5%, meski demikian capian tersebut masih belum mencapai target Renstra 2017 (95%) indikator persentase ibu hamil mendapatkan pelayanan ibu hamil. Beberapa syarat untuk menentukan cakupan K4 adalah pelayanan kepada ibu hamil sesuai standar oleh petugas kesehatan dengan distribusi pelayanan minimal 1 (satu) kali pada trimester I, 1 (satu) kali pada trimester I, dan 2 (dua) kali pada trimester III. Upaya yang dilakukan Dinas Kesehatan antara lain dengan :
Intensifikasi pencarian ibu hamill baru dengan melibatkan kader
dan bidan
Sweeping ibu hamil yang hilang karena tidak datang di pelayanan
kesehatan pada tribulan berikutnya
Sweeping ibu hamil untuk mendapatkan pelayanan K1 murni
Pemantapan materi tentang antenatal care paripurna di kelas ibu
40
Pelibatan lintas sektor dan lintas program untuk mendukung
pencapaian K4
Mengusulkan insentif bagi kader dalam pencarian ibu hamil
Berikut adalah cakupan K4 sejak 2013 sampai dengan 2017 adalah :
Tabel 4.1 Tabel Cakupan Kunjungan Ibu Hamil K4 Tahun 2013-2017
KETERANGAN Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Jumlah Kunjungan
Ibu Hamil K4 15.127 bumil 14.733 bumil 14.505 bumil 14.241 bumil 14.565 bumil
Jumlah Sasaran
Ibu hamil 16.936 bumil 16.847 bumil 16.296 bumil 16.103 bumil 15.915 bumil
Persentase 89.32% 87.45% 89,0% 88,44% 91,5%
Sumber : Lampiran Tabel Profil Kesehatan 2013-2017
b. Persentase Pertolongan Persalinan oleh Nakes
Jumlah pertolongan persalinan oleh Nakes tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya yakni sebanyak 15.115 dari 15.191 persalinan atau sebesar 99,5%, cakupan ini sudah mencapai target Renstra 2017 (98%) indikator persentase ibu bersalin mendapatkan pelayanan persalinan. Upaya yang dilakukan dinas kesehatan dalam pencapaian target tersebut adalah dengan
mengoptimalkan pelayanan persalinan di Puskesmas dan
jaringannya serta kegiatan pemberdayaan masyarakat untuk memotivasi masyarakat terutama ibu hamil untuk melakukan persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan. Berikut adalah cakupan linakes sejak 2013 sampai dengan 2017.
41
Tabel 4.2 Tabel Cakupan Persalinan Ditolong Oleh Tenaga Kesehatan Tahun 2013-2017
KETERANGAN Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Jumlah
Linakes 16.001 bulin 15.319 bulin 15.352 bulin 15.188 bulin 15.115 bulin
Jumlah
Sasaran Bulin 16.166 bulin 16.082 bulin 15.556 bulin 15.371 bulin 15.191 bulin
Persentase 98.98% 95.30% 98.70% 98.81% 99,5%
Sumber : Lampiran Tabel Profil Kesehatan 2013-2017
c. Cakupan Ibu Nifas Mendapat Pelayanan
Cakupan pelayanan nifas adalah cakupan pelayanan kepada ibu nifas sebanyak 3 kali yaitu pada masa 6 jam- 3 hari, 8 - 14 hari dan 35 - 42 hari pasca persalinan sesuai standar. Pada tahun 2017 terdapat 14.401 ibu nifas yang mendapatkan pelayanan atau sebesar 94,8% dari jumlah sasaran program sebanyak 15.191. Adapun permasalahan yang dihadapi selama proses yakni masih rendahnya kesadaran ibu dan keluarga tentang pentingnya pemeriksaan kesehatan saat nifas sehingga ibu nifas tidak datang berkunjung ke fasilitas kesehatan sesuai jadwal kontrol. Selain itu masih belum optimalnya kunjungan rumah yang dilakukan oleh kader dan bidan atau nakes lainnya untuk memberikan pelayanan kunjungan neonatus maupun kunjungan nifas.
Berikut adalah cakupan pelayanan ibu nifas sejak 2013 sampai dengan 2017 adalah :
42
Tabel 4.3 Tabel Cakupan Pelayanan Ibu Nifas Tahun 2013-2017
KETERANGAN Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Jumlah
pelayanan ibu nifas 15.225 bufas 14.542 bufas 14.410 bufas 13.934 bufas 14.401 bufas
jumlah sasaran
ibu nifas 16.166 bufas 16.082 bufas 15.556 bufas 15.371 bufas 15.191 bufas
Persentase 94.18% 90.42% 92,6% 90,65% 94,8%
Sumber : Lampiran Tabel Profil Kesehatan 2013-2017 4.1.2. Pelayanan Kesehatan Bayi
a. Cakupan Kunjungan Neonatus
Kunjungan neonatus adalah bayi usia 0-28 hari yang kontak dengan tenaga kesehatan untuk memperoleh pelayanan kesehatan minimal 3 kali yaitu pada umur 6-48 jam, umur 3-7 hari dan umur 8-28 hari. Jumlah kunjungan neonatus (KN lengkap) tahun 2017 sebesar 14.417 dari 14.468 bayi yang ada atau sebesar 99,6% (Lampiran tabel 38). Berdasarkan target Renstra 2017 dimana target indikator persentase bayi baru lahir mendapat pelayanan kesehatan sebesar 100%, capaian KN tahun ini belum mencapai target. Adapun upaya yang telah dilakukan yakni peningkatan kinerja petugas dilapangan dalam memberikan pelayanan terhadap bayi baru lahir (neonatus).
b. Cakupan Kunjungan Bayi
Kunjungan Bayi adalah kunjungan bayi (umur 1-12 bulan) termasuk neonatus (umur 1-28 hari) untuk memperoleh pelayanan kesehatan sesuai dengan standar oleh dokter, bidan, perawat yang memiliki kompetensi klinis kesehatan, paling sedikit 4 kali (bayi), 3 kali (neonatus) di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
Jumlah kunjungan bayi di Kabupaten Lumajang tahun ini sebesar 14.148 dari 13.676 bayi yang ada atau sebesar 103,5%
43
(Lampiran tabel 40). Capaian tersebut sudah memenuhi target Renstra 2017 indikator persentase bayi baru lahir mendapat pelayanan kesehatan sebesar 100%. Berikut adalah Cakupan Kunjungan bayi sejak 2013 sampai dengan 2017 adalah :
Tabel 4.4 Tabel Cakupan Kunjungan Bayi Tahun 2013-2017
KETERANGAN Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Jumlah bayi yg
dikunjungi 14.894 bayi 13.809 bayi 13.866 bayi 13.400 bayi 14.148 bayi
jumlah sasaran
bayi 14.908 bayi 14.858 bayi 14.035 bayi 13.847 bayi 13.676 bayi
Persentase 99,91% 92,94% 98,8% 96,8% 103,5%
Sumber : Lampiran Tabel Profil Kesehatan 2013-2017
4.1.3. Pelayanan KB
Peserta Keluarga Berencana terbagi menjadi peserta KB baru dan peserta KB aktif. Cakupan Peserta KB baru di Kabupaten Lumajang pada tahun 2017 sebanyak 20.978 dari jumlah pasangan usia subur (PUS) 176.260 atau sebesar 11,9%. Sedangkan cakupan peserta KB aktif sebanyak 144.009 peserta KB aktif dari jumlah PUS yang ada atau sebesar 81,7% (Lampiran tabel 36).
Berdasarkan jenis kelamin, metode kontrasepsi pada peserta KB aktif yang digunakan oleh peserta KB laki-laki adalah MOP (Metode Operasi Pria) sebanyak 0,3% dan kondom sebanyak 2,4% dari total peserta KB aktif (Lampiran tabel 34). Sedangkan metode kontrasepsi yang digunakan perempuan adalah suntik, pil, IUD, mplant dan MOW. Berdasarkan data yang ada meskipun jumlah peserta KB aktif laki-laki sedikit tetapi data tersebut sudah menunjukkan peran serta laki-laki dalam upaya penanggulangan masalah kesehatan reproduksi.
44
Di bawah ini persentase peserta KB aktif berdasarkan jenis alat kontrasepsi.
Gambar 4.1 Diagram Persentase Metode Kontrasepsi di Kabupaten Lumajang Tahun 2017
Sumber : Lampiran Tabel Profil Kesehatan 2017
Berikut adalah cakupan peserta KB aktif sejak 2013 sampai dengan 2017 adalah :
Tabel 4.5 Tabel Jumlah Peserta KB Aktif Tahun 2013-2017
KETERANGAN Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Jumlah peserta KB
aktif 174.507 peserta 161.053 peserta 162.335 peserta 149.215 peserta 144.009 peserta
jumlah Pasangan
Usia Subur 234.576 PUS 214.290 PUS 214.308 PUS 175.729 PUS 176.260 PUS
Persentase 74.39% 75.16% 72,75% 84,91% 81,7%
Sumber : Lampiran Tabel Profil Kesehatan 2013-2017
Berbagai upaya terus dilakukan dalam peningkatan program keluarga berencana dan kesehatan reproduksi dengan melakukan sub kegiatan (program peningkatan keselamatan kesehatan ibu dan
45
bayi) dalam mendukung pencapaian program KB-Kespro diantaranya peningkatan kapasitas petugas dalam kelas unmetneed, monitoring dan evaluasi program, peningkatan kapasitas petugas dalam konseling KB, validasi data program KB-Kespro, serta orientasi managemen data KB-Kespro dengan focus kegiatan pendataan PUS dan kohort berbasis file yang akan diterapkan di Puskesmas.
4.1.4. Pelayanan Kesehatan Anak Balita, Sekolah dan Remaja a. Anak Balita
Pelayanan kesehatan anak balita adalah pelayanan kesehatan pada anak umur 12–59 bulan sesuai standar meliputi pemantauan pertumbuhan minimal 8x setahun. Pelayanan kesehatan bagi anak balita pada tahun ini meningkat dari tahun sebelumnya yakni sebesar 88,1%, namun demikian masih ditemukan beberapa kendala dalam pencapaiannya diantaranya karena salah satu point utama untuk mencapai pelayanan anak balita paripurna diperlukan petugas yang sudah terlatih MTBS (Manajemen Terpadu Balita Sehat) dan SDIDTK (Stimulasi Intervensi Dini Tumbuh Kembang) sedangkan petugas pemberi pelayanan anak balita di Dinas Kesehatan sebagian besar belum terlatih MTBS dan SDIDTK.
Selain itu banyaknya anak balita yang sudah masuk sekolah PAUD dan Tempat Penitipan Anak (TPA) sehingga akses ke posyandu terkendala pada waktu pelayanan yang sama dengan jam sekolah. Selain itu masih adanya masyarakat yang belum menyadari pentingnya posyandu hingga usia balita, sehingga mereka hanya mengunjungi posyandu apabila anaknya sakit, seharusnya kunjungan ke posyandu untuk mengetahui perkembangan tumbuh kembang anak balita tersebut.
46
Dalam rangka mencapai target yang telah ditetapkan dalam renstra dan dalam peningkatan kualitas pelayanan terutama anak balita dengan upaya :
Melakukan kala karya MTBS dan SDIDTK
MOU dengan Himpaudi, IGTKI, dan IGRA dalam pelaksanaan
SDIDTK
Tenaga kesehatan dan kader melaksanakan kegiatan posyandu
dengan mendatangi tempat sekolah PAUD dan TPA
Pendampingan oleh kader posyandu untuk anak balita yang drop
out atau tidak datang pada posyandu
Pelatihan Capacity building bagi kader posyandu dalam
meningkatkan skill membangun karakter dan bina suasana di posyandu
Gambar 4.2 Grafik Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Menurut Puskesmas di Kabupaten Lumajang Tahun 2017
47
Berikut adalah Cakupan pelayanan balita sejak 2013 sampai dengan 2017 adalah :
Tabel 4.6 Tabel Cakupan Pelayanan Kesehatan Anak Balita Tahun 2013-2017
KETERANGAN Tahun 2013 Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016 Tahun 2017
Jumlah anak
balita yg dilayani 52.489 balita 52.100 balita 51.506 balita 50.660 balita 51.520 balita
jumlah
seluruh anak balita
63.353
balita 61.599 balita 60.158 balita 59.314 balita 58.489 balita
Persentase 82.85% 84.58% 85,6% 85,41% 88,1%
Sumber : Lampiran Tabel Profil Kesehatan 2013-2017 b. Sekolah dan Remaja
Cakupan penjaringan kesehatan siswa SD/MI kelas 1 di Kabupaten Lumajang pada tahun 2017 sebanyak 16.183 dari 17.456 siswa SD/MI kelas 1 yang terdaftar (92,7%). Apabila dibandingkan dengan target SPM Propinsi Jawa Timur yang sebesar 100%, cakupan pemeriksaan kesehatan siswa SD/MI pada tahun 2017 di Kabupaten Lumajang ini masih belum memenuhi target yang ditetapkan (Lampiran Tabel 49) dikarenakan masih dalam penyesuaian dengan target baru SPM.
4.1.5 Pelayanan Kesehatan Usila
Jumlah usila di Kabupaten Lumajang sepanjang tahun 2017 yang mendapat pelayanan kesehatan 76.115 dari 137.403 sasaran jumlah penduduk usila atau sebesar 55,40% (Lampiran tabel 52). Pelayanan yang di dapatkan usila perempuan lebih banyak daripada usila laki-laki. Hal ini jika dianalisis menunjukkan bahwa usila perempuan lebih aktif untuk memeriksakan kesehatannya daripada usila laki-laki. Selain itu dapat disebabkan juga karena usila
48
perempuan lebih cenderung banyak bersosialisasi dengan teman seusianya sehingga banyak informasi yang didaptkan dibandangkan dengan usila laki-laki.
Upaya yang bisa dilakukan Dinas Kesehatan dan jaringannya dalam meningkatkan kualitas hidup lansia antara lain dengan melakukan kegiatan Posyandu lansia dan mensosialisasikan kegiatan Pos Pelayanan Terpadu (posbindu) yang pelayanan kesehatannya lebih kearah pelayanan penyakit tidak menular termasuk didalamnya senam lansia yang mempunyai pengaruh terhadap penurunan tingkat kecemasan dan efektif untuk menurunkan hipertensi pada lansia. Selain itu salah satu solusi yang dilakukan tenaga kesehatan dengan cara melakukan promosi kesehatan terutama dalam mengorganisasi dan memberikan asuhan keperawatan bagi lansia.
4.2. PERBAIKAN GIZI MASYARAKAT
4.2.1. Pemberian Tablet Besi (Fe) pada ibu hamil
Wanita hamil merupakan salah satu kelompok yang rentan terhadap masalah gizi terutama anemia gizi. Penanggulangan masalah anemia gizi besi ini dapat dilakukan melalui pemberian tablet Fe (zat besi) minimal 90 tablet selama hamil yang biasanya diberikan pada saat pelayanan antenatal.
Jumlah ibu hamil yang mendapat Fe3 di Kabupaten Lumajang meningkat dari tahun sebelumnya menjadi 14.575 dari 15.915 Bumil yang ada atau sebesar 91,58%.