1 TATA TERTIB PRAKTIKUM
1. Selama praktikum wajib mengenakan Jas Praktikum.
2. Praktikan harus hadir 15 menit sebelum praktikum dimulai.
3. Praktikan wajib mengikuti pretes yang diadakan pada setiap awal praktikum.
4. Tiap kelompok praktikum diwajibkan membuat laporan sementara yang meliputi acara-acara yang tercantum sesuai jadwal (rangkap dua) dan sudah dipersiapkan sebelum praktikum.
5. Praktikan harus menjaga kebersihan laboratorium dan bekerja secara tertib, tenang dan teratur.
6. Praktikan Wajib memahami karakter senyawa pada bahan yang digunakan selama praktikum.
7. Cairan, padatan maupun sisa larutan harus dibuang/dikumpulkan ke dalam wadah limbah yang sudah disediakan, sesuai dengan labelnya
8. Pengambilan reagen/ bahan kimia sesuai dengan keperluan. Sisa reagen yang telah diambil tidak boleh dikembalikan ke wadah semula. Praktikan harus mengembalikan botol reagen dalam kondisi tertutup rapat ketempat semula.
9. Praktikan Wajib membawa lap pembersih dan tissue.
10. Meja kerja dan alat kerja kelompok harus selalu bersih. Tidak diperkenankan meninggalkan peralatan dalam keadaan kotor di meja kerja. Pada akhir kerja, praktikan harus membersihkan meja kerja dengan lap basah yang bersih.
11. Peserta praktikum harus mengembalikan alat-alat yang telah dipakai dalam keadaan bersih serta mengembalikan ketempat semula.
12. Jika ada peralatan rusak atau pecah, harus segera dilaporkan.
13. Pengelola Praktikum tidak mengadakan praktikum susulan.
Surakarta, Februari 2021 Tim Pembina Praktikum
2 ACARA V
REAKSI SENYAWA HIDROKARBON A. Tujuan
1. Identifikasi senyawa hidrokarbon jenuh dan tidak jenuh dengan uji bayer 2. Mengamati dengan seksama perubahan reaksi yang terjadi
3. Menuliskan reaksi yang terjadi B. Pendahuluan
Senyawa hidrokarbon adalah senyawa karbon yang hanya tersusun dari atom hidrogen dan atom karbon. Senyawa hidrokarbon merupakan senyawa karbon yang paling sederhana. Berdasarkan susunan atom karbon dalam molekulnya, senyawa karbon terbagi dalam 2 golongan besar, yaitu senyawa alifatik dan senyawa siklik. Senyawa hidrokarbon alifatik adalah senyawa karbon yang rantai C nya terbuka dan rantai C itu memungkinkan bercabang. Berdasarkan ada tidaknya ikatan rangkap, senyawa hidrokarbon alifatik terbagi menjadi senyawa alifatik jenuh dan tidak jenuh.
Senyawa alifatik jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya hanya berisi ikatan-ikatan tunggal saja. Golongan ini dinamakan alkana. Senyawa alifatik tak jenuh adalah senyawa alifatik yang rantai C nya terdapat ikatan rangkap dua atau rangkap tiga.
Jika memiliki rangkap dua dinamakan alkena dan memiliki rangkap tiga dinamakan alkuna. Contoh senyawa hidrokarbon alifatik tak jenuh:
Senyawa hidrokarbon siklik adalah senyawa karbon yang rantai C nya melingkar dan lingkaran itu mungkin juga mengikat rantai samping. Golongan ini terbagi lagi menjadi senyawa alisiklik dan aromatik.
Pengujian identifikasi senyawa hidrokarbon dapat dilakukan dengan cara mereaksikan dengan reagensia dan menunjukkan hasil perubahan warna dan endapan. Uji bayer merupakan salah satu cara yang dapat digunakan untuk identifikasi hidrokarbon jenuh dan tak jenuh. Prinsipnya adalah oksidasi senyawa hidrokarbon tak jenuh oleh KMnO4 yang mengakibatkan warna ungu dari KMnO4 memudar dan terbentuk endapan endapan MnO yang berwarna coklat
C. Cara Kerja Uji bayer
a. Siapkan 2 tabung reaksi, tabung 1 diisi 5ml benzene, tabung 2 diisi 5 ml heksana.
3 b. Tambahkan larutan KMnO4 1 % tetes demi tetes ke dalam tabung 1 sampai terjadi
perubahan warna.
c. Tabung 2 ditambah larutan KMnO4 1% sebanyak tabung 1 d. Tunggu reaksi sampai 2 menit.
e. Amati perubahan warna dan terbentuknya endapan.
4 LAPORAN PRAKTIKUM ACARA V
A. Judul B. Tujuan
C. Tinjauan Pustaka
D. Bahan dan Metode Bahan:
Alat:
5 Cara Kerja:
E. Hasil dan Pembahasan Hasil
Perlakuan Pengamatan
n-hexana Benzena
Sebelum ditambahkan reagen KMnO4 1 % Setelah ditambahkan reagen KMnO4 1 %
Pembahasan
6 F. Kesimpulan
G. Daftar Pustaka
7 ACARA VI
IDENTIFIKASI GUGUS FUNGSI
ALDEHID, KETON, ALKOHOL, ASAM KARBOKSILAT, DAN TURUNANNYA A. Tujuan Percobaan
1. Identifikasi gugus fungsi berdasarkan rekasi yang khas untuk alkohol, aldehid dan keton
2. Identifikasi gugus fungsi berdasarkan rekasi yang khas untuk asam karboksilat dan turunannya
3. Mengamati dengan seksama perubahan reaksi yang terjadi 4. Menuliskan reaksi yang terjadi pada setiap pengamatan B. Pendahuluan
Gugus Fungsi adalah kedudukan kereaktifan kimia dalam molekul satu kelompok senyawa dengan gugus fungsi tertentu menunjukan gejala reaksi yang sama. Sesuai kesamaan gejala reaksi tersebut, maka dapat dikelompokan sesuai dengan jenis kesamaan gejala reaksi.
Struktur dan reaksi yang menyangkut gugus fungsi paling penting dalam kimia organik, yaitu gugus karbonil (C=O). Gugus ini dimiliki oleh golongan senyawa aldehid, keton, asam karboksilat, ester dan turunan lainnya. Senyawa ini penting dalam banyak proses biologi.
Keton mempunyai dua gugus fungsi (Aril) yang terlihat pada karbon karbonil, sedangkan aldehida mempunyai sekurangnya satu atom hidrogen yang terikat pada karbon karbonilnya. Ester adalah suatu senyawa organik yang terbentuk melalui penggantian satu (atau lebih) atom hidrogen pada gugus karboksil dengan suatu gugus organik (biasa dilambangkan dengan R'). Asam karboksilat adalah suatu asam yang molekulnya memiliki gugus -OH yang hidrogennya (H) dapat menjadi ion H+. Banyak ester memiliki bau seperti bau buah-buahan, sehingga banyak senyawanya dijadikan perasa dan aroma buatan.
Beberapa prinsip uji untuk identitas senyawa yang termasuk alkohol, aldehid, keton, asam karboksilat dan ester, antara lain:
a. Reaksi triiodometana (iodoform)
Reaksi triiodometana (iodoform) bisa digunakan untuk mengidentifikasi keberadaan sebuah gugus CH3CH(OH) dalam alkohol. Larutan iodin dimasukkan ke dalam sedikit alkohol, diikuti dengan larutan natrium hidroksida secukupnya untuk
8 menghilangkan warna iodin. Jika tidak ada yang terjadi pada kondisi dingin, maka campuran mungkin perlu dipanaskan dengan sangat perlahan.
Hasil positif dari reaksi adalah timbulnya endapan triiodometana (sebelumnya disebut iodoform) yang berwarna kuning pucat pasi – CHI3.
b. Reaksi dengan Larutan Fehling dan Reagen benedict
Aldehida akan mereduksi ion Cu dalam reagen fehling hingga terbentuk endapan merah bata. Reaksi antara reagen benedict dengan aldehida alifatik akan membentuk endapan Cu2O yang berwarna merah bata. Aldehida aromatic dan keton tidak bereaksi dengan pereaksi benedict.
c. Reaksi keton dengan resorsinol membentuk senyawa berwarna merah (uji seliwanoff) d. Asam Karboksilat dan turunannya
Reaksi asam lemah (asam karboksilat) dengan basa kuat akan membentuk garam. Hal ini akan terlihat terbentuknya endapan setelah reaksi terjadi.
R-COOH + NaOH R-COONa + H2O
C. Cara Kerja Alkohol
Reaksi triiodometana (iodoform)
a. 1 mL asetaldehid, aseton, dan etanol, masing-masing dimasukkan ke dalam tabung reaksi I, II, dan III.
b. 5 tetes larutan larutan Iodin ditambahkan kedalam tabung I, II, dan III.
c. Tambahkan natrium hidroksida sampai warna iodin hilang.
d. Panaskan ketiga tabung reaksi dengan memasukan ke dalam air panas.
e. Amati perubahan warnanya dan terbentuknya endapan.
Aldehid dan Keton
Reaksi dengan Larutan Fehling dan Reagen benedict dan Reagen Seliwanoff
1. Siapkan 9 tabung reaksi, diberi label tabung 1-9. Tabung 1-3 diisi @ 2 ml larutan fehling, tabung 3-6 diisi @ 2 ml regen benedict, tabung 7-9 diisi 2 ml larutan seliwwanoff
2. Tabung 1, 4, 7 ditambahkan 5 tetes asetaldehid, tabung 2, 5, 8 ditambahkan 5 tetes etanol, tabung 3, 6, 9 ditambahkan 5 tetes aseton.
3. Panaskan semua tabung dalam penangas air mendidih selama 5 menit (tabung 1-6), selama 60 detik (tabung 7-9), amati perubahan yang terjadi.
9 Asam Karboksilat dan turunannya
1. Siapkan 2 tabung reaksi. Tabung 1 diisi 5 ml asam asetat, tabung 2 diisi 5 ml etil asetat.
2. 5 mL NaOH 1M ditambahkan ke dalam tabung reaksi I dan II 3. Amati perubahan yang terjadi.
4. Amati bau dan terbentuknya endapan.
10 LAPORAN ACARA VI
A. Judul B. Tujuan
C. Tinjauan Pustaka
D. Bahan dan Metode Bahan
Alat
11 Cara Kerja
E. Hasil dan Pembahasan Hasil
Alkohol
Reaksi triiodometana (iodoform)
Tabung Keadaan mula-mula Perubahan yang terjadi Reaksi yang terjadi I Asetaldehid+ 5 tetes Iod
+ NaOH
II Aseton+ 5 tetes Iod + NaOH
III Etanol + 5 tetes Iod + NaOH
12 Aldehid dan Keton
Tabung Keadaan mula- mula
Perubahan yang terjadi Reaksi yang terjadi I 2 mL fehling (biru)
+ 5 tetes asetaldehid II 2 mL fehling (biru)
+ 5 tetes aseton III 2 mL fehling (biru)
+ 5 tetes etanol IV 2 mL reagen
benedict + 5 tetes asetaldehid V 2 mL reagen
benedict + 5 tetes aseton
VI 2 mL reagen benedict + 5 tetes etanol
VII 2 ml reagen seliwanoff + asetaldehid VIII 2 ml reagen
seliwanoff + aseton IX 2 ml reagen
seliwanoff + etanol
Asam Karboksilat Tabung
ke-
Keadaan mula- mula
Perubahan yang terjadi Reaksi yang terjadi I 5 mL asam asetat +
NaOH 1 M 5 mL II 5 mL etil asetat +
NaOH 1 M 5 mL
Pembahasan
13 F. Kesimpulan
G. Daftar Pustaka
14 ACARA VII
ESTERIFIKASI A. Tujuan
1. Mendapatkan etil asetat dengan cara esterifikasi asam asetat dan etanol dengan katalis asam sulfat dilanjutkan desilasi
2. Mendapatkan metil asetat dengan cara esterifikasi asam asetat dan metanol dengan katalis asam sulfat dilanjutkan desilasi
3. Identifikasi reaksi esterifikasi B. Dasar Teori
Suatu ester asam karboksilat adalah suatu senyawa yang mengandung gugus –CO2R dengan R dapat berbentuk alkil. Suatu ester dapat dibentuk langsung antara suatu asam karboksilat dan suatu alkohol, rekasi inilah disebut dengan reaksi esterifikasi.
Esterifikasi yang berkatalis asam merupakan reaksi yang reversible. Reaksi secara umum dapat ditulis :
Laju esterifikasi suatu asam karboksilat bergantung pada halangan sterik dalam alkohol dan asam karboksilatnya. Senyawa ester hasil reaksi esetrifiaksi umumnya memiliki aroma harum.
C. Cara kerja 1. Etil asetat
a. Menyiapkan peralatan esterifikasi
b. Memasukan 25 ml asam asetat dan 75 ml etanol dalam labu leher tiga c. Mengaduk dengan stirrer selama 2 menit
d. Menambahkan asam sulfat pekat sebanyak 1 ml dan dipanaskan sampai suhu 71°C selama 2 jam kemudian didinginkan
e. Destilasi larutan tersebut pada suhu 71°C
f. Menampung destilat dan menimbangnya serta menghitung dari destilat tersebut 2. Metil Asetat
a. Menyiapkan peralatan esterifikasi
b. Memasukan 25 ml asam asetat dan 75 ml metanol dalam labu leher tiga c. Mengaduk dengan stirrer selama 2 menit
H+, kalor
15 d. Menambahkan asam sulfat pekat sebanyak 1 ml dan dipanaskan sampai suhu
55°C selama 2 jam kemudian didinginkan e. Destilasi larutan tersebut pada suhu 65°C
f. Menampung destilat dan menimbangnya serta menghitung dari destilat tersebut 3. Identifikasi reaksi esterifikasi
a. Siapkan 3 tabung reaksi. Tabung 1 diisi 5 ml asam asetat, tabung 2 diisi 5 ml destilat metil asetat, tabung 2 diisi 5 ml destilat etil asetat.
b. 5 mL NaOH 1M ditambahkan ke dalam tabung reaksi I dan II, III c. Amati perubahan yang terjadi.
d. Amati bau dan terbentuknya endapan.
16 LAPORAN PRAKTIKUM ACARA VII
A. Judul B. Tujuan
C. Tinjauan Pustaka
D. Bahan dan Metode Bahan:
Alat:
Cara Kerja:
17 E. Hasil dan Pembahasan
Hasil
a. Etil Asetat
b. Metil Asetat
c. Identifikasi senyawa ester Tabung
ke-
Keadaan mula- mula
Perubahan yang terjadi Reaksi yang terjadi I 5 mL asam asetat +
NaOH 1 M 5 mL II 5 mL etil asetat +
NaOH 1 M 5 mL II 5 mL metil asetat +
NaOH 1 M 5 mL
Pembahasan
18 F. Kesimpulan
G. Daftar Pustaka
19 ACARA VIII
LIPIDA DAN PROTEIN A. Tujuan Percobaan
Mengetahui pengujian bilangan iod dan biuret beberapa sampel minyak dan mengetahui reaksi kimia yang terjadi selama pengujian.
B. Dasar Teori
Lipida adalah golongan senyawa organik yang sangat heterogen yang menyusun jaringan tumbuhan dan hewan. Lipida merupakan golongan senyawa organik kedua yang menjadi sumber makanan. Lipida mempunyai sifat umum sebagai berikut: Tidak larut dalam air, larut dalam pelarut organik seperti benzena, eter, aseton, kloroform, dan karbontetraklorida. Mengandung unsur-unsur karbon, hidrogen, dan oksigen, kadang- kadang juga mengandung nitrogen dan fosfor. Bila dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak.
Bilangan iod merupakan ukuran derajat ketidakjenuhan. Lemak yang tidak jenuh dengan mudah dapat bersatu dengan yodium (dua atom yodium ditambahkan pada setiap ikatan rangkap dalam lemak). Semakin banyak yodium yang digunakan semakin tinggi derajat ketidakjenuhan.
Protein merupakan komponen utama semua sel mahluk hidup. Protein berfungsi sebagai pembentuk struktur sel yang menghasilkan hormon, enzim, dan lain-lain. Ditinjau dari segi kimia, protein merupakan suatu senyawa polimer dari asam amino.
Uji Biuret adalah salah satu cara pengujian yang memberikan hasil positif pada senyawa-senyawa yang memiliki ikatan peptida. Pengujiannya dapat dilakukan dengan cara berikut. Larutan yang mengandung protein ditetesi larutan NaOH, kemudian diberi beberapa tetes larutan CuSO4 encer. Terbentuknya warna ungu, menunjukkan hasil positif adanya protein.
C. Cara Kerja
1. Uji Kelarutan Lipida
a. Sediakan 3 buah tabung reaksi, masing-masing diisi dengan 2 ml
Aquadest
Ethanol
Kloroform
20 b. Diteteskan lemak/minyak (sampel : minyak kelapa sawit, margarin, dan gliserol) ke dalam masing-masing tabung tersebut, catat pada pelarut mana yang paling sempurna
c. Diteteskan setetes larutan pada kertas saring, perhatikan ada tidaknya noda setelah menguap, kehadiran lemak ditandai dengan adanya noda
2. Uji Ketidakjenuhan lipida
a. Sediakan 3 buah tabung reaksi, isi masing-masing 1 ml dengan :
Minyak Kelapa Sawit
Margarin
Gliserol
b. Ditambahkan 1 ml kloroform
c. Ditambahkan 2/3 tetes larutan Yod.Hubl d. Diperhatikan perubahan warna yang terjadi
2. Uji Biuret
Tambahkan 1 ml NaOH 2,5 N kedalam 3 ml larutan sampel (putih telur, sirup) dan aduk. Tambahkan 2 tetes CuSO4 0,01 M dengan menggunakan pipet tetes. Lalu tabung reaksi digoyang-goyang. Amati perubahan warna.
21 LAPORAN PRAKTIKUM ACARA VIII
A. Judul B. Tujuan
C. Tinjauan Pustaka
D. Bahan dan Metode Bahan:
Alat:
22 Cara Kerja
D. Hasil dan Pembahasan Hasil
1.Uji Kelarutan
No. Sampel Air Etanol Kloroform Penjelasan
1. Minyak kelapa sawit
2. Gliserol
3. Margarin
23 2.Uji Ketidakjenuhan
3.Uji Biuret
Pembahasan
No. Sampel Keterangan (Warna)
1. Minyak kelapa sawit 2. Gliserol
3 Margarin
Bahan Prosedur Hasil Pengamatan
a. Putih telur
b. Sirup
24 F. Kesimpulan
Daftar Pustaka