:qg
SOCA o
9(3) :378-384 ISSN: l4t1-7i77KAJIAN KONSEP
TRI
HITA KARANA
PADA LEMBAGA SUBAK SEBAGAI
SIIMBERDAYA
BTIDAYA
DI
BALI
(stuai
SubakJuwuk Manis dan subak
Temesi
di
Kabupaten Gianyar)
I
NYOMAN GEDE USTRIYANA DAN NI WAYAN PUTU ARTINIPS. Agribisnis, Fakultas pertanian, tJniuersitas {Jdagana, Bali
Email : komingbudi@y ahoo. com dan artini_so sek@y ahoo. com
ABSTRACT
Baii has
m{rI
traditional institutions whichplal
important role in regional development. Subalq one of such institutionq.is heritage of cultural sources corrrirrc"d asin important Balirieserutto.
"itl,
r.i mi,
rL*;
aiHKi
as a way of live and
Hi{u
]:li$g"
of society. The existence of Subak is veryimporti"t
since most of the ruralgopyunity
T
B"li
incl rded in the system andearntom
agricultural sectoi. tn ^tfre recent years, the systemof
Subak seemed to be neglected.Tli
Hita Karana and-Sub1! philosophy"r"
.rot "ppli"J*y*or"
when iirdustrial culturelists,lnany
people come to Bali and.agricultural land converted to touriim indultry.The aim of this study is to evaluate the impleirentation and sustainabfity of Thi
Hii"
r"r*"
concept values atSubab using Participatory Ruyl Appraisal (PRA) method and inverse matrix to analysis the data input.
r*"
,"U"f.areas were selected purgosrvSf in Gianyar Regency representing.tourism and agricultural activitils
i"rp"oir"fy.
The result of study found that Tri Hita Kaiana'rrahies,r"
rttl
implementea"*i
*rtri"ed.
ln
tourism area, SubakJuwuk Manis iras 82.52o/o transfer capabiliry*hil"
,ai;brk rJ*.ri,
ir,"gri*lirral
area, only has 7g.g3o/oof it' This indicates that tourism activities do not grve any negative impact on the sustainability of
fi
ffii,
f**"
values.
Key words : Tri Hita Karanq subak, cultural resources
ABSTRAI(
Bali memiliki berbagai macam.lembaga tradisional yang memainkan peranan penting dalam
pembangunan daerah' subak adalah salah satu dari
leribagal"r.r_*"il*g
*:lln+g"^*""; ["d"r
yang diyakini sebagaipilar budava
11s1ar\at
l*_j:lq*
konsJprri,ltuta
ikrina
(Tfrnt$'s;, i"r'"ti
#a"fr
arl,-a;i*i
"r"r,
agama Hindu' Keberadaan subak iangat p9"u1s karenasebagian besar
ko.rrirrit",
-"ry"odt
p"au.J*
a
g"li
terhimpun dalam lembaga tradisionall"tt"b,rt
dL
memiliki.iat
p".r."harian utama Ji s"kto, pertanian. Dalam tahun-tahun terakhir ini sistem. subak tampaknya tgrlupa\an.tio.,i"p THK
dan filosofiJ"r.i"-p"r."y"
Ja"r. diterapkan ketika keb.eradaan budaya industri'mulai 6erkemb".,g,ilrrryrk
d;i"t"rrg
yang datng ke Bali dan sernakin banyaknya al,h fungqi tahan pertanian kenon-p"rt""iro
Tujuan dari penelitian ini;dalah untuk mengevaluasiienerapAd* keberlangsungan konsep THKpada
subak,
1*g*
mengqta\al
metode PRA dan inveise matrilis. Dua lokas_iy!"k
dipilihiecara sengaja diKabupaten Gianyar yaitu SubakJuwuk Manis
mewfili
g::f!
p"''*i1*
a*
subak Tem'esi;;"klt;i;;Gffi;
Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai-nilai
THi(
masih diterapkanJr*t.,"p
;;;Gung.
Hal ini ditunjukkan
oleh niiai transfer sebesar 82.5 2o/o padaSubakJuwuk Manis
J*
is.sgx
pada subak Temesi.Hal ini menuniukkan
bahwa pengembangan daerah pailwisata
tidik rnemb"rik* d"-pak
iegatif pad;k;L-;;il;";;* n"""ril*
nilai-nilaiTHK.
Kata kunci: Tri Hita Karana, subak, sumberdaya budaya
PENDAHULUAN
Keberadaan subak sangat penting karena sebagianrala1ee.r1gng
,
i":'f,'*"#TliilT:il;:*"tffff:]iT
,1xil,'kl
Bali adalah sebuah pulau yang memiliki sumberdaya b".m"t'a p".rcaharian utam?di seltor pertanian. sebagai
alam yang relatif terbatas,
trrio.,
kayakepemilikan upayaanisipasiterhrdapk"kha*atiilrlil*ilrir";a
*T.b:rdy,
budaya. Bali memiliki banyak lemb_agasiniizu-b"rd"yrt;iq:"B.rrlrsebut,makapemerintah
tradisional yang secara nyata. telah berperanand{ain
Kabupaten Gianyar sejakdini
telah merumuskan pembangunmr YmH merupakan'r'rarisansumberdaya
visi dan misi untukkeberlanjutan pembangunan di bYd"y" Bali yaitu eksistensisistem subak,
yT$
9ly"t1*
<"u.rp.t"., Gianyar. S".rategas disebutkan bahwa visi::!"ry
pilar keb-udayaan Bali dengan falsafah"hiduprri
p"-bLg.rnan
Kabupaten Gianyaradalah mewuiudkanHita Karana
(rur)
dan dijiwai 6l"h"g"*a
Hindu.
*rrya."f,"t
Ci""y"ifr"g;;6"k;il;;;d;;,
Kajian Konsep Tri Hita Karana Pada Lembaga subak sebagai sumberdaya Budaya di Bari . r Nyoman Gede ustrirana dan Ni wayan putu Artini
1=f"
penekanan pentingnya pelaksanaan nilai_nilaiTHK
sebagai landasanutairi
pembangunan daerah. Sutawan(tg8g)
berdasarlianp"rr""liti*
empirik mengemukakan bahw.a su.hak adalah organisasip"t*i
lahan basah yang mendapatkan air irigasi
dk
satusumber
bersama, memiliki satu atau lebih pura Bedugul
(""t"k
memuja Dewi Sri, sebagai manifestasiTuhL
iehku
Dewi kesuburan), serta memiliki kebebasan menqaturrumah tangganya sendiri, maupun dalam
b"rh"b,fis*
dengan-pihak luar. Dari pengertian tersebut,
terliiat
bahwa dalam
yftem
sulakiti
memang telah'terdapatunsur
THK
yalai parhyangan (disebitkan memitki pura, dan bersifat religius), palemahan (disebutkan memiliki wilayah) dar, pawongan(disebutkan merupakanorganisasi petani).
,
T,embaga -subak yang- meru?akan iumberdaya budaya tersebut*er.rpikan
piiar
kebud"ya"r,nlli
yang penting, maka diyakini bahwabila
eksistensilembaga-tradisional tersebut mulai terancam, tidak solid, maka dunia kepariwisataan di Bali akan memulai kehancuranya. Eksiitensi aktivitas system subak di
B,alj,
$ususnya
di
Kabupaten GianyL, yang dijiwai oleh nilai-nilaiTHK,
padahakekat"f
*;"d"dk""
adanya harmoni dan kebersamaan dalam6frl?"p*
masyarakat. Dalam kegiatan sehari-hari mereka telah
melaksanakan filosofi hiiup itu karena nilai-nilai tersebut
telah mendarah daging atau membudaya. Namun akhir_
akhir
ini,
ketika budayaindustri
mulai masuk, danpendatang mulai membanjiri pulau Bali, dimana saat
lahan pertanian semakin banyak yang beralih
fu"g",
{11y"g"
proyek dibangunii**"-ir"rra,
nilai_niai THKtemyata tampaknyi kurang dipedomani. Mereka:anfk
yang latah mengatakan bahkan mengklaim kalaukegiatan, proyek atau pembangunan
y*g
&hk
*"k*
berlandaskanTHK
walaup-un pelanlggaran demi pelalggaran (disharmoni) dalamp.r"birigo"an
telah lerya& disana-sini. Sehingga konsep ^keseimbLgan hidupitu
seolah-olah hanya dikernbangkan dalari*".*'"
publik.
,
Kdrg:-legislatif-(DpRD
Bali) mengharapkan agarkonsep
THK
harus dikondisikan,"."r"iirt"-atis,
danGrencana, serta disertai good will dari pihak eksekutif (pemerintah daerah). Seientara itu
kallsan
eksekutifmengakui bahwa sangat
sulit
mengak"tualisasikankeberlanj utan ni lai -nil
J
THK
dalam "p embarrcu.rr.r. karena memang be.lum ada pandua"
fyriaT-ii";)
dan ukuran yang jelas dalam pelaksanaannya. Dari pernyataan-pernyataan tersebut tampakditu
.ukkanbahwa. kalangal pengambil keputusan belum dapat mengaktualisasikan dan mengukur implementasi
TAK
di tengah-tengah masyarakat ihingga
i"g"t
sulit untukmemlar keberlanjutan
THK.
.,Seperti diyaki-ni bersama bahwa keberlanjutan nilai-nilai
THK
dalam-kegiatan sistem subak s'angatmempengaruhi keberlanjutan eksistensi lemba"ga tradisional tersebut.yang merupakan elemen pentiig dari-sumberdaya budaya Bali, maka perlu dikaji masalafi ini. Keberlanjutan nilai-nilai
THK
pada lembaga subaksebagai sumberdaya budaya Bali, dapat dilihat
dari
s,:.berap.a jauh.nilai-nilai
THK itu
dipat
ditransfer/ drtranstormasikan. Karena kemampuan transfer darinilai-nilai
THK,
dapar.menunlukk*
k";r-p;;
keberlanjutannya.
kalau nilji_nilai
THK
pada sumberdayaP,"dly" Bali
terlanju!
maka sumbeidayabudaya Bali (lembaga subak) yang berdasarkan nilai_
nilai
THK
akan berl-anjut dani"rtii.
TuiuanPenulisan
,
Tyj"T
dari
penulisanini
adalah mengevaluasi eksistensi sistem subak yang berlandaskanair
a;iwaib-"r-"p Jri Hita Karana. bafimmenganalisis pehsdrian syba\ s-eblSai sumberdaya budaya &
n*
airirriaiIh"t
dari-keberlanjutannya, yaitu: seLerapa solid nilai_nilai
IHK
itu
mengendap-dalam warisan sumberdaya budaya-Bali (sistem-sybak tersebut). Sementara itu,
q:{l.h*:katnya
soliditas nilai-nilaiTHK
itu
dapaidinilai
{an sebgrapa besar nilai-nilai itu dapat
ditru${ir/
ditransformasikan.
TINJAUANPUSTAKA
Pengertian Subak
Pada umumryaparapenrrlis lentangzubakmemandang
1t_1"1", subak
lr*Ir.dT
dua aspef saya, yak"i "spei:o:,3
oT
r.p"k,!"-!rit.-(pitana, I993; Samudra, t993).f#*
Ge_ertz ( I 980) hanya memandans sisrem zubakdari sisi teknis saja, dimana dikatakan"brh*" subak adalah suatu areal.persawahan yang mendapatkan air
dari satu sumber, dan memiliki banjrak saluran irigasi.
,
l"lg:dT
rubak yang dalam kegiitan operasionjnyaaoalan berdasarkan konsep
Tri
Hita
Karana(THK)
dipertegas pengertianny"^d"lr-
p"."i.rr"r,
Daerah'I'ingkat
I
Bali.No.02lpD/DpRD/tglZ
dan dalamSutawan,dkk. (tg8g). Dalam perda
M.2
tahun 1972 tersebut dikemukakan bahwa subak adalah masyarakathukum adat di Bab
yTg
b-ersifat,orio"g.rri,
ieligius, yang secara historis didirikan sejak dah"ulu kala?an berkembang terus sebagai organisasi pengusaha tanah dalam suatu daerah. Berdasarkan suatu penelitianeqnlrik
Sutawan, dkk. (1989) dikemukakan bahwa:^b:}-:1lhh
.or.ryniy1i petani tahan basaht;;;
mendapatkan air irigasi dari sumberbers:una,*.*ilifi
satu atau lebih Pura Bgdugul (untuk memuja Dewi Sri,
seba ga imanifestasi Tuhan ielaku Dewi
ker",i"*"t
;";
memiliki kebebasanddrl
mgngatur rumah tangganya sendiri, maupun dalam berhuEungan a"nga.r"[ih"kluar.
,
P"d
pengertian yang dikemukakan&
atas, terlihat bahwa dalam system subak itu memang telah terdapat unsurTHK,
yakni parhyangan (disebitkan-.*iiiki
pura, dan bersifat religius), paiemahan (disebutkanTT{la
wilr*h).$.:pf.rgngan (disebutkan merupakanorganisasi petani). Jadi dalam pengertian subak
ltu
sendiri telah melekat komponen^TH"K.
.
. Pusposutard;o(D8Z)
menyimpulkan bahwa sistemlngasr (termasuk subak) merupakan suatu sistem
SC'GZ, .
VOLUME 9. NOMOR 3 TAHUN 2OO9transformasi sosio cultural masyarakat yang memiliki empat subsistem, yakni:
(i)
subsistem pola pikir,(ii)
subsistem sosial,(iii)
subsistem kebendaan dan (iv) subsistem bukan-manusia. Sementara itufuif
(1999)menyebutkan bahwa subak sebagai suatu sistem irigasi
sebetulnya memiliki subsistem budaya (termasuk norma-norma dan
nilai-nilai),
subsistem social (termasuk ekonomi) dan subsistem artefak/kebendaan (termasukaspek
teknologi).
Semua subsistemitu
memiliki
hubungan timbal-balik, dan juga memiliki hubungankeseimbangan dengan lingkungannya.
Subak sebagai organisasi tradisional di Bali dicirikan oleh'
(t)
mempunyai stafpengurus yang disebut prajuru subal(, (Z) mempunyai-anggota para petani sawah yangdisebut krama subalg
(3)
mempunyai wilayah berupa areal persawahan dengan batas-batas yang jelas, (4) mempunyai sumber air irigasi dari sebuah empelan (bendungan),(S)
mempunyai satu atau lebih pura Bedugul yaitu bangunan suci tempat pemujaan Tuhan dalam manifestasinya sebagai Dewi Kesuburan, (6) mempunyai awig-awig (peraturan-peraturan dasar), dan(7)
mempunyai otonomipenu[
baik kedalammengurus kepentingan rumah tangganya secara bebas mengadakan hubungan langsung dengan pihak luar
(Sutawan dkk., 1989).
Dilihat dari segi fisik subak mempunyai kemiripan
dengan system irigasi di daerah lain, yaitu mempunyai
sarana-prasarana irigasi (bendung, saluran primer, saluran sekunder, .bangunan bagi dan sebagainya).
Namun
demikian, selain sarana prasarana, subak juga mempunyai beberapa pura untuk melaksanakan kegiatan ritual (Pltana, 1990). Diiihat dari segi sosiaf subak mempunyai beberapa perbedaan dengan sistem irigasidi
daerahlain,
di
antaranya:
ada struktur organisasi yang jelas, kompakdan
dirramis; ada pembagian status keanggotaan : anggota aktif (krama ngayah), anggota pasrf (pengoot), dan anggota khusus(lel up utan)
;
mempunyai aw ig- aw ig ( pe raturan);
serta adanya kegiatan keagamaan yang sangat menonjol.Di
dalam kehidupan keorganisasiannya, subak dipimpin oleh satu set pengurus (prajuru) yang umumnya terdiri dali kelihan subak (pekaseh), wakil pekase[ sekretaris (penyarikan), bendahar a (p atengan), dan pembantu umum (saya) (Pitana, 1993).Wuiud Dasar Tri Hita Karana dalam Sistem Subak Agama
Hindu
yang sebagian besardianut
olehmasyarakat Bali mempengaruhi seluruh elemen sosio cultural masyarakat, termasuk organisasi subak sebagai
sumberdaya budaya yang berlandaskan konsep
THK.
Bila konsepTHK ini
yang merupakanfilosofi
dariagama
Hindu
dikaitkan dengan konsep subak yang memiliki karakter sosio cultural, maka kedua konsepini
dapat berkait dengan baik. Keterkaitan tersebutdilihat dari
komponen-komponenTHK
seperti misalnya parhyanganberkait
dengansub
sistem."lt"r4
palemahan berkait dengan subsistem artefak/ kebendaan (termasuk teknologi),.dan
pawonganberkait dengan subsistem social termasuk ekonomi
(tui{
1999). Pendapat Purwita(tfff
dalamArif,
1999) bahwa proses transformasi dalam sistem sosio-larltural masyarakat dalam konsepTHK
bahwa bumi (palemahan) yang diciptakan sebagai suatu elemendari alam semesta, adalah anugrah Tuhan Yang Maha
Esa (parhyangan), karena kecintaannya kepada umat
manusia lpawongan). Oleh karenanya, manusia harus menjaga hubungan yang harmonis dengan sesamanya
(pawongan), dengan alam lingkungannya (palemahan),
sebagai perwujudan dari rasa hormatnya kepada Tuhan Yang Maha Esa (parlryangan). Semua ini adalah
b"gr*
penting dari terciptanya proses keberlanjutan, karenahubungan interaksi ini menggambarkan adanya harmoni. Hubungan
interaksi
antar p arhy angan-p alemah an-pawongan pada hakekatnya ada dalam satuunit
dansaling terkait, seperti digambarkan:
Akreditasi: No. 108/Dikti/Kep/2007, Tanggal 23 Agustus 2007
Pawongqn palemahan
Arif
(1999)
i"g"
mencatat bahwa dalam kaitankonsep
THK
dengan manajemen irigasi sebagai proses transformasi sosio cultural masyarakat, telah diwujudkan dalam subak dengan pembangunan elemen-elemenkebendaan dalam system irigasi subalg dengan menjaga harmoni dengan sesama dan lingkungannya, dengan
menekankan pada asas toleransi dan kebersamaan
diantara mereka. Seiring dengan pendapat Arif tersebut,
Sudira
(tggg)
juga mencatit adanya fiubungan antaraTHK dengan pengetahuan dan teknologi tradisional dari
subalq yang menghubungkan antara komponen
THK
dengan komponen subsistem subak dengan komponenpengetahuan dan teknologi tradisional, seperti terlihat pada Tabel 1.
Selanjutnya patut dicatat bahwa awig-awig (aturan
tertulis) yang dimiiiki lembaga subak pada umunnya iuga telah mengoperasionalkan konsep
THK
dalam menjaga harmoni dalam kaitannya dengan komponen TH{(. Awig-awig pada dasamya mengatur tentang bataswilayah subalq keanggotaan, kepengurusan, rapat-rapa!
pelaksanaan pola tanam/jadwal tanam, kegiatan upacara
keagamaan di pura-pura yang dikelola (dkungsung) oleh
subak, sanl<si pelanggaran oleh anggota, dan lainJain. Etika yang dipegang dan &lalaanakan oleh subak
adalah nilai harmoni dan kebersamaan, sehingga secara
moral, para anggotanya akan dapat memilah-milah tentang apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan, misalnya pada sitem subak dilarang keras mencuri air irigasi, nzunun
d"li"k*
meminjam air irigasi padasaat-saat yang memang diperlukan. Pinjam-meminjam air irigasi antar bendung tercatat dapat dilakukan di
kawasan Subakagung Yeh
Hq
yang pelaksanaannya langsung dapat dilalcukan oleh pengurus subakagungparhyangan
Komponen
THK
Komponen subsistem subal Komponen pengetahuan dan teknologi tradisionat
Parhyangan Kultural/pola piker Kegiatan upacara keagamaan pada sesuatu svstem pura subak
Palemahan Artefak/kebendaan (termasuk teknologi)
Adanya sumber aiq sidemen, disain jaringan irigai dan aktifitas pertanian yang dibuat dan
dikelola sedemikian rupa, untuk tercapainya kelestarian linekunsan
Pawongan Social (termasuk ekonomi) Adanya organisasi subak, lengkap dengan anggota dan pengurus, yang memiliki awig-awi6
yang mengatur anggota organisasi tersebut
Kajian Konsep Tri Hita Karana Pada Lembaga Subak Sebagai Sumberdaya Budaya di Bali . I Nyoman Gede Ustriyana dan Ni Wafan putu Artini
Tabel 1. Hubungan antara THK dengan tradisi dan pengetahuan tradisional sistem irigasi
subak.
Sumber: dikembangkan dari Sudira (1999)
yang bersangkutan (Sutawan dkk., 1991)
Dalam aktivitas lainnya pada system subal(, misalnya
pemeliharaan saluran irigasi dan dalam pelaksanaan
upacara agama di Pura Bedugul atau pura lainnya yang dikelola subak, pada umumnya anggota subakberusaha
untukhadi4 kecuali adahalangan atau alasan yang sangat
kuat, misalnya sakit.
lni
semua adalah untuk meniagaharmoni dan kebersamaan di kalangan anggota subak yang bersangkutan.
Susanto,
dkk. (1997)
mencatat bahwa teknologiyang &kembangkan oleh subalq juga didasarkan pada prinsip harmoni,
di
mana dalam mendesain strukturorganisasinya adalah berdasarkan prinsip kelestarian lingkungan, keterbukaan, transparansi dan dapat diukur. Pada Tabel
2
dapat dilihat hubungan system subak dengan konsepTHK
dan komponen-komponennya.METODE
PENELITIAN
Penelitian dilakukan
di
wilayah Kabupaten Giayaryang dikatagorikan dalam kawasan wisata (Gianyar bagian barat) dan kawasan agraris (Gianyar bagian
timur).
Pemilihan lokasi secaia purposive (sengila) dengan pertimbangan kategori wilayah. Pada setiap kategori wiiayah dipilih secara pu{posive masing-masingsatu subak, yakni SubakJuwukManis Kecamatan Ubud (kawasan wisata) dan Subak Temesi Kecamatan Gianyar (kawasan agrari$.
Obyek penelitian ini adaiah komunitas pada sistem subal! pengambilan sampel dilakukan berdasarkan strata
hulu-tengah-hiiir yang masing-masing diambil 10 orang,
sehingga didapat 30 orang untuk dua subak. Karena tidak diketahui jumlah anggota pada masing-masing strata maka sampel dipilih secra accidental (siapapun
yang kebetulan ditemukan di lapangan
&
daerah penelitian) untuk dijadikan sibagai
responden.
Data primer yang &kumpulkan adalah
identitas
renponden,pemilikan
danpenguasaan lahan, serta respons responden terhadap pernyataan-pernyataan dari
semua komponen sel matrik hubungan
sistem kebudayaan dan sistem teknologi
pada
lembaga
subak.
Pernyataan-pernyataan tersebut disusun dalam matrik untuk selanjutnya dijabarkan secara lebihrinci
dalam bentuk kuestioner. Jawaban responden dinilai ddam bentuk skor dengan rangel-7
sesuai dengan tingkat kesetujuannya terhadap pemyataan
yang telah diformulasikan dalam daftar pertanyaan.
Pendekatan yang dilakukan adalah metode survai, yaitu dengan mendatangi dan melakukan wawancara langsung menggunakan daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan
juga digunakan metode Participatory Rural Appraisal (PRA) dengan mengilut sertakan masyarakat dan para tokoh lembaga subak sebagai responden kunci.
Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan
Fazzy Set Theory Analisis yaitu menentukan ranking
komponen setiap sel matrikhubungan sistem teknologi
dan
sistem kebudayaan lembaga subak. Setelah sebelumnya dilakukan analisis inverse matrik perhadapdata yang telah terkumpul. Karena data yang terkumpul
adalah data non parametrik dan berdistribusi bebas,
maka data dirubah dulu menjadi data parametrik agar
berdistribusi normal, dengan menggunakan inverse
matrik analisis sebagai berikut:
A.X=H
A= matrik bujur sangkar n x n dari koefisien-koefisien (matrik
koefisien)
X= makikyang tidak diketahui (matrik solusi/respon/transformasi)
nxn
H= matrik konstanta, n x n
Menurut Chapra dan Canale
(tfSS)
bahwa matrik A.X=H, sebagai matrik:'interaksi' x'tanggapan ='rangsangan
Selanjutnya A.X =
H
dikalikan dengan A-1 (inversematrik) (Kreyszig, 1983) sehingga menjadi persamaan
X = A-I.H.
Setelah matrikX dapat dihitung, matrikA diketahui, maka kedua
matrik
itu
dapat dibedakan dengan menghitung determinanD
dari matrik-matrik yang Tabel 2. Hubungan sistem subak dengan konsep THK dan komponen-komponennya.Tri Hita
Karana
Sistem Subak
Subsistem kultural Subsistem sosial Subsistem kebendaan
Parhyangan Air sebagai ciptaan Tuhan YME, nilai-nilai
keagamaa Harmoni, paras-paros (memberi
dan menerima), awig-awig.
Pelaksanaan kegiatan upacara keagamaan,
kerjasama, keadilan
Sistem pura dalam subak
Pawongan Otonomi, kebersamaan, Transparansi,
pengaturan, Ergonomic, keadilan Organisasi,
anggota, Pengurus, sangi, hak
dan kewajiban anggo ta, gotong royong,
Usaha bersama
luran anggota, pengeluaran natura untuk
pemeliharaan saluran irigasi dan
pelaksanaan uoacara
Palemahan Batas wilayah, proporsionalitas, kelestarian Kerjasama antarwilayah, pinjam meminjam air irigasi, pemeliharaan saluran irigasi,
alokasi/distribusi air
Sumber air, wilayah, jaringan irigasi, pola/
iadual tanam
Sumber: Susanto, dkk. (1997)
SOCA. .
VOLUME 9 NoMoR 3 TAHUN 2OO9bersangkutan. Dengan
demikian
dapat diketahui seberapa jauh soli di tas /keberlanjutan limbaga subak(f""S
tercermin dalam matrikA)
dapat diiransfer/ ditransformasikan. Analisis terhadap determinan dari matrik-matrik tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:(O-O.)/O
x
100% .(D,determinan
matrik
A,D*:determinan matrik
X)
Makin besar nilainya, maka makin besar kemampuan
ryU"t
yl"g
-bersangkutan yang berdasarkan THK dapat ditransfer/ditrasnformasikan, dan ini berarti nilai-nilai
THK
pada subak solid/berlaniut. Adapun rinciannyaadalah sebagai berikut:
1. Nilai: >0-<33%o : artinya kurang baik untuk dit ranfer
/
ditransformasi, dan kurangsolid/kurang
dapatberlanjut.
2. Nilai: 330/o-<670/o: artinya cukup baikuntuk&tranfer/ ditransformasi, dan kesolidan/keberlanjutannya cukup baik
3.
Nilai:
67o/o-<L0Ao/o: artinya baik untuk ditranfer/ ditransformasi, dan kesolidan/keberlanjutannyabaik.
Sedangkan
nilai
sisanya adalah merupakan nilai permasal-ahanyang masih ada dalam subal!png
perlu diidentifikasi dan dapat dipecahkan permasalahannya.Analisis selanjutnya adalah menentukan ranking setiap komponen THK, yangbermanfaat dalam
r*gLi
proses transfer/transformasi sistem subak, dan menilaikeberlanjutan/pelestariannya, menggunakan Fuzzy Set
lhegV{glisis
(Maiano {an Gaq t99Z; P,.rsposutardjodanWardana, 1997). Langkah-langkahnya adalah sebagai
berikut:
1. Dibuat matrik
X:
Oi
(i;:
baris dan kolom) yanggelgniu]<ka1 skor komponen/ total skor komponei
THK.
Matrik X adalah matrik dengan m baris dan n kolom.2.
Matrik
X
dinormalkan dengan mentransformasi menjadi matrik Y=yii3.
U-ntukmendapatkan ranking dari komponen THK,dilakukan
denganmetode
Fuzzy-bominance, yakni mentransformasi matriky
menjadi matrikIi
=(rii).Dengan analisis Fuzzy Set ini akan dapat diketahui sel
matrik yang paling dominant dan dapai pula diketahui elemen/komponen yang paling dominant dari setiap
sel matrikyang bersangkutan. Menurut Windia (ZOOt),
9mT
P:**/1an/Pemyataan dalam penelitian seperti ini adalah sahih dan andal apabila koefisien keand-alan > 80o/oHASIL
PENELITIAN
DAN PEMBAHASANGambaran (Jmum SubakJuwuk Manis dan Subak Temesi
SubakJuwukManis
^
Subak_Juwuk Manis yang beradadi
KabupatenGianyar bagian Barat, mempunyai luas baku jawah
sebesar 39 hektar merupakan subakyang terletakpaling
Akreditasi: No. 1 08/Dikti/Kep/2007, Tanggal 23 Agustus 2007
hulu dari daerah irigasi Ubud, dengan luas garapan
angggtl berkisar antara 11 sampai
41
are. padi su-bakini tidak ada konflik yang berkenaan dengan air irigasi,
dikarenakan sudah menerapkan sisterri felc-fet,
i*i
.*9p
adil da]qr-r p,amakaian air. Apabila debit air irigrr'ikecil, maka dilakukan pergiliran pemakaian air haiya
pada malam hari.
,
Subakyang memp9lyarwilayah bersentuhan langsungfe-nga1 obyekwisata Ubud in! sudah tentu menanggung beban berupa
qt*p
tingginya tingkat"pah tenagife{X
pert1n]11. Misalnya ongkos penanaman padi m6ncapai Rp 3.000.00 per are dan ongkos pengolahan tanah
dengan menggunakan traktor mencapai
{p
4.00e00 perare. Meskipun bersentuhan langsungdengan pariwisita,
namu3 kggratan gotong royong, upacara-upacara agama
yang berkaitan dengan kegiafan subalg tetap be{alan geperti semula. Pendanaan untuk mendukung t egi"trr,-kegiatan ini berasal dari insentif pemerintah, a-ci, liontrak
areal sar*,ah sehabis. panen
untuk
penggembalaan bebek (lelang bebek),-pungutan dari*![ot"
sesuaikepentingan dan kesepakatan, dan sebagaiirya.
SubakTemesi
.
SubalTemesi yang beradadi
Kabupaten Gianyar bagianTiTr.
mempunyai luas wilayah 1g5 hekiar,karena subak ini terletak paling hilir maka keterbatasan air
irigasi merupakan resiko yang tidak dapat dihindari.
.
Upacara-upacaradi
kawasan persiwahan/subak pgnqacj) tetap berialan seperti biasa, seperti.: ngemping \ntngKahprattwt),
mapag toya, ngurut (memulih),panuasenan, ngerorasin, ngubuhin, malik sumpah, dan
ryangglyk mrlna, nipatin, nyepi (di sawah), nyungsung
(ngr s eh
),
m ab iukukin g,rg*
ob o rry rrgung' irid"i
aoi
mantenin ring lumbung.-
Seperti subak-subak lainnya, Subak Temesi tidak lupul d_an proses alih fungsi lahan. Seluas lima hektar sawah beralih fungsi menladi tempat permukiman(termasuk pengusahaan batu merah iebanvak L5 unit
usaha, petemakan
itik
tiga unit usaha, dan'kolam ikanseluas dua hektar
ataulima unit
usaha). Selainitu
seluas satu setengah hektar menjadiTirA
(Tempat PembuanganAkhir)
sampah. pemilik-pemilik usaha tersebut dikenakan iuran-setiap enam^bulan (sasih)sebesar Rp 1 0.000,00 untuk pengusaha batu merah dan
petemak itrk, dan RpZ.00e00 untuk pemilik kolam.
Nilai
Keberlaniutan
Subak sebagai Sumberdaya BudayaSuatu sistem dikatakan dapat berkelanjutan
(tiaat
berhenti) apabila sistem tersebut dapat bejungsi secara
sepadan, baikpada saat ini marpun di masa-masa yang a$n dltang Sebagai suatu sistemyangberdasarkan sosiJ
S*.+
maka kesepadanan fungsisyiem tersebut harus dapat diukur, baik secara teknis maupun secara socialserta dapat memenuhi kebutuhan dan kepentingan masyarakat yalg-terlibat.
Di
Castri (dalamXit,
tgig)
meny,ebutkan bahwa sebagai suatu sistem proses yang bersifat sosio-teknis dan-sosio-kultural masya."t
Kajian Konsep Tri Hita Karana pada Lembaga subak Sebagai sumberdaya Budaya di Bari o I Nyoman Gede Ustrifana dan ili Wayan putu Artini
maka ketidak berlanjutan sistem dapat disebabkan oleh.beberapa{aktor yang dapat
drti"6
dari beberapagrps!
yakni, (1)n.i6
(ii)
soiid
ekonomi dan budafu,(iii)
finansiaf(iv)
lingkun-gan, dan (v) kebijakanyanj
bertentangan, atau birbal'ikan. Sopaya suatu sisteri irigasi dapat -berkelanjutan ma\a faktor-faktor yangdapat menimbulkan ketidak berlanjutan suatu syiteri tersebut harus dalam keadaan berkeseimbangan.
Keberlanjutan adalah suatu keadaan, dimana sesuatu
yang dinikmati oleh generasi,saat
ini,
masih dapatdinikmati oleh generasi yang akan datang. Sement^ara
itu
nilai-nilaiTri
Hita-Karana(fHrc)
ying
menjadilandasan
sub&
pada dasamya aaAaU*"t"""it"i
i*g
mengedepankan harmoni dan kebersamaan. Dalam
hj
ini
adalah mengedepankan harmoni antara manusiadengan Tuhan Yang Maha Esa, harmoni antara manusia
le1gan lingkungan alam sekitarnya, serta harmoni dan
kebersamaan antara manusia dengan sesamanya.
-Sub$ ry1g lestari adalah subakyang tetap diliwai oleh
nil1i nilai THK, sehingga selalu harui mengedepankan
pola pikir harmoni dan kebersamaan
dalai
mencapaitrrjuan-tujuan dari subak yang bersangkutan. Berkaitan
dengT peranan lembaga subak di BJi, maka lembaga
ini sudah membukikan &rinya menjaga harmoni
dir
keseimbangal, antar manusia, rrran,rsia dengan alam lingkunga-n dan dengan Tuhanyrrg -".Jiptakan.
Dengan demikian diharapkan akan terjadi proses pelestarian sumberdaya budayadi
Bali, berdaiarkan konsep harmoni dan keseimbangan, sesuai dengan konsep-THK.Di
masa depan, lehbaga subakying
memiliki
landasan konsepTHK
dih-arapkanakai
pr-po
berperan dalam proses pelestarian nilai-nilai harmoni dan keseimbangan dalam masyarakat.Pelestarian sumberdaya budaya di Bali yang dilihat
dg
\"!"4*tutan
nilai-nilai THi(yanga.rirtiJ.
disini,adalah keberlanjutan dilihat dari seberala solid nilai-nilai
IT{i*
mengendap dalam waiisan sumberdaya budaya Bali.(system subak). Sementara itu, pada tat<etrt"y"
soliditas nilai-nilai
THK
itu dapat dinilai dari seberapabesar nilai-nilai itu dapat ditranifer/ditransformasikjn, sesuai dengan hakekat umum hasil analisis penelitian
rru.
Keberlanjutan
Nilai-nilai THK
pada Subak JuwukManis
dan Subak Temesisebigai
Sumberdaya Budaya BaliKajian yang dikedepankan
disini
adalah untukme-ngetahui bagaimana keberlanjutan nilai-nilai
THK
pada subakJ""yt
Manis dan Subak Temesi sebagai t"--b"Ldly1b_r1!aya.U-ntukmengetahuikeberlanjuian nilai-nilaiTHK
tersebut akan dilihat dari seberapa solid nilai-nilaiTHK itu
mengendap dalam warisin sumberdaya budaya Balitersebut.
-Dari hasil analisis dengan menggunakan inverse matrik,
temyata nilai soliditas/keberlanjutan dari nilai-nilai
THK
pada sis.tem subak yang diamati (zubakJuwuk Manis dan
Temesi) seperti terlihat pada Thbel 3.
Tabel 3. Soliditas nilai-nilai THK pada system subak sample
Lokasi
Nama
Subak Keadaanawal (D)
Keadaan
harapan yang ideal
(Drl
Nilai
ke-
mampu-an transfer l%l
Status
ke-marnpu
an transfer
Kawasan
wisata Juwuk
Manis 5.540 0.967 82,52 Baik
Kawasan
agraris
Temesi 3.580 0,758 78,83 Baik
Sumber: hasil analisis data primer
Dari
Tabel3
dapat dijelaskan bahwa: D
adalah keadaan awal danD*
adalah keadaan harapan yang ideal. Soliditas/ keberlanjutan ditentukanot"t
*t"'i
absolute perbedaan determinan D dan D" apabila nilai
absolutnya adalah nol, dimana D=D*, dan atau nilai D* adalah O maka subak tersebut tidak dapat ditransfer/ ditransformasikan dan tidak solid/tidak berlanjut. Subak
dapat ditransfer/ditransformasikan bila nilai'D>D*>0
dan
ini
berarti lembagaitu
solid/berlaniut, sehinggadapat ditransfer/ditrariformasikan.
Semakin besar
nilainya,
maka
semakin besar kemampuan subak dapat ditransfer, dengan kriteria rincial nilai seserti pada metode penelitianl Sementara itu nilai sisanya adalah merupakan nilai permasalahany.alg masih ada dalam- subak tersebut, yang perlu diidentifiaksi dan kemudian kiranya dapat
iipe"c"f**
permasalahannya.Dari hasil analisis seperti terlihat pada Tabel3, pada
SubakJuwukltanis yang
rn"-po.ryi
nilai D (=j.S+O)lebih besar dari
nilai
O.
(=O)gAi). Sedanskan pada Subak Temesi yang mempunyai nilaiD
(=3.3S0) ieUihbesar dari nilai
D*
(=0,758).^^ryig
\"-glpl""
transfer masing-masing sebesar 82,52o/o dan 78,83o/o. Halini
mengindikasiki'n bahwanilai soliditas/keberlanjutan dari
rrlt"i-"it"i THK
padakedua subak sample ada pada kateqori .baik"
""t"t
ditransfer. Ini berarti, bahwa
nilai-nift
Tri Hita Karana(TI{K)
di subak sample dapat berlanjut dengan baik. .Keberlanjutan_nilai-nilaiTUf
paaa lembiga subak sebagai sumberdaya budayaBali
dapatdiliiat
daris.eberap-a jauh
nilai-nilai
THK itu dipat
ditransfer/ditransformasi kan.
Dari
hasil analisis kemampuan transfer pada .s-ubakJuwuk Manis adalah sebes ar gi,Syo/odengal statuskemampuan transfer pada kategori
,fai(
sedan^gkan pada Subak Temesi mempunyai kemampuan
transfer sebesar 7 8,8]o/o- dengan s^tatus kemampuan transfer pada kategori 'baiH Hal-ini menuniukkan
kiena
kemampuan transfer dari nilai-nilai THKpada warisan sumberdaya budaya_kedua subak dalam kategori
bai\
T*
drp-*-::yq$\T
kemampuan keberlan]utannya-Kalau nilai-nilaiTHK
pada sumberdaya budaya Bali berlanjut,- maka s-ubak sebagai sumberdaya budaya!*
I*g
bgldarykan nilai-ni-iaiTHK
dapat berlaniutdan lestari. Kondisi ini terjadi pada kedui subak yang
diteliti, baik Subak Juwuk Manii maupun Subak TemeJ
sebagai sumberdaya bu-daya Bali mailh tetap berlanjut
dan lestari, dan nilai-nilai Tri Hita Karana rirasih teiap dipedomani oleh krama kedua subak yang
diteliti.
^SOCZ. .
VOLUME 9 NOMOR 3 TAHUN 2OO9Proses pelestarian Subak Juwuk Manis dan Subak Temesiyangberdasarkan konsep Tii Hita Karana sebagai
sumberdaya budaya di Bali, dibuktikan dengan tata cara
pembagian hak dan kewajiban secara adil, bekerjasama
dalam pemeliharaan system secara gotong rolongr adanya aturan-aturan tertulis yang dapat ditaati oleh anggota zubak mampu melakukan penyesuaian terhadap kelembagaan dirinya dengan meniadikan suatu wadah
koordinasi dalam sistem dengan tujuan agar mampu
melaksanakan pengelolaan sistem secara adil. Deng:rn
demikian diharapkan akan semakin terjamin proses
pelestarian sumberdaya budaya di Bali yang dilaksanakan
melalui subak berdasarkan konsep
THK.
Kondisi
ini
tampaknya mungkin dapat mewakilisubak di Kabupaten Gianyar pada umumnya. Meskipun demikian
untuk
melihat kepastiannya secara jelas,harus dilalukan penelitian lebih lanjut.karena lembaga
tradisional seperti halnya subak adalah lembaga yang bersifat spesifik lokal.
Apabila dilihat hasil analisis kemampuan transfernya,
tampaknya ada kecenderungan bahwa keberlanjutan nilai-nilai
THK
di SubakJuwuk Manis (zubak kawasanwisata di GiaryarBarat) lebih tinggi dibandingkan Subak Temesi (subak pada kawasan agraris Gianyar
b"gr*
Timur). Hal ini menunjukl<an bahwa tampaknya kegiatan pariwisatadi
Kabupaten Gianyar tidak memberikanpcngaruh yang negatifterhadap keberlanjutan nilai-nilai
TIIK
di kawasan tersebul Eksistensi lembaga tradisional'Subali'yang merupakan sumberdaya budaya
di
Bali yang dijiwai oleh nilainilai Tri Hita Karana masih tetaptcrjag.r, lestari dan solid.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Nilai-nilai
THK
(Tri Hita
Karana) pada subak Juwuk Manis dan Subak Temesi sebagai sumberdaya budaya Bali, berlanjut dengan kategori'baik' dan dapatdilestarikan, dan tampaknya belum ada kekhawatiran tentang tidak adanya keberlanjutan nilai-nilai
Tri
HitaKarana sebagai landasan pada kedua subak.
Arus wisatawan
di
kawasan pariwisata cenderung tidak memberikan pengaruh yang berdampak negatif terhadap keberlanjutan nlai-nilaiTHK
ditunjukkandengan nilai yang lebih tinggi pada kawasan wisata.
Saran
1. Perlu ada pembinaan terhadap krama subak untuk memperkokoh sendi-sendi keberlanjutan nilai-nilai Tii Hita Karana demi kelestarian sumberdaya budaya Lembaga Subak.
2. Mempertimbangkan semakin banyaknya alih fungsi
lahan subak ke non pertanian, bahwa alih fungsi lahan
perlu didasarkan pada kesepakatan ktama subak.
Akreditasi: No. 1 08/Dikti/Kep/2007, Tanggal 23 Agustus 2007
DAFTARPUSTAKA
A.rif, S.S. 1999. Applying Phylosophy of Tri Hita Karana in Design and Management of Subak krigation SysGm, dalam A Study
of Subak as Indigatous C.tltural, Social and Tuhnologicnl System to Establbh a Culturalbased IntegratdWater Resourca Manage-matt uol III (ed: S.Susanto), FacultyofAgricultural Tedrrology, UGM,Yogyakarta
GeerE, C. 1980. Oqganization of Balinese Subalq ddam hrigation
. and Agrialtural Doelopma$ in Asia, (ea. fWCoward;.n),
Comel Univ., Press, Ithica
Pitana, I G. 1990. A Glimpse of Subalq lrrigation Association Bali, Indonesia- Paper seminar "Tra&sional Irription Management University of Utsonomiya, Japan
Pitana, I G. 1993. Subak, Sistem Irigasi Tra&sional di Bali (sebuah deskripsi umum) dalam Subak,sistem ligasi Tradisional di Bali
(ed. I G Pitana), Upada Sastra, Denpasar.
Samudra, N.N{. 1993. Lomba Subak sebagai Us$a Pelestarian dan Pengembangan Sub& dalam S istan lrigasi Tradisional di Bali
(ed- I G Pitana), Upada Sastra, Denpasar
Sudira, P. 1999. The Merit of Traditional Irrigated Technology of
Sustainability of Subak Systeq dalam A Study oJ Subak as Indigenous Cultural, Social and Tuhnological Systan to Establkh a Cultural basel lnttgratedWater R*ourca Manageuent vol.
ilI
(ed, S.Susanto), Faculty of Agricultural Technology, UGlv{, Yogyakarta.Susanto, S., S. S.Ad, P.Sudira, I{- Mawar&, H.Ahimsa Putra, dan P.M.Kartanegara- 1997. A Study oJ Subak as Indigenous Cultural,
Social and Technolo$cal System to Establish a Cultural based
IntegratedWater Re,ourccs Managanant voL III (ed S.Susantd, Facultf of Agricultural Technology, UGlvl, Yogyakarta.
Sutawan, N., lv{.Swara,WWhdia danW Sudana- L989. IaporanAkhir
P ilot P roy ek P ugemb angan Sistem
Ii
galJ y ang Menggab ungkanB eb erap a Emp elan Sub ak di K.ab upaten Tab arun dan Kab up aten
Bulelatg. Keriasama DPU Prop. Bali dan Universitas Udayana Denpasar.
Sutawan, N., lv{-Swara,WWindia,W Sedana danIGMPutraMarjaya. 199 l. I-ap oran Akhir Penelitian Alcsi PsnbartukanWadah Ko
or-dinasi Antar SLEtzm lngasi (Sub akagung). O iWilayah Kabup aten