• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
34
0
0

Teks penuh

(1)

8 2.1 Konsep Lansia

2.1.1 Definisi lanjut Usia/Lansia

Usia lanjut (lansia) adalah proses yang tidak dapat dihindari.

Menasuki masa lansia sangat diperlukan peran dari perawat untuk mempertahan kan derajat kesehatan pada lansia dengan taraf yang setinggi tingginya supaya terhindar dari penyakit atau gangguan supaya lansia tersebut masih dapat memenuhi kebutuhan dengan mandiri (Mubarak, 2005). Lansia bukanlah suatu penyakit, namun merupakan tahapan lanjut dari suatu proses kehidupan yang di tandai dengan penurunan kemampuan tubuh untuk beradaptasi dengan sterss lingkungan (Pudjiastuti, dkk, 2009).

Lansia adalah usia yang sudah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun keatas,menurut UU RI No.13 Tahun 1998 Bab 1 Pasal 1.Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggolongkan lansia menjadi 4 yaitu : usia pertengahan (middle age) adalah 45-59 tahun, lanjut usia (elderly) adalah 60-74 tahun, lanjut usia (old) adalah 75-90 tahun dan usia sangat tua (very old) adalah di atas 90 tahun (Nugroho,2008).Lansia merupakan seseorang yang berusia diatas 60 tahun baik pria maupun wanita,yang masih beraktivitas aktif dan bekerja ataupun mereka yang tidak berdaya untuk mencari nafkah sendiri sehingga bergantung kepada orang lain untuk menghidupi dirinya (Tamher, 2009)

(2)

2.1.2 Batasan Lanjut Usia

Batasan lanjut usia yaitu umur yang dijadikan patokan sebagai usia lanjut berbeda-beda, umumnya berkisar antara 60-65 tahun. Berikut dikemukakan bebrapa pendapat para ahli mengenai batsan umur:

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) ada 4 tahap yaitu : 2.1.2.1 Usia Pertengahan (Middle Age): (45 – 59 tahun)

2.1.2.2 Lanjut Usia (Elderly): (60 – 74 tahun) 2.1.2.3 Lanjut Usia (Old): (75 – 90 tahun)

2.1.2.4 Usia Sangat Tua (Very Old): (Di atas 90 tahun)

Sedangkan Nugroho (2008) menyimpulkan umur berdasarkan pendapat beberapa ahli, bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang telah berumur diatas 65 tahun.

Menurut Undang – Undang No.4 Tahun 1965 Pasal 1 seseorang dapat dinyatakan sebagai seorang jompo atau usia lanjut setelah yang bersangkutan berumur mencapai 55 tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk keperluan hidupnya sehari – hari dan menerima nafkah dari orang lain Undang–Undan No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia bahwa lansia adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun keatas.

2.1.3 Perubahan-Perubahan Pada Lansia

Semakin bertambahnya umur manusia, terjadi proses penuaan secara degeneratif yang akan berdampak pada perubahan – perubahan terhadap diri manusia, tidak hanya perubahan fisik, tetapi juga kognitif, perasaan, sosial dan sexual (Azizah, 2011).

2.1.3.1 Perubahan Fisik

a. Sistem Indra: Sistem Pendengaran; Prebiakusis (gangguan pada pendengaran) oleh karena hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam, terutama terhadap

(3)

bunyi suara atau nada – nada yang tinggi, suara yang tidak jelas, sulit dimengerti kata – kata, 50% terjadi pada usia di atas 60 tahun.

b. Sistem Integumen: Kulit mengalami atropi, kendur, tidak elastis kering dan berkerut. Kulit akan kekurangan cairan sehingga menjadi tipis dan bercak.

c. Sistem Muskuloskeletal: Perubahan sistem muskulo skeletal pada lansia antara lain sebagai berikut: jaringan penghubung (kolagen dan elastin). Kolagen sebagai pendukung utama kulit, tendon, tulang, kartilago, dan jaringan pengikat mengalami perubahan menjadi bentangan yang tidak teratur.

d. Kartilago: Jaringa kartilago pada persendian lunak dan mengalami granulasi dan akhirnya permukaan sendi menjadi rata, kemudian kemampuan kartilago untuk regenerasi berkurang dan degenerasi yang terjadi cenderung kearah progresif, konsekuensinya kartilago pada persendian menjadi rentan terhadap gesekan.

e. Tulang: Berkurangnya kepadatan tulang setelah di observasi lebih lanjut mengakibatkan nyeri, deformitas dan fraktur.

f. Otot: Perubahan struktur otot pada penuaan sangat berfariasi, penurunan jumlah dan ukuran serabu otot, peningkatan jaringan penghubung dan jaringan lemak pada otot mengakibatkan efek negatif.

g. Sendi: Pada lansia, jaringan ikat sekitar sendi seperti tendon, ligament dan fasia mengalami penuaan elastisitas h. Sistem kardiovaskuler: Massa jantung bertambah. Vertikel

kiri mengalami hipertropi dan kemampuan peregangan jantung berkurang karena perubahan pada jaringan ikat

(4)

dan penumpukan lipofusin dan klasifikasi Sa Nude dan jaringan konduksi berubah menjadi jaringan ikat.

i. Sistem respirasi: Pada penuaan terjadi perubahan jaringan ikat paru, kapasitas total paru tetap, tetapi volume cadangan paru bertambah untuk mengkompensasi kenaikan ruang rugi paru, udara yang mengalir ke paru berkurang. Perubahan pada otot, kartilago dan sendi torak mengakibatkan gerakan pernafasan terganggu dan kemampuan peregangan toraks berkurang.

j. Pencernaan dan Metabolisme: Perubahan yang terjadi pada sistem pencernaan, seperti penurunan produksi sebagai kemunduran fungsi yang nyata: 1) Kehilangan Gigi, 2) Indra Pengecap Menurun, 3) Rasa Lapar Menurun, 4) liver (Hati) makin mengecil dan menurunya tempat penyimpanan, berkurangnya aliran darah.

k. Sistem Perkemihan: Pada sistem perkemihan terjadi yang signifikan. Banyak fungsi yang mengalami kemunduran, contohnya laju filtrasi, ekskresi, dan reabsorpsi oleh ginjal.

l. Sistem Saraf: Sistem susunan saraf mengalami perubahan anatomi dan atropi yang progresif pada serabut saraf lansia. Lansia mengalami penurunan koordinasi dan kemampuan dalam melakukan aktifitas sehari- hari.

m. Sistem Reproduksi: Perubahan sistem reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya ovary dan uterus. Terjadi atropi payudara. Pada laki-laki testis masih dapat memproduksi spermatozoa, meskipun adanya penurunan secara berangsur-angsur.

2.1.3.2 Perubahan Mental

Di dalam perubahan mental pada usia lanjut, perubahan dapat berupa sikap yang semakin egosentris, mudah curiga, bertambah pelit atau tamak terhadap sesuatu. Faktor yang

(5)

mempengaruhi perubahan mental antara lain perubahan fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, dan lingkungan (Nugroho, 2008).

2.1.3.3 Perubahan Psiko Sosial

Perubahan psikososial meliputi pensiun yang merupakan produktivitas dan identitas yang dikaitkan dengan peranan penting dalam pekerjaan, mersakan atau sadar akan kematian, perubahan dalam cara hidup, ekonomi akibat pemberhentian dari jabatan, dan penyakit kronis.

2.2 Konsep Tekanan Darah 2.2.1 Definisi Tekanan Darah

Gunawan (2011) menyebutkan tekana darah adalah kekuatan yang diperlukan agar darah dapat mengalir di dalam pembuluh darah dan beredar mencapai semua jaringan tubuh manusia. Tekanan darah dibedakan antara tekanan darah sistolik (tekanan darah ketika jantung menguncup) dan tekanan darah diastilok (tekanan darah ketika jantung meregang). Tekanan darah sistolik selalu lebih tinggi daripada tekanan darah diastolic.

2.2.2 Pengukuran Tekanan Darah

Pengukuran tekanan darah dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung (Smeltzer & Bare, 2002).

2.2.2.1 Metode Langsung

Pada metode langsung, kateter arteri dimasukan ke dalam arteri. Walaupun hasilnya sangat tepat, akan tetapi metode pengukuran ini sangat berbahaya dan dapat menimbulkan masalah kesehatan lain. Bahaya yang dapat ditimbulkan saat pemasangan kateter arteri yaitu nyeri inflamasi pada lokasi

(6)

penusukan, bekuan darah karena tertekuknya kateter, perdarahan (ekimosis) bila jarum lepas dan tromboplebitis.

2.2.2.2 Metode Tidak Langsung

Pengukuran tidak langsung dapat digunakan menggunakan Sphygmomanometer dan Stetoskop. Sphygmomanometer tersusun atas manset yang dapat dikembangkan dan alat pengukur tekanan yang berhubungan dengan rongga dalam manset. Alat ini dikalibrasi sedemikian rupa sehingga tekanan yang terbaca pada manometer sesuai dengan tekanan dalam milimeter air raksa yang dihantarkan oleh arteri brakialis (Smeltzer & Bare, 2002).

Adapun cara pengukuran tekanan darah dimulai dengan membalutkan manset dengan kencang dan lembut pada lengan atas dan dikembangkan dengan pompa. Tekanan dalam manset dinaikan sampai denyut radial atau brakial menghilang. Hilangnya denyutan menunjukan bahwa tekanan sistolik darah telah dilampaui dan arteri dan arteri brakialis telag tertutup. Manset dikembangkan lagi sebesar 20 sampai 30 mmHg diatas titik hilangnya denyutan radial. Kemudian manset dikempiskan perlahan, dan dilakukan pembacaan secara auskultasi maupun palpasi. Dengan palpasi kita hanya dapat mengukur tekanan sistolik dan diastolik dengan lebih akurat (Smeltzer & Bare, 2002).

Untuk mengauskultasi tekanan darah, ujung stetoskop yang berbentuk corong atau diafragma diletakan pada arteri brakialis, tepat di bawah lipatan siku (rongga antekubital), yang merupakan titik dimana arteri brakialis muncul diantara kedua kaput otot biseps. Manset dikempiskan dengan

(7)

kecepatan 2 sampai 3 mmHg per detik, sementara kita mendenggarkan awitan bunyi berdetak, yang menunjukan tekanan darah sistolik. Bunyi tersebut dikenal sebagai Bunyi Korotkoff yang terjadi bersamaan dengan detak jantung, dan akan terus terdenggar dari arteri brakialis sampai tekanan dalam manset turun di bawah tekanan diastolik dan pada titik tersebut , bunyi akan menghilang (Smeltzer & Bare, 2002).

2.3 Konsep Hipertensi Lansia 2.3.1 Definisi Hipertensi Lansia

Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price & Wilson, 2006). Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tekanan darah normal bagi setiap orang adalah 120/80 mmHg.Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committe on Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Preassure (JNC) sebagai tekanan yang lebih dari 140/90 mmHg.

Hipertensi lanjut usia dibedakan menjadi dua hipertensi dengan peningkatan sistolik dan diastolik dijumpai pada usia pertengahan 55 – 65 tahun. Pada tekanan sistolik sering meningkat pada usia diatas 65 tahun dan meningkat dengan bertambahnya usia sedangkan pada tekanan diastolik meningkat pada usia sebelum 60 tahun dan menurun sesudah usia 60 tahun. (Temu Ilmiah Geriatri Semarang, 2008).

Hipertensi pada lansia terjadi karena adanya perubahan struktural dan fungsional pada sistem pembuluh perifer yang bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah yang pada gilirannya menurunkan

(8)

kemampuan distensi dan gaya regang pembuluh darah.

Konsekuensinya aorta dan arteri kurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa oleh jantung, mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer & Bare, 2002).

2.3.2 Klasifikasi Hipertensi Lansia

Berdasarkan klasifikasi JNV-VI dalam Darmojo (2009) maka hipertensi pada usia lanjut dapat dibedakan:

2.3.2.1 Hipertensi Sistolik saja (Isolated Systolik Hypertension), terdapat pada 6 – 12% penderita di atas usia 60 tahun, terutama pada wanita. Insiden meningkat dengan bertambahnya umur.

2.3.2.2 Hipertensi Diastolik (Diastolic Hypertension), terdapat antara 12 – 14% penderita di atas usia 60 tahun, terutama pada pria.

Insiden menurun dengan bertambahnya waktu.

2.3.2.3 Hipertensi Sistolik dan Diastolik: terdapat 6 – 8% usia > 60 tahun, lebih banyak pada wanita dan meningkat dengan bertambahnya umur. Menurut The Seventh Report of The Joint National Comunitte on Prevention, Detection, Evaluation, and Treatmen of High Blood Pressure (JNC 7) dalam sudoyo et al (2006) klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi dua kelompok normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1, hipertensi derajat 2.

(9)

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi lansia menurut JNC VII

Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

Normal <120 <80

Pre Hipertensi 120 – 139 80 – 89

Hipertensi

Stage 1 140 – 159 90 – 99

Stage 2 >160 >100

Darmojo (2009) membedakan hipertensi pada usia lanjut sebagai berikut:

2.3.2.1 Hipertensi dimana tekanan darah sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.

2.3.2.2 Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.

2.3.3 Faktor Resiko Hipertensi Lansia

Faktor risiko yang mempengaruhi hipertensi pada lansia yang dapat atau tidak dapat di kontrol, antara lain:

2.3.3.1 Faktor Resiko Yang Tidak Dapat diKontrol:

a. Jenis Kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun ketika bertambah usia wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum Menopause.

Harrison, Wilson dan Kasper (2005) mengatakan bahwa wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar Kolestrol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses aterosklerosis.Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan

(10)

adanya imunitas wanita pada usia premenopause.Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan.Proses ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada wanita usia 45 – 55 tahun. Penjelasan di atas mengungkapkan bahwa estrogen berperan penting mampu menurunkan tekanan darah pada wanita muda.

Saat siklus menstruasi terjadi, tekanan darah akan menurun, ini terjadi ketika fase luteal akan berubah menjadi fase folikular. Setelah wanita tidak menstruasi lagi atau postmenopause maka tidak akan terjadi perubahan fase menstruasi di atas, dari fase luteal berubah menjadi fase folikular sehingga tekanan darah tidak menurun dan justru cenderung naik (Staessen, 2003).

Dari hasil penelitian didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%. Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda. Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%

penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikatain dengan perubahan hormon setelah menopause (Aisyah, 2011)

b. Umur

Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah tinggi dari orang yang berusia lebih muda (Harison, Wilson & Kasper, 2005). Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Tetapi pada

(11)

kebanyakan kasus, hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita hipertensinya sering terjadi pada usia di atas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon sesudah menopause. Kondisi yang berkaitan dengan usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri – arteri utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Mengerasnya arteri – arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu kehilangan daya penyesuaian diri. Bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevelensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40% dengan kematian sekitar 50% di atas umur 60 tahun.

Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan serta tekanan darah meningkat seiring bertambahnya usia. Peningkatan kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enam puluhan. Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi (Smltzer & Bare, 2002).

c. Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar sodium intraselular dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium. Individu dengan orang tua yang hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70 – 80% kasus hipertensi Esensial dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk dalam Sumarna,2012). Seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang

(12)

tuanya adalah penderita hipertensi. Menurut Santoso (2010), mengatakan bahwa tekanan darah tinggi cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua anda ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka akan mempunyai peluang sebesar 25%

untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua mempunyai tekanan darah tinggi maka peluang anda untuk terkena penyakit ini akan meningkat menjadi 60%.

2.3.3.2 Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol a. Obesitas

Pada usia pertengahan (+50 tahun) dan dewasa lanjut asupan kalori sehingga menimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas. Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk keadaan lansia. Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi. Pada penderita hipertensi ditemukan sekitar 20 – 30% memiliki berat badan berelebih. Obesitas berisiko terhadap munculnya berbagai macam penyakit jantung dan pembuluh darah. (Aisyah, 2011).

b. Kurang Olahraga

Kurangnya aktivitas fisik dapat mengakibatkan hipertensi yaitu karena terjadinya penurunan cardiac output ( curah jantung ) sehingga pemompaan ke jantung menjadi lebih kurang.Kurangnya lahan aktivitas fisik dapat menyebabkan terjadinya kekakuan pembuluh darah, sehingga aliran darah tersumbat dan dapat menyebabkan hipertensi.Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk.Orang – orang yang tidak aktif cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung

(13)

mereka harus bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus memompa semakin besar pula kelakuan yang mendesak arteri.

Latihan fisik berupa berjalan kaki selama 30 – 60 menit setiap hari sangat bermanfaat untuk menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi, jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban waktu jalan (Aisyah, 2011).

c. Kebiasaan Merokok

Meroko dapat menyebabkan peninggian tekanan darah.

Peroko berat dapat dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Meroko menyebabkan hipertensi karena nikotin juga memiliki kemampuan untuk merangsang produksi hormon epinefrin juga dikenal sebagai adrenalin yang menyebabkan pembuluh darah mengkerut (Hopkinson, 2011)

d. Mengonsumsi Garam Berlebih

Badan Kesehatan Dunia (WHO) merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya hipertensi. Kadar yodium yang direkomendasi adalah tidak lebih dari 100 mmol (sekitar 2,4 gram yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkan cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi (Basha, 2004).

(14)

e. Minum Alkohol

Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan organ – organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan termasuk salah satu faktor risiko hipertensi. (Aisyah, 2011)

f. Minum Kopi

Faktor kebiasaan minum kopi didapatkan dari satu cangkir kopi mengandung 75 – 200 mg kafein, di mana dalam satu cangkir tersebut berpotensi meningkatkan tekanan darah 5 – 10 mmHg. (Dalyoko, 2010)

g. Stres

Hubungan sters dengan hipertensi di duga melalui saraf simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak menentu). Sters yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan pedesaan. Hal ini dapat dihubungkan dengan pengaruh sters yang dialami kelompok masyarakat yang tinggal di kota (Syahrini, Susanto, & Udiyono, 2012)

h. Penyakit Jasmani

Penyakit jasmani merupakan penyakit yang dapat kan meningkatnya hipertensi yaitu asam urat, arterosklerosis, hiperkolestrol dan hiperuresemi. Asam urat dapat menyebabkan peningkatan hipertensi karena asam urat akan menyubat aliran darah ke jantung sehingga jantung akan bekerja lebih keras dalam memompa jantung.

Dengan demikian tekanan darah akan meningkat.

(Brunner & Suddarth, 2001)

(15)

2.3.4 Etiologi

Penyebab hipertensi pada orang lanjut usia adalah terjadinya perubahan–perubahan pada elastisitas dinding aorta menurun, katub jantung menebal dan menjadi kaku, kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunya kontraksi dan volumenya. Selain itu, kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenisasi dan meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. (Syahrini, Susanto, & Udiyono, 2012)

Menurut Darmojo (2009), penyebab hipertensi pada lanjut usia adalah:

2.3.4.1 Renin: Tingginya kadar renin menyebabkan vasokontriksi dan peningkatan volume darah (akibat meningkatnya retensi garam dan cairan pada ginjal), mengakibatkan tingginya kadar tekanan darah.

2.3.4.2 Peningkatan sensitifitas terhadapan asupan garam: Dengan bertambahnya usia semakin sensitif terhadap peningkatan atau penurunan kadar natrium. Ini menyebabkan penurunan funsi ginjal dengan penurunan perfusi ginjal dan laju filtrasi glomelurus.

2.3.4.3 Penurunan elastisitas pembuluh darah perifer: Akibat proses menua akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer yang mengakibatkan hipertensi sistolik

2.3.4.4 Perubahan ateromatous: Akibat proses menua menyebabkan disfungsi endotel yang berlanjut pada pembetukan berbagai sitokin dan substansi kimiawi lain yang kemudian yang menyebabkan resorbsi natrium di tubulus ginjal,

(16)

meningkatnya proses sklerosis pembuluh darah perifer dan keadaan lain berhubungan dengan kenaikan tekanan darah.

2.3.5 Manifestasi Klinis

Smeltzer & Bare (2002) menyebutkan bahwa terdapat tanda dan gejala yang dapat timbul pada pasien hipertensi yaitu:

2.3.5.1 Mulai dari tidak ada gejala sampai gejala ringan, misalnya:

pusing, melayang, berputar, vertigo, sakit kepala, baik sebagian atau seluruh bagian.

2.3.5.2 Pandangan mata kabur/ tidak jelas bahkan dapat langsung buta

2.3.5.3 Mual muntah

2.3.5.4 Pada pemeriksaan diperoleh nilai tekanan darah tinggi (>140/90 mmHg), dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti penyempitan pembuluh darah, perdrahan, edema pupil

2.3.5.5 Hipertrofi ventrikel kiri sebagai respons peningkatan beban kerja ventrikel untuk berkontraksi

2.3.5.6 Keterlibatan pembuluh darah otak dapat mengakibatkan stroke

2.3.5.7 Langsung komplikasi yang berat, seperti sesak napas hebat;

kaki bengkak (akibat gagal jantung), tidak sadarkan diri akibat perdarahan di otak (Stroke).

2.3.6 Komplikasi

Penderita hipertensi berisiko untuk menderita penyakit lain Corwin, (2009) menyebutkan beberapa penyakit yang dapat timbul akibat dari hipertensi, diantaranya sebagai berikut:

2.3.6.1 Penyakit Jantung

Hipertensi kronis akan menyebabkan infark miokard, infark miokard menyebabkan kebutuhan oksigen pada miokardium

(17)

tidakterpenuhi kemudian menyebabkan iskemia jantung serta terjadilah infark.

2.3.6.2 Kerusakan Pembuluh Darah Otak

Tekanan tinggi di otak disebabkan oleh embolus yang terlepas dari pembuluh darah di otak, sehingga terjadi stroke.

Stroke dapat terjadi apabila terdapat penebalan pada arteri yang memperdarahi otak, hal ini menyebabkan aliran darah yang diperdarahi otak berkurang.

2.3.6.3 Gagal Ginjal

Tekanan tinggi kapiler glomerulus ginjal akan mengakibatkan kerusakan progresif sehingga gagal ginjal.

Kerusakan pada glomerulus menyebabkan aliran darah ke unit fungsional juga ikut terganggu sehingga tekanan osmotik menurun kemudian hilangnya kemampuan pemekatan urin yang menimbulkan nokturia.

2.3.7 Penatalaksanaan

Intervensi atau penatalaksanaan untuk pasien hipertensi ada dua macam, yaitu intervensi farmakologis dan intervensi nonfarmakologis (Corwin, 2009).

2.3.7.1 Intervensi farmakologis, yaitu intervensi dengan menggu nakan obat-obatan antihipertensi. Obat – obatan antihipertensi dapat dipakai sebagai obat tunggal atau dicampur dengan obat lainnya. Obat–obatan ini diklasifikasikan menjadi 5 kategori, antara lain:

Penatalaksanaan farmakologi menurut Saferi & Mariza (2013) merupakan penanganan menggunakan obat-obatan, antara lain:

a. Diuretik (Hidroklorotiazid)

(18)

b. Diuretik bekerja dengan cara mengeluarkan cairan berlebih dalam tubuh sehingga daya pompa jantung menjadi lebih ringan.

c. Penghambat simpatetik (Metildopa, Klonidin dan Reserpin) Obat-obatan jenis penghambat simpatetik berfungsi untuk menghambat aktifitas saraf simpatis.

d. 3)Betabloker (Metoprolol, Propanolol dan Atenolol) Fungsi dari obat jenis betabloker adalah untuk menurunkan daya pompa jantung, dengan kontra indikasi pada penderitayang mengalami gangguan pernafasan seperti asma bronkial.

e. Vasodilator (Prasosin, Hidralasin) Vasodilator bekerja secara langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos pembuluh darah.

f. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) inhibitor (Captopril) Fungsi utama adalah untuk menghambat pembentukan zat angiotensin II dengan efek samping penderita hipertensi akan mengalami batuk kering, pusing, sakit kepala dan lemas.

g. Penghambat Reseptor Angiotensin II (Valsartan) Daya pompa jantung akan lebih ringan ketika obat-obatan jenis penghambat reseptor angiotensin II diberikan karena akan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada reseptor.

h. Antagonis Kalsium (Diltiasem dan Verapamil) Kontraksi jantung (kontraktilitas) akan terhambat.

2.3.7.2 Penatalaksanaan Nonfarmakologi

Modifikasi gaya hidup dalam penatalaksanaan non farmakologi sangat penting untuk mencegah tekanan darah tinggi. Penatalaksanaan nonfarmakologis pada penderita

(19)

hipertensi bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi dengan caramemodifikasi faktor resiko yaitu:

a. Mempertahankan berat badan yang ideal sesuai Body MassIndexdengan rentang 18,5–24,9kg/m2. BMI dapat diketahui dengan rumus membagi berat badan dengan tinggi badan yangtelah dikuadratkan dalam satuan meter.

Obesitas yang terjadidapat diatasi dengan melakukan diet rendah kolesterol kayaprotein dan serat. Penurunan berat badan sebesar 2,5–5 kg dapatmenurunkan tekanan darah diastolik sebesar 5mmHg (Dalimartha, 2008).

b. Mengurangi asupan natrium (sodium) Mengurangi asupan sodium dilakukan dengan melakukan diet rendah garam yaitu tidak lebih dari 100 mmol/hari (kira-kira 6gr NaCl atau 2,4 gr garam/hari), atau dengan mengurangi konsumsi garam sampai dengan 2300 mg setara dengan satu sendok teh setiap harinya. Penurunan tekanan darah sistoliksebesar 5 mmHg dan tekanan darah diastolik sebesar 2,5mmHg dapat dilakukan dengan cara mengurangi asupan garammenjadi ½ sendok teh/hari (Dalimartha, 2008).

c. Batasi konsumsi alkohol Mengonsumsi alkohol lebih dari 2 gelas per hari pada pria ataulebih dari 1 gelas per hari pada wanita dapat meningkatkan tekanan darah, sehingga membatasi atau menghentikan konsumsi alkohol dapat membantu dalam penurunan tekanan darah (PERKI, 2015).

d. Makan K dan Ca yang cukup dari diet Kalium menurunkan tekanandarah dengan cara meningkatkan jumlah natrium yang terbuang bersamaan dengan urin.

Konsumsi buah-buahan setidaknya sebanyak 3-5 kali dalam sehari dapat membuat asupan potassium menjadi

(20)

cukup. Cara mempertahankan asupan dietpotasium (>90 mmol setara 3500mg/hari) adalah dengan konsumsi diet tinggi buah dan sayur.

e. Menghindari merokok, merokok meningkatkan resiko komplikasi pada penderita hipertensi seperti penyakit jantung dan stroke. Kandungan utama rokok adalah tembakau, didalam tembakau terdapat nikotin yang membuat jantung ras karena mempersempit pembuluh darah dan meningkatkan frekuensidenyut jantung serta tekanan darah (Dalimartha, 2008).

f. Penurunan stress, stress yang terlalu lama dapat menyebabkan kenaikan tekanan darah sementara.

Menghindari stress pada penderita hipertensi dapat dilakukan dengan cara relaksasi seperti relaksasi otot, yoga ataumeditasi yang dapat mengontrol sistem saraf sehingga menurunkan tekanan darah yang tinggi (Hartono,2007).

g. Aromaterapi (relaksasi) Aromaterapi adalah salah satu teknik penyembuhan alternatif yang menggunakan minyak esensial untuk memberikan kesehatan dan kenyamanan emosional, setelah aromaterapi digunakan akan membantu kita untuk rileks sehingga menurunkan aktifitas vasokonstriksi pembuluh darah, alirandarah menjadi lancar dan menurunkan tekanan darah (Sharma, 2009).

h. Terapi masase (pijat)Masase atau pijat dilakukan untuk memperlancar aliran energi dalam tubuh sehingga meminimalisir gangguan hipertensi beserta komplikasinya, saat semua jalur energi terbuka dan aliran energi tidak terhalang oleh tegangnya otot maka resiko hipertensi dapat, diminimalisir (Dalimartha, 2008).

(21)

2.4 Konsep Senam Hipertensi 2.4.1 Definisi

Senam hipertensi Olahraga yang ditunjukkan untuk penderita

Hipertensi dan usia lanjut untuk mengurangi berat badan dan mengelola stres (faktor yang mempertinggi hipertensi)

yang dilakukan selama 30 menit dan dilakukan seminggu minimal 3 kali. (Smeltzer & Bare, 2012)

2.4.2 Manfaat

Manfaat senam hipertensi Untuk meningkatkan daya tahan jantung dan paru-paru serta membakar lemak yang berlebihan ditubuh karena aktifitas gerak untuk menguatkan dan membentuk otot dan beberapa bagian tubuh lainya seperti pinggang, paha, pinggul, perut dan lain lain. Meningkatkan kelenturan, keseimbangan koordinasi, kelincahan, daya tahan dan sanggup melakukan kegiatan-kegiatan dan olahraga lainnya. (Smeltzer & Bare, 2012).

2.4.3 Cara senam hipertensi

2.4.3.1 Gerakan Pemanasan

a. Tekuk kepalake samping, lalu tahan dengan tangan pada sisi yang sama dengan arah kepala. Tahan dengan hitungan 8-10, lalu bergantian dengan sisi lain.

b. Tautkan jari-jari kedua tangan dan angkat lurus ke atas kepala dengan posisi kedua kaki dibuka selebar bahu.

Tahan dengan 8-10 hitungan. Rasakan tarikan bahu dan punggung.

2.4.3.2 Gerakan Inti

a. Lakukan gerakan seperti jalan ditempat dengan lambaian kedua tangan searah dengan sisi kaki yang diangkat.

Lakukan perlahan dan hindari hentakan.

b. Buka kedua tangan dengan jemari mengepal dan kaki dibuka selebar bahu. Kedua kepalan tangan bertemu dan ulangi gerakan semampunya sambil mengatur napas.

(22)

c. Kedua kaki dibuka agak lebar lalu angkat tangan menyerong. Sisi kaki yang searah dengan tangan sedikit ditekuk. Tangan diletakkan dipinggang dan kepala searah dengan gerakan tangan. Tahan 8-10 hitungan lalu ganti dengan sisi lainnya.

d. Gerakan hampir sama dengan sebelumnya, tapi jari mengepal dan kedua tangan diangkat keatas. Lakukan bergantian secara perlahan dan semampunya.

e. Hampir sama dengan gerakan inti 1, tapi kaki dibuang ke samping. Kedua tangan dengan jemari mengepal ke arah yang berlawanan. Ulangi dengan sisi bergantian.

f. Kedua kaki dibuka lebar dari bahu, satu lutut agak ditekuk dan tangan yang searah lutut di pinggang.

Tangan sisi yang lain lurus kearah lutut yang ditekuk.

Ulangi gerakan kearah sebaliknya dan lakukan semampunya.

2.4.3.3 Pendinginan

a. Kedua kaki dibuka selebar bahu, lingkarkan satu tangan ke leher dan tahan dengan tangan lainnya. Hitungan 8-10 kali dan lakukan pada sisi lainnya.

b. Posisi tetap, tautkan kedua tangan lalu gerakkan kesamping dengan gerakan setengah putaran. Tahan 8-10 hitungan lalu arahkan tangan kesisi lainnya dan tahan dengan hitungan yang sama.(Smeltzer & Bare, 2012).

(23)

2.5 Konsep Aromaterapi 2.5.1 Definisi

Aromaterapi adalah terapi atau pengobatan dengan menggunakan bau- bauan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, bunga, pohon yang berbau harum dan enak. Minyak astiri digunakan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, sering digabungkan untuk menenangkan sentuhan penyembuhan dengan sifat terapeutik dari minyak astiri (Craig Hospital, 2013). Aromaterapi dapat juga didefinisikan sebagai penggunaan terkendali esensial tanaman untuk tujuan terapeutik (Posadzki et al, 2012). Jenis minyak aromaterapi yang umum digunakan yaitu:

2.5.1.1 Minyak Lavender (Lavender Oil) 2.5.1.2 Minyak Jasmine

2.5.1.3 Minyak orange 2.5.1.4 Minyak Peppermint 2.5.1.5 Minyak Rosemary 2.5.1.6 Minyak Sandalwood 2.5.1.7 Minyak Green tea 2.5.1.8 Minyak Ylang-Ylang 2.5.1.9 Minyak Lemon 2.5.1.10 Minyak Frangipani 2.5.1.11 Minyak Strawberry 2.5.1.12 Minyak Lotus 2.5.1.13 Minyak Appel 2.5.1.14 Minyak Vanilla 2.5.1.15 Minyak Night Queen 2.5.1.16 Minyak Opium 2.5.1.17 Minyak Coconut 2.5.1.18 Minyak Sakura

(24)

2.5.2 Mekanisme Aromaterapi

Efek fisiologis dari aroma dapat dibagi menjadi dua jenis: mereka yang bertindak melalu stimulasi sistem saraf dan organ-organ yang bertindak langsung pada organ atau jaringan melalui effector-receptor mekanisme (Hongratanaworakit, 2004).

Aromaterapi didasarkan pada teori bahwa inhalasi atau penyerapan minyak esensial memicu perubahan dalam sistem limbik, bagian dari otak yang berhubungan dengan memori dan emosi. Hal ini dapat merangsang respon fisiologis saraf endokrin atau system kekebalan tubuh, yang mempengaruhi denyut jantung tekanan darah, pernafasan, aktifitas gelombang otak dan pelepasan berbagai hormon di seluruh tubuh.

Efeknya pada otak dapat menjadikan tenang atau merangsang sistem saraf serta mungkin membantu dalam menormalkan sekresi hormon.

Menghirup minyak esensial dapat meredakan gejala pernafasan, sedangkan aplikasi lokal minyak yang diencerkan dapat membantu untuk kondisi tertentu. Pijat dikombinasikan dengan minyak esensial memberikan relaksasi, serta bantuan dari rasa nyeri, kekuatan otot dan kejang. Beberapa minyak esensial yang diterapkan pada kulit dapat menjadi anti mikroba anti septik, anti jamur, atau anti inflamasi (Hongratanaworakit, 2004).

2.5.3 Manfaat Aromaterapi

Beberapa manfaat minyak aromaterapi (esensial oil):

2.5.3.1 Lavender, dianggap paling bermanfaat dari semua minyak astiri. Lavender dikenal untuk membantu meringankan nyeri, sakit kepala, insomnia, ketegangan dan stress (depresi) melawan kelelahan dan mendapatkan untuk relaksasi, merawat agar tidakinfeksi paru-paru, sinus, termasuk jamur

(25)

vaginal, radang tenggorokan, asma, kista dan peradangan lain. Meningkatkan daya tahan tubuh, regenerasi sel, luka terbuka, infeksi kulit dan sangat nyaman untuk kulit bayi, dll.

2.5.3.2 Jasmine: Pembangkit gairah cinta, baik untuk kesuburan wanita, mengobati impotensi, anti depresi, pegal linu, sakit menstruasi dan radang selaput lendir.

2.5.3.3 Orange: Baik untuk kulit berminyak, kelenjar getah bening tak lancar, debar jantung tak teratur dan tekanan darah tinggi.

2.5.3.4 Peppermint: Membasmi bakteri, virus dan parasit yang bersarang di pencernaan. Melancarkan penyumbatan sinus dan paru, mengaktifkan produksi minyak dikulit, menyembuhkan gatal-gatal karena kadas/kurap, herpes, kudis karena tumbuhan beracun.

2.5.3.5 Rosemary: Salah satu aroma yang manjur memperlancar peredaran darah, menurunkan kolesterol, mengendorkan otot, reumatik, menghilangkan ketombe, kerontokan rambut, membantu mengatasi kulit kusam sampai di lapisan terbawah. Mencegah kulit kering, berkerut yang menampakkan urat-urat kemerahan. Perbedaan Efektivitas Inhalasi, Timur Cahyasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015

2.5.3.6 Sandalwood: Menyembuhkan infeksi saluran kencing dan alat kelamin, mengobati radang dan luka bakar, masalah tenggorokan, membantu mengatasi sulit tidur dan menciptakan ketenangan hati.

2.5.3.7 Green tea: Berperan sebagai tonik kekebalan yang baik mengobati penyakit paru-paru, alat kelamin, vagina, sinus, inveksi mulut, inveksi jamur, cacar air, ruam saraf serta melindungi kulit karena radiasi bakar selama terapi kanker.

(26)

2.5.3.8 Ylang-Ylang/ Kenanga: Bersifat menenangkan, melegakan sesak nafas, berfungsi sebagai tonik rambut sekaligus sebagaipembangkit rasa cinta.

2.5.3.9 Lemon: Selain baik untuk kulit berminyak, berguna pula sebagai zat antioksidan, antiseptik, melawan virus dan infeksi bakteri, mencegah hipertensi, kelenjar hati dan limpa yang tersumbat, memperbaiki metabolisme, menunjang system kekebalan tubuh serta memperlambat kenaikan berat badan.

2.5.3.10 Frangipani/ Kamboja: Bermanfaat untuk pengobatan, antara lain, bisa untuk mencegah pingsan, radang usus, disentri, basiler, gangguan pencernaan, gangguan penyerapan makanan pada anak, radang hati, radang saluran napas, jantung berdebar, TBC, cacingan, sembelit, kencing nanah, beri-beri, kapalan, kaki pecah-pecah, sakit gigi, tertusuk duri atau beling, bisul dan patekan. Aromaterapi dari wewangian ini melambangkan kesempurnaan. Ini dapat digunakan untuk meditasi dan memberikan suasana hening yang mendalam.

Perbedaan Efektivitas Inhalasi..., Timur Cahyasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015.

2.5.3.11 Strawberry: Dapat meningkatkan selera makan, mengurangi penyakit jantung, tekanan darah tinggi dan kanker.

2.5.3.12 Lotus: Meningkatkan vitalitas, kosentrasi, mengurangi panas dalam, meningkatkan fungsi limpa dan ginjal.

2.5.3.13 Appel: Dapat menyembuhkan mabuk, diare, menguatkan sistem pencernaan, menjernihkan pikiran, mengurangi gejala panas dalam.

2.5.3.14 Vanilla: Dengan aroma yang lembut dan hangat mampu menenangkan pikiran.

2.5.3.15 Nigth Queen: Membuat rasa nyaman dan rileks.

2.5.3.16 Opium: Menggembirakan, memberi energi dan semangat tertentu.

(27)

2.5.3.17 Coconut: Memberikan efek ketenangan, menghilangkan stress, mampu mempertahankan keremajaan kulit wajah sehingga wajah selalu nampak bersinar sepanjang masa.

2.5.3.18 Sakura: Di antaranya, disentri, demam, muntah, batuk darah, keputihan, tumor, insomnia, mimisan, sakit kepala, hipertensi.

2.5.4 Minyak Esensial Lavender 2.5.4.1 Definisi

Minyak esensial merupakan hasil sulingan ekstrak tanaman biasanya juga disebut sebagai minyak atsiri (Price, 1997).

Tanaman dan ekstraknya sudah digunakan dalam waktu yang sudah cukup lama untuk meringankan rasa nyeri, membantu penyembuhan, membunuh kuman dan juga memulihkan serta mempertahankan kesehatan tubuh.

Minyak esensial dapat digunakan pada jaringan hidup tanpa menimbulkan banyak efek samping yang berbeda dengan obat–obatan sintetik yang membuat tubuh manusia harus beradaptasi terhadap efek yang ditimbulkan sehingga harus terus menerus menambah takaran dosisnya, hal ini tidak pernah terjadi pada pemakaian minyak esensial (Price, 1997).

Minyak esensial lavender merupakan minyak yang hasil dari ekstraksi dengan destilasi uap bunga dari tanaman Lavandula agustifolia (suku Lamiaceae). Memang ada satu spesies lain yang masih satu famili yang bisa menghasilkan minyak lavender yaitu Lavandula latifolia Medicus, tetapi yang paling sering dipakai dan sudah banyak dipakai sebagai aroma terapi adalah dari tanaman Lavandula agustifolia.

(28)

Gambar 2.1 Bunga Lavender

2.5.4.2 Zat Yang Terkandung Pada Minyak Lavender

Minyak lavender memiliki banyak potensi karena terdiri atas beberapa kandungan. Menurut penelitian, dalam 100 gram minyak lavender tersusun atas beberapa kandungan, seperti : minyak esensial (13%), alpha-pinene (0,22%), camphene (0,06%), beta-myrcene (5,33%), p-cymene (0,3%), limonene (1,06%), cineol (0,51%), linalool (26,12%), Perbedaan Efektivitas Inhalasi..., Timur Cahyasari, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2015 borneol (1,21%), terpinen-4-o1 (4,64%), linail acetate (26,32%), geranyl acetate (2,14%), dan caryophyllene (7,55%). Berdasarkan data diatas, dapat disimpulkan bahwa kandungan utama dari bunga lavender adalah linail asetat dan linalool (C10H18O) (McLain DE, 2009).

2.5.4.3 Manfaat minyak esensial lavender

Sifat farmakologi dari minyak lavender dalam menimbulkan efek relaksasi dipengaruhi oleh kandungan terbesarnya yaitu linalool dan linalil asetat serta sedikit dipengaruhi oleh kandungan geraniolnya. Efek farmakologi dalam menim

(29)

bulkan relaksasi secara fisik dan psikologis dari minyak lavender ini cukup lengkap.

Berikut ini menurut (Price, 2007) efek farmakologi untuk relaksasi yang ditimbulkan oleh minyak lavender:

a. Menurunkan ansietas, hipertensi, depresi, agitasi, iritabilitasi, nyeri, ketegangan otot; hal ini disebabkan karena lavender memiliko kandungan ester yang tinggi yang dipercaya meiliki sifat menenangkan dan bekerja dengan lembut serta tidak bersifat toksik.

b. Memiliki sifat analgesic.

c. Memiliki sifat antispasmodik (menurunkan kontraksi otot lurik).

d. Menyeimbangkan sistem saraf tepi.

e. Memiliki sifat menenangkan.

f. Memiliki efek sedative.

g. Hipotensif.

h. Menurunkan frekuensi jantun.

i. Antidepresan.

j. Antiansietas.

k. Antiinsomnia.

l. Meningkatkan daya konsentrasi.

2.5.4.4 Cara kerja minyak esensial lavender

Pemberian melalui nasal: Jika minyak esensial dihirup, molekul – molekul yang ada pada minyak tersebut akan terbawa oleh arus turbulen ke langit – langit hidung. Pada langit – langit hidung terdapat bulu – bulu halus yang menjulur dari sel – sel reseptor ke dalam saluran hidung.

Ketika molekul minyak tertahan pada bulu – bulu ini suatu impuls akan ditransmisikan lewat bulbus olfaktorius ke

(30)

dalam sistem limbik. Proses ini akan memacu memori dan emosional yang lewat hipotalamus bekerja sebagai pemacar serta regulator menyebabkan pesan tersebut di kirim ke bagian otak yang lain dan bagian tubuh yang lainya Pesan yang diterima akan diubah menjadi kerja sehingga terjadi pelepasan zat – zat neurokimia yang bersifat euforik, relaksan, sedatif, atau stimulan menurut keperluan tubuh (Price, 1997).

Penyerapan minyak esensial ke dalam system sirkulasi membutuhkan waktu sekitar 10 menit untuk diserap sepenuhnya oleh system tubuh sebelum di keluarkan kembali melalui paru-paru, kulit , dan urine dalam waktu beberapa jam kemudian. (Rahmi,2002).

Menurut Cahyasari 2015 teknik pemberian aroma terapi bisa dengan cara inhalasi : biasanya dianjurkan untuk masalah dengan pernafasan dan dapat dilakukan dengan menjatuhkan beberapa tetes minyak esensial ke dalam mangkuk air yang mengepul. Uap tersebut kemudian dihirupkan selama 10-15 menit, dengan efek yang ditingkatkan dengan meletakan handuk dan mangkuk diatas kepala sehingga membentuk tenda untuk menangkap udara yang dilembabkan dan bau.

2.6 Hubungan Senam Hipertensi dengan Aroma Terapi Lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia hipertensi

2.6.1 Hubungan senam hipertensi dengan tekanan darah

Senam hepertensi adalah bagian dari usaha untuk mengurangi berat badan dan mengelola stress yang merupakan salah satu faktor yang mempertinggi resiko hipertensi (Vitahealth, 2004).

(31)

Cara pencegahan yang dapat dilakukan oleh lansiaagar terhindar dari penyakit hipertensi dengan semboyan SEHAT yaitu seimbangkan gizi, enyahkan rokok, hindari stress, awasi tekanan darah dan teratur berolahraga. Teratur berolahraga dapat dilakukan dengan cara latihan fisik yang sesuai dengan lansia diantaranya berjalan-jalan, bersepeda, melakukan pekerjaan rumah serta senam hipertensi (Maryam dkk, 2008).

Olahraga seperti senam hipertensi mampu mendorong jantung bekerja secara optimal, dimana olahraga mampu meningkatkan kebutuhan energy oleh sel, jaringan dan organ tubuh, dimana akibatnya dapat meningkatkan aliran balik vena sehingga menyebabkan volume sekuncup yang akan langsung meningkatkan curah jantung sehingga menyebabkan tekanan darah arteri meningkat, setelah tekanan darah arteri meningkat akan terlebih dahulu, dampak dari fase ini mampu menurunkan aktivitas pernafasan dan otot rangka yang menyebabkan aktivitas saraf simpatis menurun, volume sekuncup menurun, vasodilatasi arteriol vena, karena menurunkan ini mengakibatkan penurunan curah jantung dan penurunan resistensi perifer total, sehingga terjadi penurunan tekanan darah (Sherwood, 2005).

Tekanan darah responden setelah pemberian senam hipertensi sebagian besar adalah prehypertension (46 %). Kesimpulannya adalah terdapat pengaruh senam hipertensi terhadap tekanan darah lansia (Totok Hernawan & Fahrun Nur Rosyid 2017).

2.6.2 Hubungan aroma terapi lavender dengan tekanan darah

Respon bau yang dihasilkan akan merangsang kerja sel neurokimia otak.

Sebagai contoh, bau yang menyenangkan akan menstimulasi talamus untuk mengeluarkan enkefalin yang berfungsi sebagai penghilang rasa sakit alami dan menghasilkan perasaan tenang. Bau seperti lavender dapat

(32)

merangsang kerja endofrin pada kelenjar pituitari dan menghasilkan efek afrodisiak. Kelenjar pititari juga melepaskan agen kimia ke dalam sirkulasi darah untuk mengatur fungsi kelenjar lain seperti tiroid dan adrenal. Bau yang menimbulkan rasa tenang akan merangsang daerah otak yang disebut raphe nucleus untuk mengeluarkan sekresi serotonin. (Sholikha,2011).

Seretonin memiliki efek dalam menurunkan tekanan darah dengan menekan aktifitas saraf simpatis. Serotonin memiliki peran penting pada regulasi pembuluh darah , dimana serotonin memiliki efek vasodilatasi melalui aktivitas reseptor S1. Serotonin juga berfungsi menekan aktivitas ACTH dan menurunkan kadar kortisol , dimana kortisol berefek dalam vasokontriksi pembuluh darah . (Psychoter , 2005).

Beta endorphin memiliki efek positif pada tubuh dan pikiran, dimana saat beta endorphin dilepaskan, tekanan darah akan menurun (Sholikha, 2011).

Beta endorphin merupakan hormon anti sterss yang dapat menimbulkan efek relaksasi Aktivitas beta endorphin menekan aktivitas saraf simpatis yang dapat menurunkan kadar kortisol dan hormone adrenalin sehingga tekanan darah menurun (Psychother,2005).

penelitian mengenai pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi, maka disimpulkan ada pengaruh aromaterapi lavender terhadap penurunan tekanan darah pada lansia, tekanan darah sistolik dan diastolik sebelun diberikan aromaterapi lavender yaitu 154,44 mmHg dan 95 mmHg, dan rata-rata tekanan darah sistolik dan diastolik setelah diberikan aromaterapi lavender yaitu 138,89 mmHg dan 85 mmHg (Umi Soraya 2014).

(33)

2.6 Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka Teori (Modifikasi Nanda 2015. Sheerwod 2008, Kholis 2011)

Proses menua Degenaratif Kelainan pembuluh

Resistensi perifer Tekanan Darah

Farmakologi Hipertensi Non Farmakologi

Aktivitas fisik/olahraga

Penurunan Sterss

Makanan seimbang

Tidak merokok Aroma terapi

lavender Senam

Curah jantung meningkat Aliran darah

lancar Aktivitas respirasi

meningkat Penurunan aktivitas

Curah jantung menurun Respirasi

Perifer

Tekanan Darah Masuk melalui

nasal : dihirup

Bulu halus menangkap dan mengimpluskan lewat bulbus

olfaktorius ke dalam sisitem limbik

Memacu momori dan emosional dan dikirim ke bagian otak dan tubuh

Pelepasan zat-zat neurokimia (euforik,relaksan,s

edatif atau stimulan ) -Diuretik

- Betabloker

(34)

2.7 Kerangka Konsep

Berdasarkan kerangka teori diatas dapat disusun kerangka konsep sebagai berikut:

Skema 2.2 Kerangka Konsep

2.8 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban atas pertanyaan peneliti yang telah dirumuskan dalam perencanaan penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Ada Pengaruh Kombinasi Senam Hipertensi dengan Aroma Terapi Lavender Terhadap Penurunan Tekanan Darah Pada Lansia dengan Hipertensi.

Nilai tekanan darah lansia sebelum senam

hipertensi dan pemberian jus

Nilai tekanan darah lansia setelah senam

hipertensi dan pemberian jus

Faktor yang dapat dikontrol

 Obesitas

 Kebiasaan merokok

 Konsumsi garam berlebih Senam Lansia dan

Pemberian Jus

Faktor yang tidak dapat dikontrol :

 Jenis kelamin

 Genetik

 Umur

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi hipertensi lansia menurut JNC VII
Gambar 2.1 Bunga Lavender

Referensi

Dokumen terkait

Kanker payudara terjadi ketika sel-sel pada payudara tumbuh tidak terkendali dan dapat menginvasi jaringan tubuh yang lain, baik yang dekat.. dengan organ tersebut

Penyulit hipertensi antara lain adalah gagal jantung kongestif akibat ketidakmampuan jantung memompa darah melawan peningkatan tekanan arteri, stroke akibat

Berbagai gangguan tersebut pada dasarnya berkaitan dengan peningkatan afterload jantung akibat hipertensi, preload jantung yang secara nyata dipengaruhi oleh berkurangnya

Kanker payudara terjadi ketika sel-sel pada payudara tumbuh tidak terkendali dan dapat menginvasi jaringan tubuh yang lain, baik yang dekat dengan organ tersebut

Gagal jantung (Heart Failure) adalah ketidakmampuan jantung memompa darah dengan kecepatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan metabolik jaringan atau kemampuan melakukan

Bising dengan intensitas tinggi dalam waktu yang cukup lama ( 10 – 15 tahun ) akan menyebabkan robeknya sel-sel rambut organ Corti sampai terjadi destruksi total organ Corti..

Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah.. Pada penderita hipertensi, gejala gangguan

Gagal jantung kongsetif adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrisi dikarenakan adanya