• Tidak ada hasil yang ditemukan

WISATA KLINIK GIGI (DENTAL EDU TOUR) SEBAGAI MEDIA EDUKASI KESEHATAN GIGI DAN MULUT BAGI ANAK TK ABA KECAMATAN BANYUMANIK SEMARANG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "WISATA KLINIK GIGI (DENTAL EDU TOUR) SEBAGAI MEDIA EDUKASI KESEHATAN GIGI DAN MULUT BAGI ANAK TK ABA KECAMATAN BANYUMANIK SEMARANG"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

WISATA KLINIK GIGI (DENTAL EDU TOUR) SEBAGAI MEDIA EDUKASI KESEHATAN GIGI DAN MULUT BAGI ANAK TK ABA KECAMATAN BANYUMANIK

SEMARANG

Ani Subekti1*, Irma HY Siregar 2, Endah Aryati EN3 , Lanny Sunarjo4

1,2,3,4 Jurusan Kesehatan gigi Poltekkes Kemenkes Semarang

* anipurwanto@gmail.com

Diterima: 26 Agustus 2021 Direvisi: 22 September 2021, Diterbitkan: 20 Oktober 2021

ABSTRACT

Dental health’s education is given to children from an early age since kindergarten (TK).

Where these activities are organized by the Preventive Promotional Clinic, Department of Dental Health, Health Polytechnic, Ministry of Health, Semarang (Poltekkes Kemenkes Semarang) in the form of dental clinic educational tours (Dental Edu Tour). Promotive Preventive Clinic aims to invite pre-school and school children to get to know the knowledge about dental health and [dental and oral] health services as early as possible. The target of the community services are 58 children of ABA Banyumanik Semarang Kindergarten. The age range varies between 4-6 years old. There are two observations that this community service did. This Kindergarten children's services include dental health education activities, brushing teeth together, and introducing the dental clinic environment in the Department of Dental Health. And evaluate activities by observing the results of the teeth brushing, children's fears and the level of dental and oral hygiene of kindergarten children. Educational activities on how to brush teeth with demonstration methods greatly affects changes in tooth brushing behavior and the level of dental hygiene of children at ABA Banyumanik Semarang Kindergarten. The way of brushing teeth in children has changed by doing all the 7 aspects of teeth brushing very well. Animated film media as an education media which makes children not afraid of dental clinics. Dental clinic tours greatly affect the child's fear of being brave during dental check-up.

Keywords : Education, Dental Edu Tour

ABSTRAK

Edukasi tentang kesehatan gigi diberikan kepada anak anak sejak dini yaitu pada masa Taman Kanak-kanak (TK). Kegiatan edukasi pada anak anak TK diselenggarakan oleh Klinik Promotif Preventif Jurusan Kesehatan gigi Poltekkes Kemenkes Semarang berupa wisata edukasi klinik gigi (Dental Edu Tour). Klinik Promotif Preventif bertujuan mengajak anak anak pra sekolah dan sekolah seawal mungkin mengenal pengetahuan tentang kesehatan gigi dan pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Sasaran Pengabdian masyarakat adalah sebanyak 58 anak TK ABA Banyumanik Semarang. Usia anak adalah usia 4-6 tahun. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dua kali observasi. Pengabdian pada anak TK ini meliputi kegiatan penyuluhan kesehatan gigi, sikat gigi bersama dan mengenal lingkungan klinik gigi di Jurusan Kesehatan Gigi. Dan evaluasi kegiatan dengan melakukan observasi hasil kegiatan menyikat gigi, rasa takut anak dan tingkat kebersihan gigi

(2)

dan mulut anak TK. Kegiatan penyuluhan cara menyikat gigi dengan metode demonstrasi sangat mempengaruhi perubahan perilaku menyikat gigi dan tingkat kebersihan gigi anak TK ABA Banyumanik Semarang. Cara menyikat gigi pada anak- anak mengalami perubahan yaitu sudah melaksanakan dengan baik ke-7 aspek menyikat gigi. Media film animasi sebagai media penyuluhan membuat anak menjadi tidak takut terhadap klinik gigi. Wisata klinik gigi sangat mempengaruhi rasa takut anak menjadi berani pada saat dilakukan pemeriksaan gigi.

Kata Kunci : Edukasi, wisata klinik gigi

I. PENDAHULUAN

Tindakan menyikat gigi di pagi dan malam sebelum tidur merupakan upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut. Sosiawan dkk. (2019) berpendapat bahwa dalam melakukan kegiatan menyikat gigi harus tahu cara dan waktu menyikat gigi yang tepat. Dengan cara dan waktu menyikat gigi yang tepat akan mampu menekan angka karies yang terjadi pada anak – anak. Hal ini dianggap penting diterapkan sejak usia dini agar mendapatkan kualitas kesehatan gigi yang baik di masa depan. Menurut Winter dkk. (2017) pada usia awal dimulainya kebiasaan menyikat gigi juga berpengaruh pada resiko terjadinya karies. Pola kebiasaan menyikat gigi disertai pengawasan orang tua akan mempengaruhi peningkatan kesehatan gigi pada anak TK/prasekolah. Menurut Subekti dkk. (2018) peningkatan kebersihan gigi dan mulut dapat dilihat dengan perubahan Oral Hygiene pada anak TK/prasekolah menjadi baik. Penyuluhan tentang kebersihan gigi bagi seorang anak haruslah menarik dan media penyuluhan yang tepat dengan metode demonstrasi dengan dukungan multimedia. Pelaksanaannya bisa menggunakan benda sebenarnya dan bisa menggunakan benda tiruan/model. Budiarti (2021) menyatakan bahwa edukasi atau pembelajaran bagi usia pra sekolah (Kelompok bermain, TK A dan TK B) lebih mengedepankan pencegahan dan membiasakan perilaku kesehatan giginya.

Belajar sambil bermain dapat menyenangkan dan menghibur bagi anak-anak.

Bermain bagi anak adalah kegiatan yang serius tetapi menyenangkan. Pembelajaran pada anak usia dini dapat dilaksanakan dengan menggunakan beberapa metode.

Salah satu metode pembelajaran dengan belajar dan bermain yang diterapkan di dunia prasekolah adalah berwisata. Berwisata adalah kunjungan secara langsung ke obyek-objek yang sesuai dengan bahan kegiatan yang sedang dibahas di lingkungan kehidupan anak. Kegiatan tersebut dilakukan di luar ruangan terutama untuk melihat, mendengar, merasakan, mengalami langsung berbagai keadaan atau peristiwa di lingkungannya (Zaini, 2015). Demikian juga dengan belajar dan bermain dengan wisata gigi dapat memperoleh pengetahuan kesehatan gigi dan pengalaman melakukan pemeriksaan gigi secara nyaman. Menurut Subekti dkk (2017) bahwa edukasi melalui media aplikasi software pada anak Pos PAUD Pandega Siwi Semarang menunjukkan peningkatan angka kebersihan gigi kategori sedang sebesar 73%, sedangkan pada anak TK Mutiara sebesar 70%. Hal ini menunjukkan bahwa pada anak-anak PAUD/ TK lain perlu dilakukan edukasi lebih lanjut melalui wisata klinik gigi yang diselenggarakan oleh Jurusan Kesehatan Gigi Poltekkes Kemenkes Semarang.

Berdasarkan uraian di atas, maka sebagai wujud rasa tanggung jawab terhadap

(3)

ABA Banyumanik Kota Semarang berupa kegiatan wisata klinik gigi yang terdiri dari edukasi kesehatan gigi, sikat gigi bersama dan berperan menjadi dokter gigi kecil serta mengenal suasana klinik gigi. Dengan mengenal suasana klinik gigi lebih dini diharapkan anak – anak TK lebih berani untuk periksa di klinik gigi.

II. METODE

Sasaran Pengabdian masyarakat adalah sebanyak 58 anak TK ABA Banyumanik Semarang. Usia anak adalah 4-6 tahun. Ada 2 kelas yaitu A dan B TK ABA Banyumanik Semarang dengan alamat di Jl Setiabudi Banyumanik Kota Semarang.

Pengabdian pada anak TK ini meliputi kegiatan penyuluhan kesehatan gigi dengan media film animasi, demonstrasi menyikat gigi, berperan menjadi dokter gigi kecil, sikat gigi bersama dan mengenal lingkungan klinik gigi. Evaluasi kegiatan wisata klinik gigi berupa observasi langsung hasil kegiatan 7 aspek menyikat gigi setiap anak, menilai perubahan rasa takut anak dan perubahan tingkat kebersihan gigi dan mulut anak TK ABA. Data hasil observasi ditampilkan secara tabel distribusi frekuensi.

Rasa takut anak pada kegiatan wisata klinik gigi diukur dengan instrument menurut skala Venham’s Clinical Ratings (Limantara dkk., 2016 dalam Venham dkk, 1980) yaitu sebagai berikut :

0 : Relaks : tersenyum, patuh, mudah berkomunikasi, mudah diajak bekerjasama, sering tertawa.

1 : Kurang memperhatikan: sedikit memprotes ketika menjalani prosedur dalam waktu yang agak lama.

2 : Tegang : intonasi suara, pertanyaan dan jawaban menunjukkan rasa cemas

3 : Enggan : mudah enggan menerima perintah yang diberikan, intonasi suara menunjukkan protes, menangis, menggunakan tangannya untuk menghentikan perawatan

4 : Ikut campur dalam perawatan, menangis tanpa ada alasan yang jelas.

5 : Hilang kontrol : menangis keras, berteriak, tidak mau mendengarkan perintah yang diberikan.

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah anak TK ABA Banyumanik adalah 65 anak dan yang mengikuti semua kegiatan acara pengabdian masyarakat ini sebanyak 58 anak. Evaluasi perubahan rasa takut diamati sejak anak – anak mengikuti kegiatan wisata klinik gigi. Aspek menyikat gigi diamati pada waktu kegiatan menyikat gigi Bersama. Perubahan tingkat kebersihan gigi dievaluasi setelah hari ke-7. Adapun hasil kegiatan pengabdian masyarakat adalah sebagai berikut :

(4)

Distribusi Frekuensi 7 Aspek Menyikat Gigi pada Anak TK ABA

Tabel 1 Distribusi frekuensi 7 Aspek Menyikat gigi pada anak TK setelah penyuluhan

NO ASPEK MENYIKAT GIGI Baik Kurang

Baik Tidak dilakukan

% % %

1 Menggunakan Odol 78 22 0

2 Menggunakan Sikat Gigi

Sendiri 90 10 0

3 Menyikat Gigi Sendiri 84 16 0

4 Gerakan Bulat-Bulat 50 50 0

5 Bagian Yang Disikat 43 57 0

6 Kegiatan Berkumur-Kumur 90 10 0

7 Membersihkan Sikat Gigi

Setelah Dipakai 79 16 5

Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan 90% anak sudah menggunakan sikat gigi miliknya sendiri. Aspek gerakan bulat bulat dalam menyikat gigi sebanyak 50%

dilakukan dengan baik. Sebanyak 90% anak TK ABA sudah melakukan gerakan berkumur – kumur dengan baik. Namun sebanyak 57% anak melakukan gerakan menyikat gigi tidak semua bagian disikat dengan baik. Ada 5% anak belum terampil membersihkan sikat gigi setelah selesai dipakai.

Distribusi Frekuensi Rasa Takut pada anak TK ABA saat wisata klinik gigi berdasarkan skala Venham’s Clinical Ratings

Tabel 2 Distribusi frekuensi Rasa Takut pada anak TK ABA Pemeriksaan Rasa Takut Sebelum Sesudah

N % N %

Kode 0 53 92% 56 96%

Kode 1 2 3% 1 2%

Kode 2 0 0% 0 0%

Kode 3 3 5% 1 2%

Kode 4 0 0% 0 0%

Kode 5 0 0% 0 0%

Jumlah 58 100% 58 100%

Berdasarkan Tabel 2 frekuensi rasa takut anak pada kegiatan wisata klinik gigi

(5)

Distribusi frekuensi Tingkat Kebersihan gigi

Tabel 3 Distribusi frekuensi Tingkat Kebersihan gigi anak TK ABA sebelum dan sesudah

Tingkat kebersihan gigi Sebelum Sesudah

N % N %

Baik 6 10% 26 45%

Sedang 26 45% 27 47%

Buruk 26 45% 5 9%

Jumlah 58 100% 58 100%

Adapun dokumentasi kegiatan Pengabdian Masyarakat adalah sebagai berikut :

Gambar 1. Anak TK ABA menyaksikan pemutaran video animasi

Gambar 2. Kegiatan menyikat gigi bersama setelah penyuluhan

(6)

Gambar 3. Foto Bersama kegiatan Pengabdian Masyarakat

Pemeriksaan awal tingkat kebersihan gigi dilakukan pada hari ke-1. Selanjutnya evaluasi tingkat kebersihan gigi anak dilakukan pada hari ke-7 setelah anak - anak mendapat pendampingan guru dalam hal menyikat gigi di sekolah. Berdasarkan Tabel 3 frekuensi tingkat kebersihan gigi anak TK ABA dengan kriteria baik mengalami peningkatan dari 10% menjadi 45%. Tingkat kebersihan kriteria buruk mengalami penurunan dari 45% menjadi 9%. Anak – anak TK ABA menerapkan ketrampilan menyikat gigi yang di peroleh di pembelajaran wisata klinik gigi. Demikian orang tua sebagai pendamping di rumah juga memotivasi anaknya untuk melakukan menyikat gigi dengan tepat dan benar. Menurut Asridiana (2017) menyikat gigi sebagai salah satu kebiasaan dalam upaya menjaga kesehatan gigi dan mulut anak dibutuhkan selama proses sosialisasi dan sebaiknya dilakukan sejak dini. Peran serta orang tua diperlukan dalam membimbing, memberikan pengertian meningkatkan serta menyediakan fasilitas agar anak dapat memelihara kesehatan gigi dan mulutnya.

Berdasarkan data distribusi frekuensi tentang aspek menyikat gigi bahwa, anak - anak TK harus sejak dini diajarkan tentang metode menyikat gigi yang tepat dan benar. Penggunaan sikat gigi sendiri, bagian permukaan gigi yang harus disikat, cara berkumur – kumur, gerakan menyikat gigi bulat – bulat dan membersihkan sikat gigi setelah digunakan harus dipraktekkan ke anak – anak. Penyampaian hal – hal diatas ke anak – anak dapat melalui media yang menyenangkan dan menghibur. Kegiatan wisata klinik gigi yang menyenangkan dan menghibur serta berada di outdoor dapat memberikan pembelajaran tentang Kesehatan gigi yang lebih baik. Anak – anak akan mudah mengingat hal – hal yang menarik di wisata klinik gigi ini karena memperhatikan secara langsung. Hal ini sesuai dengan pendapat Khasinah (2015) beberapa metode pembelajaran yang diberikan kepada anak dapat melalui bermain peran, pemutaran video animasi, demonstrasi dengan alat peraga dan berwisata.

Wisata klinik gigi yang dilaksanakan di Jurusan Kesehatan gigi Poltekkes Kemenkes Semarang sudah meliputi beberapa kegiatan penyuluhan, keliling klinik gigi, berperan menjadi dokter gigi dan melihat film animasi tentang Kesehatan gigi.

Materi penyuluhan berupa media film animasi dan dibantu dengan model rahang/phantom membuat anak-anak TK tertarik untuk memperhatikan isi penyuluhan. Dengan pembelajaran dengan dukungan alat peraga akan memberikan

(7)

Pada anak TK yang sudah mendapatkan penyuluhan menunjukkan hasil bahwa tingkat kebersihan gigi anak mengalami perubahan yang baik sebesar 45% dan kriteria buruk menurun menjadi 9%. Hal ini kemungkinan disebabkan peran Guru dalam mendampingi anak sudah diaplikasikan dalam pemeliharaan kebersihan gigi anaknya dan perilaku dalam menyikat gigi menjadi baik setiap hari pada waktu setelah istirahat. Menurut Muljadi dkk., (2017) pada anak usia dini masih sulit untuk dilakukan pemeliharaan kebersihan gigi diri sendiri. Tetapi dengan perilaku orang tua/ guru yang baik tentang pemeliharaan kebersihan gigi anak dapat mempengaruhi kebersihan gigi anaknya.

Setelah dilakukan penyuluhan di Wisata Klinik gigi, cara menyikat gigi anak-anak sudah melakukan menyikat gigi dengan baik pada seluruh permukaan gigi. Dan gerakan menyikat gigi anak – anak juga melakukan gerakan bulat - bulat. Materi penyuluhan tentang cara menyikat gigi dan didemonstrasikan oleh para pengabdi kepada anak-anak TK dan guru membuat anak-anak TK melakukan perilaku cara menyikat giginya sesuai dengan materi penyuluhan. Peran orang tua di rumah dan guru di sekolah mampu merubah perilaku anak – anak TK ABA menjadi lebih baik.

Menurut pendapat Budiarti (2021) mengatakan bahwa perubahan perilaku terjadi disebabkan adanya latihan yang dilakukan dengan sadar tanpa paksaan dan mempunyai arah dan tujuan serta mencakup seluruh aspek perilaku yaitu pengetahuan, sikap maupun tindakan. Duijster (2015) menyatakan hal yang berpengaruh penting merubah sikap, karena sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan bukan merupakan pelaksanaan suatu motif tertentu.

Tidak adanya tindakan yang dilakukan secara intensif tanpa terjadinya proses pembentukan perilaku seseorang.

IV. SIMPULAN

. Penyuluhan cara menyikat gigi dengan metode demonstrasi sangat mempengaruhi perubahan perilaku menyikat gigi dan tingkat kebersihan gigi anak.

Berwisata sambil mengenal klinik gigi dan berperan menjadi dokter gigi kecil sangat mempengaruhi rasa takut anak menjadi lebih relaks. Penyuluhan dengan film animasi membuat anak menjadi tidak takut terhadap klinik gigi

DAFTAR PUSTAKA

Asridiana, 2017, Efektifitas Penyuluhan Kesehatan Menggunakan Metode Cerita Boneka Tangan Terhadap Peningkatan Keterampilan Gosok Gigi Pada Anak Prasekolah Di Tk Darmawanita Kecamatan Wasuponda Kota Sorowako. Media Kesehatan Gigi Vol. 16 No. 2.

Budiarti, S.N.I, 2021, Meningkatkan Kesehatan Anak Melalui Pembiasaan Sikat Gigi Di Tk Negeri Pakunden. Jurnal Inovasi Pendidikan dan Pengajaran No.1 Vol 1.

Februari Tahun 2021.

Duijster, D, Jong-Lenters, M, Verrips, E dan Loveren, C.V, 2015, Establishing oral health promoting behaviours in children – parents’ views on barriers, facilitators and professional support: a qualitative study, BMC Oral Health. Vol 15 hal.157.

Khasinah, S, 2015, Interaksi Ekstratekstual dalam Proses Bercerita Kepada Anak Usia Dini Internasional Journal of Child and Gender Studies Vol. 1, No. 1.

(8)

Muljadi, V.A, Mandalas, H, dan Monica, G, 2017, Parents Knowledge And Oral Hygiene Level Of Kindergarten Students. Padjajaran journal Of Dentistry Vol 29, No 2 . Limantara, G, Dwimega, A, dan Sjahruddin, L, 2016, Perbedaan Kecemasan Dental

Pada Anak Usia 6 Tahun Dan 12 Tahun (Kajian pada Sekolah Dasar Mahatma Gading, Kelapa Gading, Jakarta Utara), Seminar Nasional Cendekiawan 2016 Diakses 13 Agustus 2021 https://media.neliti.com/media/publications/172861- ID-perbedaan-kecemasan-dental-pada-anak-usi.pdf

Sosiawan, A, Fitriana, A, Bramantoro, T, Wening, G.R.S, Berniyanti, T Palupi, R, dan Putri, A.R., 2019, Community empowerment program to elevate dental and oral health knowledge and toothbrushing habitual on mothers on mothers of subdistrict area, Journal of International Oral Health, 11(7) pp. 18-21. ISSN 09767428.

Subekti, A, Sutomo, B, Nastiti, E, dan Sukendro, S.J, 2017, Pendampingan Kegiatan Menyikat Gigi Selama 7, 21, 35 Hari Oleh Orang Tua Pada Anak Pos PAUD Pandegasiwi Kelurahan Tlogosari Kecamatan Pedurungan Kota Semarang, Jurnal Kesehatan Gigi Vol 4 no 2 Desember 2017.

Subekti, A., Sutomo, B., Santoso, B., Salikun, Amalia,R., Puspita, R., dan Wulandari, K.U, ,2018, Penerapan Media Software Interaktif Sebagai Media Edukasi Dalam Perubahan Tingkat Pengetahuan Dan Perilaku Kesehatan Gigi Serta Tingkat Kebersihan Gigi, LINK vol.18 No.1.

Winter, J, Jablonski-Momeni, A, Ladda, A dan Pieper, K, 2017, Effect On The Dental Health Of Primary School Children, taking into account the group prevention schedule in kindergarten. Journal of Clinical oral Investigations 21, 2101–2107.

Gambar

Tabel 1 Distribusi frekuensi 7 Aspek Menyikat gigi pada anak TK setelah  penyuluhan
Tabel 3 Distribusi frekuensi Tingkat Kebersihan gigi anak TK ABA sebelum dan  sesudah
Gambar 3. Foto Bersama kegiatan Pengabdian Masyarakat

Referensi

Dokumen terkait

Pirmiausia buvo siekiama nustatyti, kurie Seimo nariai apskritai kalbėjo svarstant Nepilnamečių apsaugos įstatymą ir kurie iš jų – ilgiausiai (1 lentelė, laikas

Semarang Autocomp Manufacturing Indonesia, khususnya kepada pimpinan perusahaan dan mengambil strategi yang tepat untuk meningkatkan kinerja karyawan dengan

Untuk diagram fasa dan paduannya dapat dilihat pada gambar 2.6 kesetimbangan fasa tembaga dimana pada diagram ini dapat dilihat temperature terbentuknya fasa cairan, fasa α dan

Fungsi utama dari Gedung Apresiasi adalah sebagai gedung pameran karya seni rupa modern dan kontemporer, pada area pameran ini juga dapat terjadi kegiatan jual-beli

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Lama fermentasi optimum Lactobacillus plantarum pada substrat padat singkong terhadap sifat kimia dan organoleptik MOCAF yang

Tinungki (2005) menyatakan bahwa tidaklah mungkin mempertimbangkan semua faktor tersebut untuk memperkirakan perubahan- perubahan dalam produktivitas suatu stok ikan,

          Dan dalam kondisi yang sangat terpaksa, yang mendorong seseorang mengulurkan tangannya untuk meminta, syarat meminta adalah tidak mendapatkan kemampuan, karena Allah

Trend Bullish & Fase Distribusi, Candle Bullish 3 White Soldiers, Stochastic Bullish.. 3945 entis@bnisekuritas.co.id Head of Domestic Equity Department. Teguh Hendro