• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Penelitian Terdahulu

Sejumlah penelitian berkaitan dengan kinerja keuangan bank dengan menggunakan rasio keuangan telah mengasilkan temuan yang menguatkan perbedaan kinerja keuangan perbankan. Adapun penelitian tersebut adalah sebagai berikut:

Penelitian yang dilakukan oleh Meliangan, dkk. (2014), yang berjudul Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank BCA (Persero) Tbk Dan Bank CIMB Niaga (Persero) Tbk metode yang digunakan adalah uji independent sample t-test dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan antara Bank BCA dan Bank CIMB Niaga dilihat dengan menggunakan aspek CAMEL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kinerja keuangan dari bank BCA dan Bank CIMB Niaga dilihat dari rasio CAR, KAP, NPM, ROA, LDR.

Penelitian yang dilakukan oleh Angel (2014) yang berjudul Analisis Perbandingan Kinerja pada Bank Nasional, Bank Campuran, dan Bank Asing yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, metode yang digunakan adalah uji independent sample t-test dengan tujuan untuk mengetahui perbedaan kinerja keuangan antara Bank Nasional, Bank Campuran dan bank Asing dengan menggunakan aspek CAMEL. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada Bank Umum dan Bank Asing terdapat perbedaan yang signifikan jika dilihat

(2)

dari rasio CAR dan NIM, tetapi jika dilihat dari rasio NPL, ROA dan LDR tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Pada Bank Umum dan Bank Campuran terdapat perbedaan yang signifikan jika dilihat dari rasio CAR dan NPL pada tetapi jikadilihat dari rasio NIM, ROA, dan LDR tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Pada Bank Asing dan Bank Campuran terdapat perbedaan yang signifikan jika dilihat dari rasio ROA tetapi jika dilihat dari rasio CAR, NPL, NIM, dan LDR tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Penelitian yang dilakukakan oleh Handayani (2005), yang berjudul Analisis Perbandingan Kinerja Bank Nasional, Bank Campuran dan Bank Asing dengan menggunakan Rasio Keuangan. Metode yang digunakan adalah uji Analysis of variance (Anova) dengan tujuan untuk menganalisis perbedaan kinerja keuangan bank nasional, bank asing dan bank campuran periode 2000 – 2002 dengan menggunakan proksi rasio keuangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang mempunyai perbedaan kinerja keuangan yaitu asset quality yang diproksikan dengan RORA, liquidity yang diproksikan dengan CM Ratio dan liquidity yang diproksikan dengan LDR.

Variabel yang tidak ada perbedaan kinerja yaitu capital adequacy yang diproksikan dengan CAR, management quality yang diproksikan dengan NPM, earning yang diproksikan dengan ROA dan earning yang diproksikan dengan OR.

Penelitian yang dilakukan oleh Debora, dkk. (2014), yang berjudul Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan dengan menggunakan Metode CAMEL pada PT. Bank Jateng dan PT. Bank DKI. Metode yang digunakan

(3)

adalah metode rasio CAMEL (CAR, KAP, PDN, ROA, ROE, BOPO, LDR) dan uji beda independent sample t-test dengan tujuan untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan kinerja keuangan antara PT. Bank Jateng (Bank Jateng) dan PT. Bank DKI (Bank DKI) dengan menggunakan metode CAMEL periode 2011-2013. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan antara Bank Jateng dan Bank DKI dalam kualitas aset dan manajemen, namun tidak terdapat perbedaan kinerja keuangan yang signifikan dalam modal, rentabilitas dan likuiditas.

Hasil penilaian keseluruhan rasio CAMEL dapat dinyatakan kinerja keuangan Bank Jateng lebih sehat dari pada Bank DKI.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang.

Perbedaan yang mendasar pada penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu yaitu berada pada variabel atau rasio keuangan yang digunakan, penelitian sekarang tidak menggunakan aspek management, aspek yang digunakan yaitu aspek capital diproksikan dengan capital adequacy ratio (CAR), asset diproksikan dengan kualitas aktiva produktif (KAP), earning yang diproksikan dengan return on assets (ROA) dan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), dan liquidity yang diproksikan dengan loan to deposit ratio (LDR).

B. Landasan Teori 1. Pengertian Bank

Mendengar kata Bank sebenarnya tidak asing lagi bagi kita, terutama yang hidup di perkotaan. Bahkan di pedesaan sekalipun saat ini

(4)

kata Bank bukan merupakan kata yang asing dan aneh. Menyebut kata bank setiap orang selalu mengaitkannya dengan uang. Sehingga selalu saja ada anggapan bahwa yang berhubungan dengan bank selalu ada kaitannya dengan uang. Hal ini tidak salah, karena Bank merupakan lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Sebagai lembaga keuangan Bank menyediakan berbagai jasa keuangan. Di Negara- negara maju, bank bahkan sudah merupakan kebutuhan utama bagi masyarakat setiap kali bertransaksi.

Pengertian bank yang dikutip berikut ini, pada dasarnya berbeda satu dengan yang lainnya. Kalaupun ada perbedaan hanya nampak pada tugas atau usaha bank. Ada yang mengartikan bank sebagai suatu badan yang tugas utamanya menghimpun dana dari pihak ketiga. Sedangkan pengertian lain mengatakan, bank adalah suatu badan yang tugas utamanya sebagai perantara untuk menyalurkan penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan dan ada pula yang menyatakan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya menciptakan kredit.

Taswan (2006 : 6) mendefinisikan bahwa bank adalah sebuah lembaga atau perusahaan yang aktivitasnya menghimpun dana berupa giro, deposito tabungan dan simpanan yang lain dari pihak yang kelebihan dana (surplus spending unit) kemudian menempatkannya kembali kepada masyarakat yang membutuhkan dana (deficit spending unit) melalui penjualan jasa keuangan yang pada gilirannya dapat meningkatkan kesejahteraan rakyat banyak.

(5)

Dendawijaya (2000 : 25) mendefinisikan bahwa bank adalah suatu badan usaha yang tugas utamanya sebagai lembaga perantara keuangan (financial intermediaries), yang menyalurkan dana dari pihak yang berkelebihan dana (idle fund/surplus unit) kepada pihak yang membutuhkan dana atau kekurangan dana (deficit unit) pada waktu yang ditentukan.

Secara sederhana bank menurut Kasmir (2008 : 2) adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut kemasyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Sedangkan pengertian lembaga keuangan adalah setiap perusahaan yang bergerak dibidang keuangan dimana kegiatannya adalah hanya menghimpun dana atau hanya menyalurkan dana atau kedua-duanya.

Menurut Undang-undang Nomor 10 tahun 1998 (revisi UU No. 14 Tahun 1992) yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk- bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

2. Jenis Bank

Jenis bank dapat digolongkan menjadi beberapa golongan, tidak hanya berdasarkan jenis kegiatan usahanya melainkan juga mencakup bentuk badan hukumnya, pendirian dan kepemilikannya dan target pasarnya. Taswan (2010 : 8) menggolongkan jenis bank dilihat dari:

(6)

a. Berdasarkan UU No. 10 Tahun 1998 tentang Bank terdiri dari:

1) Bank Umum, yaitu bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa lalu lintas pembayaran

2) Bank Perkreditan Rakyat (BPR) adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa lalu lintas pembayaran.

b. Jenis Bank dilihat dari fungsinya

1) Bank Komersial, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima deposito dalam bentuk deposito lancar (giro) dan deposito berjangka dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka pendek.

2) Bank Pembangunan, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima deposito dalam bentuk deposito berjangka dan atau mengeluarkan kertas berharga jangka menengah dan jangka panjang dan dalam usahanya terutama memberikan kredit jangka menengah dan panjang di bidang pembangunan.

3) Bank Tabungan, yaitu bank dalam pengumpulan dananya teutama menerima deposito dalam bentuk deposito tabungan dan dalam usahanya terutama memperbunngakan dananya dalam kertas berharga.

(7)

c. Jenis Bank berdasarkan Kepemilikannya

1) Bank Pemerintah Pusat, yaitu bank-bank komersial, bank tabungan atau bank pembangunan yang mayoritas kepemilikannya berada ditangan pemerintah pusat.

2) Bank Pemeintah Daerah, yaitu bank-bank komersial, bank tabungan atau bank pembangunan yang mayoritas kepemilikannya berada ditangan pemerintah daerah.

3) Bank Swasta Nasional, yaitu bank yang dimiliki oleh warga Negara Indonesia.

4) Bank Awasta Asing, yaitu bank yang mayoritas kepemilikannya dimiliki oleh pihak asing.

5) Bank Swasta Campuran, yaitu bank yang dimiliki oleh swasta domestic dan swasta asing.

d. Jenis Bank berdasarkan Kegiatannya

1) Bank Devisa, yaitu bank yang memperoleh ijin dari Bank Indonesia untuk menjual, membeli dan menyimpan devisa serta menyelenggarakan lalu lintas pembayaran dengan luar negeri.

2) Bank Non Devisa, yaitu bank yang tidak memperoleh ijin dari Bank Indonesia untuk menjual, membeli dan menyimpan devisa serta menyelenggarakan lalu lintas pembayaran dengan luar negeri.

(8)

e. Jenis Bank berdasarkan dominasi pangsa pasar

1) Retail Banking, bank yang dalam kegiatannya mayoritas melayani perorangan, usaha kecil dan koperasi.

2) Wholesale Banking, yaitu bank yang mengandalkan nasabah besar atau nasabah koperasi.

3. Pengertian Bank Pembangunan Daerah dan Bank Umum Swasta Nasional

Menurut UU Republik Indonesia No. 13Tahun 1962 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Bank Pembanguan Daerah adalah bank yang sebagian atau seluruh sahamnya dimiliki oleh pemerintah daerah provinsi.

Sebagaimana dalam pasal 4 Bank didirikan dengan maksud khusus untuk menyediakan pembiayaan bagi pelaksanaan usaha-usaha pembangunan daerah dalam rangka Pembangunan Nasional Semesta Berencana.

Sebagaimana dalam pasal 5 bank memberikan pinjaman untuk keperluan investasi, perluasan dan pembaruan proyek-poyek pembanguan daerah di daerah yang bersangkutan, baik yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah maupun yang diselenggarakan oleh perusahaan-perusahaan campuran antara Pemerintah Daerah dan Swasta.

Menurut Kasmir (2008 : 7) Bank Umum Swasta Nasional adalah bank yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh swasta nasional serta akta pendiriannya pun didirikan oleh swasta, begitu pula pembagian keuntungannya juga diperuntukkan untuk swasta pula. Bank Swasta Nasional dibagi menjadi dua macam yakni: (1) Bank Umum

(9)

Swasta Nasional Devisa, yaitu bank yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh pihak swasta non asing dan dapat melakukan transaksi dengan luar negeri atau berkaitan dengan valas. (2) Bank Umum Swasta Non Devisa, yaitu bank yang sebagian besar modalnya dimiliki oleh pihak swasta non asing dan tidak dapat melakukan transaksi dengan luar negeri atau berkaitan dengan valas.

4. Pengertian Laporan Keuangan

Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil yang telah dicapai oleh perusahaan yang bersangkutan. Data keuangan tersebut akan lebih berarti bagi pihak-pihak yang berkepentingan apabila data tersebut dapat diperbandingkan untuk dua periode atau lebih.

Kasmir (2008 : 7) berpendapat bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Hery (2012 : 3) dalam Debora (2014) Laporan keuangan merupakan produk akhir dari serangkaian proses pencatatan dan pengikhtisaran data transaksi bisnis. Jenis - jenis Laporan keuangan yaitu Neraca (Balance Sheet), Laporan Laba Rugi (Income Statement), Laporan Arus Kas (Statement of Cash Flows), Laporan Perubahan Modal (Statement of Stockholders Equity).

Pembuatan masing-masing laporan keuangan memiliki tujuan tersendiri. Secara umum tujuan pembuatan laporan keuangan suatu bank adalah sebagai berikut:

(10)

a. Memberikan informasi keuangan tentang, jumlah aktiva dan jenis- jenis aktifa yang dimiliki.

b. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah kewajiban dan jenis- jenis kewajiban baik jangka pendek (lancar) maupun jangka panjang.

c. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah modal dan jenis-jenis modal bank pada waktu tertentu.

d. Memberikan informasi tentang hasil usaha yang tercermin dari jumlah pendapatan yang diperoleh dan sumber-sumber pendapatan bank tersebut.

e. Memberikan informasi keuangan tentang jumlah biaya-biaya yang dikeluarkan.

f. Memberikan informasi tentang perubahan-perubahan yang terjadi dalam aktiva, kewajiban, dan modal suatu bank.

g. Memberikan informasi tentang kinerja manajemen dalam suatu periode dari hasil laporan keuangan yang disajikan.

Rizky (2012 : 15) Laporan keuangan belum dapat dikatakan mencerminkan keadaan keuangan perusahaan secara keseluruhan. Hal ini disebabkan adanya hal-hal yang belum atau tidak tercatat dalam laporan keuangan tersebut. Sebagai contoh seperti adanya kontrak-kontrak penjualan atau pembelian yang telah disetujui, atau pesanan yang tidak dapat dipengaruhi, namun belum dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode tersebut. Kemudian, ada hal-hal yang tidak dapat dinyatakan dalam angka-angka seperti reputasi, prestasi manajernya, dan lainnya.Oleh

(11)

karena itu, setiap laporan keuangan yang disusun pasti memiliki keterbatasan tertentu.

Berikut ini beberapa keterbatasan laporan keuangan yang dimiliki perusahaan, yaitu:

a. Pembuatan laporan keuangan disusun berdasarkan sejarah (historis), di mana data-data yang diambil dari data masa lalu.

b. Laporan keuangan dibuat umum, artinya untuk semua orang, bukan hanya untuk pihak tertentu saja.

c. Proses penyusunan tidak terlepas dari taksiran-taksiran dan pertimbangan pertimbangan tertentu.

d. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi situasi ketidakpastian. Misalnya dalam suatu peristiwa yang tidak menguntungkan selalu dihitung kerugiannya. Sebagai contoh harta dan pendapatan, nilainya dihitung dari yang paling rendah.

e. Laporan keuangan selalu berpegang teguh kepada sudut pandang ekonomi dalam memandang peristiwa-peristiwa yang terjadi bukan kepada sifat formalnya.

5. Analisis Rasio Keuangan

Menurut Bahtiar Usman dalam Prasnanugraha, (2007) analisis rasio keuangan adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh gambaran perkembangan finansial dan posisi finansial perusahaan.

Analisis rasio keuangan berguna sebagai analisis intern bagi manajemen perusahaan untuk mengetahui hasil finansial yang telah dicapai guna

(12)

perencanaan yang akan datang dan juga untuk analisis intern bagi kreditor dan investor untuk menetukan kebijakan pemberian kredit dan penanaman modal suatu perusahaan.

Menurut Handayani (2005 : 25) Analisis rasio keuangan (Financial Statements Analysis) digunakan untuk mengukur kinerja perusahaan di bidang keuangan. Analisa rasio memperhatikan kepada perhitungan rasio agar dapat mengevaluasi keadaan finansial pada masa yang lalu, sekarang dan memproyeksikan hasil yang akan datang. Rasio dapat dihitung berdasarkan financial statement yang telah tersedia yang terdiri dari: a) Balance sheet atau neraca, yang menunjukkan posisi perusahaan pada suatu saat. b) Income statement atau rugi laba yang merupakan laporan operasi perusahaan selama periode tertentu.

Untuk mengetahui sejauh mana kondisi finansial perusahaan saat ini, diperlukan suatu cara evaluasi diantaranya; analisis historis (historical analysis) yang merupakan perkembangan antara suatu rasio saat sekarang dengan rasio yang sama pada waktu yang lampau, dan rasio industri yang merupakan rata-rata rasio yang dihasilkan dari beberapa perusahaan yang sejenis yang dapat dijadikan pembanding bagi perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Lukman Syamsuddin sebagaimana dikutip oleh Abdullah (2003 : 109), pada pokoknya ada dua cara yang dapat dilakukan dalam membandingkan ratio financial perusahaan yaitu: “Cross Sectional Approach” dan “Time Series Analysis”. Yang dimaksud dengan Cross

(13)

Sectional Approach adalah suatu cara mengevaluasi dengan jalan membandingkan rasio-rasio antara perusahaan yang satu dengan perusahaan lainnya yang sejenis pada saat bersamaan.

Sedangkan Time Series Analysis dilakukan dengan jalan membandingkan hasil yang dicapai perusahaan dari periode yang satu ke periode lainnya. Dengan pembandingan semacam ini akan diketahui hasil yang dicapai perusahaan , apakah mengalami kemajuan atau kemunduran.

Perkembangan keuangan perusahaan terlihat melalui trend dari tahun ke tahun.

6. Kinerja Keuangan Bank

Menurut Abdullah (2003 : 108), “Kinerja keuangan bank merupakan gambaran kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun penyaluran dana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas bank”. Penilaian aspek penghimpunan dana dan penyaluran dana merupakan kinerja keuangan yang berkaitan dengan peran bank sebagai lembaga intermediasi.

Analisis kinerja keuangan bank merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap keuangan bank menyangkut review data, menghitung, mengukur, menginterpretasi dan memberi solusi terhadap keuangan bank pada suatu periode tertentu.

Menurut Debora (2014) Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana suatu perusahaan telah

(14)

melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan pelaksanaan secara baik dan benar. Melalui kinerja keuangan, dapat dilihat kondisi keuangan perusahaan yang merupakan faktor penentu bagi perusahaan untuk menjalankan operasionalnya serta berguna sebagai bahan pertimbangan bagi para investor saat akan mengambil keputusan untuk berinvestasi.

7. Pengertian dan Ruang Lingkup CAMEL

Tingkat Kesehatan Bank merupakan salah satu faktor penting yang menunjukkan efektifitas dan efisiensi perbankan dalam rangka pengelolaannya guna untuk mencapai tujuan bank yang baik. Penilaian Tingkat Kesehatan bank dilakukan dengan cara pendekatan kualitatif dan kuantitatif untuk menilai faktor yang mempengaruhi kondisi perkembangan bank dengan baik dengan menghitung faktor CAMEL.

Penggunaan faktor CAMEL dalam penilain Tingkat Kesehatan Bank dibedakan antara Bank Umum dan BPR. Bobot masing-masing faktor CAMEL untuk Bank Umum dan BPR ditetapkan sebagai berikut:

Tabel 2.1

Bobot Faktor Penilaian Bank Umum dan BPR No Faktor CAMEL

Bobot Bank

Umum BPR

1 Permodalan 25% 30%

2 Kualitas Aset Produktif 30% 30%

3 Manajemen 25% 20%

4 Rentabilitas 10% 10%

5 Likuiditas 10% 10%

Sumber: Bank Indonesia

(15)

Tabel 2.2

Tingkat Kesehatan Bank menurut CAMEL Nilai CAMEL Peringkat

81-100% Sehat

66-81% Cukup Sehat 51-66% Kurang Sehat 0-51% Tidak Sehat Sumber: Kasmir, 2012

Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia No. 6/10/PBI/2004 tanggal 12 April 20014 tentang Sistem Penilaian Kesehatan Bank, Bank wajib melakukan penilaian Tingkat Kesehatan Bank secara triwulanan, sehubungan dengan hal tersebut perlu diatur ketentuan pelaksanaan penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum dalam suatu Surat Edaran Bank Indonesia dengan pokok-pokok ketentuan Penilaian tingkat kesehatan Bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor CAMEL yang terdiri dari:

a. Faktor Permodalan (Capital)

Menurut Taswan (2010 : 213) modal bank adalah dana yang diinvestasikan oleh pemilik dalam rangka pendirian badan usaha yang dimaksudkan untuk membiayai kegiatan usaha bank disamping untuk memenuhi regulasi yang ditetapkan oleh otoritas moneter. Permodalan merupakan unsur penting dalam keuangan bank karena modal merupakan penjamin kepercayaan dari masyarakat.

Modal yang baik akan menambah kepercayaan masyarakat untuk menginvestasikan dananya pada bank tersebut karena modal

(16)

dapat dijadikan sebagai penutup kerugian yang mungkin terjadi pada bank.

Menurut Budiarti (2013) penilaian permodalan dimaksudkan untuk menilai kecukupan modal bank untuk mengcover ekposur resiko saat ini dan mengantisipasi eksposur resiko di masa datang. Setiap bank yang beroperasi di Indonesia diwajibkan untuk memelihara Kewajiban Penyedian Modal Minimum (KPMM) sekurang-kurangnya 8% yang disesuaikan dengan kondisi dan perkembangan perbankan yang mengacu pada standar yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Untuk menghitung rasio Permodalan dapat dihitung menggunakan Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan rumus:

CAR adalah rasio yang digunakan untuk mengetahui perbandingan antara kecukupan modal minimum dibanding dengan Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) merupakan penjumlahan aktiva yang telah ditentukan bobotnya. Menurut Taswan (2010 : 511) penilaian CAR ditetapkan sebagai berikut:

1) Pemenuhan CAR sebesar 8% diberi predikat sehat dengan nilai kredit 81 dan untuk setiap kenaikan 0,1% dari pemenuhan CAR sebesar 8% nilai kredit ditambah 1 dengan maksimum 100.

2) Pemenuhan CAR kurang dari 8% sampai dengan 7,9% diberi predikat kurang sehat dengan nilai kredit 65 untuk setiap

(17)

penurunan 0,1% dari pemenuhan CAR sebesar 7,9% nilai kredit dikurangi 1 dengan minimum 0.

Berikut merupakan matrik penetapan peringkat komponen permodalan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

Tabel 2.3

Matriks kriteria penetapan peringkat komponen permodalan

Sumber :Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004.

b. Faktor Kualitas Aktiva Produktif (Assets Quality)

Menurut Budiarti (2013 ; 21) Kualitas Aktiva Produktif merupakan dana inventasi yang ditanamkan suatu bank pada tempat lain seperti kredit pada masyarakat, piutang pada bank lain, deposito, dan lain sebagainya yang menyebabkan bank tersebut mendapatkan pendapatan untuk memperoleh keuntungan. Sebagai sumber pendapatan, Kualitas Aktiva Produktif memiliki tingkat risiko yang N

O

Kompone n

Peringkat

1 2 3 4 5

1

CAR terhadap ketentuan yang berlaku

Rasio CAR lebih tinggi sangat signifikan dibandingka n dengan rasio CAR yang ditetapkan dalam ketentuan (CAR >

12%)

Rasio CAR lebih tinggi cukup signifikan debandingk an dengan rasio CAR yang ditetapkan dalam ketentuan (9% <

CAR<12)

Rasio CAR lebih tinggi secara marginal dibandingka n dengan rasio CAR yang ditetapkan dalam ketentuan

Rasio CAR di bawah ketentua n yang berlaku (6% <

CAR <

8%)

Rasio CAR dibawah ketentua n yang berlaku dan bank cenderun g

menjadi tidak solvable ( CAR <

6%)

(18)

tinggi sehingga dbutuhkan cadangan untuk meng-cover potensi kerugian yang muncul.

Kualitas Aktiva Produktif yang baik atau lancar akan menjamin adanya pengembalian kredit dari debitur dan akan memberikan gambaran kecil kemungkinan debitur untuk tidak memenuhi kewajibannya, dengan demikian akan melindungi pendapatan dan Likuiditas bank.

Menganalisis Kualitas Aktiva Produktif secara cermat tidak kalah penting karena Kualitas Aktiva Produktif bank yang sangat jelek akan menghapus modal bank, walaupun secara riil bank memiliki modal yang cukup besar, apabila Kualitas Aktiva Produktifnya sangat buruk dapat saja kondisi modalnya menjadi buruk pula. Hal ini antara lain terkait dengan berbagai permasalahan seperti pembentukan cadangan, penilaian asset, pemberian pinjaman kepada pihak terkait, dan sebagainya.

Penilaian pendekatan kuantitatif dan kualitatif faktor kualitas aktiva produktif antara lain dilakukan melalui penilain terhadap aktiva produktif yang diklasifikasikan dibandingkan dengan total aktiva produktif dengan rumus:

Untuk menghitung rasio KAP maka penting mengetahui klasifikasi aktiva produktif tersebut untuk mencari nilai Aktiva Produktif

(19)

yang Diklasifikasikan (APYD). Menurut Taswan (2010), Aktiva produktif yang diklasifikasikan ditetapkan sebagai berikut:

1) 25% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Dalam Perhatian Khusus

2) 50% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Kurang Lancar 3) 75% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Diragukan 4) 100% dari Aktiva Produktif yang digolongkan Macet

Bobot nilai kredit dalam komponen dapat diketahui dengan cara mencari terlebih dahulu nilai rasio dengan rumus yang telah disebutkan di atas kemudian nilai rasio yang telah diketahui tersebut kita pakai untuk mencari nilai standar kreditnya dengan rumus:

maksimal 100 Tabel 2.4

Matriks kriteria penetapan peringkat komponen kualitas aset

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004.

N

O Komponen Peringkat

1 2 3 4 5

1

Aktiva

produktif yang diklasifikasika n (APYD) terhadap total aktiva

produktif

Rasio sangat rendah atau sangat tidak signifika n (KAP

< 1)

Rasio rendah atau tidak signifika n (1 <

KAP <

3,5)

Rasio moderat atau rasio berkisar antara (3,5

< KAP <

6)

Rasio relatif tinggi atau diatas rasio peringka t (6 <

KAP <

8)

Rasio sangat tinggi (KAP > 8)

(20)

c. Faktor Management (Management)

Menurut Stoner (T. Hani Handoko, 1997:8) dalam Budiarti (2013 ;26) Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya-sumber daya organisasi lainnya agar mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Penilaian manajemen dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan manajerian pengurus bank dalam menjalankan usahanya.

Mengingat hal tersebut, maka pengelolaan suatu Manajemen sebuah bank harus mendapatkan perhatian yang besar dalam penilaian Tingkat Kesehatan Bank karena diharapkan dapat menciptakan dan memelihara kesehatannya. Penilaian faktor Manajemen dalam penilaian Tingkat Kesehatan Bank dilakukan dengan evaluasi terhadap pengeolaan bank bersangkutan.

Unsur-unsur penilaian dalam aspek Manajemen meliputi Manajemen Permodalan, Manajemen Aktiva, Manajemen Umum, Manajemen Rentabilitas, dan Manajemen Likuiditas tetapi dapat diringkas menjadi Manajemen Umum dan Manajemen Risiko.

Penilaian faktor Manajemen menggunakan kuisioner sebanyak 250 pertanyaan yang diringkas menjadi 25 pertanyaan.

Menurut Taswan (2010:516) penilaian faktor Manajemen adalah penilaian persepsional. Penilaian ini rawan subjektivitas dalam menilai Tingkat Kesehatan Bank. Bank Indonesia memberi ketentuan sebanyak

(21)

250 butir pertanyaan diringkas menjadi 25 butir pertanyaan yang berisi tentang unsur-unsur Manajemen yang berkaitan dengan Manajemen Umum yang meliputi: Strategi, Struktur, Sistem, dan Kepemimpinan.

Manajemen Risiko meliputi: risiko Likuiditas, risiko Kredit, risiko Operasional, risiko Hukum, dan risiko Pemilik dan pengurus.

d. Faktor Rentabilitas (Earning)

Rentabilitas merupakan salah satu unsur yang dinilai untuk menentukan sehat tidaknya bank. Rentabilitas yaitu kemampuan bank menghasilkan laba pada suatu periode. Laba merupakan tujuan perusahaan melaksanakan kegiatan operasional, termasuk bank.

Menurut Bambang Riyanto (1995) dalam Budiarti (2013 : 32) rentabilitas adalah kemampuan bank untuk menghasilkan laba atau keuntungan menggunakan aktiva atau modal yang dimilikinya selama periode tertentu. Laba bank yang besar akan menjamin adanya sumber modal yang stabil dan memudahkan dalam menarik sumber dana dari luar.

Rentabilitas selain bertujuan untuk mengetahui kemampuan bank dalam menghasilkan laba selama periode tertentu juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektivitas manajemen dalam menjalankan operasional perusahaannya.

Faktor Rentabilitas dalam penelitian ini didasarkan pada dua rasio, yaitu ROA dan BOPO. ROA digunakan untuk mengetahui kemampuan bank memperoleh keuntungan dan BOPO digunakan untuk

(22)

mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional terhadap pendapatan operasional. Semakin kecil rasio BOPO berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rumus Return On Assets adalah sebagai berikut:

Rumus Biaya Operasional dibandingkan dengan pendapatan operasional (BOPO) adalah sebgaai berikut:

Menurut Taswan (2010 : 516) bobot nilai kredit dalam komponen dapat diketahui dengan cara:

1) Nilai kredit ROA

2) Nilai Kredit BOPO

Berikut merupakan matrik penetapan peringkat komponen rentabilitas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

(23)

Tabel 2.5

Matriks kriteria penetapan peringkat komponen rentabilitas

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004.

e. Faktor Likuiditas (Liqudity)

Penilaian likuiditas dimaksudkan untuk mengevaluasi kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban jangka pendek yang harus segera dipenuhi. Kewajiban tersebut berupa call money yang harus dipenuhi pada saat adanya kliring, di mana pemenuhannya dilakukan dari aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Semakin besar aktiva lancar perusahaan perbankan maka semakin besar kemampuannya untuk memenuhi kewajibannya.

Martono (2003:81) dalam Budiarti (2013 : 53) Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi kewajiban N

O Komponen Peringkat

1 2 3 4 5

1

Return On Assets (ROA)

Peroleh an laba sangat tinggi (ROA

>1,5%)

Peroleh an laba tinggi (1,25%

< ROA

< 1,5%)

Perolehan laba cukup tinggi, atau rasio ROA berkisar antara (0,5%

< ROA <

1,25%)

Perolehan laba bank

rendah/cender ung

mengalami kerugian (ROA mengarah negatif) (0% <

ROA < 0.5%)

Bank mengala mi kerugian yang besar (ROA negatif) (ROA <

0%)

2

Biaya Operasionl dibandingk an dgn pendapata n

operasiona l (BOPO)

Tingkat efisiensi sangat baik (BOPO

< 92%)

Tingkat efisiensi baik (92% <

BOPO

< 94%)

Tingkat efisiensi cukup baik atau rasio BOPO berkisar antara (94%

< BOPO <

96%)

Tingkat efisiensi buruk(96% <

BOPO < 98%)

Tingkat efisiensi sangat buruk (BOPO

>98%)

(24)

hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan.

Menurut Taswan, (2010:246) Likuiditas bank adalah kemampuan bank untuk memenuhi kemungkinan penarikan simpanan dan kewajiban lainnya dan atau memenuhi kebutuhan masyarakat berupa kredit dan penempatan dana lainnya.

Penilaian likuiditas didasarkan kepada rasio antara kredit terhadap dana yang diterima oleh bank. Rumus Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah sebagai berikut:

Bobot nilai kredit dalam komponen dapat diketahui dengan cara:

Berikut merupakan matrik penetapan peringkat komponen Likuiditas yang ditetapkan oleh Bank Indonesia.

Tabel 2.6

Matriks kriteria penetapan peringkat komponen likuiditas

Sumber: Surat Edaran Bank Indonesia No.6/23/DPNP tanggal 31 Mei 2004.

N

O Komponen Peringkat

1 2 3 4 5

1

Loan to deposit ratio (LDR)

(25)

C. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan telaah pustaka dan diperkuat dengan penelitian terdahulu diatas maka dapat dibuat kerangka pemikiran teoritis sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Pemikiran Teoritis

BANK

LAPORAN KEUANGAN BANK

a. Neraca b. Laba Rugi

ANALISIS KINERJA DAN RASIO KEUANGAN BANK

1. Aspek Permodalan yang diproksikan dengan capital adequacy ratio (CAR).

2. Aspek Kualitas Aset yang diproksikan dengan KAP

3. Aspek Rentabilitas yang diproksikan dengan ROA dan BOPO

4. Aspek Likuiditas yang diproksikan dengan loan to deposit ratio (LDR).

UJI BEDA (t-test)

BANK PEMBANGUNAN

DAERAH

BANK UMUM SWASTA NASIONAL

PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK (CAEL)

S t a n d a r B

I

(26)

D. Hipotesis

Dalam industri perbankan alat analisis yang digunakan untuk menilai kinerja sebuah bank menggunakan aspek penilaian keuangan, yaitu kumpulan indikator yang berunsurkan variabel-variabel. Aspek capital diproaksikan dengan capital adequacy ratio (CAR), asset diproaksikan dengan kualitas aktiva produktif (KAP), earning yang diproaksikan dengan return on assets (ROA) dan rasio beban operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO), dan liquidity yang diproaksikan dengan loan to deposit ratio (LDR).

Berdasarkan aspek tersebut maka langkah selanjutnya adalah dengan melakukan pengujian hipotesis yang membandingkan kinerja keuangan antara bank pembangunan daerah dan bank umum swasta nasional. Dalam hal ini hipotesis yang diajukan adalah: “Diduga terdapat perbedaan yang nyata kinerja keuangan antara bank pembangunan daerah dan bank umum swasta nasional”

Referensi

Dokumen terkait

(1) Setiap orang yang memiliki dan/atau mengelola bangunan permukiman yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5), Pasal 13,

dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. 19 Penyajian data dalam hal ini adalah penyampaian informasi berdasarkan data yang diperoleh

Oleh karena itu, tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara konformitas kelompok ternan sebaya dengan pengambilan keputusan memilih

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk membangun sistem digital signage dengan menggunakan komputer mini

Oleh karena penelaahan persoalan moneter itu memerlukan koordinasi dan synkhronisasi mengenai pelbagai bidang, maka dianggap perlu untuk membentuk suatu Dewan yang terdiri

 Ask them to read the text randomly, one student per paragraph; see if they can tell for what the purpose of this story was told from ancestors to them?. (courage, diligence)

Perwujuda n sarana prasarana pendukung kegiatan pariwisata Kawasan Pariwisata Provinsi NTT APBD Prov, APBD Kab/Kota Bappeda, BLHD, Dinas Pariwisata Prov dan Kab/Kota

Nur