• Tidak ada hasil yang ditemukan

Foreign Direct Investment dan Risiko Politik di ASEAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Foreign Direct Investment dan Risiko Politik di ASEAN"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

Foreign Direct Investment dan Risiko Politik di ASEAN

Rr. Savina Kanti Wilujeng1, Olivia Tanaya2*, Irzameingindra Putri Radjamin3 Universitas Surabaya, Indonesia123

S130118042@student.ubaya.ac.id, oliviatanaya@staff.ubaya.ac.id, irza@staff.ubaya.ac.id

*Corresponding Author

Diajukan : 22 Maret 2022 Disetujui : 28 Maret 2022 Dipublikasi : 1 April 2022

ABSTRACT

Political risk is a risk that occurs due to political disturbances in a country that can affect its economy. This risk is one of the risks that investors consider when investing in a country. High political risks can create obstacles that potentially disrupt investors' business operations. This study aims to see the impact of political risk on Foreign Direct Investment (FDI) in the ASEAN region in 1996-2019 using panel data analysis with the best model, namely the fixed effect model (FEM). Sources of data in this study came from the World Governance Indicator (WGI) and World Development Indicator (WDI). The results of this study indicate that political risk as reflected in political stability and regulatory quality has a significant influence on FDI inflows in the ASEAN region. Political instability could make investors reluctant to invest in the country due to the concern about disturbances that will occur in the future. The role of governments in ASEAN countries is needed to maintain political stability and attract more foreign investors to invest in the ASEAN region. In addition, a country needs to have good regulatory quality so that investors do not experience obstacles in the early stages of investment. Complicated licensing and many regulations can be one of the obstacles in investing.

Keywords: ASEAN; FDI; political risk; political stability; regulatory quality

PENDAHULUAN

Selama kurang lebih tiga dekade terakhir ini, Foreign Direct Investment (FDI) di dunia tumbuh secara signifikan yaitu sebesar US$ 1,39 triliun pada tahun 2019 (The ASEAN Secretariat & UNCTAD, 2021). Alasan di balik pertumbuhan ini dikarenakan FDI mampu menciptakan win - win solution bagi perusahaan internasional dan juga negara tujuan investasi (host country) (Hindrayani, 2013). Seperti misalnya dengan melakukan FDI, investor mampu memaksimalkan keuntungannya dengan cara mengurangi biaya produksinya dan juga menjangkau pasar yang lebih luas. Sedangkan bagi host country, dapat menumbuhkan perekonomian dengan cara transfer teknologi, dan juga inovasi yang nantinya dapat menjadikan peluang bagi host country untuk menambah keunggulan kompetitifnya dalam bersaing di pasar global (Iloie, 2015). FDI dapat menstimulasi pertumbuhan ekonomi melalui pendapatan atas pajak, akumulasi modal, serta penyediaan lapanagan kerja (Tanaya & Suyanto, 2022).

Salah satu risiko yang menjadi pertimbangan bagi investor untuk menanamkan FDI adalah political risk atau risiko politik. Risiko politik adalah risiko yang terjadi dikarenakan adanya gangguan politik di suatu negara yang nantinya dapat mempengaruhi perekonomian negara terkait (Sottilotta, 2012). Adanya risiko politik di suatu wilayah maupun negara akan membuat investor berpikir dua kali untuk menanamkan modalnya ke negara tujuan (Simanjuntak, 2018). Beberapa risiko politik yang menjadi pertimbangan bagi investor diantaranya adalah stabilitas politik, kebijakan pemerintah, dan juga hukum yang berlaku di negara tujuan (Elleuch et al., 2015).

Menurut Wilkin & Minor (2001), saat ini risiko politik timbul lebih halus dibandingkan dengan periode-periode sebelumnya yaitu dengan cara perubahan regulasi, hukum, transisi pemerintah, masalah lingkungan dan hak asasi manusia, krisis mata uang hingga terorisme.

(2)

Risiko politik yang cenderung “tidak terlihat” menyebabkan sulitnya pemerintah untuk mengelola risiko-risiko tersebut. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa saat ini risiko politik dapat dikaitkan dengan bagaimana tindakan pemerintah dalam menciptakan lingkungan bisnis yang lebih efisien bagi investor asing (Agarwal & Feils, 2007; Elleuch et al., 2015).

Negara-negara di dunia memiliki risiko politik yang sangat beragam mulai dari risiko politik tinggi hingga risiko politik yang rendah tidak terkecuali negara ASEAN. ASEAN merupakan kawasan yang memiliki risiko politik yang tinggi hingga rendah. Seperti misalnya: Singapura memiliki risiko politik yang rendah; sedangkan Indonesia, Malaysia, Filiphina, Brunei Darussalam, Thailand, dan Vienam memiliki risiko politik menengah dan Kamboja, Laos, dan Myanmar memiliki risiko politik yang sangat tinggi (MarshMcLennan, 2019). Menurut ERMA (2021), political risk yang terjadi di ASEAN terkait dengan banking sector vulnerability, dengan proporsi 50% negara di ASEAN memiliki masalah risiko politik yang paling umum terkait dengan legal and regulatory, dan sisanya terkait dengan political violence. Sedangkan menurut OECD (2013) dan Qingzhen (2015) risiko politik yang paling utama terjadi di kawasan ASEAN dikarenakan adanya perubahan regulasi dan internal politic.

Seiring dengan risiko politik yang dimiliki oleh negara – negara di ASEAN. ASEAN juga merupakan kawasan yang menarik bagi tujuan FDI. Hal itu dibuktikan dengan adanya peningkatan jumlah FDI pada tahun 2013 hingga 2019. Tahun 2013 ASEAN berhasil menarik 8%

aliran FDI global dan menyumbang 3% tumbuhnya perekonomian global (The ASEAN Secretariat & UNCTAD, 2014). Kenaikan FDI terus berkembang hingga pada tahun 2019, yang menjadi tahun dimana penerimaan FDI tertinggi dibandingkan dengan tahun - tahun sebelumnya yang mencapai US$ 182 juta. Seiring meningkatnya penerimaan FDI di kawasan ASEAN, hal itu membuktikan bahwa ASEAN merupakan kawasan yang menarik bagi investor untuk menanamkan modalnya (The ASEAN Secretariat & UNCTAD, 2021).

Beberapa peneliti telah melakukan penelitian untuk menyelidiki hubungan antara political risk dengan FDI. Dari beberapa hasil penelitian ditemukan adanya perbedaan pendapat mengenai hubungan political risk dan FDI. Elleuch et al. (2015) dan Erkekoglu & Kılıçarslan, (2016) berpendapat bahwa political risk berpengaruh negatif terhadap aliran masuk FDI di negara tujuan.

Menurut hasil penelitiannya, negara dengan risiko politik yang tinggi dapat membuat investor kehilangan minatnya untuk berinvestasi dikarenakan investor khawatir akan dihadapkan oleh risiko kerugian yang dapat terjadi di negara tujuan. Pendapat yang berbeda dikemukakan oleh Dwinitasari & Sulasmiyati (2017) dan Salem & Younis, (2021), yakni risiko politik tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap FDI. Hal ini disebabkan banyaknya faktor lain yang menjadi prioritas bagi investor untuk menanamkan investasinya seperti misalnya tersedianya sumber daya alam, sumber daya manusia, dan faktor - faktor lain yang dibutuhkan oleh investor.

Selain itu, sebelum berinvestasi, investor dapat mempersiapkan perlindungan seperti asuransi yang digunakan untuk mengurangi kerugian yang disebabkan oleh risiko politik yang berada di negara tujuan investasinya. Dengan adanya perbedaan pendapat yang dihasilkan oleh penelitian - penelitian terdahulu maka penelitian ini ingin mengkaji apakah political risk yang dicerminkan dengan political stability, government effectiveness, dan regulatory quality memiliki pengaruh terhadap penerimaan FDI di ASEAN.

STUDI LITERATUR

Political risk atau resiko politik dapat didefinisikan sebagai adanya gangguan politik di suatu negara yang memiliki potensi untuk mempengaruhi atau menghambat tujuan dari perusahaan (Hansen & Zegarra, 2016). Multinational company (MNC) tidak ingin melakukan FDI di negara dengan political risk yang tinggi dikarenakan adanya potensi political risk dapat mempengaruhi biaya operasional (Hayakawa et al., 2012). Tingkat political risk yang tinggi pada umumnya dapat menyebabkan iklim investasi yang kurang stabil dan berpotensi mengurangi tingkat pengembalian investasi (Kalt, 2017).

Political stability yaitu kondisi pemerintahan di suatu negara yang dapat bertahan ditengah gejolak politik (Kurul & Yalta, 2017). Political stability biasanya timbul ketika pemerintah berhasil menangani krisis dan mengontrol masyarakatnya dengan baik (Mohamed, 2019).

Political stability merupakan salah satu faktor utama yang dipertimbangkan investor dalam

(3)

memilih negara investasi. Investor cenderung tidak melakukan FDI dan mempertaruhkan modalnya dalam suatu negara yang memiliki kondisi politik yang tidak stabil dikarenakan nantinya investor akan menghadapi beberapa gangguan seperti gangguan produksi, perusakan properti, dan pembatasan operasional perusahaan yang berujung pada kerugian (Rashid et al., 2017).

Regulatory quality juga berperan sebagai indikator yang digunakan untuk mengukur sejauh mana kemampuan pemerintah dalam menyusun dan menerapkan kebijakannya yang digunakan untuk mengembangkan sektor perekonomian di negaranya (World Bank, 2021). Suatu negara dengan regulatory quality yang buruk dapat meningkatkan ketidakpastian bagi para investor untuk menanamkan modalnya. Regulatory quality yang buruk ditandai dengan adanya hambatan atau kebijakan pemerintah yang tidak ramah pada investor. Dampak dari regulatory quality yang buruk yaitu dapat membuat investor gagal untuk memaksimumkan keuntungannya (Sabir et al., 2019).

Government effectiveness menjelaskan terkait kinerja dari suatu pemerintahan yang dapat dikatakan efektif apabila suatu pemerintahan telah berhasil dalam mencapai tujuannya. Tujuan pemerintah yang dimaksudkan disini seperti pelayanan publik, pelayanan sipil, dan juga kredibilitas yang dilakukan pemerintah dalam melaksanakan kebijakannya (Duho et al., 2020).

Negara dengan pemerintahan yang efektif akan menarik banyak investor karena bagi investor pemerintahan yang efektif dapat memfasilitasi operasi perusahaan multinasional yang beroperasi di suatu negara dengan baik (Sabir et al., 2019; Shah & Afridi, 2015).

Ukuran pasar (market size) didefinisikan sebagai suatu estimasi yang menggambarkan jumlah pembelian jasa dan juga barang di suatu negara atau market size juga dapat dilihat melalui seberapa luas suatu pasar yang dapat mencerminkan konsumsi di suatu negara (Min et al., 2017).

Dalam memilih negara tujuan investasi sering kali investor akan melihat seberapa besar potensi pasar negara tersebut. Negara dengan ukuran pasar yang besar akan dapat meningkatkan peluang dan penjualan perusahaan yang nantinya akan menyebabkan naiknya keuntungan yang diperoleh oleh investor (Khalfaoui & Derbali, 2021). Namun, argument yang berbeda dikemukakan oleh Campos dan Kinoshita (2004) bahwa ketika suatu negara sering melakukan reformasi kebijakan dan institusinya, market size menjadi tidak berpengaruh bagi investor dalam melakukan FDI.

Openness dapat didefinisikan sebagai minimnya biaya transportasi, tarif, dan pajak yang diberlakukan oleh negara dalam perdagangan internasional. Pada umumnya, keterbukaan perdagangan diukur dengan adanya ekspor maupun impor yang terjadi di suatu negara. Menurut Martirosyan (2020) negara yang memiliki keterbukaan perdagangan dapat memberikan poin lebih karena adanya peluang yang semakin besar untuk transfer teknologi dan sumber daya. MNC cenderung memilih untuk berinvestasi pada negara dengan perekonomian terbuka dengan pertimbangan hambatan yang timbul pada negara tersebut akan semakin kecil sehingga biaya transaksi (tariff) juga akan semakin rendah (Rashid et al., 2017). Namun, tingkat keterbukaan terkadang menjadi tidak memiliki pengaruh terhadap masuknya FDI. Hal ini mungkin bisa terjadi akibat adanya indikator-indikator yang dapat menghambat masuknya FDI seperti kebijakan keterbukaan perdagangan yang tidak dijalankan secara efisien oleh pemerintahan maupun adanya ketidakstabilan ekonomi maupun politik di suatu negara yang nantinya dapat mengacu pada peningkatan risiko (Khan & Hye, 2014; Rathnayaka et al., 2021; Tahmad & Adow, 2018).

.

METODE

Jenis penelitian yang nantinya digunakan dalam penelitian ini adalah jenis explanatory research dimana dalam penelitian explanatory digunakan untuk mengetahui sebab - akibat dari suatu fenomena. Explanatory research dapat juga digunakan untuk mengetahui pengaruh dari satu variabel terhadap variabel lainnya (Mulyadi, 2011). Metode yang nantinya digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan menggunakan jenis data sekunder yang bersumber dari dari World Development Indicator (WDI) dan World Governance Indicator (WGI). Metode analisis data yang digunakan pada penelitian ini dengan menggunakan metode regresi data panel (pooled data) yang menggabungkan data cross section dan time series dari sepuluh negara di ASEAN pada tahun 1996-2019. Analisis data dilakukan dengan menggunakan E-views 11.

Variabel FDI digunakan sebagai variabel dependen, tiga variabel independen yang mencerminkan

(4)

risiko politik yaitu political stability (PS), regulatory quality (RG), dan juga government effectiveness (GE). FDI juga dipengaruhi oleh variabel lain yang menentukan masuknya FDI di suatu negara maka dari itu, penelitian ini memiliki dua variabel independen tambahan yaitu market size (MS) dan openness. Bentuk dasar regresi yang digunakan dalam penelitian ini mengikuti penelitian sebelumnya yaitu (Khan & Akbar, 2013; Teeramungcalanon et al., 2020) yang menganalisis pengaruh political risk terhadap foreign direct investment yang sebagai berikut:

FDI merupakan jumlah aliran masuk FDI di negara i pada tahun t (% of GDP), dengan tiga variabel independen yang mencerminkan political risk yaitu political stability (PS) yang diproksikan dengan peringkat di setiap negara i pada tahun t, regulatory quality (RG) yang diproksikan menggunakan ranking di negara i pada tahun t, dan government effectiveness (GE) yang diproksikan dengan ranking di setiap negara i pada tahun t. dan dua variabel independen tambahan yaitu market size (MS) yang diproksikan dengan pertumbuhan PDB per kapita (%) di negara i pada tahun t dan openness yang diproksikan menggunakan trade openness of GDP (%) di negara i pada tahun t.

Pengujian pertama yang peneliti lakukan adalah menganalisis dengan menggunakan statistik deskriptif dan uji multikolinieritas. Analisis deskriptif digunakan untuk meringkas, mendeskripsikan dan juga menarik kesimpulan mengenai informasi kuantitatif yang telah dikumpulkan(Lee, 2020; Yellapu, 2018) sedangkan uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui ada atu tidaknya korelasi yang sempurna antar variabel satu dengan yang lainnya.

Jika nilai korelasi antar variabel menunjukan angka lebih besar dibandingkan 0.80 maka hasil regresi terjadi gejala multikolinieritas (Ajijia et al., 2011). Pengujian kedua yang peneliti lakukan adalah menentukan model terbaik yang nantinya digunakan dalam penelitian. Peneliti akan melakukan uji Chow dan uji Hausman untuk menentukan model terbaik antara common effect, random effect serta fixed effect model yang digunakan dalam regresi (Widarjono, 2005).

HASIL Analisis Statistik deskriptif

Berdasarkan hasil analisis statistik deskriptif pada Tabel 1 menunjukan bahwa dalam periode 24 tahun, FDI memiliki nilai rata-rata (mean) 5,373, nilai maksimum menunjukan angka 32,169 sedangkan nilai minimum sebesar -2,757. Nilai minimum FDI yang diterima ASEAN menunjukan angka minus dikarenakan selama rentan waktu 24 tahun negara - negara di ASEAN seringkali dihadapkan pada krisis baik krisis di negaranya maupun krisis yang terjadi di dunia.

Pada tahun 1998, terjadi penurunan FDI di kawasan ASEAN akibat dari krisis keuangan Asia yang dampak penurunan FDI dirasakan hingga tahun 2002. Pada tahun 2008-2009, FDI di ASEAN juga mengalami penurunan akibat adanya krisis keuangan global (Sitong, 2017; The ASEAN Secretariat and UNCTAD, 2017).

Political Stability (PS) memiliki nilai minimum 2,650. Nilai minimum pada political stability menunjukan angka yang sangat rendah dari 100 hal itu dikarenakan selama 24 tahun terdapat beberapa negara di kawasan ASEAN yang memiliki situasi politik yang dapat dikatakan kurang stabil. Situasi politik yang kurang stabil itu dirasakan oleh beberapa negara seperti misalnya Indonesia yang pada tahun 1998 terjadi kerusuhan yang berujung pada penggulingan presiden yang menjabat pada kala itu (Suparno, 2012). Tahun 2002 terjadi kerusuhan politik di Filipina yang juga berujung pada penurunan pemimpin negaranya (Global Nonviolent Action Database, 2001). Negara Thailand adalah negara yang sering sekali melakukan kudeta militer yaitu pada saat 2006 dan 2014 dua kudeta tersebut menggulingkan perdana menteri yang saat itu sedang menjabat (Lindman, 2017). Nilai minimum pada regulatory quality menunjukan angka 0,490 dikarenakan selama 24 tahun beberapa negara di ASEAN seringkali dihadapkan oleh situasi politik yang kurang stabil yang menyebabkan perubahan mendadak pada undang - undang dan peraturan yang ditetapkan oleh pemerintah dan lagi masih banyaknya negara - negara di kawasan

(5)

ASEAN yang memiliki kualitas regulasi yang kurang baik untuk mendorong pengembangan perekonomian di negaranya (GOV.UK, 2021; Hidayah, 2017).

Tabel 1. Statistik Deskriptif

N Mean Maksimum Minimum Std.

Devitiation

FDI 204 5,373 32,169 5,986

PS 204 44,397 99,050 2,650 29,370

RG 204 50,078 100 -2,757 27,70

GE 204 53,103 100 2.390 28,17

MS 204 3,935 12,790 -14.350 3,641

Openness 204 127,899 437,330 0,170 92,715 Sumber : Hasil olahan peneliti dengan menggunakan eviews 11

Uji Multikolinieritas

Untuk mendapatkan hasil regresi yang baik diperlukan uji multikolinieritas yang digunakan untuk melihat korelasi antar variabel satu dengan variabel lainnya. Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa hubungan variabel regulatory quality (RG) dan government effectiveness (GE) memiliki nilai melebihi 0,80 maka dapat dinyatakan hasil mengandung gejala multikolinieritas.

Tabel 2. Hasil Uji Multikolinearitas Correlation

FDI PS RG GE MS Openness

FDI 1,000 0,568 0,447 0,377 0,033 0,752

PS 0,568 1,000 0,646 0,649 -0,298 0,642

RG 0,447 0,646 1,000 0,937 -0,476 0,693

GE 0,377 0,649 0,937 1.000 -0,457 0,687

MS 0,033 -0,298 -0,457 -0.457 1,000 -0,145

Openness 0,752 0,642 0,693 0.687 -0,145 1,000 Sumber : Hasil olahan peneliti dengan menggunakan eviews 11

Untuk mengatasi masalah multikolinieritas pada data, maka dapat dilakukan dengan menghilangkan salah satu variabel (Basuki, 2020). Maka dari itu peneliti akan menghilangkan salah satu variabel. Variabel yang akan dihilangkan oleh peneliti adalah variabel government effectiveness (GE) dikarenakan menurut penelitian political risk dikawasan ASEAN lebih mengacu pada kualitas regulasi dan kondisi politik yang dimiliki oleh suatu negara dan juga terkadang investor juga tidak terlalu memperhatikan kualitas dari pelayanan publik yang dimiliki oleh negara host country (Biro et al., 2019; Qingzhen, 2015).

Tabel 3. Hasil Uji Multikolinearitas Dengan Mengurangi Salah Satu Variabel Correlation

FDI PS RG MS Openness

FDI 1,000 0,568 0,447 -0,033 0,752

PS 0,568 1,000 0,646 -0,298 0,642

RG 0,447 0,646 1,000 -0,476 0,693

MS 0,033 -0,298 -0,457 1,000 -0,145

Openness 0,752 0,642 0,693 0,145 1,000 Sumber : Hasil olahan peneliti dengan menggunakan eviews 11

(6)

Dapat dilihat dalam Table 3, setelah mengurangi salah satu variabel hubungan antara variabel satu dan variabel lainnya tidak melebihi 0,80 maka dapat disimpulkan data tidak mengandung multikolinieritas.

Uji Hipotesis

Sebelum melakukan uji hipotesis tahap pertama yang dilakukan adalah menentukan model terbaik yang digunakan dalam penelitian. Untuk menentukan model terbaik dapat dilakukan dengan menggunakan dua uji yaitu Chow test dan juga Hausman test.

Tabel 4. Hasil Regresi dengan Menggunakan Fixed Effect Model Variabel Independen Koefisien Std.Error t-Statistik Prob

C (Konstanta) -4,415 2,380 -1,741 0,083

PS 0,076 0,022 3,474 0,0006***

RG 0,082 0,042 1,964 0,0509*

MS 0,123 0,075 1,633 0,103

Openness 0,011 0,009 1,193 0,234

R-Squared 0,749

Adjusted R-Squared 0,732

F-Statistic 43,75

Prob(F-statistic) 0,000

Durbin-Watson stat 0,946

Sumber : Hasil olahan peneliti dengan menggunakan eviews 11

***Tingkat signifikansi pada 1%

*Tingkat signifikansi pada 10%

Chow test untuk membandingkan common effect model dan fixed effect jika probabilitas lebih dari > 0.10 maka model yang terpilih adalah common effect model, probabilitas < 0.10 maka model yang dipilih adalah fixed effect model begitu juga pada Hausman test digunakan untuk membandingkan random effect model dan fixed effect model. Apabila hasil Hausman test memiliki probabilitas lebih dari > 0.10 maka model yang terpilih adalah random effect model, sedangkan dengan probabilitas < 0.10 maka model yang dipilih adalah fixed effect model (Fithri

& Kaluge, 2017; Zulhaimi & Nuraprianti, 2019). Setelah melakukan pengujian model terbaik diperoleh probabilitas < 0.10 maka fixed effect model sebagai model terbaik yang digunakan dalam penelitian ini. Maka Tabel 4 menunjukan hasil regresi data panel dengan menggunakan fixed effect model.

PEMBAHASAN Pengaruh political stability terhadap FDI

Berdasarkan hasil dari pengujian hipotesis, menunjukan bahwa terjadi penolakan pada hipotesis nol dikarenakan probabilitas dari political stability menunjukkan angka 0,0006 dimana kurang dari taraf signifikansi yang sebesar 0.10. Hal tersebut memiliki arti bahwa political stability secara signifikan memiliki pengaruh terhadap masuknya foreign direct investment. Hasil pengujian ini sesuai dengan penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh Sabir et al., (2019)dan Rashid (2017) yang menyatakan bahwa political stability mencerminkan kondisi

(7)

politik di suatu negara yang merupakan salah satu faktor yang menjadi pertimbangan investor untuk menanamkan modalnya di negara tujuan investasi. Semakin bergejolak politik disuatu negara akan membuat investor enggan untuk menanamkan modalnya di negara tujuan dikarenakan dengan adanya politik yang tidak stabil akan membuat kekhawatiran terhadap gangguan-gangguan yang nantinya akan terjadi.

Pengaruh regulatory quality (RG) terhadap FDI

Berdasarkan hasil dari pengujian hipotesis menunjukan bahwa terjadi penolakan pada hipotesis nol dikarenakan probabilitas dari regulatory quality menunjukan angka 0,0509 dimana kurang dari taraf signifikansi yang sebesar 0.10. Hal tersebut memiliki arti bahwa regulatory quality secara signifikan memiliki pengaruh terhadap masuknya foreign direct investment. Hasil dari pengujian ini sesuai dengan penelitian-penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sabir et al (2019) yang menyatakan bahwa dengan suatu negara memiliki regulatory quality yang buruk akan menghambat masuknya investor untuk menanamkan investasinya di negara yang hendak menjadi tujuan investasi dikarenakan regulatory quality yang buruk yang dimiliki oleh suatu negara akan mengakibatkan para investor mengalami hambatan-hambatan dalam pasar yang dituju seperti misalnya mengenai hambatan ekspor-impor dan juga perizinan.

Pengaruh market size terhadap FDI

Berdasarkan hasil dari pengujian hipotesis menunjukan bahwa terjadi penerimaan pada hipotesis nol dikarenakan market size memiliki probabilitas sebesar 0.103 yang berarti nilai probabilitasnya lebih besar dibandingkan dengan tingkat signifikansi senilai 0.10 yang memiliki arti bahwa market size tidak signifikan memiliki pengaruh terhadap masuknya FDI. seperti penelitian penelitian yang dilakukan sebelumnya menjelaskan bahwa ketika suatu negara sering melakukan reformasi kebijakan dan institusinya maka market size menjadi tidak lagi berpengaruh bagi investor dalam menanamkan FDI nya ke negara tujuan (Kinoshita & Campos, 2003)

Pengaruh openness terhadap FDI

Berdasarkan hasil dari pengujian hipotesis menunjukan bahwa terjadi penolakan pada hipotesis nol dikarenakan probabilitas dari openness menunjukan angka 0.234 dimana kurang dari taraf signifikansi yang sebesar 0.10. Hal tersebut memiliki arti bahwa openness secara signifikan tidak memiliki pengaruh terhadap masuknya foreign direct investment. Seperti penelitian- penelitian sebelumnya yang menyatakan openness terkadang menjadi tidak memiliki pengaruh pengaruh terhadap foreign direct investment dikarenakan ketika suatu negara memiliki aturan yang baik mengenai keterbukaan perdagangan akan tetapi dibarengi dengan ketidakefisiensinya pemerintah dalam menjalankan keterbukaan dapat menyebabkan kurang minatnya investor untuk berinvestasi ke negara yang dituju ditambah lagi seiring dengan tingkat keterbukaan yang tinggi dibarengi dengan ketidakstabilan ekonomi dan politik di suatu negara akan membuat investor khawatir dengan risiko-risiko yang dapat mengganggu kegiatan operasionalnya di negara yang dituju (Khan & Hye, 2014; Rathnayaka et al., 2021; Tahmad & Adow, 2018).

KESIMPULAN

Dengan meneliti pengaruh political risk terhadap FDI dimana political risk diukur dengan kestabilan politik dan kualitas regulasi di seluruh negara di kawasan ASEAN maka dapat disimpulkan bahwa political risk memiliki pengaruh terhadap masuknya foreign direct investment di negara-negara kawasan ASEAN. Dengan suatu negara memiliki political risk yang rendah yang dicerminkan dengan kestabilan politik dan kualitas regulasi yang baik akan membuat investor lebih tertarik untuk menanamkan modalnya ke negara yang hendak dituju. Dikarenakan dengan semakin rendahnya political risk akan membuat investor tidak merasa khawatir akan terjadi hambatan-hambatan dalam melakukan kegiatan usahanya di suatu negara (Elleuch et al., 2015; Erkekoglu & Kılıçarslan, 2016). Sebaliknya untuk negara di kawasan ASEAN tetap menjaga kestabilan politiknya dan meningkatkan kualitas regulasi agar lebih menarik banyak investor untuk menanamkan FDI di kawasan ASEAN dan untuk penelitian selanjutnya yang ingin

(8)

melakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh dari political risk terhadap masuknya foreign direct investment (FDI) di kawasan ASEAN, untuk mempertimbangkan penambahan atau penggunaan variabel covid-19. Dikarenakan dengan adanya covid-19 yang terjadi di seluruh belahan dunia membuat pemerintah mengluarkan kebijakan-kebijakan baru mengenai pembatasan untuk mengurangi penyebaran virus covid-19 di negaranya.

REFERENSI

Agarwal, J., & Feils, D. (2007). Political risk and the internationalization of firms: An empirical study of Canadian-based export and FDI firms. Canadian Journal of Administrative Sciences, 24(3), 165–181. https://doi.org/10.1002/cjas.26

Ajijia, S. R., Sari, S. W., Setianto, R. H., & Primanti, M. R. (2011). Cara Cerdas Menguasai E- Views. Salemba Empat.

Basuki, A. T. (2020). Uji Multikolinieritas dan Perbaikan Multikolinieritas. In Bahan Ajar Ekonometrika (pp. 1–10). Univeritas Muhammadiyah Yogyakarta.

Biro, F. P., Erdey, L., Gall, J., & Markus, A. (2019). The Effect of Governance on Foreign Direct Investment in Latin America- Issues of Model Selection. Global Economy Journal, 19(1).

https://doi.org/10.1142/S2194565919500064

Campos, N. F., & Kinoshita, Y. (2004). Why Does Fdi Go Where it Goes? New Evidence From the Transition Economies. In IMF Working Papers (Vol. 3, Issue 228).

Duho, K. C. T., Amankwa, M. O., & Musah-Surugu, J. I. (2020). Determinants and convergence of government effectiveness in Africa and Asia. Public Administration and Policy: An Asia- Pacific Journal, 23(2), 199–215. https://doi.org/https://doi.org/10.1108/PAP-12-2019-0039 Dwinitasari, N. H., & Sulasmiyati, S. (2017). The Influence of Host Country Political Risk

Towards Foreign Direct Investment and Macroeconomics as Control Variable (A Study at Indonesia ’s Case Period of 2006-2015). Jurnal Administrasi Bisnis (JAB), 52(1), 81–89.

Elleuch, N. M., Jaouadi, I. Z., & Jaouadi, S. (2015). Examination of the impact of political and country risk on foreign direct investment inflows in Tunisia. European Academic Research II, 2(11), 14434–14445.

Erkekoglu, H., & Kılıçarslan, Z. (2016). Do political risks affect the foreign direct investment inflows to host countries. Journal of Business, Economics and Finance -JBEF, 52(2), 218–

230. https://doi.org/10.17261/pressacademia.2016219263

ERMA. (2021). Political Risk In ASEAN. ERMA (Enterprise Risk Management Academy).

Fithri, N., & Kaluge, D. (2017). Analisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Kemiskinan Jawa Timur. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 15(2), 133–206.

Global Nonviolent Action Database. (2001). Philippine citizens overthrow President Joseph Estrada (People Power II), 2001.

GOV.UK. (2021). Overseas Business Risk-Turkey. GOV.UK.

Hansen, E., & Zegarra, J. (2016). Political risk and sovereign spreads in Latin America. Academia Revista Latinoamerica de Administracion, 29(2), Acad. Rev. Latinoam. Adm.

https://doi.org/10.1108/ARLA-08-2015-0228

Hayakawa, K., Kimura, F., & Lee, H.-H. (2012). How Does Country Risk Matter for Foreign

(9)

Direct Investment?

Hidayah, F. N. (2017). Analisis Dampak Kebijakan Pemerintah Indonesia Terhadap Persaingan Perdagangan Jasa di bidang kontruki dalam rangka masyarakat eknomi Asean. Law Reform, 1.

Hindrayani, A. (2013). Investasi Langsung Luar Negeri Dan Pertumbuhan Ekonomi. Jurnal Pendidikan Ekonomi (JUPE), 1(1), 51–68.

Iloie, R. E. (2015). Connections between FDI, Corruption Index and Country Risk Assessments in Central and Eastern Europe. Procedia Economics and Finance, 32, 626–633.

https://doi.org/10.1016/s2212-5671(15)01442-2

Kalt, K. (2017). The Relationship of Political Risk and Foreign Direct Investment and the mediating effect of Exchange Rate Volatility. University of Groningen.

Khalfaoui, H., & Derbali, A. (2021). The determinants of foreign direct investment: what about the potential of the Arab Maghreb countries? Journal of Investment Compliance, 22(4), 295–308. https://doi.org/https://doi.org/10.1108/JOIC-04-2021-0010

Khan, M. M., & Akbar, M. (2013). The Impact of Political Risk on Foreign Direct Investment.

International Journal of Economics and Finance, 5(8), 147–156.

https://doi.org/10.5539/ijef.v5n8p147

Khan, R. E. A., & Hye, Q. M. A. (2014). Foreign direct investment and liberalization policies in Pakistan: An empirical analysis. Cogent Economics & Finance, 2(1), 1–12.

https://doi.org/10.1080/23322039.2014.944667

Kinoshita, Y., & Campos, N. F. (2003). Why Does Fdi Go Where it Goes? New Evidence From the Transition Economies. In IMF Working Papers (Vol. 03, Issue 228).

https://doi.org/10.5089/9781451875461.001

Kurul, Z., & Yalta, A. Y. (2017). Relationship between Institutional Factors and FDI Flows in Developing Countries: New Evidence from Dynamic Panel Estimation. Economies, 5(2), 1–

10. https://doi.org/10.3390/economies5020017

Lee, J. (2020). Statistics, Descriptive. In International Encyclopedia of Human Geography (2nd ed., pp. 13–20). Elsevier. https://doi.org/https://doi.org/10.1016/B978-0-08-102295- 5.10428-7

Lindman, L. N. (2017). Military Coups in Thailand: The Strategic Arguments to Justify a Democratic Setback. Uppsala University.

MarshMcLennan. (2019). Political Risk Map 2019. Marsh.

Martirosyan, G. (2020). What are the impacts of Trade Openness on Economic Growth? Eramus Universiteit Rotterdam.

Min, S., Kim, N., & Zhan, G. (2017). The impact of market size on new market entry: a contingency approach. European Journal of Marketing, 5(1), 2–22.

https://doi.org/https://doi.org/10.1108/EJM-12-2013-0696

Mohamed, E. A. (2019). The impact of political reform on the stability of the state of Kuwait since 2010. Journal of Humanities and Applied Social Sciences, 2(2), 101–114.

https://doi.org//doi.org/10.1108/JHASS-06-2019-0001

Mulyadi, M. (2011). Penelitian Kuantitatif Dan Kualitatif Serta Pemikiran Dasar

(10)

Menggabungkannya. Jurnal Studi Komunikasi Dan Media, 15(1).

OECD. (2013). Main Political Risk In Southeast Asia. OECD.

Qingzhen, C. (2015). Five Risks to ASEAN Growth. Global Risk Insights.

Rashid, M., Looi, X. H., & Wong, S. J. (2017). Political stability and FDI in the most competitive Asia Pacific countries. Journal of Financial Economic Policy, 9(2), 140–155.

https://doi.org/10.1108/JFEP-03-2016-0022

Rathnayaka Mudiyanselage, M. M., Epuran, G., & Tescașiu, B. (2021). Causal Links between Trade Openness and Foreign Direct Investment in Romania. Journal of Risk and Financial Management, 14(3), 90. https://doi.org/10.3390/jrfm14030090

Sabir, S., Rafique, A., & Abbas, K. (2019). Institutions and FDI: evidence fromdeveloped and developing countries. Financial Innovation, 5(8), 1–20.

https://doi.org///doi.org/10.1186/s40854-019-0123-7

Salem, R., & Younis, R. (2021). The Effect of country risk on foreign direct investment:

Evidence from Egypt. اا اااا اا ااااا ا اااا ااا ا اا ااا اا, 2(51), 276–243. https://doi.org/10.21608/jsec.2021.154167

Shah, M. H., & Afridi, A. G. (2015). Significance of Good Governance for FDI Inflows in SAARC Countries. Business & Economic Review, 7(2), 31–52.

Simanjuntak, D. (2018). FDI, Political Risk, and Government Policy. Eko-Regional Jurnal

Pengembagan Ekonomi Wilayah, 13(1), 34–39.

https://doi.org/10.20884/1.erjpe.2018.13.1.1162

Sitong, S. (2017). The ASEAN Economic Integration and Foreign Direct Investment: A Case Study of Japan’s FDI on the Automotive Industry.

Sottilotta, C. E. (2012). Political Risk: Concepts, Definitions, Challenges. LUISS School of Government Annual Conference 2012 “Investing in the Age of Political Risks.”

https://doi.org/10.13140/2.1.3205.9846

Suparno, B. A. (2012). Reformasi dan Jatuhnya Soeharto. PT Kompas Media Nusantara.

Tahmad, A. M. I., & Adow, A. (2018). The impact of trade openness on foreign direct investment in Sudan by sector in the 1990-2017 period: An empirical analysis. Economic Annals-XXI, 172(7–8), 14–21. https://doi.org/10.21003/ea.V172-03

Tanaya, O., & Suyanto, S. (2022). The Causal Nexus Between Foreign Direct Investment and Economic Growth in Indonesia: An Autoregressive Distributed Lag Bounds Testing Approach. Periodica Polytechnica Social and Management Sciences, 30(1), 57–69.

https://doi.org/https://doi.org/10.3311/PPso.16799

Teeramungcalanon, M., Chiu, E. M. ., & Kim, Y. (2020). Importance of Political Element to Attract FDI for Asean and Korean Economy. Journal of Korea Trade, 24(8), 63–80.

The ASEAN Secretariat and UNCTAD. (2017). ASEAN Investment Report 2017 Foreign Direct Investment and Economic Zones in ASEAN.

The ASEAN Secretariat, & UNCTAD. (2014). ASEAN Investment Report 2013-2014: FDI Development and Regional Value Chains.

The ASEAN Secretariat, & UNCTAD. (2021). ASEAN Investment Report 2020-2021.

(11)

Widarjono, A. (2005). Ekonometrika:teori dan aplikasi untuk ekonomi dan bisnis (1st ed.).

Ekonesia.

Wilkin, S., & Minor, J. (2001). Managing Today’s Political Risks. The Risk Management Letter, 22(6).

World Bank. (2021). World Governance Indicator. World Bank.

Yellapu, V. (2018). Descriptive statistics. International Journal of Academic Medicine, 4(1), 60.

https://doi.org/10.4103/IJAM.IJAM_7_18

Zulhaimi, H., & Nuraprianti, N. R. (2019). Pengaruh Profitabilitas, Ukuran Dewan Komisaris, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Corporata social Reponsibilitu Discloure. Jurnal Riset Akuntansi Dan Keuangan, 7(3), 555–666.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam ketatanegaraan Indonesia Otonomi Daerah merupakan penjabaran dari desentralisasi teritorial. Realisasinya dalam bentuk hak, wewenang dan kewajiban daerah untuk mengatur

Suatu sifat yang penting dari setiap reaksi organik adalah bagaimana pemutusan satu atau lebih organik adalah bagaimana pemutusan satu atau lebih ikatan kimia (pada

Mengetahui besar perkiraan biaya akhir dan waktu penyelesaian yang dibutuhkan untuk dapat menyelesaikan proyek menggunakan analisa dengan metode Nilai Hasil (Earned

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap motivasi belajar fisika siswa pada materi fluida statis di kelas XI IPA SMA Negeri 8 Pekanbaru,

Dalam permainan bebas anak boleh memilih sendiri kegiatan yang diinginkannya serta alat-alat yang ingin digunakannya. Bermain bebas merupakan bentuk bermain aktif, baik

Perhatainnya yang sangat besar terhadap filsafat etika di cetuskan ketika ibnu Maskawaih menjabat pada pemerintahan Dinasti Bawaihi, pada masa ini terjadi proses degradasi

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Faqihudin dan Gunistiyo (2009) yang menyatakan bahwa variabel stres kerja berpengaruh negatif

Peserta program pemimpin cabang setelah lulus mengikuti program pendidikan diharapkan memenuhi Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) bidang General