• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II PROSES PENGANGKATAN KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB DAN UTSMAN BIN AFFAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II PROSES PENGANGKATAN KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB DAN UTSMAN BIN AFFAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

PROSES PENGANGKATAN KHALIFAH UMAR BIN KHATTAB DAN UTSMAN BIN AFFAN

A. Biografi Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan

Nama lengkap Umar bin Khattab adalah Umar bin Khattab bin Nufail bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qurth bin Razah bin Adi bin Ka’ab bin Lu’ay bin Ghalib Al-Qursyl Al-Adawi.1 Ia lahir dari pasangan Khattab dan Hantamah binti Hasyim bin Mughirah bin Abdullah bin Umar bin Makhzum, adalah kakak dari Abu Jahal bin Hisyam.2 Panggilan Umar adalah Abul Hafsah dan ia dijuluki Al-Faruq.3

Sementara itu, nama lengkap Utsman bin Affan adalah Utsman bin Affan bin Abi Al-Ash bin Umayah bin Abdu Syam bin Abdu Manaf bin Qusay bin Malik bin Nadhr bin Kinanah bin Khuzaimah bin Mudrikah bin Ilyas bin Mudhar bin Nizar bin Ma’ad bin Adnan.4 Ia juga biasa dipanggil dengan sebutan Abu Amr dan Abu Abdullah, Al-Quraisy Al-Umawi, Amirul Mukminin dan Dzun Nurain.5

Nasab Umar dan Nabi bertemu pada Ka’ab bin Lu’ay, yakni kakek ketujuh Nabi sekaligus kakek kedelapan Umar. Sementara itu, nasab Ayah dan ibunya Umar bertemu pada Ka’ab bin Lu’ay.6 Sedangkan Nasab Utsman bertemu dengan Nabi pada Abdi Manaf yang merupakan kakek Nabi yang keempat sekaligus kakek Utsman yang kelima.

Utsman dilahirkan dari Arwa binti Kuraiz bin Rabi’ah bin Hubaib bin Abdi Syams.

Sementara bapaknya yaitu Affan adalah seorang saudagar yang kaya raya.7

1 Yahya bin Yazid Al-Hukmi Al-Faifi, Sang Legenda Umar bin Khattab, (Tanggerang Selatan:

Medhatama Restyan, 2012), hlm: 2.

2 Abu Ihsan Al –Atsari, Op. Cit., hlm: 209.

3 Dari Ayub bin Musa dikatakan bahwa Rasulullah bersabda: sesungguhnya Allah telah menjadikan kebenaran pada lisannya dan Al-Faruq pada hatinya, Allah telah memisahkan melalui Umar antara hak dan batil. Dari Abi Amr diucapkan bahwa ia bertanya kepada Aisyah: “siapa yang menamai Umar dengan Al- Faruq, Aisyah menjawab: Yang menamainya adalah Nabi SAW. lihat Abdurrahman bin Ali bin Muhamad bin Jauzi, Manaqib Amirul Mu’minin Umar bin Khattab, (Beirut: Darul Kutub Alamiyah, 1996), hlm: 24

4 Abu Ihsan Al –Atsari, Op. Cit., hlm: 415

5Gelar Dzun Nurain adalah sebuah gelar istimewa yang disandang oleh Utsmankarena ia telah menikahi dua putri Nabi yakni Ruqayyah dan Ummu Kultsum. Utsman bin Affan menikah dengan Ruqayyah pada masa sebelum kenabian. Ruqayyah wafat pada masa Perang Badar, pada bulan Ramadhan tahun 2 H.

Kemudian Nabi menikahkannya lagi dengan Ummu Kultsum yang merupakan adik dari istri sebelumnya.Karena itulah ia dijuluki Dzun Nurain. Ibid., hlm : 415

6 Ibrahim Al-Quraibi, Op. Cit., hlm: 315

7Ibrahim Al-Quraibi, Loc. Cit.

(2)

Posisi Umar dan Utsman pada masyarakat sangat berbanding terbalik. Umar berasal dari suku Bani Adi yakni kabilah yang dipandang sebagai suku yang lemah, karena mereka bukan berasal dari suku yang kaya dan tidak mempunyai pembantu.8 Sedangkan Utsman berasal dari Bani Umayah. Salah satu suku yang terpandang di kalangan suku Quraisy.9

Perbedaan latar belakang tersebut membentuk sebuah karakter yang saling bertolakbelakang pada mereka. Umar yang terlahir dari kasta rendahan terdidik menjadi pribadi yang tangguh. Umar juga tumbuh menjadi orang yang keras, sederhana, adil dan tegas.10 Sedangkan Utsman yang terbiasa hidup dalam kemapanan tumbuh menjadi pribadi yang lembut, pemalu dan dermawan.11 Sifat dasar demikian yang mempengaruhi pola kepemimpinan yang mereka terapkan pada tahap selanjutnya.

B. Proses pengangkatan Umar bin Khattab dan Utsman bin Affan 1. Proses pengangkatan Umar bin Khattab

Pada hari Senin tanggal 21 Jumadil Akhir tahun 13 H/ 634 M, Abu Bakar As- Shidiq wafat, setelah itu dikuburkan pada malam itu juga. Ketika Abu Bakar sakit, Umar yang melakukan tugas Abu Bakar sebagai imam shalat. Kemudian Abu Bakar memerintahkan Utsman bin Affan untuk menuliskan wasiat, isi wasiat tersebut adalah mewasiatkan jabatan khalifah kepada Umar bin Khattab.12

Pengangkatan Umar bin Khattab merupakan fenomena baru yang berbeda dengan proses pengangkatan sebelumnya dengan melewati perdebatan yang sangat keras. Umar diangkat melalui rekomendasi atau wasiat dari khalifah sebelumnya yakni Abu Bakar. Walaupun melalui rekomendasi tetap saja Abu Bakar memusyawarahkan keputusannya tersebut kepada para sahabat. Sahabat yang terlibat adalah Abdul Rahman bin Auf, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Tholib. Abu Bakar menanyakan kepada Abdurrahman tentang Umar, menurut Abdurrahman, Umar adalah orang yang mempunyai pandangan terbaik, namun Umar terlalu keras. Kemudian Abu Bakar menanyakan hal yang sama terhadap Utsman. Menurut Utsman, Umar adalah orang

8 Muhammad Husain Haikal, Umar bin Khattab, (Bogor: Pustaka Litera Antar Nusa, 2002), hlm: 8-9

9 Ali Muhammad Ash-Shalabi, Biografi Utsman bin Affan, (Jakarta: Ummul Qura, 2017), hlm: 32-33.

10 Abu Ihsan Al –Atsari, Op. Cit., hlm: 210

11Ibid., hlm: 560

12Abu Ihsan Al –Atsari, Op. Cit., hlm: 239.

(3)

yang mempunyai isi hati yang baik dibandingkan dengan lahiriahnya dan tidak ada orang yang sepertinya di kalangan umat Islam. Selanjutnya Abu Bakar menanyakan kepada Ali, Ali berpendapat bahwa Umar adalah orang yang keras, Abu Bakar mengatakan bahwa setelahku butuh orang yang keras.13

Sementara itu, mendengar Abu Bakar akan mengangkat Umar sebagai penggantinya, Thalhah langsung mendatangi Abu Bakar dan menyampaikan kekecewaannya kepada Abu Bakar. Thalhah menyangsikan keputusan Abu Bakar tersebut. Ia khawatir perilaku Umar yang kasar akan merugikan umat Islam dikemudian hari. Namun Abu Bakar tetap pada pendiriannya.14

Setelah ada penentangan dari Thalhah bin Ubaidillah, Abu Bakar merasa perlu untuk bermusyawarah dengan kaumnya. Kemudian ia datang ke mesjid dan bermusyawarah dengan orang-orang yang ada di situ. Hasil dari musyawarah tersebut adalah kesepakatan Umat Islam untuk mengangkat Umar sebagai pengganti dari Abu Bakar.15

Setelah itu, Umar dipanggil untuk menghadap Abu Bakar. Mereka berbicara empat mata. Kemudian Abu Bakar menyampaikan wasiat tersebut kepada Umar dan menasihatinya. Setelah mendapatkan wasiat tersebut Umar keluar dari ruangan Abu Bakar.16 Adapun isi dari wasiat tersebut adalah Umar diperintahkan untuk melanjutkan perang di Irak dan Syam dan jangan bersikap lemah lembut dan agar berpegang teguh pada kebenaran dalam masa kekhalifahannya, karena yang disukai Allah adalah kebenaran. Supaya umat menjadi takut kepada Allah hendaknya tidak hanya membacakan ayat-ayat kasih sayang tetapi juga ancaman. Jika wasiat ini dijaga tidak ada hal gaib yang lebih disukai daripada kematian, dan kehendak Allah tidak dapat dikalahkan.17

Abu Bakar mengangkat kedua tangannya sambil berdoa, “Ya Allah, dengan keputusan ini aku hanya menginginkan kebaikan bagi mereka. Aku mengkhawatirkan terjadinya fitnah. Karena itu aku melakukan untuk urusan mereka ini, apa yang

13 Muhamad Husain Haikal, Op. Cit., hlm: 87.

14 Munir Subarman, Sejarah Kelahiran dan Perkembangan Peradaban Islam (Yogyakarta: CV Budi Utama, 2012) hlm: 89.

15 Muhammad Husain Haikal, Op. Cit., hlm: 89.

16Ibrahim Al-Quraibi,Op. Cit., hlm: 407.

17 Muhammad Husain Haikal, Op.Cit., hlm: 89

(4)

Engkau lebih tahu dariku. Aku berijtihad18 dalam pendapatku ini, lalu aku menunjuk sebagai pemimpin mereka orang yang terbaik, terkuat, serta orang yang paling tegas dan berjuang untuk yang terbaik bagi umat.”19

Setelah itu Abu Bakar mengumpulkan umat Islam dan meminta mereka untuk membaiat Umar. Umat Islam kemudian membaiat Umar dengan penuh ketaatan.20 Dalam sambutan pertamanya, Umar memohon kepada Allah agar diberi kekuatan dalam menjalankan pemerintahan.21

Menurut Al-Baihani, Abu Bakar memilih Umar sebagai penggantinya berdasarkan beberapa pertimbangan, yakni sebagai berikut.

a. Umar pada saat itu adalah wakil dari khalifah Abu Bakar. Ia mempunyai peran yang sangat besar dalam pemerintahan Abu Bakar, selain itu Umar merupakan orang kepercayaan Abu Bakar.

b. Umar adalah orang yang selalu patuh akan perintah Abu Bakar. Menurut Umar apa yang diperintahkan Abu Bakar adalah sebuah kebijakan yang tepat dan disukai Nabi. Sehingga jiwa Abu Bakar dan Umar adalah seolah-olah satu walau berada dalam dua jasad.

c. Umar adalah orang yang paling dipercayai Abu Bakar daripada sahabat yang lain.

Menurut Abu Bakar, Umar adalah orang yang memiliki pemikiran yang cemerlang, keluasan ilmu, keimanan yang kuat dan sikap yang tegas, walau begitu Umar adalah memiliki jiwa yang lembut.22

Kemudian dalam pendapat lain disebutkan bahwa ada beberapa faktor yang melatarbelakangi penunjukkan Umar secara langsung oleh Abu Bakar, yakni sebagai berikut.

a. Abu Bakar mengkhawatirkan akan terjadi sebuah perpecahan di kalangan umat Islam yang hampir terjadi pada saat pengangkatannya dahulu, jika pemilihan diserahkan langsung kepada masyarakat.

18Ijtihad secara bahasa adalah pengerahan segala upaya, sedangkan secara istilah adalah pengerahan segala upaya untuk menghasilkan sebuah tujaun. Lihat As-Suyuthi, Ashbah wa An-nadzair, (Surabaya: Al- Hidayah, 1965), hlm: 134.

19Ibrahim Al-Quraibi,Op. Cit., hlm: 411.

20Ibid., hlm: 412

21 Abdurrahman bin Ali bin Muhamad bin Jauzi, Op. Cit., hlm: 60.

22Ibrahim Al-Quraibi,Op. Cit., hlm: 408.

(5)

b. Secara politis, Umar adalah suksesor Abu Bakar dalam pemilihan khalifah pada saat itu, bisa dikatakan ada sebuah rasa balas budi atas apa yang telah dilakukan oleh Umar terhadapnya.23

c. Ada kekhawatiran Abu Bakar jika nanti yang terpilih adalah sahabat Ali, jika Abu Bakar tidak menunjuk Umar secara langsung.24 Sebagaimana kita ketahui, Ali bersama Bani Hasyim selama 75 hari tidak mau baiat kepada Abu Bakar. Mereka masih belum menerima hasil dari peristiwa di Bani Tsaqifah. Oleh karenanya, Ali menjadi pihak oposisi pemerintahan Abu Bakar. Hal ini terlihat ketika Ali menolak ajakan Abu Bakar untuk memerangi kaum murtad dan orang-orang yang tidak mau bayar zakat. Hal ini yang menyebabkan Abu Bakar segera menunjuk Umar.25

2. Proses pengangkatan Utsman bin Affan

Berbeda dengan Umar, Utsman dalam proses menjadi khalifah melalui tahap yang cukup panjang. Utsman dipilih atas kesepakatan dewan syura yang dibentuk oleh Umar. Hal ini dikarenakan tidak ada yang lebih diunggulkan antara sahabat yang lain.

Pada awalnya Umar akan melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan oleh Abu Bakar yakni dengan menunjuk salah satu sahabat untuk menjadi penggantinya, namun sahabat tersebut terlebih dahulu wafat sebelum menjadi khalifah. Seperti yang dituturkan oleh Amr bin Maimun bahwa ketika umat terjangkit wabah penyakit, Umar ditanya: “Ya amirul mukminin, adakah kau telah memilih penggantimu? lantas siapakah itu?” Umar menjawab: “Kalau saja Abu Ubaidah masih hidup, maka aku akan menunjuknya sebagai khalifah. Ketika Allah mempertanyakannya, maka aku mendengar Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya dia (Abu Ubaidah) adalah orang yang paling terpercaya di antara umatku”. Jika masih ada Salim budak dari Abu Hudzaifah, maka aku akan memilihnya. Apabila tuhan menanyakan hal ini, maka aku telah mendengar Rasulullah bersabda:”Sesungguhnya Salim adalah orang yang paling cinta kepada Allah”.26

23Lihat hlm: 1 dari skripsi ini.

24 Hilfan Soeltansyah, Sistem Pemerintahan Abu Bakar dan Umar bin Khattab, http://hilfan.staff.telkomunivercity.ac.id, diunduh pada 27 Agustus 2017 pukul 08:23.

25 Rasul Ja’fariyah, Sejarah Para Pemimpin Islam: Dari Abu Bakar Sampai Usman, (Jakarta: Al- Huda, 2010), hlm: 42.

26 Al-Jazari, Al-Kamil fi Al-Tarikh, jilid II, (Libanon: Darul Kutub,1987), hlm: 459

(6)

Ketika seorang pria menanyakan terhadap Umar mengapa ia tidak menunjuk anaknya sendiri yakni Abdullah bin Umar menjadi penggantinya sebagai khalifah, maka Umar pun marah dan mencukupkan dirinya saja dari kalangan keluarganya yang sebagai khalifah.27

Namun jika Umar tidak segera menentukan sikap siapa penggantinya, maka kekhawatiran akan muncul kembali konflik yang pernah terjadi pada proses pengangkatan Abu Bakar. Maka para sahabat mendesak Umar agar segera menentukan penggantinya. Umar pun tidak bisa mengelak desakan tersebut. Hanya saja Umar tidak menunjuk secara langsung penggantinya, akan tetapi Umar membuat tim formatur atau dikenal dengan dewan syuro. Mereka adalah terdiri dari enam sahabat, yakni: Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Thalhah bin Ubaidillah, Zubair bin ‘Awwam, Sa’ad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin ‘Auf dan Abdullah bin Umar. Namun Umar menggarisbawahi bahwa Abdullah tidak boleh dipilih.28

Setelah menunjuk mereka, Umar memaparkan aturan main pemilihan tersebut:

bila lima atau empat orang bersepakat memilih satu orang dan satu atau dua orang tersebut membangkang, maka bunuhlah mereka yang membangkang. Jika suara berimbang 3 berbanding 3, maka keputusan diserahkan kepada Abdullah bin Umar, tapi kalau tidak disepakati, maka yang menjadi khalifah adalah pilihan yang dipilih oleh Abdurrahman. Tapi jika masih juga tidak disetujui, maka penggal saja mereka yang membangkang. Umar bin Khattab mengambil tindakan ini sebagaimana yang telah dilakukan oleh para pendahulunya yakni Abu Bakar dan Rasulullah. Namun dengan cara yang berbeda.29

Dari keenam tokoh tersebut semuanya adalah kaum Muhajirin dan tidak ada satupun dari kaum Anshor. Hal ini didasarkan bahwa keenam sahabat tersebut adalah sahabat terbaik dari sahabat yang lainnya. Keputusan ini diterima secara lapang dada

27Al-Jazari, Loc. Cit.

28 Muhammad Iqbal, Fiqih Siyasah Kontekstualisasi Doktrin Politik Islam, (Jakarta: Prenanadmedia Grup, 2016), hlm: 74

29Sebelum wafat, Nabi menunjuk Abu Bakar untuk menjadi imam shalat Subuh. Kemudian umat Islam mengambil isyarat tersebut sebagai dasar penunjukkan Abu Bakar Selanjutnya pada proses pemilihan Umar yang ditunjuk langsung oleh Abu Bakar. Selanjutnya Umar pada awalnya ingin melakukan hal yang sama seperti para pendahulunya, namun pilihan Umar wafat sebelum terpilih. Sehingga Umar membentuk dewan syura untuk menentukan penggantinya. Meskipun cara Umar berbeda dengan pendahulunya, tetapi pada dasarnya sama, yakni memilih pemimpin atas dasar kemashlahatan umat. Lihat Muhammad Iqbal, Loc. Cit.

(7)

oleh kaum Anshor dan kaum Arab yang lainnya. Kepercayaan mereka terhadap Umar membuat mereka tetap patuh dan taat atas apapun keputusan yang Umar lakukan, sampai menjelang wafat dan pergantian khalifah selanjutnya.30

Zuhri menuturkan bahwa setelah Umar bin Khattab wafat, para ahli syura berkumpul, maka Abdurrahman bin ‘Auf berkata kepada hadirin: “Jika kalian bersedia maka akan saya pilihkan untuk kalian dari golongan kalian, maka aku pasrahkan kepadanya”, dan Miswar berkata bahwa ia tidak menemukan seperti Abdurrahman, demi Allah tidak ada satupun dari golongan Muhajirin dan Anshor, dan lainnya kecuali mereka bermusyawarah (istasyara) pada malam itu.31

Pada saat itu, Thalhah sedang tidak ada di Madinah, maka Abdurrahman menyarankan untuk salah satunya mundur dari pencalonan, agar jumlah menjadi ganjil. Namun mereka tetap bersikukuh dan tidak mau mengalah. Perdebatan ini dipicu oleh ambisi ingin menguasai kekuatan Islam. Karena sepeninggalan Umar, Islam telah mencapai kegemilangannya dengan wilayah yang sangat luas dan kekayaan Islam yang sangat melimpah ruah. Selain dari pada itu, persoalan fanatisme kesukuan muncul kembali. Persaingan antara kabilah Bani Hasyim dan Bani Umayah yang masing-masing menginginkan kekhalifahan dari kelompoknya.32 Maka Abdurrahman sendiri yang mengalah dan mengundurkan diri, kemudian diikuti oleh Zubair dan Sa’ad. Sehingga hanya tersisa Ali dan Utsman saja. Selanjutnya, Abdurrahman yang dipercaya oleh Umar untuk memimpin syura tersebut berkeliling ke beberapa sahabat Nabi dan masyarakat Madinah.33

Abdurrahman menanyakan kepada Utsman tentang siapa yang pantas untuk dijadikan khalifah, kemudia ia menjawab Ali. Pertanyaan yang sama juga diajukan kepada Ali, Zubair dan Sa’ad secara terpisah, kemudian mereka menjawab Utsman.

Maka suara Utsman lebih unggul daripada Ali. Setelah itu, Abdurrahman mengumpulkan umat Islam untuk membai’at Utsman.34

30 Muhammad Husain Haikal, Op. Cit., hlm: 20

31 Az-Zuhri, Al-Maghozi An-Nabawiyah ( Damaskus: Darul Fikr, 1981), hlm: 173

32 Muhammad Husain Haikal, Op. Cit., hlm: 25

33 Khalid Muhamad Khalid, Utsman bin Affan Khalifah Penjunjung Al-Qur’an, (Bandung: Mizania, 2014), hlm: 61-62

34 Muhammad Iqbal, Op. Cit., hlm: 74-75

(8)

Setelah selesai shalat Subuh, Abdurrahman maju ke depan umat, ia mengucapkan hamdalah dan berkata : “amma ba’du, orang-orang telah sepakat untuk memilih Utsman, dan kau Ali, jangan berprasangka yang bukan-bukan. Ali pun berkata kepada Utsman: “Ya Utsman adakah kau siap menjalankan sesuai tuntun Al- Qur’an, Sunnatullah dan Nabi serta kedua khalifah sepeninggalnya? Utsman menjawab: “Ya”. Maka Ali mengangkat tangan Utsman dan membai’atnya kemudian diikuti oleh umat Islam yang hadir pada saat itu.35

Utsman bin Affan dibai’at pada tanggal 3 Muharam tahun 23 H/ 644 M.

Sementara itu, menurut Al-Jazari bahwa ahli syuro Berkumpul pada waktu Ashar, dan pada saat itu Shuhaib yang mengumandangkan adzan. Kemudian Utsman bin Affan keluar untuk melaksanakan sholat bersama umat Islam, hal yang pertama kali ia lakukan adalah menambahkan jatah sebanyak seratus dirham kepada masyarakat dan menyebarluaskan berita tersebut ke berbagai pelosok. Setelah itu Utsman berkhutbah di hadapan masyarakat dengan perasaan yang sangat sedih karena Utsman takut jika ia tidak mampu mengemban amanah tersebut dengan baik, dan masyarakat menerima bai’at terhadap Utsman.36

35Az-Zuhri, Loc. Cit.

36 Al-Jazari, Op. Cit., hlm: 475

Referensi

Dokumen terkait

D. Kecerdasan sahabat Ali bin Abi Thalib r.a. Beliau adalah salah satu –selain Abu Bakar,Umar,dan Usman- diantara 10 sahabat yang dijamin masuk surga sebagaimana sabada

Selain itu di Madinah, seperti yang kita sebutkan di atas, muncul dua blok kekuasaan politik, satu pihak adalah Abu Bakar RA yang telah diangkat menjadi khalifah, di pihak lain

Utsman ibn Affan dipilih dan diangkat dari enam orang calon yang ditunjuk oleh khalifah Umar ibn Khattab saat menjelang ajalnya, karena pada saat itu desakan dari

Berkaitan dengan bidang pendidikan, Khalifah Umar bin khattab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan pendidikan di kota madinah, beliau juga menerapkan

Tipe kepemimpinan Abu> Bakar adalah tipe karismtik dapat dilihat dari beberapa peristiwa yaitu, pada saat pembai’atan Abu> Bakar, pada saat pengangakatan ‘Umar bin

Sistem penunjukan kepala negara pada calon penggantinya, meskipun terdapat unsur positifnya, (seperti ketika Abu Bakar menunjuk kepada Umar untuk menjadi

Penunjukan Abu Bakar terhadap Umar yang dilakukan di saat ia mendadak jatuh sakit pada masa jabatannya merupakan suatu yang baru, tetapi harus dicatat bahwa penunjukan itu

Setelah Abu bakar wafat, kekhalifahan diteruskan oleh Umar bin Khattab selama 10 tahun 6 bulan 4 hari.3 Umar terbunuh pada 3 hari tersisa bahkan malah 7 hari terisa dari Bulan