• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN DINAS PARIWISATA KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA KABUPATEN ROKAN HILIR TERHADAP PELAKSANAAN EVENT KEBUDAYAAN BAKAR TONGKANG SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERAN DINAS PARIWISATA KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA KABUPATEN ROKAN HILIR TERHADAP PELAKSANAAN EVENT KEBUDAYAAN BAKAR TONGKANG SKRIPSI"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Menyelesaikan Pendidikan S1 Administrasi Negara di Universitas Islam Negeri

Sultan Syarif Kasim Riau

OLEH:

M. ZULKARNAIN NIM. 11675101440

PROGRAM S1

JURUSAN ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU

2023

(2)
(3)
(4)
(5)

i Oleh :

Oleh : M. ZULKARNAIN 11675101440

Penelitian ini dilaksanakan pada Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupeten Rokan Hilir. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui peranan Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Rokan Hilir terhadap pelaksanaan Event Bakar Tongkang. Penulis melakukan penelitian dengan menggunakan metode kualitatif. Sumber data yang diperoleh dalam bentuk data primer dan data sekunder. Adapun informan dalam penelitian ini sebanyak 7 orang. Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode yang bersifat deskriptif kualitatif. Instrumen dari penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi guna mendapatkan data berupa hasil peranan Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Rokan Hilir terhadap pelaksanaan Event Bakar Tongkang. Hasil dari penelitian ini adalah peranan Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Rokan Hilir terhadap pelaksanaan Event Bakar Tongkang dominan sebagai dinamisator dibandingkan dengan peranan lainnya yaitu sebagai motivator dan fasilitator.

Peranan sebagai dinamisator ini terlihat terutama pada hal kerjasama yang sinergis dengan swasta dan masyarakat. Kerjasama yang dijalin dengan pihak swasta seperti dibidang perhotelan untuk penginapan tamu udangan, provider Telkomsel dan kerjasama yang dilkukan dengan perusahaan yang bergerak dibidang makanan dan minuman seperti cidro coco. Selain itu dinas pariwisata juga bekerjasama dengan masyarakat seperti publik figur guna upaya promosi event kebudayaan Bakar Tongkang yang setiap tahun diadakan di Kabupaten Rokan Hilir.

Kata Kunci : Peranan Dinas Pariwisata, Pengelolaan, Objek Wisata

(6)

ii

Dengan mengucapkan puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunian-Nya sehngga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa pula penulis ucapkan kepada baginda Nabi besar Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan bagi seluruh umat islam. Penulis skripsi yang berjudul “PERAN DINAS PARIWISATA KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA KABUPATEN ROKAN HILIR TERHADAP PELAKSANAAN EVENT KEBUDAYAAN BAKAR TONGKANG” ditujukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata I prodi Ilmu Administrasi Negara Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau. Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini tidak terlepas dari kesalahan dan keraguan serta kekhilafan, untuk itu kepada Allah SWT penulis meminta ampun dan kepada pembaca penulis meminta maaf. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah menjadi penyemangat dan membimbing selama berlangsungnya skripsi, dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis sampaikan ucapan terimakasih khususnya kepada Kedua orang tua tercinta dan tersayang, ayahnda Daroni dan Ibunda Amnah yang senantiasa membimbing, memberi kasih sayang dan doa kepada penulis dan sebagai sumber kekuatan terbesar dalam penyelesaian skripsi ini. Dan juga ucapan terimakasih juga kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Khairunnas Rajab, M.Ag selaku rektor Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim Riau.

2. Ibu Dr. Hj. Mahyarni, SE, MM selaku dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Suska Riau.

3. Bapak Dr. Khairunsyah Purba, S.Sos, M.Si selaku ketua Jurusan Administrasi Negara UIN Suska Riau.

4. Bapak Mashuri, M.A selaku sekretaris jurusan Administrasi Negara UIN Suska Riau.

(7)

iii

7. Bapak/ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan ilmu pengetahuan kepada penulis serta seluruh staf pegawai Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial UIN Suska Riau.

8. Teman-teman jurusan Administrasi Negara lokal B dengan angkatan 2016 yang sama-sama berjuang dalam proses penelitian dan selalu memberikan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

Semoga semua doa, semangat dan motivasi yang telah diberikan mendapatkan imbalan dari Allah SWT. Penulis berharap skripsi ini dapat menambah ilmu pengetahuan dan memberikan manfaat bagi kita semua

Aamiin ya rabbal alamin.

Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Pekanbaru, 09 November 2022 Penulis

M. ZULKARNAIN NIM. 11675101440

(8)

iv Pengesahan

Abstrak ... i

Kata Pengnatar ... ii

Daftar isi ... iv

Daftar Tabel ... vi

Daftar Gambar ... vii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian ... 10

1.4 Manfaat Penelitian ... 11

1.5 Sistematika Penulisan ... 11

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peran ... 13

2.2 Konsep Pengelolaan ... 19

2.3 Pariwisata ... 21

2.4 Objek Wisata ... 23

2.5 Dampak Ekonomi Pariwisata ... 28

2.6 Pandangan Islam ... 30

2.7 Penelitian Terdahulu ... 32

2.8 Definisi Konsep ... 33

2.9 Konsep Operasional ... 35

2.10 Kerangka Pemikiran ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 37

3.2 Jenis Penelitian ... 37

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 38

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 39

(9)

v

4.1 Keadaan Umum Kabupaten Rokan Hilir ... 45 4.2 Sarana dan Prasarana... 51 4.3 Struktur Organisasi ... 52 4.4 Tugas pokok dan Fungsi Dinas Pariwisata

Kepemudaan dan Olahraga ... 53 BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Identitas Responden ... 60 5.2 Analisis Peran Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga

Kabupaten Rokan Hilir terhadap pelaksanaan

Event Bakar Tongkang ... 62 5.3 Kendala yang Dihadapi Dinas Pariwisata Kepemudaan Dan

Olahraga Kabupaten Rokan Hilir Terhadap Pelaksanaan Event Bakar Tongkang ... 73 BAB VI PENUTUP

6.1 Kesimpulan ... 75 6.2 Saran ... 77 Daftar Pustaka

(10)

vi

Pariwisata (2009-2019) ... 3

Tabel 1.2 Objek Pariwisata Kabupaten Rokan Hilir ... 5

Tabel 1.3 Daftar Jumlah Wisatawan Event Wisata Bakar Tongkang ... 7

Tabel. 1.4 Anggaran Keseluruhan Event/ Kegiatan Kabupaten Rokan Hilir ... 7

Tabel 1.5 Anggaran Pada Event Wisata Bakar Tongkang ... 8

Tabel 2.1 Konsep Operasional ... 35

Tabel 3.1 Informan Penelitian ... 41

Tabel 4.1 Jumlah Penduduk menurut Kecamatan di Kabupaten Rokan Hilir 2020 ... 50

Tabel 5.1 Jenis Kelamin Responden ... 60

Tabel 5.2 Tingkat Pendidikan Responden ... 60

Tabel 5.3 Tingkat Usia Responden ... 62

Tabel 5.4 Daftar Jumlah Wisatawan Event Wisata Bakar Tongkang ... 68

Tabel 5.5 Anggaran Pada Event Wisata Bakar Tongkang ... 69

(11)

vii

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran ... 36

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Negara Indonesia memiliki potensi wisata yang baik, pariwisata dapat dijadikan sebagai kegiatan ekonomi yang dapat meningkatkan keuangan negara dalam waktu yang lebih singkat dari pada pertanian dan industri migas.

Perkembangan ekonomi akan tumbuh ketika terdapat industri pariwisata yang memicu tumbuhnya produksi usaha baru, perluasan bidang usaha lainnya, serta penciptaan lapangan pekerjaan. Perkembangan sektor pariwisata juga memberikan keuntungan kepada daerah serta masyarakat yang tinggal di daerah wisata.

Pariwisata sering dianggap sebagai media pembangunan ekonomi yang tidak memerlukan investasi terlalu besar, untuk itu perlu kesiapan dan pembenahan dalam bidang pengembangan dan pengelolaannya. (Wahab, 1996)

Sebagai negara kepulauan, potensi Indonesia untuk mengembangkan industri pariwisata sangatlah besar. Industri pariwisata di Indonesia khususnya dan dunia umumnya telah berkembang pesat. Perkembangan industri tersebut tidak hanya berdampak pada peningkatan penerimaan devisa negara, namun juga telah mampu memperluas kesempatan berusaha dan menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat dalam mengatasi pengangguran di daerah (Rahma, 2013).

Kepariwisataan merupakan salah satu sektor unggulan yang memiliki peranan cukup besar bagi setiap negara di dunia. Hal ini dikarenakan sektor pariwisata memberikan sumbangsih yang cukup besar pada pendapatan nasional

(13)

suatu negara dari hasil kegiatan para wisatawan yang berwisata. Selain itu juga sektor pariwisata dikatakan dapat mendorong dan meningkatkan kegiatan pembangunan pada suatu negara, membuka lapangan usaha baru, membuka lapangan kerja dan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat, yang berdampak pula terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat pada suatu negara. Oleh karena itu sektor ini dipandang sebagai sektor yang paling terkemuka, karena mempunyai pengaruh secara strategis pada perekonomian di banyak negara. Hal ini pulalah yang membuat negara-negara di dunia berlomba untuk memajukan dan mengembangkan pariwisatanya dengan tujuan menarik minat para wisatawan untuk berwisata, ini menunjukan bahwa betapa ketat persaingan antar negara di sektor ini.

Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan keindahan alam dan beraneka ragam budaya. Masyarakat Indonesia dengan segala hasil budayanya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara menjadi titik sentral, subyek pembangunan dan kekuatan dasar pembangunan dan kekuatan dasar pembangunan kepariwisataan. Indonesia memiliki banyak keindahan alamnya, laut dan pegunungan yang indah dan memiliki letak yang sangat strategis. Itu yang menjadi daya tarik wisatawan untuk berwisata ke negara ini. (Muljadi, 2012) Pariwisata merupakan suatu fenomena yang terdiri dari berbagai aspek, seperti: ekonomi, teknologi, politik, keagamaan, kebudayaan, ekologi, dan pertahanan dan keamanan. Melalui pariwisata berkembang keterbukaan dan komunikasi secara lintas budaya, melalui pariwisata juga berkembang komunikasi yang makin meluas antara komponen-komponen lain dalam kerangka hubungan

(14)

yang bersifat saling mempengaruhi. Pariwisata sebagai suatu fenomena yang terdiri dari berbagai aspek tertentu termasuk kebudayaan yang merupakan salah satu aspek pariwisata. Pengembangan pariwisata di Indonesia bertumpu pada kebudayaan nasional Indonesia. Dampak yang ditimbulkan oleh pariwisata terhadap kebudayaan tidak terlepas dari pola interaksi di antaranya yang cenderung bersifat dinamika dan positif. Dinamika tersebut berkembang, karena kebudayaan memegang peranan yang penting bagi pembangunan berkelanjutan pariwisata. Berikut pendapatan negara yang di dapat dari sektor pariwisata sebagai berikut :

Tabel 1.1 Pendapatan Devisa Indonesia dari Sektor Pariwisata (2009-2019)

No Tahun Jumlah Mata Uang

1 2009 6,1 Miliar US$

2 2010 6,8 Miliar US$

3 2011 8,2 Miliar US$

4 2012 8,4 Miliar US$

5 2013 10 Miliar US$

6 2014 10,7 Miliar US$

7 2015 12,23 Miliar US$

8 2016 12,7 Miliar US$

9 2017 12,6 Miliar US$

10 2018 16,1 Miliar US$

11 2019 16,8 Miliar US$

Sumber : Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata 2018

Dari tabel 1.1 diatas dapat kita lihat data kementerian pariwisata, pendapatan devisa dari sektor pariwisata dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2019 terjadi peningkatan pendapatan devisa di setiap tahunnya. Pendapatan devisa Indonesia dari sektor pariwisata tertinggi terjadi pada tahun 2019 yaitu dengan pendapatan 16,8 Miliar US$. Sedangkan pendapatan devisa Indonesia dari sektor pariwisata terendah terdapat pada tahun 2009 yaitu sebesar 6,1 Miliar US$. Dari

(15)

tabel 1.1 diatas kita juga dapat mengetahui bahwa peningkatan pendapatan devisa Indonesia dari sektor pariwisata dari tahun 2009 hingga 2019 sebanyak 10,7 Miliar US$.

Efek yang dirasakan adanya pengembangan pariwisata di Indonesia merupakan penyumbangan bagi ekonomi global yang tidak ada tandingannya\

dimasa yang akan datang, adapun pertimbangannya pariwisata mempekerjakan 204 juta orang atau satu dari setiap Sembilan pekerja yaitu 10,6 persen dari angkatan kerja. Sarana pariwisata seperti hotel,restoran, perusahaan perjalanan merupakan usaha-usaha yang padat karya. Pariwisata juga menciptakan tenaga kerja disektor lain yang tidak langsung berhubungan dengan pariwisata misalnnya bidang kontruksi bangunan, jalan dan lain-lain. (Ardi Surwiyanta : 34 : 2003)

Peran adalah perilaku yang diharapkan sesorang agar dapat mempengaruhi suatu keadaan tertentu berdasarkan status dan fungsi yang dimilikinya dan sesorang dikatakan menjalankan peran apabila telah menjalankan hak dan kewajiban yang meruoakan bagian yang tidak terpisah dari status yang disandangnya. (Suhardono dalam Sitorus, 2006:136)

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan, menyebutkan bahwa pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah mempunyai kewenangan dalam mengatur dan mengelola urusan kepariwisataan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Berdasarkan hal tersebut maka pemerintah daerah berwenang untuk mengurus segala sesuatu yang berkaitan dengan kepariwisataan, dalam hal ini instansi pemerintah yang berwenang mengenai bidang ini adalah Dinas Pariwisata. Dinas Pariwisata adalah

(16)

unsur pelaksana kewenangan otonomi daerah, yang mempunyai tugas melaksanakan kewenangan desentralisasi dan tugas dekonsentrasi dibidang pariwisata.

Kabupaten Rokan Hilir merupakan salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Riau yang memiliki potensi wisata dengan prospek kedepan yang menjanjikan. Tercatat ada lebih kurang 12 potensi wisata yang ada di Rokan Hilir dan tersebar diberbagai desa yang ada disana (Nursanti, 2019: Vol.6). Objek wisata di Rokan Hilir terdiri dari objek wisata alam, objek wisata sejarah, objek wisata religi dan objek wisata minat khusus berikut nama-nama wisata yang berada di kabupaten Rokan Hilir.

Tabel 1.2 Objek Pariwisata Kabupaten Rokan Hilir

No Objek Wisata Pengelola

1 Bakar Tongkang Pemerintah kabupaten rokan hilir 2 Masjid Raya Rokan Hilir Pemerintah kabupaten rokan hilir 3 Kelenteng-Kelenteng Cina Swasta

4 Pulau Jemur Pemerintah kabupaten rokan hilir

5 Pantai Biski Swasta

6 Desa Rantau Bais Swasta

7 Pulau Titan Pemerintah kabupaten rokan hilir 8 Danau Jando Gatal Pemerintah kabupaten rokan hilir

9 Rumah Kapitan Swasta

10 Batu Belah Batu Betangkup Pemerintah kabupaten rokan hilir 11 Tugu Perdamaian Swasta

12 Danau Napangga Pemerintah kabupaten rokan hilir Sumber : Dinas Pariwisata Kepemuda Dan Olahraga Rohil

Berdasarkan tabel 1.2 Salah satu objek wisata alam minat khusus di Rokan Hilir belakangan ini menjadi sorotan utama bagi wisatawan, yaitu Bakar Tongkang . Salah satu daya tarik wisata budaya yang ada di Kabupaten Rokan Hilir Riau tepatnya di Kota Bagan siapi-api pada setiap tahunnya yaitu acara

(17)

Bakar Tongkang atau dalam Bahasa Cina disebut dengan Go Ge.

Cap Lak. Event wisata bakar tongkang merupakan event wisata yang di adakan hanya setahun sekali, dan event tahunan ini hanya ada satu-satunya di Indonesia yaitu tepatnya di Kabupaten Rokan Hilir Kota Bagan siapi-api Provinsi Riau, dengan demikian banyak wisatawan yang mengunjungi event Bakar Tongkang. Karena event Bakar Tongkang tidak dimiliki oleh provinsi - provinsi lain yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu, dengan adanya event tahunan ini banyak wisatawan ingin mengunjungi dan menyaksikan secara langsung atraksi wisata Bakar Tongkang baik wisatawan Nusantara maupun wisatawan Mancanegara.

Dari potensi yang ada, ritual Bakar Tongkang ini mempunyai daya tarik yang sangat besar, oleh karena itu upacara bakar tongkang ini dikembangkan dan dikemas menjadi suatu event wisata andalan bagi Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir yang masuk dalam Proposal Visit Indoensia Year 2008, juga masuk Agenda Visit Riau 2009 dan Sapta Pesona pada tahun 2017 sekaligus menjadi wisata nasional, karena semakin bertambahnya motivasi.

Kunjungan wisatawan khususnya wisatawan mancanegara yang datang ke Kabupaten Rokan Hilir dari tahun ke tahun, maka semakin meningkat juga jumlah pendapatan masyarakat didaerah tersebut. Terjadinya peningkatan jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Rokan Hilir oleh wisatawan mancanegara dapat di lihat pada tabel yang menunjukkan tentang jumlah kunjungan wisatawan ke Kabupaten Rokan Hilir Propinsi Riau sebagai berikut :

(18)

Tabel 1.3 Daftar Jumlah Wisatawan Event Wisata Bakar Tongkang

No Tahun Wisatawan

Bulan Jumlah Nusantara Mancanegara

1 2017 48.125 2.475 Juli 48.125

2 2018 40.000 29.000 Juni 69.000

3 2019 54.200 20.200 Mei 74.800

Total Keseluruhan 191.925

Sumber: Dinas Pariwisata Kepemudaan Dan 0lahraga Kabupaten Rokan HIlir

Berdasarkan tabel 1.3 diatas dapat kita lihat bahwa kunjungan wisatawan Event Wisata Bakar Tongkang meningkat setiap tahunnya. Hal ini tentunya event / kegiatan Bakar Tongkang menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan baik dari wisatawan nusantara maupun mancanegara. Sehingga event / kegiatan Bakar Tongkang ini harus menjadi perhatian khusus bagi Pemerintah Kabupaten Rokan Hilir karena memiliki dampak positif bagi perekonomian masyarakat sekitar dan menjadi wisata nasional setiap tahunnya.

Dinas Pariwisata Kabupaten Rokan Hilir mempunyai banyak kegiatan wisata, dimana terdapat 7 Event / kegiatan yang dibuat setiap tahunnya, dengan masing-masing kegiatan memiliki anggaran atau dana masing-masing sebagai berikut :

Tabel. 1.4 Anggaran Keseluruhan Event/ Kegiatan Kabupaten Rokan Hilir

No Event Kegiatan Biaya Keterangan

1 Ritual Cheng Beng

(Sembahyang Kuburan) Rp.93.177.650,- 2 Ritual Tolak Bala Atib Koambai Rp.71.160.000,- 3 Festival Bakar Tongkang Rp.374.313.350,- 4 Festival Bagan Heritage Rp.191.500.000,- 5 Rokan Hilir Bersenandung Rp.76.750.000,- 6 Festival Pulau Tilan Rp.76.350.000,- 7 Festival Danau Napangga Rp.76.350.000,-

(19)

Jumlah Rp.959.601.000,-

Sumber: Dinas Pariwisata Kepemudaan Dan 0lahraga Kabupaten Rokan HIlir Berdasarkan tabel 1.4 diatas, dapat kita lihat anggaran yang digunakan keseluruhan dalam event / kegiatan yang dilakukan di Kabupaten Rokan Hilir sebanyak Rp.959.601.000,-. Anggaran yang paling banyak diberikan pada event / kegiatan Festival Bakar Tongkang yaitu sebanyak Rp.374.313.350,- sedangkan anggaran yang paling sedikit diberikan pada event / kegiatan Festival Pulau Tilan dan Festival Danau Napangga yaitu sebanyak Rp.76.350.000,-.

Pelaksanaan event wisata nasional festival bakar tongkang, tentunya memerlukan dana atau anggaran untuk pelaksanaan event ini, perayaan ini kembali digelar dengan dukungan pemerintah Kabupaten Rokan Hilir. Event ini, menjadi sarana pariwisata tahunan di Kabupaten Rokan Hilir dan masuk kedalam kalender visit Indonesia setiap tahunnya. Dana dan anggaran yang digunakan didapat dari Kementerian Pariwisata Jakarta, Dinas Pariwisata Provinsi Riau.

Berikut dana atau anggaran dalam pelaksanaan event wisata nasional festival bakar tongkang :

Tabel 1.5 Anggaran Pada Event Wisata Bakar Tongkang

No Tahun Anggaran

1 2017 Rp.1.000.000.000,-

2 2018 Rp.700.000.000,-

3 2019 Rp.374.313.350,-

Jumlah Rp.1.974.313.350,-

Sumber: Dinas Pariwisata Kepemudaan Dan 0lahraga Kabupaten Rokan HIlir Berdasarkan tabel 1.5 diatas dapat kita lihat bahwa pada tahun ke tahun jumlah anggaran yang diberikan pemerintah semakin berkurang setiap tahunnya.

Pada tahun 2017 anggaran yang diberikan sebanyak Rp.1.000.000.000,- sedangkan pada tahun 2019 diberikan sebanyak Rp.374.313.350,-. Sehingga

(20)

terdapat selisih anggaran yang diberikan cukup jauh yaitu sebanyak Rp.625.686.650,-.

Begitu banyaknya objek wisata di Rokan Hilir, namun tidak semuanya dikelola langsung oleh Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Rokan Hilir, dan masih ada yang belum terpublikasikan karena beberapa faktor. Dengan kendala minimnya sumber daya manusia yang mengelolanya, dana yang terbatas dan lokasi yang jauh dari ibu kota kabupaten membuat pemerintah tidak mampu mengelola secara keseluruhan objek wisata yang ada. Dalam pengembangan objek wisata, sinergitas antar aktor sangat dibutuhkan. Sinergitas yang dimaksudkan ialah kerja sama yang dilakukan guna mendapatkan hasil yang lebih maksimal dengan terhubung oleh beberapa peran aktor yang berbeda, dalam hal ini aktor yang dimaksud ialah Pemerintah, Swasta dan Masyarakat. Pemerintah dalam hal ini Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Rokan Hilir sesuai dengan tugas dan kewenangannya menjalankan peran dan fungsinya sebagai fasilitator serta pengawasan dalam pengembangan.

Selain itu dari uraian diatas terlihat bahwa wisatawan yang datang dalam event / kegiatan Bakar Tongkang setiap tahunnya selalu meningkat, tetapi

anggaran yang diberikan dalam event / kegiatan Bakar Tongkang setiap tahunnya selalu menurun. Berdasarkan latar belakang masalah diketahui bahwa pariwisata Rohil membutuhkan peran Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga yang tepat. maka dilakukan penelitian untuk mengetahui lebih lanjut mengenai

“PERAN DINAS PARIWISATA KEPEMUDAAN DAN OLAHRAGA

(21)

KABUPATEN ROKAN HILIR TERHADAP PELAKSANAAN EVENT KEBUDAYAAN BAKAR TONGKANG.”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan yang diungkapkan pada latar belakang, maka penulis dalam penelitian merumuskan masalah yaitu:

1. Bagaimana peranan Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Rokan Hilir terhadap pelaksanaan Event Bakar Tongkang?

2. Apa saja kendala yang dihadapi Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Rokan Hilir terhadap pelaksanaan Event Bakar Tongkang?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah yang telah diuraikan diatas, maka penulis dalam penelitian ini membuat tujuan penelitian yaitu :

1. Untuk mengetahui peranan Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Rokan Hilir terhadap pelaksanaan Event Bakar Tongkang.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Rokan Hilir terhadap pelaksanaan Event Bakar Tongkang.

1.4 Manfaat Penelitian a. Bagi Peneliti

Penelitian ini merupakan suatu usaha untuk meningkatkan kemampuan berfikir intelektual dalam penulisan karya ilmiah serta untuk menerapkan teori-teori yang telah dipelajari selama dibangku perkuliahan difakultas ekonomi dan ilmu sosial.

(22)

b. Bagi Instansi

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Rokan Hilir tentang pelaksanaan event wisata nasional festival bakar tongkang Kabupaten Rokan Hilir untuk pelaksanaan tahun berikutnya dan kedepannya.

c. Bagi Pustaka

Hasil Penelitian ini diharapkan mampu untuk menambah bahan bacaan dan referensi bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian berikutnya dengan jenis penelitian yang sama yakni tentang peranan Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Rokan Hilir terhadap pelaksanaan event nasional festival bakar tongkang Kabupaten Rokan Hilir.

1.5 Sistematika Penulisan

Dalam memberikan gambaran umum mengenai isi penelitian perlu dikemukakan garis besar pembahasan melalui:

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini berisikan lantar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI

Bab ini akan membahas teori-teori yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahas. Teori yang diangkat penulis yaitu mengenai teori-teori tentang pengertian peranan, konsep pengelolaan, peran Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, dan pengelolaan pariwisata.

(23)

BAB III : METODE PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang lokasi dan waktu penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, informan dan metode analisis.

BAB IV : GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang sejarah objek penelitian, aktivitas objek penelitian, dan struktur organisasi.

BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisikan hasil dari penelitian berdasarkan data yang telah dikumpulkan, menjelaskan hasil temuan dan membahas hasil penelitian secara mendalam.

BAB VI : PENUTUP

Bab ini berisikan kesimpulan dari pembahasan data penelitian yang telah diolah dan kemudian diberikan saran sehubungan dengan kesimpulan penelitian.

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Peran

2.1.1 Definisi Peran

Peran adalah perilaku yang diharapkan sesorang agar dapat mempengaruhi suatu keadaan tertentu berdasarkan status dan fungsi yang dimilikinya dan sesorang dikatakan menjalankan peran apabila telah menjalankan hak dan kewajiban yang meruoakan bagian yang tidak terpisah dari status yang disandangnya. ( Suhardono dalam Sitorus, 2006:136)

Peran adalah konsep tentang apa yang harus dilakukan oleh individu dalam masyarakat dan meliputi tuntutan-tuntutan perilaku dari masyarakat terhadap seseorang dan merupakan perilaku individu yang penting bagi struktur sosial masyarakat. (Wulansari 2009: 106)

Istilah “peran” (role) dipilih secara baik karena ia menyatakan bahwa setiap orang adalah pelaku didalam masyarakat dimana dia hidup, juga dia adalah seorang aktor yang harus memainkan beberapa peranan seperti aktor-aktor profesional. (Duverger 2010: 103)

Levinson (dalam Soerjono Soekanto, 2002 ; 198) mengemukakan bahwa peran mengandung tiga hal penting, yaitu :

1. Peran meliputi norma-norma yang dihubungkan dngan posisi atau kedudukan sesorang dalam kehidupan bermasyarakat ataupun instansi.

2. Peran adalah suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh individu dalam masyarakat ataupun instansi sebagai organisasinya.

(25)

3. Peran juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi struktur sosial dalam masyarakat atau sebuah instansi.

Setiap posisi dalam kelompok mempunyai peran yang saling berhubungan, yang terdiri dari perilaku yang diharapkan dari mereka yang menduduki posisi tersebut. Perilaku yang diharapkan umumnya sudah disetujui tidak hanya oleh mereka yang menduduki posisi tersebut, tetapi juga oleh anggota lain dalam kelompok itu. Pembahasan perihal anekan macam peranan yang melekat pada individu-individu dalam masyarakat penting bagi hal-hal sebagai berikut:

1. Bahwa peranan-peranan tertentu harus dilaksanakan apabila struktur masyarakat hendak dipertahankan kelangsungan.

2. Peranan tersebut seyogyanya dilekatkan pada individu-individu yang oleh masyarakat dianggap mampu melaksanakannya, mereka harus terlebih dahulu terlatih dan mempunyai hasrat untuk melaksanakannya

3. Dalam masyarakat kadangkala dijumpai individu-individu yang tak mampu melaksanakan peranannya sebagaimana diharapkan oleh masyarakat. Karena mungkin pelaksanaannya memerlukan perngorbanan arti kepentingan- kepentingan peribadi yang terlalu banyak.

4. Apabila semua orang sanggup dan mampu melaksanakan peranannya, belum tentu mayarakat dakan dapat memberikan peluang-peluang yang seimbang.

Bahkan seringkali terlihat betapa masyarakat terpaksa membatasi peluang- peluang tersebut. (Soekanto 1990:246)

Berdasarkan pengertian peran diatas dapat disimpulkan bahwa peran adalah suatu tindakan atau aktivitas yang di harapakan oleh masyarakat atau pihak

(26)

lain untuk dilakukan oleh seseorang sesuai dengan status yang mereka miliki sehingga peran tersebut dapat dirasakan pengaruhnya dalam lingkup kehidupan.

2.1.2 Peran Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga

Peran merupakan fungsi penyesuaian yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok yang mempunyai kedudukan dalam masyarakat. Apabila konsep tersebut dikaitkan dengan fungsi pemerintah maka, dapat disimpulkan definisi peran adalah organisasi pemerintah yang menjalankan tugas-tugas negara dan fungsi-fungsi Pemerintahan Daerah di Kabupaten Rokan Hilir dalam hal ini adalah Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Rokan Hilir. Pasal 24 Undang-Undang No 32 Tahun 2014 tentang Otonomi Daerah mengatur mengenai Dinas yaitu:

a. Dinas Daerah melakukan unsur pelaksana otonomi daerah.

b. Dinas Daerah dpimpin oleh kepala dinas yang diangkat dan diberhentikan oleh kepala daerah dari pegawai negeri sipil yang memenuhi syarat atas usul Sekretaris Daerah.

c. Kepala Dinas daerah bertanggung jawab kepada kepala daerah melalui sekretaris daerah.

Menurut Siagian (2012:128) pemerintah negara pada hakikatnya berfungsi untuk mengatur dan melayani. Fungsi pengaturan biasanya dikaitkan dengan hakikat negara modern sebagai suatu negara hukum (legal state), sedangkan fungsi pelayanan dikaitkan dengan hakikat negara sebagai suatu Negara kesejahteraan (welfare state). Disini terlihat jelas bahwa peran pemerintah dipahami sebagai upaya yang dilakukan pemerintah untuk mengatur maupun

(27)

mengelola masyarakat di dalam suatu negara dengan tujuan untuk menegakkan hukum dan menciptakan kesejahteraan bagi masyarakatnya.

Davey (2014:21) memaparkan bahwa terdapat lima fungsi utama pemerintahan, antara lain pertama sebagai penyedia layanan, yaitu fungsi-fungsi pemerintah yang berkaitan dengan penyediaan pelayanan yang berorientasi pada lingkungan dan masyarakatnya. Kedua, fungsi pengaturan, yaitu fungsi yang berkaitan dengan perumusan dan penegakkan peraturan-peraturan. Ketiga, fungsi pembangunan yaitu fungsi yang berkaitan dengan keterlibatan pemerintah dalam kegiatan ekonomi. Keempat, fungsi perwakilan yaitu mewakili masyarakat di luar wilayah mereka. Kelima, fungsi koordinasi yaitu berkaitan dengan peran pemerintah dalam pengkoordinasiaan, perencanaan, investasi dan tata guna lahan.

Berbeda dengan yang dikemukakan oleh Kuncoro (2004: 113) menyatakan bahwa peran pemerintah dapat mencakup peran-peran wirausaha (entrepreneur), koordinator, fasilitator dan stimulator.

1. Wirausaha (entrepreneur), sebagai wirausaha Pemerintah Daerah bertanggung jawab untuk menjalankan suatu usaha bisnis. Pemerintah Daerah dapat memanfaatkan potensi tanah dan bangunan untuk tujuan bisnis. Tanah atau bangunan dapat dikendalikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan konservasi atau alasan-alasan lingkungan lainnya, dapat juga untuk alasan perencanaan pembangunan atau juga dapat digunakan untuk tujuan-tujuan lain yang bersifat ekonomi. Hal tersebut bisa membuka peluang kerja bagi masyarakat dan bisa mensejahterakan perekonomian di sekitar.

(28)

2. Koordinator, pemerintah daerah dapat bertindak sebagai coordinator untuk menetapkan kebijakan atau mengusulkan strategi-strategi bagi pembangunan di daerahnya. Perencanaan pengembangan pariwisata daerah atau perencanaan pengembangan ekonomi daerah yang telah dipersiapkan di wilayah tertentu, mencerminkan kemungkinan pendekatan dimana sebuah perencanaan disusun sebagai suatu kesepakatan bersama antara pemerintah, pengusaha, dan kelompok masyarakat lainnya.

3. Fasilitator, pemerintah daerah dapat mempercepat pembangunan melalui perbaikan lingkungan perilaku di daerahnya. Peran ini dapat meliputi pengefisienan proses pembangunan, perbaikan prosedur perencanaan dan penetapan peraturan.

4. Stimulator, pemerintah daerah dapat menstimulasi penciptaan dan pengembangan usaha melalui tindakan-tindakan khusus yang akan mempengaruhi perusahaan-perusahaan untuk masuk ke daerah tersebut dan menjaga agar perusahaan-perusahaan yang ada tetap berada di daerah tersebut. Berbagai macam fasilitas dapat disediakan untuk menarik pengusaha, dalam bidang kepariwisataan pemerintah daerah dapat mempromosikan tema atau kegiatan khusus di objek wisata tertentu.

Menurut Pitana dan Gayatri (2005:95), mengemukakan pemerintah daerah memiliki peran untuk mengembangkan potensi pariwisata daerahnya sebagai :

a. Motivator

Dalam pengembangan pariwisata, peran pemerintah daerah sebagai motivator diperlukan agar geliat usaha pariwisata terus berjalan. Investor, masyarakat,

(29)

serta pengusaha di bidang pariwisata merupakan sasaran utama yang perlu untuk terus diberikan motivasi agar perkembangan pariwisata dapat berjalan dengan baik.

b. Fasilitator

Sebagai fasilitator pengembangan potensi pariwisata peran pemerintah adalah menyediakan segala fasilitas yang mendukung segala program yang diadakan oleh Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Rokan Hilir.

Adapun pada prakteknnya pemerintah bisa mengadakan kerja sama dengan berbagai pihak, baik itu swasta maupun masyarakat.

c. Dinamisator

Dalam pilar good governance, agar dapat berlangsung pembangunan yang ideal, maka pemerintah, swasta dan masyarakat harus dapat bersinergi dengan baik. Pemerintah daerah sebagai salah satu stakeholder pembangunan pariwisata memiliki peran untuk mensinergiskan ketiga pihak tersebut, agar diantaranya tercipta suatu simbiosis mutualisme demi perkembangan pariwisata.

Secara garis besar peran Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga adalah melakukan tugas pemerintah dengan mengelola pariwisata dan kebudayaan yang ada di suatu daerah. Secara spesifik adalah memberdayakan masyarakat untuk bersama mengembangkan pariwisata yang ada di daerah. Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh ahli, maka peneliti bisa menyimpulkan bahwa peran Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Rokan Hilir mencakup pendorong bagi masyarakat lokal agar senantiasa mendukung perkembangan

(30)

pariwisata di wilayahnya (motivator), penyediaan fasilitas pendukung pariwisata (fasilitator), kerjasama yang sinergis dengan berbagai stakeholder pariwisata (dinamisator).

2.2 Konsep Pengelolaan

Dalam Kamu Besar Bahasa Indonesia (2010) memberikan pengelolaan berarti proses, cara, pembuatan mengelola, proses melakukan perbuatan tertentu dengan menggerakan tenaga orang lain, proses yang membantu merumuskan kebijksanaan dan tujuan organisasi, proses yang memberikan pengawasan kepada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.

Secara umum pengelolaan merupakan kegiatan merubah sesuatu hingga menjadi baik berat memiliki nilai-nilai yang tinggidar semula. Pengelolaan dapat juga diartikan sebagai untuk melakukan sesuatu agar lebih sesuai serta cocok dengan kebutuhan sehingga lebih bermanfaat. Nugroho (2011:119) mengemukakan bahwa pengelolaan merupakan istilah yang dipakai dalam ilmu manajemen. Secara etomologi istilah pengelolaan berasal dari kata kelolah (to manage) dan biasanya merujuk pada proses mengurus atau menangani sesuatu

untuk mencapai tujuan tertentu. Jadi pengelolaan merupakan ilmu manajemen yang berhubungan dengan proses mengurus dan menangani sesuatu untuk mewujudkan tujuan tertentu yang ingin dicapai.

Menurut Moekijat (2010:1) mengemukakan pengertian pengelolaan adalah suatu proses tertentu yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai

(31)

tujuan tertentu dengan cara menggunakan manusia dan sumber-sumber lain.

Dengan demikian, Moekijat menitik beratkan pengelolaan pada proses merencanakan, mengorganisasi, menggerakkan, mengawasi untukmencapai tujuan yang diinginkan dengan menggunakan sumber dayamanusia dan sumber-sumber lain.

Menurut Terry (2009:9) mengemukakan bahwa Pengelolaan sama dengan manajemen sehingga pengelolahan dipahami sebagai suatu proses membeda- bedakan atas perencanaan, pegorganisasian, penggerakan dan pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.

Pengelolaan atau yang sering disebut manajemen pada umumnya sering dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas dalam organisasi berupa perencanaan, pengorganisasian, pengendalian, pengarahan, dan pengawasan. Istilah manajemen berasal dari kata kerja (to manage) yang berarti menangani, memimpin, membimbing, atau mengatur. Sejumlah ahli memberikan batasan bahwa manajemen merupakan suatu

Dari pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa pengertian pengelolaan adalah suatu proses kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.

a. Perencanaan (Planning), adalah suatu pemeliharaan yang berhubungan dengan waktu yang akan datang dalam menggambarkan dan merumuskan kegiatan-kegiatan yang diusulkan demi mencapai hasil yang dikehendaki.

b. Pengorganisasian (Organizing), adalah penentuan, pengelompokkan, dan

(32)

pengaturan berbagai kegiatan yang dianggap perlu untuk mencapai tujuan.

c. Pelaksanaan (Actuating), adalah usaha agar setiap anggota kelompok mengusahakan pencapaian tujuan dengan berpedoman pada perencanaan dan usaha pengorganisasian.

d. Pengawasan (Controling), adalah proses penentuan apa yang seharusnya diselesaikan yaitu penilaian pelaksanaan, bila perlu melakukan tindakan korektif agar pelaksanaannya tetap sesuai dengan rencana.

2.3 Pariwisata

Pariwisata adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu Negara itu sendiri atau di luar negeri, meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain untuk sementara waktu mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang di alaminya, di mana ia memperoleh pekerjaan tetap. (Oka A Yoeti, 1994)

Sektor pariwisata memiliki peran penting bagi sebuah negara. Bahwa pariwisata melibatkan interaksi dari individu-individu yang berasal dari daerah dan budaya yang berbeda dengan masyarakat setempat, yang mana kemudian terciptanya suatu hubungan sosial dan ekonomi. Menurut (Yoeti, 2008) pariwisata harus memenuhi empat kriteria di bawah ini, yaitu :

1. Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain, perjalanan dilakukan di luar tempat kediaman di mana orang itu biasanya tinggal.

2. Tujuan perjalanan dilakukan semata-mata untuk bersenang-senang, tanpa mencari nafkah di Negara, kota atau DTW yang dikunjungi.

(33)

3. Uang yang dibelanjakan wisatawan tersebut dibawa dari Negara asalnya, dimana dia bisa tinggal atau berdiam, dan bukan diperoleh karena hasil usaha selama dalam perjalanan wisata yang dilakukan.

4. Perjalanan

Pariwisata adalah suatu transformasi orang untuk sementara dan dalam jangka waktu pendek menuju tujuan-tujuan di luar tempat dimana mereka tinggal dan bekerja. Pariwisata adalah fenomena pergerakan manusia, barang atau jasa yang sangat kompleks. (Weber, 2006)

Menurut UU No 9 tahun 1990 pasal 1 ; pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut. Dengan demikian pariwisata meliputi hal-hal berikut : 1) semua kegiatan yang berhubungan dengan perjalanan wisata, 2) pengusahaan objek wisata dan daya tarik wisata seperti kawasan wisata, taman rekreasi, kawasan peninggalan sejarah, museum, waduk pergelaran seni dan budaya, tata kehidupan masyarakat, dan bersifat alamiah seperti keindahan alam, gunung berapi, danau, pantai indah dan sebagainya, 3) pengusahaan jasa dan sarana pariwisata yaitu usaha jasa pariwisata, usaha sarana wisata (akomodasi, rumah makan, bar, angkutan wisata, kerajinan daerah) dan usaha-usaha yang berkaitan dengan penyelenggaraan pariwisata.

Menurut (Nyoman, 1990) dalam ilmu kepariwisataan mengemukakan bentuk pariwisata dapat dibagi menurut kategori yaitu menurut asal wisatawan, menurut akibatnya terhadap neraca pembayaran, menurut jangka waktu, menurut

(34)

jumlah wisatawan, dan menurut alat angkut yang digunakan. Sedangkan menurut jenisnya pariwisata antara lain :

1. Wisata budaya 2. Wisata kesehatan 3. Wisata olahraga 4. Wisata komersial 5. Wisata industry 6. Wisata politik 7. Wisata konvensi 8. Wisata sosial 9. Wisata pertanian

10. Wisata bahari/ maritime 11. Wisata cagar alam 12. Wisata buru

Dari beberapa pendapat para ahli diatas maka penulis dapat menyimpulkan Pariwisata adalah Kegiatan berupa aktivitas perjalanan yang dilakukan oleh manusia yang sudah ditentukan dalam jangka waktu yang sudah ditentukan sebelumnya secara sementara dari satu tempat ketempat yang lain dengan tujuan rekreasi untuk mendapatkan kebahagiaan jiwa, kedamaian dan menyenangkan diri.

2.4 Objek Wisata

Objekwisata adalah segala sesuatu yang ada di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke tempat

(35)

tersebut. Menurut SK MENPARPOSTEL No.: KM. 98/PW.102/MPPT-87, objek wisata adalah semua tempat atau keadaan alam yang memiliki sumber daya wisata yang dibangun dan dikembangkan sehingga mempunyai daya tarik dan diusahakan sebagai tempat yang dikunjungi wisatawan.

Objek wisata menurut Fandeli (dalam Ardian Prayoga Aditya, 2010:22) adalah perwujudan dari pada ciptaan manusia, tata hidup, seni budaya, serta sejarah bangsa atau keadaan alam yang mempunyai daya tarik wisata bagi wisatawan untuk dikunjungi wisatawan. Menurut Suwantoro (2004: 19) daya tarik wisata yang juga disebut objek wisata merupakan potensi yang menjadi pendorong kehadiran wisatawan kesuatu daerah tujuan wisata.

Menurut Laila Nagib, dkk (2013:02) Industri pariwisata merupakan sektor andalan dalam pertumbuhan ekonomi, karenanya berperan strategis dalam menangani permasalahan ekonomi maupun sosial. Kegiatan pariwisata di suatu wilayah biasanya bergerak cepat dan dinamis dan memiliki multiplier effect yang cukup besar terhadap perkembangan sektor lainnya terutama sektor perindustrian, perdagangan tenaga kerja dan pendidikan. Hal ini berarti dapat mendorong penciptaan lapangan kerja diberbagai sektor perekonomian. Di sisi lain kegiatan pariwisata juga sangat rentan dan rapuh terhadap berbagai isu dan kejadian baik bidang keamanan, kesehatan maupun lingkungan hidup.

2.4.1 Pengelolaan Objek Wisata

Pengelolaan objek wisata haruslah pengelolaan yang berkelanjutan untuk menjadikan objek wisata tersebut sebagai daya tarik bagi wisatawan. Menurut Dutton dan Hall (dalam Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata).

(36)

Pengelolaan berkelanjutan adalah pengelolaan yang dapat memenuhi kebutuhan dan aspirasi manusia saat ini, tanpa mengorbankan potensi pemenuhan kebutuhan dan aspirasi manusia di masa mendatang. Pada kondisi ekologis tersebut seharusnya ditambahkan faktor-faktor sosial yang berpengaruh langsung pada berkelanjutan interaksi antara kelompok masyarakat dan lingkungan fisiknya.

Objek dan daya tarik wisata umumnya terdiri atas hayati dan non hayati dimana masing-masing memerlukan pengelolaan sesuai dengan kualitas dan kuantitasnya pengelolaan objek dan daya tarik wisata harus memperhitungkan berbagai sumber daya wisatanya guna tercapainya sasaranyang diinginkan. Dalam menunjang pengelolaan berbagai kegiatan kepariwisataan, teknologi manajemen perlu diterapkan agar sumber daya wisata yang murni alami dapat direkayasa secara berhasil guna, sehingga dapat meningkatkan kualitas dan kuantitasnya termasuk lingkungan alamnya.

Berdasarkan Peraturan Pemerintah No.67 Tahun 2015, pengelolaan dan pengusahaan objek dan daya tarik wisata meliputi 5 hal, yaitu :

a. Pembangunan sarana dan prasarana pelengkap dan fasilitas pelayanan lain bagi wisatawan.

b. Pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam termasuk sarana dan prasarana yang ada.

c. Penyediaan sarana dan fasilitas bagi masyarakat sekitarnya untuk berperan serta dalam kegiatan pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam yang bersangkutan.

(37)

d. Penyelenggaraan persetujuan seni budaya yang dapat memberi nilai tambah terhadap objek dan saya tarik wisata alam yang bersangkutan.

e. Penyelenggaraan pertujukkan seni budaya yang dapat memberi nilai tambah terhadap objek dan daya tarik wisata yang bersangkutan.

2.4.2 Objek Wisata Ritual Bakar Tongkang

Ritual merupakan suatu bentuk upacara atau perayaan yang berhubungan dengan kepercayaan. Ritual menurut Ni Wayan Sumitri, adalah upacara korban yang dilaksanakan dengan tujuan untuk memulihkan dan memelihara keselarasan hubungan dengan tuhan, roh leluhur, dan roh alam, yang didalamnya termasuk tuturan pemujaan untuk berkomunikasi dengan alam semesta atau dengan tuhan dalam konteks budaya atau masyarakat, termasuk upacara adat, upacara kenegaraan, dan upacara keagamaan (Ni Wayan Sumitri, 2016 : 07). Dari segi tujuan, Ritual dapat dibedakan menjadi 3, yaitu :

1. ada ritual yang bertujuan untuk bersyukur kepada Tuhan;

2. ada ritual yang bertujuan untuk mendekatkan diri kepada Tuhan agar mendapatkan keselamatan dan rahmat;

3. dan ada yang tujuannya untuk meminta ampun atas kesalahan yang dilakukan.

Menurut Mariasusai Dhavamony (2010 : 175), Mengatakan Ritual dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu sebagai berikut:

1. Tindakan magi, yang dikaitkan dengan penggunaan bahan-bahan yang bekerja karena daya-daya mistis.

2. Tindakan religius, kultus para leluhur, juga bekerja dengan cara ini.

(38)

3. Ritual konstitutif yang mengungkapkan atau mengubah hubungan sosial dengan merujuk pada pengertian-pengertian mistis, dengan cara ini upacara- upacara kehidupan menjadi khas.

4. Ritual faktitif yang meningkatkan produktivitas atau kekuatan, atau pemurnian dan perlindungan, atau dengan cara lain meningkatkan kesejahteraan materi suatu kelompok.

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan, ritual merupakan suatu kepercayaan kepada tuhan, roh-roh leluhur, dan barang-barang mistis, sehingga melakukan pemujaan, sembahyang dan lain-lain. Ritual Bakar Tongkang juga merupakan tradisi mendekatakan diri kepada tuhan. Sehingga mereka percaya ritual ini mampu memberikan rahmat maupun kemudahan dalam menjalakan aktivitas kehidupan sehari-hari. Dan juga melaksanakan ritual ini mereka orang Tionghoa berkeyakinan Tuhan akan mengampuni orang-orang yang terdahulu, yang telah awal datang ke Bagansiapiapi.

Etnis Tionghoa juga berkeyakinan bahwasannya dengan adanya budaya Bakar Tongkang, disitu mereka menentukan rezeki, dengan cara jika tiang tongkangnya condong ataupun jatuh kearah darat, maka rezeki tahun ini banyak didapatkan didarat, begitu juga sebaliknya, jika tiang tongkang condong ataupun jatuh kelaut, maka rezeki tahun ini banyak didapatkan dilaut. Dan juga selain etnis Tionghoa, masyarakat pribumi memiliki keyakinan dengan selesainya dilaksanakan ritual Bakar Tongkang hujan akan turun, sebab sebelumnya mereka mengalami musim kemarau yang cukup lama, tapi tidak semua orang pribumi berkeyakinan begitu, hanya sebagain orang saja. Dan juga ada sebagian orang

(39)

pribumi tidak mau menyaksikan, ikut serta, dan lainnya, karena itu merupakan kepercayaan yang bukan agama islam.

2.5 Dampak Ekonomi Pariwisata

Menurut Oka A. Yoeti, (2008 : 21), menyatakan selama ini kita selalu puas dengan perolehan devisa sektor pariwisata, karena bila kita lihat angka-angka yang disajikan Biro Pusat Statistik (BPS) secara relatif meningkat dari tahun ke tahun, akan tetapi secara tidak sadar kita tidak mengetahui apa sebenarnya yang terjadi sebagai akibat ekonomi pariwisata sebagai suatu industri sebagai berikut.

1. Dampak Positif

Menurut Sedarmayanti (2005 : 150) dalam membangun kebudayaan dan pariwisata pengaruh positif dari perkembangan pariwisata memang sangat sginifikasi dirasakan, baik oleh masyarakat, pengusaha maupun pemerintah daerah. Adapun keuntungan industri pariwisata adalah:

a. Menciptakan lapangan kerja dan usaha baru terutama sebagai karyawan disekitar objek wisata.

b. Resort menunjang kerajinan dan perdangan usaha kecil.

c. Masyarakat dapat mengelola tempat/rumah dan bisnis pelayanan lainnya mulai dari yang berskala kecil.

d. Adanya perubahan perekonomian pedesaan menjadi perekonomian yang modern.

e. PEMDA mendapatkan banyak masukan dari pengunjung dan pajak para pengusaha disekitar objek wisata.

(40)

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan dengan adanya dampak pariwisata bagi ekonomi tentu saja akan menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif Terciptanya kesempatan kerja dan bersuha, meningkatnya pendapatan masyarakat maupun Pendapatan Asli Daerah, dapat mendorong peningkatan investasi pariwisata dan sektor ekonomi lainnya.

Sedangkan dampak negatifnya dapat menimbulkan kerusakan cagar budaya, kepribadian, kerusakan lingkungan, dan sumber-sumber hayati baik di laut, hutan atau taman nasional yang akhir-akhir ini mengalami kehancuran secara perlahan-lahan.

Dengan adanya acara Bakar Tongkang akan berdampak baik terhadap dibidang ekonomi masyarkat maupun PAD yang berasal dari wisatawan, terutama terhadap pekerjaan dan penghasilan, dengan diselenggarakan acara ini, bagi masyarakat setempat akan mendapatkan pekerjaan yang menambah pemasokan atau penghasilan, meningkatnya keuntungan bagi pedagang kaki lima maupun pedagang lainya, meningkatnya angka penumpang bagi Travel yang selalu penuh disebabkan adanya acara Bakar Tongkang yang datang dari berbagai daerah maupun macan negara, dan bagi pengusaha Hotel meraka juga mendapat keuntungan karna orang-orang yang dari luar daerah atau macanegara akan menginap ditempatnya dengan jangka waktu tergantung wisatan tersebut, dan bagi Parkir mengalami peningkatan, dikarenakan ketika acara Bakar Tongkang hampir seluruh tempat penuh, disebabkan banyak orang belanja, menyaksikan pembakaran Bakar Tongkang dan lainnya.

(41)

2. Dampak Negatif

Sedangkan dampak negatif dengan adanya objek wisata Bakar Tongkang yaitu akan menimbulkan banyak sampah yang menumpuk atau berceceran dimana-mana yang disebabkan barang atau benda yang dikonsumsi wisatawan, maupun serpihan abu yang dibakar saat acara Bakar Tongkang, sehingga menghalangi penglihatan untuk memandang dan juga menimbulkan kurang kenyamanan bagi masyarakat setempat dikarenakan kesibukan wisata sehingga menimbulkan kemacetan dijalan dan lain-lainnya.

2.6 Pandangan Islam

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum dan adat-istiadat dan lain-lain kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat.

Kebudayaan mencakup aturan-aturan yang berisikan kewajiban-kewajiban, larangan-larangan dan tindakan-tindakan yang diizinkan. Kebudayaan itu bersifat spesifik sebab aspek ini menggambarkan pola kehidupan. Setiap kesatuan masyarakat pola kehidupannya berbeda. Masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama, yang menghasilkan kebudayaan. Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surah (Al-Hujurat [49] : 13) dan (Al-'Isra' [17] : 36).

بَهُّيَأََٰي سبَّىلٱ بَّوِإ م كََٰىْقَلَخ رَكَذهِّم

َٰىَثو أَو ْم كََٰىْلَعَجَو بًبى ع ش

َلِئبَبَقَو اى فَربَعَتِل َّنِإ

ْم كَمَرْكَأ َدىِع َِّللّٱ ْم كَٰىَقْتَأ َّنِإ ََّللّٱ ميِلَع

ريِبَخ

﴿ ٣١

Artinya : “Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.

(42)

Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.” (Al-Hujurat [49] : 13)

َلَو فْقَت بَم َسْيَل َكَل ۦِهِب مْلِع َّنِإ َعْمَّسلٱ َرَصَبْلٱَو َداَؤ فْلٱَو ُّل ك َكِئَََٰٰٓل ۟و أ َنبَك هْىَع ًلى ـْسَم

﴿ ١٣

Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui.

Karena pendengaran, penglihatan dan hati nurani, semua itu akan diminta pertanggung jawabannya.” (Al-'Isra' [17] : 36).

Ayat diatas menjelaskan bahwasannya Allah telah menciptakan kamu sekalian berpasang-pasangan, ada laki-laki dan ada juga perempuan, dan Allah juga menjadikan kamu bersuku-suku dan berbangsa supaya kamu mengetahui mana yang baik dan mana yang buruk, supaya hidup saling bersosial, bertoleransi antara agama, berbudaya, dan bersuku.

Dan jika kamu mengikuti agama, berbudaya, dan bersuku yang tidak kamu ketahui apa manfaatnya, tujuan, hikmahnya, sehingga membuatmu sesat, ingat semua yang kamu lakukan disaksikan oleh pendengaran, penglihatan, dan hati nurani, itu semua akan kamu pertanggung jawabkan.

2.7 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

No Nama Hasil Penelitian Judul

1. Skripsi Alvinita Peranan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata dalam mengembangkan objek wisata masih belum optimal sesuai hasil penelitian masih banyak hambatan dan kendala dalam mengembangkan objekwisata di Kabupaten Kepulauan

Peranan Dinas Kebudayaan Dan Pariwisata Dalam Pengembangan Objek Wisata Mahengetang Di

(43)

Sangihe yaitu dana yang terbatas dapat mempengaruhi tidak lancarnya pembangunan pariwisata daerah karena APBD masih belum cukup untuk pembangunan pariwisata di Kabupaten Kepulauan Sangihe, rendahnya informasi Pariwisata yang teroganisir dan terarah untuk dapat dijangkau wisatawan, kurangnya sumber daya manusia yang dapat mengkapitalisasi potensi kebudayan serta pariwisata, dan rendahnya kesadaran dari masyarakat setempat tentang pentingnya pengembangan pariwisata di daerah.

Kabupaten

Kepulauan Sangihe (2013)

2. Skripsi Madonna

Dari unsur perencanaan, pemerintah sudah mempunyai rencana yang cukup baik untuk lebih memajukan Objek Wisata yang ada di Ke’te Kesu. Dari unsur pelaksanaan, dari semua perencanaan yang ada belum semua kelihatan apa yang sudah di lakukan, namun ada beberapa hal yang sudah di lakukan oleh pemerintah untuk kemajuan dari Objek Wisata yang ada di Ke’te Kesu. Akan tetapi masih ada saja keluhan dari para pengunjung, karena masih kurangnya lahan parkir dan infrastruktur berupa toilet serta akses jalan.

Dari unsur pengeorganisasian, Pemerintah Dinas Pariwisata sejauh penelitian di lakukan bahwa pemerintah sudah memberikan beberapa staf untuk terjun

Peran Dinas Pariwisata Dan Kebudayaan Dalam Pengelolaan Objek Wisata Ke’te Kesu Di Kabupaten Toraja Utara (2012)

(44)

langsung ke Objek Wisata, dan dari unsur Pengawasan, walaupun dari pemerintah sudah menurunkan langsung stafnya, masih ada saja keluhan dari pengunjung.

Namun sejauh ini pemerintah telah menurunkan Satpol PP untuk membantu mengawasi lokasi Objek Wisata, apalagi dalam hari libur.

2.8 Definisi Konsep

Konsep atau Definisi Konsep adalah generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk menggambarkan barbagai fenomena yang sama.” Konsep merupakan suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal atau persoalan yang dirumuskan. Dalam merumuskan kita harus dapat menjelaskannya sesuai dengan maksud kita memakainya. (Effendi, 2009)

1. Peran adalah perilaku yang diharapkan sesorang agar dapat mempengaruhi suatu keadaan tertentu berdasarkan status dan fungsi yang dimilikinya dan sesorang dikatakan menjalankan peran apabila telah menjalankan hak dan kewajiban yang meruoakan bagian yang tidak terpisah dari status yang disandangnya.( Suhardono dalam Sitorus, 2006:136)

2. Menurut Moekijat (2010:1) mengemukakan pengertian pengelolaan adalah suatu proses tertentu yang terdiri atas perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan untuk menentukan dan mencapai tujuan tertentu dengan cara menggunakan manusia dan sumber- sumber lain.

(45)

3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata.termasuk objek dan daya tarik wisata, serta usaha-usaha yang terkait di bidang tersebut.

Sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang kepariwisataan dan Peraturan Pemerintah nomor 50 Tahun 2011 tentang Rencana Induk Pembangunan Kepariwisataan Nasional Pariwisata digolongkan ke dalam: pertama, Usaha Jasa Pariwisata yang terdiri dari (1) Jasa Biro Penjalanan Wisata; (2) Jasa Agen Perjalanan Wisata; (3) Jasa Pramuwisata; (4) Jasa Konvensi, Perjalanan Intensif dan Pameran; (5) Jasa Impresariat; (6) Jasa Konsultan Pariwisata; dan (7) Jasa Informasi Pariwisata.

Kedua, Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata yang dikelompokkan dalam: (1) Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata Alam; (2) Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata Budaya; (3) Pengusahaan Objek dan Daya Tarik Wisata ininat Khusus. Ketiga, Usaha Sarana Pariwisata yang terdiri dari: (1) penyediaan akomodasi; (2) Penyediaan Makan dan Minum;

(3) Penyediaan Angkutan Wisa

4. ta; (4) penyediaan Sarana Wisata Tirta; (5) Kawasan Pariwisata. (Dr. Drs. H.

Suaib Djafar M.Si) 2.9 Konsep Operasional

Konsep operasional menurut Walizer & wiener ialah seperangkat petunjuk yang lengkap tentang apa yang harus diamatai serta bagaimana mengukur suatu variabel maupun konsep definisi operasional tersebut dapat membantu kita untuk mengklasifikasi gejala di sekitar ke dalam suatu kategori khusus dari variable.

Berikut konsep operasional dalam penelitian ini :

(46)

Tabel 2.2 Konsep Operasional

Variabel Indikator Sub Indiator Peran Dinas

Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Rokan Hilir Terhadap Pelaksanaan Event Kebudayaan Bakar Tongkang

1. Motivator

a. Memotivasi b. Meningkatkan

keterampilan

2. Fasilitator

a. Menyediakan sarana &

prasarana

b. Memfasilitasi aktivitas masyarakat

c. Bekerjasama dengan pihak swasta / masyarakat

3. Dinamisator

a. Pemberian bimbingan dan pengarahan b. Memberikan pelatihan c. Sinergitas antara 3 pihak

(Pemerintah, Swasta dan Masyarakat)

Sumber : Menurut Pitana dan Gayatri (2005:95)

2.10 Kerangka Pemikiran

Menurut (Sugiyono, 2017) mengemukakan bahwa, kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting.

Berdasarkan dengan adanya dukungan dari landasan teoritik yang didapatkan dari eksplorasi teori yang dijadikan suatu rujukan konseptional, maka dengan ini dapat disusun kerangka pemikiran sebagai berikut :

(47)

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Sumber : Menurut Pitana dan Gayatri (2005:95) Peran Dinas Pariwisata Kepemudaan dan

Olahraga Kabupaten Rokan Hilir Terhadap Pelaksanaan Event Kebudayaan Bakar Tongkang

Motivator Fasilitator Dinamisator

a. Memotivasi b. Meningkatkan

keterampilan

a. Menyediakan sarana & prasarana b. Memfasilitasi

aktivitas masyarakat c. Bekerjasama

dengan pihak swasta / masyarakat

a. Pemberian bimbingan dan pengarahan b. Memberikan

pelatihan

c. Sinergitas antara 3 pihak (Pemerintah, Swasta dan

Masyarakat)

Berkembangnya Event Kebudayaan Bakar Tongkang

(48)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan Kecamatan Bangko yang terletak di Bagansiapiapi yang merupakan Ibukota Kabupaten Rokan Hilir, Provinsi Riau, adapun maksud dan tujuan penulis memilih lokasi penelitian ini, karna Acara Budaya Bakar Tongkang merupakan event nasional maupun internasional yang hanya ada satu- satunya yakni di Bagansiapi, yaitu di Indonesia bahkan di Dunia, dan budaya ini merupakan objek wisata budaya unggulan dari Kabupaten Rokan Hilir. Adapun penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari s/d Februari 2018.

3.2 Jenis Penelitian

Pada penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif.

Kualitatif adalah metode penelitian yang cendrung bersifat deskriptif, naturalistik dan berhubungan dengan “ sifat data “ yang murni kualitatif. Instrumen pengumpulan data dalam metedologi kualitatif tidak bersifat terstruktur, terfokus,

“rigid”, dan spesifik seperti dalam penelitian kuantitatif, tetapi lebih bersifat longgar, fleksibel, dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung pada kebutuhan.

Instrumen atau teknik yang paling sering digunakan adalah wawancara mendalam, studi dokumentasi, serta observasi langsung terhadap penelitian langsung (Prasetya Irawan, 2004 : 78).

(49)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Dalam setiap penelitian untuk dapat mendukung proses dan hasil penelitian tersebut, maka dibutuhkan data-data yang pasti dan nyata dari objek penelitian. Dalam hal ini jenis dan sumber data yang dipakai adalah :

a. Jenis Data

Adapun jenis data yang digunakan peneliti adalah jenis data kualitatif.

Penelitian kualitatif adalah data yang berbentuk kata, kalimat, skema, dan gambar yang menggambarkan atau melakukan secara sistematis, aktual mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan yang diselidiki peneliti dalam hal ini mengumpulkan data berupa cerita rinci dari informan (Sugiyono 2003:14).

b. Sumber Data

Adapun sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a) Data Primer

Menurut Prasetya Irawan, 2004 : 86, data primer adalah data yang diambil langsung, tanpa perantara, dari sumbernya. Sumber ini dapat berupa benda-benda, situs, atau manusia. Data ini diperoleh langsung dari informan maupun responden yang dilakukan dengan cara interview (wawancara). Wawancara ini dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya, agar dapat membantu berjalannya wawancara yang lebih baik, yang tidak keluar dari tofik dan tujuan yang ingin diinginkan. Sehingga informasi yang didapatkan sinkron

(50)

dengan tujuan penelitian. Data primer ini berkenaan dengan Ritual Bakar Tongkang dan Dampak Sosial Ekonomi dari Kebudayaan Bakar Tongkang, di Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir.

b) Data Sekunder

Data skunder adalah sumber data yang tidak langsung memberi data kepada pengumpul data (Sugiyono 2008:402). Data skunder merupakan data pendukung untuk memperkuat data primer yang diperoleh dari sumber yang sudah ada sebelumnya. Dalam penelitian ini penulis memperoleh data skunder dari laporan-laporan, dokumen, buku dan sumber lain yang berkaian dengan penelitian ini.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Dalam usaha memperoleh data serta informasi dibutuhkan dalam penelitian ini, maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :

a. Observasi

Observasi adalah teknik pengumpuan data, dimana peneliti melakukan pengamatan secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang dilakukan (Riduwan, 2004: 104). Dalam metode ini peneliti akan mengunakan pengamatan langsung terhadap suatu benda, kondisi, proses atau perilaku pada Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Rokan Hilir, objek wisata Kebudayaan Bakar Tongkang dan objek lain yang berkaitan dengan penelitian.

(51)

b. Wawancara

Wawancara (Interview) yaitu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan mengadakan proses komunikasi secara langsung dengan melakukan tanya jawab kepada responden seputar informasi yang diperlukan dalam penelitian ini, dengan menggunakan pedoman daftar pertanyaan yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Metode wawancara merupakan metode penelitian yang datanya dikumpulkan melalui wawancara dengan responden (kadang kala disebut “key informant”) (Prasetya Irawan, 2004: 64). Dalam penelitian ini peneliti melakukan dialog Tanya jawab kepada Kepala Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Rokan Hilir, Ketua Bidang Kebudayaan, Kepala Suku Tiong hoa, dan Masyarakat Sekitar Bagansiapiapi Kabupaten Rokan Hilir.

c. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari dan mengumpulkan data mengenai hal- hal yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, agenda dan sebagainya. Metode ini digunakan pada saat pencarian informasi yang bersumber dari dokumentasi atau arsip-arsip yang relevan dengan tujuan penelitian (Arikunto, 2006:158).

d. Library research

Yaitu carapengumpulan data dengan menggunakan literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian. Dalam hal ini penulis menggunakan buku- buku, dokumen, undang-undang, laporan dan sebagainya yang berhubungan dengan penelitian ini.

(52)

3.5 Informan

Informan penelitian adalah orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang penelitian (Moelong 2000 : 97). Informan merupakan orang yang benar-benar mengetahui permasalahan yang akan diteliti. Dalam penelitian ini penulis menentukan informan penelitian yang dianggap key informan dengan cara purposive sampling.

Teknik purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel dengan sengaja dengan pertimbangan tertentu, hanya terkait dengan orang-orang yang dianggap paling tahu tentang permasalahan yang akan peneliti teliti (Sugiyono 2010: 85). Adapun yang paling mengetahui bagaimana peran Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Rokan Hilir terhadap pelaksanaan event kebudayaan Bakar Tongkang adalah Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Rokan Hilir. Dengan demikian peneliti menetapkan yang menjadi informan dalam penelitian ini yaitu 3 informan dari Dinas Pariwisata Provinsi Riau dan 2 orang pengelola event kebudayaan Bakar Tongkang dan 4 orang masyarakat sebagai informan tambahan seperti pada tabel berikut ini :

Tabel 3.1 Informan Penelitian

No Informan Jumlah (Orang)

1 Kepala Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga

Kabupaten Rokan Hilir 1

2 Kepala Subbag Perencanaan dan Program Dinas

Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga 1

3

Kepala Seksi Industri dan Pengembangan Pariwisata Dinas Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga

Kabupaten Rokan Hilir

1 4 Pengelola event kebudayaan Bakar Tongkang 2 5 Masyarakat Tionghoa / Masyarakat pendatang 2

Jumlah 7

Sumber : Olahan data dari penulis tahun 2020

Referensi

Dokumen terkait

Akuntabilitas kinerja Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Magelang merupakan wujud kewajiban Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan olahraga Kabupaten

Produk dari operasi ekstraksi bisanya berupa ekstraknya (komponen yang dipisahkan) dengan menyisakan sejumlah ampas. Komponen yang terekstrak umumnya berupa cairan dari suatu

dengan memaksimalkan nilai kepadatan pixel pada citra melalui proses observasi terhadap beberapa citra sample resolusi rendah mengenai letak dan nilai pixel masing – masing

Menurut Bapak/Ibu, apa saja perencanaan yang sudah dilakukan oleh Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga dalam pengembangan sektor pariwisata yang ada

Akuntabilitas kinerja Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan Olahraga Kabupaten Magelang merupakan wujud kewajiban Dinas Pariwisata, Kepemudaan dan olahraga Kabupaten

b) Perbandingan hasil prediksi aplikasi sistem cerdas dan hasil produksi energy listrik untuk pemakaian sendiri secara aktual PLTA diperoleh hasil output optimal yang mendekati

Disporapar Provinsi Jawa Tengah sesuai Peraturan Gubernur Nomor 20 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Pergub 73 Tahun 2016 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas

bahwa dalam rangka kenaikan retribusi tempat rekreasi dan olahraga pada Dinas Pariwisata, Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga Kota Pekalongan sesuai dengan Peraturan Daerah