PERANCANGAN ALAT UNTUK MENGCOUNTER OBJEK DENGAN SENSOR PIR SEBAGAI PENGONTROL KIPAS DAN LAMPU BERDASARKAN RTC BERBASIS MIKROKONTROLLER ATmega 8535
SKRIPSI
FAISAL ARI FITRA
NIM . 120821024
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
PERANCANGAN ALAT UNTUK MENGCOUNTER OBJEK DENGAN SENSOR PIR SEBAGAI PENGONTROL KIPAS DAN LAMPU BERDASARKAN RTC BERBASIS MIKROKONTROLLER ATmega 8535
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Sains
DEPARTEMEN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2014
PERSETUJUAN
Judul : PERANCANGAN ALAT UNTUK MENGCOUNTER
OBJEK DENGAN SENSOR PIR SEBAGAI PENGONTROL KIPAS DAN LAMPU BERDASARKAN RTC BERBASIS MIKROKONTROLLER ATmega 8535
Kategori : Skripsi
Nama : FAISAL ARI FITRA NIM : 120821024
Program Studi : Strata I ( S1) Fisika Departemen : Fisika
Fakultas : Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Sumatera Utara
Diluluskan di Medan , 29 Agustus 2014
Diketahui/Disetujui oleh Ketua Departemen Fisika
FMIPA USU
Pembimbing
NIP .195510301980131003 DR. Marhaposan Situmorang
NIP .195510301980131003 DR. Marhaposan Situmorang
PERNYATAAN
PERANCANGAN ALAT UNTUK MENGCOUNTER OBYEK DENGAN SENSOR PIR SEBAGAI PENGONTROL KIPAS DAN LAMPU BERDASARKAN RTC BERBASIS MIKROKONTROLLER ATmega 8535
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri kecuali beberapa kutipan dan ringkasan yang masing- masing di sebutkan sumbernya.
Medan, 29 Agustus 2014
NIM : 120821024 FAISAL ARI FITRA
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin,
Segala puji dan syukur bagi Allah Subhanahuwata’ala yang telah melimpahkan barokah, rahmat, hidayah-Nya dan menganugerahkan kemudahan serta kelancaran sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan Laporan Penelitian ini
Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Rasulullah Sallallahu’alaihiwassalam sang pembawa petunjuk dan selalu menjadi inspirasi dan teladan bagi penulis
Tugas Akhir ini disusun untuk melengkapi persyaratan dalam mencapai gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma Tiga (III) Fisika Instrumentasi Departemen Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sumatera Utara.
Penulis menyadari bahwa tersusunnya Skripsi ini dari Do’a, perhatian, bimbingan, motivasi dan dukungan berbagai pihak, sehingga dengan keikhlasan dan kerendahan hati pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Yth Bapak Dr. Sutarman.M.Sc, selaku Dekan Fak. Mipa Universitas Sumatra Utara
2. Bapak Dr. Marhaposan Situmorang, selaku Dosen Pembimbing dan Ketua Program Studi Fisika Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam.
3. Bapak Drs. Syahrul Humaidi, M.Sc, selaku Sekretaris Program Studi Fisika Instrumentasi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
4. Bapak Drs. Herli Ginting, M.S, selaku Koordinator Fisika Extensi Fmipa usu 5. Teman – teman dari anak stambuk 2012 seperti Aswan afif, Ardy Bernard, M.
Iqbal, M. Habibie, M. Sidiq syajaah CST, Sandy Yudha CSE, Derry P. CSE yang telah banyak membantu dalam penulisan Skripsi ini
6. Abang Oki Handinata yang telah banyak memberikan motivasi, semangat dan dukungan sehingga Skripsi terselesaikan
7. Para dosen – dosen FISIKA di Universitas Sumatera Utara.
8. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan buku laporan Skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu oleh penulis.
9. Khusus Kedua orang tua penulis Ayahanda Ir. Rahmad Halomoan dan Ibunda Purnama Dewi serta saudara kandung yang telah memberikan bantuan moril maupun materil, semangat dan do’a yang begitu besar kepada Penulis.
Penulis menyadari bahwa dalam laporan ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa maupun sistematikanya, Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun guna kesempurnaan laporan ini.
Akhir kata dengan segenap kerendahan hati penulis berharap semoga Buku Laporan Skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan bagi kita semua. Amin.
Medan, 29 Agustus 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI... iii
ABSTRAK ... v
DAFTAR GAMBAR ... vii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Rumusan Masalah ... 2
1.3. Batasan Masalah ... 2
1.4. Tujuan Penelitian ... 3
1.5. Manfaat Penelitian ... 3
1.6. Sistematika Penelitian ... 3
BAB 2 LANDASAN TEORI ... 5
2.1 Umum…… ... 5
2.2. PWM ... 5
2.3. Komunikasi I2C... 8
2.4 RTC ... 9
2.5 Sensor PIR ... 10
2.6 Desain PIR ... 10
2.7 Cara Kerja Sensor PIR ... 11
2.8 LM35…… ... 13
2.9 Sensor Fotodioda ... 15
2.10 Mlkrokontroller ATmega8535 ... 16
2.10.1 Fitur – fitur yang dimiliki ATmega8535 ... 17
2.10.2 Pin – Pin Mikrokontroller ATmega8535 ... 18
2.10.3 Peta MemoryAtmega 8535 ... 19
2.10.4 Port ATmega 8535 dan fungsinya... 22
BAB 3 PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SYSTEM... 25
3.1 Spesifikasi Alat dan system Pengukuran... 25
3.2 Perancangan Blok Diagram... 25
3.3 Rancangan Mikrokontroller Atmega8535... 26
3.4 Perancangan system DS1307 ... 27
3.5 Rangkaian Sensor PIR... 28
3.6 Rangkaian Sensor LM35 ... 29
3.7 Rangkaian Display LCD 2x16 ... 30
3.8 Diagram Alir / Flowchart ... 33
BAB 4 PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA RANGKAIAN... 35
4.1. Pengujian Mikrokontroller ATmega 8535 ... 35
4.2. Pengujian Sensor PIR ... 37
4.3. Pengujian display LCD ... 38
4.4. Pengujian Sensor LM35 ... 40
4.5. Pengujian DS1307 ... 47
4.6. Pengujian Rangkaian Kipas ... 49
4.7. Pengujian Rangkaian LED ... 50
4.8. Pengujian Kesuluruhan system ... 50
BAB 5 PENUTUP ... 53
5.1. Kesimpulan ... 53
5.2. Saran-Saran ... 53 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ABSTRAK
Kebutuhan akan rasa nyaman merupakan salah satu yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Demikian halnya dengan kenyamanan di sebuah ruangan, terutama kenyamanan di kantor khususnya di ruang rapat, di kampus.
Tujuan perancangan dan pembuatan sensor PIR ini adalah sebagai pengontrol dan mengcounter manusia ketika masuk ke sebuah ruangan, kipas hidup dengan suhu di ruangan diatas normal. Diharapkan dengan adanya sistem otomatis pengontrol kipas dan lampu, suhu di ruangan dapat terjaga agar tetap stabil, dan lampu hidup sesuai dengan intensitas cahaya yg sudah diprogram.
Kata Kunci : Sensor PIR, LM35,RTC, Mikrokontroller ATMega8535
ABSTRACT
The need for a sense of comfort is one that is very important in human life.
Likewise with comfort in a room, especially in the comfort of the office, especially in the boardroom, on campus.
The purpose of the design and manufacture of the PIR sensor is as a controller and counter the man when it went into a room, the fan in the living room with a temperature above normal. Hopefully, by the automation system controls the fan and lights in the room temperature can be maintained to keep the temperature stable, and live according to the light intensity of the light that has been programmed.
Keywords: PIR Sensor, LM35, RTC, Microcontroller ATMega8535
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Grafik pulsa PWM (Amplitudo vs Time) ... 5
Gambar 2.2 Proses pembangkitan sinyal PWM pada mikrokontroler AVR ATMEGA 8535 6 Gambar 2.3 Clear up dan Clear down pada PWM ... 7
Gambar 2.4. RTC DS1307 ... 9
Gambar 2.5. (a) PIR bagian dalam dan (b) PIR tampak luar ... 11
Gambar 2.6 Diagram Sensor PIR ... 11
Gambar 2.7 Sensor LM35 ... 14
Gambar 2.8. Skema Sensor Suhu LM 35 ... 15
Gambar 2.9 Photodioda digunakan sebagai sensor pada Pintu Ruangan ... 16
Gambar 2.10 Konfigurasi pin Atmega8535 (Data Sheet AVR) ... 18
Gambar 2.11 Peta Memori Program ... 20
Gambar 2.12 Peta Memori Data ... 21
Gambar 2.13 EEPROM Data Memory ... 21
Gambar 2.14 Status Register ATMega 8535 ... 22
Gambar 3.1 Diagram Blok ... 26
Gambar 3.2 Rangkaian sistem minimum mikrokontroler ATMEGA 8535 .... 26
Gambar 3.3 Antarmuka bagian RTC DS1307 ... 28
Gambar 3.4 Kaki koneksi PIR (Passive Infrared) ... 28
Gambar 3.5 Rangkaian LM35 Ke ATMEGA8535 ... 30
Gambar 3.6 LCD character 2x16 ... 31
Gambar 3.7 Peta memory LCD character 2x16 ... 31
Gambar 3.8 Flowchart ... 33
Gambar 4.1 Block diagram pengukuran sensor pir ... 47
Gambar 4.2 Rangkaian mikro, ds1307 dan lcd ... 58
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Sebagai salah satu teknologi yang berkembang ialah tekhnologi di bidang pengukuran suhu.Alat pengukur suhu sangat banyak diperlukan dalam hal – hal tertentu . Contohnya, pada suatu gudang penyimpanan sangat penting diperhatikan suhu dari ruangan gudang tersebut untuk menyimpan barang dengan baik, pada ruangan server komputer juga dibutuhkan suhu tertentu agar server juga bekerja dengan baik, begitu juga dengan suatu suhu pada suatu ruangan tertentu, suhu harus diperhatikan dan masih banyak lagi aplikasi lainnya.
Penelitian sebelumnya dengan menggunakan sensor PIR sebagai detektor,telah dilakukan untuk merancang sistem buka-tutup pintu otomatis berbasis mikrokontroler (Ali, 2008). Selain itu sensor PIR juga telah digunakan sebagaidetektor untuk pengaman ruangan berbasis mikrokontroler menggunakan alarmsebagai nada peringatan (Rostina, 2008).
Berangkat dari hal tersebut penulis ingin membuat suatu Pengontrol kecepatan putar kipas dan lampu dengan menggunakan Mikrokontroller ATmega 8535 sebagai pusat kendalinya. Adapun sensor yang digunakan yakni adalah Sensor Pasif Infra Red ( PIR ), LCD sebagai Penampilnya, PSA, LM35, PWM ( Pulse Width Modulation ), RTC ( Real Time Clock ).Hasil menunjukkan Mikrokontroller ATmega 8535 mempunyai input sensor berbentuk suhu, sensor ini akan mendeteksi suhu yang berada dalam ruangan dan menampilkannya pada LCD.
Untuk mendeteksi suhu pada suatu ruangan kita menggunakan sebuah kipas yang berfungsi sebagai pendingin dengan cara kerja mengeluarkan panas yang berlebih pada suatu ruangan, dalam kasus ini kipas akan menyesuaikan jumlah orang yang terdapat dalam sebuah ruangan. Sehingga kipas berputar secara otomatis dan jumlah orang akan mempengaruhi kecepatan putar kipas.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan hal tersebut diatas maka timbul permasalahan yaitu:
1. Bagaimana merencanakan dan membuat suatu alat menghitung jumlah objek bergerak?
2. Bagaimana merencanakan dan menggunakan sensor pir untuk membuat suatu alat untuk menghitung counter manusia?
3. Bagaimana mengatur kipas dan lampu agar suhu di suatu ruangan tetap stabil?
1.3. Batasan Masalah
Mengingat keterbatasan waktu dan untuk menghindari topik yang tidak perlu maka penulis membatasi pembahasan pembuatan alat ini. Adapun permasalahan ini adalah :
1. Mengetahui prinsip kerja dari rangkaian pengontrol kecepatan putar kipas dan lampu
2. Tidak dibahas mengenai pengaruh deteksi Hewan
3. Alat ini hanya sebatas prototype, tapi alat ini bias dibuat secara real di sebuah ruangan
4. Metode PWM yang digunakan pada alat ini berupa Metode Digital
5. Untuk sebuah ruangan, hanya dibuat secara miniature dengan ukuran 4x4 cm mengingat alat ini sebuah prototype
6. Kipas yang digunakan pada alat ini yaitu kipas DC
1.4. Tujuan Penelitian
Adapun maksud dan tujuan penulis melakukan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui system control dan kinerja dari sensor PIR dan LM 35
2. Untuk mengetahui lebar pulsa dari pwm terhadap kecepatan kipas
1.5. Manfaat Penelitian
Adapun Manfaat pembahasan ini adalah :
1. Mempermudah pekerjaan dalam bidang pengontrolan khususnya pengontrolan pada kipas angin (DC) dan Lampu
2. Diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya
3. Memperkaya pengetahuan ilmiah dalam bidang sumber daya manusia, khususnya pengontrolan, motivasi, dan kinerja
1.6.Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pembahasan dan pemahaman, penulis membuat sistematika penulisan bagaimana prinsip kerja dari Perancangan Pembuatan Sensor PIR Untuk Mendeteksi / Menghitung Obyek Sebagai Pengendali /Pengatur Level Kecepatan Putar Kipas berbasis ATmega 8535, maka penulis menulis Tugas akhir ini dengan urutan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Dalam hal ini berisikan mengenai latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan masalah,manfaat penelitian serta sistematika penulis
BAB II LANDASAN TEORI
Dalam bab ini dijelaskan tentang teori pendukung yang digunakan untuk pembahasan dan cara kerja dari rangkaian teori pendukung itu antara lain tentang Mikrokontroller ATmega 8535, PIR ( passive infrared ), RTC, Fotodioda, PWM, Komponen - komponen yang digunakan, serta cara kerja dari Mikrokontroller ATmega 8535.
BAB III RANCANGAN SISTEM
Dalam bab ini akan dibahas perancangan dari alat, yaitu blok dari rangkaian, skematik dari masing – masing rangkaian dan diagram alir/ Flowchart dari program yang diisikan ke Mikrokontroller ATmega 8535.
BAB IV PENGUJIAN RANGKAIAN
Pada bab ini akan dibahas pengujian rangkaian dan hasil pengujian Mulai dari sensor PIR, Fotodioda dan infrared, Sensor lm 35 serta komponen komponen pendukung.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini merupakan penutup yang meliputi tentang kesimpulan dari pembahasan yang dilakukan dari laporan Penelitian serta saran apakah rangkaian ini dapat dibuat lebih efisien dan dikembangkan perakitannya pada suatu Metode lain yang mempunyai system kerja yang sama.
BAB 2
LANDASAN TEORI 2.1. Umum
Ketika seseorang berada di suatu ruangan dengan kapasitas yang lebih besar sehingga tidak terjangkau oleh manusia untuk menghidupkan atau mematikan kipas atau lampu di ruangan itu maka dibuatlah solusi untuk mengatasi masalah ini. Sehingga manusia tersebut tidak perlu lagi menghidupkan kipas yang satu dengan kipas yang lainnya. Seperti halnya juga diruang rapat atau juga di ruangan penyimpanan, terkadang ada manusia atau barang yang membutuhkan agar suhu ruangan tersebut tidak terlalu panas atau terlalu dingin, maka dibutuhkan suatu sistem kontrol di ruangan tersebut agar suhu diruangan tersebut akan tetap stabil agar juga manusia atau barang tersebut merasa lebih nyaman ketika obyek tersebut berada di ruangan.
2.2.PWM (Pulse Width Modulation) Pengertian PWM
Pulse Width Modulation (PWM) secara umum adalah sebuah cara memanipulasi lebar sinyal yang dinyatakan dengan pulsa dalam satu periode, untuk mendapatkan tegangan rata-rata yang berbeda. Bebarapa contoh aplikasi PWM adalah pemodulasian data untuk telekomunikasi, pengontrolan daya atau tegangan yang masuk ke beban, regulator tegangan, audio effect dan penguatan, serta aplikasi-aplikasi lainnya.
Gambar 2.1 Grafik pulsa PWM (Amplitudo vs Time)
Aplikasi PWM berbasis mikrokontroller biasanya berupa pengendalian kecepatan motor DC, pengendalian motor servo, dan pengaturan nyala terang LED. Oleh karena itu diperlukan pemahaman terhadap konsep PWM itu sendiri.
PWM merupakan suatu teknik teknik dalam mengatur kerja suatu peralatan yang memerlukan arus pull in yang besar dan untuk menghindari disipasi daya yang berlebihan dari peralatan yang akan dikontrol. PWM merupakan suatu metoda untuk mengatur kecepatan perputaran motor dengan cara mengatur lebar pulsa high terhadap perioda dari suatu sinyal persegi dalam bentuk tegangan periodik yang diberikan ke motor sebagai sumber daya. Semakin besar perbandingan lama sinyal high dengan perioda sinyal maka semakin cepat motor berputar.
Sinyal PWM dapat dibangun dengan banyak cara, dapat menggunakan metode analog menggunakan rankaian op-amp atau dengan menggunakan metode digital.
Dengan metode analog setiap perubahan PWM-nya sangat halus, sedangkan menggunakan metode digital setiap perubahan PWM dipengaruhi oleh resolusi dari PWM itu sendiri. Misalkan PWM digital 8 bit berarti PWM tersebut memiliki resolusi 2 pangkat 8 = 256, maksudnya nilai keluaran PWM ini memiliki 256 variasi, variasinya mulai dari 0 – 255 yang mewakili duty cycle 0 – 100% dari keluaran PWM tersebut.
Pengaturan PWM menggunakan mikrokontroler ATMEGA
Gambar 2.2. Proses pembangkitan sinyal PWM pada mikrokontroler AVR ATMEGA 8535
Resolusi adalah jumlah variasi perubahan nilai dalam PWM tersebut. Misalkan suatu PWM memiliki resolusi 8 bit berarti PWM ini memiliki variasi perubahan nilai sebanyak 2 pangkat 8 = 256 variasi mulai dari 0 – 255 perubahan nilai.
Compare adalah nilai pembanding. Nilai ini merupakan nilai referensi duty cycle dari PWM tersebut. Nilai compare bervariasi sesuai dengan resolusi dari PWM.
Dalam gambar nilai compare ditandai dengan garis warna merah, dimana posisinya diantara dasar segitiga dan ujung segitiga.
Clear digunakan untuk penentuan jenis komparator apakah komparator inverting atau non-inverting. Mikrokontroler akan membandingkan posisi keduanya, misalkan bila PWM diset pada kondisi clear down, berarti apabila garis segitiga berada dibawah garis merah (compare) maka PWM akan mengeluarkan logika 0.
Begitu pula sebaliknya apabila garis segitiga berada diatas garis merah (compare) maka PWM akan mengeluarkan logika 1. Lebar sempitnya logika 1 ditentukan oleh posisi compare, lebar sempitnya logika 1 itulah yang menjadi nilai keluaran PWM,dan kejadian ini terjadi secara harmonik terus-menerus. Maka dari itu nilai compare inilah yang dijadikan nilai duty cycle PWM. Clear Up adalah kebalikan (invers) dari Clear Down pada keluaran logikanya.
Gambar 2.3. Clear up dan Clear down pada PWM
Prescale digunakan untuk menentukan waktu perioda dari pada PWM. Nilai prescale bervariasi yaitu 1, 8, 32, 64, 128, 256, 1024. Misalkan jika prescale diset 64 berarti timer/PWM akan menghitung 1 kali bila clock di CPU sudah 64 kali, Clock CPU adalah clok mikrokontroler itu sendiri.
2.3.Komunikasi I2C
I2C-Bus atau Inter-Integrated Circuit Bus merupakan bus serial yang dikembangkan oleh Phillips sekitar tahun 1980. Phillips telah mengeluarkan I2C- Bus versi 1.0 pada tahun 1992, versi 2.0 pada tahun 1998 dan versi terbaru 2.1 pada tahun 2000. I2C-Bus digunakan untuk menghubungkan berbagai macam IC yang dikontrol oleh sistem micro-processor atau micro-controller (intelligent control application). Standar I2C-Bus telah banyak digunakan di berbagai macam bidang elektronik terutama kontrol dengan kecepatan low-to-medium. IC yang mendukung I2C-Bus juga telah diproduksi oleh banyak produsen semikonduktor.
Beberapa micro-controller juga bahkan mempunyai I2C-Bus controller yang ditanam sebagai peripheral on-chip.
Dengan I2C kita hanya membutuhkan dua jalur untuk berkomunikasi antar perangkat. dua jalur tersebut adalah SDA (Serial Data) dan SCL (Serial Clock).
SCL merupakan jalur yang digunakan untuk mensinkronisasi transfer data pada jalur I2C, sedangkan SDA merupakan jalur untuk data. Beberapa perangkat dapat terhubung ke dalam jalur I2C yang sama dimana SCL dan SDA terhubung ke semua perangkat tersebut, hanya ada satu perangkat yang mengontrol SCL yaitu perangkat master. Jalur dari SCL dan SDA ini terhubung dengan pull-up resistor yang besar resistansinya tidak menjadi masalah (bisa 1K, 1.8K, 4.7K, 10K, 47K atau nilai diantara range tersebut)
2.4.RTC (Real Time Clock)
RTC adalah jenis pewaktu yang bekerja berdasarkan waktu yang sebenarnya atau dengan kata lain berdasarkan waktu yang ada pada jam kita. Agar dapat berfungsi, pewaktu ini membutuhkan dua parameter utama yang harus ditentukan, yaitu pada saat mulai (start) dan pada saat berhenti (stop).
DS1307 merupakan salah satu tipe IC RTC yang dapat bekerja dalam daya listrik rendah. Di dalamnya berisi waktu jam dan kalender dalam format BCD. Waktu jam dan kalender memberikan informasi detik, menit, jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun. Untuk bagian jam dapat berformat 24 jam atau 12 jam. Pendeteksi sumber listrik juga disediakan untuk mendeteksi kegagalan sumber listrik dan langsung mengalihkannya ke sumber baterai.
Gambar 2.4. RTC DS1307
Pin-pin RTC DS1307 beserta penjelasannya adalah sebagai berikut :
1. X1, X2 – dihubungkan dengan kristal quartz 32,768 kHz. Rangkaian osilator internal ini didesain untuk beroperasi dengan sebuah kristal yang mempunyai kapasitansi beban tertentu (CL) yakni 12,5 pF.
2. Vcc, GND – sebagai power supply utama. Vcc merupakan tegangan input +5 Volt sedangkan GND merupakan ground. Ketika tegangan 5 Volt digunakan pada batas normal, RTC dapat diakses secara penuh dan data dapat ditulis dan dibaca. Ketika Vcc kurang dari 1,25 x Vbat, proses penulisan dan pembacaan menjadi terhalang. Namun demikian, proses penghitungan waktu tetap berjalan. Pada saat Vcc kurang dari Vbat, RAM dan penghitung waktu terhubung dengan batere 3 Volt.
3. Vbat – tegangan input batere lithium cell 3 Volt. Tegangan batere harus berada antara 2,5 Volt sampai 3,5 Volt.
4. SCL (Serial Clock Input) – digunakan untuk mensinkronkan perubahan data pada antarmuka serial.
5. SDA (Serial Data Input/Output) – merupakan pin input/output untuk antarmuka serial 2 kawat. Pin SDA membutuhkan resistor pull-up eksternal.
6. SQW/OUT (Square Wave/Output Driver)
2.5. Sensor PIR
PIR (Passive Infrared Receiver) merupakan sebuah sensor berbasiskan infrared.
Akan tetapi, tidak seperti sensor infrared kebanyakan yang terdiri dari IR LED dan fototransistor. PIR tidak memancarkan apapun seperti IR LED. Sesuai dengan namanya ‘Passive’, sensor ini hanya merespon energi dari pancaran sinar inframerah pasif yang dimiliki oleh setiap benda yang terdeteksi olehnya. Benda yang bisa dideteksi oleh sensor ini biasanya adalah tubuh manusia.
Pasif istilah dalam hal ini berarti bahwa perangkat PIR tidak memancarkan sinar inframerah tetapi hanya pasif menerima radiasi inframerah masuk. "Infra" yang berarti di bawah kemampuan kita untuk mendeteksi secara visual, dan "Merah"
karena warna ini merupakan tingkat energi terendah yang mata kita dapat merasakan sebelum menjadi tak terlihat.
2.6. Desain PIR
Di dalam sensor PIR ini terdapat bagian-bagian yang mempunyai perannya masing-masing, yaitu Fresnel Lens, IR Filter, Pyroelectric sensor, amplifier, dan comparator.
(a) (b)
Gambar 2.5. (a) PIR bagian dalam dan (b) PIR tampak luar
Dari gambar 2.1 (a) tampak bagian dalam dari sensor PIR dan hubungan dari Port pada sensor PIR ke mikrokontroler Atmega 8535.
2.7. Cara Kerja Sensor PIR
1. Ketika obyek melewati sensor PIR maka sensor akan menangkap pancaran inframerah pasif yang dipancarkan oleh obyek (manusia).
2. Ketika tubuh manusia melewati sensor PIR maka sensor akan mendeteksi dengan jarak 5 meter dari sensor.
Gambar 2.6 Diagram sensor PIR
Sensor PIR ini bekerja dengan menangkap energi panas yang dihasilkan dari pancaran sinar inframerah pasif yang dimiliki setiap benda dengan suhu benda diatas nol mutlak. Seperti tubuh manusia yang memiliki suhu tubuh kira-kira 32 derajat celcius, yang merupakan suhu panas yang khas yang terdapat pada lingkungan. Pancaran sinar inframerah inilah yang kemudian ditangkap oleh Pyroelectric sensor yang merupakan inti dari sensor PIR ini sehingga menyebabkan Pyroelectic sensor yang terdiri dari galium nitrida, caesium nitrat dan litium tantalate menghasilkan arus listrik. Prosesnya hampir sama seperti arus listrik yang terbentuk ketika sinar matahari mengenai solar cell.
Mengapa sensor PIR hanya bereaksi pada tubuh manusia saja, Hal ini disebabkan karena adanya IR Filter yang menyaring panjang gelombang sinar inframerah pasif. IR Filter dimodul sensor PIR ini mampu menyaring panjang gelombang sinar inframerah pasif antara 8 sampai 14 mikrometer, sehingga panjang gelombang yang dihasilkan dari tubuh manusia yang berkisar antara 9 sampai 10 mikrometer ini saja yang dapat dideteksi oleh sensor.
Jadi, ketika seseorang berjalan melewati sensor, sensor akan menangkap pancaran sinar inframerah pasif yang dipancarkan oleh tubuh manusia yang memiliki suhu yang berbeda dari lingkungan sehingga menyebabkan material pyroelectric bereaksi menghasilkan arus listrik karena adanya energi panas yang dibawa oleh sinar inframerah pasif tersebut. Kemudian sebuah sirkuit amplifier yang ada menguatkan arus tersebut yang kemudian dibandingkan oleh comparator sehingga menghasilkan output.
Ketika manusia berada di depan sensor PIR dengan kondisi diam, maka sensor PIR akan menghitung panjang gelombang yang dihasilkan oleh tubuh manusia tersebut. Panjang gelombang yang konstan ini menyebabkan energi panas yang dihasilkan dapat digambarkan hampir sama pada kondisi lingkungan disekitarnya.
Ketika manusia itu melakukan gerakan, maka tubuh manusia itu akan menghasilkan pancaran sinar inframerah pasif dengan panjang gelombang yang bervariasi sehingga menghasilkan panas berbeda yang menyebabkan sensor merespon dengan cara menghasilkan arus pada material Pyroelectricnya dengan
besaran yang berbeda beda. Karena besaran yang berbeda inilah comparator menghasilkan output.
Jadi sensor PIR tidak akan menghasilkan output apabila sensor ini dihadapkan dengan benda panas yang tidak memiliki panjang gelombang inframerah antar 8 sampai 14 mikrometer dan benda yang diam seperti sinar lampu yang sangat terang yang mampu menghasilkan panas, pantulan objek benda dari cermin dan suhu panas ketika musim panas. (http://Cara Kerja Sensor PIR _ BhaguztRief Blog.htm)
2.8.Sensor LM35
Sensor suhu LM35 adalah komponen elektronika yang memiliki fungsi untuk mengubah besaran suhu menjadi besaran listrik dalam bentuk tegangan. Sensor Suhu LM35 yang dipakai dalam penelitian ini berupa komponen elektronika elektronika yang diproduksi oleh National Semiconductor. LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak memerlukan penyetelan lanjutan.
Meskipun tegangan sensor ini dapat digunakan dengan catu daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60 µA hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas (self-heating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah yaitu kurang dari 0,5 ºC pada suhu 25 ºC .
Gambar 2.7. Sensor LM35
Gambar diatas menunjukan bentuk dari LM35 tampak depan dan tampak bawah.
3 pin LM35 menujukan fungsi masing-masing pin diantaranya, pin 1 berfungsi sebagai sumber tegangan kerja dari LM35, pin 2 atau tengah digunakan sebagai tegangan keluaran atau Vout dengan jangkauan kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5 Volt dengan tegangan operasi sensor LM35 yang dapat digunakan antar 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor ini akan naik sebesar 10 mV setiap derajat celcius sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :
VLM35 = Suhu* 10 mV
Secara prinsip sensor akan melakukan penginderaan pada saat perubahan suhu setiap suhu 1 ºC akan menunjukan tegangan sebesar 10 mV. Pada penempatannya LM35 dapat ditempelkan dengan perekat atau dapat pula disemen pada permukaan akan tetapi suhunya akan sedikit berkurang sekitar 0,01 ºC karena terserap pada suhu permukaan tersebut. Dengan cara seperti ini diharapkan selisih antara suhu udara dan suhu permukaan dapat dideteksi oleh sensor LM35 sama dengan suhu disekitarnya, jika suhu udara disekitarnya jauh lebih tinggi atau jauh lebih rendah dari suhu permukaan, maka LM35 berada pada suhu permukaan dan suhu udara disekitarnya .
Berikut ini adalah karakteristik dari sensor LM35:
1. Memiliki sensitivitas suhu, dengan faktor skala linier antara tegangan dan suhu 10 mVolt/ºC, sehingga dapat dikalibrasi langsung dalam celcius.
2. Memiliki ketepatan atau akurasi kalibrasi yaitu 0,5ºC pada suhu 25 ºC.
3. Memiliki jangkauan maksimal operasi suhu antara -55 ºC sampai +150 ºC.
4. Bekerja pada tegangan 4 sampai 30 volt.
5. Memiliki arus rendah yaitu kurang dari 60 µA.
6. Memiliki pemanasan sendiri yang rendah (low-heating) yaitu kurang dari 0,1 ºC pada udara diam.
7. Memiliki impedansi keluaran yang rendah yaitu 0,1 W untuk beban 1 mA.
8. Memiliki ketidaklinieran hanya sekitar ± ¼ ºC.
Gambar 2.8.Skema Sensor Suhu LM35
2.9. Sensor Fotodioda
Photodioda adalah sebuah dioda yang dioptimasi untuk menghasilkan aliran elektron (atau arus listrik) sebagai respon apabila terpapar oleh sinar ultraviolet, cahaya tampak, atau cahaya infra merah. Kebanyakan photodioda dibuat dari silikon, tetapi ada juga yang dibuat dari germanium dan galium arsenida. Hanya ada beberapa yang berekombinasi di daerah pemisah. Oleh karena itu, hanya ada
sedikit pasangan hole dan elektron yang ada di daerah N dan P, dan pasangan hole-elektron di daerah pemisah adalah yang menyebabkan terjadinya arus listrik pada saat photodioda terkena cahaya (photocurrent).
Salah satu penggunaan dari photodioda adalah pada sistem alarm sebagai keamanan, ditunjukkan pada gambar 2.10. Rangkaian tersebut terdiri dari sumber cahaya sebagai pemancar (Tx) dan photodioda sebagai penerima (Rx). Ketika arus yang mengalir pada photodioda mendekati nol, maka sinyal ini akan diproses oleh suatu rangkaian (misalkan rangkaian yang terdiri dari gerbang logika) untuk menyalakan alarm. Sehingga, apabila ada orang yang berjalan melewati pintu tersebut, alarm akan berbunyi. Model rangkaian seperti ini juga bisa diletakkan pada sabuk konveyor yang banyak digunakan di pabrik-pabrik untuk menghitung jumlah barang yang lewat.
Gambar 2.9 Photodioda digunakan sebagai sensor pada Pintu Ruangan 2.10. Mikrokontroller ATmega 8535
Mikrokontroler adalah IC yang dapat diprogram berulang kali, baik ditulis atau dihapus. Biasanya digunakan untuk pengontrolan otomatis dan manual pada perangkat elektronika.
Beberapa tahun terakhir, mikrokontroler sangat banyak digunakan terutama dalam pengontrolan robot. Seiring perkembangan elektronika, mikrokontroler dibuat semakin kompak dengan bahasa pemrograman yang juga ikut berubah. Salah satunya adalah mikrokontroler AVR ATmega8535 yang menggunakan teknologi RISC (Reduce Instruction Set Computing) dimana program berjalan lebih cepat karena hanya membutuhkan satu siklus clock untuk mengeksekusi satu instruksi program. Secara umum, AVR dapat dikelompokkan menjadi 4 kelas, yaitu kelas ATtiny, keluarga AT90Sxx, keluarga ATmega, dan AT86RFxx. Pada dasarnya yang membedakan masing-masing kelas adalah memori, peripheral, dan fungsinya. Dari segi arsitektur dan instruksi yang digunakan, mereka bisa dikatakan hampir sama.
2.10.1 Fitur-fitur yang dimiliki oleh mikrokontroler ATmega8535
1. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu port A, port B, port C, dan port D.
2. ADC internal sebanyak 8 saluran.
3. Tiga buah Timer/Counter dengan kemampuan pembandingan.
4. CPU yang terdiri atas 32 buah register.
5. SRAM sebesar 512 byte.
6. Memori Flash sebesar 8 kb dengan kemampuan Read While Write.
7. Port antarmuka SPI
8. EEPROM sebesar 512 byte yang dapat diprogram saat operasi.
9. Antarmuka komparator analog.
10. Port USART untuk komunikasi serial.
11. Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16 MHz.
2.10.2 Pin-pin pada Mikrokontroler Atmega
Port – port pada mikrokontroller ATmega 8535 dapat dilihat pada gambar 2.10 dibawah ini :
Gambar 2.10. Konfigurasi pin Atmega8535 (Data Sheet AVR)
Dari gambar 2.10. diatas, Konfigurasi pin Atmega8535 dengan kemasan 40 pin DIP (Dual Inline Package) dapat dilihat pada gambar 2.10. Dari gambar di atas dapat dijelaskan fungsi dari masing-masing pin Atmega8535 sebagai berikut:
1. VCC merupakan pin yang berfungsi sebagai masukan catu daya.
2. GND merukan pin Ground. \
3. Port A (PortA0…PortA7) merupakan pin input/output dua arah dan pin masukan ADC.
4. Port B (PortB0…PortB7) merupakan pin input/output dua arah dan dan pin fungsi khusus, Timer/counter, komparator analog, dan SPI
5. Port C (PortC0…PortC7) merupakan pin input/output dua arah dan pin fungsi khusus yaitu, TWI, komparator analog, dan Timer oscilat
6. Port D (PortD0…PortD7) merupakan pin input/output dua arah dan pin fungsi khusus,yaitu,komparator analog, interupsi external, komunikasi serial.
7. RESET merupakan pin yang digunakan untuk me-reset mikrokontroler.
8. XTAL1 dan XTAL2 merupakan pin masukan clock eksternal.
9. AVCC merupakan pin masukan tegangan untuk ADC.
10. AREFF merupakan pin masukan tegangan referensi ADC.
Kapabiltas detail dari ATMega 8535 adalah sebagai berikut :
1. Sistem mikroprosesor 8 bit berbasis RISC dengan kecepatan maksimal 16 MHz.
2. Kapabiltas memori flash 8 Kb, SRAM sebesar 512 byte, dan EEPROM (Electrically Erasable Programmable Read Only Memory) sebesar 512 byte.
3. ADC internal dengan fidelitas 10 bit sebanyak 8 channel.
4. Portal komunikasi serial (USART) dengan kecepatan maksimal 2,5 Mbps.
5. Enam pilihan mode sleep menghemat penggunaan daya listrik.
2.10.3. Peta Memori ATMega8535
ATMega8535 memiliki dua jenis memori yaitu Program Memory dan Data Memory ditambah satu fitur tambahan yaitu EEPROM Memory untuk penyimpan data.
a. Program Memori
ATMEGA 8535 memiliki On-Chip In-System Reprogrammable Flash Memory untuk menyimpan program. Untuk alasan keamanan, program memory dibagi menjadi dua bagian, yaitu Boot Flash Section dan Application Flash Section. Boot Flash Section digunakan untuk menyimpan program Boot Loader, yaitu program yang harus dijalankan pada saat AVR reset atau pertama kali diaktifkan.
Application Flash Section digunakan untuk menyimpan program aplikasi yang dibuat user. AVR tidak dapat menjalankan program aplikasi ini sebelum menjalankan program Boot Loader. Besarnya memori Boot Flash Section dapat diprogram dari 128 word sampai 1024 word tergantung setting pada konfigurasi bit di register BOOTSZ. Jika Boot Loader diproteksi, maka program pada Application Flash Section juga sudah aman seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.11 dibawah ini :
b. Data Memory
Gambar berikut menunjukkan peta memori SRAM pada ATMEGA 8535.
Terdapat 608 lokasi address data memori. 96 lokasi address digunakan untuk Register File dan I/O Memory sementara 512 lokasi address lainnya digunakan untuk internal data SRAM (Agus,2005). Register file terdiri dari 32 general purpose working register, I/O register terdiri dari 64 register seperti yang ditunjukkan gambar 2.12 dibawah ini:
Gambar 2.11. Peta Memori Program
Gambar 2.12. Peta Memori Data
c. EEPROM Data Memory
ATMEGA 8535 memiliki EEPROM 8 bit sebesar 512 byte untuk menyimpan data. Loaksinya terpisah dengan system address register, data register dan control register yang dibuat khusus untuk EEPROM. Alamat EEPROM dimulai dari $000 sampai $1FF seperti gambar yang ditunjukkan gambar 2.13 dibawah ini :
Gambar 2.13. EEPROM Data Memory
d. Status Register (SREG)
Status register adalah register berisi status yang dihasilkan pada setiap operasi yang dilakukan ketika suatu instruksi dieksekusi seperti gambar 2.14 dibawah ini.
SREG merupakan bagian dari inti CPU mikrokontroler.
Gambar 2.14. Status Register ATMega 8535
2.10.4 Port-Port Pada Atmega8535 Dan Fungsinya a. Port A
Merupakan 8-bit directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-up resistor (dapat diatur per bit). Output buffer Port A dapat memberi arus 20 mA dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port A (DDRA) harus disetting terlebih dahulu sebelum Port A digunakan. Bit-bit DDRA diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port A yang bersesuaian sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, kedelapan pin port A juga digunakan untuk masukan sinyal analog bagi A/D converter.
b. Port B
Merupakan 8-bit directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-up resistor (dapat diatur per bit). Output buffer Port B dapat memberi arus 20 mA dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port B (DDRB) harus disetting terlebih dahulu sebelum Port B digunakan. Bit-bit DDRB diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port B yang bersesuaian sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output. Pin-pin port B juga memiliki untuk fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 2.1 Fungsi Pin-pin Port B
\
c. Port C
Merupakan 8-bit directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-up resistor (dapat diatur per bit). Output buffer Port C dapat memberi arus 20 mA dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port C (DDRC) harus disetting terlebih dahulu sebelum Port C digunakan. Bit-bit DDRC diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port C yang bersesuaian sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, dua pin port C (PC6 dan PC7) juga memiliki fungsi alternatif sebagai oscillator untuk timer/counter 2.
d. Port D
Merupakan 8-bit directional port I/O. Setiap pinnya dapat menyediakan internal pull-up resistor (dapat diatur per bit). Output buffer Port D dapat memberi arus 20 mA dan dapat mengendalikan display LED secara langsung. Data Direction Register port D (DDRD) harus disetting terlebih dahulu sebelum Port D
digunakan. Bit-bit DDRD diisi 0 jika ingin memfungsikan pin-pin port D yang bersesuaian sebagai input, atau diisi 1 jika sebagai output. Selain itu, pin-pin port D juga memiliki untuk fungsi-fungsi alternatif khusus seperti yang dapat dilihat dalam tabel berikut.
Tabel 2.2 Fungsi Pin-pin Port D
BAB 3
PERANCANGAN ALAT DAN PEMBUATAN SYSTEM
3.1.Spesifikasi Alat Sistem Pengukuran
Sensor PIR : 0 – 5V
RTC ( Real Time Clock ) : DS1307
Kipas DC
IC Mikrokontroller : ATmega 8535
Lampu : 3.3 Watt
LCD : 16x2
PWM
Photodioda
LM35
3.2.Perancangan Blok Diagram
Diagram merupakan pernyataan hubungan yang berurutan dari suatu atau lebih komponen yang memiliki kesatuan kerja tersendiri, dan setiap blok komponen mempengaruhi komponen yang lainnya. Diagram blok merupakan salah satu cara yang paling sederhana untuk menjelaskan cara kerja dari suatu sistem .Dengan diagram blok kita dapat menganalisa cara kerja rangkaian dan merancang hardware yang akan dibuat secara umum.
Adapun diagram blok dari system yang dirancang,seperti yang diperlihatkan pada gambar 3.1
Gambar 3.1 Diagram Block
3.2. Rangkaian Mikrokontroller ATMega8535
Rangkaian sistem minimum mikrokontroler ATMEGA 8535 dapat dilihat pada gambar 3.2 di bawah ini :
Gambar 3.2 Rangkaian sistem minimum mikrokontroler ATMEGA 8535 DRIVER
LAMPU DRIVER
KIPAS LCD
Photodioda
Infra red
Sensor Suhu
RTC
Uc
ATmega 8535 KIPAS
LAMPU PIR
Dari gambar 3.2, Rangkaian tersebut berfungsi sebagai pusat kendali dari seluruh sistem yang ada. Komponen utama dari rangkaian ini adalah IC Mikrokontroler ATMega8535. Semua program diisikan pada memori dari IC ini sehingga rangkaian dapat berjalan sesuai dengan yang dikehendaki.
Pin 12 dan 13 dihubungkan ke XTAL 12 MHz dan dua buah kapasitor 30 pF.
XTAL ini akan mempengaruhi kecepatan mikrokontroler ATMega8535 dalam mengeksekusi setiap perintah dalam program. Pin 9 merupakan masukan reset (aktif rendah). Pulsa transisi dari tinggi ke rendah akan me-reset mikrokontroler ini.
Untuk men-download file heksadesimal ke mikrokontroler, Mosi, Miso, Sck, Reset, Vcc dan Gnd dari kaki mikrokontroler dihubungkan ke RJ45. RJ45 sebagai konektor yang akan dihubungkan ke ISP Programmer. Dari ISP Programmer inilah dihubungkan ke komputer melalui port paralel.
Kaki Mosi, Miso, Sck, Reset, Vcc dan Gnd pada mikrokontroler terletak pada kaki 6, 7, 8, 9, 10 dan 11. Apabila terjadi keterbalikan pemasangan jalur ke ISP Programmer, maka pemograman mikrokontroler tidak dapat dilakukan karena mikrokontroler tidak akan bisa merespon.
3.3. Perancangan Sistem RTC DS 1307
RTC adalah jenis pewaktu yang bekerja berdasarkan waktu yang sebenarnya atau dengan kata lain berdasarkan waktu yang ada pada jam kita. Agar dapat berfungsi, pewaktu ini membutuhkan dua parameter utama yang harus ditentukan, yaitu pada saat mulai (start) dan pada saat berhenti (stop).
Gambar 3.3 Antarmuka bagian RTC DS1307
DS1307 merupakan salah satu tipe IC RTC yang dapat bekerja dalam daya listrik rendah. Di dalamnya berisi waktu jam dan kalender dalam format BCD. Waktu jam dan kalender memberikan informasi detik, menit, jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun. Pendeteksi sumber listrik juga disediakan untuk mendeteksi kegagalan sumber listrik dan langsung mengalihkannya ke sumber baterai. RTC difungsikan sebagai penyimpan data jam walaupun sumber tegangan utama mati atau rusak.
3.4.Rangkaian Sensor PIR
Gambar 3.4. Kaki koneksi PIR (Passive Infrared)
3 VBAT
X1 1
X2 2 6 SCL
5 SDA
7 SOUT
U3
DS1307
X1
CRYSTAL
BAT1
1.5V PC.0
PC.1
Pada gambar di atas dapat dilihat bahwasannya PIR (Passive Infrared) sensor dihubungkan ke power supply melalui pin 1 (Vcc) dan pin 2 (Gnd). Pada pin 3 (O/P) terkoneksi ke port pada microcontroller yang berfungsi sebagai Counter yaitu PORTB.0 dan PORTB.1
3.4 . Rangkaian Sensor Suhu LM35
Sensor yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensor LM35. Sensor LM35 dapat mengukur dan mengontrol suhu yang terdapat disekitarnya. Sensor ini mempunya 3 pin. Masing masing Pin mempunyai fungsi yaitu:
a. +Vs (4V - 20V)
b. Vout (-55 oC - +150 oC) c. Gnd
Sensor LM35 adalah sensor suhu yang cukup presisi. LM35 memiliki tingkat kelinieran yang tinggi dimana kenaikan 1°C akan menghasilkan tegangan sebesar 10mV atau 10 mVolt/°C. Sehingga VLM35 = Suhu(°C 10 mV. Jika LM35 membaca suhu 27 °C maka tegangan keluaran LM35 sebesar 270 mV. dimana nilai tegangan LM35 akan semakin besar jika nilai suhu besar sebaliknya nilai tegangan LM35 akan semakin kecil jika nilai suhu yang dibaca kecil. Sehingga jika adanya perubahan suhu maka nilai tegangan LM35 juga akan mengalami perubahan. Jangkau suhu yang dapat dibaca LM35 yaitu dari -55 °C sampai 150 °C. Pada rangkaian, Vout dihubungkan dengan ADC , +Vs dihubungkan ke Vcc 5V , dan gnd dihubungkan ke ground.
Gambar 3.5 Rangkaian LM35 Ke ATMEGA8535
3.5 Rangkaian Display LCD Character 2 x16
Display LCD 2x16 berfungsi sebagai penampil nilai kecapatan refferensi dan kecepatan aktual yang dikirim dari mikrokontroler. LCD yang digunakan pada alat ini mempunyai lebar display 2 baris 16 kolom atau biasa disebut sebagai LCD Character 2x16, dengan 16 pin konektor, yang didifinisikan sebagai berikut:
PIN Nama fungsi
1 VSS Ground voltage 2 VCC +5V
3 VEE Contrast voltage 4 RS
Register Select
0 = Instruction Register 1 = Data Register
5 R/W
Read/ Write, to choose write or read mode
0 = write mode 1 = read mode
6 E
Enable
0 = start to lacht data to LCD character
1= disable 7 DB0 LSB 8 DB1 - 9 DB2 - 10 DB3 - 11 DB4 -
12 DB5 - 13 DB6 - 14 DB7 MSB
15 BPL Back Plane Light 16 GND Ground voltage
Tabel 3.1 fungsi pinLCD character 2x16
Gambar 3.6 LCD character 2x16
Modul LCD terdiri dari sejumlah memory yang digunakan untuk display. Semua teks yang kita tuliskan ke modul LCD akan disimpan didalam memory ini, dan modul LCD secara berturutan membaca memory ini untuk menampilkan teks ke modul LCD itu sendiri.
Gambar 3.7 Peta memory LCD character 2x16
Pada peta memori diatas, daerah yang berwarna biru ( 00 s/d 0F dan 40 s/d 4F) adalah display yang tampak. jumlahnya sebanyak 16 karakter per baris dengan dua baris. Angka pada setiap kotak adalah alamat memori yang bersesuaian dengan posisi dari layar. Dengan demikian dapat dilihat karakter pertama yang berada pada posisi baris pertama menempati alamat 00h. dan karakter kedua yang berada pada posisi baris kedua menempati alamat 40h
Agar dapat menampilkan karakter pada display maka posisi kursor harus terlebih dahulu diset. Instruksi Set Posisi Kursor adalah 80h. dengan demikian untuk menampilkan karakter, nilai yang terdapat pada memory harus ditambahkan dengan 80h.
Sebagai contoh, jika kita ingin menampilkan huruf “B” pada baris kedua pada posisi kolom kesepuluh.maka sesuai dengan peta memory, posisi karakter pada kolom 10 dari baris kedua mempunyai alamat 4Ah, sehingga sebelum kita menampilkan huruf “B” pada LCD, kita harus mengirim instruksi set posisi kursor, dan perintah untuk instruksi ini adalah 80h ditambah dengan alamat 80h + 4Ah =0Cah. Sehingga dengan mengirim perintah 0Cah ke LCD, akan menempatkan kursor pada baris kedua dan kolom ke 11.
Start
Ada org yang masuk
?
Hidupkan kipas Dengan PWM dan tambah kecepatan putar
Tambahkan 1 nilai pada display &
naikkan
Ada org yg keluar?
Kurangi kecepatan kipas dengan PWM
Kurangi 1 nilai pada display & turunkan
selesai Tambah Intensitas cahaya lampu
Baca nilai rtc
Tampilkan Jam di LCD
Jam menunjukkan pagi?
Kurangi Intensitas cahaya lampu
Jam menunjukkan malam ? tdk
ya ya
tdk
tdk
ya
tdk ya
Baca suhu ruangan
Suhu diatas normal? ya
Suhu Dibawah Normal?
Tampilkan Suhu di LCD
ya tidak
tidak
3.7. Diagram Alir / Flowchart
Keterangan flowchart pada gambar 3.8 :
1. Pada gambar flowchart 3.8 flowchat ini dimulai dengan start, kemudian sensor pir mendeteksi adakah orang masuk? , ketika ada org masuk hidupkan kipas dengan PWM dan tambah kecepatan putar kipas, lalu tambahkan satu nilai pada display.
2. Ketika sensor photodioda mendeteksi tidak adanya orang? Atau org keluar, kurangi kecepatan kipas dengan PWM, lalu turunkan 1 nilai pada display 3. Dan seketika itu pula sensor suhu LM 35 membaca suhu dari ruangan apakah
suhu yang didalam ruangan terlalu dingin atau terlalu panas,, ketika terlalu dingin maka kipas dimatikan dan begitu juga sebaliknya
4. Disaat bersamaan ketika alat dihidupkan, maka RTC pun bekerja dengan menghidupkan intensitas cahaya lampu dan seketika itu ketika jam menunjukkan pagi hari kurangi intensitas cahaya lampu, sebaliknya ketika menunjukkan malam hari maka tambah intensitas cahaya dengan membaca nilai dari RTC tersebut
5. Jika jam tidak menunjukkan malam, maka kembali membaca nilai RTC
BAB IV
PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA RANGKAIAN
4.1 Pengujian Rangkaian Mikrokontroller ATMega8535
Untuk mengetahui apakah rangkaian mikrokontroller bekerja dengan baik, maka dilakukan pengujian. Pengujian pada bagian ini dilakukan dengan memberikan program sederhana pada mikrontroller. Programnya adalah sebagai berikut : /*****************************************************************
***
Moving LED
CodeVisionAVR C Compiler Chip: ATMega8535
Memory Model: SMALL Data Stack Size: 128 bytes
8 LEDs are connected between the PORTC outputs and +5V using 1K current
limiting resistors
The LEDs anodes are connected to +5V
******************************************************************
**/
// I/O register definitions for ATMega8535
#include <mega8535.h>
// quartz crystal frquency [Hz]
#define xtal 12000000
// moving LED frequency [Hz]
#define fmove 2
// the LED on PORTC output 0 will be on unsigned char led_status=0xfe;
// TIMER1 overflow interrupt service routine // occurs every 0.5 seconds
interrupt [TIM1_OVF] void timer1_overflow(void)
{
// preset again TIMER1
TCNT1=0x10000-(xtal/1024/fmove);
// move the LED led_status<<=1;
led_status|=1;
if (led_status==0xff) led_status=0xfe;
// turn on the LED PORTC=led_status;
}
void main(void) {
// set the I/O ports
// all PORTC pins are outputs DDRC=0xff;
// turn on the first LED PORTC=led_status;
// init TIMER1
// TIMER1 is disconnected from pin OC1 // no PWM
TCCR1A=0;
// TIMER1 clock is xtal/1024 TCCR1B=5;
// preset TIMER1
TCNT1=0x10000-(xtal/1024/fmove);
// clear TIMER1 interrupts flags TIFR=0;
// enable TIMER1 overflow interrupt TIMSK=0x80;
// all other interrupt sources are disabled GIMSK=0;
// global enable interrupts
#asm sei
#endasm
// the rest is done by TIMER1 overflow interrupts while (1);
}
Program diatas bertujuan untuk menghidupkan LED berjalan (Running LED) yang terhubung ke PortC. Kristal yang digunakan adalah kristal 12 MHz dan frekuensi pemindahan LED adalah 2 Hz.. Jika program tersebut dijalankan maka lampu LED akan hidup dan mati secara bergantian seperti yang dijelaskan pada tabel dibawah ini :
4.2 Pengukuran sensor PIR
Sensor pir bekerja dengan system high-low dan menghasilkan output 5 volt sensor ini mendeteksi perubahan suhu pada lingkungan disekitar sensor dan di khususkan pada tubuh manusia dan pendeteksiaan dengan jarak sebagai berikut :
Gambar 4.1. Block diagram pengukuran sensor pir
Tabel 4.1. Pengukuran Sensor PIR
Berdasarkan tabel 4.1. sesuai dengan titik pengukuran dihasilkan tegangan yang masuk sesuai dengan inputan awal dari regulator, sehingga tegangan keluaran sesuai dengan yang diharapkan, sedangkan pada kondisi low tegangan menjadi 0 pada kondisi jarak maksimal 500 cm sensor tidak merespon.
4.3. Pengujian LCD Interfacing LCD 2x16
Bagian ini hanya terdiri dari sebuah LCD dot matriks 2 x 16 karakter yang berfungsi sebagai tampilan hasil pengukuran dan tampilan dari beberapa keterangan. LCD dihubungkan langsung ke Port 0 dari mikrokontroler yang berfungsi mengirimkan data hasil pengolahan untuk ditampilkan dalam bentuk alfabet dan numerik pada LCD.
Display karakter pada LCD diatur oleh pin EN, RS dan RW: Jalur EN dinamakan Enable. Jalur ini digunakan untuk memberitahu LCD bahwa anda sedang mengirimkan sebuah data. Untuk mengirimkan data ke LCD, maka melalui program EN harus dibuat logika low “0” dan set ( high ) pada dua jalur kontrol yang lain RS dan RW. Jalur RW adalah jalur kontrol Read/ Write. Ketika RW berlogika low (0), maka informasi pada bus data akan dituliskan pada layar LCD. Ketika RW berlogika high ”1”, maka program akan melakukan pembacaan memori dari LCD. Sedangkan pada aplikasi umum pin RW selalu diberi logika low ( 0 )
JARAK (Cm)
RESPON (V)
5 4,99
10 4,99
20 4,99
50 4,99
100 4,99
200 4,99
300 4,99
400 4,99
500 0
Berdasarkan keterangan di atas maka kita sudah dapat membuat progam untuk menampilkan karaker pada display LCD. Adapun program yang diisikan ke mikrokontroller untuk menampilkan karakter pada display LCD adalah sebagai berikut:
******************************************************************
**
LED DEMO
CodeVisionAVR C Compiler Chip: ATMega8535
Use an 2 x 16 alphanumeric LCD connected to PortB:
******************************************************************
**/
#include <mega8535.h>
// Alphanumeric LCD Module functions
#include <alcd.h>
void main(void) {
PORTA=0x00;
DDRA=0x00;
PORTB=0x00;
DDRB=0x00;
PORTC=0x00;
DDRC=0x00;
PORTD=0x00;
DDRD=0x00;
TCCR0=0x00;
TCNT0=0x00;
OCR0=0x00;
TCCR1A=0x00;
TCCR1B=0x00;
TCNT1H=0x00;
TCNT1L=0x00;
ICR1H=0x00;
ICR1L=0x00;
OCR1AH=0x00;
OCR1AL=0x00;
OCR1BH=0x00;
OCR1BL=0x00;
ASSR=0x00;
TCCR2=0x00;
TCNT2=0x00;
OCR2=0x00;
MCUCR=0x00;
MCUCSR=0x00;
TIMSK=0x00;
ACSR=0x80;
SFIOR=0x00;
lcd_init(16);
lcd_clear();
while (1) {
// Place your code here lcd_gotoxy(6,0);
lcd_putsf("FISIKA");
delay_ms(500);
} }
Program ini telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan pada perancangan. Program di atas akan menampilkan kata “FISIKA” di baris pertama pada display LCD 2x16.
4.4. Pengujian Sensor LM35
Untuk mengukur dan mengontrol suhu , digunakan LM35 yang merupakan Perubahan tegangan yang dihasilkan sensor merupakan input bagi ADC yang akan
diubah menjadi data digital. Proses pengubahan tegangan input dari sensor menjadi data digital, dilakukan dengan cara yang sama seperti yang telah dijelaskan sebelumnya.
Pengujian pada bagian rangkaian ADC ini dapat dilakukan dengan menghubungkan rangkaian ADC yang built-in dengan mikrokontroler. Selanjutnya rangkaian mikrokontroler dihubungkan dengan LCD. Mikrokontroler diisi dengan program untuk membaca nilai yang ada pada rangkaian ADC, kemudian hasil pembacaannya ditampilkan pada display LCD.
Pada rangkaian,Input ADC dihubungkan ke PortA.0 dari mikrokontroler.
Programnya adalah sebagai berikut :
#include <mega8535.h>
#include <delay.h>
#include <stdio.h>
// Alphanumeric LCD functions
#include <alcd.h>
#define ADC_VREF_TYPE 0x40 int temp;
char buf[33];
// Read the AD conversion result
unsigned int read_adc(unsigned char adc_input) {
ADMUX=adc_input | (ADC_VREF_TYPE & 0xff);
// Delay needed for the stabilization of the ADC input voltage delay_us(10);
// Start the AD conversion ADCSRA|=0x40;
// Wait for the AD conversion to complete while ((ADCSRA & 0x10)==0);
ADCSRA|=0x10;
return ADCW;
}
// Declare your global variables here
void main(void) {
// Declare your local variables here
// Input/Output Ports initialization // Port A initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTA=0x00;
DDRA=0x00;
// Port B initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=Out
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=1
PORTB=0x01;
DDRB=0x01;
// Port C initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T
State0=T
PORTC=0x00;
DDRC=0x00;
// Port D initialization
// Func7=In Func6=In Func5=In Func4=In Func3=In Func2=In Func1=In Func0=In
// State7=T State6=T State5=T State4=T State3=T State2=T State1=T State0=T
PORTD=0x00;
DDRD=0x00;
// Timer/Counter 0 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: Timer 0 Stopped // Mode: Normal top=0xFF // OC0 output: Disconnected TCCR0=0x00;
TCNT0=0x00;
OCR0=0x00;
// Timer/Counter 1 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: Timer1 Stopped // Mode: Normal top=0xFFFF // OC1A output: Discon.
// OC1B output: Discon.
// Noise Canceler: Off
// Input Capture on Falling Edge // Timer1 Overflow Interrupt: Off
// Input Capture Interrupt: Off // Compare A Match Interrupt: Off // Compare B Match Interrupt: Off TCCR1A=0x00;
TCCR1B=0x00;
TCNT1H=0x00;
TCNT1L=0x00;
ICR1H=0x00;
ICR1L=0x00;
OCR1AH=0x00;
OCR1AL=0x00;
OCR1BH=0x00;
OCR1BL=0x00;
// Timer/Counter 2 initialization // Clock source: System Clock // Clock value: Timer2 Stopped // Mode: Normal top=0xFF // OC2 output: Disconnected ASSR=0x00;
TCCR2=0x00;
TCNT2=0x00;
OCR2=0x00;
// External Interrupt(s) initialization // INT0: Off
// INT1: Off // INT2: Off MCUCR=0x00;
MCUCSR=0x00;
// Timer(s)/Counter(s) Interrupt(s) initialization TIMSK=0x00;
// USART initialization // USART disabled UCSRB=0x00;
// Analog Comparator initialization // Analog Comparator: Off
// Analog Comparator Input Capture by Timer/Counter 1: Off ACSR=0x80;
SFIOR=0x00;
// ADC initialization
// ADC Clock frequency: 125,000 kHz // ADC Voltage Reference: AVCC pin // ADC Auto Trigger Source: Free Running ADMUX=ADC_VREF_TYPE & 0xff;
ADCSRA=0xA7;
SFIOR&=0x1F;
// SPI initialization // SPI disabled SPCR=0x00;
// TWI initialization // TWI disabled TWCR=0x00;
// Alphanumeric LCD initialization // Connections are specified in the
// Project|Configure|C Compiler|Libraries|Alphanumeric LCD menu:
// RS - PORTD Bit 0 // RD - PORTD Bit 1 // EN - PORTD Bit 2 // D4 - PORTD Bit 3 // D5 - PORTD Bit 4 // D6 - PORTD Bit 5 // D7 - PORTD Bit 6 // Characters/line: 16 lcd_init(16);
while (1) {
// Place your code here temp=read_adc(0);
sprintf(buf,"%d ",temp);
lcd_gotoxy(0,0);
lcd_puts(buf);
delay_ms(100);
} }
Program diatas akan membuat menerima data yang dikirimkan melalui PA.0 dan manampilkannya melalui LCD yang terhubung ke PORTC uC ATMega8535.
Dengan program di atas, maka akan tampil nilai temperatur yang dideteksi oleh sensor temperatur. Dengan demikian maka rangkaian ini telah berfungsi dengan baik.
Pada tabel 4.2 berikut akan ditampilkan data yang di-output-kan oleh Mikrokontroller untuk variasi suhu yang terukur yang diterima sensor, yang dihitung dengan cara yang sama seperti di atas.
4.5. Pengujian rangkaian RTC DS-1307
Pengujian rangkaian RTC DS-1307 dilakukan dengan memberi perintah pengambilan data dari RTC ds1307 dengan komunikasi jalur data I2C melalui mikrokontroller. Berikut adalah listing programnya
#include <mega8535.h>
#include <delay.h>
#include <alcd.h>
#include <stdio.h>
#include <i2c.h>
#include <ds1307.h>
void main(void) {
i2c_init();
// DS1307 Real Time Clock initialization // Square wave output on pin SQW/OUT: Off // SQW/OUT pin state: 0
Tabel 4.2 Data Konversi ke Bilangan Digital Dari Output Sensor Suhu terukur (°C) Output LM35 Tampilan Display
27 270 miliVolt 027
28 280 miliVolt 028
29 290 miliVolt 029
30 300 miliVolt 030
31 310 miliVolt 031
32 320 miliVolt 032
33 330 miliVolt 033
rtc_init(0,0,0);
rtc_set_time(12,30,00); //fungsi untuk melakukan setting pada RTC DS-1307 pertama kali
while(1) {
rtc_get_time(&h,&m,&s);
` lcd_gotoxy(0,0);
sprintf(buf,"Waktu :%02u:%02u:%02u",h,m,s);
lcd_puts(buf);
} }
Program diatas memiliki fungsi untuk melakukan set waktu pada DS-1307 kemudian secara berulang-ulang mengambil data dari ds-1307 secara real time.Untuk menguji hasil dari program yang telah di buat apakah berfungsi, maka mikrokontroller dihubungkan dengan LCD 16 x 2 .berikut rangkaian nya
Gambar 4.2 Rangkaian mikro, ds1307 dan lcd
Setelah program di masukkan ke mikrokontroller dan dijalankan, maka pada LCD mucul waktu sesuai dengan waktu yang dimasukkan ke dalam program pertama
kali, yaitu jam 12.30.00, sehingga dapat dikatakan bahwa rangkaian mikro dengan RTC DS-1307 sudah dapat berfungsi dengan baik.
4.1. Pengujian Rangkaian Kipas
Dalam simulasi ini, Kipas menggunakan kipas dc 12 volt, agar mikrokontroller sebagai pengendali kecepatan kipas tidak mengalami beban arus dikarenakan untuk mengendalikan kipas memerlukan tegangan 12 volt dc sedang mikro hanya dapat mengeluarkan nilai PWM dalam rentang 0-5 V, maka dibutuhkan IC driver seperti L293 untuk menanganinya, IC driver L293 memiliki kemampuan menggerakakkan motor dc sampai 2A dan tegangan maksimal 20 Volt. Pin Enable yang dihubungkan dari output timer mikro ke ic l293 dapat mengendalikan variasi kecepatan putar kipas dengan pwm
No Nilai pwm OCR Tegangan kipas (volt)
1 5 0,7
2 10 0,723
3 20 1,281
4 30 1,782
5 40 2,271
6 50 2,78
7 60 3,22
8 70 3,68
9 80 4,11
10 90 4,54
11 100 4,94
12 110 5,38
13 120 5,76
14 130 6,18
15 140 6,57
16 150 6,93
17 160 7,31
18 170 7,67
19 180 8,03
20 190 8,38
21 200 8,73
22 210 9,07
23 220 9,40
24 230 9,73
25 240 10,08
26 250 10,38
27 255 10,40
4.2. Pengujian Rangkaian Led
Dalam penelitian ini, perangkat lunak yang digunakan untuk mengendalikan kecerahan/intensitas led dibuat dalam bahasa c menggunakan fasilitas pwm pada mikrokontroller, output PWM dari mikro dihubungkan ke IC 293 agar mikro tidak terbebani. Led yang digunakan memiliki tegangan maksimal 3,3 Volt, oleh karena itu, nilai PWM yang diberikan tidak sampai maksimal, karena dalam kondisi maksimal (5 Volt), maka led akan melebihi tegangan dan akan putus.
No Nilai pwm OCR Tegangan led (volt)
1 5 0,1
2 10 0,244
3 20 0,47
4 30 0,700
5 40 0,926
6 50 1,03
7 60 1,38
8 70 1,6
9 80 1,81
10 90 2,05
11 100 2,2
12 110 2,4
13 120 2,713
14 130 2,93
15 140 3,16
16 145 3,276
4.3.Pengujian Keseluruhan Sistem
Pengujian sistem secara keseluruhan ini dilakukan dengan menggabungkan semua peralatan ke dalam sebuah sistem yang terintegrasi. Tujuannya untuk mengetahui bahwa rangkaian yang dirancang telah bekerja sesuai yang diharapkan, lalu diberi arus melalui rangkaian power supply, keluaran dari power supply berupa tegangan sebesar 5 volt diteruskan ke rangkaian system minimum, sensor dan output .
Data hasil pengukuran dan grafik dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Pada data ini terdapat perbedaan antara data yang didapat dari nilai yang tertera dengan data yang dihasilkan oleh alat.
No Pendeteksian Pir
Pendeteksian photodioda
Jumlah orang
Vout kipas (volt)
status kipas
Jam Vout led (volt)
status led 1 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
1 0,7 Tidak berputar
13.00 0 mati 2 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
2 1,281 Tidak berputar
14.00 0 mati 3 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
3 1,782 Tidak berputar
15.00 0 mati 4 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
4 2,271 Tidak berputar
16.00 0 mati 5 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
6 3,22 slow 17.00 0 mati
6 Terdeteksi Tidak terdeteksi
7 3,68 slow 17.30 1,5 Sangat redup 7 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
10 4,54 slow 17.40 1,7 redup 8 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
11 4,94 slow 18.00 1,8 redup
9 Tidak
Terdeteksi
terdeteksi 10 4,54 slow 18.15 1,9 Agak terang 10 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
11 4,94 slow 18.30 2,0 Agak terang 11 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
12 5,38 slow 18.40 2,3 Agak terang 12 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
13 5,76 medium 18.50 2,8 terang 13 Tidak
Terdeteksi
terdeteksi 12 5,38 medium 19.00 2,8 terang 14 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
13 5,76 medium 20.00 2,8 terang 15 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
15 6,57 medium 00.00 2,8 terang 16 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
16 6,93 medium 03.00 2,8 terang 17 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
17 7,31 medium 04.00 2,8 terang 18 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
19 8,03 high 05.00 2,8 terang 19 Terdeteksi Tidak 20 8,38 high 05.15 2,8 terang
terdeteksi 20 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
21 8,73 high 05.30 2,3 Agak terang 21 Tidak
Terdeteksi
terdeteksi 20 8,38 high 05.45 2,1 Agak terang 22 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
21 8,73 high 06.00 1,8 redup 23 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
22 9,07 high 06.15 1,6 redup 24 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
23 9,40 high 06.30 1,4 redup 25 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
24 10,08 high 06.40 1,2 Sangat redup 26 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
26 10,38 high 06.50 1,1 Sangat redup 27 Terdeteksi Tidak
terdeteksi
27 10,40 high 07.00 0,7 mati