• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang ada di dunia yang dihuni oleh masyarakat yang bersifat majemuk.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang ada di dunia yang dihuni oleh masyarakat yang bersifat majemuk."

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan salah satu negara yang ada di dunia yang dihuni oleh masyarakat yang bersifat majemuk. Kemajemukan tesebut disebabkan oleh adanya perbedaan suku, ras, agama, bahasan dan Golongan yang sangat beragam.

Kemajemukan tersebut dapat menyebabkan munculnya sebuah konflik sosial dalam masyarakat. Karena masing-masing dari budaya tersebut memiliki ciri khasnya sendiri. Jika ada salah satu Golongan yang belum terbiasa dengan salah satu Golongan lainnya dengan budaya yang berbeda dengan mereka, maka hal tersebut lah yang dapat menyebabkan munculnya fenomena jarak sosial dalam kehidupan sosial masyarakat.

Di Indonesia sendiri memiliki berbagai macam suku, agama, ras, bahsa dan budaya. Yang dimana pada dasarnya memang setiap culture memiliki ciri khasnya masing-masing. Para sosiolog berpendapat bahwa banyak faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya jarak sosial. Salah satu contohnya adalah seperti faktor perbedaan antar suku, agama, ras, bahasa dan budaya. Salah satu contoh konflik nyata yang terjadi di Indonesia akibat perbedaan latar belakang budaya tersebut adalah seperti fenomena jarak sosial dalam masyarakat baik antar individu maupun kelompok. (Damanik, 2016)

Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial dikarenakan mereka tidak dapat hidup sendiri dalam menjalani proses keberlangsungan hidupnya. Sehingga, setiap manusia perlu menjalin sebuah hubungan sosial dengan individu lainnya, baik antar individu dengan individu, individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan kelompok. Hubungan sosial dapat terjalin dengan baik apabila setiap individu dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitarnya.

Interaksi sosial yang kurang baik sering kali menimbulkan adanya konflik sosial dalam masyarakat. Dalam setiap konflik yang terjadi dalam kehidupan masyarakat ada beberapa konflik yang dapat diselesaikan, akan tetapi juga ada konflik yang tidak dapat diselesaikan dengan baik bahkan konflik tersebut masih berlangsung dalam kurun waktu yang lama. Jika prasangka-prasangka negatif

(2)

2 tersebut dibiarkan terlalu lama, maka akan menimbulkan adanya permasalahan baru seperti jarak sosial yang harus segera diselesaikan. (Pamuji, 2020)

Jarak sosial menurut Doob (dalam Herdayani, 2021)merupakan sebuah perasaan tertentu yang dapat memisahkan tiap individu atau sebuah kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lainnya dengan suatu tingkat penerimaan tertentu (terhadap identitas-identitas yang melekat pada kelompok lainnya tersebut). Sedangkan menurut Chaplin (dalam Amanda and Mardianto, 2017) jarak sosial adalah sebuah derajat yang berfungsi untuk melihat sejauh mana seorang individu maupun suatu kelompok menunjukkan perbedaan mereka dengan individu atau kelompok yang lainnya yang didasarkan atas adanya perbedaan unsur kebudayaan.

Seperti yang telah dijelaskan oleh Sears, dkk (1994) bahwa apabila terdapat dua etnis dalam suatu wilayah dan mereka tidak berbaur akrab, maka kemungkinan terdapat adanya prasangka dalam wilayah tersebut cukup besar. Sebaliknya, sebuah prasangka juga dapat menyebabkan munculnya sebuah jarak sosial.

Semakin besar suatu prasangka yang timbul, maka akan semakin besar juga jarak sosial yang terjadi. (dalam Amanda dan Mardianto, 2017). Johnson (dalam Alfandi, 2013) menjelaskan bahwa prasangka merupakan sebuah sikap yang didasarkan atas sebuah kesalahan generalisasi yang diekspresikan melalui perasaan. Pada dasarnya, prasangka sosial merupakan sebuah sikap yang bersifat negatif, yang lama-lama dapat menyebabkan munculnya sikap diskriminatif terhadap individu maupun kelompok lainnya yang memiliki perbedaan latar belakang budaya dengan orang yang melakukan prasangka sosial tersebut. (dalam Dita Prasanti, 2018)

Prasangka-prasangka tersebut biasanya cenderung bersifat negatif dan dapat berupa seperti memandang kelompok lain memiliki sifat tidak baik untuk diajak berteman, kurang cocok untuk diajak berteman, hingga menganggap rendah kelompok yang lainnya. Dalam kehidupan sosial, setiap individu pasti memiliki perbedaan baik dari unsur kepentingan, kemauan, etnis, budaya, tujuan dan lain sebagainya. Hal ini memiliki keterkaitan dengan pendapat dari Poortiga (Liliweri, 2001) yang menyebutkan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan

(3)

3 terjadinya jarak sosial dalam masyarakat, yaitu prasangka, stereotip, dan diskriminasi (dalam Verawati dan Salim, 2018).

Gundykunst (Lilweri, 2005) menjelaskan bahwa sebuah sikap prasangka dapat muncul karena disebabkan oleh adanya kelompok lain yang memiliki latar belakang budaya yang berbeda dengan kelompok yang lainnya serta adanya sebuah kelompok dengan etnik atau ras lain yang tidak mampu membaur serta beradaptasi dengan baik dengan lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, prasangka sosial dapat membuat seseorang atau sekelompok orang tertentu memiliki kecenderungan untuk mengambil jarak bahkan menjauhi seseorang dan tidak memiliki hubungan sosial yang erat dengan orang lain terutama dalam hal bersosialisasi ataupun berkomunikasi dengan orang lain dengan baik yang mana hal tersebut dapat menyebabkan suatu kecenderungan untuk merugikan (Susanti, 2020).

Prasangka sosial dapat menyebabkan orang lain atau sekelompok orang lainnya lupa akan hal persamaan dan kesamaan hak. Prasangka sosial dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang tertentu memandang orang lain serta menganggap orang lain buruk secara tidak rasional. Prasangka sosial juga dapat menyebabkan seseorang atau sekelompok orang berpikir, bertindak, memiliki persepsi atau pemikiran dengan cara menjauhi seseorang atau bahkan menjauhi seseorang bukan mendekati orang lain. Prasangka sosial dapat disebabkan dari berbagai macam faktor. Salah satunya contohnya adalah seperti akibat adanya perbedaan latar belakang budaya antar budaya yang satu dengan yang lainnya (Yunus, Nasir dan Samsudin, 2020).

Perbedaan tersebut dapat berupa perbedaan dalam bentuk aspek kehidupan sosial, tingkah laku, kepribadian yang ada dalam masyarakat, cara berkomunikasi, kepercayaan, dan lain sebagainya. Hal-hal tersebutlah yang dapat menimbulkan adanya jarak sosial dalam kehidupan sosial masyarakat. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa prasangka sosial yang ada akibat dilatarbelakangi oleh adanya perbedaan budaya dapat menyebabkan atau memicu terjadinya konflik sosial seperti jarak sosial. Salah satu contoh kasus yang peneliti angkat mengenai permasalahan jarak sosial yaitu permasalahan mengenai Jarak Sosial Di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus Kehidupan Sosial Mahasiswa Kalimantan dan

(4)

4 Mahasiswa Jawa Di Lingkungan Perumahan Puri Bunga Kota Malang). Peneliti mengangkat kasus tersebut dikarenakan Pulau Kalimantan dan Pulau Jawa tentunya memiliki culture yang sangat berbeda. Mulai dari segi gaya hidup, bahasa, kebiasaan, pola komunikasi, adat-istiadat, kepercayaan, kepribadian masyarakatnya dan lain sebagainya. Sehingga dalam kehidupan seharinya juga berbeda. Apabila salah satu lapisan masyarakat tersebut tidak dapat beradaptasi dengan lingkungan barunya yang memliki kebudayaan dengan lingkungan aslinya, maka hal tersebut juga dapat menyebabkan terjadinya jarak sosial antar masyarakat.

Magnis Suseno mendefinisikan yang dimaksud dengan orang Jawa adalah orang yang berbahasa Jawa, cara berpikirnya masih berasal dari di daerah pedalaman Jawa, serta secara tidak langsung masih berusaha untuk hidup atas dasar ajaran agama islam (Suseno, 1985). Dalam kata lain, dapat disimpulkan bahwa masyarakat Jawa merupakan masyarakat yang kesatuan hidupnya saling berinteraksi berdasarkan pada suatu sistem adat istiadat, sistem budaya dan sistem norma yang bersifat kontiyu serta terikat oleh sebuah rasa identitas milik bersama yaitu orang Jawa(Suseno, 1985).

Kepribadian masyarakat Jawa merupakan ciri-ciri watak masyarakat yang bersifat konsisten, yang mana kepribadian masyarakat Jawa tersebut lebih mengarah kepada suatu identitas masyarakat yang khusus. Kepribadian masyarakat Jawa dapat digolongkan ke dalam kepribadian timur yang artinya sangat mementingkan kehidupan yang bersifat kerohaniah. Berdasarkan pandangan Niels Mulder, ia mengatakan bahwa sebagian masyarakat Jawa, mereka masih menerapkan sebuah kebiasaan-kebiasaan yang berbau mistik seperti melaksanakan upacara-upacara untuk persembahan tertentu yang bertujuan untuk dijauhkan dari malapetaka, meminta kelancaran rezeki, meminta keselamatan hidup dan lain sebagainya.

Selain itu pola kehidupan sosial masyarakat Jawa juga sangat dipengaruhi oleh budaya sopan santun dalam berbicara serta selalu berusaha untuk menjaga sikapnya dalam bergaul dengan orang lain. Msyarakat Jawa juga sangat mementingkan asas kekeluargaan dalam kehidupan sosialnya. Masyarakat Jawajuga dinilai memiliki hubungan kekerabatan yang sangat erat serta

(5)

5 menjunjung tinggi sikap gotong-royong dalam aspek kehidupan sosialnya.(Ananda dan Sarwoprasodjo, 2017)

Selain itu, sebagian besar masyarakat Jawa masih termasuk ke dalam Golongan masyarakat yang masih bersifat tradisonal. Masyarakat tradisional merupakan sebuah masyarakat yang dalam kehidupan sehari-harinya masih sangat memegang teguh nilai-nilai dari para leluhurnya yang diwariskan secara turun- menurun dari satu generasi ke generasi berikutnya. Nilai-nilai dari para leluhur tersebut biasanya dapat berupa adat istiadat, tradisi-tradisi, serta norma yang ada dalam kehidupannya. (Tarigan, 2013)

Masyarakat tradisonal biasanya hidup bersama, memiliki hubungan yang sangat erat antar satu dengan yang lainnya, dan saling bekerja sama, serta memiliki sifat-sifat yang juga hampir seragam. Masyarakat Jawa dikatakan sebagian besar merupakan masyarakat tradisional karena dalam kehidupan sosialnya juga memiliki ciri seperti bersifat sangat agamis, lebih mengutamakan kepentingan kelompok dibandingkan kepentingan pribadi, statis, serta dalam kehidupannya memiliki gaya hidup yang cenderung bersifat sederhana dan tidak neko-neko.

Dalam hal ini, gaya hidup mereka tidak terpengaruh dari adanya modernisasi.(Sumartono dan Astuti, 2020)

Sedangkan Masyarakat Kalimantan dapat didefinisikan sebagai sebuah masyarakat yangcenderung sebagian besar dikatakan sebagai masyarakatnya bersifat modern. Hal ini disebabkan karena efek samping dari adanya modernisasi.

Modernisasi merupakan suatu perubahan yang ada dalam masyarakat dari keadaan yang bersifat tradisional menuju masyarakat yang memiliki keinginan untuk maju dalam segala bidang sehingga akan membuat taraf hidupnya meningkat secara drastic.(Hidayat, 2004)

Biasanya dalam gaya hidupnya, masyarakat modern memiliki gaya hidup modern yang membuat pola tingkah laku hingga gaya hidupnya sehari-harinya menyesuaikan dengan perkembangan serta perubahan zaman. Orang Kalimantan dapat dikatakan sebagai masyarakat modern karena juga lebih mementingkan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan bersama, setiap kegiatan yang mereka lakukan tidak lagi dikatkan dengan agama dan kepercayaan turun temurun dari nenek moyang yang ada, serta memiliki bentuk gaya hidup seperti adanya

(6)

6 mobilitas yang tinggi serta padat khususnya bagi mereka yang tinggal di kota dan menganggap bahwa status sosial merupakan sebuah hal yang sangat penting.(Hidayat, 2004)

Di kota-kota besar biasanya hal mengenai status sosial dapat dilihat dari sisi penampilannya serta apa yang digunakannya, contohnya sperti: merk handphone, kendaraan, merk pakaian, merk sepatu, pemilihan tempat makan, dan lain sebagainya. Selain itu juga cenderung memiliki gaya hidup yang instant, artinya gaya hidup yang menginginkan segala sesuatunya dengan cepat. Hal ini, selain disebabkan karena efek dari adanya modernisasi juga disebabkan karena Upah Minimum Provinsi (UMP) di Kalimantan juga cukup besar, sehingga gaya hidup atau taraf hidupnya juga disesuaikan dengan penghasilannya tiap bulan.

Berdasarkan penjelasan di atas, bahwa terdapat banyak perbedaan antara Masyarakat Jawa dengan Masyarakat Kalimantan, baik dari segi budaya, kepercayaan terhadap nilai leluhur yang berlaku hingga gaya hidup. Dampak dari adanya perbedaan budaya antar masyarakat Kalimantan dengan masyarakat Jawa tersebut, dapat menyebabkan terjadinya jarak sosial khususnya dalam kehidupan sosial mahasiswa yang berasal dari Pulau Kalimantan dengan mahasiswa yang berasal dari Pulau Jawa yang ada di Kota Malang.

Salah satu bentuk permasalahan sosial yang peneliti temui dalam kehidupan sosial antar Mahasiswa Jawa dengan Mahasiswa Kalimantan adalah adanya jarak sosial dalam kehidupan sehari-harinya. Hal ini tentu disebabkan karenaMahasiswa Jawa dan Mahasiswa Kalimantan saling memiliki perasaan adanya perbedaan- perbedaan yang mencakup berbagai macam aspek dalam kehidupan sehari- harinya. Sehingga pada akhirnya menyebabkan hubungan sosial yang terjadi membuat Mahasiswa Jawa dan Mahasiswa Kalimantan memiliki jarak sosial.

Peneliti telah melakukan sekilas wawancara kepada beberapa mahasiswa asal Kalimantan. Hasilnya dari beberapa informan mahasiswa yang berasal dari Pulau Kalimantan yang peneliti wawancarai pernah merasa kesulitan untuk berbaur, merasa diasingkan, dan susah untuk memperoleh teman dengan mahasiswa yang berasal dari Pulau Jawa. Sedangkan beberapa informan lainnya yang merupakan mahasiswa yang berasal dari Pulau Jawa pernah merasa kurang sefrekuensi jika berbaur dengan mahasiswa yang berasal dari Pulau Kalimantan.

(7)

7 Hal tersebut disebabkan karena adanya perbedaan bahasa yang digunakan dalam berkomunikasi sehari-hari serta adanya perbedaan dalam bentuk gaya hidupnya. Bahkan ada seorang informan mahasiswa yang berasal dari Pulau Jawa tersebut yang bahkan mengatakan kepada peneliti bahwa ia benar-benar tidak dapat berbaur dengan mahasiswa etnis Kalimantankarena gaya hidupnya yang terlalu boros sehingga ia memilih untuk mengambil jarak bahkan hingga sekarang sudah tidak pernah saling berkabar satu sama lain.

Berdasarkan penjelasan di atas, yang membuat peneliti menganggap bahwa penelitian ini menarik untuk dilakukan adalahkarena peneliti ingin mengamati serta mencari informasi lebih dalam mengenai hal-hal apa saja yang menjadi faktor penyebab munculnya fenomena jarak sosial khusnya dalam aspek kehidupan sosial antar Mahasiswa Kalimantan dengan Mahasiswa Jawa yang ada di Kota Malang.

Serta melihat bagaimana fenomena prasangka sosial sehingga menimbulkan adanya jarak sosial yang terjadi dalam kehidupan sosial antar Mahasiswa Kalimantan dengan Mahasiswa Jawa yang ada di Kota Malang berdasarkan realita yang ada. Selain itu pembahasan mengenai permasalahan jarak sosial antar Mahasiswa Jawa dan Kalimantan belum pernah dikaji atau dijadikan sebagai topik permasalahan oleh peneliti sebelumnya.

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana bentuk jarak sosial di kalangan mahasiswa antar daerah khususnya dalam aspek kehidupan sosial mahasiswa antar daerah Kalimantan dan Jawa di Kota Malang?

b. Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan terjadinya jarak sosial dalam aspek kehidupan sosial mahasiswa antar daerah khususnya Mahasiswa Kalimantan dan Mahasiswa Jawa di Kota Malang.

1.3 Tujuan Peneltian

a. Untuk mengetahui bentuk fenomena jarak sosial di kalangan mahasiswa khususnya dalam aspek kehidupan sosial mahasiswa antar daerah Kalimantan dan Jawa di Kota Malang.

b. Untuk mengetahui Faktor-faktor apa saja yang dapat menyebabkan munculnya fenomena fenomena jarak sosial khususnya dalam aspek

(8)

8 kehidupan sosial mahasiswa antar daerah Kalimantan dan Jawa di Kota Malang.

1.4 Manfaat Penelitan 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dalam praktek Jarak Sosial Di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus Kehidupan Sosial Mahasiswa Kalimantan dan Mahasiswa Jawa Di Lingkungan Perumahan Puri Bunga Kota Malang) serta memperkaya konsep dan teori yang akan dikaji dalam penelitian ini yaitu teori labeling oleh Edwin M. Lemert.

2. Manfaat Praktis a. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan mengenai faktor apa saja yang dapat menyebabkan munculnya fenomena jarak sosialdan dapat mengetahui dampak apa saja yang dapat diakibatkan dari adanya fenomena jarak sosialkhususnya dalam aspek kehidupan sosial mahasiswa antar daerah yang ada di Kota Malang.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

1. Hasil dari penilitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai penambah wawasan bagi peneliti selanjutnya yang akan mengkaji permasalahan yang berkaitan dengan penelitian ini.

2. Hasil dari penilitian ini diharapkan dapat menjadi bahan perbandingan dalam penelitian dan pembahasan bagi peneliti selanjutnya yang akan meneliti permasalahan serupa.

1.5 Definisi Konseptual 1.5.1 Jarak Sosial

Jarak sosial menurut Doob (Liliweri, 2005) merupakan sebuah perasaan tertentu yang dapat memisahkan tiap individu atau sebuah kelompok masyarakat dengan kelompok masyarakat yang lainnya dengan suatu tingkat penerimaan tertentu (terhadap identitas-identitas yang melekat pada kelompok lainnya tersebut). Munculnya fenomena Jarak sosial tersebut juga dapat menyebabkan munculnya tindakan diskriminasi serta tindakan stereotip yang

(9)

9 awalnya berasal dari adanya suatu prasangka. Hal ini memiliki keterkaitan dengan pendapat dari Poortiga yang menyebutkan bahwa terdapat tiga faktor yang dapat menyebabkan terjadinya jarak sosial dalam masyarakat, yaitu prasangka, stereotip, dan diskriminasi.Jarak sosial memiliki beberapa pendekatan sebagai berikut:

1. Jarak sosial afektif 2. Jarak sosial normative 3. Jarak sosial interaktif.

Ketiga pendekatan tersebut dapat dipandang sebagai kemungkinan dimensi dari konsep jarak sosial yang tidak saling tumpang tindih satu sama lain.

Anggota dari dua kelompok yang berbeda mungkin cukup sering berinteraksi satu sama lain, namun tidak selalu berarti bahwa mereka akan merasa "dekat"

dengan satu sama lain. Secara normatif mereka akan menganggap satu sama lain sebagai anggota kelompok yang sama. (Verawati dan Salim, 2018)

1.5.2 Kalangan Mahasiswa

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Mahasiswa merupakan seseorang yang sedang menuntut ilmu di Perguruan Tinggi. Mahasiswa dinilai mempunyai tingkat intelektualitas yang tinggi, kerencanaan dalam bertindak serta kecerdasan dalam cara berpikir. Bertindak dengan cepat serta berpikir dengan kritis merupakan sifat yang biasanya melekat pada masing-masing individu dari setiap mahasiswa. Mahasiswa dikategorikan berada pada tahap perkembangan yang berusia antara 18 tahun sampai 25 tahun.

1.5.3 Kehidupan Sosial

Kehidupan sosial merupakan kehidupan yang ada dalam masyarakat yang di dalamnya terdapat unsur-unsur sosial. Sebuah kehidupan dapat dikatakan sebagai kehidupan sosial pabila dalam kegiatan yang dilakukan antar individu yang satu dengan individu lainnya terdapat sebuah interaksi dan komunikasi yang mana hal tersebut kemudian dapat membuat masing-masing individu merasa saling membutuhkan satu sama lain dalam aspek kehidupan sosialnya.

Aspek-aspek kehidupan sosial terdiri atas:

a. Aspek Ekonommi

(10)

10 Aspek ekonomi merupakan sebuah aspek yang membahas mengenai berbagai macam hal yang berkaitan dengan unsur-unsur ekonomi.

b. Aspek Budaya

Aspek budaya merupakan cara hidup dan berkembang, serta dimiliki oleh sebuah kelompok masyarakat. Aspek budaya biasanya meliputi adat istiadat, agama, kebiasaan dan lain sebagainya.

c. Aspek Politik

Aspek politik merupakan sebuah aspek geografi sosial yang berkaitan dengan segala macam hal yang memiliki unsur politik.

d. Aspek Sosial

Aspek sosial merupakan sebuah aspek yang berkaitan dengan unsur- unsur sosial, politik, budaya tradisi, adat-istiadat, kelompok masyarakat, komunitas, dan lembaga-lembaga sosial. (Yunus, Nasir dan Samsudin, 2020)

1.6 Metode Peneltian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Pendekatan penelitian yang saya gunakan dalam penelitian ini adalah dengan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian kualitatif deskriptif.

Dimana penelitian kualitatif ini tidak bertujuan mengkaji kebenaran dari suatu teori, melainkan untuk mengembangkan teori yang telah ada dengan mengumpulkan data-data yang telah tersedia. Menurut Moleong, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk memahami suatu fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek. Contohnya adalah seperti perilaku, motivasi, tindakan, dan lain-lain dengan cara dideskripsikan dalam bentuk kalimat, dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah. (Herdayani, 2021)

2. Lokasi Penelitian

Dalam penelitian ini, saya melakukan penelitian di beberapa asrama mahasiswa (student dormitory) yang berada di dalam lingkungan Perumahan Puri Bunga yang berlokasi di Jl. Simpang Candi Panggung Kav.17, Kel.

Tunggulwulung, Kec. Lowokwaru, Kota Malang, Jawa Timur. Alasan saya memilih lokasi penelitian tersebut adalah:

(11)

11 a. Lokasi Perumahan Puri Bunga tersebut sangat cocok dijadikan lokasi

untuk mencari sumber data yang dibutuhkan oleh peneliti sesuai dengan topik pembahasan yang diangkat.

b. Di sekitar lingkungan Perumahan Puri Bunga terdapat banyak asrama mahasiswa (student dormitory) yang dihuni oleh mahasiswa yang berasal dari daerah yang berbeda-beda. Khususnya mahasiswa yang berasal dari daerah Kalimantan dan Pulau Jawa.

3. Subjek Penelitian

Subjek yang dijadikan sebagai sumber untuk mencari kelengkapan data disesuaikan dengan topik pembahasan yang diangkat oleh penulis. Subjek tersebut juga dipilih dikarenakan dianggap cocok dijadikan narasumber dengan kriteria-kriteria tertentu yang berkaitan dengan topic pembahasan yang penulis angkat. Maka dari itu subjek penelitian yang dianggap tepat untuk dijadikan narasumber adalah para mahasiswa yang berasal dari Kalimantan dan para mahasiswa yang berasal dari Jawa khususnya yang sedang menempuh pendidikan perguruan tinggi di Kota Malang dengan memiliki kriteria sebagai berikut:

a. Mahasiswa Kota Malang.

b. Bersedia menjadi responden penelitian.

c. Merasa pernah di asingkan, susah memperoleh teman, susah berbaur dengan orang lain, kurang sefrekuensi dsb (sebagai informan kunci).

d. Merupakan Mahasiswa Jawa atau Mahasiswa Kalimantan (sebagai informan kunci).

e. Informan yang berstatus sebagai kalangan pendatang (sebagai informan pendukung)

4. Teknik Menentukan Subjek

Teknik yang digunakan untuk menentukan subjek penelitian adalah dengan menggunakan purposive sampling, yaitu penentuan subjek penelitian didasarkan atas tujuan peneliti dalam mengungkapkan masalah yang diangkat dalam penelitian. (Sugiyono, 2007)Subjek penelitian ditentukan berdasarkan orang yang dianggap paling tahu tentang informasi yang dibutuhkan dalam

(12)

12 penelitian, sehingga akan memudahkan peneliti dalam mencari data. (Amna, 2018)

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik yang dilakukan untuk pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

a. Wawancara, Nazir mendefinisikan bahwa wawancara merupakan sebuah proses untuk memperoleh data dalam penelitian yang dilakukan dengan cara tanya Jawab dengan bertatap muka antar pewawancara dengan responden. (Yunus, Nasir dan Samsudin, 2020). Dalam teknik ini, peneliti menggunakan teknik wawancara yang memuat sejumlah daftar pertanyaan untuk memperoleh data yang dibutuhkan. Wawancara ini akan diajukan kepada mahasiswa yang berasal dari Pulau Kalimantan dan Pulau Jawa.

b. Dokumentasi, dokumentasi merupakan sebuah cara yang dilakukan untuk memperoleh sebuah data dan informasi yang berbentuk buku, dokumen, arsip, serta gambar yang berupa laporan serta keterangan yang berguna untuk mendukung sebuah penelitian.

Dalam penelitian ini dokumen pendukung yang saya gunakan untuk menambah pengumpulan data pada penelitian ini bersumber dari jurnal dan buku-buku yang berkaitan dengan judul penelitian yang saya angkat. Sehingga, diperoleh data-data yang dapat dipertanggung Jawabkan kebenarannya. (Ayu, 2017)

c. Observasi, observasi merupakan sebuah kegiatan yang dilakukan dalam pelaksanaan pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempehatikan kondisi lapangan disesuaikan dengan topik permasalahan yang diangkat dalam suatu penelitian. Observasi dilakukan dengan melakukan pengamatan secara langsung. Dalam kegiatan ini, peneliti melakukan observasi mengenai bagaimana kondisi kehidupan sosial yang ada di dalam asrama mahasiswa (student dormitory) tersebut terutama yang dihuni oleh mahasiswa yang berasal dari berbagai macam daerah, khususnya antar

(13)

13 mahasiswa yang berasal dari Pulau Kalimantan dan mahasiswa yang berasal dari Pulau Jawa. (Ayu, 2017)

6. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian ini, berupa analisis yang bersifat deskriptif. Analisis deskriptif kualitatif adalah cara analisis yang cenderung menggunakan kata-kata untuk menjelaskan (descrable) fenomena ataupun data yang didapatkan. Teknik yang digunakan adalah menggunakan model analisis data interaktif Milers, Huberman dan Saldana.(2004) Data yang telah dikumpulkan oleh peneliti selanjutnya dijabarkan dalam bentuk kata dan kalimat secara sistematis dan objektif kemudian diberikan kesimpulan. Adapun langkah-langkah dalam teknik analisis data kualitatif ini adalah:

a. Pengumpulan Data

Pengumpulan data yang dilakukan adalah dengan menggunakan teknik observasi, wawancara, serta dengan melakukan studi pustaka.

Sumber tambahan yang penulis gunakan guna menambah data adalah jurnal serta buku-buku yang berkaitan dengan penelitian yang saya lakukan.

b. Reduksi Data

Reduksi data merupakan sebuah proses seleksi, pengabstrakan, pemfokusan, serta transformasi data mentah yang ada di lapangan yang kemudian akan disusun dengan secara sistematis. Dengan demikian, reduksi data mulai dilakukan sejak peneliti memfokuskan lokasi penelitian. Dengan demikian, data yang sudah di reduksi akan menghasilkan gambaran yang lebih jelas lagi dan akan membuat peneliti menjadi semakin mudah untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya.

c. Penyajian Data

Penyajian data biasanya dapat dilakukan dengan menyusun berbagai informasi yang telah didapatkan untuk memberikan kemungkinan adanya penarikan suatu kesimpulan. Penyajian data ini, dilakukan dengan memperhatikan dan melihat semua data yang telah dikumpulkan selama melakukan penelitian yang berkaitan dengan

(14)

14 judul permasalahan yang penulis angkat, yaitu mengenai Jarak Sosial Di Kalangan Mahasiswa (Studi Kasus Kehidupan Sosial Mahasiswa Kalimantan dan Mahasiswa Jawa Di Lingkungan Perumahan Puri Bunga Kota Malang). Data-data yang telah diperoleh tadi, kemudian akan diolah berdasarkan kajian-kajian teori sosiologi yang telah dikemukakan untuk memberikan gambaran secara jelas. Seluruh data yang telah diperoleh tadi, kemudian akan dijadikan menjadi satu oleh peneliti hingga menemukan kesimpulannya. (Dita Prasanti, 2018) d. Penarikan Kesimpulan dan Verifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi dalam tahap pengumpulan data, biasanya peneliti harus tanggap dan paham terhadap apa yang ia teliti secara langsung di lapangan dengan menyusun pola sebab-akibat.

Menurut Miles dan Huberman, kesimpulan tersebut masih bersifat sementara dan akan mengalami perubahan apabila ditemukan untuk pengumpulan data selanjutnya. Proses untuk mendapatkan bukti-bukti tersebutlah yang disebut dengan proses verifikasi.

Teknik analisis data oleh Miles, Huberman dan Saldana.

Sumber: Miles dan Huberman (Miles, Huberman dan Saldana, 2014: 14)

1.7 Pengecekan Keabsahan Data Pengumpulan Data

Reduksi Data

Penyajian Data

Kesimpulan-kesimpulan Penarikan / Verifikasi

(15)

15 Pengecekan validitas data dalam penelitian ini merupakan tahapan yang sangat penting guna meyakinkan orang lain dan menjamin bahwa penlitian yang dilakukan ini benar-benar valid. Teknik yang digunakan untuk memperoleh validitas data dilakukan dengan cara sebagai berikut:

a. Triangulasi, merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dari luar data untuk keperluan pengecekan atau pembanding terhadap data sederajat. (Herdayani, 2021) Teknik ini peneliti membandingkan antara hasil wawancara yang satu dengan hasil wawancara lainnya. Khususnya hasil wawancara yang dilakukan kepada mahasiswa yang berasal dari berbagai macam daerah khususnya daerah Kalimantan dan Jawa yang ada di Kota Malang.

Referensi

Dokumen terkait

• Ho1: Konsep produk dalam bauran pemasaran jasa tidak berpengaruh terhadap keputusan memilih Perguruan Tinggi. • Ho2: Konsep harga dalam

(New York: Springer, 2010), 93.. melibatkan emosi, perasaan, imajinasi dan persepsi atas kenyataan yang ada. Kreativitas, inovasi dan kesungguhan dalam mengonseptualisasi semua

2) Para ulama menyatakan, dalam kenyataan banyak orang yang mempunyai harta namun tidak mempunyai kepandaian dalam usaha memproduktifkannya; sementara itu, tidak

Pantai Pulau Bengkalis bagian Barat yang mengalami laju abrasi dan akresi paling tinggi pada kurun waktu tahun 1988 – 2014 .... Laju perubahan garis pantai Pulau Bengkalis bagian

Metode laihan ladder drill merupakan metode latihan yang memiliki unsur keseimbangan, daya tahan otot, kekuatan, kecepatan kaki dan koordinasi yang sangat

Dalam upaya melestarikan cerita rakyat Indonesia maka timbullah sebuah ide untuk merancang Interior Museum Cerita Rakyat Jawa dan Bali di Bandung dengan dasar metode

Di sisi lain, jaringan/relasi guru dengan orangtua berdasarkan penelitian ini baru sekedar relasi administratif, belum dijadikan sebagai modal (sosial) penting yang bisa

Didalam dunia pendidikan banyak sekali cara yang digunakan untuk menyampaikan pendidikan itu sendiri. Salah satu cara yang bisa digunakan adalah dengan melihat karya