Buku ini akan menjelaskan tentang berbagai teori belajar yang bersifat deskriptif dan upaya pembelajaran yang bersifat preskreptif dilandasi berbagai pendekatan. Jenis teori belajar yang dikaji meliputi: teori belajar menurut pandangan behaviorisme, kognitif, konstruktivisme, dan humanisme serta teori pengolahan informasi dalam struktur memori manusia dan dilanjutkan upaya pembelajaran yang berpijak pada masing-masing teori belajar. Menjelaskan azas dan prinsi p belajar dan pembelajaran serta faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran. P emanfaatan sumber belajar baik yang didesain maupun non desain untuk kepentingan pembelajaran. Berbagai contoh dan analisis praktek pembelajaran. P emahaman karakteristik internal peserta didik dari aspek perkembangan kognitif dan fisiologis, serta sosio-emosionalnya dan upaya pembelajaranya. Analisis kasus praktek pembelajaran dengan harapan dapat dijadikan bekal bagi para mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu P endidikan yang dipersiapkan untuk menjadi pen didik dan pemikir pendidikan yang professional. Sedangkan bagi para guru, buku ini akan membantu mereka untuk meningkatkan mutu pendidikan dengan menganalisis teori-teori belajar dan landasan filosofisnya, mengembangkan bentuk pembelajaran yang berpijak pada berbagai pandangan tentang teori belajar, memanfaatkan sumber belajar dalam pembelajaran, dan menganalisis kasus dalam pembelajaran.
PENDIIDKAN DAN PEMBELAJARAN Iswadi, M.Pd
PENDIDIKAN DAN
PEMBELAJARAN
Iswadi, M.Pd.
Iswadi, M.Pd.
Hak Cipta ©2019 Iswadi, M.Pd.
Diterbitkan oleh : CV. Bunda Ratu
E-mail : [email protected]
Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak sebagian atau seluruh isi buku ini dalam bentuk apa pun, baik secara elektronik maupun mekanik, termasuk memfotokopi, merekam, atau dengan menggunakan sistem penyimpanan lainnya, tanpa izin tertulis dari Penerbit.
UNDANG-UNDANG NOMOR 19 TAHUN 2002 TENTANG HAK CIPTA
1. Barang siapa dengan sengaja dan tanpa hak mengumumkan atau memperbanyak suatu ciptaan atau memberi izin untuk itu, dipidana dengan pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).
2. Barang siapa dengan sengaja menyiarkan, memamerkan, mengedarkan, atau menjual kepada umum suatu ciptaan atau barang hasil pelanggaran Hak Cipta atau Hak Terkait sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Penerbit CV. Bunda Ratu 1 jil.,14,8 x 21 cm, 281 hal.
ISBN : 978-623-91247-2-4
Perpustakaan Nasional : Katalog dalam Terbitan (KDT) 1. Pendidikan 2. Pendidikan dan Pembelajaran
PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN
Iswadi, M.Pd.
Puji Syukur kita persembahkan kepada Allah SWT dengan limpahan Rahmat dan petunjuk-Nyalah kita masih diberikan sedikit ilmu yang dapat berguna bagi Agama, Bangsa dan seluruh umat manusia. Tak lupa selawat beriring salam kita haturkan kepada junjungan kita NABI besar Muhammad SAW yang telah membimbing umat manusia dari alam kebodohon kealam yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
D e n g a n p e n u h S e m a n g a t d a n p e r j u a n g a n a k h i r n y a P e n u l i s b i s a menyelesaikan buku Pendidikan dan Pembelajaran dengan harapan dapat dijadikan bekal bagi para Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan untuk menyelesaikan studinya.
Kehadiran Buku ini Akan menambah dan melengkapi khasanah buku nasional yang telah ada dengan informasi dan metode penyampaian lebih Muktakir dan terkini , penyebaran buku Pendidikan dan Pembelajaran Telah menyebar keseluruh Perguruan Tinggi di Indonesia sehingga sangat tepat buku ini dijadikan sebagai panduan dan pegangan bagi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan untuk menyelesaikan studi nya
Penulis Berkeinginan mengucapkan terima kasih yang tulus kepada semua pihak yang telah mendukung terciptanya Buku Pendidikan dan Pembelajaran , Semoga buku ini mampu memberikan manfaat yang berarti bagi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Dalam rangka mennyelesaikan Studinya masing-masing. Penulis turut berdo’a agar Buku ini dapat berguna bagi semua Pembaca, Insyaallah Penulis akan mempertahankan ilmu yang berguna yang telah Penulis dapatkan dan dapat Penulis transfer melalui Buku ini.
Akhirnya dengan segala kerendahan hati Penulis mohon maaf lahir batin jika dalam Buku Pendidikan dan Pembelajaran ini terdapat kekurangan serta kekeliruan untuk perbaikan dikemudian hari, semua saran dan kritik yang membangun semangat, Penulis terima dengan terbuka.
Jakarta Penulis,
Iswadi, M. Pd
Kata Pengantar ... iii Daftar Isi ... v Bab 1 Makna Belajar dan Pembelajaran ... 1 Bab 2 Azas dan prinsip Belajar dan Pembelajaran .... 44 Bab 3 Teori Belajar menurut Aliran Behavioristime
dan Landasan filosofisnya ... 65 Bab 4 Teori Belajar menurut Aliran Kognitif dan
Landasan filosofisnya... 79 Bab 5 Teori Belajar menurut Aliran Kontruktivisme
dan Landasan filosofisnya ... 92 Bab 6 Teori Belajar menurut Aliran Humanisme
dan Landasan filosofisnya ... 112 Bab 7 Teori Pengolahan Informasi dalam
Memori Manusia dan landasan filosofisnya .... 125 Bab 8 Pembelajaran yang berpijak teori
belajar Behavioristik ... 138 Bab 9 Pembelajaran yang berpijak pada Aliran
Kognitif ... 156 Bab 10 Pemanfaatan Sumber Belajar yang dides 13
...
278 Bab 11 Implementasi Revolusi Mental DalamBAB 12 Implementasi Revolusi Mental Dalam
Pendidikan dan pembelajaran ... 308 Daftar Pustaka ... 280 Riwayat Penulis ... 281
1
BAB 1
Makna Belajar dan Pembelajaran
Makna Belajar
Proses pembelajaran diartikan usaha sadar dan terencana menggali potensi-potensi keilmuan (intelektual) dan kemampuan peserta didik disetiap perjumpaan akademik banyak diwarnai kebebasan berekspresi, tanpa mengabaikan norma-norma akademik. Komponen pembelajaran, seperti pendidik, peserta didik, kurikulum, metode pembelajaran, media dan sumber belajar memegang peranan penting untuk suksesnya pembelajaran.
Peran guru dan peserta didik memiliki batasan tertentu dalam suatu poses pembelajaran. Peran guru, disamping sebagai fasilitator memberikan tugas akademik secara berkesinambungan, juga pembimbing melayani tugas belajar peserta didiknya. Dua fungsi dari guru itu menjadi ciri khas prinsip pembelajaran modern akhir-akhir ini. Sementara peserta didik, di satu sisi, dia sebagai obyek pembelajaran. Disisi lain, menjadi pelaku aktif proses pembelajarannya. Peserta didik menjadi figur aktif menerima dan membentuk gagasan (ilmu) dari guru sebagai fasilitator dan pembimbing.
Melalui konsep pembelajaran tersebut, peserta didik menjadi insaninsan profesional setelah sukses menyelesaikan pendidikan disetiap jenisnya, mampu mencapai tujuan pembelajaran seutuhnya, yakni terciptanya perubahan tingkah laku, yang mana menurut Asri Budiningsih (2004: 68)
“Peserta didik mampu mengembangkan kemampuan kognitif, psikomotor dan 2 sosialnya”. Kemampuan tersebut penting dalam perkembangan anak di lingkungan sosial, agar dapat bertahan dan beradaptasi dengan baik.
Untuk tujuan pembelajaran itulah, dunia pendidikan mengalami perkembangan dan perubahan, baik dari profesionalisme pendidik, kurikulum, model pembelajaran, maupun perkembangan di bidang media
2
pembelajaran. Guru sekarang lebih mempercayakan teknologi, media tercanggih dalam peran pembelajaran. Keadaan ini didukung pesatnya perkembangan teknologi dan komunikasi. Pemanfaatan teknologi komunikasi dan informasi untuk pembelajaran juga disarankan oleh Yusuf Hadi Miyarso (dalam Menyemai benih Teknologi Pendidikan, 2003 :137), mencontohkan pembelajaran jarak jauh melalui internet, pemanfaatan televisi dan radio sebagai media pembelajaran. Namun anak salah memanfaatkan teknologi hanya untuk bermain dan mencari situs berbahaya.
Perkembangan teknologi semakin pesat dari tahun ke tahun membuat pendidik berkewajiban menyesuaikan perkembangan anak didiknya agar pembelajaran lebih efisien. Sudah bukan hal baru jika melihat anak sekolah dasar menenteng gadget mengisi waktu luangnya. Aktifitas di luar rumah semakin berkurang, karena anak mengalami ketergantungan teknologi dan beresiko menumpulkan kecakapan sosial anak.
Makna Pembelajaran Pembelajaran efektif membutuhkan perencanaan sistematik dan penggunaan media untuk mendukung proses belajar.
Pembelajaran yang baik, dimulai dengan membangun minat pada materi pembelajaran, melibatkan siswa dengan umpan balik, menilai pemahaman siswa, dan memberikan follow up dalam perbaikan pembelajaran yang relevan (Smaldino, 2007: 56). Proses pembelajaran merupakan kegiatan melaksanakan kurikulum pendidikan, agar dapat mempengaruhi para siswa mencapai tujuan pendidikan (Nana Sudjana dkk., 2002: 37). Lingkungan belajar mencakup tujuan pengajaran, bahan pengajaran, metodologi pengajaran, dan penilaian pengajaran. Sedangkan dalam metodologi pengajaran ada dua aspek penting yakni metode mengajar dan media pengajaran. Pembelajaran sekarang dititikberatkan pada proses aktif peserta didik mengkonstruksi pengetahuan. Pembelajaran harus mampu mengaktifkan struktur kognitif, afektif dan psikomotor peserta didik.
3
Melalui pengorganisasian sumber belajar, mengembangkan metode, mengevaluasi proses dan evaluasi, diperoleh perkembangan potensi anak.
Merancang pembelajaran aktif, perlu desain pembelajaran. Menurut Seels
& Richey (1994:34)., desain adalah proses untuk menentukan kondisi belajar. Tujuan desain untuk menciptakan strategi dan produk 12 tingkat makro, seperti program dan kurikulum, dan tingkat mikro seperti pelajaran.
Lebih lanjut, Seels & Richey mengklasifikasikan lingkup desain salah satunya adalah strategi pembelajaran. strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk menyeleksi serta mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan pembelajaran kedalam suatu pelajaran. Hal ini senada dengan pendapat Degeng (1989:3), tentang pembelajaran, mengungkapkan pembelajaran merupakan upaya membelajarkan siswa yang mana harus dilaksanan secara aktif. Pembelajaran aktif melibatkan dialog interaktif antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru atau siswa dengan sumber belajar. Suasana pembelajaran tersebut siswa tidak terbebani perseorangan memecahkan masalah belajar, tetapi mereka dapat bekerjasama memecahkan masalah.
Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam kehidup manusia. Dengan belajar, manusia dapat mengembangkan potensi – potensi yang dimilikinya. Tanpa belajar, manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan – kebutuhannya. Semua aktivitas keseharian membutuhkan ilmu yang hanya didapat dengan belajar. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan potensi dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan.
Salah satu hambatannya adalah rendahnya mutu pendidikan di negara ini, sehingga dengan adanya hambatan tersebut akan menjadikan sebuah
4
tantangan bagi pengelola pendidikan untuk meningkatkan mutu pendidikan di indonesia. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik dalam proses belajar sehingga meraka dapat memeperoleh tujuan belajar sesuai dengan apa yang diharapkan.
Pembelajaran hendaknya memperhatikan kondisi individu anak karena mereka yang akan belajar. Anak didik merupakan individu yang berbeda satu sama lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya memperhatikan perbedaan – perbedaan individual anak tersebut, sehingga pembelajaran benar – benar dapat meroboh kondisi anak dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlibat dari perhatian sebagai guru atau pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan, tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang mendapat perhatian. Gejala yang lain terlibat pada kenyataan banyaknya guru yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di kelas berlangsung. Pembelajaran yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan didasarkan pada keiginan guru, akan sulit untuk dapat mengantarkan anak didik ke arah pencapaian tujuan penbelajaran. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran konvesional. Konsekuensi dari pendekatan pembelajaran seperti ini adalah terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran.
Kondisi seperti ini mengakibatkan tidak diperolehnya ketuntasan dalam belajar, sehingga sistem belajar tuntas terabaikan. Hal ini membuktikan terjadinya kegagalan dalam proses pembelajaran di sekolah. Menyadari kenyataan seperti ini para ahli berupaya untuk mencari dan merumuskan strategi yang dapat merangkul semua perbedaan yang dimiliki oleh anak
5
didik. Strategi pembelajaran yang ditawarkan adalah strategi belajar aktif(active learning strategy) Keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran di sekolah tidak hanya ditentukan oleh ketepatan strategi guru dalam mentransfer pengetahuannya, tetapi juga ditentukan oleh peran serta aktif dari siswa dalam proses pembelajaran. Agar siswa dapat belajar dengan baik maka tugas guru tidak hanya memberikan sejumlah informasi kepada siswa, tetapi juga harus dapat mengusahakan bagaimana agar konsep yang penting dapat tertanam kuat dalam pemikiran siswa. Pada saat guru mengajarkan suatu materi kepada siswa dapat ditempuh melalui berbagai macam cara, diantaranya secara lisan dan menggunakan media permainan.
Pengertian belajar menurut kamus bahasa Indonesia Belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.sedangkan pengertian faktor Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat.Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.
Belajar merupakan komponen ilmu pendidikan yang berkenaan dengan tujuan dan bahan acuan interaksi, baik yang bersifat eksplisit maupun implisit (tersembunyi). Untuk menangkap isi dan pesan belajar, maka dalam belajar tersebut individu menggunakan kemampuan pada ranah-ranah :
a. Kognitif yaitu kemampuan yang berkenaan dengan pengetahuan, penalaran atau pikiran terdiri dari kategori pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi.
6
b. Afektif yaitu kemampuan yang mengutamakan perasaan, emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran yang terdiri dari kategori penerimaan, partisipasi, penilaian sikap, organisasi dan pembentukan pola hidup.
c. Sikomotorik yaitu kemepuan yang mengutamakan keterampilan jasmani terdiri dari persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas.
Untuk lebih memahami pengertian belajar berikut ini dikemukakan secara ringkas pengertian dan makna belajar menurut pandangan para ahli pendidikan dan psikologi:
Belajar Menurut Pandangan Skinner
Belajar menurut pandanag B.F.Skiner (1958) adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif.
Menurut Skiner dalam belajar ditemukan hal-hal berikut :
1. Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon belajar, 2. Respon si belajar,
3. Konsekwensi yang bersifat menggunakan respon tersebut,baik konsekwensinyasebagai
hadiah maupun teguran atau hukuman.
Skinner menbagi dua jenis respon dalam proses belajar yakni :
1. respondents response yaitu respon yang terjadi karena stimuli khusus, perangsang-perangsang yang demikian ini mendahului respons yang ditimbulkannya.
2. operants conditioning dalam clasical condotioning menggambarkan suatu situasi belajar dimana suatu respons dibuat lebih kuat akibat
7
reinforcement langsung yaitu respon yang terjadi karena situasi random.
Menurut Skinner mengajar itu pada hakekatnya adalah rangkaian dari penguatan yang terdiri dari suatu peristiwa dimana prilaku terjadi, perilaku itu sendiri, dan akibat perilaku.
Belajar Menurut Pandangan Robert M. Gagne
Menurut Gagne (1970), Belajar merupakan kegiatan yang kompleks, dan hasil belajar berupa kapabilitas, timbulnya kapabilitas disebab oleh stimulasi yang berasal dari lingkungan dan proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar. Belajar terdiri dari tiga komponen penting yakni kondisi eksternal yaitu stimulus dari lingkungan dari acara belajar, kondisi internal yang menggambarkan keadaan internal dan proses kognitif siswa, dan hasil belajar yang menggambarkan informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik, sikap, dan siasat kognitif.
Robert M. Gagne mengemukakan delapan tipe belajar yang membentuk suatu hirarki dari paling sederhana sampai paling kompleks yakni :
1. belajar tanda-tanda atau isyarat (Signal Learning) yang menimbulkan perasaan tertentu, mengambil sikap tertentu,yang dapat menimbulkan perasaan sedih atau senang.
2. belajar hubungan stimulus-respons (Stimulus Response- Learning)dimana respon bersifat spesifik, tidak umum dan kabur.
3. belajar menguasai rantai atau rangkaian hal (Chaining Learning) mengandung asosiasi yang kebanyakan berkaitan dengan keterampilan motorik.
8
4. belajar hubungan verbal atau asosiasi verbal (Verbal Association) bersifat asosiatif tingkat tinggi tetapi fungsi nalarlah yang menentukan.
5. belajar mebedakan atau diskriminasi (Discrimination Learning) yang menghasilkan kemampuan membeda-bedakan berbagai gejala.
6. belajar konsep-konsep (Concept Learning) yaitu corak belajar yang menentukan ciri-ciri yang khas yang ada dan memberikan sifat tertentu pula pada berbagai objek.
7. belajar aturan atau hukum-hukum (Rule Learning) dengan cara mengumpulkan sejumlah sifat kejadian yang kemudian dalam macam-macam aturan.
8. belajar memecahkan masalah (Problem Solving) menggunakan aturan-aturan yang ada disertai proses analysis dan penyimpulan.
Inti dari pembelajaran tersebut adalah interaksi dan proses untuk mengungkapkan ilmu pengetahuan oleh pendidik dan peserta didik yang menghasilkan suatu hasil belajar.
Ada tiga aspek perkembangan intelektual yang diteliti oleh Jean Piaget yaitu :
1. Struktur, yaitu ada hubungan fungsional antara tindakan pisik, tindakan mental, dan perkembangan berpikir logis anak.
2. Isi, yaitu pola perilaku anak yang khas yang tercermin pada respon yang diberikannya terhadap berbagai masalah atau masalah yang dihadapinya.
3. Fungsi, yaitu cara yanag digunakan organisme untuk membuat kemajuan intelektual.
Dari uraian diatas dapat ditegaskan bahwa belajar dalam hal ini dapat mengandung makna sebagai perubahan struktural yang saling melengkapi
9
antara asimilasi dan akomodasi dalam proses menyusun kembali dan mengubah apa yang telah diketahui melalui belajar.
Belajar Menurut Pandangan Carl R. Rogers
Menurut pendapat Carl R. Rogers (Ahli Psikoterapi) praktek pendidikan menitikberatkan pada segi pengajaran, bukuan pada siswa yang belajar. Praktek tersebut ditandai oleh peran guru yang dominan dan siswa hanya menghafalkan pelajaran.
Langkah-langkah dan sasaran pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru menurut Rogers adalah meliputi : guru memberi kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara terstruktur, guru dan siswa membuat kontrak belajar, guru menggunakan metode inquiri atau belajar menemukan (discovery learning), guru menggunakan metode simulasi, guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan berpartisipasi dengan kelompok lain, guru bertindak sebagai fasilitator belajar dan sebaiknya guru menggunakan pengajaran berprogram agar tercipta peluang bagi siswa untuk timbulnya kreatifitas dalam belajar (Dimyati dan Mudjiono, 1999:17).
Jadi dapat ditegaskan belajar menurut Carl R. Rogers adalah untuk membimbing anak kearah kebebasan dan kemerdekaan, mengetahui apa yang baik dan yang buruk, dapat melakukan pilihan tentang apa yang dilakukannya dengan penuh tanggung jawab sebagai hasil belajar.
Kebebasan itu hanya dapat di pelajari dengan memberi anak didik kebebasan sejak mulanya sejauh ia dapat memikulnya sendiri, hal ini dilakukan dalam konteks belajar.
Belajar Menurut Pandangan Benjamin Bloom
Keseluruhan tujuan pendidikan dibagi atas hirarki atau taksonomi menurut Benjamin Bloom (1956) menjadi tiga kawasan (dominan) yaitu :
10
domain kognitif mencakup kemampuan intelektual mengenal lingkungan yang terdiri atas 6 macam kemampuan yang disusun secara hirarki dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analysis, sintesis dan penilaian; domain afektif mencakup kemampuan-kemapuan emosional dalam mengalami dan menghayati sesuatu hal yang meliputi lima macam kemampuan emosional disusun secara hirarki yaitu kesadaran, partisipasi, penghayatan nilai, pengorganisasian nilai, dan karakterisasi diri; domain psikomotor yaitu kemampuan-kemampuan motorik menggiatkan dan mengkoordinasikan gerakan terdiri dari : gerakan repleks, gerakan dasar, kemampuan perseptual, kemampuan jasmani, gerakan terlatih, dan komunikasi nondiskursif.
Jadi dapat ditegaskan bahwa belajar adalah perubahan kualitas kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik untuk meningkatkan taraf hidupnya sebagai pribadi, masyarakat, maupun sebagai mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
Belajar Menurut Pandangan Jerome S. Bruner
Menurut Bruner (1960) dalam proses belajar dapat dibedakan dalam tiga fase yaitu : informasi, transpormasi dan evaluasi.Bruner mengemukan empat tema pendidikan, tema pertama mengemukan pentingnya arti struktur pengetahuan, tema kedua ialah tentang kesiapan (readines) untuk belajar, tema ketiga menekankan nilai intuisi dalam proses pendidikan, tema keempat ialah tentang motivasi atau keinginan untuk belajar, dan cara- cara yang tersedia pada para guru untuk merangsang motivasi itu.
Bruner menyimpulkan bahwa pendidikan bukan sekedar persoalan teknik pengelolaan informasi, bahkan bukan penerapan teori belajar dokelas atau menggunakan hasil ujian prestasi yang berpusat pada mata pelajaran.
11
Teori Belajar
Secara garis besar dikenal ada tiga rumpun besar teori belajar menurut pandangan psikologi yaitu teori disiplin mental, teori behaviorisme dan teori cognitive gestalt-filed.
a. Teori Disiplin Mental
Teori belajar ini dikembangkan tanpa didasari eksperimen, ini berarti dasar orientasinya adalah filosofis atau spekulatif, teori ini menganggap bahwa dalam belajar mental siswa didisiplinkan atau dilatih. Teori yang berlawanan sekali dengan teori disiplin mental ialah teori perkembangan alamiah. Menurut teori ini, anak itu akan berkembang secara alamiah.
Teori yang berlawanan dengan teori disiplin mental dan pengembangan alamiah adalah teori apersepsi, yang merupakan suatu asosionisme mental yang dinamis, didasarkan pada premis fundamental bahwa tidak ada gagasan bawaan sejak lahir, apapun yang diketahui seseorang datang dari luar dirinya. Menurut teori apersepsi, belajar merupakan suatu proses terasosiasinya gagasan-gagasan baru dengan gagasan lama yang sudah membentuk pikiran.
b. Teori Behaviorisme
Ada beberapa ciri dari teori ini yaitu : mengutamakan unsur-unsur atau bagian-bagian kecil, bersifat mekanisme, menekankan peranan lingkungan, mementingkan pembentukan reaksi atau respon, dan menekankan kepentingan latihan. Tokoh yang mengembangkan teori ini adalah Thorndike yang mengemukan tiga prinsip aatu hukum dalam belajar yaitu : belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut, belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan ulangan, dan belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik.
12
Prinsip belajar menurut teori behaviorisme yang dikemukan oleh Harley dan Davis (1978) yang banyak dipakai adalah : proses belajar dapat terjadi dengan baik apabila siswa ikut terlibat secara aktif didalamnya, materi pelajaran diberikan dalam bentuk unit-unit kecil dan diatur sedemikian rupa sehingga hanya perlu memberikan suatu proses tertentu saja, tiap-tiap respon perlu diberi umpan balik secara langsung sehingga siswa dapat dengan segera mengetahui apakah respon yang diberikan betul atau tidak, dan perlu diberikan penguatan setiap kali siswa memberikan respon apakah bersifat positif atau negatif.
c. Teori Cognitive Gestalt-Filed
Teori Belajar Gestalt meneliti tentang pengamatan dan problem solving, dari pengamatanya ia menyesalkan penggunaan metode menghafal di sekolah, dan menghendaki agar murid belajar dengan pengertian bukan hafalan akademis.
Suatu konsep yang penting dalam psikologis Gestalt adalah tentang insight yaitu pengamatan dan pemahaman mendadak terhadap hubungan- hubungan antar bagian-bagian dalam suatu situasi permasalahan. Dalam pelaksanaan pembelajaran dengan teori Gestalt, guru tidak memberikan potongan-potongan atau bagian-bagian bahan ajaran, tetapi selalu satu kesatuan yang utuh.
Menurut teori Gestalt perbuatan belajar itu tidak berlangsung seketika, tetapi berlangsung berproses kepada hal-hal yang esensial, sehingga aktivitas belajar itu akan menimbulkan makna yang berarti. Sebab itu dalam proses belajar, makin lama akan timbul suatu pemahaman yang mendalam terhadap materi pelajaran yang dipelajari, manakala perhatian makin ditujukan kepada objek yang dipelajari itu telah mengerti dan dapat apa yang dicari.
13
d. Makna dan Ciri Belajar
Menurut para ahli belajar dapat diartikan sebagai proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan, maka belajar hanya dialami oleh siswa sendiri.
Setiap perilaku belajar ditandai oleh ciri-ciri perubahan yang spesifik antara lain belajar menyebabkan perubahan pada aspek-aspek kepribadian yang berfungsi terus menerus, belajar hanya terjadi dari pengalaman yang bersifat individual, belajar merupakan kegiatan yang bertujuan kearah yang ingin dicapai, belajar menghasilkan perubahan yang menyeluruh, melibatkan selusuh tingkah laku secara integral, belajar adalah proses interaksi dan belajar berlangsung dari yang paling sederhana sampai pada yang kompleks.
e. Prinsip-prinsip Belajar
Ada berbagai prinsip belajar yang dikemukan oleh para ahli psikologi pendidikan terjadi dan diikuti dengan keadaan memuaskan maka hubungan itu diperkuat, Spread of effect yaitu emosional yang mengiringi kepuasan itu tidak terbatas kepada sumber utama pemberi kepuasan tetapi kepuasan mendapat pengetahuan baru, law of exercice yaitu hubungan antara perangsang dan reaksi diperkuat dengan latihan dan penguasaan, dan law of primacy yaitu hasil belajar yang diperoleh melalui kesan pertama akan sulit digoyahkan.
Beberapa prinsip atau kaidah dalam proses pembelajaran sebagai hasil eksperimen para ahli psikologi yang berlaku secara yaitu : motivasi, pembentukan, kemajuan dan keberhasilan proses belajar mengajar, feedback, response, trial and error , transfer dalam belajar dapat bersifat positif atau negatif dan proses belajar yang bersifat individual.
14
f. Syarat Agar Peserta Didik Berhasil Belajar
Agar peserta didik dapat berhasil belajar diperlukan persyaratan sebagai kemampuan berpikir yang tinggi bagi para siswa, menimbulkan minat yang tinggi terhadap mata pelajaran, bakat dan minat yang khusus, menguasai bahan-bahan dasar yang diperlukan untuk meneruskan pelajaran, menguasai salah satu bahasa asing, stabilitas psikis, kesehatan jasmani, kehidupan ekonomi yang memadai, menguasai teknik belajar disekolah dan diluar sekolah.
g. Cara Belajar yang Baik
Cara belajar baik secara umum yaitu : belajar secara efisien, mampu membuat berbagai catatan, mampu membaca, siap belajar, keterampilan belajar, memahami perbedaan belajar pada tingkatan sekolah seperti SD, SMP, dan SMU, dukungan orang tua yang paham akan perbedaan, status harga diri lebih kurang.
Menurut Rusyam cara dan teknik mengatasi kesulitan belajar adalah menetapkan target belajar, menghindari saran dan kritik yang negatif, menciptakan situasi belajar, menyelenggarakan remedial program, dan memberi kesempatan agar peserta didik memperoleh pengalaman yang sukses.
Prestasi Belajar
Belajar adalah perubahan yang terjadi dalam tingkah laku manusia.
Proses tersebut tidak akan terjadi apabila tidak ada suatu yang mendorong pribadi yang bersangkutan. Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar, karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Prestasi belajar digunakan untuk menunjukkan hasil yang optimal dari suatu aktivitas belajar sehingga artinya pun tidak dapat dipisahkan dari pengertian belajar.
15
Menurut Anas Sudijono (2005: 434) prestasi belajar adalah pencapaian peserta didik yang dilambangkan dengan nilai-nilai hasil belajar, pada dasarnya mencerminkan sampai sejauh mana tingkat keberhasilan yang telah dicapai oleh peserta didik dalam pencapaian tujuan pendidikan yang telah ditentukan.
Prestasi belajar merupakan hasil dan tingkatan intelektual yang dicapai oleh seseorang/siswa dalam proses belajar mengajar. Umumnya prestasi belajar dalam sekolah berbentuk pemberian nilai (angka) dari guru kepada siswa sebagai indikasi sejauh mana siswa telah menguasai materi pelajaran yang disampaikannya. Biasanya prestasi belajar ini dinyatakan dengan angka, huruf, atau kalimat dan terdapat dalam periode tertentu.
Untuk mencapai prestasi belajar siswa sebagaimana yang diharapkan, maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain : faktor yang terdapat dalam diri siswa (faktor intern) dan faktor yang terdiri dari luar siswa (faktor ekstern). Faktor-faktor yang berasal dari dalam diri anak bersifat biologis sedangkan faktor yang berasal dari luar diri anak antara lain adalah faktor keluarga, sekolah, masyarakat, dan sebagainya.
a. Faktor Intern
Faktor intern adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri, adapun yang dapat digolongkan ke dalam faktor intern yaitu kecerdasan/intelegensi, bakat, minat, dan motivasi.
1) Kecerdasan/intelegensi
Kecerdasan adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi yang normal selalu menunjukkan kecakapan sesuai dengan tingkat perkembangan yang sepadan. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh
16
kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seseorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebayanya. Oleh karena itu jelas bahwa faktor intelegensi merupakan suatu hal yang tidak diabaikan dalam kegiatan belajar mengajar.
Menurut W. Stern dalam Agus Sujanto (2004: 66) intelegensi adalah kesanggupan jiwa untuk dapat menyesuaikan diri dengan cepat dan tepat dalam suatu situasi yang baru. Pendapat yang hampir sama dikemukakan oleh Pasaribu & Simandjuntak (1983: 78) bahwa intelegensi merupakan kecakapan menyelesaikan masalah baru dengan cepat serta tepat.
2) Bakat
Bakat adalah kemampuan tertentu yang telah dimiliki seseorang sebagai kecakapan pembawaan. Menurut A. M. Sardiman (1994:
45) bakat adalah salah satu kemampuan manusia untuk melakukan sesuatu kegiatan dan sudah ada sejak manusia itu ada.
Dari pendapat di atas jelaslah bahwa tumbuhnya keahlian tertentu pada seseorang sangat ditentukan oleh bakat yang dimilikinya sehubungan dengan bakat ini dapat mempunyai tinggi rendahnya prestasi belajar bidang-bidang studi tertentu. Dalam proses belajar terutama belajar keterampilan, bakat memegang peranan penting dalam mencapai suatu hasil akan prestasi yang baik. Apalagi seorang guru atau orang tua memaksa anaknya untuk melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan bakatnya maka akan merusak keinginan anak tersebut.
17
3) Minat
Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenai beberapa kegiatan. Kegiatan yang dimiliki seseorang diperhatikan terus menerus yang disertai dengan rasa sayang.
Menurut A. M. Sardiman (1994:76) minat adalah suatu kondisi yang terjadi apabila seseorang melihat ciri-ciri atau arti sementara situasi yang dihubungkan dengan keinginan-keinginan atau kebutuhan- kebutuhannya sendiri.
Pelajaran yang menarik minat siswa lebih mudah dipelajari dan disimpan karena minat menambah kegiatan belajar. Untuk menambah minat seorang siswa di dalam menerima pelajaran di sekolah siswa diharapkan dapat mengembangkan minat untuk melakukannya sendiri. Minat belajar yang telah dimiliki siswa merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajarnya. Apabila seseorang mempunyai minat yang tinggi terhadap sesuatu hal maka akan terus berusaha untuk melakukan sehingga apa yang diinginkannya dapat tercapai sesuai dengan keinginannya.
4) Motivasi
Motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan.
Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar, seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Wlodkowsky dalam Sugihartono, dkk (2007: 78) mengatakan bahwa motivasi merupakan suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku tertentu dan yang memberi arah dan
18
ketahanan pada tingkah laku tersebut. Motifasi menurut Mc. Donald dalam A. M. Sardiman (1994: 73) adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya “feeling” dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Menurut Tim dosen PPB UNY (1993: 87) motivasi merupakan daya pendorong seseorang untuk maju. Sedangkan Friedman & Schustack (2008:
320) mengemukakan bahwa motivasi adalah dorongan psikobiologis internal yang membantu munculnya pola perilaku tertentu. Dalam perkembangannya motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu:
a) motivasi intrinsik dan b) motivasi ekstrinsik.
Motivasi intrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang bersumber dari dalam diri seseorang yang atas dasarnya kesadaran sendiri untuk melakukan sesuatu pekerjaan belajar. Sedangkan motivasi ekstrinsik dimaksudkan dengan motivasi yang datangnya dari luar diri seseorang siswa yang menyebabkan siswa tersebut melakukan kegiatan belajar.
Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
b. Faktor Ekstern
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar yang sifatnya di luar diri siswa, yaitu beberapa pengalaman- pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya.
1) Keadaan Keluarga
19
Keluarga merupakan lingkungan terkecil dalam masyarakat tempat seseorang dilahirkan dan dibesarkan. Keluarga adalah lembaga pendidikan pertama dan utama. Adanya rasa aman dalam keluarga sangat penting dalam keberhasilan seseorang dalam belajar. Rasa aman itu membuat seseorang akan terdorong untuk belajar secara aktif, karena rasa aman merupakan salah satu kekuatan pendorong dari luar yang menambah motivasi untuk belajar. Oleh karena itu orang tua hendaknya menyadari bahwa pendidikan dimulai dari keluarga. Sedangkan sekolah merupakan pendidikan lanjutan.
Peralihan pendidikan informal ke lembaga-lembaga formal memerlukan kerjasama yang baik antara orang tua dan guru sebagai pendidik dalam usaha meningkatkan hasil belajar anak. Jalan kerjasama yang perlu ditingkatkan, dimana orang tua harus menaruh perhatian yang serius tentang cara belajar anak di rumah. Perhatian orang tua dapat memberikan dorongan dan motivasi sehingga anak dapat belajar dengan tekun. Karena anak memerlukan waktu, tempat dan keadaan yang baik untuk belajar.
2) Keadaan Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal pertama yang sangat penting dalam menentukan keberhasilan belajar siswa, karena itu lingkungan sekolah yang baik dapat mendorong untuk belajar yang lebih giat. Keadaan sekolah ini meliputi cara penyajian pelajaran, hubungan guru dengan siswa, alat-alat pelajaran dan kurikulum serta suasana lingkungan sekolah. Hubungan antara guru dan siswa kurang baik akan mempengaruhi hasil-hasil belajarnya.
Demikian juga lingkungan sekolah turut menciptakan suasana yang kondusif dalam belajar.
3) Lingkungan Masyarakat
20
Selain orang tua, lingkungan juga merupakan salah satu faktor yang tidak sedikit pengaruhnya terhadap hasil belajar siswa dalam proses pelaksanaan pendidikan. Lingkungan alam sekitar juga sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan pribadi anak, sebab dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan lingkungan dimana anak itu berada.
Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan-kebiasaan lingkungannya. Oleh karena itu, apabila seorang siswa bertempat tinggal di suatu lingkungan temannya yang rajin belajar maka kemungkinan besar hal tersebut akan membawa pengaruh pada dirinya, sehingga ia akan turut belajar sebagaimana temannya, demikian juga sebaliknya.
Dari penjelasan di atas jelaslah bahwa prestasi belajar ditunjukkan dengan bertambahnya kemampuan seseorang yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. Prestasi belajar siswa diukur dengan menggunakan evaluasi dalam pembelajaran. Banyak faktor yang mempengaruhi pencapaian prestasi belajar siswa, berbagai faktor tersebut harus dibuat sedemikian rupa sehingga mendukung suasana yang baik untuk belajar.
Dalam hubungannya dengan pembelajaran di sekolah yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan minat dan motivasi belajar siswa serta menciptakan suatu kondisi sekolah yang nyaman untuk belajar siswa. Oleh karena itu diharapkan guru dapat menciptakan sesuatu untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam belajar, baik dengan menggunakan media pembelajaran yang menarik perhatian siswa maupun dengan menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang tepat.
21
Media Belajar
Media berasal dari bahasa latin merupakan bentuk jamak dari
“Medium” yang secara harfiah berarti “Perantara” atau “Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa ahli memberikan definisi tentang media pembelajaran. Sudjarwo (1989:
170) mengemukakan bahwa media adalah segala bentuk dan saluran yang dipergunakan dalam proses penyampaian informasi. Sementara itu, Yusufhadi Miarso (1986: 46) berpendapat bahwa media merupakan wahana penyalur pesan atau informasi belajar.
Sudarwan Danim (1994: 7) mendefinisikan media pendidikan sebagai seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.
NEA (National Education Association) berpendapat media adalah segala benda yang dimanipulasikan, dilihat, didengar, dibaca, atau dibicarakan beserta instrumen yang digunakan (Ahmad Rohani, 1997: 2). Dari beberapa pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.
Proses kegiatan belajar/mengajar merupakan suatu proses komunikasi. Dengan kata lain,kegiatan belajar melalui media terjadi bila ada komunikasi penerima pesan dengan sumber lewat media tersebut.
Media yang dirancang dengan baik dalam batas tertentu dapat merangsang timbulnya semacam “dialog internal” dalam diri siswa yang belajar. Dengan perkataan lain terjadi komunikasi antara siswa dengan media atau secara tidak langsung antara siswa dengan sumber pesan atau guru. Bila demikian halnya maka kita mengatakan bahwa proses kegiatan
22
belajar terjadi. Media berhasil membawakan pesan belajar bila kemudian terjadi perubahan tingkah laku atau sikap belajar pada diri siswa.
Hasil belajar seseorang memperoleh mulai dari pengalaman langsung (konkrit), kenyataan yang ada di lingkungan kehidupan seseorang kemudian melalui benda tiruan, sampai kepada lambang verbal (abstrak).
Semakin ke atas di puncak kerucut semakin abstrak media penyampai pesan tersebut.
Menurut Nana Sudjana & Ahmad Rivai (2002: 2) ada beberapa manfaat dari penggunaan media pengajaran di dalam proses belajar siswa antara lain :
a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar.
b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa dan memungkinkan siswa menguasai tujuan pengajaran lebih baik.
c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi bila guru mengajar untuk setiap jam pelajaran.
d. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan dan lain-lain.
Sudjarwo (1989: 168-169) mengungkapkan mengenai karakteristik dari suatu media, ciri-cirinya antara lain adalah :
a. Mempunyai daya tarik yang besar dan dapat menimbulkan keinginan dan minat baru, hal ini terjadi karena peranan warna, gerakan, intonasi suara, bentuk rancangan yang dibuat sedemikian rupa sehingga unik sifatnya.
23
b. Dapat mengatasi keterbatasan fisik kelas, misalnya objek belajar yang terlalu besar atau terlalu kecil, gerak yang terlalu cepat, kejadian yang jarang ditemui, objek yang terlalu rumit, konsep yang terlalu luas, dan sebagainya.
c. Penggunaan berbagai media dengan kombinasi yang cocok dan memadai akan meningkatkan efektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar dan menimbulkan gairah belajar.
d. Media dapat menyeragamkan penafsiran siswa yang berbeda-beda.
e. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit dan realistis sehingga perbedaan persepsi antar siswa pada suatu informasi dapat diperkecil.
f. Media dapat memberikan pengalaman yang menyeluruh dari pengalaman yang konkrit sampai dengan pengalaman yang paling abstrak.
Rudy Bretz dalam Sudjarwo (1989: 175) mengidentifikasikan ciri utama media menjadi tiga kelompok, yaitu media yang menonjolkan suara, bentuk dan gerakan. Secara lengkap Bretz mengklasifikasikan media menjadi delapan kelas,yaitu:
a. Media audio-visual gerak. Media ini adalah media yang paling lengkap kerena segala kemampuan yang dapat deperankan oleh audio dan visual dapat dimanfaatkan malalui media ini. Contoh media yang termasuk dalam kelas ini adalah: media televisi, video tape, film dan media audio pada umumnya seperti kaset program dan piringan hitam /Compack Dish (CD).
b. Media audio visual diam. Media ini dilihat dari segi kelengkapannya merupakan media kedua setelah media audio visual gerak tadi.
Perbedaannya hanya pada kemampuan geraknya saja, kemampuan
24
lainnya ada pada media ini. Contohnya media audio visual diam adalah film strip bersuara, slide bersuara, komik dengan suara.
c. Media audio semi-gerak, adalah media audio yang disertai dengan gerakan secara linear dan terputus-putus. Contohnya adalah media telewriter, morse dan media board. Media visual-gerak. Media ini menonjolkan kemampuan visual dan geraknya tetapi tanpa suara.
Contohnya adalah film bisu.
d. Media visual diam. Media ini dapat menyajikan informasi secara visual saja tanpa ada gerakan apa-apa. Contohnya adalah microform, gambar dan grafis, film strip dan cetak.
e. Media seni gerak, adalah media yang mampu menampilkan gerakan titik secara linear (garis dan tulisan) tetapi tanpa suara. Contohnya teteautograph.
f. Media audio, adalah media yang hanya menonjolkan audio saja tanpa ada gambar atau gerakkan apapun. Contohnya adalah radio, telepon, audio tape (kaset program) dan audio disc.
g. Media cetak, yaitu media yang menampilkan informasi melalui kata-kata dan simbol-simbol atau diagram saja. Contohnya adalah teletipe dan paper tape.
Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.
Wade Ellis, Jr dalam Dewi Padmo (2004: 268-269) menyatakan bahwa komputer dapat digunakan sebagai alat untuk menyampaikan informasi atau ide-ide yang terkandung dalam pelajaran kepada siswa.
Selain itu, komputer dapat juga digunakan sebagai media yang memungkinkan seseorang belajar secara mandiri dalam memahami suatu
25
konsep. Hal ini dimungkinkan karena komputer mempunyai kemampuan untuk menyimpan dan memanipulasi data alfanumerik; menampilkan beberapa operasi dengan cara yang tepat; dapat mengkombinasikan teks, suara, warna, gambar, gerak dan video; serta memuat suatu “kepintaran”
yang sanggup menyajikan proses interaktif. Dengan kemampuan- kemampuan itu, dapatlah dikatakan bahwa komputer merupakan medium yang memiliki potensi untuk dapat digunakan sebagai media pembelajaran interaktif.
Di samping itu, komputer juga memiliki sejumlah potensi yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektifitas proses pembelajaran, yaitu :
a. Memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara pengguna dengan materi pembelajaran.
b. Proses belajar dapat berlangsung secara individu sesuai dengan kemampuan belajar siswa.
c. Dapat meningkatkan minat dan motivasi belajar.
d. Dapat memberikan umpan balik terhadap respon siswa dengan segera.
e. Dapat menciptakan proses belajar yang berkesinambungan.
Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh: bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan.
Jika tujuan atau kompetensi yang dicapai bersifat memahami isi bacaan maka media cetak yang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pembelajaran bersifat motorik (gerak dan aktivitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer), seperti: biaya, ketepatgunaan, keadaan peserta didik, ketersediaan, dan mutu teknis.
26
Konsep Dasar Pembelajaran
Dalam memaknai konsep maka akan berhubungan dengan teori, sedangkan teori akan berkaitan dengan sesuatu hal yang dipandang secara ilmiah. Jika teori berhubungan dengan konsep maka dalam uraian tentang konsep dasar pembelajaran akan tertuju pada landasan ilmiah pembelajaran.
Dalam belajar ada yang dinamakan proses pembelajaran. Proses pembelajaran merupakan suatu upaya yang dilakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar. Oleh karena itu, guru hendaknya berperan dalam memfasilitasi agar terjadi proses mental emosional siswa tersebut sehingga kemajuan belajar dapat dicapai dalam proses pembelajaran.
Setelah mengalami proses pembelajaran ada yang dinamakan hasil belajar sebagai suatu yang ditentukan oleh usaha sesorang dalam melaksanakan kegiatan belajar. Pada dasarnya, hasil belajar ini ditandai dengan adanya perubahan tingkah laku secara keseluruhan baik yang meliputi segi kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Dan hasil belajar ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dalam mencapai tujuannya baik faktor internal maupun faktor eksternal. Dalam proses pembelajaran harus ada hal yang dapat dijadikan sebagai motivasi atau dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Hakikat Belajar
Belajar merupakan aktivitas yang di sengaja yang di lakukan oleh individu agar terjadi perubahan kemampuan diri. Belajar dapat dipandang sebagai proses yang diarahkan kepada tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman. Menurut Sudjana (1989:28), belajar merupakan proses melihat, mengamati, dan memahami sesuatu. Sedangkan belajar
27
menurut Gagne (1984), adalah suatu proses perubahan perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. Beberapa pengertian belajar yang di pandang dari tujuan dan proses berbagai pengalaman diantaranya :
a. Belajar merupakan suatu proses, yaitu kegiatan yang berkesinambungan yang di mulai sejak lahir dan terus berlangsung seumur hidup.
b. Dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang bersifat relatif permanen.
c. Hasil belajar ditunjukan dengan aktivitas-aktifitas tingkah laku secara keseluruhan.
d. Adanya peranan kepribadian dalam proses belajar antara lain aspek motivasi, emosional, sikap, dan sebagainya.
Dari pengertian tersebut terdapat tiga unsur pokok dalam belajar yaitu:
1. Proses
Belajar adalah proses mental dan emosional atau proses berpikir dan merasakan. Seorang dikatakan belajar apabila pikiran dan perasaannya aktif. Aktivitas pikiran dan perasaan itu sendiri tidak dapat di amati orang lain akan tetapi dirasakan oleh yang bersangkutan sendiri. Guru tidak dapat melihat aktivitas pikiran dan perasaan siswa. Guru melihat dari kegiatan siswa sebagai aktivitas siswa pikiran dan perasaan siswa sebagai contoh siswa bertanya ,menanggapi, menjawab pertanyaan, memecahkan persoalan, melaporkan hasil kerja,membuat rangkuman. Itu semua gejala yang tampak dari aktivitas mental dan emosional siswa.
2. Perubahan perilaku
Hasil belajar akan tampak pada perubahan prilaku individu yang belajar. Seseorang yang belajar akan mengalami perubahan prilaku sebagai akibat kegiatan belajarnya, pengetahuan dan keterampilannya bertambah,
28
dan penguasaan nilai-nilai dan skap bertambah pula. Menurut para ahli psikologi tidak semua perubahan perilaku sebagai hasil belajar. Perubahan prilaku sebagai hasil belajar di klasifikasikan menjadi tiga domain yaitu:
1) Kognitif
Kognitif meliputi perilaku daya cipta, yaitu berkaitan dengan kemampuan intelektual manusia, antara lain: kemampuan mengingat (knowledge), memahami (comprehension), menerapkan (application), menganalisis (analysis) dan mengevaluasi (evaluation).
2) Afektif
Afektif berkaitan dengan prilaku daya rasa atau emosional manusia.
3) Psikomotorik
Psikomotorik berkaitan dengan prilaku dan bentuk keterampilan- keterampilan motorik (gerakan fisik).
3. Pengalaman
Belajar adalah mengalami, dalam arti bahwa belajar terjadi karena individu berintraksi dengan lingkungannya, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial, lingkungan fisik adalah lingkungan di sekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar individu baik dalam bentuk alam sekitar (natural) maupun dalam bentuk ciptaan manusia (cultural). Lingkungan pembelajaran yang baik ialah lingkungan yang merangsang dan menantang siswa untuk belajar. Guru yang mengajar tanpa menggunakan alat peraga tentu kurang merangsang / menantang siswa untuk belajar apalagi bagi siswa SD yang perkembangan intelektualnya masih membutuhkan alat peraga. Semua lingkungan yang di perlukan untuk belajar siswa ini akan menjadi bahan belajar dan pembelajaran yang efektif.
29
Hakikat Pembelajaran
Istilah pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran, Pembelajaran adalah suatu upaya yang di lakukan oleh seorang guru atau pendidik untuk membelajarkan siswa yang belajar dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. Definisi pembelajaran menurut para ahli :
Gagne dan Briggs (1979:3), Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
Zaenal Aqib (2002:41). Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun, meliputi unsur-unsur manusiawi, materil, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran serta mempersiapkan peserta didik menghadapi kehidupan masyarakat sehari-hari dengan mengorganisasi lingkungan untuk menciptakan kondisi belajar bagi peserta didik
Dengan arti lain bahwa pembelajaran merupakan usaha sadar dari guru untuk membuat siswa belajar sebagai hasil perubahan tingkah laku pada diri siswa yang belajar dengan mendapatkan kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relative lama karena adanya usaha. Kegiatan pembelajaran bukan lagi sekedar kegiatan, melainkan menyiapkan pengajaran dan melaksanakan prosedur mengajar dalam pembelajaran tatap muka. Akan tetapi, kegiatan pembelajaran lebih kompleks lagi jika dilaksanakan dengan pola dan bahan pembelajaran yang bervariasi.
Menurut Modhoifir (1987:30) pada garis besarnya ada tiga pola pembelajaran :
30
1. Pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Pola pembelajaran sangat tergantung pada kemampuan guru dalam mengingat bahan pembelajaran dan menyampaikan bahan tersebut secara lisan kepada siswa.
2. Pola (guru + alat bantu) dengan siswa. Pola pembelajaran ini guru sudah di bantu oleh berbagai bahan pembelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam menjelaskan dan menerangkan suatu pesan yang bersifat abstrak.
3. Pola (guru) + (media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini sudah mempertimbangkan keterbatasan guru, yang tidak mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar. Guru dapat memanfaatkan berbagai media pembelajaran. Jadi pola pembelajaran bergantian antara guru dan media interaksi dalam berintraksi dengan siswa.
Selain pola pembelajaran yang bervariasi, peran guru juga menentukan proses penyampaian pembelajaran. Menurut Adams & Dickey ( dalam Oemar hamalik, 2005 ), peran guru sesungguhnya sangat luas, meliputi:
a. Guru sebagai pengajar (teacher as instructor) b. Guru sebagai pembimbing (teacher as counselor) c. Guru sebagai ilmuan (teacher as scientist)
d. Guru sebagai pribadi (teacher as person)
Bahkan dalam arti luas , sekolah berubah fungsi menjadi penghubung antar ilmu/teknologi dengan masyarakat, dan sekolah lebih aktif ikut dalam pembangunan, maka peran guru menjadi luas.
31
Proses Pembelajaran
Bila semua paradigma masyarakat perguruan tinggi telah memahami dengan baik tentang proses pembelajaran siswa aktif (Learning how to learn) penyiapan sumber daya telah di atur dengan baik, dan penyiapan konten yang sudah tersedia dengan baik dan RPP/SAP yang telah mengatur dengan baik mekanisme proses pembelajaran, maka proses pembelajaran akan berjalan dengan lebih mudah.
Dalam proses pembelajaran meliputi kegiatan dari membuka sampai menutup pelajaran, sebagai berikut :
a. Kegiatan awal, yaitu: melakukan apersepsi, menyampaikan tujuan pembelajaran, dan bila di anggap perlu memberikan pre-test;
b. Kegiatan inti, yaitu kegiatan utama yang di lakukan guru dalam memberikan pengalaman belajar, melalui berbagai strategi dan metode yang di anggap sesuai dengan tujuan dan materi yang akan di sampaikan;
c. Kegiatan akhir, yaitu menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan pemberian tugas atau pekerjaan rumah bila di anggap perlu.
Komponen – Komponen Pembelajaran
Komponen merupakan bagian dari suatu sistem yang memiliki peran dalam keseluruhan berlangsungnya suatu proses pembelajaran untuk mencapai suatu pembelajaran yang optimal. Jadi, komponen pendidikan adalah bagian-bagian dari sistem proses pendidikan yang menentukan berhasil atau tidaknya proses pendidikan (Slameto, 2010). Adapun komponen-komponen tersebut meliputi:
1. Tujuan pendidikan
Tujuan adalah suatu cita-cita yang ingin dicapai dari pelaksanaan suatu kegiatan. Tidak ada suatu kegiatan yang diprogamkan tanpa tujuan,
32
karena hal itu adalah suatu hal yang tidak memiliki kepastian dalam menentukan ke arah mana kegiatan itu akan dibawa. Demikian juga halnya dalam kegiatan belajar mengajar, tujuan adalah suatu cita-cita yang dicapai dalam kegiatannya. Tujuan merupakan komponen yang dapat mempengaruhi komponen pengajaran lainnya seperti: bahan pelajaran, kegiatan belajar mengajar, pemilihan metode, alat, sumber dan evaluasi.
Semua komponen itu harus bersesuaian dan didayagunakan untuk mencapai tujuan seefektif dan seefisien mungkin untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan Pendidikan menurut Dimyati, dkk (2009) yaitu :
a. Tujuan pendidikan mengarahkan dan membimbing kegiatan pendidik dan peserta didik dalam proses pengajaran;
b. Tujuan pendidikan memberikan motivasi kepada pendidik dan peserta didik;
c. Tujuan pendidikan memberikan pedoman dan petunjuk kepada pendidik dalam rangka memilih dan menentukan metode mengajar atau menyediakan lingkungan belajar bagi peserta didik;
d. Tujuan pendidikan penting maknanya dalam rangka memilih dan menentukan alat peraga pendidikan yang akan digunakan; dan e. Tujuan pendidikan penting dalam menentukan alat/ teknik penilaian
pendidik terhadap hasil belajar peserta didik.
Ada bermacam - macam tujuan pendidikan menurut M. J. Langeveld (Siswoyo, 2007: 26), yaitu:
a. Tujuan Umum
Tujuan umum adalah tujuan paling akhir dan merupakan keseluruhan/ kebulatan tujuan yang ingin dicapai oleh pendidikan.
Menurut Langeveld tujuan umum atau tujuan akhir, akhirnya adalah kedewasaan, yang salah asatu cirinya adalah tetap hidup dengan pribadi mandiri. Dan menurut Hoogveld (Soekarlan, 1969: 29)
33
mendidik itu berarti membantu manusia agar mampu menunaikan tugas hidupnya secara berdiri sendiri.
b. Tujuan Khusus
Tujuan khusus adalah pengkhususan tujuan umum atas dasar berbagai hal. Misalnya usia, jenis kelamin, intelegensi, bakat, minat, lingkungan sosial budaya, tahap-tahap perkembangan, tuntutan persyaratan pekerjaan dan sebagainya.
c. Tujuan tak lengkap
Tujuan tak lengkap adalah tujuan yang hanya menyangkut sebagian aspek kehidupan manusia.Misalnya aspek psikologis, biologis, sosiologis saja. Salah satu aspek psikologis misalnya hanya mengembangkan emosi dan pikiran saja.
d. Tujuan Sementara
Tujuan sementara adalah tujuan yang hanya dimaksudkan untuk sementara saja, sedangkan jika tujuan sementara sudah tercapai maka ditinggalkan dan diganti dengan tujuan yang lain. Misalnya:
orang tua ingin agar anaknya berhenti merokok, dengan dikurangi uang sakunya. Kalau sudah tidak merokok, lalu ditingalkan dan diganti dengan tujuan lain misalnya agar tidak suka begadang.
e. Tujuan Intermedier
Tujuan intermedier yaitu tujuan perantara bagi tujuan lainnya yang pokok. Misalnya: anak yang dibiasakan untuk menyapu halaman, maksudnya agar klak ia mempunyai rasa tanggung jawab.
Membiasakan mmbagi-bagi tugas pada anak satu dngan lainnya juga berarti melatih tanggung jawab dengan maksud agar kelak mereka memiliki rasa tanggung jawab.
34
f. Tujuan Insidental
Tujuan insidental yaitu tujuan yang dicapai pada saat-saat tertentu, seketika atau spontan. Misalnya: pendidik menegur anak yang bermain kasar ketika bermain sepak bola. Selain itu, orang tua yang menegur anaknya untuk duduk dengan sopan.
Dalam bukunya, Djamarah (2010: 42) mengatakan bahwa suatu tujuan pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku (performance) peserta didik yang kita harapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang kita ajarkan peserta didik dapat memahami dan mengamalkannya.
2. Peserta didik
Menurut Hamalik, (2004), peserta didik adalah salah satu komponen dalam pengajaran dapat dikatakan bahwa peserta didik adalah komponen yang terpenting diantara kelompok lainnya. Pada dasarnya peserta didik adalah unsur penentu dalam proses belajar mengajar. Tanpa adanya peserta didik, sesungguhnya tidak akan terjadi proses pengajaran. Tanpa adanya peserta didik, pendidik tak akan mungkin mengajar. Sehingga peserta didik adalah komponen yang penting dalam hubungan proses belajar mengajar ini.
Menurut J. Locke berpandangan bahwa jiwa anak bagaikan tabu rasa, sebuah meja lilin yang dapat ditulis dengan apa saja bagaimana keinginan si pendidik. Sedangkan menurut J.J. Rousseau memandang anak sebagai seseorang yang memiliki jiwa yang bersih dan karena lingkungan maka ia jadi kotor. Berbeda dengan pandangan di atas maka menurut psikologi modern, anak adalah suatu organisme yang hidup, yang mereaksi, berbuat, dan sebagainya, yang memiliki suatu kebutuhan, minat, kemampuan, dan masalah-masalah tertentu. Tujuan mengenal peserta didik dengan maksud agar pendidik dapat membantu pertumbuhan dan perkembangannya secara
35
efektif. Mengenal dan memahami peserta didik sangat penting agar pendidik dapat menentukan bahan-bahan yang akan diberikan, menggunakan prosedur belajar yang serasi, mengadakan diagnosis atas kesulitan.
3. Pendidik
Sebelum memulai tugasnya, pendidik harus terlebih dahulu mempelajari kurikulum dan memahami program pendidikan yang sedang dilaksanakan. Hal – hal yang harus dipersiapkan pendidik setiap akan mengajar yaitu :
a. Membuat persiapan mengajar dalam rangka melaksanakan sebagian dari rencana bulanan dan rencana tahunan. Karena itu pendidik harus memahami benar tentang tujuan pengajaran, cara merumuskan tujuan mengajar, memilih dan menentukan metode mengajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
b. Memahami bahan pelajaran sebaik mungkin dengan menggunakan berbagai sumber
c. Memilih, menentukan dan menggunakan alat peraga,
Dengan melaksanakan tugasnya, ia perlu mengadakan kerja sama dengan orang tua peserta didik, dengan badan-badan kemasyarakatan dan sekali-sekali membawa peserta didik mengunjungi objek-objek yang perlu diketahui peserta didik (Slameto, 2010). Selain itu pendidik memegang peran yang sangat penting dalam proses belajar mengajar, seperti yang dikemukakan oleh Adams dan Dickey bahwa peran pendidik sesungguhnya sangat luas, meliputi:
a) Pendidik sebagai pengajar
Pendidik bertugas memberikan pengajaran di dalam kelas.Dengan menyampaikan pelajaran agar peserta didik memahami dengan baik semua pengetahuan yang telah disampaikan. Selain itu pendidik harus berusaha
36
agar terjadi perubahan sikap, keterampilan, kebiasaan, hubungan sosial, apresiasi, dan sebagainya terhadap peserta didik melalui pengajaran yang diberikan.
b) Pendidik sebagai pembimbing
Pendidik berkewajiban memberikan bantuan kepada peserta didik agar mereka mampu menemukan masalahnya sendiri, memecahkan masalahnya sendiri, mengenal dirinya sendiri, dan menyesuaikan diri dengan lingkungannya.Pendidik perlu memahami dengan baik tentang teknik bimbingan kelompok, penyuluhan individual, teknik mengumpulkan keterangan, teknik evaluasi, statistik penelitian, psikologi kepribadian, dan psikologi belajar.
c) Pendidik sebagai pemimpin
Pendidik berkewajiban mengadakan supervisi atas kegiatan belajar peserta didik, dengan membuat rencana pengajaran bagi kelasnya;
mengadakan manajemen belajar sebaik-baiknya; melakukan manajemen kelas; mengatur disiplin kelas secara demokratis. Pendidik juga harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik, seperti hubungan sosial, kemampuan berkomunikasi, ketenagaan, ketabahan, humor, tegas, dan bijaksana.
d) Pendidik sebagai ilmuwan
Pendidik dipandang sebagai orang yang berpengetahuan. Pendidik bukan saja berkewajiban menyampaikan pengetahuan yang dimilikinya kepada peserta didik, tetapi juga berkewajiban mengembangkan pengetahuan itu dan terus-menerus memupuk pengetahuan yang telah dimilikinya.
e) Pendidik sebagai pribadi
Sebagai pribadi, setiap pendidik harus memiliki sifat-sifat yang disenangi oleh peserta didiknya, oleh orang tua, dan oleh masyarakat. Sifat-