• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MOBAR (MONOPOLI BANGUN RUANG) BAGI SISWA TUNARUNGU UNTUK PENGENALAN BENTUK BENDA BANGUN RUANG KELAS BAWAH SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MOBAR (MONOPOLI BANGUN RUANG) BAGI SISWA TUNARUNGU UNTUK PENGENALAN BENTUK BENDA BANGUN RUANG KELAS BAWAH SKRIPSI"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MOBAR (MONOPOLI BANGUN RUANG) BAGI SISWA TUNARUNGU UNTUK PENGENALAN

BENTUK BENDA BANGUN RUANG KELAS BAWAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Natalia Desmi Swastantri NIM: 161134015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(2)

i

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MOBAR (MONOPOLI BANGUN RUANG) BAGI SISWA TUNARUNGU UNTUK PENGENALAN

BENTUK BENDA BANGUN RUANG KELAS BAWAH

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Natalia Desmi Swastantri NIM: 161134015

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2020

(3)

iv

PERSEMBAHAN Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Allah Yang Maha Kuasa dan Putra-Nya Yesus Kristus Sang Kerahiman Ilahi dan Bunda Maria sebagai sumber kasih dan pemberi berkat.

2. Bapak Emmanuel Wiloso, mama Elisabet Dwi Atmi Subekti, kakak Fransisca Tiwi Iriandari, kakak Martha Yoga Dwi Susilo Putri, Kakak ipar Jansen Sahentumbage, kakak ipar Yosef A. Chandra, keponakan neil dan macca yang selalu memberikan dukungan dalam doa dan kerja keras serta cinta yang tulus.

3. Dosen pembimbing, Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. dan Laurensia Aptik Evanjeli, S.Psi., M.A., yang sudah membantu dan membimbing dalam penyusunan skripsi saya hingga akhir.

4. Gabriel Gita Desa Widyadventina, Herlinda Widyastuti, gatha Elivia Nuari, dan Handoko Tri Atmaja, sahabat-sahabat yang selalu mendukung saya, memberikan semangat, dan doa.

5. Teman-teman payung saya, Siska dan Rika yang sama-sama berjuang dan saling mendukung.

6. Teman-teman yang selalu menemani saya selama berada di PGSD dan selalu memberikan support baik secara langsung maupun secara tidak langsung.

7. Almamater Universitas Sanata Dharma yang sudah memberikan kesempatan untuk menimba ilmu.

(4)

v MOTTO

“Berimanlah dalam hal-hal kecil karena di situlah letak kekuatanmu”

Bunda Teresa

“Jika kamu tidak bisa terbang, maka lari. Jika kamu tidak bisa berlari, maka berjalan.

Jika kamu tidak bisa jalan, maka merangkak. Tapi apapun yang kamu lakukan kamu harus terus bergerak maju”

Martin Luther King Jr

(5)

viii ABSTRAK

PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN MOBAR (MONOPOLI BANGUN RUANG) BAGI SISWA TUNARUNGU UNTUK PENGENALAN

BENTUK BENDA BANGUN RUANG KELAS BAWAH Natalia Desmi Swastantri

Universitas Sanata Dharma 2020

Latar belakang penelitian ini adalah adanya kebutuhan siswa berkebutuhan khusus tunarungu yang tidak mampu dalam mengikuti pembelajaran matematika materi mengenai bentuk benda bangun ruang dikarenakan kurangnya penggunaan media pembelajaran. Hal ini membuat siswa tidak mampu memahami materi secara keseluruhan. Oleh karena itu, guru memerlukan media pembelajaran sebagai alat bantu untuk siswa dalam belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan media pembelajaran Mobar (monopoli bangun ruang) sebagai media pembelajaran matematika mengenal benda-benda bangun ruang untuk siswa tunarungu.

Jenis penelitian ini adalah Research and Development (R&D). Langkah-langkah dalam penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan enam langkah dari sepuluh langkah R&D menurut Borg dan Gall (dalam Sugiyono). Langkah pengembangan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi enam langkah yaitu: (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) ujicoba produk. Akan tetapi, penelitian ini berhenti pada langkah kelima dikarenakan pandemi virus corona (Covid-19) yang menyebabkan tidak terlaksananya ujicoba. Hasil penelitian menunjukkan bahwa media pembelajaran Mobar (monopoli bangun ruang) memiliki kualitas yang sangat baik menurut skala 4. Rata-rata hasil validasi media pembelajaran Mobar (monopoli bangun ruang) 3,33, modul penggunaan media 3,35, dan video tutorial penggunaan media 3,3.

Kata kunci: penelitian dan pengembangan, anak tunarungu

(6)

ix ABSTRACT

THE DEVELOPMENT OF LEARNING MEDIA MOBAR (MONOPOLI BANGUN RUANG) FOR DEAF STUDENT TO INTRODUCTION THE FORM OF OBJECT

BUILD FOR LOWER CLASSROOM Natalia Desmi Swastantri University of Sanata Dharma

2020

The background of this research is the need for students with special needs deaf who are not able to follow the learning of mathematics material on the form of space building objects due to the lack of use of learning media. This makes students incapable of understanding the material as a whole. Therefore, teachers need learning media as a tool for students to learn. This study aims to develop of learning media Mobar (Monopoli Bangun Ruang) as a medium for learning mathematics to recognize objects of space for deaf students.

The type of research is Research and Development (R&D). The steps in the research used in this study used six steps form ten steps of research and development proposed by Borg and Gall (Sugiyono). The development steps conducted in the research was comprised of the following six steps such as: (1) potential and problem, (2) data collection, (3) product design, (4) design validation, (5) design revision, and (6) product experimentation. However, the research was concluded on the fifth steps on account of Corona (Covid-19) pandemic which impeded the execution of the final step that is to say the product experimentation. The results showed that the learning media Mobar (Monopoli Bangun Ruang) has a very good quality according to a scale of 4.

The average results of validation of learning media Mobar (Monopoli Bangun Ruang) 3.33, usage module media 3,35, and video tutorials on the use of media 3.3.

Keywords: research and development, deaf student

(7)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ………... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR BAGAN ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

E. Definisi Operasional ... 5

F. Spesifikasi Produk ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 8

A. Kajian Pustaka ... 8

1. Media Pembelajaran ... 8

a. Pengertian Media Pembelajaran ... 8

b. Manfaat Media Pembelajaran ... 8

c. Jenis Media Pembelajaran ... 9

(8)

xiii

2. Anak Berkebutuhan Khusus ... 10

a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ... 10

b. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus ... 10

3. Anak Tunarungu ... 12

a. Pengertian Anak Tunarungu ... 12

b. Klasifikasi Tunarungu ... 13

c. Karakteristik Tunarungu ... 14

d. Penyebab Tunarungu ... 15

4. Permainan Monopoli ... 16

a. Pengertian Permainan Monopoli ... 16

b. Pengertian Monopoli Bangun Ruang (Mobar) ... 17

5. Bangun Ruang ... 18

B. Penelitian yang Relevan ... 19

1. Penelitian tentang Media Monopoli Materi Bangun Ruang ... 19

2. Penelitian tentang Materi Bangun Ruang untuk Siswa Tunarungu ... 19

C. Kerangka Berpikir ... 21

D. Pertanyaan Penelitian ... 22

BAB III METODE PENELITIAN ... 23

A. Jenis Penelitian ... 23

B. Setting Penelitian ... 24

1. Subjek Penelitian ... 24

2. Objek Penelitian ... 24

3. Tempat Penelitian ... 25

4. Waktu Penelitian ... 25

C. Prosedur Pengembangan ... 26

1. Potensi dan Masalah ... 26

2. Pengumpulan Data ... 26

3. Desain Produk ... 27

4. Validasi Desain ... 27

5. Revisi Desain ... 27

6. Uji Coba Produk ... 27

(9)

xiv

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

1. Wawancara ... 28

2. Observasi ... 28

3. Kuesioner ... 29

E. Instrumen Penelitian ... 29

1. Pedoman Wawancara ... 30

2. Lembar Observasi ... 30

3. Kuesioner ... 31

F. Teknik Analisis Data ... 33

1. Data Kualitatif ... 33

2. Data Kuantitatif ... 34

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36

A. Hasil Penelitian ... 36

1. Potensi Masalah ... 36

2. Pengumpulan Data ... 38

3. Desain Produk ... 38

a. Media Pembelajaran Mobar ... 38

b. Modul Penggunaan Media Pembelajaran Mobar ... 43

4. Validasi Desain Produk ... 45

5. Revisi Desain ... 50

6. Ujicoba Produk ... 50

B. Pembahasan ... 51

1. Langkah-langkah Pengembangan Media Pembelajaran Mobar ... 51

2. Kualitas Produk Media Pembelajaran Mobar ... 54

BAB V PENUTUP ... 56

A. Kesimpulan ... 56

B. Keterbatasan Penelitian ... 56

C. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 58

LAMPIRAN ... 60

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 83

(10)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Klasifikasi Anak Tunarungu ... 14

Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara Guru Kelas I SLB ... 30

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara ... 30

Tabel 3.3 Rambu-rambu Pengamatan terhadap Siswa Tunarungu ... 31

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Produk untuk Media Pembelajaran Mobar ... 31

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Modul Penggunaan Media Pembelajaran Mobar ... 31

Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Video Tutorial Penggunaan Media Pembelajaran Mobar ... 32

Tabel 3.7 Instrumen Validasi Media Pembelajaran Mobar ... 32

Tabel 3.8 Instrumen Modul Penggunaan Media Pembelajaran Mobar ... 32

Tabel 3.9 Instrumen Video Tutorial Penggunaan Media Pembelajaran Mobar ... 33

Tabel 3.10 Tabel Klasifikasi Hasil Penelitian ... 34

Tabel 3.11 Data Kuantitatif dan Kualitatif ... 35

Tabel 4.1 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas I SLB ... 36

Tabel 4.2 Hasil Observasi Kelas I SLB ... 37

Tabel 4.3 Hasil Validasi Media Pembelajaran Mobar ... 45

Tabel 4.4 Hasil Validasi Modul Penggunaan Media Pembelajaran Mobar ... 46

Tabel 4.5 Hasil Validasi Video Tutorial Penggunaan Media Pembelajaran Mobar .... 46

Tabel 4.6 Analisis Hasil Validasi Media Pembelajaran Mobar ... 47

Tabel 4.7 Analisis Hasil Validasi Modul Penggunaan Media Pembelajaran Mobar ... 48

Tabel 4.8 Analisis Hasil Validasi Video Tutorial Penggunaan Media Pembelajaran Mobar ... 49

(11)

xvi

DAFTAR BAGAN

Halaman Bagan 2.1 Literature Map dan Penelitian yang Relevan ... 20 Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Menurut Borg dan Gall .. 23 Bagan 3.2 Prosedur Pengembangan Prototipe Media Pembelajaran Bentuk Bangun

Ruang ... 25

(12)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 Sisi Luar Kotak ... 6

Gambar 1.2 Sisi Dalam Kotak ... 6

Gambar 1.3 Papan Monopoli ... 6

Gambar 1.4 Pion Berjalan ... 6

Gambar 1.5 Pion Rumah ... 6

Gambar 1.6 Dadu ... 6

Gambar 1.7 Kartu Kesempatan ... 7

Gambar 1.8 Kartu Jawaban ... 7

Gambar 2.1 Bentuk Benda Bangun Ruang ... 18

Gambar 4.1 Desain Papan Mobar (Monopoli Bangun Ruang) Awal ... 39

Gambar 4.2 Desain Kartu Denda, Kartu Kesempatan, dan Kartu Jawaban Awal ... 39

Gambar 4.3 Papan Mobar ... 40

Gambar 4.4 Kotak Wadah Penyimpanan Media Pembelajaran Mobar ... 41

Gambar 4.5 Dadu ... 41

Gambar 4.6 Kartu Kesempatan ... 42

Gambar 4.7 Kartu Jawaban ... 42

Gambar 4.8 Pion Berjalan ... 42

Gambar 4.9 Pion Rumah ... 43

Gambar 4.10 Desain Sampul Modul ... 43

Gambar 4.11 Isi Modul Penggunaan ... 44

(13)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Term of Reference (TOR) ... 60

Lampiran 2 Hasil Validasi Produk ... 61

Lampiran 2.1 Hasil Validasi Produk oleh Ahli Media ... 61

Lampiran 2.2 Hasil Validasi Produk oleh Guru Kelas I SLB ... 63

Lampiran 2.3 Hasil Validasi Modul Penggunaan Media oleh Ahli Media ... 65

Lampiran 2.4 Hasil Validasi Modul Penggunaan Media oleh Guru Kelas I SLB ... 67

Lampiran 2.5 Hasil Validasi Video Tutorial oleh Ahli Media ... 69

Lampiran 2.6 Hasil Validasi Video Tutorial oleh Guru Kelas I SLB ... 71

Lampiran 3 Modul Penggunaan Media ... 73

Lampiran 4 Video Tutorial Penggunaan Media ... 82

(14)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang tertulis pada pasal 32 ayat 1 tentang pendidikan khusus disebutkan bahwa pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki kecerdasan dan bakat istimewa. Setiap peserta didik memilik hak untuk mendapatkan pendidikan sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 pasal 5 ayat 2 tentang sistem pendidikan, menguraikan bahwa warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental, intektual, dan/atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus. Pendidikan khusus ini untuk membantu anak-anak berkebutuhan khusus dalam pendidikan sehingga mereka dapat merasakan pendidikan seperti anak pada umumnya. Anak berkebutuhan khusus memerlukan pendidikan yang spesifik yang berbeda dengan anak-anak pada umumnya (Kustawan, 2012: 23). Pendidikan khusus diberikan untuk anak-anak berkebutuhan khusus untuk merasakan pendidikan seperti anak pada umumnya.

Hallahan dan Kauffman (dalam Atmaja, 2018: 8) mengatakan anak berkebutuhan khusus adalah mereka yang memerlukan pendidikan khusus dan pelayanan yang terkait, jika mereka menyadari akan potensi penuh kemanusiaaan mereka. Oleh karena itu, anak berkebutuhan khusus memperlukan pendidikan khusus dan pelayanan khusus dikarenakan anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik khusus yang berbeda dengan anak pada umumnya (Geniofam, 2010: 11). Handayani, dkk (2017: 9) mengatakan anak berkebutuhan khusus adalah individu yang kehilangan atau mengalami penurunan fungsi indera yang berdampak terhadap masalah belajar atau masalah tingkah laku, dan yang mempunyai keistimewaan intelektual sehingga membutuhkan layanan khusus untuk mengembangkan potensi yang masih dan/atau sudah dimiliki. Anak berkebutuhan khusus memiliki keterbatasan di salah satu atau beberapa kemampuan baik itu bersifat fisik seperti tunanetra dan tunarungu, maupun bersifat psikologis seperti autism dan ADHD (Desiningrum, 2016: 2).

(15)

Salah satu dari sekian anak berkebutuhan khusus adalah anak tunarungu.

Soemantri (dalam Atmaja, 2018: 64) menyebutkan bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu. Hambatan tersebut mengakibatkan mereka memiliki perbendaraan kosakata yang rendah, sulit memahami sesuatu yang bersifat abstrak dan terganggu bicaranya (Wasita, 2013: 22). Anak tunarungu memahami sesuatu yang terjadi di sekitarnya, bergantung pada indera penglihatannya (Haenudin, 2013: 67). Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengakomodasi dari hambatan yang dimiliki oleh anak tunarungu tersebut penggunaan media pembelajaran. Sesuai Zakia (2016: 28) mengatakan pendidikan anak berkebutuhan khusus dalam penggunaan media pembelajaran merupakan komponen yang penting dari sistem pendidikan yang diselenggarakan.

Briggs (dalam Anitah, 2009: 4) media pembelajaran merupakan peralatan fisik untuk membawa atau menyempurnakan isi pembelajaran. Anak tunarungu memiliki permasalahan dalam penerimaan informasi dari lingkungan mengakibatkan prestasi belajar mereka lebih rendah daripada siswa normal terutama dalam pembelajaran (Imawati, 2018: 26). Hambatan yang dimiliki anak tunarungu dalam indera pendengaran namun indera penglihatan dapat mengoptimalkan anak dalam belajar melalui indera penglihatannya. Media pembelajaran yang cocok untuk anak tunarungu adalah media visual dikarenakan hambatan anak tunarungu indera pendengarannya namun ia dapat menggunakan indera penglihatan (Sartika, 2013: 42). Hal ini dapat dilihat dalam hasil penelitian (Imawati dkk, 2018) mengatakan terdapat kenaikan nilai setelah penggunaan media Yogya Monopoli pada materi mengenal kebudayaan dalam mata pelajaran IPS siswa tunarungu, hal ini dapat dilihat dari hasil uji tes penggunaan media Yogyakarta Monopoli efektif dalam hasil belajar siswa tunarungu.

Peneliti melaksanakan observasi di SLB B Karnnamanohara. SLB B Karnnamanohara merupakan salah satu sekolah berkebutuhan khusus untuk anak berkebutuhan khusus tunarungu. Saat itu peneliti melihat proses pembelajaran secara langsung di kelas untuk melihat kesulitan apa yang dialami oleh anak tunarungu ketika proses pembelajaran, namun anak-anak tunarungu sudah mampu dalam menguasai kosakata hanya mengalami kesulitan dalam mengucapkan dikarenakan di SLB B Karnnamanohara anak-anak diharapkan dapat bicara secara oral. Guru sedang

(16)

menerangkan materi mengenai bentuk bangun ruang dengan menggambar bentuk bangun ruang pada papan tulis, kemudian guru menunjuk salah satu benda dengan mengarahkan pada gambar bentuk bangun ruang. Setelah itu guru menjelaskan benda tersebut termasuk dalam bentuk bangun ruang yang mana. Siswa sering salah menunjuk dari bentuk bangun ruang, sebab anak belum membedakan bentuk-bentuk bangun ruang. Guru mengatasi hal ini dengan menerapkan beberapa media berupa benda-benda di sekitar anak, namun anak belum bisa memahami bentuk benda bangun ruang dengan baik. Saat peneliti melakukan wawancara dengan guru kelas siswa kelas 1, mengatakan beberapa anak tunarungu mengalami kesulitan pada pembelajaran matematika bangun ruang khususnya bentuk benda bangun ruang, anak kesulitan disebabkan masih terbatasnya penggunaan media pembelajaran. Sehingga, anak tunarungu sulit memahami bentuk benda bangun ruang. Hal tersebut dibuktikan pada saat observasi di kelas dengan materi bangun ruang, siswa mengalami kesulitan dalam menentukan bentuk benda bangun ruang.

Dari hasil wawancara dan observasi, peneliti berfokus pada pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran. Peneliti memiliki ketertarikan dalam penelitian pengadaan dan pemanfaatan media pembelajaran. Oleh karena itu, solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah tersebut dengan mengembangkan media pembelajaran monopoli bangun ruang untuk membantu guru dalam memberikan materi mengenai bentuk benda bangun ruang. Permainan monopoli ini digunakan agar anak bisa bermain sambil belajar dan anak lebih tertarik untuk belajar. Monopoli bangun ruang ini belum ada yang menerapkan sehingga dirancang media pembelajaran ini berupa monopoli bangun ruang (Mobar).

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti mengangkat sebuah judul penelitian “Pengembangan media MOBAR (Monopoli Bangun Ruang) bagi Siswa Tunarungu untuk Pengenalan Bentuk Benda Bangun Ruang Kelas Bawah. Peneliti berharap media pembelajaran Mobar ini dapat membantu siswa-siswi tunarungu dalam belajar memahami bentuk benda bangun ruang. Selain itu juga pembuatan modul penggunaan dan video tutorial ini dapat membantu guru dalam memahami cara penggunaan media pembelajaran Mobar.

(17)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengembangan media pembelajaran “Mobar” untuk siswa tunarungu Kelas I di SLB B Karnnamanohara?

2. Bagaimana kualitas media pembelajaran “Mobar” untuk siswa tunarungu kelas I di SLB B Karnnamanohara?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui pengembangan media pembelajaran “Mobar” untuk siswa tunarungu kelas I di SLB B Karnnamanohara.

2. Mengetahui kualitas media pembelajaran “Mobar” untuk siswa tunarungu kelas I di SLB B Karnnamanohara.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Siswa Tunarungu

Media dapat mempermudah anak dalam memahami pelajaran matematika terutama keterampilan mengingat melalui media pembelajaran “Mobar” karena proses pembelajaran akan lebih menyenangkan dan anak akan lebih aktif dalam pembelajaran.

2. Bagi Guru

Guru mendapatkan pengalaman dan referensi baru tentang pengembangan media

“Mobar” untuk pembelajaran. Sehingga akhirnya guru menyadari pentingnya media pembelajaran untuk mempermudah anak dan guru mampu mengatasi kesulitan anak.

3. Bagi Sekolah

Sekolah dapat mempertimbangkan mengenai pengadaan media pembelajaran untuk proses pembelajaran. Sehingga sekolah mendapatkan pengetahuan baru tentang berbagai macam media pembelajaran untuk proses pembelajaran.

4. Bagi Prodi PGSD

Hasil penelitian dapat menambah referensi media yang ada dapat dikembangkan di PGSD dan menambah pengalaman penelitian research and development tentang media.

(18)

5. Bagi Peneliti

Penelitian ini diharapkan mampu menambah keterampilan dalam melaksanakan penelitian khususnya mengenai pembuatan media pembelajaran. Selain dalam pembuatannya, diharapkan peneliti mampu memaksimalkan dalam penggunaan media pembelajaran, khususnya untuk anak tunarungu dalam mempelajari benda-benda bangun ruang di Sekolah Dasar.

E. Definisi Operasional

1. Media pembelajaran adalah peralatan fisik untuk membawa atau menyempurnakan isi pembelajaran.

2. Anak tunarungu adalah anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal.

3. Permainan monopoli adalah permainan yang bergantung pada keberuntungan dan strategi yang digunakan pemain.

4. Bangun ruang adalah bagian ruang yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh permukaan bangun.

F. Spesifikasi Produk

Produk yang dikembangkan adalah media pembelajaran Mobar (monopoli bangun ruang). Indikator yang dimasukan dalam media pembelajaran Mobar ini adalah mengetahui bentuk dari bangun ruang; membedakan bentuk dari bangun ruang.

Media pembelajaran Mobar ini dibuat dengan warna yang menarik seperti warna putih sebagai dasar warna dalam media pembelajaran Mobar, warna merah sebagai kartu jawaban untuk kolom A, warna kuning sebagai kartu kesempatan, tanda dari kolom B, serta kartu jawaban untuk kolom B, warna hijau sebagai tanda dari kolom C, serta kartu jawaban untuk kolom C, dan warna biru sebagai kartu tanda dari kolom D, serta kartu jawaban untuk kolom D. Warna-warna yang digunakan dapat dengan mudah memahami dan mengingatnya.

(19)

Media pembelajaran Mobar terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian pertama kotak tempat untuk monopoli. Kedua, isi dalam kotak. Bagian tersebut dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 1.1 Sisi Luar Kotak Gambar 1.2 Sisi Dalam Kotak

Dalam dari isi kotak terdapat beberapa komponen seperti:

Gambar 1.3 Papan Monopoli Gambar 1.4 Pion Berjalan

Gambar 1.5 Pion Rumah Gambar 1.6 Dadu

(20)

Gambar 1.7 Kartu Kesempatan Gambar 1.8 Kartu Jawaban

(21)

8 BAB II

LANDASAN TEORI A. Kajian Teori

1. Media Pembelajaran

a. Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin, yang merupakan bentuk jamak dari kata medium, yang berarti sesuatu yang terletak di tengah (antara dua pihak atau kutub) atau suatu alat. Dalam Webster Dictonary (dalam Anita, 2009: 4), media atau medium adalah segala sesuatu yang terletak di tengah dalam bentuk jenjang, atau alat tanpa saja yang digunakan sebagai perantara atau penghubung dua pihak atau dua hal. Oleh karena itu, media pembelajaran dapat diartikan sebagai sesuatu yang mengantarkan pesan pembelajaran antara pemberi pesan kepada penerima pesan.

Associantion for Educational Communications and Technology (dalam Anitah, 2009: 4) mendefinisikan media sebagai segala bentuk yang digunakan untuk menyalurkan informasi. Berbeda dengan pendapat Briggs (dalam Anitah, 2009: 4) yang mengatakan bahwa media pada hakikatnya adalah peralatan fisik untuk membawa atau menyempurnakan isi pembelajaran. Adapun Munadi (2013: 7) menjelaskan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan agar tercipta suasana lingkungan belajar.

Berdasarkan para ahli kesimpulan pengertian media pembelajaran merupakan alat untuk menyalurkan informasi atau pesan dalam pembelajaran. Media pembelajaran itu sendiri perlu ada dalam proses pembelajaran agar dapat memberikan pesan terhadap materi yang diajarkan kepada anak-anak.

b. Manfaat Media Pembelajaran

Sudjana & Rivai (dalam Arsyad, 2010: 24) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa, yaitu:

1) Pembelajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar

(22)

2) Bahan pembelajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkannya menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran

3) Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru, sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apalagi kalau guru mengajar pada setiap jam pelajaran

4) Siswa dapat lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktivitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan, dan lain-lain

Dilihat dari manfaat media pembelajaran yaitu media sebagai bahan pembelajaran, dan sebagai metode mengajar. Selain itu manfaat media membantu pembelajaran lebih menarik.

c. Jenis Media Pembelajaran

Munadi (2013: 55) mengatakan ada jenis media pembelajaran dari taksonomi media berdasarkan indera yang dilihat yaitu;

1) Media audio ini digunakan untuk mendapatkan informasi (bahan pelajaran) yang disampaikan dengan berbagai cara penyampaian dan rekaman suara manusia atau suara-suara lain untuk tujuan pembelajaran. Media audio ini seperti tape recorder, radio, atau musik.

2) Media visual disebut juga media pandang, karena seseorang dapat menghayati media tersebut melalui indera penglihatannya. Media visual seperti gambar dan lukisan.

3) Media audio visual ini, seseorang tidak hanya dapat melihat atau mengamati sesuatu, melainkan sekaligus dapat mendengar sesuatu yang divisualisasikan. Media audio visual ini seperti menonton film.

Dilihat dari jenis media pembelajaran, media dibagi atas tiga yaitu, media audio, media visual, dan media audio visual. Media ini memiliki keterlibatan dalam indera, baik itu indera penglihatan maupun indera

(23)

pendengaran. Dalam penelitian ini digunakan jenis media pembelajaran visual yang melibatkan indera penglihatan.

2. Anak Berkebutuhan Khusus

a. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Dalam pendidikan luar biasa atau pendidikan khusus anak berkelainan, istilah penyimpangan secara eksplisit ditujukan kepada anak yang dianggap memiliki kelainan penyimpangan dari kondisi rata-rata anak normal pada umumnya, baik dalam fisik, mental, maupun karakteristik perilaku sosialnya Kirk (dalam Atmaja, 2018: 7). Gearheart (dalam Atmaja, 2018: 8) mengatakan bahwa seorang anak dianggap berkelainan bila memerlukan persyaratan yang berbeda dari rata-rata anak normal, dan untuk dapat belajar secara efektif memerlukan program, pelayanan, fasilitas, dan materi khusus. Sedangkan Hallahan dan Kauffman (dalam Atmaja, 2018: 8) mengatakan siswa berkebutuhan khusus adalah mereka yang memerlukan pendidikan khusus dan pelayanan yang terkait, jika mereka menyadari akan potensi penuh kemanusiaan mereka.

Berdasarkan pengertian para ahli di atas bahwa anak berkebutuhan khusus adalah seseorang yang memerlukan kebutuhan lebih khusus dari orang pada umumnya. Orang seperti ini akan lebih diperhatikan dalam kebutuhannya baik itu dalam pelayanan kehidupan sehari-hari maupun pendidikannya sebab mereka perlu bantuan-bantuan orang lain lebih banyak. Maka perlu perhatian yang lebih dari orang pada umumnya.

b. Klasifikasi Anak Berkebutuhan Khusus

IDEA atau Individuls with Disabilities Education Act Amandements (dalam Desiningrum, 2016: 7) secara umum klasifikasi dari anak berkebutuhan khusus adalah:

Anak dengan Gangguan Fisik:

Anak dengan gangguan fisik merupakan anak yang mengalami hambatan pada bagian tubuhnya. Berikut ini beberapa anak dengan gangguan fisik:

(24)

1) Tunanetra, yaitu anak yang indera penglihatannya tidak berfungsi (blind/low vision) sebagai saluran penerima informasi dalam kegiatan sehari-hari seperti orang awas.

2) Tunarungu, yaitu anak yang kehilangan seluruh atau sebagian daya pendengarannya sehingga tidak atau kurang mampu berkomunikasi secara verbal.

3) Tunadaksa, yaitu anak yang mengalami kelainan atau cacat yang menetap pada alat gerak (tulang, sendi, dan otot).

Anak dengan Gangguan Emosi dan Perilaku:

Anak dengan gangguan emosi dan perilaku adalah anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuai diri baik emosi dan perilakunya.

Berikut ini beberapa anak dengan gangguan emosi dan perilaku:

1) Tunalaras, yaitu anak yang mengalami kesulitan dalam penyesuaian diri dan bertingkah laku tidak sesuai dengan norma-norma yang berlaku.

2) Anak dengan gangguan komunikasi bisa disebut tunawicara, yaitu anak yang mengalami kelainan suara, artikulasi (pengucapan), atau kelancaran bicara, yang mengakibatkan terjadi penyimpangan bentuk bahasa, isi bahasa, atau fungsi bahasa.

3) Hiperaktif, secara psikologis hiperaktif adalah gangguan tingkah laku yang tidak normal, disebabkan disfungsi neurologis dengan gejala utama tidak mampu mengendalikan gerakan dan memusatkan perhatian.

Anak dengan Gangguan Intelektual:

Anak dengan gangguan intelektual adalah anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan intelektualnya. Berikut ini beberapa anak dengan gangguan intelektual:

1) Tunagrahita, yaitu anak yang secara nyata mengalami hambatan dan keterbelakangan perkembangan mental intelektual jauh di bawah rata- rata sehingga mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik, komunikasi maupun sosial.

(25)

2) Anak Lamban Belajar (slow learner), yaitu anak yang memiliki potensi intelektual sedikit di bawah normal tetapi belum termasuk tunagrahita (biasanya memiliki IQ sekitar 70-90).

3) Anak berkesulitan belajar khusus, yaitu anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas akademik khusus, terutama dalam hal kemampuan membaca, menulis dan berhitung atau matematika.

4) Anak berbakat, adalah anak yang memiliki bakat atau kemampuan dan kecerdasan luar biasa yaitu anak yang memiliki potensi kecerdasan (intelegensi), kreativitas, dan tanggung jawab terhadap tugas potensinya menjadi prestasi nyata, memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

5) Autisme, yaitu gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh adanya gangguan pada sistem syaraf pusat yang mengakibatkan gangguan dalam interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.

6) Indigo adalah manusia yang sejak lahir mempunyai kelebihan khusus yang tidak dimiliki manusia pada umumnya.

3. Anak Tunarungu

a. Pengertian Anak Tunarungu

KBBI (dalam Evanjeli dkk, 2019: 81) menjelaskan arti Tuli atau tunarungu sebagai ketidakmampuan mendengar dan berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat.

Soemantri (dalam Atmaja, 2018: 64), menyebutkan bahwa seseorang yang tidak atau kurang mampu mendengar suara dikatakan tunarungu.

Tunarungu adalah suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya. Ketunarunguan tidak saja terbatas pada kehilangan pendengaran sangat berat, melainkan seluruh tingkat kehilangan pendengaran dari tingkat ringan, sedang, berat, dan sangat berat.

Sedangkan, (Garnida, 2015: 7) mengatakan tunarungu adalah anak yang

(26)

mempunyai gangguan pada pendengaran sehingga tidak dapat mendengar bunyi dengan sempurna atau tidak dapat mendengar sama sekali.

Berdasarkan pengertian diatas bahwa anak tunarungu adalah seseorang yang mengalami gangguan dalam pendengaran atau ketidakmampuan untuk mendengar yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap rangsangan melalui indera pendengarannya.

b. Klasifikasi Tunarungu

Sattler (dalam Evanjeli dkk, 2019: 84) menjelaskan individu dengan tunarungu memiliki hambatan pendengaran yang menghambat proses informasi linguistik melalui pendengaran. Sementara individu yang sulit mendengar memiliki sisa pendengaran yang cukup membantu dalam pengolahan informasi lisan melalui pendengaran dan umumnya dapat dibantu dengan alat bantu dengar.

Kemampuan mendengar dapat diklasifikasikan berdasarkan waktu terjadinya kehilangan pendengaran dan kemampuan mendengar yang diukur dengan satuan desibel. Klasifikasi kemampuan mendengar berdasarkan waktu terjadinya kehilangan pendengaran, antara lain Sattler (dalam Evanjeli dkk, 2019: 84):

1) Prelingually deaf merupakan hambatan pendengaran yang terjadi saat anak lahir atau sebelum anak melalui proses perkembangan bicara dan bahasa. Umumnya anak mengalami kesulitan dalam mempelajari bicara seperti anak mendengar.

2) Postlingually deaf merupakan hambatan pendengaran yang terjadi setelah anak melalui perkembangan bicara dan bahasa. Anak dengan kategori ini mengalami hambatan dalam kecakapan bahasa lisan namun kemampuan yang dimiliki tidak sama dengan anak dengan prelingually deaf.

Klasifikasi berdasarkan kemampuan pendengaran dengan satuan desibel yang dikemukakan oleh Samuel A. Kirk (dalam Atmaja, 2018: 65).

(27)

Tabel 2.1 Klasifikasi Anak Tunarungu Kelompok Kategori Hilangnya

Pendengaran Keterangan

A 0 dB Menunjukkan pendengaran optimal

B 0-26 dB Menunjukkan masih mempunyai

pendengaran normal

C 27-40 dB Menunjukkan kesulitan mendengar bunyi-bunyi yang jauh, membutuhkan tempat duduk yang strategis letaknya dan memerlukan terapi wicara (tergolong tunarungu sangat ringan)

D 41-55 dB Mengerti bahasa percakapan, tidak dapat mengikuti diskusi kelas, membutuhkan alat bantu dengar dan terapi bicara (tergolong tunarungu ringan)

E 56-76 dB Hanya bisa mendengar suara dari arah yang dekat, masih mempunyai sisa pendengaran untuk belajar bahasa ekspresif atau reseptif dan bicara dengan menggunakan alat bantu dengar serta dengan cara yang khusus (tergolong tunarungu sedang) F 71-90 dB Hanya bisa mendengar bunyi yang

sangat dekat, kadang dianggap tuli, membutuhkan alat bantu mendengar (ABM) dan latihan bicara secara intensif (tergolong tunarungu berat) G 91 dB ke atas Mungkin sadar akan adanya bunyi

atau suara dan getaran, banyak bergantung pada penglihatan daripada pendengarannya untuk proses menerima informasi dan yang bersangkutan dianggap tunarungu (tergolong tunarungu berat sekali/parah/esktrem)

c. Karakteristik Tunarungu

Karakteristik umum yang paling jelas terlihat adalah kemampuan mendengar dan memproduksi suara melalui organ bicara. Kelemahan pendengaran ini menyebabkan anak tunarungu atau tuli memiliki penguasaan kosakata yang lambat dibanding anak-anak lainnya. Evanjeli

(28)

dkk (2019: 85) menjelaskan karakteristik individu dengan gangguan pendengaran dapat ditinjau dari perkembangan sosial, intelegensi, pendidikan, bahasa, dan bicaranya. Karakteristik khas dari anak tunarungu atau tuli, antara lain Delphie (2006: 103)

1) Kurang memperhatikan saat guru memberikan pelajaran di kelas

2) Selalu memiringkan kepalanya, sebagai upaya untuk berganti posisi telinga terhadap sumber bunyi, seringkali ia meminta pengulangan penjelasan guru saat di kelas

3) Mempunyai kesulitan untuk mengikuti petunjuk secara lisan

4) Tidak ingin berpartisipasi secara oral, mereka mendapatkan kesulitan untuk berpartisipasi secara oral dan dimungkinkan karena hambatan pendengarannya.

5) Adanya ketergantungan terhadap petunjuk atau instruksi saat di kelas 6) Mengalami hambatan dalam perkembangan bahasa dan bicara

7) Perkembangan intelektual peserta didik tunarungu terganggu

8) Mempunyai kemampuan akademik yang rendah, khususnya dalam membaca

d. Penyebab Tunarungu

Seorang anak yang mengalami ketunarunguan atau keTulian dapat disebabkan dari beberapa faktor. Penyebab ketunarunguan atau keTulian berdasarkan faktor-faktor yang mempengaruhi menjadi Dudung & Sugiharto (dalam Evanjeli, 2019: 83):

1) Endogen merupakan gangguan pendengaran yang disebabkan oleh genetis atau penurunan sifat.

2) Eksogen merupakan ganggunan pendengaran yang disebabkan oleh faktor-faktor eksternal, antara lain:

a) Infeksi virus sebelum kelahiran seperti cytomegalovirus infection serta campak jerman yang menyerang pada awal-awal kehamilan.

b) Infeksi setelah kelahiran seperti meningitis yang disebabkan oleh bakteri.

(29)

c) Terserang racun kimia atau obat-obatan keras baik saat masih dalam kandungan maupun setelah lahir.

4. Permainan Monopoli

a. Pengertian Permainan Monopoli

Moursund (dalam Yunianto, 2018: 17) berpendapat monopoli adalah salah satu permainan yang berbentuk papan komersial (perdagangan tentang penjualan kekayaan) terlaris di dunia. Pemain berlomba mendapatkan kekayaan melalui kegiatan ekonomi yang melibatkan pembelian, penjualan, penyewaan perumahan dengan menggunakan mata uang yang ada di dalam permainan monopoli. Cara bermain monopoli, pemain bergiliran bergerak atau berpindah-pindah mengelilingi petak di dalam papan monopoli sesuai dengan jumlah mata dadu. Permainan monopoli ini dinamai sesuai dengan nama konsep ekonomi monopoli, yaitu suatu pasar yang didominasi oleh penjual tunggal.

Hui Heng, dkk (dalam Yunianto, 2018: 17) mengatakan permainan monopoli adalah sebuah permainan papan yang popular sejak 1935, permainan monopoli adalah permainan yang bergantung pada keberuntungan dan strategi yang digunakan pemain. Adapun Husna (dalam Prayogo, 2017:

30) mengatakan monopoli adalah salah satu permainan papan yang paling terkenal di dunia.

Berdasarkan beberapa pengertian dari para ahli dapat disimpulkan bahwa permainan monopoli adalah permainan papan yang terkenal di dunia.

Permainan ini mempelajari mengenai pembelian, penjualan, dan penyewaan perumahan.

Permainan monopoli pada arah penelitian ini adalah permainan monopoli berisi materi mengenai benda bangun ruang. Permainan monopoli ini dimaksud untuk membantu siswa untuk memahami bentuk benda dari bangun ruang. Permainan “Mobar” sebagai bagian dari upaya dalam meningkatkan pengetahuan mengenai benda bangun ruang. Permainan ini dipilih agar siswa dapat belajar sambil bermain dan permainan monopoli

(30)

dengan bentuk benda bangun ruang belum ada yang menerapkan sehingga dibuat permainan monopoli bangun ruang ini.

b. Pengertian Monopoli Bangun Ruang (Mobar)

Monopoli bangun ruang adalah suatu media pembelajaran yang dikemas dalam suatu permainan monopoli. Peraturan permainan ini hampir sama dengan permainan monopoli pada umumnya, hanya saja dalam permainan monopoli bangun ruang ini desain tidak menggunakan mata uang dan dana umum. Permainan monopoli bangun ruang memerlukan kecerdasan, ketegasan, ketangkasan para pemain dalam permainan dengan menjawab pertanyaan dan menyebut bentuk benda bangun ruang.

Dalam permainan Mobar (monopoli bangun ruang) ini, kolom yang biasanya berupa nama dan gambar suatu negara, diganti dengan nomor dan gambar benda bangun ruang. Kartu pada permainan monopoli digunakan sebagai kartu kesempatan jika pemain berhenti di kolom kesempatan. Kartu kesempatan berisi aturan lain yang berkaitan dengan jalannya permainan (misalnya: maju dua langkah atau tiga langkah, kesempatan mendapatkan permen, dan sebagainya). Tidak hanya kartu kesempatan, namun terdapat kartu jawaban untuk bukti pemain yang dapat menjawab benda bangun ruang di setiap kolom. Hal ini bertujuan untuk membuat permainan lebih hidup. Papan permainan monopoli dibuat menarik dengan ditambahkan gambar –gambar bangun ruang sesuai dengan materi yang akan disampaikan kepada siswa.

Permainan monopoli Mobar (monopoli bangun ruang) ini bisa dilakukan dalam beberapa pemain. Pemain yang paling banyak menjawab pertanyaan dan mendapatkan kartu jawaban ia dinyatakan sebagai pemenang. Adapun aturan permainan monopoli Mobar (monopoli bangun ruang) adalah sebagai berikut:

1) Permainan dimainkan sebanyak 2 – 4 pemain

2) Setiap pemain diberikan dana berupa permen sebanyak 10

(31)

3) Permainan ini dimulai di kotak START dan berjalan seterusnya sesuai arah jarum jam atau ikuti arah panah dengan angka-angka yang tertunjuk pada dadu

4) Pemain hanya menggunakan satu dadu dengan cara melemparkan dadu 5) Pemain melangkah sesuai dengan angka dari dadu

6) Pemain yang berhenti pada kotak kesempatan, ia akan mendapatkan kartu kesempatan

7) Pemain yang berhenti di lahan yang belum dimiliki oleh pemain lain, maka ia berhak mendapatkan lahan tersebut

8) Pemain yang berhenti di lahan yang sudah dimiliki oleh pemain lain maka ia mendapatkan pengurangan satu permen dan diberikan kepada pemilik lahan

5. Bangun Ruang

Bangun ruang adalah bagian ruang yang dibatasi oleh himpunan titik- titik yang terdapat pada seluruh permukaan bangun tersebut. Permukaan bangun itu disebut sisi. Sisi bangun ruang adalah himpunan titik-titik yang terdapat pada permukaan atau yang membatasi suatu bangun ruang tersebut. Berikut ini beberapa contoh dari benda bangun ruang.

Gambar 2.1 Bentuk Benda Bangun Ruang

(32)

B. Penelitian yang relevan

Penelitian ini berisi tentang pengembangan media pembelajaran Mobar (monopoli bangun ruang). Pengembangan media ini dapat mendukung anak tuli, yang dirancang, dibuat, dan dipilih serta digunakan dalam pembelajaran sehingga dapat bermanfaat dan cocok dalam kegiatan pembelajaran. Adapun penelitian- penelitian yang relevan berikut:

1. Penelitian tentang Media Monopoli Materi Bangun Ruang

Penelitian yang pertama Mariana (2018) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Media MOKU (Monopoli Kuis) Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar Siswa Kelas IV SDN Sumur Welut III/440 Surabaya. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Jenis penelitian quasi eksperiment. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV di SD N Sumur Welut III/440 Surabaya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata skor n gain kelas eksperimen yaitu 0,7315, sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan MOKU sangat berpengaruh terhadap hasil belajar matematika materi bangun datar siswa kelas IV SDN Sumur Welut III/440 Surabaya.

Kurniasari (2016) dalam penelitiannya yang berjudul Pengembangan Media Pojabung (Monopoli Jaring-Jaring Bangun Ruang) sebagai Media Pembelajaran Materi Jaring-Jaring Bangun Ruang Pada Siswa Kelas V SD.

Malang: Universitas Muhammadiyah Malang. Jenis penelitian research and development (R&D). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SDN Gadingkulon 1 Malang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa uji coba memperlihatkan respon positif seperti kelompok kecil diperoleh prosentase 92%, dan 98% pada uji coba kelompok besar.

2. Penelitian tentang Materi Bangun Ruang untuk Siswa Tunarungu

Penelitian ini dilakukan oleh Rosalina (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Peningkatan Kemampuan Mengenal Bangun Ruang Melalui Media Komputer Pada Anak Tunarungu Kelas I Di SDN Inklusi Tempurejo Kecamatan Tempurejo Kabupaten Jember Tahun Pelajaran 2012/2013. Surabaya:

Universitas Negeri Surabaya. Jenis penelitian yaitu penelitian tindakan kelas

(33)

(PTK). Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas I SDN Tempurejo. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa sangat antusias dengan hasil skor paling tertinggi yaitu 54%.

Berdasarkan beberapa studi literatur tentang penelitian sebelumnya, belum ada penelitian mengembangkan media pembelajaran Mobar (monopoli bangun ruang) untuk siswa tunarunngu di Kelas I. Peneliti akan melakukan pengembangan media pembelajaran Mobar (monopoli bangun ruang) untuk siswa tunarungu kelas I. penelitian memilih pengembangan media pembelajaran Mobar (monopoli bangun ruang) ini karena belum pernah ada yang melakukan dan melihat kemampuan siswa yang masih minim akan materi mengenai bangun ruang. Penelitian ini dapat dilihat pada literature map yang dijabarkan pada bagan 2.1.

Bagan 2.1 Literatur Map dari Penelitian yang Relevan Marian (2018)

Media Monopoli Matematika Bangun Ruang siswa kelas

IV, jenis penelitian yang digunakan Quasi

Eksperiment.

Kurniasari (2016) Pengembangan Media Pojabung (Monopoli Jaring- Jaring) siswa kelas IV, jenis

penelitian Research and Development (R&D)

Rosalina (2014) Peningkatan kemampuan mengenal bangun ruang pada anak tunarungu siswa kelas I,

jenis penelitian PTK.

Penelitian Media Monopoli Materi Bangun Ruang

Penelitian Materi Bangun Ruang

untuk Siswa Tunarungu

Yang diteliti adalah pengembangan media

monopoli materi bangun ruang untuk

siswa tunarungu kelas I.

(34)

C. Kerangka Berpikir

Matematika adalah merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada di dalamnya Subarinah (dalam, Kalfinta: 2018). Pengenalan bentuk bangun ruang merupakan masalah yang ditemukan di SLB B Karnnamanohara. Pengenalan bentuk bangun ruang di SLB B Karnnamanohara masih rendahnya pemahaman siswa tunarungu pada materi pengenalan bentuk benda bangun ruang disebabkan terbatasnya penggunaan media pembelajaran. Oleh karena itu, peran guru dalam kelas perlu diperhatikan karena guru menjadi tonggak dalam menguasai kelas. Jika guru dapat memaksimalkan tingkat kenerja maka siswa tunarungu akan teratasi.

Soemantri (dalam Atmaja, 2018: 64), menjelaskan tunarungu adalah suatu keadaan kehilangan pendengaran yang mengakibatkan seseorang tidak dapat menangkap berbagai rangsangan, terutama melalui indera pendengarannya.

Tunarungu mengalami hambatan dalam pendengarannya menjadikan anak kesulitan saat pembelajaran. Dalam hal ini guru harus memiliki strategi khusus agar anak tunarungu dapat belajar. Maka, perlunya media pembelajaran dalam pembelajaran sesuai dengan Zakia (2016: 28) mengatakan pendidikan anak berkebutuhan khusus dalam penggunaan media pembelajaran merupakan komponen yang penting dari sistem pendidikan yang diselenggarakan.

Dalam penelitian ini, peneliti mencoba untuk mengembangkan permainan monopoli yang dimodifikasi menjadi media pembelajaran Mobar (monopoli bangun ruang) dapat memberikan suasana belajar menyenangkan bagi siswa tunarungu. Pemilihan dalam permainan monopoli ini dapat memasukkan banyak komponen dalam satu permainan sehingga, permainan ini lebih sederhana. Media pembelajaran ini dibuat dalam bentuk papan kertas yang terdapat kolom-kolom dan gambar mengenai benda bangun ruang. Media pembelajaran ini akan dimainkan dengan cara bergantian setiap pemainnya sesuai giliran. Media pembelajaran Mobar ini berupa materi mengenai bentuk benda bangun ruang, konsep yang dibuat seperti melihat gambar benda bangun ruang kemudian anak diminta untuk memasukkan benda bangun ruang tersebut ke dalam bangun ruang yang mana.

(35)

Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti pada pembelajaran matematika materi bentuk bangun ruang di kelas bahwa ada beberapa siswa tunarungu kelas I mengalami kesulitan dalam memahami materi bentuk-bentuk benda bangun ruang. Pada saat pembelajaran berlangsung, siswa tersebut tidak dapat konsentrasi pada pembelajaran saat itu. Dari hasil wawancara bersama guru kelas I menyatakan bahwa siswa tunarungu tersebut sulit memahami bentuk-bentuk benda bangun ruang. Selain itu, guru menyarankan peneliti membuat media pembelajaran yang dapat membuat siswa tunarungu memahami bentuk-bentuk benda bangun ruang.

Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan sesuai untuk menjawab kebutuhan media pembelajaran untuk anak tunarungu. Penelitian ini difokuskan untuk mengembangkan media pembelajaran matematika materi bentuk benda bangun ruang. Media pembelajaran matematika bentuk-bentuk bangun ruang ini didesain dengan metode permainan monopoli. Permainan monopoli ini dikembangkan dengan berisikan materi bentuk-bentuk benda bangun ruang.

Media pembelajaran ini memiliki warna dan tektur yang dapat dirasakan oleh indera manusia seperti indera penglihatan dan indera peraba. Media pembelajaran dibuat menggunakan bahan-bahan yang dapat ditemukan di lingkungan sekitar.

Peneliti berharap media pembelajaran ini dapat membantu siswa-siswa tunarungu dalam belajar memahami bentuk-bentuk benda bangun ruang. Selain itu juga pembuatan media pembelajaran dapat membantu guru dalam menjelaskan materi bentuk-bentuk bangun ruang. Hal ini dapat membantu pemahaman bagi siswa tunarungu.

D. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan dari uraian di atas, peneliti merumuskan pertanyaan penelitian:

1. Bagaimana pengembangan media pembelajaran “Mobar” bagi anak tunarungu?

2. Bagaimana kualitas media pembelajaran “Mobar” bagi anak tunarungu?

(36)

23 BAB III

METODE PENELITIAN

Dalam bab ini dikemukakan tentang (1) jenis penelitian, (2) Setting penelitian (3) desain penelitian (4) teknik pengumpulan data, (5) instrumen penelitian, dan (6) teknik analisis data

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan yang sering disebut Research and Development (R&D). Borg and Gall (dalam Sugiyono, 2011: 297) menjelaskan Penelitian dan Pengembangan (R&D) adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Borg dan Gall (dalam Sugiyono, 2011: 298) mengemukakan sepuluh langkah dalam R & D diantaranya (1) potensi dan masalah, (2) mengumpulkan informasi, (3) desain produk, (4) validasi desain, (5) perbaikan desain, (6) uji coba produk, (7) revisi produk, (8) uji coba pemakaian, (9) revisi produk, dan (10) pembuatan produk masal.

Bagan 3.1 Langkah-langkah Penelitian dan Pengembangan Menurut Borg dan Gall (dalam Sugiyono, 2011)

Potensi dan Masalah

Pengumpulan Data

Desain Produk

Validasi Desain

Ujicoba Produk

Revisi Desain Revisi

Produk Ujicoba

pemakaian

Revisi Produk

Final

Produksi Masal

(37)

Pada tahap pertama peneliti mencari tahu adanya potensi dan masalah yang ada di lapangan. Ketika sudah menemukan potensi dan masalah selanjutnya peneliti mengumpulkan informasi yang dapat digunakan sebagai bahan untuk perencanaan membuat produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah yang ditemui.

Setelah itu peneliti mulai desain produk dengan membuat rancangan produk yang ingin dicapai yang hasil akhirnya dilengkapi dengan spesifikasinya. Selanjutnya peneliti melakukan validasi dengan menghadirkan beberapa pakar atau para ahli untuk menilai produk yang baru dirancang. Selesai validasi oleh pakar atau para ahli maka dapat diketahui kelemahnnya sehingga kelemahan itu perlu dikurangi dengan cara memperbaiki desain.

Desain produk yang sudah diperbaiki kemudian diwujudkan terlebih dahulu menjadi barang. Setelah uji coba tahap awal dilakukan simulasi penggunaan metode mengajar pada subjek yang terbatas. Jika uji coba tersebut masih ada kelemahan yang ditemukan maka langkah selanjutnya adalah merevisi produk tersebut. Kemudian produk diujicobakan dalam lingkup yang lebih luas. Uji coba ini tetap dilakukan penilaian kekurangan atau hambatan yang dialami sehingga perlu revisi produk. Setelah itu produk dapat diproduksi secara masal dan digunakan pada lingkup yang lebih luas.

B. Setting Penelitian 1. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini siswa tunarungu kelas I SLB-B Karnnamanohara Yogyakarta tahun ajaran 2019/2020 dengan tingkat ketunarunguan yaitu sedang.

Pertimbangan dalam pemilihan siswa tunarungu sebagai subjek penelitian berdasarkan wawancara bersama kepala sekolah dan guru serta melakukan observasi.

2. Objek Penelitian

Objek dalam penelitian ini adalah media pembelajaran Mobar (monopoli bangun ruang). Media pembelajaran Mobar (monopoli bangun ruang) ini didesain untuk siswa tunarungu agar dapat memahami bentuk-bentuk benda bangun ruang,

(38)

karena siswa tunarungu ini belum menguasai bentuk-bentuk benda bangun ruang.

3. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SLB-B Karnnamanohara Yogyakarta 4. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan penelitian dalam melaksanakan penelitian R & D pada bulan November 2019 sampai Juni 2020.

C. Prosedur Pengembangan

Tahap-tahap dalam penelitian ini menggunakan 10 langkah-langkah dari Ball

& Gall dengan memodifikasi menjadi 6 langkah yaitu (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan data, (3) desain produk (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) ujicoba produk. Peneliti hanya menggunakan enam tahapan saja dikarenakan keterbatasan subjek penelitian dan biaya. Keenam langkah-langkah disajikan dalam bagan 3.2

Pengembangan Prototipe Media Pembelajaran Mobar untuk Siswa Tunarungu TAHAP PERTAMA

Potensi dan Masalah

TAHAP KEDUA Pengumpulan Data

TAHAP KETIGA Desain Produk Potensi dan masalah Wawancara

Kepala Sekolah Guru Kelas I

Pengumpulan Data

Karakteristik media pembelajaran yang cocok Karakteristik siswa berkebutuhan khusus tunarungu

Desain Produk Desain media pembelajaran untuk siswa tunarungu

(39)

TAHAP KEEMPAT Validasi Desain

TAHAP KELIMA Revisi Desain

TAHAP KEENAM Ujicoba Produk

Uji coba produk dilakukan pada siswa tunarungu kelas I di SLB B Karnnamanohara

Bagan 3.2 Prosedur Pengembangan Prototipe Media Pembelajaran Bentuk Benda Bangun Ruang

1. Potensi dan Masalah

Tahap pertama dalam penelitian ini adalah potensi dan masalah. Potensi dan masalah dilakukan dengan melalui wawancara. Wawancara dilakukan bersama guru kelas I di SLB B Karnnamanohara. Tujuan wawancara dan observasi untuk mengetahui kesulitan matematika yang dihadapi siswa tunarungu dalam mengikuti pembelajaran di kelas. Dari hasil wawancara dan observasi, peneliti dapat mengumpulkan data-data yang kemudian akan digunakan untuk menentukan pembuatan produk. Produk ini diharapkan dapat mengatasi masalah yang ditemukan.

2. Pengumpulan Data

Tahap kedua dalam penelitian ini adalah pengumpulan Data.

Pengumpulan data ini dilakukan dengan mencari informasi mengenai media pembelajaran yang sesuai dengan anak tunarungu dan karakteristik anak tunarungu sehingga media pembelajaran yang dibuat bisa sesuai konsep materi bangun ruang. Setelah itu, dirancang media pembelajaran ini sesuai kebutuhan

Validasi produk

Ahli Media

Guru Kelas I

Revisi Produk Perbaikan produk yang

telah divalidasi

(40)

anak tunarungu. Media pembelajaran ini ditentukan berdasarkan kebutuhan anak tunarungu seperti model permainan yang digunakan, dan warna yang disukai oleh anak.

3. Desain Produk

Produk yang akan dihasilkan dalam penelitian ini adalah media pembelajaran Mobar (monopoli bangun ruang). Mengembangkan produk ini dimulai merancang desain media pembelajaran Mobar serta modul penggunaan media. Desain diawali dengan mendesain media pembelajaran Mobar dengan menggunakan CorelDraw. Selanjutnya pemilihan gambar-gambar yang digunakan untuk papan monopoli dan penentuan warna yang menarik untuk siswa. Sedangkan, modul penggunaan didesain menggunakan Powerpoint.

4. Validasi Desain

Validasi desain produk melalui konsulitasi dengan ahli. Para ahli memberikan komentar dan sara secara lisan terhadap prototype. Konsultasi desain media pembelajaran Mobar selama satu kali. Konsultasi dalam bentuk soft copy dan hard copy hal ini dilakukan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan prototype media pembelajaran Mobar (monopoli bangun ruang) yang telah dikembangkan.

5. Revisi Desain

Revisi desain dilakukan berdasarkan masukan dan komentar dari ahli.

Masukan dari para ahli ini untuk meminimalisir kekurangan dari prototype.

Setelah mendapat revisi dan komentar dari para ahli, peneliti akan melakukan perbaikan dan akan dilanjutkan dengan konsultasi akhir dan jika sudah setujui maka, peneliti akan mencetak media pembelajaran Mobar (monopoli bangun ruang) dan modul penggunaan media pembelajaran Mobar (monopoli bangun ruang).

6. Uji Coba Produk

Tahapan uji coba produk ini menguji cobakan prototype berupa media pembelajaran Mobar pada mata pelajaran matematika. Ujicoba ini untuk mengetahui kekurangan dan kelemahan dari prototype tersebut. Setelah diujicobakan, peneliti akan mengetahui kekurangan media pembelajaran Mobar

(41)

(monopoli bangun ruang). Selain dari hasil ujicoba, peneliti juga mendapatkan data dari validasi prototipe yang dilakukan oleh para ahli.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumupulan data sangat penting dalam suatu penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan wawancara, observasi, dan kuesioner. Wawancara menggunakan wawancara tidak terstruktur untuk pengumpulan informasi masalah serta pengumpulan data tentang siswa tunarungu dengan karakteristiknya. Observasi yang dilakukan untuk mencari informasi mengenai siswa tunarungu terkait pelajaran Matematika. Kuesioner sebagai instrumen validasi produk digunakan untuk menilai prototipe yang telah dikembangkan.

1. Wawancara

Sugiyono (2015) wawancara merupakan teknik pengumpulan data dimana pewawancara (peneliti atau yang diberi tugas melakukan pengumpulan data) dalam mengumpulkan data mengajukan suatu pertanyaan kepada yang diwawancarai. Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan dan potensi yang harus diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui pendapat, keinginan dan hal-hal lain dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit/kecil. Jenis wawancara dalam penelitian ini adalah wawancara tidak terstuktur. Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya (Sugiyono, 2012: 140). Dalam wawancara tidak terstruktur peneliti menggunakan garis besar ketika pada wawancara. Narasumber wawancara pada penelitian ini adalah guru kelas I. Tujuan dari wawancara tidak terstruktur adalah mendapatkan data yang lebih rinci dari narasumber.

2. Observasi

Observasi adalah pengamatan terhadap pola perilaku manusia dalam situasi tertentu, untuk mendapatkan informasi tentang fenomena yang

(42)

diinginkan. Observasi merupakan cara yang penting untuk mendapatkan informasi yang pasti tentang orang karena apa yang dikatakan orang belum tentu sama dengan apa yang dikerjakan Larry Cristensen (dalam Sugiyono, 2015).

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi tidak terstruktur.

Sugyiono (2012) mengatakan observasi tidak terstruktur adalah observasi yang tidak dipersiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobervasi. Hal ini dilakukan karena peneliti tidak tahu secara pasti tentang apa yang akan diamati.

Observasi tidak terstruktur ini dilakukan dengan menggunakan rambu-rambu pengamatan. Observasi ini dilakukan bertujuan untuk menggali dari pengumpulan informasi agar mendapatkan analisis data yang mendalam tentang karakteristik siswa tunarungu dan mengetahui kegiatan proses belajar pada siswa tunarungu di kelas I SLB B Karnnamanohara.

3. Kuesioner

Sugiyono (2015) menjelaskan kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden.

Dalam penelitian ini kuesioner digunakan untuk validasi prototipe. Penelitian ini menggunakan rating-scale, dalam kuesioner responden dapat memberikan komentar maupun masukan tentang kualitas produk pada kolom yang sudah disediakan. Untuk pemilihan skala, peneliti menggunakan empat skala untuk mendapatkan jawaban secara pasti sehingga terhindar dari jawaban ragu-ragu.

Dalam kuesioner peneliti menyediakan empat skala yaitu sangat baik, baik, kurang baik, dan sangat tidak baik. Bentuk rating-scale dibuat dalam bentuk checklist dengan memberikan tanda (√). Kuesioner ini digunakan untuk validasi produk yang ditujukan kepada para ahli media, dan Guru Kelas I.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat ukur seperti tes, kuesioner, pedoman wawancara dan pedoman observasi yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian (Sugiyono, 2015). Instrumen

(43)

penelitian yang dipilih ada tiga komponen yaitu wawancara, obervasi, dan kuesioner.

1. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara menjadi panduan bagi peneliti selama proses wawancara yang dilakukan narasumber. Informasi tentang penggunaan media pembelajaran di sekolah. Berikut ini kisi-kisi wawancara dalam penelitian sebagai berikut:

Tabel 3.1 Kisi-kisi Wawancara kepada Guru Kelas I SLB

Aspek yang ingin diketahui No Item Proses belajar mengajar untuk siswa tunarungu 1,2 Pembelajaran yang sulit dihadap siswa tunarungu 3,4 Media pembelajaran yang digunakan oleh guru 5

Pada tahap kedua peneliti melakukan wawancara guru kelas I SLB.

Berikut ini pedoman wawancara.

Tabel 3.2 Pedoman Wawancara kepada Guru Kelas I

No Pertanyaan

1 Bagaimana proses pembelajaran yang dilakukan siswa tunarungu selama ini?

2 Bagaimana cara mengajar siswa tunarungu?

3 Apa pembelajaran matematika bagi siswa tunarungu?

4 Apa yang sulit dalam pembelajaran matematika bagi siswa tunarungu?

5 Apa saja media pembelajaran yang digunakan dalam mengajarkan bentuk benda bangun ruang?

2. Lembar Obervasi

Lembar observasi digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan pengamatan atau observasi agar penelitian lebih terarah dan tidak melenceng dari fokus penelitian. Observasi dilaksanakan di kelas I untuk mendapatkan informasi mengenai siswa tunarungu saat pembelajaran Matematika berlangsung di dalam kelas. Rambu-rambu pengamatan dapat dilihat pada tabel 3.3

(44)

Tabel 3.3 Rambu-rambu Pengamatan terhadap Siswa Tunarungu

No Rambu-rambu Pengamatan

1. Mengamati proses pembelajaran siswa tunarungu pada saat pembelajaran berlangsung

2. Kecocokan media pembelajaran dengan materi pembelajaran 3. Ketersediaan media pembelajaran di kelas

3. Kuesioner

Kuesioner ini digunakan peneliti sebagai acuan untuk validasi produk yang dikembangkan. Validasi dilakukan untuk mengetahui kelayakan produk yang hasilkan. Kuesioner berisi penilaian terhadap produk yang dibuat oleh peneliti. Penilaian ini dilakukan oleh pakar atau para ahli yaitu dosen dan guru kelas I. Dalam penyusun kuesioner ini terdapat kisi-kisi penilaian validasi prototipe media pembelajaran. Berikut kisi-kisi kuesioner mengenai media pembelajaran Mobar.

Tabel 3.4 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Produk untuk Media Pembelajaran Mobar

Aspek yang ingin diketahui No Item

Pengembangan produk 1,2,4,5,6,7,8

Desain produk 3,9,10,11,12,13,14,15

Berikut ini kisi-kisi kuesioner mengenai validasi modul penggunaan media pembelajaran Mobar.

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Validaasi Modul Penggunaan Media Pembelajaran Mobar

Aspek yang ingin diketahui No Item

Desain sampul modul 1,2,3,4,5

Desai nisi modul 6,7,8,9,10

Berikut ini kisi-kisi Kuesioner validasi video tutorial penggunaan media pembelajaran Mobar.

(45)

Tabel 3.6 Kisi-kisi Kuesioner Validasi Video Tutorial Penggunaan Media Pembelajaran Mobar

Aspek yang ingin diketahui No Item

Tampilan video 1,2,3,4,5,7,8,9

Manfaat video 6,10

Berikut ini adalah pernyataan pengembangan instrumen kuesioner validasi media pembelajaran Mobar.

Tabel 3.7 Kuesioner Validasi untuk Media Pembelajaran Mobar

No Pernyataan

1 Media berisi materi pelajaran yang mampu memperdalam pengetahuan siswa

2 Media dapat membantu siswa menemukan kesalahan sendiri pada saat memainkan

3 Gambar yang disajikan jelas 4 Media menimbulkan minat siswa 5 Media menimbulkan antusias siswa

6 Media dapat membantu siswa menemukan jawaban yang benar 7 Media dapat membuat siswa memahami konsep matematika secara

mandiri

8 Media dapat membantu siswa tertarik untuk belajar 9 Bentuk media menarik bagi siswa

10 Media memuat gambar yang konkret dan menarik pada siswa 11 Bahasa yang digunakan dalam media mudah untuk dipahami 12 Warna media membuat siswa tertarik untuk belajar

13 Kesesuaian warna background dengan warna tulisan pada kartu media 14 Ketepatan pemilihan jenis dan ukuran huruf pada media

15 Bahan yang digunakan untuk membuat media didapatkan dari lingkungan sekitar

Berikut ini adalah pernyataan pengembangan instrumen kuesioner validasi modul penggunaan media pembelajaran Mobar.

Tabel 3.8 Kuesioner Validasi untuk Modul Penggunaan Media Pembelajaran Mobar

No Pernyataan

1 Penampilan unsur tata letak pada sampul muka dan belakang secara harmonis memiliki kesatuan (unity) serta konsisten

2 Menampilkan pusat pandang (center point) yang baik

3 Komposisi dan ukuran unsur tata letak (judul, pengarang, ilustrasi, dll)

Gambar

Tabel 2.1 Klasifikasi Anak Tunarungu   Kelompok  Kategori Hilangnya
Gambar 2.1 Bentuk Benda Bangun Ruang
Tabel 3.2 Pedoman Wawancara kepada Guru Kelas I
Tabel 3.3 Rambu-rambu Pengamatan terhadap Siswa Tunarungu
+7

Referensi

Dokumen terkait

atraksi, aktivitas sosial dan ekonomi masyarakat setempat dapat ditingkatkan dan dikembangkan menjadi sumber daya wisata kawasan LKL berkelanjutan. Tujuan umum dari

kosakata bahasa daerah telah diserap ke dalam ke dalam kosakata bahasa Indonesia, khususnya yang termuat di dalam KBBI Pusat Bahasa Edisi Keempat , (2)

Apabila indikasi tersebut terjadi, Perusahaan harus menentukan taksiran jumlah yang dapat diperoleh kembali ( recoverable amount ) atas nilai aktiva dan mengakui penurunan

Beberapa model multimedia interaktif yaitu: (1) Model Drill: merupakan salah satu strategi pembelajaran yang bertujuan memberikan pengalaman belajar yang lebih konkrit

Faktor eksternal merupakan faktor obyektif dari persaingan industri farmasi Indonesia saat ini, seperti pasar institusi (pemerintah kabupaten dan kota) untuk obat generik

Pada studi yang dilakukan Anorital dkk tidak dapat diperoleh spesimen kotoran babi hutan sehingga tidak diketahui positif tidaknya kotoran tersebut mengandung telur

Daun sambung nyawa banyak digunakan untuk berbagai pengobatan tetapi penelitian mengenai uji efek teratogen ekstrak etanol daun sambung nyawa (Gynuraprocumbens

nasabah juga melakukan akad wakalah sebagai perwakilan BPRS untuk membeli barang dari supplier yang harus ditentukan oleh nasabah itu sendiri dan BPRS.. menyerahkan