BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Tentang Hermetia illucens 2.1.1 Klasifikasi
Menurut Fahmi (2018), klasifikasi Hermetia illucens adalah sebagai berikut.
Kingdom : Animalia Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Diptera Famili : Stratiomyidae Genus : Hermetia
Spesies : Hermetia illucens
Gambar 2.1 Lalat Dewasa Hermetia illucens. (a) Gambar Literatur Dewantoro & Efendi (2018), (b) Dokumen Pribadi (2019).
2.1.2 Morfologi
Lalat Hermetia illucens berwarna hitam dan bagian segmen basal abdomennya berwarna transparan menyerupai abdomen lebah. Panjang lalat berkisar antara 15-20 mm dan mempunyai waktu hidup lima sampai delapan hari.
Saat lalat dewasa berkembang dari pupa, kondisi sayap masih terlipat kemudian mulai mengembang sempurna hingga menutupi bagian torak, Gambar 2.1 menunjukkan morfologi larva, pupa, lalat dewasa BSF. Lalat dewasa tidak memiliki
(a) (b)
bagian mulut yang fungsional, karena lalat dewasa hanya beraktivitas untuk kawin dan bereproduksi sepanjang hidupnya. Kandungan lemak yang disimpan saat masa pupa merupakan asupan nutrien dan penunjang hidup lalat dewasa. Berdasarkan jenis kelaminnya, lalat betina umumnya memiliki daya tahan hidup yang lebih pendek dibandingkan dengan lalat jantan (Wardhana, 2016).
Gambar 2.2 Morfologi Larva, Pupa, Lalat Dewasa BSF. (a) Gambar Literatur Wardhana (2016), (b) Dokumen Pribadi (2019).
2.1.3 Cara Hidup
Lalat BSF (Hermetia illucens) tersebar hampir di seluruh dunia layaknya lalat lain, Lalat BSF biasanya memakan apa saja diantaranya sisa makanan, sampah, makanan yang sudah terfermentasi, sayuran, buah buahan, daging, tulang lunak, bahkan makan bangkai hewan (Suciati & Faruq, 2017). Larva Hermetia illucens juga berperan sebagai dekomposer aktif. Menurut Tsagkarakis, Arapostathi, &
Strouvalis (2017) larva Hermetia illucens memiliki mulut yang berfungsi sebagai alat pengunyah makanan dan aktifitas tersebut dapat bermanfaat terhadap ekologi yakni sebagai agen dekomposer.
Upaya budidaya larva Hermetia illucens dibutuhkan media yang sesuai dengan karakteristik kebutuhan hidupnya sehingga maggot Hermetia illucens tersebut dapat hidup secara normal. Media biakan sangat berpengaruh dengan kandungan nutrien pada maggot Hermetia illucens, dalam penelitian ini peneliti menggunakan komposisi media campuran dedak dan Azolla microphylla dengan harapan dapat menghasilkan maggot Hermetia illucens yang berkualitas yaitu berbobot dan kandungan nutrien yang tinggi.
(a) (b)
2.1.4 Siklus Hidup
Hermetia illucens merupakan salah satu hewan yang mengalami metamorfosis sempurna yaitu terdiri dari lima tahapan, dari telur, larva (maggot), pre-pupa, pupa (kepompong) hingga menjadi lalat black soldier fly muda-dewasa, gambar 2.1.4 menunjukkan siklus hidup Hermetia illucens.
Gambar 2.3 Siklus Hidup Hermetia illucens (Dewantoro & Efendi, 2018)
2.1.5 Reproduksi
Hermetia illucens berkembang biak dengan cara seksual. Menurut Susetyarini, Zaenab, Latifa, & Rofieq (2017), reproduksi seksual disebut juga reproduksi secara generatif. Reproduksi seksual melibatkan peleburan 2 sel gamet (sperma dan ovum) membentuk zigot. Pada umumnya, sel gamet tersebut berasal dari 2 induk yang berbeda (jantan dan betina).
Siklus Hermetia illucens relatif singkat yaitu sekitar 40 hari. Fase metamorfosis terdiri atas fase telur 2 sampai 3 hari, fase larva (maggot) 18 hari, fase pre-pupa dan pupa 3 hari, fase lalat muda 3 hari, fase lalat dewasa terjadi
perkawinan, dua hingga tiga hari setelah kawin betina akan bertelur, betina mati setelah bertelur, jantan mati setelah kawin (Dewantoro & Efendi, 2018).
2.2 Tinjauan Tentang Larva Hermetia illucens (Maggot)
Maggot merupakan sebutan dari larva lalat BSF (Hermetia illucens) yang memiliki sifat saprofagus dan fotofobik. Mereka hidup dalam tumpukkan sampah organik dan mendekomposisinya menjadi unsur mikro. Secara anatomi maggot Hermetia illucens memiliki kepala yang seolah-olah terpisah dari bagian tubuh, pada bagian kepala terdapat mulut yang dapat merombak bahan-bahan organik.
Tubuh maggot memiliki 11 segmen, pada setiap segmen terdapat bulu-bulu atau rambut-rambut halus. Tubuh maggot Hermetia illucens berwarna krem atau coklat muda dan berubah menjadi coklet tua saat mendekati fase pupa. Ukuran maggot Hermetia illucens mencapai 20 mm dengan lebar badan 6 mm (Fahmi, 2018).
Setelah tiga hari, telur Hermetia illucens akan menetas dan bergerak menuju sumber makanan, larva yang menetas akan terlihat dipermukaan media membentuk kumpulan. Setelah berumur 3 hari, larva mulai bergerak ke dalam media biakan.
Pada tahap ini peternak tidak menemukan mini-larvae (maggot kecil) di permukaan media. Larva Hermetia illucens (maggot) akan mencari tempat gelap atau menjauhi cahaya dan masuk ke celah-celah media biakan (Fahmi, 2018).
2.2.1 Kandungan Nutrisi Maggot
Menurut penelitian (Rachmawati, Buchori, Hidayat, Hem, & Fahmi, 2010) bila dibandingkan nutrisi maggot Hermetia illucens dengan tepung ikan, kandungan nutrisi maggot Hermetia illucens jauh lebih tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa proses biokonversi maggot Hermetia illucens dapat digunakan dalam bidang peternakan dan akuakultur, yaitu menggantikan proporsi tepung ikan dalam komposisi pakan. Kadar protein yang terbaik dikandung oleh larva muda. Namun dalam konteks produksi massal, kuantitas produksi menjadi pertimbangan lainnya dalam pemanfaatan larva muda tersebut.
Maggot Hermetia illucens dapat diberikan langsung sebagai pakan hidup (life feed) kepada ikan atau unggas, hal ini disebabkan maggot Hermetia illucens memiliki nutrisi yang mendukung pertumbuhan ikan atau unggas. Dalam penelitian
Rachmawati et al (2010), maggot Hermetia illucens memiliki kadar nutrisi diantara yaitu protein kasar 47,56 %, lemak kasar 19,80 %, dan abu kasar 9,71 %. Untuk mendapatkan maggot dengan nutrisi yang maksimal dibutuhkan media biakan yang sesuai, dalam penelitian ini peneliti ingin menggunakan campuran dedak dan Azolla micropylla sebagai media biakan maggot Hermetia illucens. Menurut (Sheppard, Tomberlin, Joyce, Kiser, & Sumner, 2002) maggot Hermetia illucens dapat mengganti tepung ikan untuk mencukupi kebutuhan nutrisi pada ikan lele.
2.3 Tinjauan Tentang Azolla microphylla 2.3.1 Klasifikasi
Menurut Gunawan & Harianto (2011) klasifikasi Azolla microphylla adalah sebagai berikut.
Kingdom : Plantae Divisi : Pteridophyta Kelas : Pteridopsida Ordo : Salviniales Famili : Salviniaceae Genus : Azolla
Spesies : Azolla microphylla
Gambar 2.4 Azolla microphylla (Dokumen Pribadi, 2019)
2.3.2 Morfologi
Tumbuhan paku air (Azolla microphylla) merupakan tumbuhan mengambang yang termasuk ke dalam famili Salviniaceae. Tumbuhan ini tumbuh secara alami di genangan air, seperti kolam, danau. Tumbuhan ini dapat tumbuh pada temperatur 15-25oC dan kaya akan protein, berkisar antara 22-30%. Secara morfologi Azolla microphylla dapat dibedakan menjadi tiga bagian yaitu akar, rhizoma, dan daun. Akar terdiri dari seberkas akar yang kecil-kecil, rhizoma merupakan generasi sporofit, sedangkan daun terdiri dari dua lobi yaitu lobus dorsal dan lobus ventral. Daun berongga, didalamnya hidup Anabaena azollae (Etikawati
& Jutono, 2000).
2.3.3 Kandungan Azolla microphylla
Tanaman paku air Azolla microphylla ini memiliki cukup banyak manfaat, yaitu sebagai pakan ikan, unggas, dan dapat dijadikan pupuk. Azolla microphylla mampu mengikat nitrogen dari udara. Potensi ini menjadikan Azolla microphylla baik sebagai pupuk hijau. Saat kondisi optimal, Azolla microphylla dapat tumbuh baik dengan laju pertumbuhan 35% setiap harinya. Azolla microphylla mengandung protein yang cukup tinggi. Kandungan asam amino esensialnya, terutama lisin sebanyak 0,42%. Kandungan tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan konsentrat jagung dan beras pecah. Ketersediaan asam amino sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan maggot Hermetia illucens (Gunawan & Harianto, 2011).
Kandungan nutrisi yang baik dalam Azolla microphylla dapat mempengaruhi pertumbuhan dan banyaknya maggot Hermetia illucens yang hidup.
Menurut Katayane, Bagau, Wolayan, & Imbar (2014) substrat yang berkualitas akan menghasilkan maggot Hermetia illucens yang lebih banyak karena dapat menyediakan zat gizi yang cukup untuk pertumbuhan serta perkembangan maggot Hermetia illucens yang hasilnya dapat diukur melalui produksi berat segar maggot Hermetia illucens. Media biakan yang buruk menimbulkan kekurangan energi yang dapat menghambat perkembangan tubuh maggot Hermetia illucens.
2.4 Tinjauan Tentang Dedak
Dedak adalah hasil samping dari proses penggilingan padi yang terdiri dari lapisan luar butiran beras (perikarp dan tegmen) serta sejumlah lembaga. Pada proses penggilingan padi biasanya dedak diperoleh dari proses penggilingan pertama. Nilai gizi protein dedak relatif tinggi dikarenakan adanya kandungan lisin yang tinggi. Lisin merupakan salah satu asam amino esensial. Kandungan gizi dan karakter fungsional yang memiliki keunggulan tersendiri, maka dapat dimanfaatan sebagai bahan untuk media tumbuhnya maggot Hermetia illucens (Astawan &
Febrinda, 2010).
Suharno (2002) menyebutkan bahwa dedak halus mengandung 13,5%
protein, 13 % serat kasar, 12,15% lemak, 10,5% abu, 10,15% air, dan 1890 kkal energi metabolisme. Dedak padi yang paling baik digunakan adalah dedak halus,
karena memiliki kandungan nutrisi lebih tinggi dibanding dedak kasar, dedak padi terdiri atas 4 macam yaitu dedak kasar, dedak halus, dedak lunteh, dan bekatul.
2.5 Komposisi Media Campuran untuk Pertumbuhan Maggot
Protein merupakan makromolekul yang banyak terdapat pada sel hidup dan tersusun dari asam-asam amino yang disintesis berdasarkan kode yang dibawa oleh informasi genetik yang berupa urutan nukleotida yang disebut kodon. Protein memainkan peran sentral dalam sistem biologi. Salah satu peran protein dalam tubuh adalah sebagai komponen struktural sel dan organisme kompleks (Awwaly, 2017).
Protein yang masuk kedalam tubuh akan dipecah menjadi asam amino oleh enzim yang terdapat di organ pencernaan, seperti pepsin, tripsin, dan erepsin. Asam amino tersebut kemudian akan diserap oleh dinding usus halus ke dalam aliran darah. Asam amino yang ada di dalam darah akan digunakan dalam proses sintesis protein. Sintesis protein merupakan salah satu proses di dalam rangkaian proses pembelahan sel. Informasi genetik yang ada di dalam mRNA, akan di tranlasi ke dalam sekuens (urutan) asam amino yang nantinya akan membentuk sifat struktural tubuh, misalnya membentuk jaringan ikat atau otot (Santoso, 2007). Tingginya kandungan protein di dalam tumbuhan Azolla microphylla tentunya akan menyuplai pasokan protein yang dibutuhkan oleh maggot Hermetia illucens, sehingga akan meningkatkan pertumbuhan.
Protein yang masuk ke dalam tubuh akan dipecah menjadi asam amino oleh enzim yang terdapat di dalam organ-organ pencernaan, seperti pepsin di dalam carian lambung, tripsin dalam getah pankreas, atau erepsin dalam usus halus. Asam amino tersebut kemudian akan diserap melalui dinding usus halus ke dalam aliran darah (Gibson, 2003). Menurut Santoso (2007) asam amino yang ada di dalam aliran darah akan digunakan dalam proses sintesis protein. Sintesis protein merupakan salah satu proses di dalam rangkaian proses pembelahan sel. Informasi genetik yang ada di dalam mRNA, akan ditranlasi ke dalam sekuen (urutan) asam amino. Hasil dari proses translasi adalah protein, dan salah satu peran protein adalah komponen penyusun dari jaringan atau otot, sehingga adanya proses sintesis protein
akan menyebabkan penambahan massa jaringan atau otot yang akan meningkatkan bobot tubuh.
Protein sebagai zat pembangun tubuh karena protein merupakan bahan pembentuk jaringan baru yang selalu terjadi dalam tubuh. Pada fase larva atau maggot Hermetia illucens merupakan fase masa pertumbuhan, pembentukkan jaringan baru tersebut terjadi secara besar-besaran. Protein yang dikandung oleh maggot Hermetia illucens bersumber dari protein yang terdapat pada media tumbuhnya karena maggot Hermetia illucens memanfaatkan protein yang ada pada media biakan untuk membentuk protein tubuhnya. Jika media biakan mengandung protein tinggi akan berpengaruh positif pada bobot dan kandungan protein maggot Hermetia illucens (Katayane et al., 2014).
Berdasarkan uraian diatas, keberhasilan produksi dan kualitas maggot Hermetia illucens yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh komposisi media biakan maggot Hermetia illucens tersebut. Dengan demikian efektifitas media pertumbuhan maggot Hermetia illucens dapat dilihat sehingga dapat menjadi solusi pemanfaatan campuran dedak dan Azolla microphylla dan juga sebagai agen biokonversi yang nantinya dapat dijadikan sumber protein pakan bagi ternak.
2.6 Analisis Hasil Penelitian Sebagai Sumber Belajar
Sumber belajar merupakan segala sesuatu yang dimanfaatkan oleh siswa untuk mempelajari bahan dan pengalaman belajar sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Belajar pada dasarnya untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dimana saja, kapan saja, dan dengan apa saja, sebab sumber belajar terdapat dimana saja dan ada beragam jenisnya. Dengan terjadinya interaksi antara proses belajar peserta didik akan memperoleh pengetahuan, keterampilan, dan sikap, kualitas interaksi peserta didik dengan sumber belajar berpengaruh sekali terhadap hasil belajar (Abdullah, 2012).
Sumber belajar bermanfaat sebagai pembuka jalan dan pengembangan wawasan terhadap proses pembelajaran bagi peserta didik. Dimana sumber belajar mampu memberikan informasi yang dapat memperluas pengetahuan peserta didik, memberikan pengalaman belajar yang lebih nyata sehingga sehingga dapat
merangsang pemikiran siswa menjadi lebih kritis (Anisah & Azizah, 2016).
Berdasarkan hal tersebut, pemanfaatan suatu objek sebagai sumber belajar harus memiliki kriteria tertentu. Berikut merupakan beberapa kriteria dalam pemilihan materi sebagai sumber belajar, yaitu:
1. Kejelasan potensi, yaitu tersedianya objek pembelajaran dan permasalahan yang dapat diungkapkan untuk menghasilkan fakta dan konsep dari hasil penelitian yang dilakukan.
2. Kejelasan sasaran, yaitu objek dan subjek penelitian.
3. Kesesuaian dengan tujuan belajar, yaitu adanya kesesuaian dengan kompetensi dasar pembelajaran.
4. Kejelasan informasi yang diungkap, yaitu proses dan produk penelitian yang tentunya disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku.
5. Kejelasan pedoman eksplorasi, yaitu prosedur dan pelaksanaan penelitian, sepeti sampel penelitian, alat dan bahan, cara kerja, teknik pengolahan data, dan kesimpulan yang diperoleh dari penelitian.
6. Kejelasan perolehan yang diharapakan, yaitu berupa proses dan produk penelitian yang dapat digunakan sebagai sumber belajar berdasarkan aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Keenam kriteria diatas sebagai acuan bahwa penelitian pengaruh komposisi media campuran dedak dan Azolla microphylla terhadap bobot maggot Hermetia illucens dapat digunakan sebagai sumber belajar karena segi proses dan produk yang merupakan makna sumber belajar biologi.
2.7 Kerangka Konsep
Gambar 2.5 Kerangka Konsep
2.8 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan studi pustaka diatas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada pengaruh komposisi media campuran dedak dan Azolla microphylla terhadap bobot maggot Hermetia illucens
Maggot Hermetia illucens merupakan alternatif pakan ternak yang dapat menekan biaya pengadaan pakan
Upaya mendapatkan maggot yang berbobot dengan kualitas baik, diperlukan media budidaya yang sesuai dan mencukupi kebutuhan nutrisi maggot
Media campuran dedak dan Azolla microphylla memiliki potensi yang ideal untuk budidaya maggot dengan kualitas tinggi
Peningkatan bobot maggot Hermetia illucens ditinjau dari pertambahan bobot maggot
Sumber belajar biologi KD 2.3 kelas XII semester ganjil materi metabolisme pada organisme