• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENERAPAN KOMPETENSI INTI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PETUGAS PROMOSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS PENERAPAN KOMPETENSI INTI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PETUGAS PROMOSI "

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

TESIS

ANALISIS PENERAPAN KOMPETENSI INTI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PETUGAS PROMOSI

KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA BAUBAU

Analysis of Application of Core Competence of Health Promotion to Health Promotion Officer at Public

Health Center of Baubau City

WISNU FAJRIAN UMAR

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

(2)

ii

ANALISIS PENERAPAN KOMPETENSI INTI PROMOSI KESEHATAN TERHADAP PETUGAS PROMOSI

KESEHATAN DI PUSKESMAS KOTA BAUBAU

Tesis

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Magister

Program Studi Kesehatan Masyarakat

Disusun dan diajukan oleh

WISNU FAJRIAN UMAR

Kepada

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR 2017

(3)

iii

(4)

iv

PERNYATAAN KEASLIAN TESIS

Yang bertanda tangan di bawah ini

Nama : Wisnu Fajrian Umar Nomor Mahasiswa : P1805215006

Program Studi : Kesehatan Masyarakat

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa tesis yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan atau pemikiran orang lain. Apabila di kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan tesis ini hasil karya orang lain, saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.

Makassar, Agustus 2017 Yang menyatakan

Wisnu Fajrian Umar

(5)

v

PRAKATA

Assalamu Alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillahi Rabbil Alamin, Maha Suci ALLAH SWT yang atas karunia ilmu, kesehatan dan kesempatanyalah sehingga penyusunan tesis ini dapat penulis selesaikan pada waktunya. Tak lupa shalawat dan salam penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad SAW dan Keluarganya yang Suci pembawa kebenaran dan teladan ummat manusia.

Penulis menyadari bahwa hamba Allah, kesempurnaan sangat jauh dari penyusun tesis ini. keterbatasan dan kekurangan yang ada dalam tesis ini merupakan refleksi dari ketidaksempurnaan penulis sebagai manusia. Namun segala kerendahan dan ketulusan hati, penulis memberanikan diri mempersembahkan tesis ini sebagai hasil usaha dan kerja keras yang telah penulis lakukan selama ini.

Penyusunan tesis ini juga tidak lepas dari bantuan dan dukungan banyak orang. Terima kasih untuk doa dan dukungan dari Ibunda tercinta Hasniar, Spd dan juga Ayahanda tercinta Umar S.sos. terima kasih juga penulis berikan khusus untuk adik-adik tersayang Rachmat Adi Wiguna Umar dan Tisa Amalia Umar untuk semua cinta, kasih sayang, semangat dan doa-doa manis yang tak putus hingga kemudian mengantarkan penulis hingga sampai tahap ini.

(6)

vi

Perkenankan pula penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada Ibu DR. Suriah, SKM, M.Kes selaku ketua Komisi Penasehat dan Bapak DR. Lalu Muhammad Saleh, SKM, M.Kes selaku Sekertaris Penasihat, yang tak pernah lelah ditengah kesibukannya dengan penuh kesabaran memberikan arahan, perhatian, motivasi, masukan dan dukungan moril yang sangat bermanfaat bagi penyempurnaan penyusunan dan penulisan tesis ini.

Tak lupa pula penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dewan penguji yang terhormat atas masukan, saran dan koreksinya dalam pembuatan tesis ini yakni, Bapak Prof. DR.

dr. Muhammad Syafar, MS. Bapak Prof. DR. Amran Razak, M.Sc dan Ibu DR. dr. Syamsiar S. Russeng, MS. Semoga apa yang diberikan akan dibalas oleh yang maha kuasa dengan limpahan rahmat dan karunianya.

Rasa hormat dan terima kasih penulis sampaikan pula kepada : 1. Ibu Prof. Dr. Dwia Aries Tina Palubuhu, MA selaku rektor Universitas

Hasanuddin

2. Bapak Prof. Dr. drg. H. A. Zulkifli Abdullah, M.Kes Selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Makassar.

3. Bapak Dr. Ridwan M Thaha, M.Sc Selaku Ketua Program Studi Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin 4. Ibu Dr. Suriah, SKM, M.Kes Selaku Ketua Konsentrasi Promosi

Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin

(7)

vii

5. Seluruh dosen beserta staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin atas ilmu berharga, bimbingan dan segala bantuan sarana dan prasarana selama menempuh pendidikan di Fakultas kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin.

6. Bapak/Ibu/Saudara(i) Kepala Puskesmas se-Kota Baubau dan Petugas Promosi Kesehatan Puskesmas Kota baubau yang telah meluangkan waktunya untuk membantu dan mengikuti penelitian ini sebagai informan serta dukungan dan motivasi dan doanya.

7. Terkhusus buat Dinas Kesehatan Kota Baubau yang sudah memberikan izin penelitian sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis ini.

8. Seluruh rekan-rekan seperahu seperjuangan 2015 Program Studi Kesehatan Masyarakat khusunya Promosi kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin terima kasih telah mengisi hari-hari ini yang senantiasa memberikan semangat, motivasi, kerjasama, kebersamaan, keceriaan dan kenangan indah selama pendidikan dan dalam penyusunan tesis ini.

9. Kepada keluarga, kerabat dan handai taulan serta seluruh teman- teman yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu namanya terima kasih atas bantuan dan doanya.

Akhir kata, tiada gading yang tak retak, tiada manusia yang sempurna. Demikian pula dengan penyususn tesisi ini. penulis menyadari bahwa tesis ini jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis memohon maaf

(8)

viii

dan dengan senang hati menerima kritik dan saran yang bersifat membangun. Semoga Allah SWT senantiasa melimbahkan rahmat-Nya kepada kita semua dan apa yang disajikan dalam tesis ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin ya Robbal Alamin. Wassalam

Makassar, Agustus 2017 Penulis

Wisnu Fajrian Umar

(9)
(10)

10

(11)

11

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL ……….……… i

HALAMAN JUDUL ……….……..…….… ii

LEMBAR PENGESAHAN ……..……….…….… iii

PERNYATAAN KEASLIAN ….….……….……..… iv

PRAKATA ……….…….…. v

ABSTRAK ……….…….. vi

ABSTRACT ………. vii

DAFTAR ISI ……….... viii

DAFTAR SKEMA ……… ix

DAFTAR BAGAN ………... x

DAFTAR MATRIKS………. xi

DAFTAR LAMPIRAN ……….………... xii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 11

D. Manfaat Penelitian ... 12

(12)

12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... ... 16

A. Tinjauan Umum tentang Kompetensi ... 16

B. Tinjauan Umum Kompetensi Inti Promkes ... 22

C. Tinjauan Umum Tentang Petugas Promosi Kesehatan ... 57

D. Tinjauan Tentang Puskesmas ... 58

E. Kerangka Teori………. ... 64

F. Kerangka Konsep………. ... 65

G. Defenisi Konsep………... 65

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 67

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 67

B. Waktu dan Lokasi Penelitian………... 68

C. Informan Penelitian………... 69

D. Cara Pengumpulan Data………... 69

E. Keabsahan Data………... 73

F. Instrumen Penelitian………... 73

G. Pengolahan Dan Analisis Data………... 73

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………... 76

A. HASIL PENELITIAN………... 76

1. Mengelola merencanakan & Mengevaluasi………... 79

2. Komunikasi………... 85

3. Pendidikan Kesehatan………... 88

4. Pemasaran & Publikasi………... 98

5. Fasilitas & Publikasi………... 102

(13)

13

6. Memengaruhi Kebijakan & Paraktik………... 105

B. PEMBAHASAN………... 114

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………... 135

Kesimpulan………... 135

Saran………... 139 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(14)

14

DAFTAR SKEMA

nomor halaman

1. Skema tentang kemampan petugas promkes dalam mengelola dan merencanakan……… …... 82 2. Skema tentang kemampuan petugas promkes dalam

mengevaluasi... 85 3. Skema tentang kemampuan petugas promkes dalam melakukan

Bentuk-bentuk komunikasi……… 88 4. Skema tentang pengetahuan petugas promkes……… 91 5. Skema tentang petugas promkes dalam membuat materi

penyuluhan... 93 6. Skema tentang petugas promkes mengenai metode yang dilakukan

dalam melakukan upaya penyuluhan atau pendidikan kesehatan……... 96 7. Skema tentang petugas promkes mengenai media yang

dipakai……... 98 8. Skema tentang petugas promkes mengenai bentuk-bentuk pemasa

ran.sosial……… 100 9. Skema petugas promkes dalam melakukan kerjasama ……. 105 10. Skema petugas promkes dalam melakukan Advokasi ………… 108

(15)

15

DAFTAR BAGAN

nomor halaman

11. Bagan tentang kemampan petugas promkes dalam mengelola dan merencanakan……… …... 83 12. Bagan tentang kemampuan petugas promkes dalam mengevaluasi 86 13. Bagan tentang kemampuan petugas promkes dalam melakukan

Bentuk-bentuk komunikasi……… 89 14. Bagan tentang pengetahuan petugas promkes……… 92 15. Bagan tentang petugas promkes dalam membuat materi

penyuluhan... 94 16. Bagan tentang petugas promkes mengenai metode yang dilakukan

dalam melakukan upaya penyuluhan atau pendidikan

kesehatan……... 97 17. Bagan tentang petugas promkes mengenai media yang

dipakai……... 99 18. Bagan tentang petugas promkes mengenai bentuk-bentuk pemasa

ran.sosial……… 102 19. Bagan petugas promkes dalam melakukan kerjasama …….. 106

(16)

16

DAFTAR MATRIKS

nomor halaman

20. Matriks metode pengumpulan data……… 71 21. Matriks kompetensi inti promkes yang sudah dilaksanakan dan

yang belum dilaksanakan……… 138

(17)

17

DAFTAR LAMPIRAN

a. Lembar penjelasan penelitian

b. Lembar persetujuan menjadi informan penelitian

c. Pedoman wawancara

d. Lembar observasi komptensi inti Promkes

e. Lembar tilik dokumen

f. Tabel sintesa hasil penelitian g. Peta lokasi penelitian

h. Dokumentasi penelitian

i. Surat izin Penelitian Dekan fakultas FKM Unhas

j. Surat Izin Penelitian pemerintah Kota Baubau

k. Surat Izin Penelitian Dinas kesehatan Kota Baubau

(18)

18

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut World Health Organization (WHO) yang tertulis dalam Piagam Otawwa tahun1986 Promosi kesehatan adalah proses atau upaya pemberdayaan masyarakat untuk dapat memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Untuk mencapai keadaan sehat, seseorang atau kelompok harus mampu mengidentifikasi dan menyadari aspirasi, mampu memenuhi kebutuhan dan merubah atau mengendalikan lingkungan (Kholid, 2014).

Menurut Depkes promosi kesehatan adalah upaya untuk meningkatkan kemampuan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, agar mereka dapat menolong diri sendiri, serta mengembangkan kegiatan yang bersumber daya masyarakat, sesuai sosial budaya setempat dan didukung kebijakan publik yang berwawasan kesehatan (Kemenkes, 2011).

Tenaga promosi kesehatan masyarakat Puskesmas adalah tenaga kesehatan masyarakat yang diberi tugas untuk menangani program promosi kesehatan masyarakat di Puskesmas. kompetensi adalah kombinasi spesifik antara pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengerjakan suatu kegiatan khusus. Kompetensi inilah

(19)

19

yang seharusnya dipahami dan dimiliki oleh seorang petugas promosi kesehatan terutama di Puskesmas (Ismoyo, 2009).

Upaya-upaya kesehatan masyarakat dalam hal pemberdayaan masyarakat yang berbasis preventif dan promotif seyogyanya dilakukan oleh para petugas kesehatan di Puskesmas sebagai unit dan ujung tombak pemerintah di dalam melakukan upaya preventif dan promotif.

Puskesmas (Health Centre) adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan masyarakat perseorangan tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI. NO. 75 Tahun 2014).

Promosi kesehatan dalam setiap kegiatan-kegiatannya memerlukan suatu penerapan metode yang tepat dan keterampilan yang sesuai.

Keterampilan dan metode yang digunakan berperan besar terhadap ketercapaian atau keberhasilan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan yang dilaksanakan. Dengan kata lain, petugas promosi kesehatan harus memiliki kompetensi yang sesuai. Kompetensi disini dapat diartikan sebagai suatu kemampuan spesifik antara pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mengerjakan kegiatan tertentu.

Bekerja dengan orang untuk mempromosikan kesehatan dalam banyak situasi yang berbeda dengan tujuan yang berbeda-beda pula. Oleh karena itu memiliki pengetahuan tentang metode-metode khusus dan

(20)

20

keterampilan khusus sangat diperlukan sebelum dan saat melakukan kegiatan promosi kesehatan (Maulana, 2009).

Upaya promosi kesehatan di Puskesmas adalah tanggung jawab semua petugas kesehatan yang bekerja di Puskesmas, mengingat Puskesmas adalah ujung tombak pelayanan kesehatan yang berbasis Promotif dan Prenventif, namun kegiatan promosi kesehatan secara khusus dilakukan oleh petugas penyuluh kesehatan yang telah terdidik dan telah diberikan wewenang di dalam melakukan upaya-upaya promotif.

Oleh karena itu seorang tenaga penyuluh kesehatan di Puskesmas harus memiliki kompetensi yang baik agar dapat melakukan tugas-tugasnya dengan baik di tempat kerja.

Menurut laporan tahunan pusat promosi kesehatan tahun 2013 Kementerian Kesehatan Republik Indonesia menyatakan bahwa upaya pemberdayaan masyarakat dan promosi kesehatan untuk meningkatkan perilaku sehat di masyarakat ditandai dengan terjadinya peningkatan Rumah tangga ber-perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS), desa siaga aktif dan kenaikan jumlah pos kesehatan desa.

Laporan Riset Fasilitas Kesehatan (Rifaskes) tahun 2012 hal yang membuat tidak maksimalnya pelaksanaan promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat adalah terbatasnya kapasitas promosi kesehatan di daerah akibat kurangnya tenaga promosi kesehatan jumlah tenaga penyuluh kesehatan masyarakat di Puskesmas hanya 4.144 orang di seluruh Indonesia. Tenaga tersebut tersebar di 3.085 Puskesmas

(21)

21

(34,4%). Rata-rata tenaga promosi kesehatan di Puskesmas sebanyak 0,46 per-Puskesmas. Itu pun hanya 1% yang memiliki basis pendidikan/pelatihan promosi kesehatan (Kemenkes, 2012).

Keputusan Menteri Kesehatan dan Kesehjahteraan Sosial (Kemenkes-Kesos, 2001), menunujukan bahwa penyuluh kesehatan masyarakat adalah Pegawai Negei Sipil (PNS) yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwewenang untuk melakukan kegiatan penyuluhan kesehatan masyarakat/ Promosi kesehatan. Sedangkan menurut penelitian Agustini dalam Ismoyo 2009 bahwa tenaga promosi kesehatan masyarakat Puskesmas adalah tenaga kesehatan masyarakat yang diberi tugas untuk menangani program promosi kesehatan masyarakat di Puskesmas.

Sumber daya utama diperlukan untuk penyelenggaraan promosi kesehatan Puskesmas adalah tenaga (Sumber Daya Manusia atau SDM), sarana/peralatan termaksuk media komunikasi, dan dana atau anggaran.

Pengelolaan promosi kesehatan hendaknya dilakukan oleh kordinator yang mempunyai kapasitas dibidang promosi kesehatan. Koordinator tersebut dipilih dari tenaga khusus promosi kesehatan (yaitu pejabat fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat atau PKM). Jika tidak tersedia tenaga khusus promosi kesehatan tersebut dapat dipilih dari semua tenaga kesehatan Puskesmas yang melayani pasien/klien (dokter, perawat, bidan, sanitarian, dan lain-lain) (Depkes, 2008).

(22)

22

Tugas Pokok Jabatan penyuluh kesehatan masyarakat berdasarkan surat Keputusan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No. 58/KEP/M.PAN/8/2000 yaitu melaksanakan kegiatan Adokasi, melaksanakan kegiatan bina suasana, melaksanakan pemberdayaan masyarakat, melakukan penyebarluasan informasi kesehatan dalam berbagai bentuk dan saluran komunikasi, membuat rancangan media baik media cetak, elektronika maupun luar ruang, melakukan pengkajian/penelitian perilaku masyarakat yang berhubungan dengan kesehatan, merencanakan intervensi dalam rangka mengembangkan perilaku masyarakat yang mendukung kesehatan.

Studi awal bulan tanggal 4 Januari 2017 dengan melakukan wawancara dengan pemegang program promosi kesehatan Dinas Kesehatan Kota Baubau ditemukan bahwa masih banyak pemegang program promosi kesehatan di Puskesmas yang merangkap tugas diakibatkkan persebaran jumlah pegawai Puskesmas yang tidak merata serta ditambah lagi kurangnya pelatihan secara berkala yang mereka ikuti.

Kemudian hasil wawancara melalui via telepon kepada salah satu pemegang promosi kesehatan di Puskesmas Kota Baubau, mengatakan bahwa, dalam melakukan perencanaan kegiatan mereka hanya berdasarkan data capaian tahunan yang belum tercapai target sebagai dasar, tanpa melihat skala prioritas masalah dan mengukur dampak yang akan dicapai nantinya sebagaimana proses perencanaan yang ada didalam kompetensi inti promosi kesehatan, hal ini dikarenakan menurut

(23)

23

mereka selain mudah dikerjakan juga tidak memakan waktu lama dalam menyusun perencanaan kegiatan dan juga biasa dikerjakan oleh para pemegang promosi kesehatan yang sebelumnya.

Penyuluhan kesehatan yang serig dilakukan, isi materinya yang disampaikan biasa bersifat spontan, dan biasa dilakukan di Posyandu atau pada saat banyak yang datang berobat di Puskesmas, artinya tanpa persiapan dan pengkajian sasaran dan pesan yang ingin di capai.

Selanjutya dalam hal publikasi kebanyakan masih menggunakan media seperti baliho, spanduk dan leafleat dan belum menggunakan media elektronik dan massa misalnya Tv dan Koran dan jarang dilakukan evaluasi terhadap keefektifan penggunaan media tersebut dikarenakan bila itu dilakukan maka akan memakan waktu dan akan terbengkalai tugas-tugas mereka yang lain. Selanjunya di dalam kegiatan membangun jaringan dengan masyarakat baik di dalam upaya kemitraan biasa di lakukan hanya mengunjungi tokoh-tokoh masyarakat, seperti RT/RW dan Kelurahan, dan biasanya dilakukan pada saat terjadi KLB misalnya Kejadian Demam berdarah atau Diare. Adapun kegiatan didalam upaya memengaruhi kebijakan dalam bentuk Advokasi dan praktek belum terlaksana dengan baik di karenakan para petugas belum paham mengenai apa yang akan dilakukan.

Hasil penelitian yang dilakukan oleh Diana (2015) di Kota Tual menemukan bahwa kemampuan petugas tentang promosi kesehatan, kompetensi petugas, strategi, metode dan penggunaan media masih

(24)

24

kurang karena masih sebatas pengalaman saja serta standarisasi profesionalitas petugas penyuluh kesehatan tidak ada. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Gamrin (2012) di Kabupaten Maros menemukan bahwa kemampuan penyuluh kesehatan masyarakat/promosi kesehatan masyarakat kurang sebagai akibat dari rendahnya pengetahuan, pengalaman dan keterampilan. Penelitian ini di perkuat oleh (Yuniarti, 2012) yang mengatakan bahwa Kinerja petugas Penyuluh kesehatan masyarakat/promosi kesehatan itu dipengaruhi oleh tingkat pendidikan, pelatihan, dan keterampilan. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Khotimah (2016) di Kota Palembang yang menemukan bahwa perlu dilakukan refresh training, pembinaan berkelanjutan dan training of trainee (TOT) untuk meningkatkan kompetensi dan kapabilitas bagi tenaga promosi kesehatan di Puskesmas.

Menurut Permenkes RI. No. 17 Tahun 2015 menunjukkan bahwa kompetensi adalah karakteristik dan kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap sesuai tugas dan/atau fungsi jabatan. Kompetensi ini adalah sebagai standar jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat digunakan dalam rangka meningkatkan profesionalisme dan kompetensi jabatan fungsional Penyuluh Kesehatan Masyarakat (Permenkes, 2015).

Menurut Ewles dan Simnett (1994) terdapat enam kompetensi inti dalam promosi kesehatan yakni : 1) mengelola, merencanakan dan mengevaluasi, 2) komunikasi, 3) pendidikan kesehatan, 4) pemasaran dan

(25)

25

publikasi, 5) fasilitas dan jaringan yakni kemampuan menfasilitasi dan membangun jaringan agar orang lain mampu mempromosikan kesehatan mereka sendiri dan orang lain dan 6) memengaruhi kebijakan dan praktik yakni mampu bekerja sama dengan berbagai organisasi di komunitas dan mampu menyusun kebijakan publik yang sehat dan peraturan yang membutuhkan lobi serta tindakan politik (Maulana, 2009). Dengan demikian pelaksanaan program Promosi kesehatan di Kota Baubau masih perlu ditingkatkan, salah satunya adalah dengan meningkatkan kompetensi petugas promkes untuk mengatasi masalah rendahnya cakupan kegiatan promosi di Kota Baubau.

Salah satu azas penyelenggaraan Puskesmas yaitu pemberdayaan masyarakat agar berperan aktif dalam penyelenggaraan setiap upaya kesehatan, terutama dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. Untuk melaksanakan upaya kesehatan wajib tersebut di Puskesmas diperlukan tenaga fungsional, Penyuluh Kesehatan Masyarakat (PKM) untuk mampu mengelola promosi kesehatan di Puskesmas secara profesional dan mampu untuk mengelola serta menyelenggarakan pelayanan yang bersifat promotif dan preventif.

Tenaga promosi kesehatan di Kota Baubau yang tersebar di 17 Puskesmas dalam melakukan kegiatan promosi kesehatan masyarakat masih belum maksimal hal ini dipengaruhi oleh masih banyak yang merangkap jabatan, sebaran pegawai juga tidak merata di tiap Puskesmas sehingga memengaruhi pelayanan dalam upaya promosi.

(26)

26

Latar belakang pendidikan petugas juga bermacam-macam yakni dari 17 tenaga Promkes hanya dua orang yang mempunyai jabatan Fungsional.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table berikut.

Tabel 1.1 Petugas Promkes Puskesmas Kota Baubau berdasarkan jabatan Fungsional

No Puskesmas Latar belakang pendidikan

Jabatan Fungsional

1 Kampeonaho S1 Kesling Kesling

2 Wolio S1 Kesling Kontrak

3 Katobengke S1 Promkes Promkes

4 Bataraguru S1 Kesling Kesling

5 Wajo S1 Kesling Kesling

6 Melai S1 Epidemiologi Epidemiologi

7 Liwuto S1 AKK Kontrak

8 Lakologou S1 Kesling Kontrak

9 Sorawolio S1 Promkes Promkes

10 Lowu-Lowu S1 Kesling Kontrak

11 Kadolomoko S1 perawat Perawat

12 Sulaa S1 Perawat Perawat

13 Waborobo S1 Kesling Kesling

14 Bungi D3 Bidan Bidan

15 Meo-Meo S1 Kesling Kontrak

16 Betoambari S1 AKK AKK

17 Bukit Wolio Indah S1 Kesling Kontrak

Tenaga Promkes Dalam melakukan perencanaan kegiatan mereka hanya berdasarkan data capaian tahunan yang belum tercapai target sebagai dasar, tanpa melihat skala prioritas masalah dan mengukur dampak yang akan dicapai . Begitu halnya dalam melakukan penyuluhan, materi yang disampaikan biasa bersifat spontan, dan biasa dilakukan di Posyandu atau pada saat banyak yang datang berobat di Puskesmas, artinya tanpa persiapan dan pengkajian sasaran dan pesan yang ingin di

(27)

27

capai. Selanjutnya dalam hal publikasi kebanyakan masih menggunakan media seperti baliho, spanduk dan leafleat dan belum menggunakan media elektonik dan massa misalnya Tv dan Koran dan jarang di lakukan evaluasi terhadap keefektifan penggunaan media tersebut di karenakan bila itu dilakukan maka akan memakan waktu dan akan terbengkalai pekerjaan yang lain.

Selanjutnya di dalam kegiatan membangun jaringan dengan masyarakat baik di dalam upaya kemitraan biasa di lakukan hanya mengunjungi tokoh-tokoh masyarakat, seperti RT/RW dan Kelurahan, dan biasanya dilakukan pada saat terjadi KLB misalnya Kejadian Demam berdarah atau Diare. Adapun kegiatan didalam upaya memengaruhi kebijakan dalam bentuk Advokasi dan praktek belum terlaksana dengan baik di karenakan para petugas belum paham mengenai apa yang akan dilakukan. Akibatnya capaian PHBS (38,50%) dan ASI Eklusif (33,2%) serta strata Posyandu purnama hanya 53,10%.

B. Rumusan Masalah

Promosi kesehatan dalam setiap kegiatan-kegiatannya memerlukan suatu penerapan metode yang tepat dan keterampilan yang sesuai. Keterampilan dan metode yang digunakan berperan besar terhadap ketercapaian atau keberhasilan kegiatan-kegiatan promosi kesehatan yang dilaksanakan. Dengan kata lain, petugas promosi kesehatan harus memiliki kompetensi yang sesuai. Berdasarkan uraian

(28)

28

diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penerapan kompetensi inti Promosi kesehatan pada petugas Promosi kesehatan di puskesmas. Selanjutnya akan di follow up dengan membandingkan kompetensi antara petugas yang memiliki latar belakang Jabatan fungsional Promkes dan petugas yag bukan Jabatan fungsional Promkes dan juga akan di telusuri penyebab kurangnya tenaga jabfung promkes di puskesmas.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Kompetensi inti promosi kesehatan pada petugas promosi kesehatan di Puskesamas Kota Baubau Provinsi Sulawesi tenggara.

2. Tujuan Khusus

a. Untuk menganalisis kompetensi petugas promosi kesehatan dalam mengelola, merencanakan dan mengevaluasi kegiataan promosi kesehatan di Puskesmas.

b. Untuk menganalisis kompetensi petugas promosi kesehatan dalam melakukan komunikasi kegiataan promosi kesehatan di Puskesmas.

c. Untuk menganalisis kompetensi petugas promosi kesehatan dalam melakukan pendidikan kesehatan dimasyarakat.

(29)

29

d. Untuk menganalisis kompetensi petugas promosi kesehatan dalam melakukan upaya pemasaran dan publikasi.

e. Untuk menganalisis kompetensi petugas promosi kesehatan dalam memfasilitasi dan mambangun jaringan.

f. Untuk menganalisis kompetensi petugas promosi kesehatan dalam memengaruhi kebijakan dan praktik.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Keilmuan

a. Sebagai sumbangan ide dan referensi dalam pengembangan ilmu pengetahuan untuk memperkaya khasanah pengetahuan bagi peneliti dan secara umum kepada semua pihak yang berkepentingan.

b. Sebagai wadah untuk mengaktualisasikan ilmu yang telah didapat selama menempuh pendidikan di Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin Konsentrasi Promosi Kesehatan.

2. Manfaat Praktis

Dengan adanya penelitian tentang kompetensi ini, maka dapat diketahui kompetensi petugas promosi kesehatan dalam rangka menjalankan kegiatan promosi kesehatan di masyarakat.

(30)

30

3. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan ilmu dalam bidang promosi kesehatan khususnya dalam peningkatan kompetensi para petugas promosi kesehatan di 17 Puskesmas se-Kota Baubau, dapat memberikan informasi untuk penelitian lanjutan, khususnya yang berhubungan dengan kompetensi promosi kesehatan. Penelitian ini juga akan menambah wawasan peneliti terutama dalam permasalahan yang berhubungan dengan kompetensi petugas promosi kesehatan serta dalam rangka peningkatan derajat kesehatan dan mutu masyarakat di dalam upaya pencegahan penyakit.

(31)

31

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Tentang Kompetensi

1. Definisi Kompetensi

Kompetensi adalah suatu kemampuan untuk melaksanakan atau melakukan suatu pekerjaan atau tugas yang dilandasi atas keterampilan dan pengetahuan serta didukung oleh sikap kerja yang dituntut oleh pekerjaan tersebut. Kompetensi sebagai kemampuan seseorang untuk menghasilkan pada tingkat yang memuaskan di tempat kerja, juga menunjukkan karakteristik pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki atau dibutuhkan oleh setiap individu yang memampukan mereka untuk melakukan tugas dan tanggung jawab mereka secara efektif dan meningkatkan standar kualitas professional dalam pekerjaan.

2. Faktor-faktor yang memengaruhi kompetensi

Spencer dan Spencer (dalam Palan, 2007) mengemukakan bahwa kompetensi merujuk kepada karakteristik yang mendasari perilaku yang menggambarkan motif, karakteristik pribadi (ciri khas), konsep diri, nilai-nilai, pengetahuan atau keahlian yang dibawa seseorang yang berkinerja unggul (superior performer) di tempat

(32)

32

kerja. Selanjutnya, Spencer dan Spencer menguraikan lima karakteristik yang membentuk kompetensi, sebagai berikut:

1. Pengetahuan; merujuk pada informasi dan hasil pembelajaran.

2. Keterampilan; merujuk pada kemampuan seseorang untuk melakukan suatu kegiatan.

3. Konsep diri dan nilai-nilai; merujuk pada sikap, nilai-nilai dan citra diri seseorang, seperti kepercayaan seseorang bahwa dia bisa berhasil dalam suatu situasi.

4. Karakteristik pribadi; merujuk pada karakteristik fisik dan konsistensi tanggapan terhadap situasi atau informasi, seperti pengendalian diri dan kemampuan untuk tetap tenang dibawah tekanan.

5. Motif; merupakan emosi, hasrat, kebutuhan psikologis atau dorongan-dorongan lain yang memicu tindakan (Palan, 2007).

Michael Zwell 2000:25 (dalam Wibowo, 2007:93) memberikan lima kategori kompetensi, yang terdiri dari task achievement, relationship, personal attribute, managerial, dan leadership.

1. Task achievement

merupakan kategori kompetensi yang berhubungan dengan kinerja baik. Kompetensi yang berkaitan dengan task achievementditunjukkan oleh: orientasi pada hasil, mengelola kinerja, mepengaruhi, inisiatif, efisensi produksi, fleksibilitas, inovasi, peduli kepada kualitas, perbaikan berkelanjutan, dan keahlian teknis.

(33)

33

2. Relationship

merupakan kategori kompetensi yang berhubungan dengan komunikasi dan bekerja baik dengan orang lain dan memuaskan kebutuhannya. Kompetensi yang berhubungan dengan relationship meliputi: kerja sama, orientasi pada pelayanan, kepedulian antar pribadi, kecerdasan organisasional, membangun hubungan, penyelesaian konflik, perhatian pada komunikasi dan sensitivitas lintas budaya.

3. Personal attribute

merupakan kompetensi intrinsik individu dan menghubungkan bagaimana orang berpikir, merasa, belajar dan berkembang. Personal attribute merupakan kompetensi yang meliputi: integritas dan kejujuran, pengembangan diri, ketegasan, kualitas keputusan, manajemen stress, berpikir analitis, dan berpikir konseptual.

4. Managerial

merupakan kompetensi yang secara spesifik berkaitan dengan pengelolaan, pengawasan dan mengembangkan orang. Kompetensi manajerial berupa: memotivasi, memberdayakan, dan mengembangkan orang lain.

5. Leadership

merupakan kompetensi yang berhubungan dengan memimpin organisasi dan orang untuk mencapai maksud, visi, dan tujuan organisasi. Kompetensi berkenaan dengan leadership meliputi:

(34)

34

kepemimpinan visioner, berpikir strategis, orientasi kewirausahaan, manajemen perubahan, membangun komitmen organisasional, membangun focus dan maksud

.

Setiap kompetensi tampak pada individu pada berbagai tingkatan.

Kompetensi termasuk karakteristik manusia yang paling dalam seperti motif, sifat dan sikap atau merupakan karakteristik yang dengan mudah dapat diamati seperti keterampilan atau pengetahuan. Adanya tingkat kompetensi dikemukakan oleh spencer dan spencer 1993:11 (dalam Wibowo, 2007: 95) seperti gunung es dimana ada yang tampak dipermukaan, tetapi ada pula yang tidak terlihat dipermukaan. Tingkatan kompetensi dapat dikelompokkan dalam tiga tingkatan, yaitu: behavior tools, image attribute, dan personal characteristic

1. Behavioral Tools.

a. Knowledge

merupakan informasi yang digunakan orang dalam bidang tertentu.

b. Skill

merupakan kemampuan orang untuk melakukan sesuatu dengan baik

.

2. Image Attribute.

a. Social role

merupakan pola perilaku orang yang diperkuat oleh kelompok social atau organisasi.

(35)

35

b. Self Image

merupakan pandangan orang terhadap dirinya sendiri, identitas, kepribadian, dan harga dirinya.

3. Personal Characteristic a. Traits

merupakan aspek tipikal berperilaku.

b. Motive

merupakan apa yang mendorong perilaku seseorang dalam bidang tertentu (prestasi, afiliasi, kekuasaan).

Kompetensi bukan merupakan kemampuan yang tidak dapat dipengaruhi, Michael Zwell (2000) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa factor yang dapat mempengaruhi kecakapan kompetensi seseorang, yaitu sebagai berikut: (Wibowo, 2007)

1. Keyakinan dan Nilai-nilai

Keyakinan orang tentang dirinya maupun terhadap orang lain akan sangat mempengaruhi perilaku. Apabila orang percaya bahwa mereka tidak kreatif dan inovatif, mereka tidak akan berusaha berpikir tentang cara baru atau berbeda dalam melakukan sesuatu. Untuk itu, setiap orang harus berpikir positif baik tentang dirinya maupun terhadap orang lain dan menunjukkan ciri orang yang berpikir kedepan.

2. Keterampilan

Keterampilan memainkan peran dikebanyakan kompetensi.

Pengembangan keterampilan yang secara spesifik berkaitan dengan

(36)

36

kompetensi dapat berdampak baik pada budaya organisasi dan kompetensi individual.

3. Pengalaman.

Keahlian dari banyak kompetensi memerlukan pengalaman mengorganisasi orang, komunikasi di hadapan kelompok, menyelesaikan masalah, dsb. Orang yang pekerjaannya memerlukan sedikit pemikiran strategis kurang mengembangkan kompetensi daripada mereka yang telah menggunakan pemikiran strategis bertahun-tahun. Pengalaman merupakan elemen kompetensi yang perlu, tetapi untuk menjadi ahli tidak cukup dengan pengalaman.

4. Karakteristik Kepribadian.

Dalam kepribadian termasuk banyak factor yang diantaranya sulit untuk berubah. Akan tetapi, kepribadian bukannya sesuatu yang tidak dapat berubah. Kepribadian seseorang dapat berubah sepanjang waktu.

Orang merespons dan berinteraksi dengan kekuatan dan lingkungan sekitarnya. Kepribadian dapat mempengaruhi keahlian manajer dan pekerja dalam sejumlah kompetensi, termasuk dalam penyelesaian konflik, menunjukkan kepedulian interpersonal, kemampuan bekerja dalam tim, memberikan pengaruh dan membangun hubungan.

Walaupun dapat berubah, kepribadian tidak cenderung berubah dengan mudah. Tidaklah bijaksana untuk mengharapkan orang memperbaiki kompetensinya dengan mengubah kepribadiannya.

(37)

37

5. Motivasi

Merupakan factor dalam kompetensi yang dapat berubah. Dengan memberikan dorongan, apresiasi terhadap pekerjaan bawahan, memberikan pengakuan dan perhatian individual dari atasan dapat mempunyai pengaruh positif terhadap motivasi seorang bawahan.

Kompetensi menyebabkan orientasi bekerja seseorang pada hasil, kemampuan mempengaruhi orang lain, meningkatnya inisiatif, dsb.

Pada gilirannya, peningkatan kompetensi akan meningkatkan kinerja bawahan dan kontribusinya pada organisasi pun menjadi meningkat.

6. Isu Emosional

Hambatan emosional dapat membatasi penguasaan kompetensi. Takut membuat kesalahan, menjadi malu, merasa tidak disuai atau tidak menjadi bagian, semuanya cenderung membatasi motivasi dan inisiatif.

Perasaan tentang kewenangan dapat mempengaruhi kemampuan komunikasi dan menyelesaikan konflik dengan manajer. Mengatasi pengalaman yang tidak menyenangkan akan memperbaiki penguasaan dalam banyak kompetensi. Akan tetapi, tidak beralasan mengharapkan pekerja mengatasi hambatan emosional tanpa bantuan.

7. Kemampuan Intelektual.

Kompetensi tergantung pada pemikiran kognitif seperti pemikiran konseptual dan pemikiran analitis. Tidak mungkin memperbaiki melalui setiap intervensi yang diwujudkan suatu organisasi.

(38)

38

8. Budaya Organisasi

Budaya organisasi mempengaruhi kompetensi sumber daya manusia dalam kegiatan sebagai berikut :

a. Praktik rekruitmen dan seleksi karyawan mempertimbangkan siapa diantara pekerja yang dimasukkan dalam organisasi dan tingkat keahliannya tentang kompetensi.

b. Sistem penghargaan mengkomunikasikan pada pekerja bagaimana organisasi menghargai kompetensi.

c. Praktik pengambilan keputusan mempengaruhi kompetensi dalam memberdayakan orang lain, inisiatif, dan memotivasi orang lain.

d. Filosofi organisasi, visi-misi, dan nilai-nilai berhubungan dengan semua kompetensi.

e. Kebiasaan dan prosedur member informasi kepada pekerja tentang berapa banyak kompetensi yang diharapkan.

f. Komitmen pada pelatihan dan pengembangan mengkomunikasikan pada pekerja tentang pentingnya kompetensi tentang pembangunan berkelanjutan.

g. Proses organisasional yang mengembangkan pemimpin secara langsung mempengaruhi kompetensi kepemimpinan.

(39)

39

B. Tinjauan Umum KoPmptensi Inti Promosi kesehatan

Menurut Ewles dan Simnett (1994), terdapat enam kompetensi inti dalam promosi kesehatan yakni : (1) Mengelola, merencanakan dan mengevaluasi, (2) Komunikasi, (3) Pendidikan, (4) Pemasaran dan publikasi, (5) fasilitas dan jaringan, (6) mempengaruhi kebijakan dan praktik.

1. Mengelola, merencanakan dan mengevaluasi a. Perencanaan

Langkah-langkah dalam perencanaan promosi kesehatan adalah;

1. Menentukan kebutuhan promosi kesehatan a. Diagnosa masalah

b. Menetapkan prioritas masalah

2. Mengembangkan komponen promosi kesehatan a. Menentukan tujuan promosi kesehatan b. Menentukan sasaran promosi kesehatan c. Menentukan isi promosi kesehatan

d. Menentukan metode yang akan digunakan e. Menentukan media yang akan digunakan f. Menentukan rencana evaluasi

g. Menyusun jadwal pelaksanaan

(40)

40

a. Diagnosa masalah

Diagnosa sosial adalah proses penentuan persepsi masyarakat terhadap kebutuhannya atau terhadap kualitas hidupnya dan aspirasi masyarakat untuk meningkatkan kualita hidupnya melalui partisipasi dan penerapan berbagai informasi yang didesain sebelumnya.

b. Menetapkan prioritas masalah

Langkah yang harus ditempuh untuk menetapkan prioritas masalah kesehatan adalah:

1. Menentukan status kesehatan masyarakat

2. Menentukan pola pelayanan kesehatan masyarakat yang ada

3. Menentukan hubungan antara status kesehatan dengan pelayanan kesehatan di masyarakat.

4. Menentukan determinan masalah kesehatan masyarakat meliputi tingkat pendidikan, umur, jenis kelamin, ras, letak geografis, kebiasaan/perilaku dan kepercayaan yang dianut.

Dalam menentukan prioritas masalah kita harus mempertimbangkan beberapa faktor seperti:

 Berat masalah dan akibat yang ditimbulkannya

 Pertimbangan politis

 Sumber daya yang ada di masyarakat.

c. Menentukan tujuan

Menurut Green (1990) tujuan promosi kesehatan terdiri dari tiga tingkatan yaitu:

(41)

41

1. Tujuan program (Program Objective)

Merupakan pernyataan apa yang akan dicapai dalam periode tertentu dengan status kesehatan. Pada tujuan ini harus mencakup who will do how much of what by when. Tujuan program sering disebut dengan tujuan jangka panjang.

2. Tujuan pendidikan (Educaional Objective)

Merupakan deskripsi perilaku yang akan dicapai dapat mengatasi masalah kesehatan yang ada. Oleh sebab itu tujuan pendidikan sering disebut dengan tujuan jangka menengah.

3. Tujuan perilaku (Behavioral objective)

Merupakan pendidikan atau pembelajaran yang harus dicapai agar tecapai pperilaku yang diinginkan. Oleh sebab itu tujuan perilaku berhubungan dengan pengetahuan dan sikap dan disebut dengan tujuan jangka pendek.

d. Menentukan sasaran promosi kesehatan

Sasaran promosi kesehatan dan sasaran pendidikan kesehatan tidak selalu sama, oleh sebab itu kita harus menetapkan sasaran langsung dan sasaran tidak langsung. Didalam promosi kesehatan yang dimaksud adalah kelompok sasaran yaitu individu, kelompok maupun keduanya.

e. Menentukan isi promosi kesehatan

Isi promosi kesehatan harus dibuat sesederhana mungkin sehingga mudah dipahami oleh sasaran. Bila perlu isi pesan dibuat

(42)

42

dengan menggunakan gambar dan bahasa setempat sehingga sasaran merasa bahwa pesan tersebut memang benar-benar ditujuakan untuknya sebagai akibatnya sasaran mau melaksanakan isi pesan tersebut.

f. Menentukan metode yang akan digunakan

Menentukan metode dalam promosi kesehatan harus dipertimbangkan tentang aspek yan akan dicapai. Bila mencakup aspek pengetahuan maka dapat dilkukan dengan cara penyuluhan langsung, pemasagan poster, spanduk, penyebaran leflet. Untuk aspek sikap maka kita perlu memberikan contoh konkret yang dapat menggugah emosi, perasaan dan sikap sasaran. Bila untuk kemampuan ketrampilan tertentu maka sasaran harus diberi kesempatan untuk mencoba ketrampilan tersebut.

g. Menentukan media yang akan digunakan

Teori pendidikan mengatakan bahwa belajar yang paling mudah adalah dengan mnggunakan media, oleh karena itu hampir semua program pendidikan kesehatan selalu menggunakan berbagai media.

Media yang dipilih harus tergantung pada sasarannya, tingkat pendidikannya, aspek yang ingin dicapai, metode yang digunakan dan sumber data yang ada.

h. Menentukan rencana evaluasi

Disini baru dijabarkan tentang kapan evaluasi akan dilaksanakan, dimana akan dilaksanakan, kelompok sasaran yang

(43)

43

mana akan dievaluasi dan siapa yang akan melaksanakan evaluasi tersebut.

i. Menyusun jadwal pelaksanaan

Merupakan penjabaran dari waktu tempat dan pelaksanaan yang biasanya dsajikan dalam bentuk gan chart

b. Evaluasi

Evaluasi dilakukan baik terhadap proses maupun hasil implementasi kebijakan. Penilaian terhadap proses kebijakan difokuskan pada tahapan perumusan kebijakan, terutama untuk melihat keterpaduan antar tahapan, serta sejauhmana program dan pelayanan sosial mengikuti garis kebijakan yang telah ditetapkan. Penilaian terhadap hasil dilakukan untuk melihat pengaruh atau dampak kebijakan, sejauh mana kebijakan mampu mengurangi atau mengatasi masalah. Berdasarkan evaluasi ini, dirumuskanlah kelebihan dan kekurangan kebijakan yang akan dijadikan masukan bagi penyempurnaan kebijakan berikutnya atau perumusan kebijakan baru (Masyuni, 2010).

Hawe et al, (1998) mengatakan evaluasi adalah proses yang memungkinkan kita untuk menetapkan kebenaran atau nilai dari sesuatu.

Evaluasi meliputi dua proses yaitu: observasi (pengamatan) dan pengukuran, serta membandingkan hasil pengamatan dengan kriteria atau standar yang dianggap merupakan hal yang baik. Evaluasi juga meliputi pengamatan dan pengumpulan hasil pengukuran tentang operasionalisasi

(44)

44

program dan pengaruh progam terhadap masalah dibandingkan dengan sebelum pelaksanaan program (Masyuni, 2010).

Stephen Isaac dan William B. Michael (1981) mengemukakan 9 bentuk desain evaluasi, yaitu:

a Historikal , dengan merekonstruksi kejadian di masa lalu secara

objektif dan tepat dikaitkan dengan hipotesis atau asumsi.

b Deskriptif, melakukan penjelasan secara sistematis suatu situasi atau

hal yang menjadi perhatian secara faktual dan tepat.

c Studi perkembangan (developmental study), menyelidiki pola dan

urutan perkembangan atau perubahan menurut waktu.

d Studi kasus atau lapangan (case atau field study), meneliti secara

intensif latar belakang status sekarang, dan interaksi lingkungan dari suatu unit sosial, baik perorangan, kelompok, lembaga, atau masyarakat.

e Studi korelasional (corelational study) , meneliti sejauh mana variasi

dari satu faktor berkaitan dengan variasi dari satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefisien tertentu.

f Studi sebab akibat (causal comparative study), yang menyelidiki

kemungkinan hubungan sebab akibat dengan mengamati berbagai konsekuensi yang ada dan menggalinya kembali melalui data untuk faktor menjelaskan penyebabnya.

g. Eksperimen murni (true esperimental), yang menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat dengan membuat satu kelompok percobaan

(45)

45

atau lebih terpapar akan suatu perlakuan atau kondisi dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok control yang tidak menerima perlakuan atau kondisi. Pemilihan kelompok- kelompok secara sembarang (random) sangat penting.

h …...Eksperimen semu (quasi experimental), merupakan cara yang

mendekati eksperimen, tetapi di mana kontrol tidak ada dan manipulasitidak bias dilakukan.

i . Riset aksi (action research), bertujuan mengembangkan pengalaman

baru melalui aplikasi langsung di berbagai kesempatan.

2. Komunikasi

Menurut Potter dan Perry (2005) komunikasi merupakan kompleks (verbal dan non verbal) yang melibatkan tingkah laku dan hubungan serta memungkinkan individu berasosiasi dengan orang lain dan dengan lingkungan sekitarnya. Komunikasi mengacu tidak hanya pada isi, tetapi juga perasaan dan emosi ketika individu menyampaikan hubungan.

a. Faktor yang mempengaruhi komunikasi

 Credibility. Sumber harus memiliki kredibilitas tinggi, agar mempermudah kepercayaan sasaran terhadap pesan yang disampaikan.

 Content. Hendaknya pesan yang disampaikan mengandung isi yang bermanfaat bagi sasaran.

(46)

46

 Context. Pesan yang disampaikan ada hubungan dengan kepentingan dan kebutuhan sasaran, serta realitas sehari-hari.

 Clarity. Pesan yang disampaikan harus jelas, sehingga harus diupayakan untuk memilih pesan yang ketika disampaikan akan lebih mudah diterima.

b. Proses perencanaan komunikasi kesehatan

Pengembangan program perencanaan komunikasi yang lebih efektif dan efisien di gambarkan dalam bentuk diagram P”, atau lebih dikenal sebagai P process. Ada beberapa tahapan dalam perencanaan komunikasi yaitu: (Maulana, 2014).

Gambar 2.1 Proses rancangan komunikasi kesehatan oleh The Jhon Hopkins University

(47)

47

1. Tahap pertama yaitu analisis khalayak dan program yang terdiri dari meninjau khalayak potensial, mengkaji kebijaksanaan dan program yang ada, mencari lembaga atau organisasi yang potensial untuk mendukung program dan mengevaluasi sumber daya KIE

2. Tahap kedua yaitu penyusunan rancangan program yang terdiri dari menentukan tujuan komunikasi, mengindentifikasi khalayak sasaran, mengembangkan pesan, memilih media, merencanakan dukungan, penguatan interpersonal dan menyusun rencana kegiatan

3. Tahap ketiga yaitu pengembangan, uji coba penyempurnaan dan produksi media yang terdiri dari mengembangkan konsep pesan, melakukan pre-test atau uji coba terhadap khalayak sasaran, merumuskan pesan lengkap dan bentuk kemasannya, melakukakan pre-test lanjutan dan terakhir melakukan uji ulang terhadap bahan KIE yang ada.

4. Tahap keempat yaitu penerapan dan pemantauan yang terdiri dari mengelola iklim organisasi, menerapkan rencana kegiatan dan memantau hasil program.

5. Tahap kelima yaitu evaluasi dan rancang ulang yang terdiri dari mengukur dampak keseluruhan dan menyusun rancangan ulang untuk periode berikutnya.

(48)

48

c. Komunikasi kesehatan

Bentuk komunikasi dalam bidang kesehatan adalah komunikasi dalam diri individu (Intrapersonal Communication), komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication) dan komunikasi massa (Mass Communication) (Maulana, 2009).

 Komunikasi dalam diri indiidu (intrapersonal Communication).

Menurut Perry dan Potter (2005), komunikasi intrapersonal merupakan model bicara seorang diri atau dialog internal yang terjadi secara konstan dan tanpa disadari. Tujuan dari komunikasi intrapersonal adalah kesadaran diri yang memengaruhi konsep diri dan perasaan dihargai. Konsep diri yang yang positif dan kesadaran diri yang matang melalui dialog internal dapat membantu petugas kesehatan mengekspresikan diri secara tepat kepada orang lain.

 Komunikasi antar pribadi (Interpersonal Communication).

Komunikasi antar pribadi adalah komunikasi langsung bertatap muka, baik secara individu maupun kelompok. Metode komunikasi antar pribadi yang paling baik adalah konseling karena memungkinkan terjadi dialog terbuka tanpa kehadiran pihak ketiga dan keberhasilannya dapat segera dinilai. Kekurangan komunikasi antar personal adalah membutuhkan waktu, tenaga, dan biaya lebih dengan keterbatasan sasaran yang terjangkau. Komunikasi antar pribadi yang sehat dapat mengasilkan pemecahan masalah,

(49)

49

menumbuhkan berbagai ide. pengambilan keputusan, dan perkembangan pribadi. Petugas kesehatan dapat membantu klien berkomunikasi dalam tingkat antarpribadi yang bermakna.

Efektifitas komunikasi antar pribadi ditentukan oleh 3 hal yaitu:

1. Empati yang berarti menempati diri pada kedudukan orang lain.

2. Respek terhadap perasaan dan sikap orang lain

3. Jujur dalam menanggapi pertanyaan orang lain yang diajak komunikasi

 Komunikasi massa (Mass Communication). Komunikasi massa adalah komunikasi dengan menggunakan media massa (TV, Radio, dan Media Cetak) untuk menyampaikan pesan atau informasi kepada masyarakat. Dalam perkembangan selanjutnya, komunikasi massa tidak hanya terbatas pada penggunaan media cetak dan elektronik tetapi juga melalui penggunaan media tradisional misalnya wayang golek. Penggunaan media massa memungkinkan sasaran yang dicapai lebih banyak sehingga menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Kemampuan khusus yang harus dimiliki seorang komunikator adalah penggunaan postur, gerak tubuh, dan nada bicara yang membantu pembicara untuk mengekspersikan ide- idenya.

3. Pendidikan kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2003) pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk memengaruhi orang lain

(50)

50

sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. Selanjutnya menurut Entjang (1991) pendidikan kesehatan adalah proses membuat orang mampu meningkatkan kontrol dam memperbaiki kesehatan individu. Kesempatan yang direncanakan untuk individu, kelompok atau masyarakat agar belajar tentang kesehatan dan melakukan perubahan-perubahan secara suka rela dalam tingkah laku individu. Berdasarkan pengertian di atas dapat di artikan bahwa pendidikan kesehatan merupakan upaya-upaya terencana untuk mengubah perilaku individu, kelompok, keluarga dan masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa pendidikan kesehatan membutuhkan pemahaman yang mendalam, karena melibatkan berbagai istilah seperti perubahan perilaku dan proses pendidikan.

Menurut Berlo (1960) mengemukakan bahwa, kegiatan penyuluhan sebagai proses pendidikan, pada hakikatnya berupaya untuk menggerakan masyarakat sasarannya agar aktif di dalam proses belajar. Proses belajar itu sendiri, merupakan proses pemberian respon (tanggapan) atas segala rangsangan-rangsangan (stimulus) yang diterimnya selama proses belajar itu berlangsung. Sedangkan penyuluhan kesehatan menurut Depkes (2002) adalah penambahan pengetahuan dan kemampuan seseorang melalui tehnik praktek belajar atau instruksi dengan tujuan mengubah atau memengaruhi perilaku manusia secara individu, kelompok maupun masyarakat untuk dapat lebih mandiri dalam mencapai tujuan hidup sehat.

(51)

51

Penyuluhan kesehatan juga dapat berupa gabungan berbagai kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip-prinsip belajar untuk mencapai suatu keadaan, dimana individu, keluarga, kelompok atau masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya dan melakukan apa yang bisa dilakukan, secara perseorangan maupun secara kelompok dengan meminta pertolongan (Effendy, 2003).

1. Sasaran

Sasaran penyuluhan kesehatan mencakup individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Penyuluhan kesehatan pada individu dapat dilakukan di rumah sakit, klinik, puskesmas, posyandu, keluarga binaan dan masyarakat binaan. Penyuluhan kesehatan pada keluarga diutamakan pada keluarga resiko tinggi, seperti keluarga yang menderita penyakit menular, keluarga dengan sosial ekonomi rendah, keluarga dengan keadaan gizi yang buruk, keluarga dengan sanitasi lingkungan yang buruk dan sebagainya.

Penyuluhan kesehatan pada sasaran kelompok dapat dilakukan pada kelompok ibu hamil, kelompok ibu yang mempunyai anak balita, kelompok masyarakat yang rawan terhadap masalah kesehatan seperti kelompok lansia, kelompok yang ada di berbagai institusi pelayanan kesehatan seperti anak sekolah, pekerja dalam perusahaan dan lain-lain. Penyuluhan kesehatan pada sasaran masyarakat dapat dilakukan pada masyarakat binaan puskesmas,

(52)

52

masyarakat nelayan, masyarakat pedesaan, masyarakat yang terkena wabah dan lain-lain (Effendy, 2003)

2. Materi/pesan

Materi atau pesan yang disampaikan kepada sasaran hendaknya disesuaikan dengan kebutuhan kesehatan dari individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, sehingga materi yang disampaikan dapat dirasakan langsung manfaatnya. Materi yang disampaikan sebaiknya menggunakan bahasa yang mudah dimengerti, tidak terlalu sulit untuk dimengerti oleh sasaran, dalam penyampaian materi sebaiknya menggunakan metode dan media untuk mempermudah pemahaman dan untuk menarik perhatian sasaran (Effendy, 2003). Menentukan isi materi yaitu komponen materi atau bahan pelajaran berisi bahan yang akan disampaikan kepada sasaran untuk meningkatkan pencapaian tujuan khusus.

Menurut Ewles dan Simnett (1994) pedoman memilih dan memproduksi materi pendidikan kesehatan/penyuluhan antara lain sebagai berikut :

a) Apakah sesuai dengan tujuan?

b) Apakah materi tersebut paling tepat?

c) Apakah konsisten dengan nilai dan pendekatan yang dilakukan?

d) Apakak relevan untuk sasaran?

e) Apakah cenderung membedakan ras atau jenis kelamin?

(53)

53

f) Apakah dimengerti?

g) Apakah informasinya tepat?

h) Apakah memuat iklan?

3. Metode

Metode diartikan sebagai cara atau pendekatan tertentu. Di dalam proses belajar, pendidik harus dapat memilih dan menggunakan metede/cara mengajar yang cocok atau relevan/sesuai kondisi setempat. Pemberian pendidikan kesehatan pada sasaran yang sama tetapi waktu dan tempat yang berbeda dalam pelaksanaanya memerlukan metode yang juga berbeda demikian sebaliknya.

Menurut Notoatmodjo (2007), metode penyuluhan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi tercapainya suatu hasil penyuluhan secara optimal. Metode yang dikemukakan antara lain:

a. Metode penyuluhan perorangan (individual)

Dalam penyuluhan kesehatan metode ini digunakan untuk membina perilaku baru atau seseorang yang telah mulai tertarik pada suatu perubahan perilaku atau inovasi. Dasar digunakan pendekatan individual ini karena setiap orang mempunyai masalah atau alasan yang berbeda-beda sehubungan dengan penerimaan atau perilaku baru tersebut. Bentuk dari pendekatan ini antara lain : 1. Bimbingan dan penyuluhan

Dengan cara ini kontak antara klien dengan petugas lebih intensif. Setiap masalah yang dihadapi oleh klien dapat

(54)

54

dikoreksi dan dibantu penyelesaiannya. Akhirnya klien akan dengan sukarela, berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima perilaku tersebut.

2. Wawancara

Cara ini sebenarnya merupakan bagian dari bimbingan dan penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau belum menerima perubahan, ia tertarik atau belum menerima perubahan, untuk mempengaruhi apakah perilaku yang sudah atau akan diadopsi itu mempunyai dasar pengertian dan kesadaran yang kuat, apabila belum maka perlu penyuluhan yang lebih mendalam lagi.

b. Metode penyuluhan kelompok

Dalam memilih metode penyuluhan kelompok harus mengingat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil. Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran penyuluhan. Metode ini mencakup:

a. Kelompok besar,

yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.

(55)

55

1). Ceramah

Metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan tinggi maupun rendah. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menggunakan metode ceramah adalah:

a. Persiapan

Ceramah yang berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa yang akan diceramahkan, untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri. Mempelajari materi dengan sistimatika yang baik. Lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema dan mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.

b. Pelaksanaan

Kunci keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apabila penceramah dapat menguasai sasaran Untuk dapat menguasai sasaran penceramah dapat menunjukkan sikap dan penampilan yang meyakinkan. Tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah. Suara hendaknya cukup keras dan jelas. Pandangan harus tertuju ke seluruh peserta. Berdiri di depan /dipertengahan, seyogianya tidak duduk dan menggunakan alat bantu lihat semaksimal mungkin.

2). Seminar

Metode ini hanya cocok untuk sasaran kelompok besar deng pendidikan menengah ke atas. Seminar adalah suatu

(56)

56

penyajian dari seseorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu topik yang dianggap penting dan dianggap hangat di masyarakat.

b. Kelompok kecil,

yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang.

Metode yang cocok untuk kelompok ini adalah diskusi kelompok, curah pendapat, bola salju, memainkan peranan, permainan simulasi.

c. Metode penyuluhan massa

Dalam metode ini penyampaian informasi ditujukan kepada masyarakat yang sifatnya massa atau publik. Oleh karena sasaran bersifat umum dalam arti tidak membedakan golongan umur, jenis kelamin, pekerjaan, status ekonomi, tingkat pendidikan dan sebagainya, maka pesan kesehatan yang akan disampaikan harus dirancang sedemikian rupa sehingga dapat ditangkap oleh massa tersebut. Pada umumnya bentuk pendekatan massa ini tidak langsung, biasanya menggunakan media massa. Beberapa contoh dari metode ini adalah ceramah umum, pidato melalui media massa, simulasi, dialog antara pasien dan petugas kesehatan, sinetron, tulisan dimajalah atau koran, bill board yang dipasang di pinggir jalan, spanduk, poster dan sebagainya

.

(57)

57

a. Media penyuluhan

Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya ke arah positif terhadap kesehatan. Penyuluhan kesehatan tak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya ke perilaku yang positif. Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan penyuluhan kesehatan antara lain adalah:

a. Media dapat mempermudah penyampaian informasi.

b. Media dapat menghindari kesalahan persepsi.

c. Media dapat memperjelas informasi d. Media dapat mempermudah pengertian.

e. Media dapat mengurangi komunikasi verbalistik.

f. Media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata.

g. Media dapat memperlancar komunikasi.

Berdasarkan fungsinya sebagai penyaluran pesan kesehatan, media ini dibagi menjadi 3 yakni :

(58)

58

a. Media cetak

Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna.

Yang termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubrik atau tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana- mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat.

b. Media elektronik

Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah televisi radio, video film, CD, VCD. Seperti halnya media cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan

(59)

59

berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya.

c. Media luar ruang

Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar.

Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya. Media penyuluhan kesehatan yang baik adalah media yang mampu memberikan informasi atau pesan-pesan kesehatan yang sesuai dengan tingkat penerimaan sasaran, sehingga sasaran mau dan mampu untuk mengubah perilaku sesuai dengan apa yang diharapkan

4. Alat bantu dan media penyuluhan

a. Alat bantu penyuluhan

Alat bantu penyuluhan adalah alat-alat yang digunakan oleh penyuluh dalam menyampaikan informasi. Alat bantu ini sering disebut alat peraga karena berfungsi untuk membantu dan

(60)

60

meragakan sesuatu dalam proses penyuluhan (Notoatmodjo, 2007). Alat peraga ini disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu diterima atau ditangkap melalui panca indera. Semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh.

Dengan kata lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin kepada suatu objek sehingga mempermudah persepsi.

Secara terperinci, fungsi alat peraga adalah untuk menimbulkan minat sasaran, mencapai sasaran yang lebih banyak, membantu mengatasi hambatan bahasa, merangsang sasaran untuk melaksanakan pesan kesehatan, membantu sasaran untuk belajar lebih banyak dan tepat, merangsang sasaran untuk meneruskan pesan yang diterima kepada orang lain, mempermudah memperoleh informasi oleh sasaran, mendorong keinginan orang untuk mengetahui, kemudian lebih mendalami dan akhirnya memberikan pengertian yang lebih baik, dan membantu menegakkan pengertian yang diperoleh.

Pada garis besarnya ada 3 macam alat bantu penyuluhan yaitu : 2. Alat bantu lihat

Alat ini berguna dalam membantu menstimulasikan indera mata pada waktu ternyadinya penyuluhan. Alat ini ada 2 bentuk yaitu

Referensi

Dokumen terkait

Lingkungan dan motivasi sangat berpengaruh besar terhadap suatu bisnis, dengan lingkungan masyarakat yang Islami masih saja penerapan berbisnisnya tidak sesuai dengan

2) Mengambil sikat dan odol. Sebelum memulai menggosok gigi, sikat gigi terlebih dahulu di cuci sampai bersih. Kemudian diberi odol yang sesuai rasa kesukaan anak dengan

(2016) ‘Analisis Kinerja Petugas Promosi Kesehatan Puskesmas dalam Meningkatkan Cakupan PHBS Rumah Tangga di Wilayah Kerja Dinas Kesehatan Kota Palembang’, Jurnal Ilmu Kesehatan

Pendahuluan , Arahan Perencanaan Pembangunan Bidang Cipta Karya , Arahan Strategis Nasional Bidang Cipta Karya untuk Kabupaten/Kota , Profil Kabupaten/Kota ,

Berdasarkan tabel di atas, dari 30 subjek penelitian, sebelum melakukan senam haid, intensitas nyeri yang paling banyak dirasakan subjek penelitian adalah

Strategi Samudra Biru QB House adalah pergeseran dalam industry pangkas rambut di Asia yang dulunya industry yang emosional menjadi industry yang sangat fungsional.. Di Jepang, waktu

Pengambilan contoh lambung ikan bandeng, contoh plankton, pengukuran panjang serta pengukuran parameter kualitas air dilakukan satu kali pada empat stasiun

Penelitian ini bertujuan untuk memecahkan masalah terkait dengan tujuan penelitian: (1) sejarah Pura Tampurhyang dijadikan pusat Kawitan Catur Sanak di Desa