• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN KAWASAN TERMINAL BARANANGSIANG MENUJU IMPLEMENTASI TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENGEMBANGAN KAWASAN TERMINAL BARANANGSIANG MENUJU IMPLEMENTASI TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD)"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN KAWASAN TERMINAL BARANANGSIANG MENUJU IMPLEMENTASI TRANSIT ORIENTED DEVELOPMENT (TOD)

Nurul Aini Pujiastuti, Nailah Firdausiyah, Adipandang Yudono

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jalan Mayjen Haryono 167 Malang 65145 -Telp (0341)567886

Email: nurulainip@gmail.com

ABSTRAK

Kota Bogor merupakan salah satu wilayah penyangga DKI Jakarta yang sebagian masyarakatnya menggunakan Kereta Rel Listrik (KRL) untuk bekerja di Jabodetabek. Saat ini telah terjadi penumpukan pengguna KRL, maka diperlukan pengembangan prasarana transportasi umum lainnya di Kota Bogor untuk membagi beban angkutan.

Dalam jangka menengah terdapat rencana pengembangan Terminal Baranangsiang menjadi kawasan Transit Oriented Development (TOD). Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kelayakan implementasi konsep TOD dan mengidentifikasi arahan rencana pengembangannya. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analisis Quality Function Deployment (QFD). Hasil analisis TOD menunjukkan total poin yang didapatkan dari kegiatan membandingkan kondisi eksisiting dengan matriks penilaian TOD, didapati total 62 poin hal ini menunjukkan kawasan TOD Terminal Baranangsiang termasuk ke dalam kategori Bronze Standard atau dengan kata lain kawasan ini layak untuk diimplementasikan konsep TOD. Hasil analisis IPA menunjukkan prioritas utama berupa 5 atribut TOD yang dianggap oleh pengguna terminal memiliki kepentingan yang tinggi namun kinerjanya kurang memuaskan. Output dari analisis IPA tersebut kemudian diolah ke dalam analisis QFD sehingga menghasilkan urutan atribut penanganan yang perlu dilakukan untuk pengembangan TOD di kawasan Terminal Baranangsiang antara lain penataan dan penambahan jalur pejalan kaki, pengadaan fasilitas park and ride, menerapkan pola jaringan jalan grid, pengadaan elemen peneduh, pengadaan elemen pelindung dan mengembangkan jalan-jalan penghubung.

Kata Kunci : Transit-Oriented-Development, Arahan-Pengembangan, Quality-Function-Deployment, Terminal- Baranangsiang.

ABSTRACT

Bogor City is one of buffer areas of DKI Jakarta where some people of the community use Electric Rail Train (KRL) every day to work in Jabodetabek. Now there has been cumulation of KRL users, then it is necessary the development of other public transportation infrastructure in Bogor City to share the transportation load. In the medium term, there is a plan of the development of Terminal Baranangsiang becomes Transit Oriented Development (TOD) area. This research aims to identify the worthiness of TOD concept implemenation and identify the direction of the development plan. Technique analysis used in this research is the analysis of Quality Function Deployment (QFD). The results of TOD analysis show that the total points from comparing existing condition with TOD assessment matrix, are found a total of 62 points, it shows that TOD in Terminal Baranangsiang is included in Bronze Standard category or in other words this area is decent to be implemented of TOD concept. The results of IPA analysis show that the main priority is in the form of 5 TOD attributes that are considered by terminal users to have high importance but their performance is less satisfactory. The output from IPA analysis then is processed into QFD analysis so that producing a sequence of handling attributes that is need to be performed for the development of TOD in Terminal Baranangsiang area, which include the arrangement and the addition of pedestrian path, the creation of of park and ride facilities, implementing grid road network pattern, the creation of shade elements, the creation of protective elements and developing connecting roads.

Keywords: Transit-Oriented-Development, Development, Quality-Function-Deployment, Terminal- Baranangsiang.

PENDAHULUAN

Kota Bogor terletak di selatan DKI Jakarta dengan total jarak 54 km. Dampak yang dirasakan Kota Bogor sebagai wilayah penyangga DKI Jakarta yaitu menjadi salah satu sasaran tempat

tinggal yang strategis. Pertambahan jumlah penduduk Kota Bogor yang pesat tiap tahunnya diiringi dengan pertambahan jumlah kepemilikan kendaraan bermotor. Berdasarkan data bulan Januari 2019, jumlah kendaraan bermotor di Kota Bogor tercatat sebanyak 480.100 unit dengan

(2)

pertumbuhan kendaraan bermotor meningkat rata-rata 11,7% per tahun (Dinas Perhubungan Kota Bogor, 2019). Dalam pemilihan moda untuk bekerja, penduduk Kota Bogor khususnya yang bekerja di DKI Jakarta memilih menggunakan kendaraan pribadi dan sebagian lainnya menggunakan transportasi umum yaitu Kereta Rel Listrik (KRL). Kereta Rel Listrik (KRL) telah melayani Kota Bogor sejak tahun 2011, kini menjadi salah satu transportasi umum favorit penduduk Kota Bogor untuk menempuh perjalanan ke DKI Jakarta dan sekitarnya. Jumlah penumpang Kereta Rel Listrik (KRL) saat ini mencapai 900.000-1.000.000 orang/hari dan hampir 50% jumlah penumpang berasal dari Stasiun Bogor. Untuk menghindari kemacetan yang lebih parah dan penumpukan penduduk pada transportasi umum Kereta Rel Listrik (KRL), maka diperlukan pengembangan prasarana transportasi umum lainnya di Kota Bogor untuk membagi beban angkutan agar dapat tercapai sistem transportasi yang berkelanjutan.

Terminal Baranangsiang merupakan salah satu terminal di Kota Bogor yang memiliki peran penting dalam mendukung keberadaan transportasi umum. Terminal ini termasuk terminal tipe A yang melayani AKAP, AKDP, dan angkutan kota. Dalam jangka menengah terdapat rencana pengembangan Terminal Baranangsiang menjadi kawasan Transit Oriented Development (TOD). Sedangkan untuk jangka panjang, Terminal Baranangsiang nantinya direncanakan dapat terhubung dengan layanan Light Rail Transit dengan trase LRT Cibubur – Bogor (Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek, 2019).

Konsep TOD pertama kali dikenal pada tahun 1993 oleh Calthorpe sebagai alternatif terhadap pola pembangunan berorientasi peri urban. Calthorpe mendefinisikan Transit Oriented Development (TOD) sebagai sebuah kawasan yang memiliki penggunaan lahan campuran yang berada di sekitar lokasi transit dan pusat perdagangan. Dalam konsep ini digunakan komunitas mix-used yang mendorong masyarakat untuk menetap dan beraktivitas di sekitar kawasan transit serta mengurangi ketergantungan masyarakat menggunakan kendaraan pribadi dalam beraktivitas sehingga dapat beralih menggunakan transportasi umum (Calthorpe, 1993).

Menurut Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 16 Tahun 2017, Transit Oriented Development (TOD) adalah konsep pengembangan kawasan di dalam dan di sekitar

simpul transit yang menitikberatkan pada integrasi antarjaringan angkutan umum massal dan antara jaringan angkutan umum massal dengan jaringan moda transportasi tidak bermotor yang disertai pengembangan kawasan campuran dan padat dengan intensitas pemanfaatan ruang sedang hingga tinggi.

Sedangkan dalam TOD Standard 3.0 menjelaskan bahwa Transit Oriented Development (TOD) atau pembangunan berorientasi transit merupakan konsep pembangunan dengan mengintegrasikan desain ruang kota untuk menyatukan orang, kegiatan, bangunan dan ruang publik melalui konektifitas yang mudah dengan berjalan kaki dan bersepeda serta dekat dengan pelayanan angkutan umum (ITDP, 2017).

Warpani (2002) mendefinisikan terminal sebagai titik simpul dari berbagai moda angkutan, titik perpindahan penumpang dari berbagai moda ke moda lainnya, juga sebagai titik tujuan atau titik akhir orang setelah turun melanjutkan berjalan kaki ke tempat kerja, rumah atau pasar.

Ditinjau dari komponen pembentuk terminal fungsi terminal dapat dibagi menjadi tiga yaitu fungsi terminal bagi penumpang, bagi pemerintahan dan bagi operator atau pengusaha (Sharly et al., 2017).

Terminal Baranangsiang terletak di pusat kota, hal tersebut dapat mempermudah penerapan konsep ini karena kawasan terminal dikelilingi oleh guna lahan yang cukup padat dan beragam. Namun berdasarkan pengamatan langsung di lapangan terdapat beberapa variabel TOD yang belum terpenuhi salah satunya pada variabel walk (berjalan kaki) yaitu belum sepenuhnya jalur pejalan kaki tersambung dan terdapat beberapa jalur pejalan kaki di sekitar terminal yang difungsikan sebagai tempat berjualan pedagang kaki lima. Selain itu jika dilihat dari kondisi saat ini, fasilitas Terminal Baranangsiang dinilai tidak begitu baik. Hal tersebut dibuktikan oleh kondisi fisik bangunan dan fasilitas terminal yang telah lapuk dimakan oleh usia mengingat Terminal Baranangsiang dibangun sejak tahun 1974 dan hingga saat ini belum pernah dilakukan revitalisasi sehingga kondisinya kurang tertata dan dinilai belum mampu untuk melayani sistem transportasi skala makro (Yanto et al., 2014).

Keberhasilan penerapan transportasi umum massal tidak lepas dari sarana dan prasarana yang menunjangnya. Kawasan terminal yang nyaman, tertata dan mudah diakses dapat mengundang masyarakat untuk

(3)

menggunakan bus sebagai salah satu pilihan transportasi umum. Berdasarkan penjelasan sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa perlu adanya penelitian yang membahas terkait pengembangan kawasan Terminal Baranangsiang menuju implementasi TOD guna membentuk kawasan yang nyaman bagi pelaku kegiatan di sekitar kawasan transit dan mendukung realisasi pengembangan TOD di kawasan Terminal Baranangsiang.

METODE PENELITIAN Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian yang dimaksud dalam penelitian ini yaitu delineasi kawasan dengan radius 500 meter dari Terminal Baranangsiang yang dianggap sebagai titik simpul kawasan, dengan total luas wilayah 43,49 ha. Berikut merupakan batas fisik dari kawasan TOD Terminal Baranangsiang.

Utara : Jalan Otto Iskandardinata Selatan : Jalan Padjajaran Indah Timur : Jalan Raya Bina Marga Barat : Sungai Ciliwung Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah objek, atribut atau nilai yang secara kualitatif maupun kuantitatif ditetapkan dalam suatu penelitian yang digunakan dan dikelola hingga dapat diperoleh informasi dari suatu objek tertentu (Noor, 2011). Variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian ini merupakan gabungan dari TOD Standard 3.0 dan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 16 Tahun 2017.

Teknik Pengumpulan Data

Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui survei primer dengan observasi lapangan, wawancara dan kuisioner. Sementara itu, survei sekunder diperoleh melalui studi literatur dari instansi terkait pada bidang perencanaan terkait terminal dan pengembangan kawasan transit.

Tabel 1. Kebutuhan Data

Teknik Pengumpulan

Data

Data

Survei Primer

1. Geometrik dan fasilitas jalur pejalan kaki 2. Geometrik dan fasilitas jalur penyeberangan

pejalan kaki

3. Panjang muka bangunan 4. Akses masuk pejalan kaki

5. Ketersediaan elemen peneduh dan pelindung

Teknik Pengumpulan

Data

Data

6. Geometrik jalur sepeda dan fasilitas bersepeda

7. Panjang blok bangunan 8. Rasio persimpangan

9. Penggunaan lahan di kawasan transit 10. Ketersediaan akses pelayanan lokal

Survei Sekunder

1. Rencana Induk Transportasi dan Tatralok Kota Bogor

2. Perizinan untuk akses sepeda dalam bangunan

3. Layout dan siteplan Terminal Baranangsiang 4. Alur kegiatan/aktivitas penumpang dan

pengelola Terminal Baranangsiang 5. Jumlah penumpang, armada bus dan data

trayek bus di Terminal Baranangsiang

Populasi dan Sampel a) Populasi

Populasi yang ditetapkan oleh peneliti adalah pengunjung Terminal Baranangsiang.

Adapun jumlah pengunjung Terminal Baranangsiang pada tahun 2019 sebanyak 15.519 jiwa.

b) Sampel

Sampel penelitian yang digunakan yaitu purposive sampling dimana pemilihan sampel yang dilakukan berdasarkan pertimbangan tertentu yang tidak acak (Sugiyono, 2017). Dalam penelitian ini sampel penelitian diambil dari pengunjung Terminal Baranangsiang.

Perhitungan sampel yang digunakan adalah metode slovin. Berikut adalah rumus perhitungan sampel slovin:

𝑛 =1+𝑁.𝑒𝑁 2...(1) Keterangan :

n = Ukuran sampel N = Jumlah Populasi

e = Error tolerance (tingkat kekeliruan pengambilan sampel yang dapat ditolerir) Diketahui : N = 15.519 jiwa

e = 5% (0,05)

𝑛 = 15.519

1+(15.519x(0,05)2)= 389,949 ~ 400 responden Teknik Analisis Data

1. Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan metode analisis yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggaambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Sugiyono, 2017).

Dalam penelitian ini analisis deskriptif digunakan untuk mengidentifikasi karakteristik kawasan Terminal Baranangsiang berdasarkan prinsip

(4)

TOD. Penjabaran dari analisis deskriptif akan dilengkapi dengan hasil dokumentasi kondisi eksisting wilayah penelitian, hal tersebut dilakukan untuk memperjelas penulis.

2. Analisis Komparatif

Analisis komparatif dilakukan untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta – fakta atau sifat – sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. Setelah melakukan analisis deskriptif diketahui karakteristik kawasan Terminal Baranangsiang berdasarkan prinsip TOD. Hasil analisis deskriptif kemudian digunakan sebagai dasar untuk memberikan poin/skoring dengan matriks penilaian hasil gabungan dari TOD Standard 3.0 dan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Nomor 16 Tahun 2017.

3. Analisis IPA

Teknik Importance Performance Analysis (IPA) digunakan untuk mengukur hubungan antara persepsi konsumen dan prioritas peningkatan kualitas produk/jasa (Dirgantara, 2015). Analisis ini diawali dengan kuesioner yang disebarkan kepada pengunjung Terminal Baranangsiang dengan setiap item pertanyaan memiliki dua jawaban dalam skala Likert, yaitu mengenai tingkat kepuasan dan kepentingan.

Terdapat dua variabel yang diwakili oleh huruf X dan Y, dimana X merupakan tingkat kepuasan, sedangkan huruf Y merupakan tingkat kepentingan terhadap prinsip-prinsip TOD yang terdapat di kawasan Terminal Baranangsiang.

Berikut merupakan rumus dari analisis Importance Performance Analysis (IPA) yang digunakan dalam penelitian:

𝑇𝐾𝑖 =𝑋𝑖

𝑌𝑖 𝑥 100%...(2) Keterangan :

Tki = Tingkat kesesuaian responden

Xi = Skor penilaian kepuasan prinsip-prinsip TOD

Yi = Skor penilaian kepentingan prinsip- prinsip TOD

𝑋̅ =∑𝑋𝑖𝑛 dan 𝑌̅ =∑𝑌𝑖𝑛 ...(3) Keterangan :

𝑋̅ = Bobot rata-rata tingkat kepuasan kinerja atribut ke-i

𝑌̅ = Bobot rata-rata tingkat kepentingan kinerja atribut ke-i

n = Jumlah responden

𝑋̿ =𝐾𝑖=1𝑋̅𝑖

𝐾 dan 𝑌̿ =𝐾𝑖=1𝑌̅𝑖

𝐾 ...(4)

Keterangan :

𝑋 = Nilai rata-rata kepuasan atribut 𝑌 = Nilai rata-rata kepentingan atribut K = Jumlah Atribut

4. Analisis QFD

Analisis Quality Function Deployment (QFD) merupakan analisis yang digunakan untuk menterjemahkan permintaan atau kebutuhan masyarakat terkait suatu pelayanan. Dalam hal ini QFD bertujuan untuk mendapatkan prioritas atribut serta respon teknis dari pihak pengelola terminal dan perencana TOD dikawasan terminal, menggunakan rumah kualitas (House of Quality).

Gambar 1. Rumah Kualitas Sumber : Suryaningrat, 2012 a. Voice of Customer (VOC)

Voice of customer atau keinginan pelanggan merupakan tahap awal untuk memulai analisis QFD. Voice Of Customer diambil dari hasil kuisioner IPA yang menjadi prioritas penanganan dengan tingkat kepentingan yang tinggi dan tingkat kepuasan yang rendah.

b. Planning Matrix

• Importance of Customer (IoC) 𝐼𝑜𝐶 = 𝐺𝑜𝑎𝑙

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐺𝑜𝑎𝑙...(5)

• Customer Satisfaction Performance (CSP)

Customer satisfaction performance atau CSP merupakan nilai persepsi responden terhadap kepuasan yang dirasakan. Tingkat kepuasan pengguna ini didapatkan dari rata-rata nilai persepsi kepuasan pengguna.

• Goal

Goal merupakan seberapa besar tingkat kinerja dari kepuasan yang diharapkan yang dapat dicapai. Nilai goal yang digunakan disini merupakan hasil rata-

(5)

rata dari kuisioner pada tingkat kepentingan penumpang terhadap prinsip-prinsip TOD di kawasan Terminal Baranangsiang.

• Improvement Rasio (IR)

Improvement ratio (IR) adalah ukuran dari usaha yang dbutuhkan untuk mengubah tingkat kepuasan masyarakat. Improvement ratio didapatkan dari Goal dibagi dengan CSP dengan rumus sebagai berikut.

𝐼𝑅 = 𝐺𝑜𝑎𝑙

𝐶𝑆𝑃...(6)

• Raw Weight (RW)

Raw Weight merupakan nilai perhitungan dari data dan keputusan yang dibuat selama penyusunan matriks perencanaan. RW disini menggambarkan tingkat kepentingan secara keseluruhan.

𝑅𝑊 = 𝐺𝑜𝑎𝑙 𝑥 𝐼𝑅...(7)

• Normal Raw Weight (NRW)

Normal Raw Weight adalah nilai dari raw weight yang di skalakan dari interval 0 – 1. Dengan kata lain NRW yang dinyatakan dalam bentuk persentase.

𝑁𝑅𝑊 = 𝑅𝑊𝑇𝑅𝑊...(8) Keterangan:

NRW = Normal Raw Weight RW = Raw Weight

RWT = Raw Wight Total c. Respon Teknis

Penentuan respon teknis dilakukan melalui diskusi dengan pihak pengelola terminal dan pihak daerah setempat yang bertanggungjawab perihal perencanaan suatu wilayah di Kota Bogor. Pihak bersangkutan dalam hal ini adalah BPTJ dan BAPPEDA Kota Bogor.

d. Relationship Matrix

Matriks hubungan berisikan tentang penilaian kekuatan antar elemen respon teknis yang ada dengan voice of customer.

Pengisian matriks hubungan ini sangat penting untuk menentukan prioritas tindakan yang akan dilakukan.

Tabel 2. Notasi Matriks Hubungan

Hubungan Simbol Nilai

Tidak ada hubungan 0

Terdapat hubungan yang lemah 1

Terdapat hubungan yang sedang 3

Terdapat hubungan yang kuat 9

e. Corelation Matrix

Matriks korelasi memiliki fungsi untuk mengetahui jenis hubungan antara respon teknis. Identifikasi hubungan antara respon reknis ini dilakukan untuk mengetahui adanya pertukaran antara masing-masing respon teknis pada kebutuhan proses.

Tabel 3. Notasi Matriks Korelasi

Simbol Keterangan

Pengaruh positif sangat kuat Pengaruh positif cukup kuat

<kosong> Tidak ada pengaruh Pengaruh negatif cukup kuat Pengaruh negatif sangat kuat

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Karakteristik Kawasan TOD Terminal Baranangsiang

1) Prinsip Berjalan Kaki

Jalur Pejalan Kaki, terdapat 3.964,25 meter jalur pejalan kaki dari total panjang jalan 8.079,58 meter. Tipe jalur pejalan kaki di dalam kawasan TOD merupakan trotoar yang diperuntukkan khusus bagi pejalan kaki yang dilindungi dengan kerb. Penyeberangan Pejalan Kaki, terdapat penyeberangan jalan yang berada di 10 titik lokasi. Jenis penyeberangan jalan yang ada di kawasan TOD antara lain zebra cross, pelican crossing dan Jembatan Penyeberangan Orang (JPO).

Gambar 2. Prinsip Berjalan Kaki Sumber : Hasil Analisis, 2020

Muka Bangunan Yang Aktif, dari total 3.964,25 meter jalur pejalan kaki yang ada di kawasan TOD Terminal Baranangsiang, 2.250,04 meter merupakan jalur pejalan kaki yang berbatasan dengan muka bangunan yang aktif (57%) dan 1.714,21 meter jalur pejalan kaki yang berbatasan dengan muka bangunan yang tidak aktif. Muka Blok Yang Permeabel, kawasan TOD Terminal Baranangsiang terbagi menjadi 5 blok

(6)

berdasarkan karakteristik guna lahan dan batasan fisik eksisting. Dari total 5 blok diketahui bahwa terdapat 2.470,1 meter panjang muka blok yang berbatasan dengan jalur pejalan kaki dan dilengkapi dengan 60 jalur masuk. Peneduh dan Pelindung, kawasan TOD Terminal Baranangsiang memiliki 24 jalur pejalan kaki, 20 diantaranya merupakan jalur pejalan kaki yang dilengkapi dengan elemen peneduh dan pelindung berupa pepohonan, halte dan dinding yang cukup tinggi.

2) Prinsip Bersepeda

Jaringan Infrastruktur Sepeda, jalur sepeda terdekat dari pintu keluar Terminal Baranangsiang berada di Jalan Raya Pajajaran yang berjarak 87 meter. Jalur ini dilengkapi dengan marka yang berbeda antara jalur sepeda dan pejalan kaki.

Gambar 3. Prinsip Bersepeda Sumber : Hasil Analisis, 2020

Parkir Sepeda di Stasiun Angkutan Umum, ketersediaan parkir sepeda yang aman di dalam Terminal Baranangsiang maupun di fasilitas transit lainnya seperti halte tidak tersedia. Parkir Sepeda pada Bangunan, parkir sepeda di bangunan sekitar kawasan transit hanya tersedia di Botani Square Mall, yang mana parkir sepeda tersebut telah dilengkapi dengan rak sepeda.

Akses ke Dalam Gedung, sampai saat ini belum terdapat peraturan pemerintah daerah yang mengizinkan pemberian akses untuk sepeda ke dalam gedung.

3) Prinsip Menghubungkan

Blok-Blok Kecil, pada kawasan TOD Terminal Baranangsiang diketahui terdapat 24 blok jalur pejalan kaki, dengan rentang panjang blok sebesar 69,42 – 216,96 meter.

Memprioritaskan Konektivitas, kawasan TOD Terminal Baranangsiang memiliki 38 persimpangan dengan rincian 13 persimpangan pejalan kaki dan 25 persimpangan kendaraan bermotor.

Gambar 4. Prinsip Menghubungkan Sumber : Hasil Analisis, 2020 4) Prinsip Angkutan Umum

Kriteria stasiun angkutan umum yaitu dapat melayani seluruh bangunan dalam kawasan (letaknya memenuhi jarak berjalan kaki yang ditetapkan) dan durasi operasional.

Berdasarkan kualifikasi TOD Standard 3.0, sebuah stasiun angkutan umum dalam kawasan TOD harus memiliki waktu pelayanan antara jam 07.00-22.00, Terminal Baranangsiang memiliki waktu pelayanan antara jam 08.00-18.00. Waktu pelayanan tersebut merupakan waktu pelayanan untuk pembelian tiket di loket, sedangkan untuk pelayanan keberangkatan dan kedatangan bus beroperasi selama 24 jam. Dalam delineasi kawasan, TOD Terminal Baranangsiang dilengkapi oleh 6 halte angkutan yang berfungsi memaksimalkan fungsi pelayanan angkutan umum.

Gambar 5. Prinsip Angkutan Umum Sumber : Hasil Analisis, 2020 5) Prinsip Pembauran

Tata Guna Lahan Komplementer, persentase penggunaan lahan di kawasan TOD Terminal Baranangsiang terdiri dari 41,5%

perumahan dan 58,5% non perumahan. Lebih dari setengah luasan area kawasan TOD ini

(7)

didedikasikan untuk mengimbangi kategori penggunaan lainnya. Serta poin penting lainnya yaitu kawasan TOD ini berlokasi di daerah layanan stasiun angkutan atau titik transit sehingga penggunaan lahan ini disebut dengan penggunaan komplementer secara internal dan kontekstual. Akses Menuju Pelayanan Lokal, dalam kawasan TOD Terminal Baranangsiang terdapat 4 unit pelayanan perdagangan makanan segar, 10 unit pelayanan sekolah dasar dan menengah serta 4 unit pelayanan kesehatan.

Akses Menuju Taman dan Tempat Bermain, di kawasan TOD Terminal Baranangsiang terdapat satu lapangan olahraga dengan rincian memiliki luas 1.902m², dapat diakses oleh publik 24 jam dan dapat difungsikan sebagai lapangan basket dan badminton. Namun taman tersebut tidak memenuhi prasyarat dalam konsep TOD.

Perumahan Terjangkau, atribut ini dinilai dengan membandingkan harga PBB dengan rata-rata pendapatan, apabila harga PBB tersebut <30%

rata-rata pendapatan pada kategori bersangkutan maka perumahan tersebut terjangkau. Dan didapatkan bahwa seluruh unit perumahan dalam radius merupakan perumahan terjangkau.

Gambar 6. Klasifikasi Pendapatan Masyarakat Sumber : Hasil Analisis, 2020

Preservasi Perumahan, kawasan TOD Terminal Baranangsiang termasuk ke dalam wilayah dengan risiko rendah bencana banjir, risiko sedang bencana tanah longsor serta risiko rendah dan sedang bencana kebakaran. Karena dalam kawasan TOD tidak terdapat risiko tinggi bencana maka perumahan yang berada di dalamnya akan dipertahankan. Preservasi Bisnis dan Jasa, terdapat total 57 kegiatan bisnis dan jasa dengan keterangan bahwa seluruh kegiatan tersebut telah berjalan lebih dari satu tahun sehingga seluruh perdagangan dan jasa akan dipertahankan.

6) Prinsip Memadatkan

Kepadatan Non-Permukiman, terdapat 72 bangunan non permukiman dengan rentang nilai KLB sebesar 0,2-8,8. Dan memiliki nilai rata-rata KLB sebesar 1,0. Kepadatan Permukiman, dalam delineasi kawasan TOD Terminal Baranangsiang diketahui terdapat 550 unit rumah dan 43,49 ha luas kawasan sehingga didapatkan nilai kepadatan permukiman sebesar 13 unit/ha.

Gambar 7. Kepadatan Permukiman Sumber : Hasil Analisis, 2020 7) Prinsip Merapatkan

Area Perkotaan, luas lahan yang dapat dibangun di dalam delineasi kawasan TOD Terminal Baranangsiang yaitu sebesar 43,5 ha sedangkan lahan yang dapat dibangun yang telah terbangun sebesar 40,3 ha. Dengan demikian maka persentase area perkotaan sebesar 93%.

Pilihan Angkutan Umum, saat ini Terminal Baranangsiang hanya melayani angkutan umum reguler dan belum terkoneksi dengan angkutan berkapasitas tinggi. Namun dalam Masterplan Transportasi Kota Bogor Tahun 2019, telah tertera bahwa terdapat rencana pengembangan LRT yang mana salah satu programnya yaitu rencana pengembangan stasiun LRT di kawasan Terminal Baranangsiang sehingga nantinya memungkinkan adanya konektivitas antara terminal bus dan stasiun LRT.

8) Prinsip Beralih

Parkir Off-Street, total luas parkir off-street di kawasan TOD Terminal Baranangsiang yaitu 25.861,3 m² dengan persentase sebesar 5,9% dari total luas kawasan TOD. Tingkat Kepadatan Akses Kendaraan Bermotor, driveway atau akses kendaraan bermotor merupakan jalur yang diperuntukan bagi kendaraan bermotor yang melintasi atau terjadi perpotongan dengan jalur pejalan kaki. Rata-rata driveway di dalam delineasi kawasan TOD Terminal baranangsiang yaitu 1,65.

(8)

Gambar 8. Prinsip Beralih Sumber : Hasil Analisis, 2020

Luasan Daerah Milik Jalan Untuk Kendaraan Bermotor, total luas daerah milik jalan sebesar 54.322,77 m². Kawasan TOD Terminal Baranangsiang memiliki total luas lahan proyek pembangunan sebesar 489.223,28 m². Dengan demikian maka akan diperoleh persentase area kendaraan bermotor yaitu 11% dari luas lahan pembangunan.

Klasifikasi Penerapan Prinsip TOD

Berdasarkan penilaian terhadap seluruh prinsip TOD, didapati total poin dari hasil penjumlahan seluruh prinsip TOD sebanyak 62.

Dari delapan prinsip TOD yang dinilai, seluruh prinsip telah menghasilkan poin atau dapat disimpulkan bahwa prinsip TOD di kawasan Terminal Baranangsiang sudah terlihat penerapannya. Namun prinsip berjalan kaki, bersepeda, menghubungkan dan memadatkan merupakan prinsip yang penerapannya masih belum maksimal karena perolehan poin yang didapatkan kecil.

Karena kawasan TOD Terminal Baranangsiang memiliki total 62 poin maka

kawasan TOD ini termasuk ke dalam kategori Bronze Standard. Besaran poin yang didapatkan dari hasil penilaian terkait penerapan prinsip TOD ini menunjukkan bahwa delineasi kawasan TOD Terminal Baranangsiang ini telah menerapkan kedelapan prinsip TOD walaupun poin yang dihasilkan belum maksimal (Bronze Standard) dan memiliki potensi untuk dikembangkan kedepannya menjadi kawasan berorientasi transit.

Analisis IPA

Analisis IPA dilakukan untuk mengetahui tingkat kepuasan dan kepentingan pengunjung Terminal Baranangsiang terhadap prinsip-prinsip TOD dengan output prioritas utama pengembangan kawasan Terminal Baranansiang menuju implementasi TOD. Data-data yang diperlukan untuk analisis IPA didapatkan dari pengisian kuisioner kepada 400 pengunjung terminal. Nantinya X rata-rata dan Y rata-rata seluruh atribut dijumlah kemudian dirata-ratakan kembali sehingga menghasilkan nilai titik koordinat. Titik koordinat ini digunakan sebagai titik potong dalam Diagram Kartesius. X rata-rata dan Y rata-rata tiap atribut akan dimasukkan ke dalam diagram kartesius sehingga dapat terlihat letak masing-masing atribut terdapat pada kuadran I, II, III atau kuadran IV. Berikut merupakan diagram kartesius prinsip TOD di kawasan Terminal Baranangsiang.

Berdasarkan Gambar 9 dapat diketahui posisi masing-masing atribut berdasarkan hasil kuisioner terhadap prinsip TOD di kawasan Terminal Baranangsiang. Pada Kuadran I (Prioritas Utama) terdapat 5 atribut yaitu 1, 5, 10, 11 dan 19 sedangkan pada Kuadran II (Pertahankan) terdapat 7 atribut yaitu atribut nomor 2, 3, 4, 12, 13, 18 dan 20.

Gambar 9. Diagram Kartesius Prinsip TOD di Kawasan Terminal Baranangsiang Sumber : Hasil Analisis, 2020

1 2

4 3 5

7 6 8 9

10

11 12 13

14 15

16 17

19 18 20

3 3.2 3.4 3.6 3.8 4 4.2 4.4

2 2.2 2.4 2.6 2.8 3 3.2 3.4 3.6 3.8

Kepentingan

Kepuasan

DIAGRAM KARTESIUS PRINSIP TOD DI KAWASAN TERMINAL BARANANGSIANG

(9)

Selanjutnya Kuadran III (Prioritas Rendah) berisi 5 atribut antara lain atribut nomor 6, 7, 8, 9 dan 15. Sementara yang masuk ke dalam Kuadran IV (Berlebihan) terdapat 3 atribut yaitu atribut nomor 14, 16 dan 17.

Analisis QFD

QFD dipilih sebagai analisis dalam penelitian ini dengan tujuan mendapatkan urutan atribut penanganan yang perlu dilakukan dalam suatu pengembangan agar proses pengembangan kawasan Terminal Baranangsiang menjadi kawasan transit dapat dilakukan dengan efisien, yaitu pemerintah atau pengembang dapat memprioritaskan prinsip tertentu yang dibutuhkan dan dirasa penting oleh masyarakat.

Input analisis QFD menggunakan output dari analisis IPA yang berada pada Kuadran I (Prioritas Utama) diagram kartesius. Berikut atribut yang merupakan prioritas utama dalam pengembangan kawasan Terminal Baranangsiang menuju implementasi TOD:

1. Ketersediaan trotoar (Jalur pejalan kaki) 2. Ketersediaan peneduh dan pelindung

(Peneduh dan pelindung)

3. Blok bangunan di sekitar Terminal Baranansiang ramah terhadap pejalan kaki (Blok-blok kecil)

4. Mengutamakan kemudahan akses bagi pejalan kaki di sekitar Terminal Baranangsiang (Memprioritaskan konektivitas)

5. Fasilitas parkir kendaraan bermotor di sekitar Terminal Baranangsiang (Parkir off- street)

Matriks Perencanaan a. Goal

Goal dapat diartikan sebagai tujuan, tujuan dari dilakukannya QFD yaitu untuk menjawab segala kebutuhan atau permintaan responden.

Nilai goal (Tabel 4) merupakan rata-rata nilai kepentingan yang didapati dari data pada analisis IPA.

b. Importance of Customer (IoC)

Nilai dari Importance of Customer didapatkan dari nilai tingkat kepentingan tiap

atribut dibagi dengan total nilai semua tingkat kepentingan pada tiap atribut voice of customer.

Contoh perhitungan pada atribut jalur pejalan kaki diperoleh goal 4,20 dan total goal seluruh atribut 20,48.

𝐼𝑜𝐶 = 𝐺𝑜𝑎𝑙

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐺𝑜𝑎𝑙= 4,20

20,48= 0,205

Berdasarkan nilai IoC (Tabel 4) diketahui atribut jalur pejalan kaki mendapat nilai tertinggi 0,205 hal tersebut menunjukkan atribut ini memiliki tingkat kepentingan paling tinggi dibanding atribut lainnya.

c. Customer Satisfaction Performance (CSP) CSP merupakan persepsi pengguna Terminal Baranangsiang mengenai kepuasan terhadap penerapan prinsip TOD di sekitar kawasan Terminal Baranangsiang. Nilai CSP (Tabel 4) adalah rata-rata nilai kepuasan responden terhadap penerapan prinsip TOD di sekitar kawasan Terminal Baranangsiang yang didapati dari data pada analisis IPA.

d. Improvement Ratio (IR)

Nilai IR merupakan dari hasil pembagian goal dengan CSP, nilai ini menunjukkan ukuran dari usaha yang dibutuhkan untuk mengubah tingkat kepuasan masyarakat. Nilai IR terbesar diperoleh oleh atribut peneduh dan pelindung (Tabel 4) dengan nilai 1,57 sehingga atribut ini memerlukan usaha perbaikan yang lebih besar dibanding atribut lainnya untuk meningkakan kepuasan responden.

e. Raw Weight (RW)

RW menggambarkan tingkat kepentingan atribut secara keseluruhan yang didapati dari hasil perkalian goal dengan IR. Berdasarkan perhitungan nilai RW (Tabel 4) diketahui atribut jalur pejalan kaki memiliki nilai tertinggi dengan nilai 6,553 yang menunjukkan aribut ini memiliki nilai kepentingan tertinggi secara keseluruhan dibanding atribut lainnya.

f. Normalized Raw Weight (NRW)

NRW merupakan nilai RW yang dinyatakan dalam bentuk persentase atau pecahan yang dapat diperoleh dengan membagi RW dengan total nilai RW pada masing-masing atribut. Hasil perhitungan NRW dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Matriks Perencanaan pada House of Quality

Atribut Goal IoC CSP IR RW NRW

Jalur pejalan kaki 4.20 0.205 2.70 1.56 6.553 0.210

Parkir off-street 4.11 0.201 2.77 1.48 6.091 0.195

Memprioritaskan konektivitas 4.09 0.200 2.70 1.51 6.197 0.199

Peneduh dan pelindung 4.07 0.199 2.59 1.57 6.400 0.205

Blok-blok kecil 4.01 0.196 2.71 1.48 5.924 0.190

Sumber : Hasil Analisis, 2020

(10)

Gambar 10. House Of Quality Penerapan Prinsip TOD di Kawasan Terminal Baranangsiang Sumber : Hasil Analisis, 2020

Respon Teknis

Penentuan respon teknis ditentukan melalui diskusi dengan pihak pengelola terminal (BPTJ) dan BAPPEDA Kota Bogor. Hal-hal yang menjadi pertimbangan dalam penentuan respon teknis ini diambil dari jawaban kuisioner responden yang telah diolah dan berada pada Kuadran I Analisis IPA. Setelah melakukan diskusi dengan pihak-pihak bersangkutan, maka didapatkan beberapa respon teknis sebagai berikut.

Tabel 5. Respon Teknis

RT Respon Teknis

RT 1 Penataan dan penambahan jalur pejalan kaki di seluruh ruas jalan pada kawasan transit

RT 2 Pengadaan fasilitas park and ride di kawasan transit RT 3 Menerapkan pola jaringan jalan grid

RT 4 Pengadaan elemen peneduh berupa pohon disepanjang ruas pejalan kaki

RT 5

Pengadaan elemen pelindung berupa street barier pada ruas jalan yang memiliki kepadatan dan kecepatan lalu lintas yang tinggi

RT 6 Mengembangkan jalan-jalan penghubung

Sumber : Hasil Analisis, 2020 Matriks Teknis

a. Contribution

Nilai kontribusi ini nantinya menggambarkan seberapa besar pengaruh respon teknis terhadap penerapan prinsip TOD di kawasan Terminal baranansiang. Nilai ini didapati dari hasil perkalian NRW dengan nilai relasi.

Tabel 6. Nilai Kontribusi

RT Nilai Relasi NRW Cont

RT 1 15 0.21 3.15

RT 2 9 0.195 1.76

RT 3 10 0.199 1.99

RT 4 12 0.205 2.46

RT 5 10 0.205 2.05

RT 6 10 0.19 1.90

Sumber : Hasil Analisis, 2020

Berdasarkan tabel diatas diketahui RT 1 memiliki nilai kontribusi terbesar. Sehingga dapat

diketahui penataan dan penambahan jalur pejalan kaki memiliki kontribusi paling besar dalam rencana pengembangan ini.

b. Normalized Contribution (NC)

NC digunakan untuk melihat secara persentase nilai kontribusi respon teknis terhadap atribut penerapan TOD. Tabel berikut merupakan hasil perhitungan NC.

Tabel 7. Nilai Normalized Contribution

RT Cont NC

RT 1 3.15 0.237

RT 2 1.76 0.132

RT 3 1.99 0.150

RT 4 2.46 0.185

RT 5 2.05 0.154

RT 6 1.90 0.143

Total 5.46 1

Sumber : Hasil Analisis, 2020 c. Absolute Importance (AI)

AI merupakan nilai kepentingan absolut respon teknis yang didapati dari hasil perkalian tingkat kepentingan pada masing-masing atribut dengan nilai relasi. Setelah mengetahui seluruh nilai AI, kemudian untuk mempermudah pengurutan respon teknis guna memperoleh peringkat tiap item design requirement maka dilakukan normalisasi AI.

Tabel 8. Nilai Absolute Importance

RT AI Normalized AI

RT 1 62.12 0.2300

RT 2 36.97 0.1369

RT 3 40.84 0.1512

RT 4 49.22 0.1822

RT 5 40.81 0.1511

RT 6 40.14 0.1486

Total 270.1 1

Sumber : Hasil Analisis, 2020

Setelah melakukan normalisasi nilai AI didapati nilai akhir yang kemudian dijadikan acuan sebagai urutan peringkat dalam menjawab dan memenuhi keinginan masyarakat, serta berpengaruh sebagai acuan target respon teknis

(11)

yang harus segera dilakukan oleh pihak pengelola demi terwujudnya pengembangan kawasan Terminal Baranangsiang dengan prinsip TOD. Dari berbagai perhitungan diatas kemudian dapat maka dapat disimpulkan bentuk House of Quality prinsip TOD di kawasan Terminal Baranangsiang seperti Gambar 10.

Prioritas Arahan Pengembangan Kawasan Terminal Baranangsiang Menuju Implementasi TOD

1. Penataan dan penambahan jalur pejalan kaki di seluruh ruas jalan pada kawasan transit. Penambahan jalur pedestrian ini dapat dilakukan pada ruas jalan yang belum menyediakan jalur pedestrian seperti di Jalan Bina Marga I, Bina Marga II, Kantor Pos, Kantor Pos I, Kantor Pos II, Komplek LIPI, Belitung, Belitung I, Riau I, Riau II, Riau III, Riau IV, Riau V, Riau VI, Riau VII dan Riau VIII.

2. Pengadaan elemen peneduh disepanjang ruas pejalan kaki. Penambahan elemen peneduh ini dapat berupa pohon atau kanopi bangunan yang dapat dijadikan sebagai tempat berteduh.

3. Menerapkan pola jaringan jalan grid. Untuk mendukung konektivitas jalur pejalan kaki maka perlu adanya penerapan pola jaringan jalan grid karena mempermudah pergerakan dan mampu mendorong orang untuk melanjutkan perjalanannya dengan berjalan kaki.

4. Pengadaan elemen pelindung berupa street barrier pada ruas jalan yang memiliki kepadatan dan kecepatan lalu lintas yang tinggi. Salah satu faktor yang mempengaruhi pembentukan jalur pedestrian dalam lingkungan kota adalah safety (keamanan) (Iswanto, 2006), keamanan yang dimaksud merupakan batasan antara jalur pedestrian dengan jalan raya dapat berupa pepohonan, pot bunga, street furniture dan lainnya.

5. Mengembangkan jalan-jalan penghubung.

an penghubung cenderung membelah blok-blok bangunan, jalan ini sering dimanfaatkan oleh pejalan kaki sebagai jalan pintas karena pejalan kaki dapat memotong jarak berjalan kaki sehingga dapat meminimalisir waktu tempuh dalam berjalan kaki.

6. Pengadaan fasilitas park and ride di kawasan transit. Seperti yang diketahui

bahwa terdapat rencana pengembangan LRT berupa pembangunan stasiun LRT di sekitar TOD Baranangsiang dalam Masterplan Transportasi Kota Bogor tahun 2019, pengadaan fasilitas park and ride dilakukan sejalan dengan rencana pengembangan LRT tersebut karena nantinya volume kendaraan masyarakat yang ingin berpindah menggunakan angkutan umum di kawasan Baranangsiang ini akan lebih banyak dibanding sebelumnya. Dengan adanya rencana pengadaan fasilitas park and ride ini nantinya diharapkan terdapat suatu tempat parkir dengan kapasitas yang cukup besar dan terpusat sehingga memudahkan masyarakat yang datang ke kawasan TOD baik dengan tujuan untuk melanjutkan perjalanan dengan angkutan umum atau sekedar menjalani kegiatan di dalam kawasan TOD.

Gambar 11. Arahan Pengembangan Berdasarkan Hasil Analisa

Sumber : Hasil Analisis, 2020 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dipaparkan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Delineasi kawasan TOD Terminal Baranangsiang memiliki total poin sebanyak 62. Besaran poin penerapan prinsip TOD di kawasan Terminal Baranangsiang ini menunjukkan bahwa kawasan tersebut telah menerapkan kedelapan prinsip TOD walaupun penerapan yang dilakukan masih belum maksimal (Bronze Standard) dan memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut dengan konsep TOD karena pada dasarnya

(12)

telah terdapat penerapan akan kedelapan prinsip tersebut.

2. Berdasarkan hasil pengisian kuisioner kepada 400 responden yang kemudian data-data tersebut diolah dengan analisis IPA dihasilkan rata-rata kepuasan dan kepentingannya lalu dimasukan ke dalam diagram kartesius. Kuadran I dalam diagram kartesius menunjukkan prioritas utama. Atribut yang masuk ke dalam Kuadran I antara lain jalur pejalan kaki, peneduh dan pelindung, blok-blok kecil, memprioritaskan konektivitas, dan parkir off-street.

3. Berdasarkan analisis QFD yang telah dilakukan serta diskusi yang dilakukan bersama BPTJ dan BAPPEDA sebagai instansi-instansi terkait. Dihasilkan arahan pengembangan pengembangan kawasan Terminal Baranangsiang menuju implementasi TOD yang telah diurutkan berdasarkan prioritas penanganannya.

a. Penataan dan penambahan jalur pejalan kaki di seluruh ruas jalan pada kawasan transit.

b. Pengadaan elemen peneduh berupa pohon disepanjang ruas pejalan kaki.

c. Menerapkan pola jaringan jalan grid.

d. Pengadaan elemen pelindung berupa street barier pada ruas jalan yang memiliki kepadatan dan kecepatan lalu lintas yang tinggi.

e. Mengembangkan jalan-jalan penghubung.

f. Pengadaan fasilitas park and ride di kawasan transit

DAFTAR PUSTAKA

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kota Bogor. 2019. Masterplan Transportasi

Kota Bogor Tahun 2019. Bogor.

Bappeda Kota Bogor.

Badan Pusat Statistik Kota Bogor. 2018. Kota Bogor dalam Angka 2018. Bogor. BPS Kota Bogor.

Calthorpe, P. 1993. The Next American Metropolis. New York. Princeton Architectural Press.

Dinas Perhubungan Kota Bogor. 2019. Rencana Strategis Dinas Perhubungan Kota Bogor Tahun 2014-2019. Bogor.

Dishub Bogor.

Dirgantara, H. B. 2015. Penerapan Model Importance Performance Analysis dalam Studi Kasus: Analisis Kepuasan Konsumen. Kalbiscientia 2(1): 52-62.

Iswanto, D. 2006. Pengaruh Elemen-Elemen Pelengkap Jalur Pedestrian Terhadap Kenyamanan Pejalan Kaki (Studi Kasus: Penggal Jalan Pendanaran).

ENCLOSURE 5 (1): 21-29.

ITDP. 2017. TOD Standard 3.0. New York. Institute for Transportation and Development Policy.

Noor, J. 2011. Metodologi Penelitian. Jakarta.

Prenada Media Group.

Sharly, T., Esti, D., & Safrilah. 2017. Analisis Kinerja Operasional Terminal (Studi Kasus Terminal Samarinda Seberang).

Fondasi 6 (2): 1-12

Sugiyono. 2017. Metode Penelitian. Bandung.

Alfabeta.

Suryaningrat, I. 2012. Aplikasi Metode Quality Function Deployment (QFD). AGROTEK 4(1): 8-17.

Warpani, S. 2002. Pengelolaan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. Bandung. ITB.

Yanto, K., Purwanto, E., & Suprapti, A. 2014.

Terminal Bus Tipe A Di Kota Bogor.

IMAJI 3 (4): 827-836.

Gambar

Tabel 1. Kebutuhan Data
Tabel 3. Notasi Matriks Korelasi
Gambar 3. Prinsip Bersepeda  Sumber : Hasil Analisis, 2020
Gambar 6. Klasifikasi Pendapatan Masyarakat  Sumber : Hasil Analisis, 2020
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini ditujukan terutama untuk memberikan bukti secara empiris mengenai pengaruh konvergensi IFRS, kompleksitas akuntansi, dan status probabilitas kebangkrutan

Simulasi Jaringan Pada Packet tracer | 11 Di bawah panel Font, pengguna dapat memilih font yang berbeda dan ukuran font untuk Dialog, Workspace / Kegiatan Wizard, dan Interface

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan efek protektif ekstrak daun sirsak terhadap gambaran histopatologi kerusakan ginjal dan mengetahui hubungan peningkatan dosis

Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk

perencanaan, pemeliharaan serta pengembangan TIK (SIMRS). Saat ini proses perencanaan dan pemeliharaan masih belum adanya prosedur yang mengatur tentang proses

BERHAD (“Pos Malaysia”), dengan memberi notis yang bertulis dalam masa 14 hari kepada Pemegang permit jika Pemegang permit melanggar mana-mana syarat yang

.BOBKFSJBM ,FQBMB 4FLPMBI NFSVQBLBO IBM ZBOH IBSVT EJMBLVLBO TFDBSB UFSFODBOB EBO LPOUJOZV TFIJOHHB EBQBU NFOJOHLBULBO LPNQFUFOTJ EBO LFUFSBNQJMBOOZB EBMBN NFMBLTBOBLBOUVHBT

Berdasarkan rumusan masalah di atas maka hipotesis pada penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh pengaruh model Search, Solve, Create, and Share (SSCS) terhadap aktivitas