• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kasmir dalam bukunya Pemasaran Bank (2005: 09), definisi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kasmir dalam bukunya Pemasaran Bank (2005: 09), definisi"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. BANK

1. Pengertian Bank

Menurut Kasmir dalam bukunya Pemasaran Bank (2005: 09), definisi dari bank adalah lembaga keuangan yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. Oleh karena itu, dalam melakukan kegiatan usahanya sehari-hari bank harus mempunyai dana agar dapat memberikan kredit kepada masyarakat. Dana tersebut dapat diperoleh dari pemilik bank (pemegang saham), pemerintah, bank Indonesia, pihak-pihak di luar negeri, maupun masyarakat dalam negeri. Dana dari pemilik bank berupa setoran modal yang dilakukan pada saat pendirian bank.

2. Fungsi Bank

Menurut Dahlan Siamat (1995: 67) fungsi utama bank adalah

1. Menyediakan mekanisma dan alat pembayaran yang lebih efisien dalam kegiatan ekonomi.

2. Menciptakan uang melalui penyaluran kredit dan investasi.

3. Menghimpun dana dan menyalurkannya kepada masyarakat.

(2)

4. Menyediakan jasa-jasa pengelolaan dana dan trust atau perwakilan amanat kepada individu dan perusahaan.

5. Menyediakan fasilitas untuk perdagangan internasional.

6. Memberikan pelayanan penyimpanan untuk barang-barang berharga.

7. Menawarkan jasa-jasa keuangan lain misalnya, credit card, traveler’s check, transfer dana, dan sebagainya.

3. Kegiatan Bank

Kegiatan utama suatu bank adalah menghimpun dana dari masyarakat melalui simpanan dalam bentuk tabungan, deposito berjangka, giro, dan kemudian menyalurkan kembali dana yang dihimpun tersebut kepada masyarakat umum dalam bentuk kredit yang diberikan (loanable fund).

Menurut Martono (2002: 24) kegiatan bank adalah 1. Menghimpun Dana dari Masyarakat (Funding)

Menghimpun dana dan menyalurkan kembali kepada masyarakat merupakan kegiatan pokok perbankan. Kegiatan memberikan jasa-jasa bank lainnya merupakan kegiatan penunjang dari kegiatan pokok tersebut. Pengertian menghimpun dana berarti mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat luas dalam bentuk

(3)

simpanan giro, tabungan, deposit. Kegiatan penghimpunan dana ini disebut funding.

2. Menyalurkan Dana ke Masyarakat (Lending)

Menyalurkan dana berarti melemparkan kembali dana yang telah dihimpun melalui simpanan giro, tabungan, dan depositokepada masyarakat dalam bentuk pinjaman (loanable fund) bagi bank konvensional atau pembiayaan

bagi bank syariah. Tinggi rendahnya tingkat bunga pinjaman tergantung oleh tinggi rendahnya bunga simpanan. Semakin tinggi tingkat bunga simpanan, maka semakin tinggi pula tingkat bunga pinjaman dan sebaliknya. Bagi Bank yang berdasarkan prinsip konvensional, keuntungan utama diperoleh dari selisih bunga simpanan yang diberikan kepada penyimpan dengan bunga pinjaman atau kredit yang diberikan. Keuntungan bank yang diberikan dikenal dengan istilah spread based. Jika suatu bank mengalami kerugian dan selisih bunga, dimana tingkat bunga simpanan lebih besar dari tingkat bunga kredit yang diberikan (loanable fund), maka terjadilan negatife spread.

(4)

3. Memberikan Jasa-jasa Bank Lainnya (Services)

Jasa-jasa bank lainnya merupakan jasa pendukung kegiatan bank. Jasa-jasa ini diberikan untuk mendukung kelancaran kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana, baik yang berhubungan langsung maupun yang tidak langsung terhadap kegiatan penyimpanan dana dan penyaluran kredit. Produk jasa-jasa perbankan lainnya adalah sebagai berikut:

1. Jasa setoran seperti setoran telephone, listrik, air, atau uang kuliah.

2. Jasa pembayaran seperti pembayaran gaji, pension, atau hadiah.

3. Jasa pengiriman uang (transfer).

4. Jasa penagihan (inkaso).

5. Jasa kliring (clearing).

6. Jasa penjualan mata uang asing (valuta asing).

7. Jasa penyimpanan dokumen (safe deposite box).

8. Jasa cek wisata.

9. Jasa kartu kredit (bank card).

10. Jasa letter of credit (L/C).

11. Jasa bank garansi dan referensi bank.

(5)

B. Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

1. Pengertian Bank Perkreditan Rakyat (BPR)

BPR adalah lembaga bank yang menerima simpanan hanya dalam bentuk deposito berjangka, tabungan, dan/ atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu dan menyalurkan dana sebagai usaha BPR.

Landasan hukum BPR adalah UU No. 17/ 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10/1998. Dalam UU tersebut secara tegas disebutkan bahwa BPR adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalulintas pembayaran (Julius R.

Latumaerissa,2011: 300)

2. Asas BPR

Suatu BPR dalam melaksanakan usahanya berasaskan demokrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Demokrasi ekonomi adalah system ekonomi Indonesia yang dijalankan sesuai dengan pasal 33 UUD 1945 yang memiliki 8 ciri positif sebagai pendukung dan 3 ciri negative yang harus dihindari (free fight, liberalism, etatisme, dan monopoli).

(6)

3. Tujuan BPR

Menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan, penumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.

4. Sasaran BPR

Melayani kebutuhan petani, peternak, nelayan, pedagang, pengusaha kecil, mikro, dan menengah, pegawai, serta pensiunan karena sasaran ini belum dapat terjangkau oleh bank umum dan untuk lebih mewujudkan pemerataan layanan perbankan, pemerataan kesempatan berusaha, pemerataan pendapatan, dan agar mereka tidak jatuh ke tangan para pelepas uang (rentenir dan pengijon)

5. Kegiatan Usaha BPR

Kegiatan BPR pada dasarnya sama dengan kegiatan Bank umum, hanya yang menjadi perbedaan adalah jumlah jasa yang dilakukan. BPR terbatas dengan berbagai persyaratan sehingga tidak bisa melakukan hal banyak seperti Bank umum.

Kegiatan usaha yang dapat dilakukan BPR adalah (Subagyo, 1997: 69) 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa

deposito berjangka, tabungan 2. Memberikan kredit

(7)

3. Menempatkan dananya dalam bentuk Sertifikat Bank Indonesia (SBI), deposito berjangka, sertifikat deposito, dan/ atau tabungan pada bank lain.

Kegiatan usaha yang tidak bisa dilakukan BPR antara lain:

1. Menerima simpanan berupa giro dan ikut serta dalam lalulintas pembayaran.

2. Melakukan kegiatan usaha dalam valuta asing kecuali sebagai pedagang valuta asing (Dengan izin Bank Indonesia)

3. Melakukan penyertaan modal 4. Melakukan usaha perasuransian

C. KREDIT

1. Pengertian Kredit

Kredit adalah kegiatan pembelian atau pengadaan pinjaman dengan sistim pembayaran dalam waktu tertentu yang disepakati oleh kedua belah pihak.

Pengertian kredit yang lebih mapan untuk kegiatan perbankan di Indonesia telah dirumuskan dalam Undang – Undang Pokok Perbankan No. 7 Tahun 1992 yang menyatakan bahwa kriteria adalah penyediaan uang/ tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan/ kesepakatan pinjam meminjam antara pihak bank dengan pihak lainnya yang mewajibkan pihak peminjam untuk melaksanakan dengan jumlah bunga sebagai imbalan.

(8)

Jadi dapat disimpulkan dari pengertian kredit antara lain:

Adanya kesepakatan yang telah disetujui dari kedua belah pihak dan memenuhi kewajiban masing-masing.

Adanya kesepakatan pelunasan hutang dan bunga akan diselesaikan dalam jangka waktu tertentu yang telah disepakati bersama.

2. Fungsi Kredit

Ada beberapa fungsi kredit. Menurut Sinungan, (2000: 211) fungsi dari suatu kredit dalam kehidupan perekonomian yaitu

1. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari uang.

2. Kredit dapat meningkatkan daya guna (utility) dari barang.

3. Kredit meningkatkan peredaran dana dan lalulintas uang.

4. Kredit adalah salah satu alat stabilitasi ekonomi.

5. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat.

6. Kredit adalah jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.

7. Kredit sebagai alat hubungan ekonomi internasional.

3. Tujuan Kredit

Tujuan utama pemberian suatu kredit bagi bank antara lain (Siamat, 1995 : 97)

1. Kredit Komersial (commercial loan)

Kredit yang diberikan untuk memperlancar kegiatan usaha nasabah dibidang perdagangan. Kredit komersial ini meliputi antara

(9)

lain: kredit leverensi, kredit usaha pertokoan, kredit eksport, dan sebaginya.

2. Kredit Konsumtif (consumer loan)

Kredit yang diberikan oleh bank untuk memenuhi kebutuhan debitur yang bersifat konsumtif. Oleh karena itu, kredit bagi debitur tidak digunakan sebagai modal kerja untuk memperoleh laba akan tetapi semata-mata digunakan untuk membeli barang atau kebutuhan-kebutuhan lainnya misalnya membeli properti (rumah), mobil, dan berbagai macam barang konsumsi lainnya.

3. Kredit Produktif

Produktif kredit yang diberikan oleh bank dalam rangka membiayai kebutuhan modal kerja debitur sehingga dapat memperlancar produksi, misalnya pembelian bahan baku, pembayaran upah, biaya pengepakan, biaya pemasaran, dan distribusi dan sebagainya.

4. Jenis-jenis Kredit

Secara teoritis terdapat bermacam-macam kredit, tetapi dalam pembahasan ini kita batasi pada kredit yang umumnya disalurkan kepada usaha kecil menengah (UKM)

Jenis kredit berdasarkan tujuan penggunaannya

(10)

1. Kredit investasi Kredit investasi merupakan kredit jangka panjang yang biasanya digunakan untuk keperluan perluasan usaha atau membangun usaha baru.

2. Kredit modal kerja Kredit modal kerja merupakan kredit yang digunakan untuk keperluan meningkatkan produksi dalam operasionalnya.

3. Kredit konsumtif Kredit konsumtif merupakan kredit yang dipergunakan untuk kebutuhan sendiri bersama keluarga.

Jenis kredit berdasarkan jangka waktu

1. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu selama- lamanya 1 tahun (kurang dari 1 tahun).

2. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang berjangka waktu antara 1 sampai 3 tahun.

3. Kredit jangka panjang, yaitu kredit yang jangka waktunya lebih dari 3 tahun.

Macam Macam Kredit Jenis kredit berdasarkan cara pemakaiannya 1. Kredit rekening koran bebas, yaitu nasabah diperbolehkan untuk

melakukan penarikan uang sekaligus asal tidak melebihi jumlah maksimum yang disetujui.

(11)

2. Kredit rekening terbatas, yaitu nasabah tidak diperbolehkan untuk melakukan penarikan uang sekaligus, tetapi secara teratur disesuaikan dengan kebutuhan.

3. Installment credit, yaitu penarikan tidak diijinkan sekaligus, akan tetapi untuk penarikannya diatur sesuai dengan schedule tertentu.

D. KREDIT MACET

1. Pengertian Kredit Macet

Masalah adalah jika sesuatu tidak sesuai dengan rencana. Kredit Bermasalah adalah kredit yang tidak dibayar sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan. Menurut Sinungan (2000: 234) kredit macet merupakan kredit yang setelah melalui maturity date (jatuh tempo) belum juga dapat diselesaikan karena kesulitan usaha dan kemacetan dalam pembayaran hutang pokok dan atau bunganya.

2. Gejala Kredit Macet

Gejela-gejala kredit macet adalah:

a. Ada tunggakan.

b. Mengajukan penambahan/ perpanjangan kredit.

c. Kondisi keuangan menurun digambarkan dengan saldo rata-rata tabungan menurun

(12)

d. Debitur susah dihubungi.

e. Hubungan dengan bank semakin renggang, menghindari setiap kali dihubungi.

f. Penurunan nilai/ hilangnya agunan atau jaminan g. Situasi keluarga yang sedang tidak harmonis h. Nomor HP sering ganti

3. Penyebab Kredit Macet

Penyebab dari suatu keadaan kredit macet adalah karena kesulitan-kesulitan keuangan yang dialami oleh debitur.

Penyebab Kredit Macet dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu: (Sinungan, 2000:

278-280)

a. Penyebab Internal

Faktor-faktor internal disebabkan oleh perusahaan sendiri. Timbulnya kesulitan-kesulitan keuangan perusahaan disebabkan karena faktor manajerial atau kepemimpinan. Dapat dilihat dari beberapa hal:

1. Kelemahan dalam kebijaksanaan pembelian dan penjualan.

2. Tidak efektifnya kontrol atas biaya dan pengeluaran.

3. Kebijaksanaan piutang yang tidak baik.

4. Penempatan yang berlebihan pada aktiva tetap.

5. Permodalan yang tidak cukup.

(13)

b. Penyebab Ekstrenal 1. Bencana alam.

2. Peperangan.

3. Perubahan dalam kondisi perekonomian dan perdagangan.

4. Perubahan-perubahan teknologi.

E. PERJANJIAN KREDIT DAN PENGIKATAN AGUNAN Pengertian Perjanjian Kredit

Bank memiliki keharusan adanya perjanjian dalam pemberian kredit.

Dimana disebutkan bahwa kredit diberikan berdasarkan atas kesepakatan pinjam meminjam antara Bank dan pihak lain. Dengan adanya kesepakatan tersebut maka timbulah perjanjian, dan dari perjanjian tersebut melahirkan perikatan. Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua orang (pihak) atau lebih berdasarkan dimana pihak yang satu memiliki hak untuk menuntut dari pihak yang berkewajiban untuk memenuhi tuntutan tersebut.

Pihak yang berhak menuntut disebut kreditur atau si berpihutang, sedangkan pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan itu dinamakan debitur atau si berhutang. Fungsi perjanjian kredit adalah

a. Perjanjian kredit berfungsi sebagai perjanjian-perjanjian pokok

Artinya, perjanjian kredit merupakan sesuatu yang menentukan batal atau tidaknya perjanjian lain yang mengikutinya.

(14)

b. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat bukti mengenai batasan-batasan hak dan kewajiban antara debitur dan kreditur.

c. Perjanjian kredit berfungsi sebagai alat untuk melakukan monitoring kredit.

F. ANALISIS ASPEK JAMINAN

Jaminan kredit (collateral) dalam perkreditan menduduki posisi yang terpenting.Karena fungsi dari adanya jaminan tersebut untuk pengamanan apabila kredit yang diberikan mengalami kegagalan. Dalam penialain ada 2 sasaran pokok, yaitu (Teguh Pudjo Mulyono,1989: 273):

- Untuk menilai nilai ekonomis dari barang jaminan.

- Untuk menilai nilai yuridis dari barang jaminan.

G. JENIS-JENIS JAMINAN

Menurut Teguh Pudjo Mulyono (1989;273-276) Jenis-jenis jaminan dapat diuraikan dilihat dari berbagai sudut, yaitu:

1. Dari pemilik barang itu sendiri:

- Dapat berupa kekayaan debitur sendiri

- Dpat dari kekayaan orang ketiga yang kekayaannya digunakan debitur sebagai jaminan kredit.

(15)

2. Dari wujud barang itu sendiri:

- Jaminan dalam bentuk tangible assets yaitu barang-barang yang memiliki wujud sejara fisik antara lain aktiva tetap dan aktiva lancar milik perusahaan maupun jaminan kebendaan lainnya.

- Jaminan dalam bentuk intangible assets yaitu jaminan kredit yang tidak ada wujudnya secara fisik misalnya adalah pribadi letter of quarante , tanda tangan sebagai avalist dan seterusnya.

3. Dari fungsinya dalam kegiatan perkreditan dibedakan menjadi:

- Jaminan utama, yaitu barang yang diperoleh (dibeli) dengan kredit yang bersangkutan, yang kemudian dijaminkan kepada bank kembali.

- Jaminan tambahan, yaitu barang jaminan di luar yang dibiayai dengan kredit seperti di atas, dengan maksud sebagai alat pengamanan terhadap kredit yang telah ditarik oleh debitur.

4. Dari jumlah kreditur, jaminan dibedakan menjadi:

- Jaminan tunggal, yaitu atas suatu kekayaan hanya ada pengikatan jaminan dengan satu bank saja.

- Jaminan gabungan, yang diikat sebagai barang jaminan oleh beberapa kreditur secara bersama-sama atau sendiri-sendiri oleh masing-masing kreditur yang bersangkutan.

(16)

5. Dari kestabilan nilai barang jaminan:

- Barang mengalami penurunan nilai rupiah dari waktu ke waktu.

Contoh: mesin, alat transportasi, stok barang dagangan (kecuali logam mulia).

- Barang mengalami kenaikan nilai rupiahnya dari waktu ke waktu. Contoh: tanah, logam mulia, valuta asing.

6. Dari penguasaan barang jaminan:

- Secara fisik dikuasai oleh bank, dan disimpan dalam gudang atau brangkas, misalnya logam muliah, sertifikat deposito, dan lain-lain yang menggunakan pengamanan kunci rangkap.

- Secara fisik dikuasai dan digunakan kembali oleh pihak debitur, yaitu terutama jaminan utama yang diikat oleh bank dengan cara fidusia.

7. Dari resiko barang jaminan:

- Kekayaaan yang mengandung resiko tinggi, dapat berupa kebakaran, hilang, rusak. Oleh karena itu perlu ditutup dengan asuransi Misal, gedung, mesin pabrik.

- Kekayaan yang tidak mengandung resiko, oleh karena itu tidak perlu ditutup dengan asuransi, missal tanah hak milik.

(17)

8. Dari sudut yuridis dibedakan menjadi:

- Jaminan kebendaan

Benda adalah segala sesuatu yang dapat dimiliki dan dihaki oleh seseorang. Jaminan kebendaan dibedakan menjadi:

Benda bergerak Benda tidak bergerak

- Jaminan bukan kebendaan, atau desebut juga dengan jaminan perorangan, antara lain bortocht avalist yaitu suatu perjanjian dimana pihak ketiga menyanggupi kepada pihak berpihutang bahwa ia menyanggupi pembayaran suatu hutang, apabila si berhutang tidak menetapi janjinya dikemudian hari.

H. PELAKSANAAN PENGIKATAN BARANG JAMINAN

Pengikatan barang-barang jaminan akan berbeda antara satu jenis jaminan dengan jaminan lainnya, secara sangat umum dapat dirumuskan, untuk barang-barang bergerak dapat diadakan pengikatan dalam bentuk gadai/ pand, fiducia/fiduciare eigendoms overdracht surat kuasa (kuasa menjual). Dan barang-barang tak bergerak diikat secara hipotek dan kuasa menjual atau credit verband. Hal itu diuraikan oleh Teguh Pudjo Mulyono (1989;278-279)

1. Hipotik adalah hak kebendaan atas benda yang tak bergerak bertujuan untuk memperhitungkan pembayaran kembali dari suatu hutang dengan

(18)

uang dari pendapatan penjualan benda tak bergerak tersebut. Misal: tanah hak milik

2. Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seseorang kreditur atas suatu barang bergerak yang diserahkan kepada oleh seorang debitur dan memberikan kekuasaan kepada si kreditur untuk mengambil pelunasan dari barang tersebut. Syarat yang harus dipenuhi dalam gadai adalah barang gadai harus berada di dalam kekuasaan pemegang gadai atau si pemberi pinjaman atau pihak lain yang disetujui oleh si pemberi gadai dan jika barang tanggungan itu berada di tangan si peminjam gadai itu tidak sah.

3. Fiducia adalah penyerahan hak milik atas barang bergerak sebagai barang jaminan kredit, dengan menahan barang-barang tersebut secara kepercayaan.

4. Credietverband adalah suatu jaminan atas tanah milik adat yang diberikan oleh lembaga-lembaga perkreditan yang berdasarkan peraturan pembentukannya diberikan wewenang untuk memberikan pinjaman dengan jaminan kredit verband (dalam hal ini yang dapat memberikan kredit dengan jaminan crediet verband hanyalah Bank-bank milik pemerintah saja)

(19)

I. LELANG

1. Pengertian Lelang

Lelang adalah suatu penjualan dengan cara mengambil harga paling tertinggi yang ditawarkan oleh calon pembeli.

Pada perbankan hal lelang juga sering dilakukan. Biasanya lelang yang dilakukan adalah lelang agunan yang dimiliki oleh nasabah. Hal tersebut dilakukan lelang barang jaminan atau agunan apabila jika sampai batas waktu kredit nasabah tidak melunasi, mencicil, atau memperpanjang kredit, barang jaminan akan dilelang pada waktu yang ditentukan oleh perusahaan. Pelelangan dilaksanakan oleh perusahaan sendiri. Dalam hal barang jaminan telah dilelang maka nasabah masih berhak untuk menerima uang kelebihan yaitu hasil penjualan dalam lelang setelah dikurangi dengan uang pinjaman ditambah dengan sewa modal dan biaya lelang. Apabila kredit belum dapat dikembalikan pada waktunya, dapat diperpanjang dengan cara dicicil.

Berdasarkan pengertian tersebut di atas tampak bahwa lelang harus memenuhi unsur-unsur sebagai berikut:

Dilakukan pada suatu saat dan tempat yang telah ditentukan.

a. Dilakukan dengan cara mengumumkannya terlebih dahulu.

b. Dilakukan dengan cara penawaran atau pembentukan harga yang khusus, yaitu dengan cara penawaran harga secara lisan atau secara tertulis yang kompetitif.

(20)

c. Peserta mengajukan penawaran tertinggi akan dinyatakan sebagai pemenang/ pembeli.

d. Pelaksanaan lelang dilakukan dengan campur tangan/

dihadapan/ di depan Pejabat Lelang.

e. Setiap pelaksanaan lelang harus dibuat Risalah Lelang oleh Pejabat Lelang yang melaksanakan lelang.

http://raypratama.blogspot.com

2. Asas Lelang

Asas Lelang terdiri atas Asas Keterbukaan, Asas Keadilan, Asas Kepastian Hukum, Asas Efisiensi dan Asas Akuntabilitas.

1. Asas Keterbukaan menghendaki agar seluruh lapisan masyarakat mengetahui adanya rencana lelang dan mempunyai kesempatan yang sama untuk mengikuti lelang sepanjang tidak dilarang oleh Undang- undang. Oleh karena itu, setiap pelaksanaan lelang harus didahului dengan pengumuman lelang. Asas ini juga untuk mencegah terjadi praktik persaingan usaha tidak sehat, dan tidak memberikan kesempatan adanya praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).

2. Asas Keadilan mengandung pengertian bahwa dalam proses pelaksanaan lelang harus dapat memenuhi rasa keadilan secara proposional bagi setiap pihak yang berkepentingan. Asas ini untuk

(21)

mencegah terjadinya keberpihakan Pejabat Llelang kepada peserta lelang tertentu atau berpihak hanya pada kepentingan penjual. Khusus pada pelaksanaan lelang eksekusi penjual tidak boleh menentukan nilai limit secara sewenang-wenang yang berakibat merugikan pihak tereksekusi.

3. Asas Kepastian Hukum menghendaki agar lelang yang telah dilaksanakan menjamin adanya perlindungan hukum bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pelaksanaan lelang. Setiap pelaksanaan lelang dibuat Risalah Lelang oleh Pejabat Lelang yang merupakan akte otentik.

Risalah Lelang digunakan penjualan/ pemilik barang, pembeli dan Pejabat Lelang untuk mempertahankan dan melaksanakan hak dan kewajiban.

4. Asas Efisiensi akan menjamin pelaksanaaan lelang dilakukan dengan cepat dan dengan biaya yang relative murah karena lelang dilakukan pada tempat dan waktu yang telah ditentukan dan pembeli disahkan pada saat itu juga.

5. Asas Akuntabilitas menghendaki agar lelang yang dilaksanakan oleh Pejabat Lelang dapat dipertanggung jawabkan kepada semua pihak yang berkepentingan. Pertanggungjawaban Pejabat Lelang meliputi administrasi lelang dan pengelolaan uang lelang.

http://raypratama.blogspot.com

3. Manfaat Lelang Agunan

(22)

Lelang agunan tersebut diperuntukan bagi nasabah yang mengalami kredit macet. Hal ini dilakukan agar para nasabah tidak diberatkan dengan banyaknya jumlah bunga yang diberikan kepada pihak bank. Maka dari itu, bank melakukan lelang agunan yang dimiliki nasabah sebagai barang jaminan pada saat proses peminjaman uang ataupun kredit.

4. Jenis Lelang Agunan

Lelang dibedakan menjadi 2 dari segi sifat. Lelang yang dilakukan karena sebab kenapa barang itu dijual dan hubungan penjual dalam kegiatan barang itu dijual.

Pada sifat lelang yang dilakukan karena sebab barang itu dijual dibedakan menjadi lelang eksekusi dan lelang non eksekusi.

1. Lelang Eksekusi

Lelang eksekusi adalah penjuakan barang yang bersifat paksa atau eksekusi suatu putusan Pengadilan Negeri yang menyangkut bidang pidana atau perdata maupun putusan Panitia Urusan Piutang Negara (PUPN) dalam kaitannya dengan pengurus Piutang Negara, serta putusan dari Kantor Pelayanan Pajak dalam masalah perpajakan. Dalam hal ini Penjualan lelang biasanya dilakukan atas barang-barang milik tergugat atau Debitur/ Penanggung Hutang atau Wajib Pajak yang sebelumnya telah disita eksekusi. Tetapi juga karena perintah peraturan perundang-undangan

(23)

seperti Pasal 45 Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana, Pasal 6 Undang-Undang Hak Tanggungan, Pasal 29 Undang-Undang Jaminan Fidusia Pasal 59 Undang-Undang Kepailitan. Singkatnya lelang eksekusi adalah lelang yang dilakukan dalam rangka melaksanakan putusan/

penetapan Pengadilan atau yang dipersamakan dengan putusan/ penetapan Pengadilan atau atas perintah peraturan perundang-undangan.

2. Lelang non Eksekusi

Lenag non Eksekusi adalah lelang barang m ilik/ dikuasai Negara yang tidak diwajibkan dijual secara lelang apabila dipindah tangankan atau lelang sukarela atas barang milik swasta. Lelang ini dilaksanakan bukan dalam rangka eksekusi/ tidak bersifat paksa atas harta benda seseorang.

Dari sudut penjualan dalam hubungannya dengan barang yang akan dilelang dibedakan menjadi lelang yang sifatnya wajib dan lelang yang sifatnya sukarela.

1. Lelang yang sifatnya wajib

Lelang yang dilaksanakan atas permintaan pihak yang menguasai/

memiliki suatu barang yang berdasarkan peraturan perundang- undangan harus dijual secara lelang.

Contohnya: Barang-barang investasi m ilik Instansi Pemerintah, apabila sudah dihapuskan maka barang-barang tersebut harus dijual secara lelang melalui Kantor Lelang termasuk lelang atas putusan/

(24)

penetapan lembaga peradilan yang dalam putusannya mewajibkan adanya penjualan secara lelang dan sebagainya.

2. Lelang yang sifatnya sukarela

Lelang yang dilaksanakan atas permintaan masyarakat/ pengusaha yang secara sukarela menginginkan barangnya dilelang.

http://raypratama.blogspot.com

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat ini, PT PLN (Persero) APD Jateng dan DIY masih belum memiliki perencanaan strategi dan pengelolaan untuk keberlangsungan bisnis berbasis risiko yang

Thus, by giving the open loop a low gain through its singular values, the automation engineer can favor the command of the looping (in terms of power consumption) in relation to

Pembuatan biodiesel dari minyak biji kemiri sunan, mutunya sudah sesuai dengan persyaratan ketentuan standar biodiesel (SNI-2006) dengan menggunakan campuran metanol 20% (v/v)

Di Lampung terdapat Badan Narkotika Nasional Provinsi Lampung dengan tugas melakukan upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba

Beliau฀memulai฀karirnya฀dalam฀perbankan฀dengan฀Citibank฀NA,฀Kuala฀ Lumpur฀ tahun฀ 1982.฀ Selama฀ 23฀ tahun฀ beliau฀ menjabat฀ berbagai฀ posisi฀

Asynchronous delegate invocation runs on worker threads in the thread pool, which means the thread is blocked while the I/O takes place (something you’re trying to avoid), but

Pada tabel di atas diketahui keuntungan yang diharapkan (Expected Return) terbesar adalah E(R) Reksadana PUAS, tetapi ini bukan berarti menim- bulkan kesimpulan

Selain itu, Kepala sekolah selaku pimpinan harus dapat menjalankan tugasnya dalam menjalankan kepemimpinan-nya, memberikan layanan, memenuhi kebutuhan sarana