• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Suplementasi Besi Terhadap Profil Darah dan Skor Tes Potensi Akademik Pada Mahasiswa AKPER Dharma Husada Kediri TESIS ERNA PDF full

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Suplementasi Besi Terhadap Profil Darah dan Skor Tes Potensi Akademik Pada Mahasiswa AKPER Dharma Husada Kediri TESIS ERNA PDF full"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SUPLEMENTASI BESI TERHADAP

PROFIL DARAH DAN SKOR TES POTENSI AKADEMIK

PADA MAHASISWI AKPER DHARMA HUSADA DI KEDIRI JAWA TIMUR

TESIS

Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Magister

Program Studi Ilmu Gizi Minat Human Nutrition

Oleh :

DisusunOleh: ERNA SUSILOWATI

NIM : S531208005

P R O G R A M P A S C A S A R J A N A

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(2)

PENGARUH SUPLEMENTASI BESI TERHADAP PROFIL DARAH DAN SKOR TES POTENSI AKADEMIK PADA MAHASISWI AKADEMI KEPERAWATAN

DHARMA HUSADA DI KEDIRI JAWA TIMUR

Oleh Erna Susilowati NIM. S531208005

Komisi Pembimbing Nama Tanda tangan Tanggal

Pembimbing I Dr. Diffah Hanim, Dra. M.Si

NIP 196402201990032001 ………… … Agustus 2014

Pembimbing II Tonang Dwi Ardiyanto, dr. Sp.PK. Ph.D

NIP 197405072000121002 …………. … Agustus 2014

Telah dinyatakan memenuhi syarat Pada tanggal ………2014

Ketua Program Studi Ilmu Gizi Program Pasca Sarjana UNS

(3)

PENGARUH SUPLEMENTASI BESI TERHADAP PROFIL DARAH DAN SKOR TES POTENSI AKADEMIK PADA MAHASISWI AKADEMI KEPERAWATAN

DHARMA HUSADA DI KEDIRI JAWA TIMUR

TESIS

Oleh Erna Susilowati

S531208005

Telah dipertahankan di depan penguji dan dinyatakan memenuhi syarat

pada tanggal 14 Agustus 2014

Jabatan Nama Tandatangan

Ketua Dr. Budiyanti Wiboworini, dr. M.Kes.Sp.GK

NIP.196507151997022001 ………

Sekretaris Brian Wasita, dr. Ph.D

NIP.197907222005011003 ………….

Anggota Penguji Dr. Diffah Hanim, Dra. M.Si

NIP 196402201990032001 ………..

Tonang Dwi Ardiyanto, dr. Sp.PK. Ph.D

NIP 197405072000121002 …………..

Mengetahui:

Direktur Ketua Program Studi

Program Pascasarjana lmu Gizi

Prof. Dr. Ir. Ahmad Yunus, M.S Dr. Diffah Hanim, Dra. M.Si

(4)

PERNYATAAN KEASLIAN DAN PERSYARATAN PUBLIKASI

Sayamenyatakandengansebenar – benarnyabahwa :

1. Tesis yang berjudul :” PENGARUH SUPLEMENTASI BESI TERHADAP PROFIL DARAH DAN SKOR TES POTENSI AKADEMIK PADA MAHASISWI AKADEMI

KEPERAWATAN DHARMA HUSADA KEDIRI

iniadalahkaryapenelitiansayasendiridantidakterdapatkaryailmiah yang pernahdiajukanoleh orang lain untukmemperolehgelarakademiksertatidakterdapatkaryaataupendapat yang pernahditulisatauditerbitkanoleh orang lain, kecuali yang tertulisdenganacuan yang disebutkansumbernya, baikdalamnaskahkarangandandaftarpustaka. Apabilaternyata di dalamnaskahtesisinidapatdibuktikanterdapatunsur – unsurplagiasi, makasayabersediamenerimasangsi, baikTesisbesertagelar magister sayadibatalkansertadiprosessesuaidenganperaturanperundang – undangan yang berlaku.

2. PublikasisebagianataukeseluruhanisiTesispadajurnalatau forum ilmiahharusmenyertakantimpengujisebagai author dan PPs UNS sebagaiinstitusinya. Apabilasayamelakukanpelanggarandariketentuanpublikasiini,

makasayabersediamendapatkansanksiakademik yang berlaku

Surakarta, 14 Agustus 2014 Mahasiswa,

(5)

Erna Susilowati,2014.S531208005. Pengaruh Suplementasi Besi Terhadap Profil Darah dan Skor Tes Potensi Akademik Pada Mahasiswa AKPER Dharma Husada Kediri. TESIS. Pembimbing I:Dr. Diffah Hanim, Dra.M.Si. Pembimbing II:dr. Tonang Dwi Ardiyanto, Sp.PK.PhD. Program Studi Ilmu Gizi. Program Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta

ABSTRAK

Latar Belakang: Prevalensi anemia di Indonesia masih tinggi dan perlu penanggulangan khusus dengan intervensi yang tepat. Kadar besi bagi remaja putri sangat dipengaruhi oleh jumlah konsumsinya melalui makanan, bagian yang diserap melalui saluran pencernaan, cadangan zat besi dalam jaringan, ekskresi dan kekebalan tubuh. TujuanPenelitian ini untuk mengetahui pengaruh suplementasi besi terhadap profil darah dan skor tes potensi akademik mahasiswi AKPER Dharma Husada Kediri

Metode:Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental menggunakan rancangan Randomized Control Trial pada populasi mahasiswi AKPER Dharma Husada Kediri. Subjek diambil secara

simple random sampling sebanyak 40 mahasiswi dan dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 20 mahasiswi pada kelompok perlakuan A di beri suplementasi 1 tablet zat besi setiap haridan 20 mahasiswi pada kelompok perlakuan B diberi suplementasi 1tablet zat besi setiap minggu selama 6 minggu. Data anemia mahasiswa diperoleh dengan pengambilan sampel darah dan diperiksa profil darahnya di laboratorium Sam Husada Kediri. Data skor potensi akademik diperoleh dari tespotensi akademik BAPPENAS. Data asupan gizi diperoleh dari data food recall 24 jam dan diolah menggunakan nutria survei .Analisis data menggunakan uji paired t tes untuk mengetahui perubahan profil darah pada masing – masing kelompok, independen t test untuk mengetahui perbedaan profil darah antar kelompok dan uji Mann Whitney U test untuk mengetahui perbedaan skor TPA antar kelompok dengan tingkatkepercayaan 95% (α = 5%)

Hasil:Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa prevalensi anemia pada mahasiswi AKPER Dharma Husada Kediri sebesar 44,3%. Suplementasi besi dapat meningkatkan kadar profil darah kedua kelompok (p Hb = 0,000, p eritrosit = 0,000, p MCV = 0,000, p MCH = 0,013 dan p MCHC = 0,003) dan tidak ada perbedaan yang signifikan pada kadar profil darah antar kedua kelompok (p Hb= 0,661, p eritrosit = 0,250, p MCV = 0,413, p MCH = 0,76dan p MCHC = 0,5935). Pemberian suplementasizat besi 1 tablet setiap hari secara signifikan berpengaruh terhadap skor TPA (p = 0,037) sedangkan pemberian suplementasi zat besi 1 tablet setiap minggu tidak berpengaruh terhadap skor TPA (p = 0,075)

Kesimpulan:.Pengaruh suplementasi besi terhadap profil darah mahasiswi yang berumur 18 – 20 tahun secara statistic tidak bermakna, sedangkan terhadap skor TPA secara statistic signifikan (p= 0,037). Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk memperjelas faktor yang dapat mempengaruhi suplementasi zat besi dalam pencegahan anemia di AKPER Dharma Husada Kediri

(6)

Erna Susilowati, 2014.S531208005. The Effect of Iron Supplementation to the Blood Profile and to the score of Academic Potential Test in Dharma HusadaNursing Academy Kediri’s students. THESIS Supervisor I: Dr. DiffahHanim, Dra.M.Si. Supervisor II: dr. DwiTonangArdiyanto, Sp.PK.PhD. Nutritional Science Program. Post Graduate Program in “SebelasMaret University” Surakarta

ABSTRACT

Background: the prevalence of anemia in Indonesia is still high and special countermeasures with appropriate interventions. Iron levels for young women was greatly influenced by the number of consumption food, the part that is absorbed through the gastrointestinal tract, iron deposits in the tissues, excretion and body immunity. The purpose of this research are known the effect of iron supplementation on blood profile and scores of academic potential test in AKPER Dharma Husada Kediri.

Methods: this research used experimental research with Randomized Control Trial Design. The subject taken by simple random sampling as much as 40 sample and are divided into 2 groups, Group A in treatment of 20 students give 1 tablet of iron supplementation every day and 20 students group B were given iron supplementation 1tablet each week for 6 weeks. The Data obtained by students taking anemia blood samples and checked his blood in the lab profile Sam Husada Kediri. Academic potential score from the tests of the academic potential of BAPPENAS. Nutrient intake from the 24-hour food recall and processed usednutri survey. Data analysis used the paired t test tests for changes in blood profile on each group, independent t test to tell the difference between groups and blood profile test Mann Whitney U test to tell the difference between groups with TPA score confidence level of 95% (α = 0.05).

Results: prevalence of anemia in AKPER Dharma Husada of Kediri are 44.3%. Iron supplementation can increased the levels of blood profiles the two groups (p Hb= 0,000, p eritrosit = 0,000, p MCV= 0,000, p MCH = 0,013 dan p MCHC = 0,003) and no significant differences in the levels of blood profiles between the two groups (p Hb= 0,661, p eritrosit = 0,250, p MCV = 0,413, p MCH = 0,76, p MCHC = 0,5935). Iron supplementation 1 tablet per day significantly affect the score of academic potential (p = 0,037) while iron supplementation 1 tablet each week did not affect the score of academic potential (p = 0.075)

Conclusion:. Comparison of iron supplementation by students aged 18 – 20 years old no difference in improved blood profiles. Iron supplementation every day or every week did affect the increase in test scores of academic potential. Further research needs to be done to clarify the factors that can affect the iron supplementation in the prevention of anemia in AKPER Dharma Husada Kediri.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan

karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas menyusun tesis dengan judul

“Pengaruh Suplementasi Besi Terhadap Profil Darah dan Skor Tes Potensi Akademik Mahasiswi

Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri”. Tesis ini disusun untuk memenuhi salah satu

syarat menyelesaikan pendidikan strata dua (S2) pada Magister Ilmu Gizi.

Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang

setinggi-tingginya kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, Drs, MS, selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah

memberi kesempatan kepada peneliti untuk mengikuti pendidikan di Program Pasca Sarjana di

UNS.

2. Prof. Dr. Ahmad Yunus, Ir, MS, selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Sebelas

Maret Surakarta.

3. Dr. Dra. Diffa Hanim,M.Si selaku Ketua Program Studi Ilmu Gizi Pasca Sarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus sebagai pembimbing I yang telah memberikan pengetahuan dan bimbingannya yang sangat bermanfaat bagi penyusunan tesis ini.

4. dr. Tonang Dwi Ardiyanto,Sp.PK,PhD selaku pembimbing II yang senantiasa membimbing dan

mengarahkan dalam penelitian tesis ini.

5. Dr. Budiyanti Wiboworini,dr. M.Kes.Sp.GK dan dr. Brian Wasita,PhD selaku penguji tesis yang

telah banyak memberikan masukan yang sangat bermanfaat bagi sempurnanya tesis ini.

6. Mahasiswi yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini

7. Bapak dan ibu dosen Program Studi Magister Ilmu Gizi Universitas Sebelas Maret Surakarta

yang telah memberikan ilmu pengetahuan yang sangat berharga.

(8)

9. Lab Sam Husada Kediri sebagai tempat untuk pemeriksaan sampel darah responden penelitian.

10. Suami dan Anak saya tercinta yang telah memberi semangat, dukungan moril, materiil,

perhatian dan pengertiannya selama pengerjaan tesis serta kebersamaannya dalam situasi

apapun selama melanjutkan studi

11. Semua pihak dan teman seangkatan mahasiswa program pascasarjana Magister Ilmu Gizi

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah menjalin kerjasama dalam menempuh

pendidikan di Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Akhirnya semoga semua kebaikan yang diberikan memperoleh imbalan dari Tuhan Yang

Maha Esa dan dicatat sebagai amal ibadah. Demi kesempurnaan dan perbaikan hasil penelitian ini

sangat peneliti harapkan kritik dan saran dari berbagai pihak. Terima kasih.

Surakarta, Agustus 2014

(9)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurangnya zat gizi mikro merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius di Indonesia karena jumlah penderitanya masih lebih dari 100 juta jiwa (Untoro,2004). Anemia gizi besi merupakan penyakit akibat kekurangan gizi yang paling banyak diderita oleh penduduk di seluruh dunia, terutama di negara berkembang (Soekirman, 2003).

(10)

menjadi penyebab utamanya. Di Kediri rata – rata kejadian anemia pada remaja di tahun 2012 sebanyak 31 % (Dinkes Kediri, 2012)

Anemia didefinisikan suatu keadaan dimana kadar hemoglobin serum (Hb) dibawah nilai ambang batas yang direkomendasikan. Hal ini menyebabkan pengiriman oksigen yang kurang untuk jaringan dan organ yang berdampak pada gangguan kesehatan, gangguan perkembangan kognitif sehingga prestasi akademik dan produktivitas kerja pada remaja menurun (WHO, 2009). Remaja dengan Anemia Gizi Besi (AGB) bila kelak tumbuh sebagai orang dewasa akan mengalami penurunan kemampuan kerja sebesar 20 – 40 % dan kehilangan intelegence Queotients (IQ). Penurunan kemampuan kerja akibat AGB diperkirakan mengurangi pendapatan perkapita /Gross National Product (GNP) sebesar 5 % (Soekirman, 2004). Hasil penelitian tersebut menunjukkan betapa pentingnya penanggulangan anemia defisiensi besi untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Asupan asam folat dan zat besi yang dikonsumsi remaja sangat rendah dan hal ini mempengaruhi pertumbuhan, pekembangan otak dan resistensi terhadap penyakit infeksi yang berakhir pada produktivitas kerja yang menurun yang tentunya berdampak pada penurunan nilai kemampuan akademik remaja (Kumar, 2013)

(11)

dewasa muda (18 – 25 tahun) berada pada usia pranikah yang merupakan masa persiapan bagi kesehatan reproduksi yang baik. Setelah menikah mereka diharapkan akan hamil dan melahirkan bayi. Bila sejak masa remaja putri sudah anemia maka akan memiliki risiko yang lebih tinggi untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah, keguguran, lahir prematur, dan lahir mati. Pada bayi berat badan lahir rendah yang sejak lahir mempunyai cadangan zat besi sedikit akan tumbuh menjadi remaja putri dengan cadangan zat besi sedikit pula. Bila nantinya mereka menjadi ibu dan mengalami kehamilan maka kemungkinan besar mereka akan menderita anemia gizi besi dengan demikian berlanjutlah anemia gizi besi kepada generasi berikutnya (Drupadi, 2005).

(12)

( Ekiz C, 2005). Penghitungan sel darah merah digunakan untuk menentukan apakah kadar sel darah merah rendah (anemia) atau tinggi (polisitemia). Pada penghitungan sel darah merah akan dinilai juga jumlah dan ukuran dari sel darah merah. Segala informasi mulai dari jumlah, ukuran dan bentuk sel darah merah akan berguna dalam mendiagnosa suatu anemia. Pada anemia defisiensi zat besi yang kronis sel akan menunjukkan eritropoesis mikrositik hipokromik, yaitu MCV dan MCHC akan mempunyai nilai dibawah normal pada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan (WHO, 2001)

(13)

keberhasilan dalam menjawab dengan benar lebih tergantung pada penggunaan daya penalaran (reasoning) baik logis (logical) maupun analisis (Sumitra, 2008).

Menurut Krummer (2006) kehilangan zat besi diatas rata – rata dapat terjadi pada remaja putri dengan pola haid yang memanjang dan lebih banyak. Meningkatnya kebutuhan zat besi bila diiringi dengan kurangnya asupan zat besi dapat berakibat remaja putri rawan terhadap rendahnya kadar Hb. Salah satu penyebab kurangnya asupan zat besi adalah pola konsumsi makan remaja yang kurang baik. Asupan makanan yang tidak cukup tidak dapat menyediakan cukup zat gizi untuk memenuhi kebutuhan mereka (Supariasa, 2001). Ada tiga kebiasaan makan yang dilakukan remaja putri adalah mengurangi frekuensi makan (Skipping meal), suka mengkonsumsi makanan ringan (Snacking), makan makanan siap saji (Fast Food) yang kandungan gizinya rendah zat besi. Hal ini menyebabkan asupan zat besi sangat kurang pada remaja putri yang bisa berdampak buruk terhadap status kesehatannya (Soekirman, 2002). Tekanan psikologis yang berlebihan terhadap bentuk tubuh langsing terutama pada remaja putri menyebabkan mereka melakukan berbagai upaya untuk menurunkan berat badan (Cavadini et al, 2000). Pengaruh lingkungan seperti kelompok atau teman, iklan di media masa dan tersedianya berbagai macam makanan dengan kandungan gizi yang tidak seimbang dapat memicu terjadinya perubahan kebiasaan makan yang tidak baik (Soekirman, 2004)

(14)

cara pemberian dan interval pemberian secara oral (Al Ar, 2005). Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektifitas dan menurunkan efek samping yang terjadi dari pemberian zat besi yang berakibat suplementasi zat besi harus dihentikan. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa suplementasi zat besi tiga hari sekali (Vitteriet al, 1995) dan pemberian suplementasi zat besi seminggu sekali pada wanita pekerja (Schultink et al,1994) sama efektifnya dengan pemberian zat besi setiap hari. Menurut penelitian

Lucy Widasari (2005) yang membandingkan pemberian suplementasi besi setiap hari dengan suplementasi besi setiap minggu menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang bermakna pada peningkatan kadar feritin antara kedua kelompok.

Beberapa penelitian di Indonesia tentang pengaruh suplementasi besi telah banyak dilakukan tetapi sejauh pengetahuan penulis belum ada yang meneliti pengaruhnya terhadap hasil tes potensi akademik, sehingga penulis tertarik untuk mencoba meneliti pengaruh suplementasi zat besi terhadap profil darah dan hasil tes potensi akademik yang hasilnya akan dipergunakan sebagai masukan untuk menentukan pemberian suplementasi zat besi yang efektif terutama bagi remaja putri atau kalangan mahasiswi.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dapat dirumuskan masalah yaitu :

(15)

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum:

Menganalisis perbedaan pengaruh suplementasi besi yang diberikan setiap hari dan setiap minggu terhadap profil darah dan skor tes potensi akademik pada mahasiswi Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri

Tujuan Khusus:

1. Menganalisis perubahan profil darah mahasiswi yang diberi suplementasi zat besi (1 tablet )setiap hari selama 6 minggu (pre – post test)

2. Menganalisis perubahan profil darah mahasiswi yang diberi suplementasi zat besi (1 tablet )setiap minggu selama 6 minggu (pre – post test)

3. Menganalisis perubahan skor tes potensi akademik pada mahasiswi yang diberi suplementasi zat besi (1 tablet) setiap hari selama 6 minggu (pre – post test)

4. Menganalisis perubahan skor tes potensi akademik pada mahasiswi yang diberi suplementasi zat besi (1 tablet) setiap minggu selama 6 minggu (pre – post test) D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Praktis

a. Bagi komunitas mahasiswi/ remaja putri

Berdasarkan temuan/hasil penelitian ini diharapkan mampu menjadi sumber informasi bagi remaja putri tentang pentingnya suplementasi besi guna melakukan upaya pencegahan dari anemia defisiensi besi.

b. Untuk tenaga kesehatan

(16)

suplementasi yang dijalankan agar lebih efisien dalam hal biaya pelaksanaan program.

2. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memberikan bukti – bukti empiris tata laksana pemberian suplementasi zat besi yang tepat pada golongan mahasiswi atau dewasa muda.

E. Keaslian Penelitian

Pengaruh pemberian suplementasi besi terhadap profil darah dan skor tes potensi akademik pada mahasiswi akademi perawatan Dharma Husada yang dilakukan di Kediri dalam kurun waktu tahun 2014, sepengetahuan penulis judul penelitian ini belumpernah diteliti atau dipublikasikan dalam forum ilmiah. Namun demikian jika ada hal yang mirip atau kesamaan metodologi maka penulis cantumkan dalam Daftar Pustaka.

Tabel 1 Penelitian yang Relevan dengan Penelitian ini

N o

Peneliti Judul Desain Hasil Perbedaan

1 Drupadi,2 005

(17)

Variabel : Profil

(18)

anemia lebih rendah dibanding remaja yang tidak anemia

7 Azwar, 2008

Kualitas tes potensi akademik versi 07 A

Important factors in iron tablet distribution

compliane ingestion frequency and dosing

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Zat Besi (Fe)

Zat besi dalam darah baru diketahui setelah penelitian oleh Lemery dan Goeffy pada tahun 1713, dan Piere Blaud pada tahun 1831 yang mendapatkan bahwa FeSO4 dan K2CO3dapat memperbaiki keadaan klorosis,yaitu anemia akibat defisiensi besi. Berabad – abad sebelum masehi bangsa Yunani dan India telah menggunakan bahan – bahan yang mengandung besi untuk mendapatkan tentara yang kuat. Bangsa Yunani merendam pedang – pedang tua dan meminum airnya(Wardhini dan Dewoto,1995).

1. Sifat zat besi

(20)

2. Fungsi zat besi

Fungsi utama zat besi bagi tubuh adalah mengangkut oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) serta untuk pembentukan darah (haemopoesis) yaitu berperan dalam mensintesa hemoglobin (Hb). Selain itu zat besi juga berfungsi sebagai media transpor elektron dalam sel dan sebagai bagian integral dari reaksi enzim penting dalam tubuh. Fungsi hemoglobin adalah menstranspor CO2dari jaringan paru – paru untuk diekskresikan ke dalam udara pernafasan dan membawa O2dari paru – paru ke sel – sel jaringan. Bagian utama zat besi tubuh berada dalam eritrosit sebagai hemoglobin (Hb). Hemoglobin mempunyai berat molekul 68.000. Molekul hemoglobin terdiri dari empat unit masing – masing membentuk satu kelompok heme dan satu rantai protein (Almatsier,2002).

3. Komponen zat besi

Terdapat 3 komponen zat besi dalam tubuh yaitu zat besi fungsional/esensial, zat besi dalam transpor (transferin) dan zat besi cadangan. Zat besi fungsional/esensial meliputi zat besi di dalam hemoglobin atau heme zat besi (70%), zat besi pada protein yang mengikat oksigen (TIBC: Total Iron Binding Capacity), zat besi yang terdapat pada otot (mioglobin) sebanyak 4% dan zat besi di

dalam enzim sitokrom, katalase, peroksidase (<1%). Mioglobin terdapat di dalam sel – sel otot dan mengandung zat besi dalam bentuk fero, yang berfungsi dalam proses konstraksi otot (Gibson, 1990).

(21)

penimbunan zat besi ke jaringan – jaringan atau sel – sel yang memerlukan (misalnya sumsum tulang dimana terdapat jaringan hemopoetik). Zat besi cadangan sebesar 25 % terutama terdapat di dalam hati, limpa, dan sel retikuloendotelial. Sebanyak 2/3 dari zat besi cadangan terdapat dalam bentuk feritin yaitu bagian yang dapat larut dari nonhemezat besi. Feritin dapat disentesa dalam semua sel tubuh dan juga terdapat di dalam serum, yang berbeda dengan zat besi dalam transpor atau transferin (Elli Whitney, 2008).

4. Metabolisme zat besi

Metabolisme zat besi dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian internal dan bagian eksternal. Bagian internal terutama berupa pembentukan dan destruksi sel darah merah. Pada saat sel darah merah mati setelah berumur 120 hari, terjadi fagositosis oleh makrofag dalam sistem retikuloendotelial tubuh. Zat besi dilepaskan dan ditranspor dalam bentuk molekul transferin dalam plasma. Transferin (Siderofilin) suatu beta I – Globulin glikoprotein, merupakan protein khusus yang dibentuk untuk transpor zat besi dalam plasma. Transferin membawa zat besi kembali ke prekursor sel darah merah terutama di sumsum tulang atau sel lain pada jaringan yang berbeda untuk pertumbuhan dan perkembangan (Hallberg, 2003)

(22)

dalam tubuh berasal dari tiga sumber yaitu besi yang diperoleh dari perusakan sel – sel darah merah (hemolisis), besi yang diambil dari penyimpanan dalam tubuh, dan besi yang diserap dari saluran pencernaan makanan. Dari ketiga sumber tersebut pada manusia yang normal kira – kira 20 – 25 mg besi perhari berasal dari hemolisis dan sekitar 1 mg berasal dalam jumlah terbatas. Dalam keadaan normal diperkirakan seorang dewasa menyerap dan mengeluarkan besi dalam jumlah terbatas, sekitar 0,5 mg – 2,2 mg perhari. Sebagian penyerapan terjadi di dalam duodenum dan dalam jumlah terbatas pada jejunum dan ileum (Meryana,2012). 5. Regulasi Metabolisme zat besi

Proses penyerapan zat besi di dalam tubuh meliputi :

a. Besi yang terdapat dalam bahan makanan baik dalam bentuk ferri (Fe3+) atau Ferro (Fe 2+) mula – mula mengalami proses pencernaan.

b. Didalam usus Fe 3+larut dalam asam lambung kemudian diikat oleh gastroferin dan direduksi menjadi Fe 2+

c. Didalam usus Fe2+ dioksidasi menjadi Fe3+. Fe2+ selanjutnya berikatan dengan apoferritin yang kemudian ditransformasi menjadi ferritin.

d. Didalam plasma Fe2+dioksidasi menjadi Fe3+ dan berikatan dengan transferin e. Transferin mengangkut Fe2+ ke dalam sumsum tulang untuk bergabung

membentuk hemoglobin

(23)

kemudian disimpan. Besi yang terdapat dalam plasma seimbang dengan yang disimpan

(Merryana,2012) 6. Kebutuhan zat besi

Jumlah zat besi yang dibutuhkan setiap hari dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor umur, jenis kelamin (sehubungan dengan kehamilan, menyusui ataupun menstruasi pada wanita) dan jumlah darah dalam tubuh (hemoglobin) dapat mempengaruhi kebutuhan, walaupun keadaan simpanan zat besi memegang peranan yang penting pula. Lama pengobatan anemia defisiensi besi ditentukan oleh rata – rata pemulihan hemoglobin dan kemampuan penyimpanan zat besi. Rata – rata pemulihan ini tergantung pada beratnya anemia. Pemulihan sebesar 2 gram hemoglobin per liter darah memerlukan waktu selama 4 – 8 minggu (Hilman, 2001).

(24)

7. Hilangnya zat besi basal

Jumlah zat besi yang dikeluarkan lewat saluran makanan dan kulit adalah 0,9 mg/hari untuk pria dewasa dengan berat badan 65 kg atau sebesar 14ug/kgBB/hr. Pada wanita yang berat badannya 54 kg adalah sebesar 0,8 mg/hari. Jumlah besi yang hilang ini disebut basall loss(Meryana,2012)

8. Sumber alami zat besi

(25)

Tabel 2. Nilai zat besi berbagai bahan makanan (mg/100gr)

9. Faktor yang mempengaruhi penyerapan zat besi

Pada saluran pencernaan zat besi mengalami proses reduksi dari bentuk ferri (Fe3+) menjadi bentuk Ferro(Fe2+) yang mudah diserap. Proses penyerapan ini dibantu oleh asam amino dan vitamin C. Vitamin C meningkatkan absorbsi zat besi dari makanan melalui pembentukan kompleks feroaskorbat. Kombinasi 200 mg asam askorbat dengan garam besi dapat meningkatkan penyerapan besi sebesar25 – 50 %. Adanya asam fitat dan asam fosfat yang berlebihan akan menurunkan ketersediaan zat besi, Fosfat dalam usus akan menyebabkan terbentuknya kompleks besi fosfat yang tidak dapat diserap (WKNPG, 2004).

(26)

dan ayam. Vitamin C berperan dalam pembentukan substansi antara sel dari berbagai jaringan, meningkatkan daya tahan tubuh, meningkatkan aktivitas fagositosis sel darah putih, meningkatkan absorbsi zat besi dalam usus, serta transportasi besi dari transferin dalam darah ke feritin dalam sumsum tulang, hati dan limpa. Vitamin C dapat meningkatkan absorbsi zat besi sampai empat kali lipat. Vitamin C dengan zat besi membentuk senyawa askorbat besi kompleks yang larut dan mudah diabsorbsi, karena itu buah – buahan dan sayuran segar yang banyak mengandung vitamin C baik dikonsumsi untuk mencegah anemia. Hal ini mungkin disebabkan bukan saja karena bahan makanan itu mengandung zat besi yang banyak, melainkan mengandung vitamin C yang mempermudah absorbsi zat besi, sebab dalam hal – hal tertentu faktor yang menentukan absorbsi lebih penting dari jumlah zat besi yang ada dalam bahan makanan itu (Merryana,2012).

(27)

Kalsium dengan batasan sebesar 50 mg diketahui mengakibatkan penurunan penyerapan zat besi nonheme (Almatsier,2004)

10. Angka kecukupan zat besi

Kebutuhan zat besi yang direkomendasikan didefinisikan sebagai jumlah minimum zat besi yang berasal dari makanan yang dapat menyediakan cukup zat besi untuk setiap individu yang sehat pada 95% populasi, sehingga dapat terhindar dari kemungkinan anemia defisiensi besi. Depertamen Kesehatan menetapkan angka kecukupan zat besi bagi orang Indonesia tahun 2004 sebagai berikut:

Laki – laki : Usia 16 – 18 tahun:15 mg/hari Usia 19 – 29 tahun : 13 mg/hari Perempuan : Usia 16 – 18 tahun : 26 mg /hari

Usia 19 – 29 tahun : 26 mg/hari

Bila kebutuhan tidak dipenuhi, zat besi yang disimpan sebagai cadangan akan digunakan dan cadangan zat besi lambat laun menjadi kosong, akibatnya timbul anemia defisiensi besi. Hal ini dapat disebabkan oleh penyerapan buruk, perdarahan kronik dan kebutuhan yang meningkat sehingga perlu penambahan dalam bentuk obat (Depkes, 2006).

11. Sediaan suplementasi zat besi untuk anemia

(28)

seperti ferrous sulfat, ferrous fumarate, ferrous glukonat, ferrous suksinat, ferrous glutamate dan laktat(Demaeyer, 2003).

Tabel 3. Sediaan zat besi yang bisa digunakan pada penderita anemia

no Sediaan Ukuran

12. Efek samping suplementasi zat besi

Salah satu kendala utama dari suplementasi zat besi adalah efek samping yang tidak nyaman. Efek samping yang paling sering timbul berupa intoleransi terhadap sediaan oral, dan ini sangat tergantung dari jumlah zat besi yang dapat larut dan yang diserap pada setiap pemberian. Gejala yang timbul dapat berupa mual dan nyeri lambung (7-20%), konstipasi (10%), diare (5%) dan kolik. Perlu diterangkan juga pada pasien mengenai kemungkinan timbulnya feses /tinja yang berwarna hitam. Sebanyak 10 – 20 % orang yang diberi suplementasi zat besi menghentikan suplementasi oleh karena timbulnya efek samping tersebut (Isniati, 2007).

(29)

Penelitian lain melaporkan suplementasi zat besi dapat meningkatkan nafsu makan (Almatsier, 2004).

Efek samping pemberian zat besi dapat dikurangi dengan beberapa strategi sebagai berikut:

a. Mulai pada dosis minimal dan ditingkatkan secara bertahap b. Diberikan dalam dosis terbagi 2 – 3 kali sehari

c. Diberikan dosis efektif terendah dalam sehari d. Diberikan bersamaan dengan makanan

e. Pemberian garam besi organik seperti ferro fumarate f. Pemberian zat besi sebelum tidur malam hari

g. Menggunakan jalur alternatif lain pemberian zat besi, seperti secara parenteral yaitu secara sistemik atau melalui pembuluh darah

(WHO, 2001)

13. Cara mengevaluasi status zat besi

Indikator yang dapat digunakan untuk mengetahui status zat besi adalah dengan pengukuran jumlah dan ukuran sel darah merah, pengukuran kadar hemoglobin (Hb), pengukuran kadar hematokrit (Ht), pengukuran kadar serum besi (SI), pengukuran saturasi tranferin (TS), pengukuran Free ErytrocyteProtoporfirin (FEP), pengukuran feritin serum dan pengukuran serum transferin reseptor (sTfR) (Merryana, 2012)

(30)

Corpuscular Volume (MCV), Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH),dan Mean Corpuscular Haemoglobin Concentration (MCHC). Nilai eritrosit rata – rata tersebut diperhitungkan dari hasil penetapan jumlah eritrosit, kadar hemoglobin dan nilai hematokrit. Pada keadaan defisiensi zat besi nilai MCV masih dalam batas normal, nilai MCV baru mengalami penurunan pada keadaan anemia defisiensi zat besi. Gambaran mikroskopik anemia defisiensi zat besi memperlihatkan anemia mikrositik hipokromik dimana eritrosit mempunyai diameter kurang dari 7u dan tampak lebih pucat (Demaeyer, 2003).

Sumber:Almatsier,2004 Gambar 1. Sel darah Hipokrom

(31)

gizi, anemia sel sabit (Sickle cell anemia), kehilangan darah akut maupun kronik, keadaan hemolisis, overhidrasi, dan konsumsi obat – obatan tertentu sedangkan nilai hemoglobin yang tinggi terdapat pada keadaan kekurangan cairan tubuh (dehidrasi), penyakit jantung, penyakit paru, tumor serta berada di tempat yang tinggi (Frey, 2002).

Sumber: Almatsier, 2004 Gambar 2. Sel Eritrosit Makrositik

(32)

Sumber: Almatsier, 2004 Gambar 3. Sel sabit

(33)

Indikator berikutnya adalah dengan pengukuran Free Erytrocite Protophorfirin (FEP). Errytrocite Protophorpirin adalah prekursor heme yang terakumulasi pada sel darah merah pada saat suplai zat besi tidak adekuat bagi sintesis heme. Apabila persediaan zat besi tidak cukup banyak untuk pembentukan sel darah merah di sunsum tulang maka sirkulasi FEP dalam darah meningkat walaupun belum tampak anemia. Pada keadaan cadangan zat besi berkurang, nilai FEP masih dalam batas normal. Nilai FEP meningkat pada keadaan defisiensi zat besi dan peningkatannya lebih tinggi pada keadaan anemia defisiensi zat besi (Gibson, 1990).

(34)

vitamin A hampir tidak membantu peningkatan keadaan zat besi tubuh, namun mampu menurunkan prevalensi keadaan kekurangan ribovlavin dalam tubuh.

B. Anemia

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah kurang dari normal, yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah dan merupakan parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan prevalensi anemia, yang ditandai dengan kandungan hemoglobin yang rendah.Batasan anemia bagi remaja adalah hemoglobin kurang dari 12 gr/ dl (Supariasa,2001).

1. Penyebab Anemia

a. Anemia defisiensi besi

(35)

vertikal), luka – luka disudut mulut dan bibir,Atrofi mukosa mulut dan atropi papil lidah (Soekirman, 2002)

b. Anemia megaloblastik

Gejalanya: Pucat, ikterus di sklera (akibat hemolisis), rasa panas di lidah akibat atropi mukosa, rasa kesemutan dan gangguan psikosis.Penyebabnya: kekurangan makanan yang mengandung vitamin B12, gangguan resorbsi di usus halus dan penyakit cacing, kekurangan asam folat dan obat – obatan, adanya asam folik antagonis( aminopterin, ametopterin, daraprin). Gambaran darah : megaloblastik eritropoetik, megalokariosit (MCV dan MCH naik), leukopenia, granulositopenia dan trombositopeni (WHO, 2001).

c. Anemia hemolitik

Masa hidup eritrosit turun, selama eritrosit yang lisis bisa digantikan, maka tidak terjadi anemia.Akibat lisis dari eritrosit: Bilirubin total naik, Fe dalam serum naik, pengeluaran sterkobilinogen di feses naik, Pengeluaran urobilin di urin naik.Penyebab hemolitik anemia:

1) Pengaruh bentuk sel : sprositoris, ovalositosis dan sel sakit (sickelsel)

2) Penyakit yang diturunkan secara otonomaal : Hemoglobinopati, Thalasemia (Thalasemia mayor dan Thalasemia minor), symptom: Hepatosplenomegali + anemia

3) Pengaruh dari luar sel : toksis hemolitik, hemolisis usemik sindrom, mekanis hemolitik pada kelainan katub jantung,imun hemolitis, infeksi

(36)

d. Leukemia

Penyakit sel darah putih (leukosit) yang mengalami pembelahan secara berulang – ulang. Penyakit ini semacam kanker yang menyerang sel – sel darah putih, akibatnya fungsi sel darah putih terganggu, bahkan sel – sel darah merah dapat terdesak karena pertumbuhan sel darah putih yang berlebihan sehingga sel sel darah merah menurun (Underwood, 2002).

e. Anemia karena ketinggian tempat tinggal

Pada tempat yang jauh diatas permukaan air laut (pegunungan) terjadi adaptasi pada tubuh manusia. Dipegunungan, lapisan udara lebih tipis, sehingga orang menghirup molekul oksigen lebih sedikit, akan mengakibatkan meningkatnya kemampuan untuk membawa lebih banyak oksigen dalam eritrosit. Remaja yang hidup di daerah yang tinggi mempunyai kemampuan untuk mengalirkan oksigen ke seluruh tubuh lebih efektif dibandingkan dengan remaja yang hidup di dekat permukaan laut. Kekurangan oksigen saat bernafas diimbangi dengan tingginya kadar Hb dalam darah, untuk mengimbangi efek hipoksia(Frey,2005).

2. Akibat Anemia

(37)

dibutuhkan untuk sintesis hemoglobin dan mioglobin yang akan menentukan banyak sedikitnya oksigen yang dibebaskan (Carley, 2003).

Kurang lebih sebanyak 14% zat besi dalam tubuh berada sebagai mioglobin dan senyawa – senyawa zat besi sebagai enzim oksidatif seperti sitokrom dan flavoprotein. Mioglobin ikut dalam transportasi oksigen menerobos membran sel masuk ke dalam sel – sel otot. Enzim sitokrom, flavoprotein dan senyawa – senyawa mitokondria yang mengandung zat besi lainnya,memegang peranan penting dalam proses oksidasi menghasilkan ATP (Adenosin Tri Phosphat) yang merupakan molekul berenergi tinggi. Apabila tubuh mengalami defisiensi zat besi maka akan terjadi penurunan kemampuan kerja (Husaini,1989). Menurunnya produktivitas kerja ini selain disebabkan oleh berkurangnya enzim – enzim yang mengandung zat besi, juga disebabkan oleh menurunnya kadar hemoglobin sehingga mengakibatkan metabolisme energi di dalam otot terganggu dan terjadi penumpukan asam laktat yang menyebabkan rasa lelah. Defisiensi zat besi juga berpengaruh terhadap fungsi otak, terutama neurotransmiter (pengantar saraf). Akibatnya kepekaan reseptor saraf dopamin berkurang yang dapat berakhir dengan hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya ingat dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh menurun (Almatsier,2002)

(38)

untuk dapat berfungsi. Disamping itu sel darah putih yang menghancurkan bakteri tidak dapat bekerja secara efektif dalam keadaan tubuh kekurangan zat besi (Almatsier, 2004). 3. Tahap anemia defisiensi zat besi

Defisiensi zat besi dibagi menjadi 3 tahap, yaitu cadangan zat besi berkurang, defisiensi zat besi tanpa anemia, dan anemia defisiensi zat besi. Tahap pertama terjadi bila cadangan zat besi berkurang yang terlihat dari penurunan feritin serum. Hal ini dikompensasi dengan peningkatan penyerapan zat besi yang dapat dilihat dari peningkatan kemampuan mengikat besi total (TIBC). Pada tahap ini belum terlihat perubahan fungsional dari tubuh.Tahap kedua terlihat dengan habisnya cadangan zat besi. Pada tahap ini nilai hemoglobin di dalam darah masih berada pada 95% nilai normal, dan terjadi kelainan metabolisme zat besi yang dapat dideteksi berupa penurunan saturasi tranferin.Tahap ketiga terjadi anemia defisiensi zat besi, dimana kadar hemoglobin total turun dibawah normal (WHO, 2001)

(39)

4. Anemia Pada Remaja Putri

Meskipun telah terdapat berbagai upaya pemerintah Indonesia dalam menanggulangi anemia, tetapi survei menunjukkan bahwa prevalensi defisiensi pada wanita hamil adalah sebesar 51% dimana sebanyak 30 – 50 % diantaranya berada pada usia produktif. Hal ini menunjukkan bahwa anemia masih tetap menjadi masalah kesehatan masyarakat di Indonesia. Anemia pada remaja putri masih merata 20 – 30% lebih tinggi dibandingkan pasangannya yang laki – laki (Kumar, 2013).

Di Indonesia data menunjukkan bahwa sebanyak 27% remaja putri menikah sebelum usia 16 tahun. Penelitian menunjukkan bahwa rendahnya asupan zat besi adalah penyebab utama anemia pada remaja putri. Remaja putri dengan rata – rata usia menikah pada usia sekitar 19 tahun, sesudahnya cepat atau lambat akan mengalami kehamilan pertamanya. Kebutuhan zat besi meningkat hampir dua kali lipat selama masa kehamilan, khususnya pada wanita di negara berkembang cukup sulit untuk memenuhi kebutuhan ini kecuali jika memiliki cadangan zat besi yang mencukupi pada saat kehamilan. (Drupadi,2005)

(40)

besi (AGB). Dengan demikian berlanjutlah AGB kepada generasi berikutnya (Ida Widianingsih, 2013).

Pada tahun 1996, Pemerintah Indonesia telah mencanangkan program nasional yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan, dengan meningkatkan cadangan zat besi pada wanita usia reproduktif dan untuk meningkatkan produktivitas bagi para pekerja pabrik wanita dengan pemberian suplementasi tablet zat besi selama 4 bulan setiap tahun. Remaja putri terutama yang telah mengalami menstruasi dibandingkan dengan yang belum menstruasi lebih rentan terhadap anemia, sehubungan dengan kehilangan darah yang dialami sewaktu menstruasi. Kehilangan zat besi pada remaja putri selain disebabkan oleh menstruasi yang berlebihan (menorrhagia), asupan zat besi dari makanan yang tidak adekuat, konsumsi bahan makanan yang menghambat penyerapan zat besi secara berlebihan, perdarahan saluran pencernaan, riwayat donor darah berulang serta peningkatan eritropoesis pada usia remaja (Drupadi, 2005)

(41)

langsung juga mempengaruhi eritropoesis, misalnya hormon tiroid, gonad dan adrenal. Disamping itu juga terdapat faktor pertumbuhan sel darah merah yaitu eritropoetin yang dibentuk oleh ginjal.Zat ini berperan sebagai regulator proliferasi eritrosit, sehingga bila terganggu dapat mengakibatkan anemia berat (Almatsier,2004)

Data menunjukkan asupan makanan para remaja putri tidak dapat menyediakan cukup zat gizi untuk memenuhi kebutuhan mereka. Kehilangan zat besi juga dapat terjadi karena konsumsi makanan yang kurang seimbang atau gangguan penyerapan zat besi (Almatsier,2004). Kekurangan zat gizi mikro pada masa remaja dapat berdampak negatif pada proses pertumbuhan dan kematangan organ – oragan reproduksi. Sehubungan dengan hal tersebut maka penting bagi remaja untuk mencapai status zat gizi mikro yang optimal sebagai dasar utama kesehatan gizi bagi seluruh masa reproduksi yang akan dilaluinya kelak. Kegagalan mencapai status yang optimal akan berdampak pada status zat gizi mikro saat ini dan pada gilirannya dapat berakibat pada status gizi generasi penerus (Drupadi,2005).

(42)

sekolah, tetapi strategi yang paling efektif dalam mengontrol anemia adalah dengan mengkombinasi khemoterapi berupa pemberian obat cacing dengan suplementasi zat besi (WHO, 2001).

Pada wanita, selain basal loss juga sejumlah zat besi dikeluarkan pada waktu menstruasi. Jumlah zat besi yang hilang karena menstruasi di rata – ratakan per hari adalah 0,5 mg. Jumlah zat besi yang hilang untuk 75% populasi wanita dewasa adalah 0,8 mg /hari, 90% adalah 1,3 mg/hari, dan 95% adalah 1,6 mg/hari. Apabila jumlah yang hilang karena menstruasi ini ditambahkan pada basal loss jumlahnya menjadi 2,4 mg/hari pada 95% populasi (Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi,2004).

Kehilangan darah akibat menstruasi dapat meningkat oleh karena penggunaan IUD (Intra Uterine Device), dan dapat berkurang dengan penggunaan pil kontrasepsi. Pada wanita, kehilangan darah akibat menstruasi adalah penyebab utama terjadinya anemia defisiensi zat besi . Dalam keadaan sehat seorang wanita yang tidak mengalami suatu kelainan darah, pengeluaran darah menstruasinya adalah sekitar 35 ml pada setiap periode mentruasi. Batas atas nilai normal sebesar 80 ml setiap periode. Meskipun pengeluaran darah pada masing – masing wanita berbeda, tetapi cenderung konstan dalam satu periode ke periode berikutnya pada individu yang sama. Pada wanita dengan asupan makanan yang mengandung 10 mg zat besi per hari, sebanyak 67% diantaranya kehilangan darah menstruasi lebih dari 80 ml per periode dan dikatakan menderita anemia (WHO, 2001).

(43)

darah mengandung 0,5 mg zat besi. Dengan penambahan konsumsi dari makanan sehari – hari maka kehilangan darah sedikitnya sebanyak 3 sampai 4 ml/hari (1,5 sampai 2 mg zat besi) dapat mengakibatkan keseimbangan zat besi negatif (Depkes, 2006).

C. Darah dan Pemeriksaan

1. Darah

Darah adalah jaringan cair yang terdiri dari dua bagian yaitu plasma darah dan sel darah. Sel darah terdiri dari tiga jenis yaitu eritrosit, leukosit dan trombosit. Volume darah secara keseluruhan adalah satu per dua belas berat badan atau kira – kira 5 liter. Sekitar 55% adalah plasma darah, sedangkan 45% sisanya terdiri dari sel darah ( Hofftbrand & pettit, 2005). Darah berwarna merah, antara merah terang apabila kaya oksigen sampai merah tua apabila kekurangan oksigen. Warna merah pada darah disebabkan oleh hemoglobin, protein pernafasan yang mengandung besi dalam bentuk heme, yang merupakan tempat terikatnya molekul – molekul oksigen. Darah juga mengangkut bahan – bahan sisa metabolisme, obat – obatan dan bahan kimia asing ke hati untuk diuraikan ke ginjal untuk dibuang sebagai air seni (Underwood, 2002).

2. Komposisi darah

Darah terdiri dari beberapa jenis korpuskula yang membentuk 45% bagian dari darah. Bagian 55% yang lain berupa cairan kekuningan yang membentuk medium cairan darah yang disebut plasma darah.

a. Eritrosit (Sel darah merah)

(44)

sentrifus maka akan terpisahkan komponen plasma dan seluler, yang bagian sel darah merahnya sekitar 45% dari volume total, ini merupakan volume packed cel atau hematokrit. Eritrosit merupakan sel pembawa oksigen karena banyak mengandung hemoglobin. Sel membran tersusun atas dua lapis fosfolipid dengan protein integral. Bentuk sel dipertahankan oleh struktur protein yang membentuk sitoskeleton. Sistem enzim melindungi hemoglobin dari oksidasi yang irreversibel. Eritrosit yang matang tidak mempunyai material inti, sehingga protein baru tidak dapat disintesis (Almatsier, 2004)

Sumber: Underwood,2002

Gambar 4. Sel Eritrosit

(45)

dengan siklus mulai hemoglobin kemudian verdoglobin, biliverdin dan bilirubin yang terikat pada albumin. Transpor eritrosit ke liver dimulai dari bilirubin glukoronit yang berikatan dengan asam glukuron. Pada usus dalam bentuk mesobilirubin menjadi urobilinogen dan sterkobilinogen. Selanjutnya terjadi siklus enterohepatis sebagai urobilinogen diserap di usus halus melalui vena porta ke hati dengan galasid (asam empedu dibuang ke usus). Sebagian urobilinogen masuk peredaran darah besar keginjal . Bagian – bagian yang penting dari eritrosit adalah hemoglobin , membran sel (untuk menentukan golongan darah), anti genitas dari golongan darah, fermen untuk aerobik dan oksidasi anaerobik (Almatsier, 2004).

a. Leukosit (sel darah putih)

(46)

Secara umum manfaat sel darah putih adalah untuk membantu pertahanan tubuh terhadap infeksi yang masuk, karena selain mampu bergerak amuboid juga bersifat fagositosis. Sel darah putih yang berfungsi melawan penyakit disebut antibodi. Contoh antibodi misalnya limfosit yang mampu menyerang dan menghancurkan organisme yang spesifik (bakteri dan virus) dan toksin. Limfosit ada dua jenis yaitu T- Limfosit dan B-Limfosit. Perbedaan antara T- limfosit adalah tempat pematangannya. B- Limfosit mengalami pematangan di sumsum tulang, sedang T-Limfosit mengalami pematangan di timus. Neutrofil dan monosit juga berfungsi fagositosis. Satu neutrofil mampu memfagosit 5 – 20 bakteri. Monosit yang keluar dari sumsum tulang dan masuk ke dalam darah merupakan sel imatur (belum matang), sesudah beberapa jam, monosit akan menjadi makrofag (sel raksasa) yang mampu memfagosit 100 bakteri. Selain sel darah putih, sekelompok sel yang tersebar luas di seluruh jaringan dan membatasi beberapa pembuluh darah dan limfa juga membantu melindungi tubuh terhadap benda asing yang masuk. Sistem ini disebut retikuloendotelial (Almatsier, 2004).

c. Plasma darah

Plasma darah adalah larutan air yang mengandung : albumin, bahan pembeku darah, immunoglobin (antibodi), hormon, berbagai jenis protein dan berbagai jenis garam. 3. Pemeriksaan Profil Darah

(47)

dari kelima komponen darah ini yang berperanan dalam mendeteksi anemia (Putri,2011).

a. Sel darah merah

Sel darah merah merupakan komponen darah yang terbanyak dalam satu milliliter darah. Setiap orang memiliki jutaan bahkan miliaran sel darah merah dalam tubuhnya. Penghitungan sel darah merah digunakan untuk menentukan apakah kadar sel darah merah rendah (anemia) atau tinggi (polisitemia). Pada penghitungan sel darah merah akan dinilai juga jumlah dan ukuran dari sel darah merah. Bentuk sel darah merahpun akan dievaluasi dibawah mikroskop. Segala informasi mulai dari jumlah, ukuran dan bentuk dari sel darah merah akan berguna dalam mendiagnosa suatu anemia. Juga pada pemeriksaan ini dapat diketahui jenis anemia berikut kemungkinan penyebabnya (Putri,2011).

Pada anemia defisiensi besi yang kronis sel penunjuk akan menunjukkan eritropoesis mikrositik hipokromik, yakni MCV dan MCHC akan mempunyai nilai dibawah normal pada pemeriksaan laboratorium yang dilakukan.

1). Rata – rata nilai MCV

(48)

Tabel 5. Nilai normal MCV

NO USIA Nilai MCV

1 Dewasa 80 – 100 fL

2 Bayi baru lahir 98 – 122 fL

3 Anak usia 1- 3 tahun 73 – 101 fL

4 Anak usia 4 – 5 tahun 72 – 88 fL

5 Anak usia 6 – 10 tahun 69 – 93 fL

Sumber: Underwood, 2002 2). Rata – rata nilai MCH

Mean Corpuscular Haemoglobin (MCH) mengindikasikan bobot hemoglobin di dalam eritrosit tanpa memperhatikan ukurannya. MCH diperoleh dengan perbandingan hemoglobin dengan sel darah merah (Hb/RBC).

Tabel 6. Nilai normal MCH

NO USIA Nilai MCH

1 Dewasa 26 – 34 pg

2 Bayi baru lahir 33 – 41 pg

3 Anak usia 1-5 tahun 23 – 31 pg

4 Anak usia 6 – 10 tahun 22-34 pg

Sumber: Underwood, 2002 3). Rata – rata nilai MCHC

(49)

Tabel 7. Nilai normal MCHC

NO USIA Nilai MCHC

1 Dewasa 32 -36 %

2 Bayi baru lahir 31 – 35%

3 Anak usia 1,5 – 3 tahun 26 – 34 % 4 Anak usia 5 – 10 tahun 32 – 36 %

Sumber: Putri, 2011 b. Hematokrit

Nilai hematokrit merupakan cara yang paling sering digunakan untuk menentukan apakah jumlah sel darah merah terlalu tinggi, terlalu rendah atau normal. Hematokrit sejatinya merupakan ukuran yang menentukan seberapa banyak jumlah sel darah merah dalam satu milliliter darah atau dengan kata lain perbandingan antara sel darah merah dengan komponen darah yang lain. Nilai normal untuk hematokrit pada orang dewasa laki – laki 45 – 47% sedangkan pada dewasa wanita 40 – 42% (Underwood, 2002). c. Hemoglobin

(50)

Tabel 8. Nilai Normal Hemoglobin

NO USIA Nilai Hemoglobin

1 Anak 6 – 59 bulan 11g/dL

2 Anak 5 – 11 tahun 11,5 g/dL

3 Anak 12 – 14 tahun 12 g/dL

4 Wanita > 15 tahun 12 g/dL

5 Wanita hamil 11 g/dL

6 Laki – laki >15 tahun 13 g/dL

Sumber : Underwood, 2002 d. Sel darah putih

Sistem kekebalan tubuh seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor salah satunya yaitu zat besi. Santos (1990) dalam Ekizt et al (2005); Sadhegian et al (2011) dan Ozcan et al(2011) melaporkan bahwa keadaan defisiensi besi dapat menurunkan jumlah total limfosit sebagai komponen dari leukosit atau sel darah putih. Penurunan pembentukan sel – sel limfosit dapat disebabkan oleh berkurangnya sintesis DNA. Berkurangnya sintesis DNA ini disebabkan oleh gangguan enzim reduktase ribonukleotida yang membutuhkan besi untuk dapat berfungsi (Almatsier, 2003)

Penderita anemia karena defisiensi besi akan mudah terserang penyakit karena menurunnya sistem pertahanan tubuh (Muhilal dan Karyadi, 1980). Penelitian Nalder et al (1972) telah membuktikan bahwa defisiensi zat besi dapat menurunkan produksi antibodi sebagai bentuk respon imun. Terjadinya defisiensi besi merupakan salah satu contoh adanya gangguan metabolisme, maka apabila terjadi gangguan metabolisme yang parah produksi leukosit dapat berkurang. Produksi leukosit yang berkurang dapat terjadi apabila komponen pendukung seperti zat besi dalam jumlah sedikit.

(51)

besi kemungkinan dapat menyebabkan kerentanan terhadap infeksi. Hal ini didukung oleh studi invitro dan pada hewan kecil tetapi meta analisis studi epidemologi dan intervensi manusia menemukan sedikit bukti terhadap outcome penyakit. Suplementasi besi tidak nampak meningkatkan kerentanan terhadap infeksi.

Tabel 9. Nilai Leukosit normal

Darah 1-2 tahun 2- 6 tahun Dewasa

Leukosit x10g/l 6.0 – 17,5 6,0 - 17 4,5 – 14,5

Neutrofil granulose (%)

1,9 - 8,0 50 - 70

Limfosit (%) 0,9 – 5,2 25 - 40

Monosit (%) 0,2 – 1,0 2,0 - 8,0

Eusinofil (%) 0,0 – 0,8 2,0 – 4,0

Basofil (%) 0,0 – 0,2 0,0 – 1,0

Sumber: Underwood, 2002 e. Trombosit/Pletelet

Anemia gizi besi biasanya berhubungan dengan nilai hitung trombosit yang tinggi. Hubungan antara trombositosis dan anemia gizi besi pernah dilaporkan pada anak dan dewasa, namun masih sedikit data mengenai hal ini. Kondisi trombositopenia dan trombositosis pada anemia gizi besi akan kembali normal sesudah mendapat terapi besi (Rosdiana, 2008). Trombositosis seringkali ditemukan pada 50 – 75% kasus orang dewasa dengan anemia hipokrom karena perdarahan yang menahun. Nilai normal untuk trombosit adalah 150 – 400 x 109/L (Supandiman, 1997)

D. Tes Potensi Akademik

(52)

yang dalam istilah Cronbach disebut performasi maksimal dan yang kedua adalah tes yang mengukur aspek bukan kemampuan yang dalam istilah Cronbach disebut sebagai performasi tipikal (Cronbach,1970, dalam Azwar,2008)

Tes potensi akademik merupakan salah satu bentuk pengukuran terhadap kemampuan abilitas kognitif potensial umum (pengukuran performasi maksimal) yang dirancang khusus guna memprediksi peluang keberhasilan belajar di perguruan tinggi, karena itulah tes semacam ini biasanya dinamai Tes Potensi Akademik (Azwar,2008). Gagasan dasar dalam konstruksi tes potensi akademik sedikit – banyak mengikuti konsep pengembangan Graduate Record Examinations (GRE) yang terdiri atas seksi verbal Reasoning (V), Quantitative Reasoning (Q) dan Analytical Writing (AW)(GRE,Bulletin,2008),dengan beberapa perubahan. Pada umumnya Tes Potensi Akademik di Indonesia terdiri atas tiga subtes yaitu sub tes verbal, sub tes kuantitatif dan sub tes penalaran.

(53)

memerlukan penggunaan rumus matematika namun lebih mengandalkan pada penalaran dan strategi pemecahan masalah kuantitatif yang bersifat umum sedangkan soal konsep aljabar mengungkapkan pemahaman akan konsep – konsep dasar aljabar bukan kemahiran dalam menggunakan rumus – rumus komputasinya (Zuckers, 2003)

Tabel 10. Perbandingan Karakteristik Tes Potensi Akademik dan Tes Hasil Belajar no Tes Potensi Akademik Tes Hasil Belajar

1 Dirancang untuk mengungkap kemampuan kognitif potensial

Dirancang untuk mengukur hasil pembelajaran

2 Disusun berdasar konsep abilitas dasar yang hendak diukur

Disusun berdasar domain materi pembelajaran pada bidang tertentu 3 Keterkaitan minimal dengan

silabus/kurikulum

5 Skor tinggi diperoleh berdasar strategi umum penyelesaian masalah

Skor tinggi diperoleh berdasar penguasaan bahan ajar

6 Penekanan pada validitas prediktif Penekanan pada validitas isi Sumber: Azwar,2008

Pada Tabel 10 dimuat perbandingan karakteristik antara tes potensi akademik dan tes prestasi belajar. Sekalipun secara konstrak keterkaitan isi tes potensi akademik dengan kurikulum dan silabus mata pelajaran adalah minimal, namun asumsi bahwa tes potensi akademik mengukur kemampuan penalaran kognitif umum yang diperlukan para mahasiswa dalam belajar di jenjang pendidikan tinggi menjadi dasar pemikiran bahwa tes ini dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam seleksi masuk dan karena itu skor tes potensi akademik diharapkan berkorelasi tinggi dengan indikator – indikator keberhasilan belajar di perguruan tinggi (Azwar,2008)

E. Anemia,Kecerdasan dan Tes Potensi Akademik

(54)

dopaminberkurang yang dapat berakhir dengan hilangnya reseptor tersebut. Daya konsentrasi, daya ingat, dan kemampuan belajar terganggu, ambang batas rasa sakit meningkat, fungsi kelenjar tiroid dan kemampuan mengatur suhu tubuh menurun (Almatsier,2004)

(55)

Cerebellum merupakan bagian kedua terbesar penyusun otak , setelah cerebrum. Cerebellum berfungsi untuk koordinasi otot dan memelihara tekanan normal dan postur. Cerebrum mengatur intelegensi dan kemampuan menghafal, belajar, dan mengingat. Selama perkembangan embrio , otak yang pertama terbentuk berupa tabung (tube), dan ujung bagian yang membesar menjadi tiga gelembung kosong yang akan membentuk otak dan posterior yang akan berkembang menjadi spinal cord. Lobus oksipital pada bagian belakang otak menerima dan memproses informasi visual. Lobus temporal menerima sinyal suara, memproses bahasa dan arti kata. Lobus parietal berhubungan dengan sensori kortek dan memproses informasi tentang sentuhan, rasa, tekanan, sakit, panas dan dingin. Lobus frontal melakukan tiga fungsi yaitu yang pertama aktifitas motorik dan integrasi aktifitas otot, kedua yaitu berbicara dan yang ketiga adalah proses berfikir. Kecedasan anak yang anemia akan lebih rendah bila dibanding anak yang tidak anemia.Tes Potensi Akademik sering dihubungkan dengan kecerdasan seseorang dan merupakan suatu standar tes yang bertujuan untuk mengukur potensi akademik seseorang dengan membandingkan potensi satu orang dengan orang lain secara lebih obyektif yang menilai kemampuan verbal, kuantitas dan penalaran sehingga konten soal dalam tes potensi akademik (TPA) dikembangkan sedemikian rupa sehingga peluang keberhasilan dalam menjawab dengan benar lebih tergantung pada penggunaan daya penalaran (reasoning) baik logis (logical) maupun analitis (Analytical) (Sumitra,2012)

(56)

kemampuan menulis dan menyebutkan kata – kata, tetapi masih bisa berbicara. Bagian lainnya di dalam korteks berhubungan dengan kemampuan berfikir yang lebih besar, perencanaan, mengingat, personalitas, dan aktifitas lainnya. Selain otak, sistem saraf juga dibangun oleh spinal cord. Spinal cord berada sepanjang sisi dorsal tubuh dan menghubungkan otak ke seluruh tubuh (Thorndike RMet al, 1991).

(57)

F. KERANGKA KONSEP PEMIKIRAN

Gambar 5 Kerangka konsep pemikiran pengaruh suplementasi besi terhadap profil darah dan Skor TPA mahasiswi

Kebiasaan makan mahasiswa (Jumlah dan jenis makanan tidak seimbang)

Perlu Intervensi zat gizi mikro pada remaja putri melalui suplementasi besi

Suplementasi besi setiap hari Suplementasi besi setiap minggu

(58)

G. Hipotesis Penelitian

(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah Randomized Control Trial (RCT)dengan memberikan suplementasi tablet zat besi setiap hari dan seminggu satu kali masing – masing selama enam minggu dan dilihat pengaruhnya terhadap peningkatan kadar profil darah dan hasil Tes Potensi Akademik.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di kampus Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri,Desa Lirboyo,Kecamatan Mojoroto Kota Kediri Propinsi Jawa Timur selama 4 bulan.Waktu penelitian bulan Maret sampai dengan bulan Juli 2014.

1. Untuk pengambilan sampel darah dilakukan di ruang laboratorium kampus Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri, sedangkan pemeriksaan profil darah dilakukan di Laboratorium Klinik Sam Husada Kediri.

2. Tempat pemeriksaan status gizi dan pengisian kuesioner dilakukan di Laboratorium Kebutuhan Dasar Manusia (KDM) kampus Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri Jawa Timur

(60)

C.Subjek Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua mahasiswi akademi keperawatan Dharma Husada Kediri Semester 2 yaitu sebanyak 95 mahasiswi. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswi akademi keperawatan Dharma Husada Kediri yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:

Kriteria Inklusi:

1. Usia 18-20 tahun

2. Sehat, tidak sedang sakit atau menderita penyakit infeksi dalam 3 bulan terakhir 3. Kadar Hb < 12 gr/dl

4. Bersedia menjadi responden penelitian yang ditunjukkan dengan mengisi format pernyataan kesediaan ikut dalam penelitian

Kriteria eksklusi:

1. Kesulitan /tidak bisa minum obat peroral 2. Keluar/pindah kuliah saat penelitian D. Teknik Sampling

(61)

n = [ (Z(a) + Z (b)) SD ]2 m1 – m2

dimana :

Z (a) : nilai student,s t pada tingkat confidence yang spesifik Z(b) : nilai students t (2 tailed) pada power yang spesifik SD : estimasi pada standar deviasi

m1 : mean pada populasi 1 m2 : mean pada populasi 2

m1 – m2: perkiraan perbedaan antara perlakuan Z(a)

CI Z

90% 1,6448

95% 1,96

97,5% 2,2414

99% 2,5758

99,5% 2,807%

Z(b)

CI Z

80% -0,842

(62)

90% -1,282

95% -1,645

n = 22 sampel untuk masing – masing kelompok E. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian dalam penelitian ini Randomized Control Trial(RCT) .

Gambar 6 : Rancangan penelitian (Nursalam, 2003) Keterangan:

X : Mahasiswi usia 18 – 20 tahun yang anemia

X1 : Pre testprofil darah tepi sampel dan tes potensi akademik R : Randomisasi

P1 : Mahasiswi anemia yang diberi tablet besi setiap hari P2 : Mahasiswi anemia yang diberi tablet besi setiap minggu

O1 : Pada minggu ke 7 kelompok perlakuan 1 diperiksa profil darahnya dan posttest potensi akademik

O2 : Pada minggu ke 7 kelompok perlakuan 2 diperiksa profil darahnya dan post test potensi akademik

F. Identifikasi Variabel Penelitian

1. Variabel bebas (independent) adalah suplementasi zat besi

2. Variabel terikat (dependent) adalah kadar profil darah dan hasil tes potensi akademik

X X1 R

P1

P2 O2

(63)

Pada penelitian ini tidak digunakan kelompok plasebo, karena telah diketahui bahwa anemia pada usia pranikah bagi remaja putri dalam hal ini mahasiswi Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri dapat berakibat buruk, sehingga tidak etis bila ada kelompok yang memiliki risiko sama tidak mendapat terapi. G. Definisi Operasional Variabel

1. Suplementasi Zat besi

a. Suplementasi zat besi adalah pemberian suplemen zat besi bentuk sulfas ferosus secara peroral dengan dosis orang dewasa 200mg.

b. Cara pengukuran kepatuhan : lembar observasi/cek list

c. Kode pengukuran : Kelompok A dengan suplementasi besi 1 tablet setiap hari selama 6 minggu, kelompok B suplementasi besi 1 tablet setiap minggu selama 6 minggu.

d. Skala pengukuran : nominal

2. Profil darah adalah pemeriksaan darah dengan menghitung seluruh komponen pembentuk darah. Pada penelitian ini yang diukur adalah kadar hemoglobin, sel darah merah (eritrosit), MCV, MCH, MCHC.

a. Nilai profil darah adalah harga absolut dihitung dari konsentrasi eritrosit, konsentrasi hemoglobin dan hematokrit, MCV, MCH,MCHC , adapun rumus yang digunakan:

1). Penentuan kadar Hb: menggunakan metode Cyanmethemoglobin.

g% Hb sampel = Densitas sampel x g% Hb standart

(64)

2). Penentuan Kadar Ht: menggunakan volume packet red cells (VPRC).. Normal VPRC untuk laki – laki 45 % dan perempuan 41% dari volume seluruhnya.

3). Perhitungan MCV (Mean Corpuscular Volume) adalah rata – rata volume masinga – masing eritrosit, dihitung dari volume eritrosit dibagi banyaknya eritrosit dalam 1 liter darah. MCV dinyatakan dalam femtoliter (fl). Normal MCV pada semua kelompok umur sama yaitu 80 – 94 fl

4). Perhitungan MCH (Mean Corpuscular Haemoglobin) merupakan rata – rata banyaknya Hb dalam tiap eritrosit. MCH dinyatakan dalam pictogram (pg) Normal nilai MCH remaja putri: 26 – 34 pg

4) Perhitungan MCHC (Mean Corpuscular Haemoglobin Consentration) merupakan presentase banyaknya Hb terhadap volume eritrosit. MCHC dinyatakan dalam gram /100 mililiter (g/100ml) normal pada kelompok remaja putri untuk nilai MCHC yaitu: 32 – 36 g/100ml

MCV = Volume Packed Red Cells (VPRC)

Banyaknya eritrosit 1 liter

MCH = Hb (g/100 ml darah)

Banyaknya eritrosit /liter

MCHC = Hb (g/100 ml darah

(65)

b. Cara pengukuran : preparasi dan analisis dilakukan di laboratorium Sam Husada Kediri

c. Skala pengukuran : interval 3. Tes potensi akademik

a. Tes Potensi Akademik adalah tes yang bertujuan untuk mengetahui bakat dan kemampuan seseorang di bidang akademik atau keilmuan yang terdiri dari kemampuan verbal, kemampuan kuantitatif dan kemampuan penalaran b. Alat ukur: Soal TPA BAPPENAS tahun 2008

c. Kode pengukuran: jawban benar =1, jawaban salah = 0 kemudian dijumlahkan dan dibagi 3, hasilnya dikalikan 10.dengan penilaian:

1= Hasil tes potensi akademik kurang (nilai < 200) 2 = Hasil tes potensi akademik sedang( 200 – 500 ) 3 = Hasil tes potensi akademik tinggi ( > 500 ) d. Skala pengukuran : ordinal

4. Asupan Gizi

(66)

b. Alat ukur: Food recall2 X 24 jam (hari biasa dan hari libur)

c. Kode asupan gizi: 1.= sesuai dengan angka kecukupan zat gizi bagi orang Indonesia untuk wanita usia subur 18 – 29 tahun (90% AKG). 2 = Tidak sesuai dengan angka kecukupan gizi bagi orang Indonesia untuk wanita usia subur 18 – 29 tahun

d. Skala pengukuran :Nominal

H.Instrumen Penelitian

1. Kuesioner, untuk mendapatkan data identitas responden

2. Daftar isian Food Recall24 jam hari biasa dan hari libur untuk data konsumsi Fe

3. Spuit/ jarum suntik 5 cc yang telah diberi nama dan nomor untuk mengambil sampel darah pasien , untuk pemeriksaan profil darah

4. Sampel darah vena mengandung EDTA (Ethylenediaminetetraacetate, suatu anti koagulan agar darah yang akan diperiksa tidak membeku) sebanyak 3 cc untuk pemeriksaan kadar hemoglobin

I. Protokol Penelitian

1. Secara random sampel yang memenuhi kriteria dari jumlah populasi mahasiswi Akademi Keperawatan Dharma Husada Kediri dibagi dalam 2 kelompok. Kelompok A diberi suplementasi 1 tablet ferro sulfat 1 x /hari dan kelompok B diberi suplementasi 1 x seminggu selama 6 minggu

(67)

untuk dilakukan pemeriksaan kadarprofil darah awal oleh petugas lab Sam Husada Kediri

3. Setelah hasil skrining kadar Hb diperoleh, subjek penelitian yaitu mereka yang anemia, dengan kadar Hb kurang dari 12 g/dl, masing – masing di berikan 1 tablet Albendazole 400 mg (deworming agent) untuk menghilangkan confounding factor anemia yang disebabkan oleh investasi cacing (Helminthiasis) serta diminta untuk mengisi kuesioner kemudian diperiksa profil darahnya, lalu dilanjutkan untuk pemeriksaan tes potensi akademik.

4. Kemudian seluruh subjek penelitian secara random dibagi dalam dua kelompok. Kelompok A mendapat perlakuan diberikan 1 tablet besi setiap hari dan kelompok B mendapat 1 tablet besi setiap minggu.

5. Seluruh subjek penelitian dibagikan tablet zat besi untuk dikonsumsi selama satu minggu sesuai dengan kelompok suplementasi. Sebelumnya diberikan penjelasan tentang cara minum tablet zat besi, sebagai berikut:

a. Kelompok A: diminta untuk minum 1 tablet zat besi 1 jam sesudah makan malam setiap hari selama 6 minggu (diberikan sebanyak 7 tablet zat besi setiap minggu selama enam minggu)

b. Kelompok B: diminta untuk minum 1 tablet zat besi 1 jam sesudah makan malam seminggu satu kali setiap hari senin selama 6 minggu (diberikan sebanyak 1 tablet zat besi setiap minggu selama 6 minggu)

(68)

7. Setelah tablet zat besi selesai dikonsumsi selama enam minggu, pada hari yang telah ditentukan seluruh subjek penelitian diminta untuk dilakukan pemeriksaan profil darah akhir dan tes potensi akademik akhir di ruang laoratorium KDM kampus akademi keperawatan.

Pengambilan darah untuk pemeriksaan profil darah dilakukan oleh petugas dari laboratorium klinik Sam Husada Kediri. Peneliti membantu pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan dan mengumpulkan sampel serta melakukan koding agar sampel tidak tertukar. Untuk menjaga kualitas data, peneliti secara langsung memimpin penelitian sejak tahap persiapan sampai akhir analisis data dengan rangkaian kegiatan sebagai berikut: 1. Membuat pengisian kuesioner data awal

2. Melakukan uji coba pengisian kuesioner, serta pengisian food recall 24 jam hari biasa dan hari libur, melakukan perbaikan terhadap butir isian yang dianggap menyulitkan atau menimbulkan kesalahan interpretasi bagi responden. Melakukan wawancara kepada seluruh responden penelitian, guna pengisian data food recall24 jam hari biasa dan hari libur pada seluruh responden penelitian.

(69)

4. Melakukan pendekatan pada seluruh subjek penelitian, melakukan evaluasi selama jangka waktu penelitian serta membantu memecahkan keluhan – keluhan yang mungkin timbul selama mengkonsumsi tablet zat besi.

Gambar

Tabel 1 Penelitian yang Relevan dengan Penelitian ini
Tabel 2. Nilai zat besi berbagai bahan makanan (mg/100gr)
Tabletbesi per tablet
Gambar 1.    Sel darah Hipokrom
+7

Referensi

Dokumen terkait

W WDEHO PDND +R GLWRODN GDQ +D GLWHULPD +DO LQL EHUDUWL EDKZD WHUGDSDW KXEXQJDQ \DQJ VLJQLÀNDQ DQWDUD LNOLP VHNRODK GDQ NHSHPLPSLQDQ .HSDOD 6HNRODK VHFDUD EHUVDPD VDPD GHQJDQ

Dalam istilah hukum Islam, waris disebut juga dengan faraidh , adapun menurut KHI Pasal 171 huruf a, yang dimaksud dengan hukum kewarisan adalah hukum

Pada penelitian ini, peneliti berinovasi dengan menambahkan Glenium untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penambahan varian Glenium 0,5 liter, 0,7 liter, dan 1

Setelah itu data-data yang didapatkan dianalisis dengan menggunakan metode Regresi Berganda dengan software SPSS 20 yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh

This effort to exonerate oneself from evil does not work for God or for the human, because the rejection denies the relationship between God and the devil, the human and the

Kemudian sampel yang akan menjadi responden tersebut akan diberikan kuesioner penelitian tentang analisis pengaruh perceived value, citra merek, dan kualitas layanan terhadap

Ujian praktik merupakan salah satu dari tiga aspek Ujian Sekolah Berstandar Nasional Pendidikan Agama Islam (USBN PAI), aspek yang lain adalah ujian tulis dan akhlak

Dari Gambar 4 diatas dapat dilihat akumulasi parkir Off Street terbesar Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum untuk jenis kendaraan mobil adalah sebesar 99 kendaraan dan sebesar 369