• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan penyuluhan pemanfaatan kompos daun bambu sebagai mulsa organik terhadap pertumbuhan dan percepatan masa panen tanaman sawi hijau (Brassica Juncea L) di desa Ganting Wetan Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Rancangan penyuluhan pemanfaatan kompos daun bambu sebagai mulsa organik terhadap pertumbuhan dan percepatan masa panen tanaman sawi hijau (Brassica Juncea L) di desa Ganting Wetan Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

PEMANFAATAN KOMPOS DAUN BAMBU SEBAGAI MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) di DESA GANTING WETAN KECAMATAN MARON

KABUPATEN PROBOLINGGO

PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

SYANTYA DEWI WAHYUNI NIRM. 04.01.18.114

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(2)

PEMANFAATAN KOMPOS DAUN BAMBU SEBAGAI MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) di DESA GANTING WETAN KECAMATAN MARON

KABUPATEN PROBOLINGGO

Diajukan sebagai syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P)

PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN

SYANTYA DEWI WAHYUNI NIRM. 04.01.18.114

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN 2022

(3)

Terimakasih kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmatnya sehingga saya bisa menyelesaikan tugas akhir dengan lancar.

Tugas Akhir ini saya persembahkan untuk : Kedua orang tua Abi SUPARDI dan Umi MAMIK SULIWATI Saudaraku Kakak AHSANI TAQWIM, Mbak HUSNUL FARIDA, Adik SYANTYO TRI IRFANDINATA & Mas MOCHAMAD ROCHIMATUL ULUM.

Terimakasih kepada : Kampus Tercinta “POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN MALANG”

Dosen Pembimbing dan Dosen Penguji Kelompok Anggota tani Ganting Sejahtera dan BPP Maron.

Rekan-rekan seperjuangan PERTANIAN C / 2018.

(4)

pengetahuan saya, di dalam naskah Tugas Akhir (TA) ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernahdiajukan oleh orang lain sebagai Tugas Akhir atau untuk memperoleh gelar akademik di suatu perguruan tinggi, dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dan daftar pustaka.

Apabila ternyata di dalam naskah TA ini dapat dibuktikan terdapat unsur- unsur PLAGIASI, saya bersedia TA ini digugurkan dan gelar vokasi yang telah saya peroleh (S.Tr) dibatalkan, serta diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(5)

RANCANGAN PENYULUHAN

PEMANFAATAN KOMPOS DAUN BAMBU SEBAGAI MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) di DESA GANTING WETAN KECAMATAN MARON

KABUPATEN PROBOLINGGO

SYANTYA DEWI WAHYUNI 04.01.18.114

Mengetahui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Dr. Ir. Bambang Priyanto, MP Ainu Rahmi, SP,. MP NIP. 19640302 199103 1 001 NIP. 19731019 2002 2 001

Menyetujui, Direktur

Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Malang

Dr. Setya Budi Udrayana. S. Pt,. M.Si NIP. 19690511 199602 1 001

(6)

PEMANFAATAN KOMPOS DAUN BAMBU SEBAGAI MULSA ORGANIK TERHADAP PERTUMBUHAN

TANAMAN SAWI HIJAU (Brassica juncea L.) di DESA GANTING WETAN KECAMATAN MARON

KABUPATEN PROBOLINGGO

SYANTYA DEWI WAHYUNI 04.01.18.114

Telah dipertahankan di depan penguji Pada tanggal 22 Juli 2022 Dinyatakan telah memenuhi syarat

Mengetahui,

Penguji I, Penguji II,

Dr. Ir. Bambang Priyanto, MP Ainu Rahmi, SP., MP NIP. 19640302 199103 1 001 NIP. 19731019 2002 2 001

Penguji III

Dr. Ferdianto Budi Samudra, SP., M.Si NIP. 19810211 200501 1 002

(7)

RINGKASAN

Syantya Dewi Wahyuni, NIRM : 04.01.18.114. Rancangan Penyuluhan Pemanfaatan Kompos Daun Bambu Sebagai Mulsa Organik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L) di Desa Ganting Wetan Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo. Dosen Pembimbing : Dr.Ir.Bambang Priyanto, MP dan Ainu Rahmi, SP, MP.

Desa Ganting Wetan Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur secara geografis memiliki Jenis usaha tani yang dilakukan oleh penduduk di Desa Ganting Wetan meliputi usahatani tanaman pangan dan hortikultura (sayuran). Desa Ganting Wetan memiliki populasi pohon bambu duri adalah ± 2500 Pohon. Pohon bambu berpotensi sangat tinggi, hal ini dapat mendukung pemanfaatan kompos daun bambu sebagai mulsa organik di dukung dengan suhu dan iklim yang cocok untuk berbagai tanaman salah satu komoditasnya adalah sawi dikarenakan potensi daun bambu adalah 10kg sehari /rumpun tanaman bambu atau ± / 50-100 pohon bambu.

Kajian ini bertujuan untuk : 1) Untuk Mengetahui pengaruh penggunaan kompos daun bambu sebagai mulsa organik terhadap pertumbuhan tanaman sawi. 2) Untuk Mengetahui menyusun rancangan penyuluhan pemanfaatan kompos daun bambu sebagai mulsa organik pada tanaman sawi di Desa Ganting Sejahtera Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo. 3) Untuk Mengetahui Peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan kompos daun bambu kering sebagai mulsa organik pada tanaman sawi.

Kajian dilakukan pada bulan Februari – Mei 2022 di Desa Ganting Wetan Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo. Pada kajian menggunakan metode Rancangan Acak Lengkap dengan 5 perlakuan dan 5 ulangan penggunaan mulsa kompos daun bambu P1 : 0 gram / kg media tanam (kontrol), P2 : 30 gram/ kg media tanam, P2 : 60 gram/ kg media tanam, P2 : 90 gram/ kg media tanam, P2 : 120 gram/ kg media tanam, Parameter yang diamati tinggi tanaman, jumlah daun dan berat segar konsumsi. Data hasil pengamatan diuji menggunakan uji ANOVA kemudian dilanjut dengan uji DMRT taraf 5%. Hasil kajian yang dilaksanakan menunjukkan hasil dengan perbedaan yang nyata pada parameter tinggi tanaman, jumlah daun dan berat segar konsumsi. Perlakuan P5 merupakan perlakuan terbaik dengan perlakuan pemberian kompos daun bambu sebagai mulsa organik 120 gram/ kg media tanam.

Rancangan penyuluhan disusun berdasarkan hasil kajian terbaik yaitu perlakuan pemberian kompos daun bambu sebagai mulsa organik 120 gram/ kg media tanam. Sasaran penyuluhan yaitu anggota Kelompok Tani Ganting Sejahtera dengan jumlah responden 15 orang. Media penyuluhan yang digunakan yaitu leaflet dan video, metode penyuluhan yang digunakan adalah ceramah dan diskusi kelompok. Hasil Pelaksanaan evaluasi p e n yu l u ha n pe n i ng k at an pengetahuan terdapat 15 responden dengan 15 soal pertanyaan mendapatkan hasil nilai pre-test adalah 24% dan nilai post- test mendapatkan 86% sehingga mendapatkan peningkatan pengetahuan petani sebesar 62%.

Kata Kunci : Kompos, Daun Bambu, Kompos Daun Bambu, Mulsa,Tanaman sawi hiaju

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT. berkat rahmat-Nya penulis bisa menyelesaikan Laporan Tugas Akhir yang berjudul

“Rancangan Penyuluhan Pemanfaatan Kompos Daun Bambu Sebagai Mulsa Organik Terhadap Pertumbuhan Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.) di Desa Ganting Sejahtera Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo”

Penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak.

Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Bambang Priyanto, M.P selaku Pembimbing I.

2. Ainu Rahmi, SP, MP selaku Pembimbing II.

3. Dr. Eny Wahyuning P., SP, MP selaku Ketua Jurusan Pertanian dan Ketua Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Politeknik Pembangunan Pertanian Malang.

4. Dr. Setya Budhi Udrayana, SPt, M.Si, selaku Direktur Politeknik pembangunan pertanian Malang.

5. BPP Kecamatan Maron selaku tempat pemberi saran dan masukan padakajian penulis.

6. Bapak Samsul Arifin selaku Ketua Kelompok Tani Ganting Sejahtera.

7. Semua pihak yang tidak mungkin disebutkan satu persatu dalam kesempatan ini yang telah membantu terselesaikannya laporan ini.

Penulis menyadari, bahwa laporan ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu kritik, saran dan masukan demi perbaikan sangatlah kami harapkan.

Malang, Juli 2022

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERUNTUKAN ... ii

PERNYATAAN ORISINALITAS TA ... iii

LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ... v

RINGKASAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Manfaat ... 3

1.3.1 Manfaat bagi institusi ... 3

1.3.2 Manfaat Petani ... 4

1.3.3 Manfaat bagi Peneliti ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 5

2.1 Kajian Terdahulu ... 5

2.2 Landasan Teori ... 7

2.2.1 Mulsa Organik ... 7

2.2.2 Bambu Duri ... 8

2.2.3 Pembuatan Kompos Daun Bambu ... 9

2.2.4 Tanaman Sawi Hijau (Brassica juncea L.) ... 9

2.2.5 Pengertian Penyuluhan ... 13

2.2.6 Sasaran Dan Tujuan Penyuluhan ... 14

2.2.7 Materi Penyuluhan ... 14

2.2.8 Media dan Sinopsis Penyuluhan ... 15

2.2.9 Metode dan Tekhnik Penyuluhan ... 16

2.2.10 Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 17

2.2.11 Pengetahuan ... 17

2.2.12 Uji Validitas dan Realibilitas ... 18

2.3 Kerangka Pikir ... 19

BAB III METODE KAJIAN ... 20

3.1 Lokasi dan Waktu ... 20

3.2 Metode Kajian ... 20

3.2.1 Alat Dan Bahan... 20

3.2.2 Rancangan Kajian... 20

3.2.3 Pembuatan Kompos Daun Bambu ... 21

3.2.4 Pelaksanaan Kajian ... 22

3.2.5 Parameter Pengamatan ... 24

(10)

3.3.2 Penetapan Sasaran ... 25

3.3.3 Penetapan Materi ... 25

3.3.4 Penetapan Metode ... 26

3.3.5 Penetapan Media ... 26

3.3.6 Penetapan Evaluasi Penyuluhan... 27

3.4 Metode implementasi ... 27

3.4.1 Penetapan Metode Evaluasi ... 27

3.4.2 Penetapan Penyusunan Instrument ... 27

3.4.3 Pelaksanaan Penyuluhan ... 27

3.4.4 Pengumpulan Data ... 28

3.5 Definisi Operasional ... 28

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN KAJIAN ... 30

4.1 Hasil Analisis Laboratorium ... 30

4.2 Hasil Kajian Teknis ... 31

4.2.1 Tinggi Tanaman Sawi Hijau ... 31

4.2.2 Jumlah Daun Tanaman Sawi Hijau ... 32

4.2.3 Berat Segar Konsumsi Tanaman Sawi Hijau ... 33

BAB V PERANCANGAN DAN IMPLEMENTASI ... 35

5.1 Identifikasi Potensi Wilayah ... 35

5.1.1 Kondisi Geografis Topografi dan Iklim ... 36

5.1.2 Kondisi Demografi... 36

5.1.3 Data Penduduk Berdasarkan Pendidikan... 36

5.1.4 Luas Lahan Penggunaan ... 36

5.1.5 Komoditas Utama ... 37

5.2 Perancangan Penyuluhan ... 37

5.2.1 Sasaran Penyuluhan... 37

5.2.2 Tujuan Penyuluhan ... 39

5.2.3 Materi Penyuluhan ... 39

5.2.4 Metode Penyuluhan ... 39

5.2.5 Media Penyuluhan ... 40

5.3 Implementasi ... 40

5.3.1 Persiapan Penyuluhan ... 40

5.3.2 Pelaksanaan Penyuluhan ... 41

5.3.3 Pelaksanaan Evaluasi Penyuluhan ... 42

BAB VI PEMBAHASAN DISKUSI EVALUASI PENYULUHAN ... 43

6.1 Pembahasan Hasil Implementasi dan Evaluasi Penyuluhan Pertanian ... 43

6.1.1 Hasil Identifikasi Potensi Wilayah ... 43

6.1.2 Sasaran Penyuluhan... 44

6.1.3 Klasifikasi Pendidikan Responden ... 45

6.1.4 Evaluasi Pengetahuan Petani ... 46

6.1.5 Analisis Aspek Pengetahuan ... 47

6.2 Rencana Tindak lanjut ... 49

(11)

DAFTAR PUSTAKA ... 52 LAMPIRAN ... 55

(12)

Tabel Halaman

Tabel 2.1. Acuan Jenjang Pemilihan Alat Pembantu Penyuluhan ... 15

Tabel 2.2 Ragam Metode Penyuluhan ... 16

Tabel Tabel 4.1 Hasil Uji Laboratorium Kompos Daun Bambu ... 30

Tabel 4.2 Rata-rata hasil kajian tinggi tanaman ... 31

Tabel 4.3 Rata-rata hasil kajian jumlah daun ... 32

Tabel 4.4 Rata-rata hasil kajian berat segar konsumsi ... 34

Tabel 5.1 Jumlah penduduk menurut jenis kelamin ... 35

Tabel 5.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 36

Tabel 5.3 Luas Lahan Berdasarkan Penggunaan Lahan ... 36

Tabel 5.4 Komoditas Utama Menurut Sub Sektor ... 37

Tabel 5.5 Data Sasaran Penyuluhan ... 38

Tabel 6.1 Batas Wilayah Desa Ganting Wetan ... 39

Tabel 6.2 Luas Tanaman Hortikultura dan Reabilitasi Panen ... 44

Tabel 6.3 Klasifikasi Umur Responden ... 45

Table 6.4 Klasifikasi Pendidikan Responden ... 45

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ... 19

Gambar 3.1 Denah Kajian ... 21

Gambar 4.1 Grafik Hasil Kajian Tinggi Tanaman ... 32

Gambar 4.2 Grafik Hasil Kajian Jumlah Daun ... 33

Gambar 4.3 Grafik Hasil Kajian Berat Segar Konsumsi ... 34

Gambar 6.1 Gambar Hasil Evaluasi ... 48

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Hasil Uji Laboratorium Pupuk Organik ... 55

Lampiran 2. Tabulasi Data Kajian ... 56

Lampiran 3. Uji Anova dan Uji Duncan Tinggi Tanaman ... 57

Lampiran 4. Uji Anova dan Uji Duncan Jumlah Daun ... 59

Lampiran 5. Uji Anova dan Uji Duncan Berat Segar Konsumsi ... 61

Lampiran 6. Pertimbangan Pemilihan Metode, Media dan Materi Penyuluhan ... 62

Lampiran 7. Matriks Penetapan Metode... 63

Lampiran 8. Matriks Penetapan Media ... 64

Lampiran 9. Kisi-kisi Kuisioner ... 65

Lampiran 10. Kuisioner Penyuluhan ... 66

Lampiran 11. Lembar Persiapan Penyuluhan ... 68

Lampiran 12. Sinopsis ... 69

Lampiran 13. Media Penyuluhan Leaflet ... 72

Lampiran 14. Media Penyuluhan Link Video ... 73

Lampiran 15. Uji Validitas Pengetahuan Kuisioner ... 74

Lampiran 16. Uji Reabilitas Pengetahuan Kuisioner ... 75

Lampiran 17. Daftar Hadir ... 76

Lampiran 18. Berita Acara Penyuluhan ... 78

Lampiran 19. Tabulasi Data Pre-test Kuisioner ... 79

Lampiran 20. Tabulasi Data Post-test Kuisioner ... 80

Lampiran 21. Dokumentasi ... 81

(15)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Kompos merupakan pupuk organik yang diperoleh dari hasil pelapukan bahan-bahan tanaman atau limbah organik seperti jerami, sekam, dedaunan, rerumputan, limbah organik, pengolahan pabrik, dan sampah organik hasil perlakuan manusia (rumah tangga). Pengomposan dapat diartikan sebagai proses biokimiawi yang melibatkan jasad renik sebagai perantara (agensia) yang merombak bahan organik menjadi kompos (Teti, 2009).

Tanaman bambu banyak bagian yang dapat di manfaatkan salah satu yang sangat bermanfaat dibidang pertanian yaitu kompos daun bambu sebagai mulsa organic. Berdasarkan hasil survei lokasi yang dilakukan oleh penulis, daun bambu kering sangat berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai kompos yang dapat diaplikasikan sebagai mulsa organik terhadap tanaman terutama tanaman hortikultura. Unsur hara yang terkandung dalam daun bambu yaitu Phospor (P) dan Kalium (K),unsur hara makro primer yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah banyak karena kandungan dalam daun bambu cukup tinggi.

Unsur P (Phospor) dapat berguna untuk merangsang pertumbuhan akar pada tanaman, membantu pembentukan perotein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan, serta dapat membantu mempercepat pembungaan dan pemasakan biji memperkokoh batang tanaman. Sedangkan unsur K (Kalium) dapat berperan membantu tanaman dalam membentuk protein dan karbohidrat, memperkuat daun dan bunga, membantu tanaman hidup dalam cekaman.

(16)
(17)

Secara geografis Desa Ganting Wetan Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur memiliki Jenis usaha tani yang dilakukan oleh penduduk di Desa Ganting Wetan meliputi usahatani tanaman pangan dan hortikultura (sayuran). Desa Ganting Wetan memiliki populasi pohon bambu duri adalah ± 2500 Pohon. Pohon bambu berpotensi sangat tinggi, hal ini dapat mendukung pemanfaatan kompos daun bambu sebagai mulsa organik di dukung dengan suhu dan iklim yang cocok untuk berbagai tanaman salah satu komoditasnya adalah sawi dikarenakan potensi daun bambu adalah 10kg sehari /rumpun tanaman bambu atau ± / 50-100 pohon bambu.

Kelompok tani ganting sejahtera di Desa ganting wetan Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo, petani sawi minim pengetahuan bagaimana meningkatkan pertumbuhan tanaman sawi guna untuk meningkatkan produksi sawi sesuai permintaan konsumen. Kondisi tersebut mengakibatkan kurangnya pasokan tanaman sawi. Untuk menghindari keadaan tersebut, petani perlu mengetahui penggunaan mulsa organik daun bambu terhadap tanaman sawi .

Berdasarkan kajian literature mengenai pemanfaatan kompos daun bambu masih kurang, maka perlu dilakukan kajian bagaimana caranya mengatasi pemanfaatan kompos daun bambu melalui perlakuan penggunaan kompos daun bambu sebagai mulsa organik terhadap tanaman sawi. Tujuan yang ingin dicapai dari kajian ini adalah untuk mengetahui berapa banyak kompos daun bambu yang yang tepat untuk mulsa tanaman sawi.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan hasil identifikasi permasalahan didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:

(18)

1. Bagaimana pengaruh penggunaan kompos daun bambu sebagai mulsa organik terhadap pertumbuhan tanaman sawi?

2. Bagaimana menyusun rancangan penyuluhan pemanfaatan kompos daun bambu sebagai mulsa organik pada tanaman sawi di Desa Ganting Sejahtera Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo?

3. Bagaimana Peningkatan pengetahuan anggota kelompok tani Ganting Sejahtera tentang pemanfaatan kompos daun bambu kering sebagai mulsa organik pada tanaman sawi ?

1.1 Tujuan

1. Menganalisis pengaruh penggunaan mulsa daun bambu terhadap pertumbuhan tanaman sawi.

2. Menyusun rancangan penyuluhan pemanfaatan daun bambu kering sebagai mulsa organik pada tanaman sawi di Desa Ganting Sejahtera Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo.

3. Mengevaluasi peningkatan pengetahuan anggota kelompok tani Ganting Sejahtera tentang pemanfaatan kompos daun bambu kering sebagai mulsa organik pada terhadap pertumbuhan tanaman sawi .

1.3 Manfaat

1.3.1 Manfaat bagi institusi

1. Hasil kajian diharapkan dapat menjadi bahan pembelajaran atau referensi bagi peneliti lainnya yang akan mengkaji pada bidang yang sama.

2. Menjadi referensi bagi mahasiswa lain yang ingin mengetahui pengaruh pemanfaatan kompos daun bambu sebagai mulsa organik terhadap tanaman sawi.

3. Bentuk implementasi studi vokasi selama mengikuti proses pembelajaran di Polbangtan Malang.

(19)

1.3.2 Manfaat Petani

1. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan petani tentang pemanfaatan kompos daun bambu sebagai mulsa organik.

2. Hasil kajian ini diharapkan mampu menjadi temuan dalam budidaya tanaman sawi.

1.3.3 Manfaat bagi Peneliti

1. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan serta memperluas wawasan tentang pemanfaatan kompos daun bambu sebagai mulsa organik terhadap tanaman sawi.

(20)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kajian Terdahulu

Kajian Azizah, Haryono, dan Tujiyanta (2016) untuk mengetahui respon macam pupuk organik dan macam mulsa terhadap hasil tanaman sawi caisim (Brassica juncea,L) Kajian ini menggunakan kajian faktorial (2x3) yang disusun menggunakan (RAKL) terdiri dari dua faktor dan tiga ulangan yaitu: tanpa pupuk, pupuk kandang sapi dan pupuk kandang kambing. Faktor 2 macam mulsa, yaitu:

mulsa hitam perak, mulsa jerami dan mulsa daun bambu. Parameter pengamatan tinggi tanaman, jumlah daun, berat daun konsumsi per tanaman, berat daun konsumsi per petak, luas daun. Hasil kajian menunjukkan bahwa jenis pupuk organik dan jenis mulsa daun bambu yang berpengaruh.

Kajian Nugroho, Yulianty, Nurcahyani, dan Wahyuningsih (2019) untuk mengetahui Uji Efektivitas Mulsa Daun Bambu Tali (Gigantochloa apus (Schult.&Schult.f.)Kurz) Terhadap Pertumbuhan Tanaman Tomat (Lycopersicum esculentum Mill.). Kajian ini menggunakan (RAL) dengan 6 perlakuan dan 4 kali ulangan. Hasil kajian menunjukkan bahwa ketebalan mulsa yang mampu menekan pertumbuhan gulma paling efektif pada kajian ini adalah pemberian mulsa daun bambu kering pada ketebalan 9 cm (41 individu).

Kajian Luthfiana, Haryono, dan Historiawati (2019) Bertujuan untuk menentukan jarak tanaman dan mulsa organik yang sesuai pada hasil kembang kol. Jenis kajian (3x2) eksperimen faktorial yang diatur secara acak selesai, desain blok diulang empat kali. Faktor 1 jarak tanaman: 50cmx40cm(J1), 50cmx50cm(J2) dan 50cmx60cm(J3). Faktor 2 adalah organik. mulsa: mulsa jerami(M1) dan mulsa sampah daun bambu(M2). Hasil kajian menunjukkan bahwa peningkatan Populasi tanaman kembang kol meningkatkan tinggi tanaman

(21)

Kajian Rhizaldy (2021) bertujuan untuk mengetahui aplikasi mulsa dan konsentrasi pupuk daun terhadap produksi dan mutu benih tanaman sawi (brassica chinensis l). Kajian ini dilakukan dari Oktober hingga Januari 2021.

Desain eksperimental adalah desain blok acak faktorial dengan 2 faktor. Setiap faktor terdiri dari 3 level yang diulang 3 kali. Faktor 1: penggunaan no mulsa(M0), penggunaan mulsa plastik putih perak(M1), penggunaan mulsa jerami(M2).

Faktor 2: konsentrasi pupuk Growmore 20-20-20 dengan berbagai konsentrasi 2gr/L(P1), 2,5gr/L(P2), 3gr/L(P3). Analisis data menggunakan f Formula uji (ANOVA) dan tes lebih lanjut menggunakan (DMRT) dengan tingkat kesalahan 5%. Hasil kajian menunjukkan bahwa interaksi aplikasi mulsa dan pupuk growmore memiliki efek yang signifikan pada berat biji setiap plot.

Kajian Oktavius, dan Sukarman (2021) bertujuan untuk mengetahui manfaat daun bambu (Bambusa sp) dan daun kakau (Theobroma cacao L.) Sebagai mulsa Alami untuk mendukung pertumbuhan dan produktivitas Sawi Hijau (Brassica juncea L.). Kajian ini dilakukan dengan menggunakan metode rancangan acak kelompok. Dengan 7 taraf perlakuan dan 5 kali ulangan, sehingga diperoleh 35 unit Kajian. Perlakuan yang diberikan adalah pemberian mulsa dengan taraf B0:K0, B0:K100, B25:K75, B50:K50, B75:K25, B100:K0 dan MPHP (B=Daun Bambu;K=Daun Kakao; MPHP=Mulsa Plastik Hitam Perak).

Hasil terbaik dari kajian ini diperoleh dari perlakuan dengan jenis dan taraf mulsa B100:K0.

(22)

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Mulsa Organik

Mulsa adalah bahan atau material yang digunakan untuk menutupi permukaan tanah atau lahan pertanian dengan tujuan tertentu yang prinsipnya adalah untuk meningkatkan produksi tanaman. Secara teknis, penggunaan mulsa dapat memberikan keuntungan antara lain, menghemat penggunaan air dengan laju evaporasi dari permukaan tanah, memperkecil fluktuasi suhu tanah sehingga menguntungkan pertumbuhan tanaman sawi hijau dan mikroorganisme tanah, memperkecil laju erosi tanah baik akibat tumbukan butir- butir hujan dan menghambat laju pertumbuhan gulma (Lakitan, 1995).

Secara umum pengetahuan mulsa organik dapat ditentukan oleh jenis mulsa, jenis tanaman dan tipe iklim. Perbedaan penggunaan bahan mulsa akan memberikan pengaruh yang berbeda pada pertumbuhan dan hasil sawi.

Keuntungan dari mulsa organik lebih mudah didapatkan, dan dapat terurai sehingga menambah kandungan bahan organik dalam tanah (Umboh, 2002).

Menurut Purwowidodo (1983) Ada dua sumber mulsa organik yang utama dan dapat diandalkan yakni bahan organik sisa-sisa hasil kegiatan di bidang pertanian dan tanaman pupuk hijau. Bahan-bahan buangan yang dikenal sebagai kompos pertanian ini dapat berasal dari sisa-sisa panen, seperti jerami padi, batang jagung, batang kedelai, batang kacang tanah, daun-daun pisang, daun tebu, daun daun kering maupun hasil samping kegiatan pertanian lain seperti serbuk gergaji, serpihan kayu, kertas, kulit buah padi (gabah). Mulsa dari tanaman pupuk hijau terutama berasal dari tanaman leguminosa baik yang berupa pohon, semak atau yang merayap di permukaan tanah sebagai penutup tanah.

Tanaman pupuk hijau ini biasanya juga ditanam di lahan baik sebagai tanaman penutup tanah, pohon pelindung atau sebagai pemagar lahan.

(23)

2.2.2 Bambu Duri

Bambu duri (Bambusa blumeana J.A. & J.H. Schult.) merupakan salah satu tanaman asli Indonesia. Bagian dari tanaman bambu yang sering dimanfaatkan yaitu, rebung (tunas) untuk bahan pangan, batang untuk bahan bangunan dan kerajinan, serta daunnya untuk pengemas. Bambu duri merupakan salah satu tanaman yang memiliki daun berukuran kecil (panjang 9,5-15 cm dan lebar 2,5- 4,5 cm), sehingga tidak dapat digunakan untuk pengemas dan sampai saat ini belum dimanfaatkan. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk memanfaatkan daun bambu duri yaitu dengan menjadikan daun bambu sebagai mulsa organik terdahap tanaman sebagai penambah nutrisi dan pengendalian hama organik.

Unsur hara yang terkandung dalam daun bambu yaitu Phospor (P) dan Kalium (K),unsur hara makro primer yang dibutuhkan oleh tanaman dalam jumlah banyak karena kandungan dalam daun bambu cukup tinggi sehingga sangat tepat jika dijadikan mulsa organik. Menurut Prihatiningsih (2018) Daun bambu memiliki kandungan zat aktif antara lain flavonoid, polisakarida, klorofil, asam amino vitamin, mikro elemen, phorfor dan kalium.

Novriani (2010) Unsur P dapat berguna untuk merangsan pertumbuhan akar pada tanaman, membantu pembentukan perotein tertentu, membantu asimilasi dan pernapasan, serta dapat membantu mempercepat pembungaan dan pemasakan biji memperkokoh batang tanaman. Sedangkan unsur K menurut Pinus dan Marsono, 2013 dapat berperan membantu tanaman dalam membentuk protein dan karbohidrat, memperkuat daun dan bunga, membantu tanaman hidup dalam cekaman.Mulsa kompos daun bambu tali mengandung unsur hara makro P dan Kcukup tinggi sehingga berpotensi sebagai bahan baku pupuk kompos yang baik untuk pertumbuhan tanaman budidaya seperti tanaman sawi.

(24)

2.2.3 Pembuatan Kompos Daun Bambu

Menurut Rukmana (2007) dalam Rusdi, Warda, Yusron, Wahyuni (2019) Proses pengomposan dan tingkat kematangan kompost perlu diperhatikan untuk memperoleh kualitas kompos yang baik. Kompos yang matang dapat menurunkan resiko keracunan pada tanaman dan meningkatkan kandungan unsur hara, Kompos daun bambu, dibuat dengan cara :

1. Bahan baku daun bambu sebanyak 10kg .

2. Selanjutnya digiling daun bambu menggunakan mesin untuk menghaluskan.

3. Kemudian dicampur dengan sekam padi sebanyak 2 ember dan MOL (Mikroorganisme Lokal)

4. Siapkan cetakan di lantai, lalu taruh daun bambu 3 ember dan diatasnya ditaruh 2 ember sekam padi, lalu dipadatkan dan disiram cairan MOL secukupnya,

5. Taruh lagi 3 ember daun bambu dan di atasnya ditambah dengan 2 ember sekam padi,

6. Setelah itu selanjutnya didiamkan selama 7 hari,

7. Pada hari ke 7 cetakan dibuka dan kompos dijemur hingga kering, Setelah kompos kering selanjutnya digiling di mesin penghalus.

2.2.4 Tanaman Sawi Hijau (Brassica Juncea L.) A. Pengertian dan klasifikasi tanaman sawi Hijau.

Sawi Hijau termasuk tanaman sayuran daun berumur pendek di Indonesia, Hijau merupakan tanaman yang populer terutama di kalangan masyarakat keturunan China. Tanaman Hijau sudah banyak dibudidayakan dan diusahakan oleh petani.

(25)

Adapun klasifikasi tanaman Hijau adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Kelas : Dicotyledonae Ordo : Rhoeadales Famili : Brassicaceae Genus : Brassica

Spesies : Brassica Juncea L.

Hijau memiliki penampilan yang mirip dengan sawi, akan tetapi lebih pendek dan kompak. Daun tanaman Hijau bertangkai, tangkai daun berwarna putih atau hijau muda, gemuk dan berdaging, berbentuk agak oval, serta daunnya pun lebih tebal dari sawi hijau. Bunga Hijau berwarna kuning pucat. Tinggi tanaman mencapai 15-30 cm (Setiawati dkk., 2007).

B. Syarat Tumbuh Hijau

Tanaman Hijau dibudidayakan di daerah dengan ketinggian 500-1200 m dpl (diatas permukaan laut), dapat tumbuh baik di tempat yang bersuhu panas maupun bersuhu dingin sehingga dapat diusahakan dari dataran rendah maupun dataran tinggi, serta tahan terhadap air hujan sehingga dapat ditanam sepanjang tahun, sedangkan pada musim kemarau yang perlu diperhatikan adalah penyiraman secara teratur. Tanah yang cocok untuk tanaman Hijau adalah tanah yang gembur, banyak mengandung humus, subur, serta memiliki drainase yang baik (Edi dan Bobihoe, 2010).

Tanaman ini cocok ditanam pada sinar matahari yang cukup serta dapat ditanam sepanjang tahun (sepanjang musim), curah hujan yang cukup sepanjang tahun dapat mendukung kelangsungan hidup tanaman karena

(26)

ketersediaan air tanah mencukupi, curah hujan yang sesuai untuk kegiatan budidaya tanaman Hijau yaitu sekitar 1000-1500 mm/tahun. Tanaman Hijau membutuhkan suhu udara yaitu sekitar 20-25oC, memiliki aerasi yang sempurna (tidak tergenang air), serta pH tanah sekitar 5,5-6 (Setiawati dkk., 2007).

Pertumbuhan tanaman Hijau umumnya dipengaruhi oleh kandungan unsur hara di dalam tanah yaitu berupa unsur makro dan hara mikro. Unsur hara yang paling dibutuhkan oleh tanaman Hijau yaitu unsur hara Unsur fosfor (P) dan kalium (K) juga berperan penting dalam proses pertumbuhan sayuran. Yasari dkk., 2009 dalam Aisyah, Darmawati, dan Sumarsono (2017) Unsur hara P adalah unsur hara yang sangat membantu pada pertumbuhan tanaman yaitu akar sehingga pertumbuhan tanaman sawi Hijau sangat baik.

C. Budidaya tanaman sawi Hijau 1. Persiapan Lahan Tanam Hijau

a. Menyiapkan media tanam yang akan digunakan untuk budidaya Hijau.

b. Membuat bedengan dengan lebar bedengan berkisar 2 meter dengan panjang disesuaikan dengan panjang lahan atau menggunakan polybag.

c. Memadatkan media tanam dan mengisi polibag dengan menyirami menggunakan air.

2. Proses Penyemaian Hijau

a. Menyiapkan biji Sawi Hijau yang akan disemai.

b. Merendam bibit dalam larutan kurang lebih selama 2 jam lalau bibit yang sudah direndam kemudian melakukan pengeringan.

c. Menggunakan tanah yang gembur dan subur, yang telah diberi campuran pupuk kandang (1:1).

d. Melubangi media tanam di wadah penyemaian dengan ujung jari dengan kedalamannya sekitar satu ruas jari, lalu masukkan biji per lubang.

(27)

e. Menyiram menggunakan sprayer (semprotan air) dengan lembut setiap pagi dan sore.

f. Menyimpan di tempat yang tidak terkena paparan sinar matahari langsung dan menjauhkan dari gangguan hewan, seperti ayam atau burung.

g. Menunggu sekitar 2 minggu hingga sawi Hijau tumbuh dan berdaun dua.

3. Proses Penanaman Sawi Hijau

Setelah bibit berusia 2 minggu , langkah selanjutnya memindahkan bibit ke media tanam sebenarnya.

a. Polybag yang digunakan adalah polybag dengan ukuran lebih besar dari polybag persemaian.

b. Bibit yang dipindahkan dari polybag ke lubang tanam dilakukan secara hati- hati dan menutup lubang tanam dengan tanah hingga rapi.

D. Perawatan Tanaman Sawi Hijau a. Penyiraman

Tanaman Hijau tergolong tanaman yang sangat bergantung dengan air.

Oleh sebab itu usahakan secara rutin untuk proses penyiraman ini. Sedangkan jika di musim kemarau lakukan penyiraman dua kali lebih banyak daripada saat musim hujan.

b. Penyiangan

Penyiangan tanaman dapat di lakukan 2 sampai 4 kali selama masa tanam Hijau. Penyiangan dilakukan ketika ada tanaman sawi yang mati akibat kerusakan pertumbuhan ataupun karena factor lingkungan.

c. Pemupukan

Untuk tanaman Hijau lakukanlah pemupukan dengan memakai pupuk NPK dengan dosis 300 kg/Ha. Selain pupuk NPK, Anda dapat menggunakan jenis pupuk lain yakni pupuk Urea dengan dosis 50 kg/Ha. Pemberian pupuk untuk Hijau dapat di lakukan dengan cara di tabur atau dengan cara otomatis melalui

(28)

larutan air yang di siramkan ke tanaman ataupun diaplikasikan melalui cara penaburan disekitar tanaman.

5.Penanganan Hama Penyakit Tanaman Hijau

a. Hama yang biasanya terdapat di tanaman Hijau seperti siput, ulat, tritip, dan cacing bulu. Sementara untuk jenis penyakit yang dapat menyerang tanaman ini adalah bakteri dan jamur.

b. Proses pemberantasan hama atau gulma dan penyakit dapat di lakukan dengan cara penyemprotan pestisida ke tanaman dan tetap menjaga kebersihan lahan tanaman secara berkala.

E. Pemanenan Hijau

a. Masa panen panen yakni 40-60 hari dari biji atau 28-30 hari setelah tanam dari bibit.

b. Pemanenan dapat dilakukan dengan mencabutnya langsung dari tanah atau dengan memotong batang Hijaunya.

Ciri – Ciri Hijau Siap Panen :

Daun sawi yang dewasa akan berbentuk : oval melebar, tangkai daunnya berwarna hijau cerah, bentuknya relative pendek, jauh berbeda dengan sawi yang berukuran panjang.

2.2.5 Pengertian Penyuluhan

UU No.16/2006 mengartikan penyuluhan sebagai “Proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup”.

(29)

Pengertian lain terkait kegiatan penyuluhan menurut Mardikanto (2014), yaitu: penyuluhan itu adalah suatu kegiatan penyebarluasan (informasi), penerangan (penjelasan), pendidikan non-formal (luar sekolah), perubahan perilaku, rekayasa sosial, pemasaran inovasi (teknis dan sosial), perubahan sosial (perilaku individu, nilai-nilai, hubungan antar individu, kelembagaan), pemberdayaan masyarakat, dan penguatan komunitas.

2.2.6 Sasaran Dan Tujuan Penyuluhan

Sasaran penyuluhan pertanian berarti siapa yang akan disuluhkan. Apabila penyuluhan dilakukan dengan menentukan sasaran yang tepat, maka ada tujuan yang harus dicapai oleh kegiatan penyuluhan pertanian. Tujuan kegiatan penyuluhan menurut Mardikanto (2014) adalah terwujudnya perbaikan teknis bertani (better farming), perbaikan usaha tani (better bussines), dan perbaikan kehidupan petani dan masyarakatnya (better living).

2.2.7 Materi Penyuluhan

Definisi Materi penyuluhan menurut UU No.16/2006 Pasal 27 adalah segala pesan yang ingin dikomunikasikan oleh seorang penyuluh kepada masyarakat penerima manfaatnya. Dengan kata lain materi penyuluhan pertanian adalah pesan yang ingin disampaikan dalam proses komunikasi pembangunan bahwa suatu materi penyuluhan:

1. Materi penyuluhan dibuat berdasarkan kebutuhan dan kepentingan pelaku utama dan pelaku usaha dengan memperhatikan kemanfaatan dan kelestarian sumber daya pertanian,perikanan dan kehutanan.

2. Materi penyuluhan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi unsur pengembangan sumber daya manusia dan peningkatan modal sosial serta unsur ilmu pengetahuan, teknologi, informasi, ekonomi, manajemen, hukum, dan pelestarian lingkungan.

(30)

2.2.8 Media dan Sinopsis Penyuluhan

Sinopsis terbagi menjadi dua, yaitu sinopsis yang ditulis untuk meringkas karya yang sudah ada atau sudah ditulis secara lengkap dan sinopsis yang ditulis untuk persiapan menulis dalam bentuk fiksi maupun non-fiksi. Setelah menulis sinopsis, hal penting lainnya yang perlu dibuat sebelum melakukan penyuluhan pertanian adalah membuat Lembar Persiapan Menyuluh dan membuat media penyuluhan. Lembar Persiapan Menyuluh (LPM) adalah lembaran yang berisi judul penyuluhan, tujuan penyuluhan, metode, sasaran, dan media, hingga uraian kegiatan penyuluhan yang dialokasikan waktunya.

Media penyuluhan merupakan alat bantu penyuluhan yang berperan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas dalam mencapai tujuan penyuluhan pertanian. Umumnya, media penyuluhan dibedakan atas benda sesungguhnya atau tiruan, tercetak, audio atau audio visual yang harus disiapkan dengan baik oleh penyuluh. Secara garis besar, pemilihan media atau alat pembantu penyuluhan dapat mengacu pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Acuan Jenjang Pemilihan Alat Pembantu Penyuluhan

Alat peraga Ranah Perilaku yang Dipengaruhi

Pengetahuan Sikap Keterampilan

Benda Contoh/sample,

spesimen, model

Contoh/sampel, model

Contoh/sampel, model

Barang cetakan Poster, selebaran

placard, Brosur, flipchart, flanel grapf

folder, leaflet,

Brosur, Folder, leaflet, flanel grapf

Gambar yang di Video, TV, VCD, Transparansi, slide, Video, TV, VCD, proyeksikan DVD, slide,

strip, film

film film strip DVD, slide, film strip, film

Pendekatan Tidak langsung Langsung Langsung

Sumber: Modul Praktik Kerja Lapangan II Tahun 2020

(31)

2.2.9 Metode dan Tekhnik Penyuluhan

Setiap pelaksanaan penyuluhan harus memahami dan mampu memilih metode penyuluhan yang paling baik sebagai suatu cara yang terpilih untuk tercapainya tujuan penyuluhan yang dilaksanakannya. Mardikanto (2014).

mengemukakan beberapa prinsip metode penyuluhan, yaitu:

1. Pengembangan berpikir kreatif.

2. Tempat terbaik adalah berlangsungnya kegiatan penerima manfaat.

3. Setiap individu terikat dengan lingkungan sosialnya.

4. Ciptakan hubungan yang akrab dengan penerima manfaat 5. Memberikan sesuatu untuk terjadinya perubahan.

Ada banyak metode penyuluhan yang dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan. Namun, metode yang digunakan haruslah tepat. Ragam metode penyuluhan yang disebutkan Mardikanto (2014) dapat dilihat pada Tabel 2.2 .

Tabel 2.2 Ragam Metode Penyuluhan

Ragam Metode Penyuluhan

Media yang Digunakan Hubungan Penyuluh-Klien

Pendekatan Psikososial

Kontak-tani Lisan, media cetak Langsung Perorangan

Surat-menyurat Media cetak Tak langsung Perorangan

Anjangkarya/

anjangsana/

karywisata

Lisan, media cetak Langsung Perorangan,

kelompok Demonstrasi (cara,

hasil)

Lisan, media cetak, media terproyeksi

Langsung Kelompok

Pertemuan:

ceramah, kuliah, diskusi

Langsung Kelompok

Lisan, media cetak, media terproyeksi Kelompen capir Lisan, media cetak, media

terproyeksi

Langsung, tak langsung

Kelompok Pertemuan umum Lisan, media cetak, media

terproyeksi

Langsung Massal

Pameran Lisan, media cetak, media terproyeksi

Langsung Massal

Pertunjukan/sandiw ara/ Role Playing

Lisan Langsung, tak

langsung

Massal

Radio, kaset, CD Lisan Tak langsung Massal

TV, Film, VCD, DVD, Film strip

Lisan, media terproyeksi Tak langsung Massal

Sumber: Mardikanto, 2014

(32)

2.2.10 Evaluasi Penyuluhan Pertanian

Evaluasi penyuluhan pertanian adalah suatu alat manajemen yang berorientasi pada tindakan dan proses. Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis sehingga relevansi dan efek serta konsekuensinya ditentukan secara sistematis dan seobyektif mungkin. Evaluasi penyuluhan pertanian digunakan untuk memperbaiki kegiatan sekarang dan yang akan datang seperti dalam perencanaan program, pengambilan keputusan, dan pelaksanaan program untuk mencapai kebijakan penyuluhan yang lebih efektif (Ban, dkk. 1999).

2.2.11 Pengetahuan a. Definisi Pengetahuan

Menurut Sumantri (2001), berpendapat bahwa pengetahuan pada dasarnya merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mengetahui tentang objek tertentu, termasuk didalamnya adalah ilmu, jadi ilmu merupakan bagian dari pengetahuan lainnya seperti seni dan agama. Pengetahuan merupakan khasanah kekayaan mental yang secara langsung maupun tidak langsung turut memperkaya kehidupan. Faktor – faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka responden lebih mudah dalam menerima hal-hal baru sehingga akan lebih mudah pula untuk menerima dan menyelesaikan hal-hal baru tersebut. Akses informasi, dengan adanya informasi terbaru seseorang akan mudah menerima dan menyelsaikannya. Budaya, sangat mempengaruhi pengetahuan seseorang.

Lewat informasi budaya. Pengalaman, Pendididkan individu yang tinggi serta umur yang semakin bertambah akan menunjukkan pengalaman yang semakin banyak.

(33)

2.2.12 Uji Validitas dan Realibilitas

Uji validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalitan atau kesahihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan atau mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Untuk menguji tingkat kevaliditas empiris instrumen, peneliti mencobakan instrumen. Apabilah yang terdapat dari uji coba ini sudah selesai dengan yang seharusnya, maka berarti bahwa instrumennya sudah baik,sudah valid. Untuk mengetahui ketepatan data ini diperlukan teknik uji validitas (Arikunto, 2013)

Uji reabilitas menunjuk pada sebuah pengertian bahwa instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpulan data. Instrumen yang sudah dapat dipercaya atau reabilitas akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila datanya memang benar sesuai dengan kenyataan, maka beberapa kalipun digunakan akan tetap sama. Reabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reabilitas artinya dapat dipercayah/ diandalkan. Secara garis besar ada dua cara untuk menguji reliabilitas realibilitas ekternal dan realibilitas internal. Seperti halnya pada pembicaraan validitas, dua nama ini sebenarnya menunjukan pada cara- cara menguji tingkat reliabilitas instrumen.

Jika ukuran atau kriteriumnya berada di luar instrumen maka dari hasil pengujian ini diperoleh reliabilitas eksternal. Sebaliknya jika perhitungan dilakukan berdasarkan data dari instrumen tersebut saja,akan menghasilkan reliabilitas internal (Arikunto, 2013).

(34)

2.3 Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Identifikasi Potensi dan Masalah di Wilayah Desa Ganting Wetan Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo.

Keadaan yang diharapankan 1. Meningkatkan pengetahuan

masyarakat tentang pemanfaatan daun bambu sebagai organik tanaman sawi.

2. Masyarakat

mulsa mampu memanfaatkan daun bambu sebagai mulsa organik terhadap tanaman sawi

Tujuan

1. Mengetahui pengaruh penggunaan mulsa kompos daun bambu terhadap pertumbuhan tanaman sawi.

2. Dapat menyusun rancangan penyuluhan pemanfaatan daun

bambu kering sebagai mulsa organik pada tanaman sawi di

D e s a Ganting Kecamatan

Probolinggo.

3. Mengetahui pengetahuan pemanfaatan

Maron

Sejahtera Kabupaten peningkatan masyarakat tentang daun bambu kering sebagai mulsa organik pada tanaman

Perlakuan

P1: 0 gram/ kg media tanam (MT) (ujicontrol) P2: 30 gram/ kg MT P3: 60 gram/ Kg MT P4: 90 gram/ Kg MT P5: 120 gram/ Kg MT

Analisis data Analisis data kajian menggunakan sidik ragam (ANOVA) dengan taraf nyata 5% untuk menguji hipotesis dan uji lanjut dengan DMRT dengan taraf 5%

Analisis data menggunakan skala Gutman untuk mengetahui peningkatan hasil evaluasi rancangan penyuluhan

RENCANA TINDAK LANJUT / RTL

Metode

Sesuai karakteristik

sasaran Media

Sesuai karakteristik

sasaran Materi

Hasil kajian terbaik dari kajian

pemanfaatan daun bambu sebagai mulsa

organaik.

Desain Rancangan Penyuluhan Rumusan Masalah

1. Bagaimana pengaruh penggunaan mulsa kompos daun bambu terhadap pertumbuhan tanaman sawi?

2. Bagaimana menyusun rancangan penyuluhan pemanfaatan kompos daun bambu kering sebagai mulsa organik pada tanaman sawi di Desa Ganting Sejahtera Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo?

3. Bagaimana peningkatan pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan daun bambu kering sebagai mulsa organik pada tanaman sawi ?

Keadaan Saat Ini

1. Ketersediaan daun bambu melimpah akan tetapi petani belum mengetahui alternative daun bambu sebagai mulsa organik tanaman sawi .

2. Masyarakat belum mampu memanfaatkan daun bambu sebagai mulsa organik pada tanaman sawi.

Kajian

Metode Eksperimen

RAL (Rancangan Acak Lengkap.

Dengan P5 dan U5.

Lokasi dan Waktu Desa

Ganting Wetan bulan Januari -April 2022

Sasaran Penyuluhan

Anggota KWT Ganting Sejahtera Pupulasi dan

sampel Responden sebanyak 15 orang Anggota

EVALUASI

(35)

BAB III METODE KAJIAN 3.1 Lokasi dan Waktu

Lokasi kajian pemanfaatan daun bambu sebagai mulsa organik tanaman sawi Hijau dilaksanakan di Desa Ganting Wetan Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo pada bulan Februari - April 2022. Lokasi penyuluhan dilaksanakan di kelompok tani Ganting Sejahtera yang berada di Desa Ganting Kecamatan Maron Kabupaten Probolinggo dengan waktu pelaksanaan penyuluhan pada bulan Mei 2022.

3.2 Metode Kajian 3.2.1 Alat Dan Bahan

Alat yang digunakan untuk kajian pemanfaatan kompos daun bambu sebagai mulsa organik terhadap tanaman sawi Hijau antara lain: tray semai yang akan digunakan untuk menyemai benih sawi Hijau, Ayakan untuk memisahkan butiran-butiran kasar dari tanah, sprayer untuk penyiraman pada sawi Hijau yang sudah tersemai, timbangan digital, gelas ukur untuk mengukur EM4 dan penggaris yang digunakan untuk melakukan pengamatan, kamera sebagai alat dokumentasi dan bahan-bahan pendukung seperti benih sawi Hijau, kompos daun bambu, tanah, pupuk kandang, air dan polibag ukuran (30cm x 30cm).

3.2.2 Rancangan Kajian

Metode kajian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) ,dengan 5 perlakuan penggunaan mulsa kompos daun bambu yaitu :

P1 = 0 gram/ kg media tanam (kontrol) P2 = 30 gram/ kg media tanam

P3 = 60 gram/ kg media tanam P4 = 90 gram/ kg media tanam P5 = 120 gram/ kg media tanam

(36)

Pengacakan perlakuan secara acak keseluruhan serta menentukan jumlah ulangan dengan menggunakan rumus Sastrosupadi (2010) : (t-1)(r-1) ≥ 15 Keterangan = banyak perlakuan, r = banyak ulangan

(r-1)(t-1) ≥ 15 (r-1)(5-1) ≥ 15 4 (r-1) ≥ 15 4r- 4 ≥ 15 4r ≥ 19

r ≥ 19 / 4 = 4,75 maka di bulatkan menjadi 5.

Berdasarkan rumus tersebut, didapatkan 5 perlakuan 5 ulangan sehingga didapatkan 25 satuan kajian. Denah kajian terdapat pada gambar :

P2U1 P4U2 P4U4 P4U1 P5U1

P5U2 P2U2 P3U5 P2U4 P2U3

P4U5 P3U3 P4U3 P3U2 P5U3

P3U1 P1U5 P2U5 P1U4 P1U1

P1U3 P5U4 P3U4 P1U2 P5U5

Gambar 3.1. Denah Kajian 3.2.3 Pembuatan Kompos Daun Bambu

Pelaksanaan kajian pembuatan kompos daun bambu sebagai berikut :

1. Daun bambu kering sebanyak 10kg disiapkan dengan bahan lainnya yaitu 25 ml EM4 pertanian sebagai dekomposer, 100 gram gula putih atau molase, 5 liter air, sprayer dan karung sebagai tempat penyimpanan.

2. Daun bambu disortir dengan membuang benda asing (non organik) seperti sampah plastik jika terdapat didalamnya, membuang ranting pohon bambu.

(37)

3. Gula putih dilarutkan ke dalam 5 liter air, dan ditambahkan 24 ml EM4 ke dalam air. Diaduk hingga benar-benar larut dan tercampur merata.

4. Larutan didiamkan selama 5 menit agar mikroba dari EM4 yang dorman dapat bereaksi, kemudian dimasukkan ke dalam sprayer.

5. Daun bambu kering dihamparkan dan larutan dekomposter disemprotkan secara merata dan bolak balik agar basah merata hingga tingkat kebasahan mencapai 30-40%.

6. Daun bambu yang telah disemprot dekomposer dimasukkan ke dalam karung.

7. Karung diikat rapat di tempat teduh yang terbebas dari sinar matahari dan guyuran air hujan dengan sirkulasi udara yang lancar atau suhu ruangan stabil.

8. Kelembaban diperiksa setiap 3 hari sekali dengan cara membuka tali pengikatnya dengan membolak-balik karung untuk sirkulasi udara dan mengurangi suhu udara yang berlebih dalam karung.

9. Pengomposan yang telah dilakukan selama 3 minggu, kompos daun bambu siap untuk digunakan dengan ciri-ciri bentuknya sudah berubah dari kondisi semula, lebih halus dan lebih lembut.

10. Kompos sebelum digunakan sebaiknya diangin-anginkan atau dijemur hingga benar-benar kering dibawah sinar matahari langsung untuk mengurangi suhu dan kadar airnya serta mengusir serangga atau hewan lainnya yang kemungkinan ada di dalamnya.

3.2.4 Pelaksananan Kajian 1. Persiapan Alat Dan Bahan

Alat : tray semai, ayakan, sprayer, alat tulis, timbangan digital dan penggaris.

Bahan : Kompos daun bambu, tanah, pupuk kandang, benih sawi Hijau dan Polibag ukuran (30 x 30cm).

(38)

2. Persipan Media Semai

Media semai yang digunakan ketika persemaian benih adalah tanah, kemudian tanah di ayak agar tanah terpisah dari kotoran, lalu masukkan ke dalam tray semai yang telah tersedia. Memasukkan benih pada setiap lubang tray semai sebanyak 1 benih dan lakukan perawatan semai dengan penyiraman secara penyemprotan menggunakan sprayer. Penyemaian benih sawi hijau dilakukan selama 14 hari.

3. Persiapan Media Pindah Tanam

Tanaman sawi yang telah di semai selama kurang lebih 14 hari telah siap pindah tanam ke tempat yang lebih luas untuk budidaya tanaman sawi Hijau dengan pemindahan ke polybag ukuran (30cm x 30cm) yang berisi tanah dan pupuk kandang dengan perbandingan 1:1 (1/2 Kg Tanah : 1/2 Kg Pupuk Kandang).

4. Penanaman

Penanaman sawi hijau dilakukan setelah mempersiapkan bibit yang telah disemai dan berumur 14 hari, media tanam yang telah siap di polibag, dan kompos daun bambu yang siap digunakan. Penanaman tanaman sawi yaitu dengan melubangi media tanam 1 lubang per polibag dengan kedalaman ± 3-4 cm bisa menggunakan jari telunjuk atau kayu, kemudian memasukkan bibit pada lubang media tanam yaitu 1 bibit dan menutup dengan tanah. Pengaplikasian kompos daun bambu dapat dilakukan setelah melakukan pindah tanam yaitu dengan cara menimbang terlebih dahulu kompos daun bambu sesuai dengan perlakuan kemudian meletakkan kompos daun bambu pada tanaman sawi hijau.

5. Perawatan

Hal yang perlu diperhatikan yaitu penyiraman dan hama penyakit pada tanaman sawi hijau. Penyiraman dilakukan 1X sehari pada pagi hari dan organisme pengganggu tumbuhan sawi hijau yang utama adalah ulat daun (Plutella xylostella) dalam pengendalian hama ulat daun ini dapat dilakukan secara

(39)

6. Panen

Panen tanaman sawi Hijau dapat dilakukan pada saat tanaman berumur 28- 30 hari dengan cara mencabut hingga akar menggunakan tangan secara manual lalu dilakukan pembersihan tanah yang menempel pada akar menggunakan air. Tetapi pada kajian tugas akhir ini dilakukan panen jika tanaman sawi hijau siap panen meskipun tidak menepati umur tersebut.

3.2.5 Parameter yang diamati 1. Tinggi Tanaman (cm)

Pengukuran tinggi tanaman sawi Hijau dimulai pada saat tanaman berumur 4, 8, 12, 16 dan 20 HST. Pengukuran dimulai dari pangkal batang tanaman sampai titik pucuk tanaman. Menggunakan alat ukur penggaris. Interval waktu pengukuran 4 hari sekali.

2. Jumlah daun (helai)

Perhitungan jumlah daun dihitung berdasarkan daun yang telah membuka sempurna. Perhitungan dimulai berumur 4, 8, 12, 16 dan 20 HST.

3. Berat Segar Konsumsi (gram)

Berat segar konsumsi adalah tanaman sawi Hijau yang dilakukan penimbangan tanaman setelah panen dan siap konsumsi dengan menggunakan timbangan digital.

3.2.6 Analisis data

Hasil pengamatan akan di uji menggunakan uji (ANOVA). jika hasil analisis sidik ragam menunjukkan perbedaan yang nyata, dilanjutkan dengan uji Duncan Multiple Range Test (DMRT) dengan menggunakan aplikasi SPSS 20.

(40)

3.3 Metode Perancangan Penyuluhan 3.3.1 Penetapan Tujuan

Tujuan dari rancangan penyuluhan adalah untuk mengetahui pengetahuan petani dari penyampaian manfaat kompos daun bambu sebagai mulsa organik terhadap tanaman sawi Hijau.

3.3.2 Penetapan Sasaran

Hal pertama yang dilakukan adalah menetapkan sasaran penyuluhan.

Penerima penyuluhan adalah anggota Kelompok tani Ganting Sejahtera Penetapan sasaran perancangan dengan memperhatikan dari segi :

1. Tingkat pengetahuan, sikap serta keterampilan sasaran karena petani mempunyai kecepatan, keterampilan, dan sikap yang berbeda.

2. Mengetahui adat kebiasaan sasaran sehingga mempermudah penyampaian materi.

3. Banyaknya sasaran yang ingin dicapai.

3.3.3 Penetapan Materi

Penetapan materi penyuluhan pertanian diperoleh berdasarkan hasil yang diperoleh dari kajian yang disesuaikan dengan tujuan penyuluhan dan kebutuhan anggotan Kelompok Tani Ganting Sejahtera. Materi yang dipaparkan adalah hasil terbaik dari kajian yaitu pemanfaatan daun bambu sebagai mulsa organik terhadap pertumbuhan tanaman sawi Hijau. Adapun langkah-langkah perancangan materi penyuluhan, antara lain :

1. Identifikasi potensi wilayah sehingga mendapatkan permasalahan yang dihadapi petani.

2. Menganalisis permasalahan ditingkat kelompok Tani Ganting Sejahtera 3. Menetapkan tujuan dan metode materi penyuluhan pertanian.

4. Menetapkan materi berdasarkan masalah yang didapat.

5. Mencari sumber materi (materi resmi atau sumber materi yang dapat dipercaya).

(41)

6. Menyusun sinopsis dengan meringkas suatu materi penyuluhan yang panjang menjadi bentuk narasi. Ringkasan materi penyuluhan pertanian perlu disiapkan dan dituangkan dalam bentuk synopsis.

7. Menyusun LPM (Lembar Persiapan Menyuluh) bertujuan untuk mempermudah dalam penyampaian materi penyuluhan.

Tujuan dari evaluasi penyuluhan adalah untuk mengetahui pengetahuan dan keterampilan petani dari penyampaian tentang Pemanfaatan daun bambu sebagai mulsa organik terhadap pertumbuhan tanaman sawi Hijau.

3.3.4 Penetapan Metode

Metode penyuluhan yang ditetapkan dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Identifikasi dan analisis data sasaran, penyuluh dan perlengkapannya, keadaan wilayah dan kebijakan pembangunan.

2. Menetapkan alternatif metode penyuluhan pertanian berdasarkan jumlah sasaran yaitu secara massal, kelompok maupun perorangan.

3. Menetapkan metode penyuluhan sesuai dengan kondisi keadaan lapangan dan sasaran.

3.3.5 Penetapan Media

Penetapan media dalam penyuluhan ditetapkan sebagai berikut :

1. Menentukan tujuan dengan menetapkan pesan atau materi sesuai dengan kebutuhan sasaran.

2. Menetapkan jangkauan media yang ingin dicapai dengan mengukur seberapa jauh atau dekat media yang dibuat dapat menjadi penyalur dalam penyampaian materi.

3. Memilih media penyuluhan sesuai dengan karakteristik sasaran dan metode yang digunakan.

(42)

3.3.6 Penetapan Evaluasi Penyuluhan

Penetapan evaluasi penyuluhan pertanian ditetapkan sebagai berikut :

1. Menentukan aspek yang akan dievaluasi dengan memilih komponen yang paling utama dan menjadikan kunci dalam penentuan keberhasilan program penyuluhan yang akan disampaikan.

2. Mendesain kegiatan evaluasi penyuluhan pertanian yang akan dilakukan, desain evaluasi meliputi data yang dibutuhkan, metode evaluasi dan hasil dari kegiatan yang diinginkan.

3. Mengumpulkan data evaluasi sesui dengan metode kaidah.

4. Menganalisis dan mengolah data evaluasi penyuluhan.

5. Melaporkan hasil evaluasi penyuluhan pertanian.

3.4 Metode implementasi

3.4.1 Penetapan Metode Evaluasi

Metode kajian yang digunakan yaitu metode kuantitatif. Metode kajian kuantitatif dalam suatu pertanyaan sudah disiapkan jawaban yang dapat dipilih responden. Skala yang digunakan adalah Skala Guttman untuk mengukur pengetahuan .

3.4.2 Penetapan Penyusunan Instrument

Instrument parameter dilakukan dengan mengukur tingkat pengetahuan petani. Materi yang disampaikan yaitu pemanfaatan kompos daun bambu sebagai mulsa organik pada pertumbuhan tanaman sawi Hijau. Sasaran dari penyuluhan ini adalah Kelompok Tani Ganting Sejahtera.

3.4.3 Pelaksanaan Penyuluhan

Adapun kegiatan akan dilakukan dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian, antara lain:

1. Pembuatan sinopsis dan lembar persiapan menyuluh (LPM) untuk kegiatan penyuluhan pertanian yang akan dilaksanakan.

(43)

2. Mengkoordinasikan dengan pihak yang terkait ditempat dalam pelaksanaan kegiatan penyuluhan seperti kepala desa, penyuluh, ketua RT/RW, dan pihak pihak lain yang terkait pelaksanaan kegiatan penyuluhan pertanian.

3. Penentuan waktu kegiatan dan menyiapkan lokasi penyuluhan serta melakukan undangan kepada sasaran dan pihak setempat dalam pelaksanaan penyuluhan.

4. Mempersiapkan media penyuluhan serta berita acara kegiatan dan daftar hadir untuk peserta kegiatan penyuluhan pertanian.

5. Pelaksanaan penyuluhan pertanian dan melakukan evaluasi penyuluhan pertanian terkait kegiatan yang telah dilaksanakan.

3.4.4 Pengumpulan Data 1. Uji Validitas

Uji validitas dapat diuji dengan mengetahui kesesuaian antara bagian-bagian kuisioner secara keseluruhan. Pengujian validitas instrument kuisioner dilakukan kepada sasaran yang memiliki karakteristik sama dengan sasaran penyuluhan kemudian hasil data yang di dapat di tabulasi menggunakan Software SPSS 20.

2. Uji Reliabilitas

Pengujian validitas instrument kuisioner dilakukan kepada sasaran yang memiliki karakteristik sama dengan sasaran penyuluhan kemudian hasil data yang di dapat di tabulasi menggunakan Software SPSS 20.

3.5 Definisi Operasional

1. Benih sawi Hijau yang digunakan yaitu varietas green yang dibeli di toko pertanian.

2. Mempersiapkan media semai dan media tanam, Membersihkan tanah dari gulma atau tanaman pengganggu lainnya, media semai yang digunakan yaitu tanah yang kemudian dimasukkan ke dalam tray semai dan menyiram serta menanam benih sawi Hijau.

(44)

3. Mempersiapkan media tanam yaitu tanah digemburkan dan ditambah pupuk kandang dan dimasukann kedalam polybag ukuran 30 x.

4. Kompos daun bambu adalah hasil dari proses pelapukan ataupun pengomposan daun bambu kering dengan penambahan EM4 yang akan 30 sebanyak 25 ulangan dengan jarak 30 cm antar polybag digunakan sebagai mulsa tanaman sawi Hijau.

5. Dosis kompos daun bambu yang diberikan dalam perlakuan yaitu P1 : control, P2 : Penggunaan mulsa 30 gram / kg media tanam , P3 : 60 gram, P4 :90 gram, P5 : 120 gram.

6. Parameter tinggi tanaman diukur dalam satuan cm. Pengukuran dilakukan mulai dari pangkal batang sampai daun tertinggi. Pengukuran dilakukan menggunakan penggaris disaat tanaman berada pada fase vegetatif berumur 4 hst, 8 hst, 12 hst, 16 hst dan 20 hst.

7. Parameter jumlah daun diukur dalam satuan helai. Pengukuran dengan menghitung jumlah daun yang telah tumbuh. Jumlah daun dapat dihitung mulai tanaman berumur 4 hst, 8 hst, 12 hst, 16 hst dan 20 hst.

8. Parameter berat tanaman diukur dalam satuan gram, menggunakan timbangan digital. Penimbangan setiap tanaman ditimbang dengan daun dan akar tanaman yang telah dibersihkan dari kotoran dan tanah.

9. Hasil terbaik pada kajian digunakan sebagai materi penyuluhan yang dilakukan di Kelompok Tani Ganting Sejahtera.

10. Responden penyuluhan sebanyak 15 orang Kelompok Tani Ganting Sejahtera yang terdiri dari petani sawi Hijau.

11. Metode penyuluhan menyesuaikan karakteristik sasaran 12. Media penyuluhan menyesuaikan karakteristik sasaran

13. Variabel yang diamati pada evaluasi penyuluhan adalah tingkat pengetahuan petani sawi Hijau terhadap materi yang disuluhkan.

(45)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN KAJIAN

4.1 Hasil Analisis Laboratorium

Hasil uji laboratorium kandungan unsur hara Phospos dan Kalium pada kompos daun bambu (Lampiran 1).Parameter pada kadar air dan unsur unsur hara Phospos dan Kalium.Hasil uji laboratorium dan SNI Mutu pupuk organik Padat dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut :

Tabel 4.1 Hasil Uji Laboratorium Kompos Daun Bambu dan SNI Mutu pupuk organik Padat

Parameter Nilai (%) SNI (%)

Hara Makro :

P2O5 3,25 Minimum 2

K2O 3,23 Minimum 2

(Sumber Hasil Uji Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur)

Berdasarkan tabel 4.1 hasil uji laboratorium pada tabel menunjukkan bahwa dalam unsur hara pada kompos daun bambu memiliki kandungan unsur hara phospor dan kalium yang cukup tinggi yang dibutuhkan pada tanaman sawi Hijau.

Peningkatan unsur hara phospor pada kompos dikarenakan proses metabolisme pengomposan yang berjalan baik sehingga unsur hara phospor terpenuhi sesuai dengan standar mutu. Menurut Indah, Hari dan Haryono (2021) Perangsang perkembangan akar, sehingga tanaman akan lebih tahan terhadap kekeringan sehingga dapat mengurangi resiko keterlambatan waktu panen.

Fitria (2008) bahwa perbedaan kandungan K2O pada kompos disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme yang menghasilkan asam organic yang akan menyebabkan daya larut unsur seperti Kalium menjadi tinggi. Berfungsi membantu pembentukan protein dan karbohitdrat, memperkuat daun dan bunga, membantu tanaman hidup dalam cekaman.

Referensi

Dokumen terkait

direkomendasikan : Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk

Hasil analisa indeks keseragaman zooplankton pada kepulauan tanakeke pada Stasiun karang – lamun keseragamannya tinggi , pada daerah mangrove – lamun nilai keseragamannya

(2) Kedua, kubu yang menentang pandangan yang pertama dalam hal ini, Wael B. Hallaq adalah tokoh yang secara kuat tenaga menentang asumsi tersebut dengan alasan: bahwa

bahwa lahan dengan aksesibilitas yang semakin dekat dari pusat kota memiliki harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan lahan yang berada jauh dari pusat

memiliki motivasi belajar yang lebih mantap tentang strategi serta materi pelajaran dan pada saat-saat tertentu murid dapat mengemukakan pengetahuannya tersebut.

Selain itu, sebagian besar responden pengguna eksternal dan pengguna internal juga menyatakan bahwa IGD dekat dengan jalan umum (jalan raya) atau parkir, sehingga

Penilitian ini dilaksanakan di Kelompok Tani Karya Maju, yang berada di sebelah timur kabubaten Blitar Kec. Selopuro Desa Mandesan. Adapun waktu penelitian ini

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten/Kota Provinsi Bali yang terdiri dari 9 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Buleleng, Jembrana, Tabanan, Badung, Gianyar, Bangli,