• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAMPIRAN I Hasil Wawancara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "LAMPIRAN I Hasil Wawancara"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

49 LAMPIRAN I Hasil Wawancara

1. Bagaimana asal muasal tradisi popokan?

Jawab: ...

”Tradisi popokan berawal dari munculnya harimau di desa Sendang tersebut, kemudian warga desa bersatu padu untuk melakukan pengusiran harimau tersebut dengan menggunakan peralatan seadanya, seperti: senjata arit, bendo, pisau dan sebagainya. Namun atas petuah sesepuh desa tersebut saat itu, yaitu mbah Kyai Janeb hendaknya warga cukup menggunakan “lendut sawah” (lumpur sawah) untuk mengusirnya. Atas petuah tersebut warga mematuhinya dan melempari harimau dengan menggunakan lumpur sawah, dan harimau tersebut akhirnya pergi dengan sendirinya dari desa Sendang. Untuk mengingat kejadian tersebut, maka pada setiap tahun pada panen kedua diadakan tradisi popokan”.

Bapak Samsudin, Kepala Kelurahan desa Sendang (Narasumber 1)

”Tradisi ini untuk mengingatkan kepada generasi muda tentang masa lalu leluhur mereka dalam mengusir harimau yang mengancam jiwa warga desa saat itu dengan melempari harimau dengan menggunakan lumpur sawah. Melempar harimau dengan lumpur itu atas saran dari mbah Kyai Janep. Mbah Kyai ini merupakan orang pertama kali yang mendirikan desa Sendang. Pada awalnya warga mengusirnya dengan menggunakan peralatan seperti bendo, arit, pisau, dan lain sebagainya, tapi harimau tetap tidak mau pergi. Tapi setelah dilempari dengan lumpur harimau akhirnya pergi dan meninggalkan desa”.

Bapak Yanto, Sesepuh desa Sendang (Narasumber 2)

”Tradisi ini sebenarnya untuk mengingatkan saat harimau masuk di desa Sendang, dan atas saran dari mbah Kyai Janep cikal bakal pendiri desa ini agar warga melemparinya dengan lumpur sawah untuk mengusir keluar harimau tersebut”. Bapak Gianto, Sesepuh desa Sendang (Narasumber 3)

2. Bagaimana urutan pelaksanaan tradisi popokan tersebut?

3. Kapan waktu pelaksanaan untuk setiap kegiatan dalam tradisi tersebut?

Tradisi popokan dipercaya masyarakat desa Sendang untuk tolak balak dan memakmurkan pertanian di desa Sendang. Tradisi ini memiliki urutan kegiatan, pertama bersih sendang (sumur) yang jumlahnya ada 7 (tujuh) buah. “Desa Sendang” diambil dari adanya 7 (tujuh) sendang di desa tersebut.Acara kedua “kendurenan”atau doa bersama, dan setelah itu pada hari jum’at setelah sholat Jum’at diadakan acara arak-arakan seni tradisional: reog (kuda lumping), nok nik (wayang orang), kesenian modern seperti: drum band maupun drum blek) yang diikuti oleh semua warga masyarakat, dan popokan. Setelah acara popokan usai, malam harinya ba’dha Isyak ada acara hiburan masyarakat, seperti: acara pengajian, wayang kulit dan lain sebagainya yang tujuannya untuk mempererat silaturahmi antar warga desa”.

Acara bersih sendang dimulai pagi hari sampai kegiatan selesai. Dalam hal ini masyakat dibagi menjadi 7 kelompok sesuai dengan jumlah sendang yang akan dibersihkan. Kegiatan ini ditutup dengan slametan, slametan diawali dengan doa dan ditutup dengan makan kupat

(2)

50

dengan sayur sambel goreng kentang dan tahu, dan terek tahu dan ayam bersama-sama yang dibawa sendiri-sendiri oleh masyarakat.

“Acara kedua kendurenan atau doa bersama, pada acara tersebut masyarakat desa sendang berkumpul di rumah bapak Imamuddin atau modin desa untuk melakukan doa bersama.

Seperti layaknya acara-acara tradisi jawa lainnya, acara kendurenan diakhirnya dengan acara potong tumpeng oleh Bapak Modin, pembagian ayam ingkung, dan makan bersama- sama“.

“Setelah kenduri, acara selanjutnya adalah ziarah makam. Ziarah makam biasanya dilakukan pada sore hari setelah Sholat Asyar. Ziarah makam dilakukan di makam ndolob yang merupakan makam punden atau orang yang dipercaya pertama kali mendirikan Desa Sendang, yaitu mbah Kyai Janep. Selain mendoakan punden (do’a tahlil), ziarah kubur juga dilakukan warga sebagai sarana untuk meminta doa restu kepada punden agar pertanian yang diusahakan warga desa Sendang tidak diserang hama dan panennya melimpah”.

“Malam harinya setelah isyak warga secara gotong royong merangkai aneka rupa sesaji, seperti merangkai tupeng yang akan dibawa untuk acara arak-arakan, isinya berupa hasil bum. Agar tumpeng kelihatan menarik, tumpeng juga dihiasi dengan dihiasi dengan buah- buahan. Warga lainnya membuat beraneka ragam sate, sate ayam, sate burung dara, dan ikan yang akan dibawa dalam acara arak-arakan pada hari Jum’at”.

”Pada hari jumat, setelah sholat jum’at kegiatan arak-arakan mulai dilakukan. Arak-arakan ini dilakukan mulai dari pertigaan Ntotog, persimpangan jalur ke Gubug dan jalur ke Kecamatan Bancak, Kabupaten Semarang sampai Balai Desa Sendang, sejauh kira-kira 5 kilometer. Kadang-kadang kirab dimulai dari Dusun Ngasinan, dusun paling barat dilanjutkan sampai balai desa Sendang. Urutan barisan arak-arakan tiap tahunnya dapat berubah-ubah, namun aslinya urutan pertama arak-arakan, yaitu mascot harimau di posisi paling depan, urutan kedua pamong desa, ketiga, tamu undangan, keempat, peserta-peserta arak-arakan yang anggota terdiri dari masyarakat tiap-tiap RT Desa Sendang. Pada kelompok keempat tersebut pada dasarnya tidak hanya diikuti oleh remaja dan dewasa saja, namun juga diikuti oleh peserta dari kalangan anak-anak, yaitu: anak-anak TK dan SD yang berada di wilayah desa tersebut. Anak-anak tersebut menampilkan keahliannya dengan memainkan drum band ataupun drum blek yang diikuti oleh guru masing-masing. Pada acara tersebut seluruh warga yang ikut boleh berdandang menurut selera mereka, bisa memakai pakaian adat, pocong, gligo dengan tubuh digambar tulang-tulang sehingga mirip tengkorak, dan lain sebagainya”.

”Arak-arakan akan berakhir di daerah persawahan sebelah balai desa, maka dimulailah acara perebutan isi tumpeng yang dibawa dalam acara tersebut. Pada acara tersebut siapa saja bebas untuk memperebutkan tumpeng yang dibawa. Kemudian acara langsung dilanjutkan pada acara utama, yaitu Popokan. Acara ini dilakukan dengan cara melempar lumpur dari sawah secara bebas. Jadi pada acara tersebut siapa saja yang berada di areal tersebut saling melemparkan lumpur kepada mereka yang dikehendaki. Acara ditutup dengan hiburan masyarakat pada malam harinya, yaitu acara dimulai setelah Isyak. Acara hiburan

(3)

51

masyarakat diisi dengan sambutan-sambutan, pembagian hadiah kepada para peserta arak- arakan, pengajian, wayang kulit, dan lain-lain sesuai keputusan panitia penyusun acara”.

Bapak Samsudin, Kepala Kelurahan desa Sendang

”Pelaksaan tradisi Popokan dilakukan pada hari Jumat Kliwon tepatnya pada bulan Agustus setelah panen padi, namun pada hari kamisnya dilakukan kegiatan bersih sungai, dan ziarah makam punden. Jadi tradisi Popokan ini merupakan rangkaian kegiatan bersih sendang, ziarah makam, arak-arakan, popokan, diakhiri dengan acara hiburan masyarakat”.

”Kegiatan bersih-bersih sungai dilakukan pada hari kamis pagi. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan membersihkan sumber mata air yang merupakan sumber rejeki masyarakat sekitar yang ada di Desa Sendang yang jumlahnya ada 7 (tujuh),diantaranya sendang Glagah, sendang Preh, sendang Dawung. Kegiatan tersebut dimulai pada pagi hari, setelah kegiatan usai maka dilakukan slametan dengan menu utama berupa ketupat. Ketupat artinya saling memberi maaf atas segala hal yang kurang berkenan, baik itu yang disengaja maupun tidak disengaja yang pernah dilakukan antar anggota masyarakat, maupun antara pihak pemerintahan desa dengan anggota masyarakat. Kupat dalam hal ini dimakan dengan aneka sayur khas jawa, seperti: sambel goreng kentang dan tahu, dan terek tahu dan ayam. Kupat dan sayur tersebut dibawa sendiri-sendiri oleh anggota masyarakat yang ikut dalam kegiatan bersih-bersih tersebut, yang kemudian dihidangkan saat kegiatan selesai”.

”Dalam bahasa Jawa kata selamatan dikenal dengan slametan, yang merupakan salah satu kegiatan yang cukup penting dalam setiap upacara ritual yang diadakan. Slametan artinya terhindar dari suatu kejadian yang tidak diinginkan secara lahiriah dan batiniah serta selalu dalam pengayoman dari Ilahi Rabbi atau Tuhan Yang Maha Esa (Gusti Kang Murbeng Dumadi)”.

“Pada sore harinya setelah sholat Asyar dilakukan kegiatan kenduri di rumah Bapak Imamuddin. Acara kenduri dimulai dengan membaca hadroh, ila hadharati ruhi, sampai lengkap ditanjutkan bacaan surat al Ikhlas, surat al Falaq, surat an Nas, dan bacaan sebagian ayat al Qur’an, yakni tahlil sampai selesai. Kegiatan tersebut diakhiri dengan pemotongan tumpeng yang dilakukan oleh modin desa, dan pembagian ingkung, serta dilanjutkan makan bersama.. Setelah acara selesai masyarakat yang hadir diberikan berkat berupa nasi, lauk pauk, dan snak yang dikemas dalam wadah untuk dibawa pulang”.

”Ziarah makam dilakukan di makam mbah Kyai Janep dan di makam mbah Kyai Semendi.

Mbah Kyai Janep adalah pendiri desa Sendang, sedangkan mbah Kyai Semendi adalah seorang pendatang di desa Sendang, jadi bukan orang asli dari desa Sendang, tetapi karena beliau menetap dan memiliki peran seperti mbah Kyai Janep, maka oleh masyarakat desa dianggap sebagai salah seorang sesepuh desa yang perlu untuk dihormati”.

“Habis Isyak warga bergotong royong untuk membuat tunpeng, membuat sate bakar dari ayam, burung dara, dan ikan yang akan dibawa sebagai sesaji utama dalam acara Popokan hari Jumat”.

Bapak Yanto, Sesepuh desa Sendang

(4)

52

“Popokan biasanya dilakukan setelah panen kedua pada bulan Agustus hari Jumat Kliwon.

Sebagai sebuah tradisi yang banyak kegiatannya, mulai bersih sendang, ziarah kubur, arak- arakan, popokan, dan hiburan masyarakat, maka dalam pelaksanaannya membutuhkan gotong royong warga masyarakat untuk melaksanakannya. Jadi acara dibagi dua, pada hari Kamisnya kegiatan yang dilakukan warga bersih sendang, ziarah makam, dan mempersiapkan ubo rampe atau sesaji yang akan dibawa pada acara arak-arakan hari Jumat, mulai dari membuat tumpeng, membuat sate dari ayam, burung dara, dan ikan serta menghiasi tumpeng dengan beraneka ragam buah agar keliatan menarik”.

”Bersih-bersih sendang merupakan awal rangkaian dari kegiatan popokan, bersih-bersih sendang ini dilakukan warga mulai pagi hari pada 7 (tujuh) sendang yang ada di desa Sendang, Kegiatan ini dilakukan sebagai bentuk upaya warga untuk menjaga sumber kehidupan masyarakat desa. Sebab air 7 (tujuh) sendang tersebut selain dimanfaatkan untuk mengairi sawah, juga dimanfaatkan warga untuk mencukupi air sehari-hari. Sebagai ungkapan syukur maka kami setiap tahun melakukan bersih-bersih sendang, dan menutupnya dengan acara slametan atau doa bersama, dan makan kupat bersama-sama dengan sayur sambel goreng kentang tahu atau terek tahu”.

”Acara kenduri dilakukan setelah sholat Asyar, kenduri bertempat di rumah bapak moden, disana warga berkumpul untuk melakukan doa bersama. Kenduri diakhirnya dengan makan tumpeng dan ingkung yang dijadikan sesajen dalam acara tersebut. Saat pulang warga diberikan berkat untuk dibawa pulang”.

“Acara ziarah kubur dilakukan di makan mbah Kyai Janeb dan mbah Kyai Semendi, acara tersebut dilakukan setelah acara kenduri di rumah Bapak Modin. Selain mendoakan beliau berdua, dengan mendoakan kedua sesepuh tersebut, warga percaya akan mendatangkan keberkahan bagi usaha pertaniannya dapat melimpah dan terhindar dari hama dan penyakit/pekerjaannya yang dijalankan selama ini sehingga karirnya bagus”.

”Setelah Isyak jam 19.30 warga bersama-sama membuat tumpeng hias yang akan dibawa pada acara arak-arakan hari Jumatnya. Warga juga ada yang mempersiapkan sate ayam, burung dara, dan ikan. Sate dalam hal ini, bukan seperti sate pada umumnya, tapi sate yang dibuat dengan tusuk panjang yang berisi satu tusuk satu ayam, burung dara, dan ikan.

Bapak Gianto, Sesepuh desa Sendang

”Arak-arakan dimulai setelah sholat jumat, acara ini merupakan acara puncak dari popokan yang terdiri dari arak-arakan, popokan, dan diakhiri dengan hiburan masyarakat. Pada acara arak-arakan semua warga desa, baik dari kalangan anak-anak, remaja, maupun dewasa boleh mengikuti dan mengekspresikan dirinya dengan berbagai macam dandanan dan keahlian yang dimiliki. Harimau sebagai maskot utama yang dulunya dijadikan sebagai simbol ancaman ditempatkan di posisi paling depan dalam acara arak-arakan tersebut, baru kemudian pamong desa yang bertugas membawa tumpeng, tombak yang berisi ayam bakar, burung dara bakar, dan ikan bakar, tamu undangan, dan anggota masyarakat tiap-tiap RT Desa Sendang dari kalangan anak-anak, remaja, dan orang dewasa”.

(5)

53

”Maskot harimau dalam tradisi popokan, memiliki dua arti, yaitu sebagai simbol marabahaya, dan sebagai ungkapan rasa bersyukur warga kepada Ilahi Rabbi (Gusti Kang Murbeng Dumadi) dijauhkan berbagai marabahaya yang mengancam kehidupan warga”.

”Arak-arakan akan berakhir di sawah dekat dengan balai desa, dan disitulah tumpeng dan ubo rampenya diturunkan untuk didoakan oleh moden desa, kemudian diperebutkan oleh siapa saja, termasuk masyarakat yang menonton di sekitar lokasi. Usai acara tersebut selesai, baru acara lempar lumpur dimulai, siapa saja yang ikut tidak boleh marah jika terkena lemparan. Terakhir setelah semua kegiatan selesai, malam harinya setelah isyak dilakukan acara penutupan, yakni hiburan masyarakat. Pada acara tersebut diawali dengan sambutan- sambutan, pembagian hadiah, pengajian, dan wayangan”.

Bapak Yanto, Sesepuh desa Sendang

”Acara arak-arakan atau kirab budaya menampilkan berbagai seni tradisional: reog, nok nik, maupun kesenian modern seperti: drum band maupun drum blek yang diikuti oleh semua warga masyarakat desa Sendang. Dalam kegiatan popokan tersebut terdapat sesaji yang dibawa, baik dalam bentuk tumpeng yang berisi hasil bumi desa, juga beraneka ragam sate bakar, baik itu berupa ikan bakar, burung bakar, maupun ayam bakar yang ditusuk dengan batang bambo panjang. Tumpeng juga dihiasi dengan aneka buah-buahan sehingga terlihat menarik”.

”Aneka sesaji tersebut kemudian di bawa sampai tempat lokasi acara popokan. Sampai lokasi popokan sebelum sesaji diperebutkan dan dimakan bersama-sama, terlebih dahulu didoakan dengan doa keselamatan yang dipimpin oleh Modin Desa. Baru setelah itu sesaji yang berupa tumpeng, sate ayam, burung dara, dan ikan diperebutkan dan dimakan bersama. Usai acara tersebut popokan dimulai. Acara popokan sendiri berlokasi di sawah sebelah kantor balai desa Sendang. Setelah acara popokan usai, malam harinya ada acara hiburan masyarakat, seperti: acara pengajian, wayang kulit dan lain sebagainya yang tujuannya untuk mempererat silaturahmi antar warga desa. Acara tersebut diawali dengan sambutan-sambutan, baik sambutan dari pamong desa, sesepuh desa, panitia, dan babinsa”.

Bapak Gianto, Sesepuh desa Sendang

4. Makna dari masing-masing simbol yang dipakai dalam tradisi popokan?

”Kupat adalah wadah segi empat yang dibuat dari bahan janur (daun kelapa muda). Wadah tersebut digunakan untuk mencetak nasi sehingga berbentuk persegi empat. Caranya dengan memasukkan beras dan menanaknya sampai 2-3 jam. Acara kupatan dilakukan pada saat ritual slametan yang dilakukan setelah acara bersih-bersih sumber air yang merupakan sumber kehidupan yang dilakukan bersama-sama warga desa”.

“Tumpeng merupakan sajian dengan bahan utama nasi yang dibuat berbentuk kerucut menyerupai bentuk gunung. Di bawahnya ditata klubanan yang isinya daun bayem, kacang panjang, kecambah, kluwih, dan kangkung yang diramu menjadi satu dengan dicampur dengan sambal dari kelapa muda, dengan lauk tempe goreng/tahu goreng, ikan goreng, dan daging”.

(6)

54

“Klubanan dan lauk pauk dalam tumpeng memiliki makna, yaitu variasi dan berbagai macam rasa dalam kehidupan, layaknya seperti rasa klubanan, ada rasa pedas, rasa asin, rasa sepet, dan rasa asam. Kombinasi berbagai rasa ini akan memberi kenikmatan hidup yang bisa membuat hidup semakin berkualitas. Klubanan dibuat dari campuran daun bayem yang artinya dapat membuat tenang dan tentram atau bahasa jawanya adem ayem, kacang panjang artinya usia panjang atau dalam bahasa jawanya yuswa dawa, kecambah yang artinya tansah sumrambah atau selalu berkembang, kluwih artinya luwih-luwih atau mendapat kecukupan, kangkung artinya selalu mendapat perlindungan dari Allah, dalam bahasa jawanya jinangkungan dening Gusti”.

“Klubanan dalam bahasa jawa adalah wong urip yen tansah ayem tentrem, bakale yuswane dawa lan tansah sumrambah lan bisa luwih-luwih, apa-apa tansah jinangkungan dening Gusti. Artinya, apabila dalam menjalani hidup ini dengan tenang dan tentram, maka umur akan panjang, selalu berkembang serta mendapat kecukupan, dan semua yang dijalankan selalu mendapatkan perlindungan dan Ilahi Rabb/Gusti Kang Murbeng Dumadi”.

“Ingkung merupakan kelanjutan dan makna nasi tumpengan dan klubanan tersebut. lngkung mempunyai makna filosofis, yaitu kembali kepada kesucian, atau kembali kepada fitrah, seperti ayam ingkung yang telanjang tanpa bulu (nglegeno). Fitrah atau kesucian akan tercapai dan terwujud, apabila seseorang tersebut telah menjalani dengan tetap menjaga hubungan dengan Ilahi Rabb, menjaga hubungan dengan sesama dan menjaga hubungan dengan makhluk yang lain”.

Bapak Gianto, Sesepuh desa Sendang Alasan kenapa tradisi ini tetap dipertahankan?

Terdapat beberapa alasan untuk mempertahankan tradisi popokan di desa Sendang untuk tetap berjalan. Tradisi ini dianggap sebagai upaya untuk melestarikan budaya lokal sebagai warisan dari leluhur. Hal ini penting agar generasi muda mengetahui siapa leluhur mereka, dan apa kontribusi mereka terhadap desa Sendang saat itu.

Tradisi Popokan merupakan tradisi yang mampu mempererat hubungan antar sesama warga desa, maupun dengan pamong desa. Hal tersebut penting dilakukan agar tercipta hubungan yang harmonis antar semua elemen masyarakat desa Sendang. Oleh karena itu untuk lebih menarik masyarakat mempertahankan tradisi Popokan, maka dalam pelaksanaannya dimasukkan tradisi-tradisi lain yang mampu mempererat hubungan antar elemen masyarakat, seperti: membersihkan sendang, arak-arakan budaya, dan hiburan masyarakat setelah acara utama, yakni Popokan dilaksanakan.

Melalui tradisi Popokan yang dikemas sedemikian rupa menjadi sebuah tradisi lokal yang bersifat massal ini, eksistensi desa Sendang dapat dikenal luas oleh masyarakat, baik di tingkat Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang, maupun di tingkat Propinsi dan Nasional.

Hasil dari kerja keras tersebut akhirnya terbukti, bahwa melalui pelaksanaan tradisi Popokan ini, tidak hanya mampu menyedot antusiasme warga desa Sendang saja, namun masyarakat di luar desa Sendang juga antusias untuk datang dan menikmati pelaksanaan acara tersebut.

Bahkan dari kalangan pejabat pemerintah Kabupaten Semarang, seperti Camat dan Bupatipun ikut pula menghadiri pelaksanaan tradisi tersebut.

Pelaksanaan tradisi Popokan ini mampu memperkenalkan berbagai jenis kesenian yang dikelola oleh kelompok masyarakat umum desa Sendang, seperti: reog (kuda lumping), nok nik (wayang orang), drum band, dan drum blek, maupun kelompok lembaga pendidikan,

(7)

55

seperti: lembaga pendidikan dan Raudlatul Atfal (RA) sampai Sekolah Dasar (SD) yang ada di desa Sendang, termasuk lembaga pendidikan dan Madrasah Diniyah (Madin), Taman Pendidikan Al Qur’an (TPQ) yang ada di desa Sendang.

Tradisi Popokan yang dilaksanakan setahun sekali ini dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan pendapatan warga desa Sendang pada khususnya, dan warga masyarakat pada umumnya. Hal tersebut dibuktikan pada saat pelaksanaan acara Popokan terdapat banyak warga desa Sendang dan masyarakat umum yang ngenger berjualan di pinggir jalan untuk menambah pendapatan mereka.

Tradisi Popokan ini, diharapkan tradisi ini tidak hanya milik warga desa Sendang atau Kecamatan Bringin, tetapi menjadi milik warga Kabupaten Semarang.

Bapak Samsudin, Kepala Kelurahan desa Sendang

(8)

56

LAMPIRAN II Gambar

(9)

57

Referensi

Dokumen terkait

35 Media di samping dapat meningkatkan motivasi, menghilangkan kejenuhan mahasiswa dalam pembelajaran bahasa Arab, dan meningkatkan hasil belajar mahasiswa, ia juga dapat menutupi

Dari aspek pendapatan dan pengeluaran rumahtangga usahatani kelapa dapat dinyatakan bahwa: Pertama , pendapatan rumahtangga dari luar usahatani kelapa tidak responsif

Dukungan keluarga mengacu kepada dukungan-dukungan sosial yang dipandang oleh pasien gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa sebagai suatu yang dapat

Dimana hal tersebut mengartikan bahwa stres kerja yang dirasakan karyawan pada rentang cukup atau dapat diartikan bahwa stres yang dialami karyawan tidak berat namun juga tidak

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan faktor ibu (usia kehamilan, jenis persalinan, dan golongan darah ibu) dan faktor bayi (berat badan lahir, dan

Medan Barat terhadap Wajib Pajak yang tidak mempunyai kepatuhan dalama. melaporkan

Simulasi dilakukan dengan membandingkan respon kestabilan frekuensi sistem tenaga listrik dua area yang di kontrol menggunakan Integral controller, Proportional

Menurut hasil wawancara penulis dengan para pihak yang melakukan praktik sewa menyewa pohon untuk makanan ternak yang ada Di Desa Mayong Kecamatan Karangbinangun